Anda di halaman 1dari 6

Knowledge, Skill, dan Attitude. Ketiga hal ini mungkin sudah tidak asing kita dengar.

Dimana
knowledge berarti pengetahuan, skill artinya keterampilan, dan attitude berarti sikap.
Knowledge, skill, dan attitude, adalah tiga kompetensi yang sudah seharusnya dimiliki oleh
setiap orang. Namun apa jadinya jika ketiga hal tersebut tidak semuanya dimiliki oleh setiap
individu? Pembahasan kali ini akan membahas lebih dalam bagaimana pentingnya
kombinasi dari ketiga hal ini terutama dalam dunia kerja. Sebelumnya, mari kita ulas
mengenai pendapat para ahli terkait knowledge, skill dan attitude.

1. Knowledge
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).
2. Skill
Menurut Dunette (1976), keterampilan berarti mengembangkan pengetahuan
yang didapatkan melalui training dan pengalaman dengan melaksanakan
beberapa tugas. Menurut Robbins (2000), keterampilan dibagi menjadi 4
kategori yaitu:
 Basic Literacy Skill: Keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh
setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.
 Technical Skill: Keahlian secara teknis yang didapat melalui
pembelajaran dalam bidang teknik seperti mengoperasikan komputer
dan alat digital lainnya.
 Interpersonal Skill: Keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi
satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat
dan bekerja secara tim.
 Problem Solving: Keahlian seseorang dalam memecahkan masalah
dengan menggunakan loginya.
3. Attitude
Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis,
seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan.
Ketiga hal diatas sangat penting perannya dalam perkembangan sebuah
perusahaan. Diantara ketiga hal tersebut, mana yang lebih penting dimiliki oleh
sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan? Pertanyaan ini bisa dijawab
dengan pemikiran sebagai berikut. Coba anda bayangkan, anda memiliki karyawan
dengan pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni, selalu mengerjakan segala
pekerjaan dengan cepat dan tepat namun tidak memiliki sopan santun, relasi
dengan teman kerja buruk, atau lebih parah lagi karyawan tersebut tidak
menghormati anda. Kasus lain, anda memiliki karyawan dengan perilaku yang baik
namun tidak menguasai bidang kerjanya, selalu salah dalam melakukan
pekerjaannya? Atau karyawan yang anda miliki adalah orang yang pintar dengan
prestasi akademis yang baik namun tidak bisa melaksanakan perintah operasional?
Michael Harris (2000), mengatakan bahwa wirausaha yang sukses pada umumnya
adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu yang memiliki ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi,
serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Dari
pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup bagi
seseorang dalam dunia usaha atau dunia kerja. Pengetahuan juga harus disertai
dengan keterampilan. Keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan manajerial,
keterampilan konseptual, keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan
berelasi, keterampilan merumuskan masalah dan cara bertindak, keterampilan
mengatur dan menggunakan waktu, dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik.
Hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan tidaklah cukup. Seseorang yang
berada di dunia usaha atau dunia kerja tentu juga harus memiliki kejujuran,
bertanggung jawab, menepati janji, disiplin, taat hukum. suka membantu, komitmen
dan menghormati, serta mengejar prestasi.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan dari
knowledge, skill, dan attitude yang dimiliki oleh sumber daya dapat menghambat
kemajuan perusahaan anda. Bagaimana jika karyawan yang anda miliki sekarang
memiliki ketidakseimbangan dalam ketiga hal diatas? Apa cara yang dapat dilakukan
dalam membangun Sumber Daya Manusia yang berkualitas, yaitu SDM yang
memiliki keseimbangan knowledge, skill, dan attitude? Apa solusi terbaik yang dapat
dilakukan?
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam membentuk Sumber Daya
Manusia yang memiliki knowledge, skill, dan attitude yang baik.
a) Pelatihan dan Pengembangan
Menurut Cut Zurnali (2004), the goal of training is for employees to master
knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to
apply them to their day-to-day activities. Hal ini berarti bahwa tujuan
pelatihan adalah agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian
dan perilaku yang ditekankan dalam program-program pelatihan dan untuk
diterapkan dalam aktivitas sehari-hari para karyawan. Pelatihan juga
mempunyai pengaruh yang besar bagi pengembangan perusahaan.
b) Hargai Proses
Penilaian yang hanya ditentukan dengan hasil akhir, dapat berdampak pada
psikologi karyawan yang tidak mempedulikan proses dalam suatu pekerjaan.
Hasil yang paling penting. Hal ini dapat meningkatkan persaingan yang tidak
sehat serta kecurangan dalam lingkungan pekerjaan. Penghargaan yang
diberikan kepada karyawan sebaiknya juga didasari karena usaha yang telah
dia lakukan selama proses dalam mencapai hasil, bukan hanya prestasi atau
hasil akhir yang dia capai.
c) Refreshing Bersama
Melakukan kegiatan bersama di luar urusan pekerjaan seperti outing, karaoke
bersama, perayaan ulang tahun untuk karyawan akan dapat meningkatkan
rasa memiliki karyawan dengan perusahaannya. Hal ini akan berdampak
positif bagi perkembangan perusahaan.
d) Jadilah Panutan
Purwanto (1998) mengatakan bahwa terdapat faktor ekstern yang
mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang. Salah satunya adalah
kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut. Sebagai pimpinan,
jadilah pemimpin yang dapat dijadikan contoh yang baik karyawan anda.
Tunjukkan bahwa keseimbangan dari knowledge, skill, dan attitude sangat
penting bagi diri sendiri serta kemajuan perusahaan.
Sebelum kita membahas menentukan tujuan dalam pelatihan kita perlu membahasa
dulu Model pelatihan yang dikembangkan Nedler (1982:12), yang dikenal dengan
The Critical Events model (CEM).
Dalam setiap langkah dari model pelatihan yang dikembangkan Nadler selalu di
evalausi untuk memberikan umpan balik atau saran. Perputaran ini bertujuan untuk
melihat keunggulan dan kelemahan dari pelatihan yang telah dilaksanakan, apakah
masih perlu diadakan perbaikan atau memang sudah sesuai dengan tujuan yang
diinginkan oleh organisasi.

