Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI

(AIR SUSU IBU) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS NAMLEA KABUPATEN BURU

SKRIPSI

Oleh :

UPIK ZULFIA ALU


NPM: 1420118186

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2020

i
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
(AIR SUSU IBU) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS NAMLEA KABUPATEN BURU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan Gelar


Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada

Oleh:

UPIK ZULFIA ALU


NPM: 1420118186

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA KAIRATU
TAHUN 2020

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI


(AIR SUSU IBU) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS NAMLEA KABUPATEN BURU

SKRIPSI

ii
Disusun Oleh :
UPIK ZULFIA ALU
NPM. 1420118186

Skripsi ini Telah Disetujui


Tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

(Windatania Mayasari, S.ST.,M.Kes) (Ns. Dewi Syitra Rumadaul, S.Kep)

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan

(Ira Sandi Tunny, S.Si.,M.Kes)


NIDN. 1208098501

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda Tangan dibawah ini :

Nama : Upik Zulfia Alu

NPM : 1420118186

Porgram Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

iii
Judul Skripsi : Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI (Air
Susu Ibu) Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja
Puskesmas Namlea Kabupaten Buru Tahun 2020.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Namlea, Oktober 2020

Yang Membuat Pernyataan,

Upik Zulfia Alu


NPM.1420118186

iv
HALAMAN PERUNTUKAN

PERSEMBAHAN

“Untuk kedua orang tua, teman-teman yang sudah


membantu Zhe selama ini dalam proses study hingga
penyusunan Skripsi, semoga apa yang sudah dilakukan
akan selalu menjadi kebanggaan dan bermanfaat bagi
kita semua”

MOTTO

“Dont downgrade your dream just to fit your reality.


Upgrade your conviction to match your destinity”

24 Oktober 2020

Upik Zulfia Alu

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga penyusunan Proposal dengan Judul: “Pengaruh Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi ASI (Air Susu Ibu) Pada Ibu Post Partum di
Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru” dapat terselesaikan
dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada Kairatu.
Pada kesempatan kali ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan hingga penyelesaian
penyusunan Skripsi ini, yaitu:
1. Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada yang
telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.
2. Dr. Sahrir Sillehu, M.Kes selaku Ketua STIKes Maluku Husada.
3. Ira Sandy Tunny, S.Si.,M.Kes, selaku Ketua Programa Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.
4. Windatania Mayasari, S.ST., M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan
dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Ns. Dewi Syitra Rumadaul, S.Kep selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan
dalam penyusunan Skrispi ini.
6. Rigoan Malawat, S.Kep.,M.Kes selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan waktu telah menguji, mengarahkan dan masukan dalam
penyusunan Skripsi ini.
7. Asih Dwi Astuti, S.ST.,M.Kes selaku dosen penguji II yang telah meluangkan
waktu telah menguji, mengarahkan dan masukan dalam penyusunan Skripsi
ini.

6
8. Seluruh Staf Dosen STIKes Maluku Husada terkhususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan terima kasih atas banyak ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
9. Seluruh Staf Puskesmas Namlea yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan pengambilan data awal serta melakukan penelitian.
10. Kepada Kedua malaikat tercinta, ayahanda tersayang Umar Alu, ibunda
tercinta Siti Face dan orang-orang terkasih yang dengan gigihnya memberikan
motivasi, doa, dan materi yang tiada hentinya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.
11. Teman teman sejawat Angkatan Ke IX Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Maluku Husada atas segala dorongan, kekompakan dan
pengertiannya selama menjalani masa-masa perkuliahan baik di dalam suka
maupun duka. Semoga kesuksesan selalu menyertai hidup kita semua dan
setiap perbuatan kita selalu bernilai baik.
Penulis meyadari Skrispi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak menemui beberapa hambatan dan kesalahan, namun penulis berharap
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikanya dengan baik.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Skrispi ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi kita semua.
Namlea, Oktober 2020

Penulis

Upik Zulfia Alu

7
Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI (Air Susu Ibu) Pada Ibu Post Partum Di Wilayah
Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru

ABSTRAK
UPIK ZULFIA ALU , WINDATANIA MAYASARI, S.Si.,M.Kep2)
1)

Ns. DEWI SYITRA RUMADAUL, S.Kep3)


