Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 6

CHARLIE CUGONO (11122022)


DWI SUHARTY (11122046)
GRACIELA TANIA SOEDARMADJI (11122086)
VANESSA FEBRIANA (11122028)
YOHANNA MICHELLE IFRIANI (11122033)

UNIVERSITAS WIDYA KARTIKA


SURABAYA
Menurut Robert L. Katz, dalam sebuah perusahaan, terdapat tiga jenis dasar keterampilan
yang diperlukan oleh semua manajer yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan
keterampilan konsepsual. Berikut urutan skill berdasarkan dari yang terpenting sampai yang
paling kurang penting:
1. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill)
Keterampilan konsepsual adalah kemampuan mental untuk melihat organisasi secara
keseluruhan, memahami hubungan antara berbagai elemen dalam organisasi, dan
mengkoordinasikan semua kepentingan dan kegiatan organisasi. Ini mencakup
kemampuan manajer untuk memahami bahwa berbagai bagian dalam organisasi saling
tergantung satu sama lain dan memahami bagaimana keputusan yang diambil di satu
bagian dapat memengaruhi keseluruhan organisasi. Manajer yang memiliki keterampilan
konsepsual yang kuat dapat mengembangkan strategi organisasi yang lebih baik,
membuat keputusan yang berdampak jangka panjang, dan mengatasi tantangan kompleks
dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. Keterampilan konseptual merupakan
kemampuan untuk memandang dan memahami suatu persoalan, suatu isu atau organisasi
secara keseluruhan dan mengkoordinasikan serta memadukan semua bagian-bagiannya
yang saling terkait untuk kepentingan atau kegiatan organisasi. Keterampilan ini
merupakan pemahaman dan kecakapan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial,
meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pendelegasian, pengontrolan, evaluasi
dan pemecahan masalah. Secara teori, konsep ini sangat sederhana namun banyak
manajer dan supervisor yang belum bisa membedakan antara keterampilan teknis dan
keterampilan konseptual.
Dalam konteks manajemen puncak yang memegang tanggung jawab atas keseluruhan
organisasi, keterampilan konseptual muncul sebagai elemen yang paling penting.
Kemampuan ini mengacu pada kapasitas untuk memahami, menghubungkan, dan
merumuskan konsep-konsep kompleks dalam lingkungan organisasi yang seringkali
berubah-ubah. Manajemen puncak harus memiliki pandangan jangka panjang yang jelas
tentang arah dan tujuan organisasi, serta mampu merumuskan strategi yang relevan.
Keterampilan konseptual memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan berbagai
informasi yang datang dari berbagai sumber, mengidentifikasi tren, perubahan, dan
peluang, serta membuat keputusan strategis yang cerdas. Selain itu, dengan kemampuan
konseptual yang kuat, mereka dapat memahami bagaimana berbagai bagian dalam
organisasi berinteraksi dan berkolaborasi, mengelola risiko dengan bijak, dan memimpin
organisasi dengan visi yang mendalam. Dengan demikian, dalam peran kritis mereka
sebagai arsitek utama perjalanan organisasi, keterampilan konseptual menjadi landasan
yang memungkinkan manajemen puncak untuk mencapai kesuksesan jangka panjang dan
memberikan dampak yang positif pada seluruh organisasi. Demikian halnya dalam
organisasi, seorang manajer yang memiliki keterampilan konseptual yang baik, akan
mampu berfikir jauh ke depan dan dapat menjelaskan kemampuan individu dalam
organisasi dalam berbagai fungsi manajerial seperti pengambilan keputusan, penyelesaian
konflik dan problem yang kompleks, penyusunan strategi dan kebijakan. Hal ini
dipertegas dengan hasil penelitian Keil, Lee dan Deng (2013), Hwang dan Ng Jian
(2012), Fisher (2010), Bee dan Hie (2015). Pengukuran keterampilan konseptual manajer
adalah leadership, problem solving, entrepreneurship, leading others, team building,
influencing others, cultural awareness, building trust, managing emotions,
profesionalism, leading innovation, decision making, problem solving skill dan marketing
and sales.
2. Keterampilan Manusiawi (Human Skill)
Keterampilan manusiawi yaitu keterampilan mengelola diri sendiri dan
bersosialisasi dengan orang lain yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianut dalam
kehidupan seseorang, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem
kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan kepercayaan
diri (self confidence) seseorang. Soft-skill bersifat intangible, kecakapannya tidak bisa
diukur tapi pengaruhnya dapat dirasakan, dan kadar kualitasnya bisa disadari atau tidak
disadari oleh seseorang. Dalam keterampilan manajemen, yang termasuk dalam
keterampilan soft-skill diantaranya adalah kemampuan untuk memimpin, memotivasi,
mengelola konflik, berkomunikasi dengan efektif, bekerjasama, menumbuhkan
partisipasi, memberdayakan rekan kerja dan bawahan.
Keterampilan manusiawi sangat penting pada setiap tingkatan organisasi. Ini karena
manajer dan pemimpin organisasi harus mengandalkan kemampuan mereka untuk
berinteraksi, mempengaruhi, dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
dan visi organisasi. Meskipun memiliki keterampilan teknis dan konseptual yang tinggi
juga penting, namun tanpa keterampilan manusiawi yang kuat, kemampuan tersebut
