Anda di halaman 1dari 4

Merumuskan kebutuhan jenis kompetensi (teknis dan manajerial) sesuai dengan konteks

VUCA, disrupsi teknologi, kebijakan pembangunan aparatur (2020-2024) dan rencana


strategis instansi masing-masing peserta (kebutuhan kompetensi yang bersifat generik) juga
usulan kebutuhan jenis pengembangannya
 Kebutuhan Jenis Kompetensi (Teknis dan Manajerial)
 Kompetensi Teknis adalah kompetensi mengenai bidang yang menjadi tugas pokok
organisasi. Definisi yang sama dimuat dalam PP no 101/2000 tentang DIklat Jabatan
PNS, bahwa kompetensi teknis adalah kemampuan PNS dalam bidang teknis tertentu
untuk pelaksanaan tugas masing-masing. Bagi PNS yang belum memenuhi persyaratan
kompetensi jabatan perlu mengikuti Diklat teknis yang berkaitan dengan persyaratan
kompetensi jabatan masing-masing.
 Kompetensi Manajerial adalah kompetensi yang berhubungan dengan berbagai
kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam menangani tugas organisasi.
Kompetensi manajerial meliputi kemampuan menerapkan konsep dan teknik
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan evaluasi kinerja unit organisasi, juga
kemampuan dalam melaksanakan prinsip good governance dalam manajemen
pemerintahan dan pembangunan termasuk bagaimana mendayagunakan kemanfaatan
sumberdaya pembangunan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. 8 jenis
kompetensi manajerial bagi ASN adalah integritas; kerja sama; komunikasi, orientasi
pada hasil; pelayanan publik; pengembangan diri dan orang lain; mengelola perubahan;
dan pengambilan keputusan.
 VUCA
VOLATILE VS VISION
Volatile berarti dinamika perubahan yang sangat cepat dalam berbagai hal seperti
teknologi, ekonomi, politik, sosial, dan gaya hidup. Volatile dapat diatasi dengan Vision
yang kuat dari pimpinan organisasi sehingga pimpinan tersebut dapat menyediakan dan
sekaligus menguatkan organisasi untuk dapat memberikan navigasi sedemikian rupa
sehingga organisasi tetap dapat melangkah ke depan walau terjadi turbulensi.
UNCERTAIN VS UNDERSTANDING
Uncertain berarti sulitnya memperkirakan suatu isu atau peristiwa akan terjadi, atau
sulitnya memperkirakan implikasi dari suatu isu atau peristiwa yang terjadi saat ini. Vision
yang kuat akan membantu pimpinan dalam mengubah uncertain menjadi Understanding.
Dalam hal ini, Understanding akan membawa semua anggota tim berbagi cara pikir
(mindset) yang sama, dan membangun pengertian dan pemahaman yang selaras tentang
bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk kesuksesan organisasi. Sejalan dengan
prinsip-prinsip yang mempromosikan praktik dan komunikasi aktif yang melibatkan
banyak pihak, hal ini membutuhkan komunikasi dua arah yang terus-menerus.
COMPLEX VS CLARITY
Complex berarti tingkat kerumitan di mana organisasi beroperasi, yang dapat
menimbulkan gangguan atau kekacauan bagi organisasi tersebut. Complex dapat diatasi
dengan Clarity yang tumbuh dari pembangunan kedisiplinan di sekitar hal-hal inti
mendasar, yang secara konstan memperkuat prioritas yang riil, serta mencegah organisasi
masuk dalam kumpulan aktivitias tidak bernilai tambah. Dedikasi untuk selalu tulus
terhadap pelanggan, dan tetap terjaga untuk memberikan, serta sekaligus menerima
masukan dari pelanggan internal dan eksternal, akan mengurangi kompleksitas yang tidak
perlu
AMBIGUE VS AGILITY
Ambigue berarti realitas yang berbaur dari berbagai kondisi yang ada yang membuat
makna dari realitas tersebut terasa mengambang, dan penuh dengan ketidakjelasan. Agility
dapat digunakan untuk mengatasi ambigue. Agility merupakan kelincahan menghadapi
perubahan, menghadapi tuntutan konsumen, dan dalam menghadapi perkembangan baru
yang tiba-tiba muncul. Bila organisasi kita tidak lincah dan tangguh, maka organisasi kita
akan gamang, dan kemudian hilang dalam percaturan usaha. Hal ini dapat terjadi karena
mereka terlambat memahami perubahan, terlambat bertindak, dan terlambat berubah,
sehingga kehilangan arah dan tiba-tiba menjadi tidak kontekstual lagi dengan situasi yang
berubah tersebut.
 Disrupsi Teknologi
Hadirnya era disrupsi yang menyebabkan terjadinya perubahan besar-besaran di berbagai