1) Mahasiswa STIKes Maluku Husada
2) Dosen STIKes Maluku Husada
3) Dosen STIKes Maluku Husada

Latar Belakang : Refleks oksitosin dapat dipengaruhi oleh pikiran, perasaan dan emosi ibu.
Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran oksitosin. Hormone ini akan
menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi
sehingga ASI terdorong keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh
bayi. Sehingga kemungkinan jika ibu memiliki pikiran, perasaan dan emosi yang kuat, maka akan
menekan refleks oksitosin dalam menghambat dan menurunkan produksi ASI. Tujuan: Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI (air susu ibu) pada
ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru. Metode: Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Pra-ekperimental dengan rancangan penelitian One group pra-
post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum dari bulan September-
Oktober 52 orang di Puskesmas Namlea Kabupaten Buru diambil dengan teknik ancidental
sampling. Pengumpulan data dengan cara observasi dan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan
uji statistik parametrik dengan uji non parametic Wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa ada perbedaan sebelum dan setelah dilakukan tindakan pijat oksitosin dengan diperoleh
nilai p-value sebesar 0,001 sehingga p-value <α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan produksi ASI (air susu ibu) pre-test dan post-test dilakukan tindakan pijat oksitosin.
Kesimpulan: Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post
partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

Kata Kunci : Pijat Oksitosin, Produksi ASI (Air Susu Ibu)

8
The Effect Of Oxytocin Massage on The Production of Breast Milk in Post Partum Mothers in The
Work Area of The Puskesmas Namlea , Buru District

ABSTRACT

UPIK ZULFIA ALU1), WINDATANIA MAYASARI, S.Si.,M.Kep2)


Ns. DEWI SYITRA RUMADAUL, S.Kep3)
1) Student Of STIKes Maluku Husada
2) Lecture STIKes Maluku Husada
3) Lecture STIKes Maluku Husada

Background: The oxytocin reflex can be influenced by the thoughts, feelings and
emotions of the mother. Mother's feelings can increase and also inhibit oxytocin
secretion. This hormone will cause the muscle cells surrounding the milk-making ducts to
shrink or contract so that the milk is pushed out of the milk production ducts and flows
ready for the baby to suck in. So it is possible that if the mother has strong thoughts,
feelings and emotions, it will suppress the oxytocin reflex in inhibiting and reducing milk
production. Purpose: This study aims to determine the effect of oxytocin massage on the
production of breast milk (breast milk) in post partum mothers in the working area of the
Namlea Community Health Center, Buru Regency. Methods: This study used a pre-
experimental research with a one group pre-post test design. The population in this study
were post partum mothers from September-October is 52 people at the Namlea Public
Health Center, Buru Regency were taken using accidental sampling techniques. Data
collection by means of observation and questionnaires. Bivariate analysis used parametric
statistical tests with Paired Sample t-Test. Results: The results of this study indicate that
there is a difference before and after the oxytocin massage, with the pre-test mean score
of 7.07 and the post-test mean score of 11.87. Whereas for the p-value of 0,000 so that
the p-value <α (0.05), it can be concluded that there is a difference in the production of
breast milk (breast milk) pre-test and post-test by the oxytocin massage action.
Conclusion: There is an effect of oxytocin massage on milk production (breast milk) in
post partum mothers in the working area of the Namlea Community Health Center, Buru
Regency.

Keyword : Oxytocin Massage, Breast Milk Production

9
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN......................................iii
HALAMAN PERUNTUKAN................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.2 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.1 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Teori Konsep Laktasi................................................................................8
2.1.1 Perubahan Anatomi dan Fsiiologis Payudara Pada Masa Laktasi.....8
2.1.2 Fisiologi Laktasi...............................................................................11
2.1.3 Kandungan ASI................................................................................15
2.1.4 Manfaat ASI.....................................................................................20
2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI...........................23
2.1.6 Masalah-masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan..............28
2.2 Teori Konsep Dasar Post Partum............................................................31
2.2.1 Pengertian Post Partum....................................................................31
2.2.2 Tahapan Masa Post Partum..............................................................32
2.2.3 Kebutuhan Masa Post Partum..........................................................32
2.2.4 Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Partum.................................35
2.3 Teori Konsep Dasar Pijat Oksitosin........................................................38
2.3.1 Pengertian Pijat Oksitosin................................................................38
2.3.2 Tujuan Pijat Oksitosin......................................................................39
2.3.3 Manfaat Pijat Oksitosin....................................................................39
2.3.4 Alat dan Bahan.................................................................................39
2.3.5 Penatalaksanaan Pijat Oksitosin.......................................................40
2.4 Keaslian Penelitian..................................................................................42
BAB III..................................................................................................................46
KERANGKA KONSEP.........................................................................................46
3.4 Kerangka Konseptual..............................................................................46
3.1 Hipotesis Penelitian.................................................................................47
BAB IV..................................................................................................................48
METODE PENELITIAN.......................................................................................48
4.1 Desain Penelitian.....................................................................................48
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................48