mungkin tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Seorang manajer yang memiliki
pengetahuan teknis yang mendalam mungkin tidak efektif jika tidak bisa berkomunikasi
dengan timnya atau memotivasi mereka. Oleh karena itu, keterampilan manusiawi seperti
kepemimpinan, komunikasi yang efektif, kemampuan beradaptasi, dan empati sangatlah
krusial dalam memastikan bahwa kemampuan teknis dan konseptual dapat diaplikasikan
dengan sukses dalam konteks organisasi. Dalam konteks jenis keterampilan ini diri
individu pada level jabatan apapun, harus memiliki kemampuan ini yang terlihat pada
kemampuan bekerjasama, komunikasi dalam kelompok, kemampuan-kemampuan seperti
itu harus dimiliki oleh semua manajer pada setiap tingkat manajemen. Hal ini dipertegas
dengan hasil penelitian Hwang, Ng Jian, (2012), Fisher (2010), Bee dan Hie (2015).
Pengukuran keterampilan sosial manajer menggunakan indikator team work,
communication, ethics and professional morals, effective communication, motivating
others, people skills, communicate effectively, personal characteristics, organizational,
negotiation, human behavior, delegation, team working, stress handling, public speaking,
dan public relation. Keterampilan manusiawi mencakup kemampuan untuk bekerja
dengan orang lain, memahami orang lain, dan mendorong orang lain. Ini melibatkan
kemampuan berkomunikasi dengan baik, memotivasi, dan memahami perasaan,
kebutuhan, serta perspektif individu dan kelompok dalam organisasi. Manajer yang
memiliki keterampilan manusiawi yang kuat dapat membangun hubungan yang baik
dengan bawahan, rekan kerja, dan pihak luar. Mereka dapat memimpin tim dengan
efektif, menyelesaikan konflik, dan menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif.
Keterampilan manusiawi ini penting dalam membangun budaya organisasi yang sehat dan
produktif.
3. Keterampilan Teknis (Technical Skill)
Keterampilan teknis yaitu kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan,
metode, atau teknik spesifik dalam bidang spesialisasi tertentu. Keterampilan ini
merupakan pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas pekerjaan yang berhubungan
dengan bidang khusus atau pekerjaan tertentu.Keterampilan teknis merujuk pada
kemampuan seseorang untuk menggunakan alat-alat, prosedur, dan teknik yang khusus
dalam suatu bidang tertentu. Misalnya, seorang ahli bedah memerlukan keterampilan
teknis dalam melakukan operasi, seorang ahli teknik perlu memiliki keterampilan teknis
dalam merancang dan membangun mesin, dan seorang musisi perlu memiliki
keterampilan teknis dalam bermain alat musik dan memahami teori musik. Keterampilan
teknis biasanya lebih banyak berhubungan dengan keahlian tangan atau fisik lainnya,
namun ada juga beberapa keahlian non-fisik yang bersifat teknis, seperti keahlian teknis
bagi seorang akuntan dan salesman. Artinya kemampuan individu yang lebih bersifat
keahlian khusus teknis operasional seperti mengoperasikan alat-alat dan kegiatan-
kegiatan yang bersifat administratif. Kemampuan dan keahlian itu bagi peningkatan
efektivitas organisasi diberbagai level harus selalu ditingkatkan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan sejalan dengan perubahan yang dihadapi. Hal ini dipertegas dengan hasil
penelitian Keil, Lee dan Deng (2013), Hwang, Ng Jian (2012), Fisher (2010), Bee dan
Hie, (2015). Pengukuran keterampilan teknis manajer menggunakan indikator life long
learning and information, management, technical, project management, business domain
knowledge, team management IT, problem solving the course of a project, basic technical
skill, Site layout and mobilization, estimating and tendering, design activities and
background, reading and understanding drawings, technical writing, IT skills, drafting
contracts, presentation, report writing dan chairing meetings. Dalam konteks manajerial,
manajer perlu memiliki keterampilan teknis yang cukup untuk melaksanakan tugas-tugas
tertentu yang menjadi tanggung jawab mereka. Contohnya, seorang manajer keuangan
harus memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan keuangan, sementara seorang
manajer teknik harus memiliki pengetahuan teknis yang mendalam tentang operasi
peralatan yang mereka tangani. Keterampilan teknis ini memungkinkan manajer untuk
membuat keputusan yang berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang kuat tentang
tugas-tugas operasional di tingkat kerja mereka. Pada tingkat manajemen yang lebih
rendah atau operasional, seperti seorang mandor pabrik, keterampilan teknis adalah yang
paling dominan. Ini karena mereka terlibat langsung dalam pelaksanaan tugas-tugas
sehari-hari yang berhubungan dengan produksi atau operasi pabrik. Mandor pabrik harus
memiliki pemahaman mendalam tentang proses produksi, mesin, peralatan, dan standar
kerja. Mereka juga perlu mengatasi masalah teknis yang muncul sehari-hari, seperti
perawatan mesin, perencanaan produksi, dan pemecahan masalah operasional. Oleh
karena itu, kemampuan teknis mereka sangat penting untuk menjaga efisiensi dan
produktivitas di tingkat operasional.

Anda mungkin juga menyukai