Pendekatan latihan model ini melalui 8 (delapan) tahap, yaitu:


Dalam setiap langkah dari model pelatihan yang dikembangkan Nadler selalu di
evalausi untuk memberikan umpan balik atau saran. Perputaran ini bertujuan untuk
melihat keunggulan dan kelemahan dari pelatihan yang telah dilaksanakan, apakah
masih perlu diadakan perbaikan atau memang sudah sesuai dengan tujuan yang
diinginkan oleh organisasi.
a. Menentukan Tujuan
Keberhasilan pelatihan pada umumnya dapat diketahui dalam tujuan pelatihan
itu sendiri. Tujuan pelatihan pada dasarnya adalah suatu pernyataan tentang apa
hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu pelatihan (Leonard
Nadler).Pada akhir tulisan ini, perancang akan dapat: Untuk mengidentifikasi
elemen-elemen yang harus dipertimbangkan dalam menentukan tujuan program
b. Pengembangkan Tujuan Program
Untuk mengembangkan tujuan program desainer dimulai dengan kebutuhan
yang diidentifikasi dalam event sebelumnya. Langkah pertama adalah untuk
mengatur kebutuhan ini ke dalam daftar prioritas. Ada banyak cara untuk
melihatnya seperti kategorisasi dan perancang harus tahu kebutuhan individu
dan organisasi untuk menetapkan kategori prioritas. Tidak Semua kebutuhan
bisa di dimasukan dalam pelatihan dan Tidak semua kebutuhan dapat menjadi
prioritas penting, hal ini termasuk dari program pelatihan yang belum tuntas
sebelumnya. Bahwa perancang harus tahu arah pergerakan organisasi untuk
menjaga pendidikan dan pelatihan yang relevan. Perancang juga harus sadar
kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat menyebabkan pergeseran kebutuhan
yang diprioritaskan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan daftar kebutuhan


yang diprioritaskan:
1. Waktu
2. Sumber daya yang tersedia
3. Ketersediaan personil
4. Peserta
5. Faktor-faktor di luar organisasi seperti konsumen, pesaing dan pemerintah

Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya Perancang memeriksa kembali,


mungkin menemukan bahwa beberapa kebutuhan yang dapat dikombinasikan.
Dalam hal ini harus dilakukan hati-hati, sehingga tidak untuk melemahkan daftar
prioritas. Dimana kebutuhan sangat mirip atau tumpang tindih dalam proses
pengelompokan dapat membantu dalam membuat keputusan program.

c. Proses
Desainer tidak boleh menentukan tujuan dengan pengetahuan yang kosong /
minim, dalam menulis tujuan harus hati-hati karena selalu ada kemungkinan
membuat pernyataan yang tidak relevan karena menentukan dan menulis tujuan
adalah proses dimana pernyataan yang ditulis akan menjadi patokan hasil. Yang
kedua, pengawas adalah orang yang secara langsung berkaitan dengan
perubahan kinerja terbaik yang dihasilkan dari belajar. Yang ketiga adalah
manejer. Mereka prihatin atau peduli dengan kinerja pengawas di wilayah
bawahan mereka. jika tujuan adalah untuk tujuan mengubah kinerja, beberapa
manajer punya keinginan untuk terlibat dalam hal ini, melibatkan manajer adalah
penting untuk memastikan bahwa tujuan yang sejalan dengan perencanaan
manajer.
KETERAMPILAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP

Pada dasarnya tujuan pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok, yang meliputi:
A. Cognitive Domain, tujuan pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkan pengetahuan
peserta.
B. Affective Domain, tujuan pelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku dan;
C. Psychomotor, tujuan pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan ketrampilan/skill
peserta.

1. Keterampilan
 Belajar keterampilan yang membutuhkan latihan, mustahil untuk
belajar keterampilan dengan mendengarkan seseorang berbicara
tentang itu dengan melihat demonstrasi atau dengan membaca
buku.
 Bahwa keterampilan merupakan kegiatan yang memerlukan praktik
sehingga harus sering dilatih.
2. Pengetahuan
 Pengetahuan itu penting dalam program untuk itu dalam belajar
perlu melibatkan beberapa jenis pengetahuan
 Peserta Perlu tahu untuk apa tujuan melakukan hal tersebut
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional
3. Sikap
 Bahwa belajar harus mendahului perubahan sikap, untuk membawa
perubahan kinerja.
 Bahwa Sikap dapat mengubah kinerja dan kemudian orang akan
belajar untuk merasionalisasi sikap-sikap mereka untuk
menyesuaikan diri dengan kinerja baru.
 Menimbulkan kemauan kerjasama dengan rekan-rekan kerja dan
dengan manajemen (pimpinan).
 Mediation (Mediasi) Tujuan sebenarnya harus mencerminkan
realitas situasi belajar tertentu. Dalam menyusun materi pelatihan
hendaknya juga mempertimbangkan kesesuaian media yang ada.

(Gambar Bejana)

Ada berbagai cara untuk mulai mengkonversi kebutuhan ke tujuan. Umumnya diterima pola
adalah untuk mengeksplorasi keterampilan, pengetahuan dan sikap/prilaku, biasanya di
singkat (SKA). Total Wadah mewakili potensi yang lahir setiap individu, Berpotensi mengalir
dua jenis pembelajaran, Salah satunya adalah pengalaman yang datang dalam menjalani
kehidupan dan beradaptasi untuk lingkungan kita, dalam hal ini kita belajar tidak di mulai
dengan kebutuhan dan tujuan, tetapi perlu terus menerus belajar untuk mempertahankan
hidup, Yang kedua belajar dengan tujuan secara disengaja dengan Pelatihan, pendidikan.
Dalam setiap individu, dua jenis pembelajaran terus bercampuran dan saling melengkapi.
Hasilnya adalah kemungkinan perubahan semacam kinerja. Banyak faktor yang
mempengaruhi kemungkinan itu. Faktor utama adalah kepribadian individu melalui kekuatan
internal yang membatasi apa yang akan membiarkan dirinya lakukan yang berbeda atau
Kekuatan eksternal adalah budaya yang mendorong ataupun menghambat beberapa jenis
kinerja.

Anda mungkin juga menyukai