10
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling..............................................................49
4.4 Variabel Penelitian..................................................................................50
4.5 Defenisi Operasional...............................................................................51
4.6 Instrumen Penelitian................................................................................52
4.7 Prosedur Pengambilan Data....................................................................52
4.8 Analisa Data............................................................................................55
4.9 Etika Penelitian........................................................................................56
BAB V....................................................................................................................58
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................58
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...........................................................58
5.2 Hasil.............................................................................................................59
5.3 Pembahasan.................................................................................................62
BAB VI..................................................................................................................67
PENUTUP..............................................................................................................67
6.1 Kesimpulan..................................................................................................67
6.2 Saran............................................................................................................67

11
DAFTAR TABEL

Table 1 2.4 Keaslian Penelitian........................................................................................42

Table 2 4.5 Defenisi Operasional.....................................................................................51

Table 3 5.2 Karakteristik Responden...............................................................................59

Table 4 5.2 Uji Normalitas...............................................................................................61

Table 5 5.2 Produksi ASI sebelum dan sesudah tindakan................................................62

12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 2.3 Pijat Oksitosin.................................................................................41

Gambar 2 3.1 Kerangka Konseptual………………………..................................46

13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran II Format Pengumpulan Data

Lampiran III Lembar Kuesioner

Lampiran IV Informed Consent

Lampiran V Standar Operasional Prosedure

Lampiran VI Master Tabel (Data Penelitian)

Lampiran VII Jadwal Kunjungan Rumah (door to door)

Lampiran VIII Hasil Uji Normalitas

Lampiran IX Hasil Uji Paired Sampel t-Test

Lampiran X Dokumentasi Penelitian

lampiran XI Surat-surat

14
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber kehidupan bagi anak yang

sangat penting dalam pertama kehidupan anak, dimana dalam air susu ibu

terdapat banyak kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak yang

menunjang tumbuh kembangnya seorang anak (Jauhari, Fitriani, & Bustami,

2018).

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, peraturan Pemerintah

tersebut menyatakan bahwa setiap bayi harus mendapatkan ASI eksklusif

yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa

menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain

(Kemenkes RI, 2012)

Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal

ASI ekslusif perlu diberikan pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan dan

dapat dilanjutkan sampai anak usia 2 tahun. ASI sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI ekslusif sejak bayi

dilahirkan baik dilakukan agar mendapatkan kolostrum, yang berupa ASI

berwarna kekuningan yang keluar dari hari pertama sampai hari ke tiga ibu

menyusui (Windiarto, et al., 2019).

1
2

Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan terbukti memberikan resiko

yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare, infeksi

saluran napas, infeksi telinga, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Selain

itu pula dapat mengurangi resiko terhadap kejadian obesitas, alergi ataupun

kanker (Jauhari, Fitriani, & Bustami, 2018).

Menurut data WHO (World Health Organization) dan UNICEF Tahun

2018, cakupan ASI eksklusif pada bayi dibawah 6 bulan adalah 41% dan

ditargetkan mencapai 70% pada tahun 2030. Standar pertumbuhan anak yang

diterapkan diseluruh dunia menurut WHO yaitu menekankan pemberian ASI

sejak lahir sampai usia 6 bulan (Global Breastfeeding Scorecard, 2018).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018,

cakupan presentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia yaitu

sebesar 68,74%. Pemerintah telah menargetkan pencapaian ASI eksklusif di

Indonesia sebesar 80%, namun hal itu belum tercapai sampai saat ini.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 presentase tertinggi

proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan adalah pada 1-6 jam

(35,2%). Proses mulai menyusu pada satu jam pertama setelah lahir atau IMD

hanya 34,5% (Primadi, 2018).

