SURABAYA Menurut Robert L. Katz, dalam sebuah perusahaan, terdapat tiga jenis dasar keterampilan yang diperlukan oleh semua manajer yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan konsepsual. Berikut urutan skill berdasarkan dari yang terpenting sampai yang paling kurang penting: 1. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill) Keterampilan konsepsual adalah kemampuan mental untuk melihat organisasi secara keseluruhan, memahami hubungan antara berbagai elemen dalam organisasi, dan mengkoordinasikan semua kepentingan dan kegiatan organisasi. Ini mencakup kemampuan manajer untuk memahami bahwa berbagai bagian dalam organisasi saling tergantung satu sama lain dan memahami bagaimana keputusan yang diambil di satu bagian dapat memengaruhi keseluruhan organisasi. Manajer yang memiliki keterampilan konsepsual yang kuat dapat mengembangkan strategi organisasi yang lebih baik, membuat keputusan yang berdampak jangka panjang, dan mengatasi tantangan kompleks dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. Keterampilan konseptual merupakan kemampuan untuk memandang dan memahami suatu persoalan, suatu isu atau organisasi secara keseluruhan dan mengkoordinasikan serta memadukan semua bagian-bagiannya yang saling terkait untuk kepentingan atau kegiatan organisasi. Keterampilan ini merupakan pemahaman dan kecakapan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial, meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pendelegasian, pengontrolan, evaluasi dan pemecahan masalah. Secara teori, konsep ini sangat sederhana namun banyak manajer dan supervisor yang belum bisa membedakan antara keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Dalam konteks manajemen puncak yang memegang tanggung jawab atas keseluruhan organisasi, keterampilan konseptual muncul sebagai elemen yang paling penting. Kemampuan ini mengacu pada kapasitas untuk memahami, menghubungkan, dan merumuskan konsep-konsep kompleks dalam lingkungan organisasi yang seringkali berubah-ubah. Manajemen puncak harus memiliki pandangan jangka panjang yang jelas tentang arah dan tujuan organisasi, serta mampu merumuskan strategi yang relevan. Keterampilan konseptual memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan berbagai informasi yang datang dari berbagai sumber, mengidentifikasi tren, perubahan, dan peluang, serta membuat keputusan strategis yang cerdas. Selain itu, dengan kemampuan konseptual yang kuat, mereka dapat memahami bagaimana berbagai bagian dalam organisasi berinteraksi dan berkolaborasi, mengelola risiko dengan bijak, dan memimpin organisasi dengan visi yang mendalam. Dengan demikian, dalam peran kritis mereka sebagai arsitek utama perjalanan organisasi, keterampilan konseptual menjadi landasan yang memungkinkan manajemen puncak untuk mencapai kesuksesan jangka panjang dan memberikan dampak yang positif pada seluruh organisasi. Demikian halnya dalam organisasi, seorang manajer yang memiliki keterampilan konseptual yang baik, akan mampu berfikir jauh ke depan dan dapat menjelaskan kemampuan individu dalam organisasi dalam berbagai fungsi manajerial seperti pengambilan keputusan, penyelesaian konflik dan problem yang kompleks, penyusunan strategi dan kebijakan. Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian Keil, Lee dan Deng (2013), Hwang dan Ng Jian (2012), Fisher (2010), Bee dan Hie (2015). Pengukuran keterampilan konseptual manajer adalah leadership, problem solving, entrepreneurship, leading others, team building, influencing others, cultural awareness, building trust, managing emotions, profesionalism, leading innovation, decision making, problem solving skill dan marketing and sales. 2. Keterampilan Manusiawi (Human Skill) Keterampilan manusiawi yaitu keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan seseorang, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan kepercayaan diri (self confidence) seseorang. Soft-skill bersifat intangible, kecakapannya tidak bisa diukur tapi pengaruhnya dapat dirasakan, dan kadar kualitasnya bisa disadari atau tidak disadari oleh seseorang. Dalam keterampilan manajemen, yang termasuk dalam keterampilan soft-skill diantaranya adalah kemampuan untuk memimpin, memotivasi, mengelola konflik, berkomunikasi dengan efektif, bekerjasama, menumbuhkan partisipasi, memberdayakan rekan kerja dan bawahan. Keterampilan manusiawi sangat penting pada setiap tingkatan organisasi. Ini karena manajer dan pemimpin organisasi harus mengandalkan kemampuan mereka untuk berinteraksi, mempengaruhi, dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan dan visi organisasi. Meskipun memiliki keterampilan teknis dan konseptual yang tinggi juga penting, namun tanpa keterampilan manusiawi yang kuat, kemampuan tersebut mungkin tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Seorang manajer yang memiliki pengetahuan teknis yang mendalam mungkin tidak efektif jika tidak bisa berkomunikasi dengan timnya atau memotivasi mereka. Oleh karena itu, keterampilan manusiawi seperti kepemimpinan, komunikasi yang efektif, kemampuan beradaptasi, dan empati sangatlah krusial dalam memastikan bahwa kemampuan teknis dan konseptual dapat diaplikasikan dengan sukses dalam konteks organisasi. Dalam konteks jenis keterampilan ini diri individu pada level jabatan apapun, harus memiliki kemampuan ini yang terlihat pada kemampuan bekerjasama, komunikasi dalam kelompok, kemampuan-kemampuan seperti itu harus dimiliki oleh semua manajer pada setiap tingkat manajemen. Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian Hwang, Ng Jian, (2012), Fisher (2010), Bee dan Hie (2015). Pengukuran keterampilan sosial manajer menggunakan indikator team work, communication, ethics and professional morals, effective communication, motivating others, people skills, communicate effectively, personal characteristics, organizational, negotiation, human behavior, delegation, team working, stress handling, public speaking, dan public relation. Keterampilan manusiawi mencakup kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, dan mendorong orang lain. Ini melibatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik, memotivasi, dan memahami perasaan, kebutuhan, serta perspektif individu dan kelompok dalam organisasi. Manajer yang memiliki keterampilan manusiawi yang kuat dapat membangun hubungan yang baik dengan bawahan, rekan kerja, dan pihak luar. Mereka dapat memimpin tim dengan efektif, menyelesaikan konflik, dan menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif. Keterampilan manusiawi ini penting dalam membangun budaya organisasi yang sehat dan produktif. 3. Keterampilan Teknis (Technical Skill) Keterampilan teknis yaitu kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau teknik spesifik dalam bidang spesialisasi tertentu. Keterampilan ini merupakan pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas pekerjaan yang berhubungan dengan bidang khusus atau pekerjaan tertentu.Keterampilan teknis merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan alat-alat, prosedur, dan teknik yang khusus dalam suatu bidang tertentu. Misalnya, seorang ahli bedah memerlukan keterampilan teknis dalam melakukan operasi, seorang ahli teknik perlu memiliki keterampilan teknis dalam merancang dan membangun mesin, dan seorang musisi perlu memiliki keterampilan teknis dalam bermain alat musik dan memahami teori musik. Keterampilan teknis biasanya lebih banyak berhubungan dengan keahlian tangan atau fisik lainnya, namun ada juga beberapa keahlian non-fisik yang bersifat teknis, seperti keahlian teknis bagi seorang akuntan dan salesman. Artinya kemampuan individu yang lebih bersifat keahlian khusus teknis operasional seperti mengoperasikan alat-alat dan kegiatan- kegiatan yang bersifat administratif. Kemampuan dan keahlian itu bagi peningkatan efektivitas organisasi diberbagai level harus selalu ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sejalan dengan perubahan yang dihadapi. Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian Keil, Lee dan Deng (2013), Hwang, Ng Jian (2012), Fisher (2010), Bee dan Hie, (2015). Pengukuran keterampilan teknis manajer menggunakan indikator life long learning and information, management, technical, project management, business domain knowledge, team management IT, problem solving the course of a project, basic technical skill, Site layout and mobilization, estimating and tendering, design activities and background, reading and understanding drawings, technical writing, IT skills, drafting contracts, presentation, report writing dan chairing meetings. Dalam konteks manajerial, manajer perlu memiliki keterampilan teknis yang cukup untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang menjadi tanggung jawab mereka. Contohnya, seorang manajer keuangan harus memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan keuangan, sementara seorang manajer teknik harus memiliki pengetahuan teknis yang mendalam tentang operasi peralatan yang mereka tangani. Keterampilan teknis ini memungkinkan manajer untuk membuat keputusan yang berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang kuat tentang tugas-tugas operasional di tingkat kerja mereka. Pada tingkat manajemen yang lebih rendah atau operasional, seperti seorang mandor pabrik, keterampilan teknis adalah yang paling dominan. Ini karena mereka terlibat langsung dalam pelaksanaan tugas-tugas sehari-hari yang berhubungan dengan produksi atau operasi pabrik. Mandor pabrik harus memiliki pemahaman mendalam tentang proses produksi, mesin, peralatan, dan standar kerja. Mereka juga perlu mengatasi masalah teknis yang muncul sehari-hari, seperti perawatan mesin, perencanaan produksi, dan pemecahan masalah operasional. Oleh karena itu, kemampuan teknis mereka sangat penting untuk menjaga efisiensi dan produktivitas di tingkat operasional.