sektor kehidupan menuntut peningkatan kompetensi individu. Secara garis besar,
kompetensi yang dibutuhkan dibagi menjadi tiga, yaitu kemampuan dasar (core skill),
kemampuan menaklukkan tantangan (competencies), dan kualitas karakter menghadapi
perubahan lingkungan (character qualities). Masing-masing kompetensi dibagi menjadi
beberapa sub-bagian, termasuk hard skill dan soft skill. Sebagai contoh, kemampuan dasar
(core skill) yang harus dimiliki mencakup kemampuan menulis, berhitung, memahami
kejadian alam, pemahaman di bidang teknologi, literasi keuangan, dan pemahaman di
bidang budaya dan sosial. Sedangkan kemampuan menaklukkan tantangan meliputi
kemampuan berpikir kritis, kreatif, kemampuan berkomunikasi (sifatnya sangat luas, bisa
dalam bentuk interaksi, public speaking, social intelligence), dan kemampuan
berkolaborasi (bekerja sama dengan orang lain). Ada 8 jenis kompetensi yang dibutuhkan
antara lain adaptability and flexibility (mudah beradaptasi dan fleksibel), tech
savviness (kecakapan teknologi), creativity and innovation (kreativitas dan inovasi), data
literacy (literasi data), critical thinking (berpikir kritis), digital and coding
skills (keterampilan digital dan pengkodean), leadership (kepemimpinan), emotional
intelligence (kecerdasan emosi).
 Kebijakan Pembangunan Aparatur
Sejalan dengan amanat Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan Birokrasi Berkelas
Dunia yang agile, responsif, dan tanggap terhadap dinamika global yang terus
berkembang, diperlukan komitmen dari seluruh elemen sektor publik untuk mendongkrak
sistem yang sudah ‘dianggap mapan’ dengan melakukan Reformasi Birokrasi. Visi
presiden dalam pembangunan SDM dengan percepatan peningkatan kualitas SDM
Aparatur. Ini dilaksanakan untuk membentuk generasi Smart ASN demi terwujudnya
birokrasi kelas dunia. Smart ASN harus memiliki 8 karakteristik yaitu : integritas;
nasionalisme; profesionalisme; wawasan global; IT dan bahasa asing; hospitality;
networking; dan entrepreneurship. Dengan memiliki 8 karakteristik tersebut, maka Smart
ASN juga akan menjadi Digital Talent dan Digital Leader untuk mewujudkan
Pemerintahan Berkelas Dunia (World Class Government).
 Rencana Strategis
Untuk merumuskan kebutuhan jenis kompetensi harus dibandingkan antara kondisi yang
diharapkan oleh instansi dengan kondisi aktual dari pegawai yang bersangkutan. Bahan
pertimbangan untuk kondisi yang diharapkan dari organisasi adalah sebagai berikut: visi
dan misi instansi; rencana strategis instansi; target kerja instansi; serta IKU, Kualifikasi,
standar kompetensi jabatan (SKM/SKT), culture (values, kode etik, dll). Sedangkan bahan
pertimbangan untuk kondisi aktual pegawai adalah kinerja aktual pegawai; values/sikap
kerja aktual pegawai (absensi; kedisiplinan; rekam jejak, dll).
 Kebutuhan jenis pengembangan
Untuk bentuk pengembangan kompetensi sendiri tidak hanya bersifat klasikal , namun juga
non klasikal yang artinya kegiatan pengembangan kompetensi tidak hanya berupa
pembelajaran kelas , namun lebih ditekankan pada pada proses pembelajaran praktik kerja
dan/atau pembelajaran di luar kelas.
Pengembangan kompetensi klasikal dapat berupa kegiatan seperti  :
1. Pelatihan struktural kepemimpinan , manajerial,  teknis, fungsional dan  pelatihan
sosial kultural;
2. Kegiatan sejenis  seminar/konferensi/sarasehan,  workshop atau lokakarya;
3. Kegiatan terfokus lain semisal ,  kursus , penataran ,  bimbingan teknis dan 
sosialisasi;
4. Jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk pelatihan klasikal lainnya.
Sedangkan pengembangan kompetensi non klasikal dapat berupa kegiatan seperti :
1. Coaching,  mentoring dan  e-learning;
2. Pelatihan jarak jauh dan detasering (secondment);
3. Pembelajaran alam terbuka (outbond) dan kegiatan  patok banding (benchmarking);
4. Pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta/Badan Usaha Milik Negara/ Badan
Usaha Milik Daerah;
5. Kegiatan belajar lain seperti  belajar mandiri ,  komunitas belajar , bimbingan di
tempat kerja dan magang/praktik kerja.
6. Jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk  pelatihan non klasikal lainnya.

Anda mungkin juga menyukai