Menurut data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 Maluku

termasuk salah satu Provinsi dengan presentase terendah cakupan pemberian

ASI eksklsuif dengan nilai presentase (23,18%) tidak mencapai target Renstra

tahun 2018 yaitu sebesar (47,0%) (Primadi, 2018).


3

Target pencapaian ASI Eksklusif sulit dicapai disebabkan karena salah

satunya yaitu ASI tidak keluar. Permasalahan tidak lancarnya proses

keluarnya ASI yang menjadi salah satu penyebab seseorang tidak dapat

menyusui bayinya sehingga proses menyusui terganggu atau terhambat

(Italia & Yanti, 2018).

ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau

sedikitnya produksi ASI. Hal ini disebabkan pengaruh hormone oksitosin

yang kurang bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi yang

mengaktifkan kerja hormone oksitosin (Asih, 2017).

Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan

ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah

menyusu, bayi sering menangis atau rewel, menyusu lebih lama dari

frekuensi biasanya, ingin selalu minum ASI dengan waktu yang cukup

pendek, tinja bayi keras dan payudara terasa membesar. Kecukupan dapat

dinilai dari penambahan berat badan bayi secara teratur, frekuensi BAK

paling sedikit 6 kali sehari, frekuensi BAB 6 sampai 8 kali dalam 24 jam

dengan warna jernih kekuningan (Italia & Yanti, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Italia & Yanti,

2018) ada pengaruh yang signifikan pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu

post partum di BPM Meli Rosita Palembang Tahun 2018 dengan nilai p value

= 0,004 < 0,05.

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI yang

kurang dapat dilakukan tindakan nonfarmakologis pijat oksitosin yang dapat


4

merangsang refleks oksitosin atau refleks let-down, selain itu dapat

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi

sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan

produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Wulandari, 2020).

Refleks oksitosin dapat dipengaruhi oleh pikiran, perasaan dan emosi

ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran

oksitosin. Hormone ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi

saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong

keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi.

Sehingga kemungkinan jika ibu memiliki pikiran, perasaan dan emosi yang

kuat, maka akan menekan refleks oksitosin dalam menghambat dan

menurunkan produksi ASI (Italia & Yanti, 2018).

Berdasarkan pengumpulan data awal di Ruang Bersalin Puskesmas

Namlea Kabupaten Buru jumlah ibu post partum pada Tahun 2019 adalah

475, ibu post partu, pada tahun 2020 triwulan II 290 dan pada bulan

September sampai Oktober Tahun 2020 adalah 52. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan pada tanggal 9-13 Juli 2020 data menunjukan

bahwa pada 4 orang pasien mengalami kesulitan dalam menyusui karena ASI

tidak keluar yang menyebabkan ibu mengalami bendungan ASI, dan bayi

sering menangis. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dengan salah satu bidan yang bertugas di Puskesmas Namlea bahwa bidan

sudah memberikan informasi mengenai pemberian ASI eksklusif namun

belum sering dilakukan intervensi atau tindakan pijat oksitosin yang


5

diterapkan untuk merangsang produksi ASI pada ibu post partum di

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

Berdasarkan uraian diatas, Peneliti tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum Ibu di

Ruang Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang diatas maka rumusan masalah

yang disusun oleh peneliti yaitu : “Apakah ada pengaruh pijat oksitosin

terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu) pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pengaruh pijat oksitosin terhadap

produksi ASI (Air Susu Ibu) pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi produksi ASI (Air Susu Ibu) sebelum

dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

2. Untuk mengidentifikasi produksi ASI (Air Susu Ibu) setelah

dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.


6

3. Untuk menganalisa pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi

ASI (Air Susu Ibu) pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

1.1 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai perkembangan ilmu keperawatan bagi institusi pendidikan

khususnya keperawatan maternitas tentang pijat oksitosin dalam

pengeluaran dan produski ASI (Air Susu Ibu).

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

peneliti tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI

(Air Susu Ibu) pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

2. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

upaya memberikan pelayanan atau intervensi keperawatan pada

ibu post partum untuk pemenuhan produksi ASI (Air Susu Ibu).

3. Bagi Post Partum

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh

pijat oksitosin terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu) pada ibu

post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten

Buru sehingga ibu dapat memenuhi produksi ASI bagi bayinya.


7

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

sebagaireferensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI (Air

Susu Ibu) pada ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea

Kabupaten Buru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Konsep Laktasi

2.1.1 Perubahan Anatomi dan Fsiiologis Payudara Pada Masa Laktasi

1. Pembentukan Payudara (mammogenesis)

Pembentukan Payudara (mammogenesis) adalah istilah

yang digunakan untuk pembentukan kelenjar mammae atau

payudara yang terjadi dalam beberapa tahap, antara lain :

a. Embryogenesis pembentukan payudara dimulai kira-kira

minggu keempat masa kehamilan, baik janin laki-laki maupun

janin perempuan. Pada usia 12 hingga 16 minggu pembentukan

putting dan areola jelas tampak. Saluran-saluran laktiferus

membuka ke dalam cekungan payudara yang kemudian

terangkan menjadi putting dan areola. Setelah lahir, beberapa

bayi yang baru lahir mengeluarkan cairan yang disebut watch’s

milk, yang disebabkan oleh pengaruh hormone-hormon

kehamilan yang berkaitan dengan produksi ASI (yang tidak

dijumpai pada bayi yang lahir premature).

b. Pubertas, tidak ada pertumbuhan payudara lagi sampai tingkat

pubertas, ketika kadar estrogen dan progseteron mengakibatkan

saluran-saluran laktiferus, alveoli, putting dan areola.

8
9

Penambahan ukuran payudara disebabkan oleh adanya

penimbunan jaringan lemak.

c. Kehamilan dan laktogenesis, pembesaran payudara merupakan

salah satu tanda mungkin kehamilan keenam kehamilan

estrogen memacu pertumbuhan saluran-saluran laktiferus

progesteron, prolactin dan human placental lactogen (HPL)

menyebabkan timbulnya poliferasi dan pembesaran alveoli,

payudara terasa berat dan sensitive. Dengan bertambahnya

suplai darah, vena-vena dapat terlihat pada permukaan

payudara. Pada usia 12 minggu kehamilan terjadi pigmentasi

dalam jumlah banyak pada areola dan putting karena

bertambahnya sel-sel melanosit, yang berubah warna menjadi

merah atau coklat. Kelenjar Montgomery juga lebih besar dan

mulai mengeluarkan lubrikan serosa untuk melindungi putting

dan areola. Kira-kira pada 16 minggu, diproduksi kolostrum

(lactogenesis I) dibawah pengaruh prolactin dan HPL, tetapi

produksi yang menyeluruh ditekan oleh bertambahnya kadar

estrogen dan progesterone. Laktasi merupakan titik dimana

payudara sudah mencapai pembentuknya yang sempurna

(Wahyuni, 2018)

2. Struktur Eskternal Payudara

Payudara berada diantara iga kedua dan keenam dari

sternum kea rah tengah, melalui otot pektoralis. Setelah periode 24


10

jam semua ibu yang menyusui memproduksi jumlah ASI yang

sama (rata-rata 798 g/24 jam). Dibagian tengah permukaan terdapat

areola rata-rata diameter areola 15 mm dan berpigment yang dapat

diperlukan untuk membantu bayi dalam mencari putting pada saat

lahir dan bau ASI sehingga membantu menarik bayi untuk

mengisap (suckle) payudara, tuberkel (tonjolan) Montgomery

membuka kearah areola dan mengeluarkan cairan pelindung yang

bersifat sebagai pelumas (lubrikan) untuk meminyaki putting

selama menyusui. Putting adalah struktur yang sensitive dan

bersifat erektil, terdiri dari otot-otot polos, kolagen dan jaringan

ikat elastis yang terdapat dalam kedua bentuk yaitu, sirkuler dan

radial. Bereaksinya putting di rangsang oleh respon-respon

sentuhan dan respon-respon otonom saraf simpatis. Putting terletak

di tengah-tengah areola, dari mana ASI dipancarkan atas

permintaan. Stimulasi pada putting menyebabkan menyemburnya

air ASI melalui hypothalamus, yang merangsang lepasnya oksitosin

dari bagian posterior kelenjar pituitary. Duktus laktiferus

merupakan saluran-saluran yang bercabang di dalam areola 5-8 m

dari putting. Pada masa laktasi terdapat banyak alveoli yang

berkelompok (10-100) membentuk lobuli (lobus-lobus kecil) yang

bersatu menjadi lobus, alveoli terdiri dari selapis laktosit yang

menghasilkan ASI yang dikelilingi oleh jaringan kapiler

(Wahyuni, 2018).
11

3. System Darah, Saraf, dan Limfoid

Payudara penuh dengan pembuluh-pembuluh darah, 60%

suplai darah terjadi melalui vena-vena mamaria internal dan 30%

melalui arteri torakalis. Drainase vena terjadi melalui vena-vena

manmaria dan vena-vena aksilaris. System limfoid mengeluarkan

cairan yang berlebih dari jaringan berongga ke dalam nodus-nodus

aksilaris dan nodus-nodus mamme. Kulit disuplai oleh cabang-

cabang saraf torakalis, putting dan areola oleh system saraf

otonom. Suplai saraf terutama berasal dari cabang-cabang saraf

intercostal keempat, kelima dan keenam. Saraf intercostal keempat

berubah menjadi superfisial di areola, yang kemudian berkembang

menjadi lima percabangan (Wahyuni, 2018).

2.1.2 Fisiologi Laktasi

Lactogenesis adalah mulainya produksi ASI. Ada tiga fase

lactogenesis; dua fase awal dipicu oleh hormone atau respon

neuroendokrin, yaitu interaksi antara system saraf dan system

endokrin dan terjadi ketika ibu ingin menyusui ataupun tidak, fase

ketiga adalah autocrine (sebua sel yang mengeluarkan hormone

kimiawi yang bertindak atas kemauan sendiri), atau atas control local

(Wahyuni, 2018)

1. Kontrol Neuroendokrin, lactogenesis I terjadi pada 16 minggu

kehamilan ketika kolostrum diproduksi oleh sel-sel laktosit

dibawah control neuroendokrin. Prolactin dihambat oleh


12

meningkatnya progseteron dan estrogen serta HPL (human

placental lactogen) dan factor peghambtan prolactin (PIF =

Prolaktin inhibitor factor) dan karena hal itu produksi ASI

ditahan. Pengeluaran kolostrum pada ibu hamil pada umumnya

terajdi pada trimester 3 atau pada usia kehamilan 34-36 minggu.

Lactogenesis II merupakan permulaan produksi ASI. Terjadi

menyusul pengeluaran plasenta dan membran-membran yang

mengakibatkan turunnya kadar progesterone, estrogen, HPL dan

PIF (control neuroendokrin) secara tiba-tiba. Kadar prolactin

meningkat dan bergabung dengan penghambat prolactin pada

dinding sel-sel laktosit, yang tidak lagi dinonaktifkan oleh HPL

dan PIF dan dimulailah sintesis ASI. Kontak skin-tos-skin

dengan bayi pada waktu inisiasi menyusui dini (IMD),

merangsang produksi prolactin dan oksitosin. Menyusui secara

dini dan teratur menghambat produksi PIF dan merangsang

produksi prolactin. Lactogenesis III dapat terlambat atau

tertunda pada ibu yang menderita diabetes tipe I, hal ini

dimungkinkan karena ketidakseimbangan insulin awal yang

dibutuhkan untuk laktasi, dan pada mereka yang mengalami

retensio plasenta karena produksi progesterone lahir melalui

IMD agar akses ke payudara terjadi sedini mungkin dan terdapat

banyak manfaat IMD yaitu, memulai inisiasi ASI, mencegah

hipotermi, membangun bounding attachment (ikatan kasih


13

saying antara ibu dan bayi). Lactogenesis III dimulai 30-40 jam

setelah melahirkan, maka ASI matur keluar lancer pada hari

kedua atau ketiga setelah melahirkan (Wahyuni, 2018).

a. Prolactin merupakan hormone penting dalam

pembentukan dan pemeliharaan produksi ASI dan

mencapai kadar puncaknya setelah lepasnya plasenta dan

membrane. Prolactin dilepaskan ke dalam darah dari

kelenjar hipofisis anterior sebagai respon terhadap

pengisapan atau rangsangan pada putting serta

menstimulasi area reseptor prolactin pada dinding sel

laktosis untuk mensintesis ASI. Reseptor prolactin

mengatur pengeluaran ASI. Bila alveoli sudah penuh

dengan ASI, dinding mengembang dan berubah bentuk,

yang mempengaruhi reseptor prolactin, pada akhirnya

prolactin tidak dapat masuk ke dalam sel-sel produksi ASI

menurun, bila ASI sudah dikeluarkan dari alveolus, bentuk

asalnya akan kembali dan prolactin akan terikat pada

tempat reseptor, yang akan meningkatkan produksi ASI.

Prolaktin juga dihasilkan selama menyusui dan mencapai

tingkat tertinggi 45 menit setelah menyusui. Puncak

tertinggi prolactin adalah pada malam hari (cicardian

rhytm), oleh karena itu menyusui pada malam hari harus


14

dianjurkan pada ibu menyusui untuk meningkatkan

produksi (Wahyuni, 2018).

b. Okstosin dilepaskan oleh kelenjar hipofisis anterior dan

merangsang terjadinya kontraksi sel-sel mioephithel di

sekelilingi alveoli untuk menyemburkan (ejection) ASI

melalui duktus laktiferus. Hal ini disebut sebagai

pelepasan oksitosin (oxytocine releasing) atau reflek

penyemburan (ejection reflex). Kejadian ini

mengakibatkan memendeknya duktus laktiferus untuk

meningkatkan tekanan dalam saluran mammae dan dengan

demikian memfasilitasi penyemburan (enjection) ASI.

Beberapa ibu merasakan adanya rasa kesemutan pada

payudara dan kontraksi Rahim serta peningkatan

pengeluaran darah dari vagina pada beberapa hari pertama

setelah melahirkan. Oksitosin menurunkan kadar kortisol

yang mengakibatnya timbulnya efek relaks, menurunkan

kecemasan dan tekanan darah serta meningkatkan perilaku

keibuan. Let down reflex (reflex keluarnya ASI) pada hari-

hari pertama setelah melahirkan dikontrol oleh pengisapan

payudara oleh bayi yang baru lahir dan oleh ibu yang

melihat, meraba, mendengar dan mencium baunya.

Setelah bayi bertambah usianya, maka reflek ini dipicu

oleh pemikiran tentang menyusui bayi atau mendengar


15

bayi lain yang menangis. Diperkirakan bahwa pengisapan

oleh bayi baru lahir normal optimal pada 45 menit setelah

dilahirkan dan menurun dalam dua atau tiga jam berkaitan

dengan penurunan fisiologis adrenalin bayi yang baru

dilahirkan (Wahyuni, 2018).

2. Kontrol Autokrin, lactogenesis III mengindikasikan pengaturan

autokrin yaitu ketika suplai dan permintaan (demand) mengatur

produksi ASI. Suplai ASI dalam payudara dikontrol oleh

pengeluaran ASI secara autokorin atau control local. Protein

whey yang dinamakan feedback inhibitor of location (FIL) yang

dikeluarkan oleh laktosit yang mengatur produksi ASI di tingkat

local. Ketika alveoli menggelembung terjadi peningkatan FIL

dan Sintesis ASI akan terhambat. Bila ASI dikeluarkan secara

efektif melalui proses menyusui dan konsentrasi FIL menurun,

maka sintesis ASI akan berlangsung kembali. Ini merupakan

mekanisme local dan dapat terjadi di salah satu atau kedua

payudara. Hal ini memberikan suatu umpan balik negative

(negative feedback hromon), ketika terjadi pengeluaran ASI

yang tidak efektif dari payudara, misalnya proses menyusui

tidak efektif atau ibu tidak menyusui bayinya (Wahyuni, 2018).

2.1.3 Kandungan ASI

1. Kolostrum diproduksi sejak minggu ke 16 kehamilan (lactogenesis

I) dan siap untuk menyongsong kelahiran. Kolostrum ini


16

berkembang menjadi ASI yang matang atau matur pada 3 sampai

4 hari setelah persalinan. Kolostrum merupakan suatu cairan

kental yang berwarna kuning yang sangat pekat, tetapi terdapat

dalam volume yang kecil pada hari-hari awal kelahiran dan

merupakan nutrisi yang paling ideal bagi bayi. Volume saat yang

bersamaan pada hari-hari awal kehidupan. Bayi yang baru lahir

mempunyai ginjal yang belum sempurna dan hanya sanggup

menyaring cairan dengan volume kecil. Kolostrum juga

mempunyai manfaat membersihkan yang membantu

memebrsihkan perut dari mekoneum, yang mempunyai

konsentrasi empedu yang tinggi, sehingga akan mengurangi

kemungkinan terjadinya icterus. Kolostrum berisi antibody serta

zat-zat anti infeksi seperti Ig A, lisosom, laktoferin, dan sel-sel

darah putih dalam konsentrasi tinggi dibandingkan ASI biasa.

Kolostrum juga kaya akan factor-faktor pertumbuhan serta

vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, khususnya vitamin A

(Wahyuni, 2018).

2. ASI Transisi (transitional milk) adalah susu yang diproduksi dalam

2 minggu awal (lactogenesis II) volume susu secara bertahap

bertambah, konsentrasi imunoglobin menurun, dan terjadi

penambahan unsur yang menghasilkan panas (colorific content),

lemak dan laktosa (Wahyuni, 2018).


17

3. ASI Matur (mature milk) kandungan dapat bervariasi diantara

waktu menyusu. Pada awal menyusui, susu ini kaya akan protein,

laktosa dan air (foremilk) dan ketika penyusuan berlanjut, kadar

lemak secara bertahap bertambah sementara volume susu

berkurang (hindmilk). Hal ini penting ketika bidan atau perawat

mengajarkan kepada para ibu tentang pada normal dalam

menyusui. Terjadi penambahan lemak yang signifikan pada pagi

hari dan awal sore hari (Wahyuni, 2018).

4. Kandungan ASI Lainnya

a. Lemak merupakan sumber energy utama dan menghasilkan

setengah dari total seluruh kalori ASI. Lipid terutama dari

butiran-butiran trigliserid, yang mudah dicerna dan yang

merupakan 98% dari seluruh lemak ASI. ASI terdiri dari asam

lemak tak jenuh rantai panjang yang membantu perkembangan

otak dan mata, serta saraf dan system vasikuler. Tetapi lemak

yang terdapat dalam ASI bervariasi sepanjang menyusui, dan

akan bertambah bila payudara kosong. Payudara penuh

diasosiasikan dengan jumlah minimum lemak dalam susu,

sementara payudara yang lebih kosong diasosiasikan dengan

jumlah lemak yang lebih tinggi.

b. Protein, ASI matur mengandung 40% kasein dan 60% protein

dadih (whey protein) yang membentuh dadih lunak di dalam

perut dan mudah dicerna. Whey protein mengandung protein


18

anti infekis, sementara kasein penting untuk mengangkut

kalsium dan fosfat. Laktoferin megikat zat besi, memudahkan

absorbs dan mencegah pertumbuhan bakteri didalam usus.

Factor bifidus yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan

lactobacillus bifidus (bakteri baik) untuk menghambat bakteri

pathogen dengan jalan meningkatkan pH feces bayi. Taurin

juga dibutuhkan untuk menggabungkan atau mengkonjugasikan

garam-garam empedu dan menyerap lemak pada hari-hari

awali, serta membentuk meilin system saraf (Wahyuni, 2018).

c. Prebiotic (Oligasakarida) berinteraksi dengan sel-sel epitel

usus untuk merangsang system kekbalan menurunkan pH usus

guna mencegah bakteri-bakteri pathogen agar tidak

menimbulkan infeksi, dan menambah jumlah bakteri-bakteri

pathogen agar tidak menimbulkan infeksi, dan menambah

jumlah bakteri-bakteri bifido pada mukosa (Wahyuni, 2018).

d. Karobihdrat, laktosa merupaka karbohidrat utama dalam ASI

(98%) dan dengan cepat dapat diurai menjadi glukosa. Laktosa

penting bagi pertumbuhan otak dan terdapat dalam konsentrasi

tinggi dalam ASI. Laktosa juga penting bagi pertumbuhan

lactobacillus bifidus. Jumlah laktosa dalam ASI juga mengatur

volume produksi ASI melalui cara osmosis (Wahyuni, 2018).

e. Zat Besi, bayi-bayi yang diberi ASI tidak membutuhkan

suplemen tambahan sebelum usia 6 bulan karena rendahnya


19

kadar zat besi dalam ASI yang terikat oleh laktoferin, yang

menyebabkannya menjadi lebih teresap dan dengan demikian

mencegah pertumbuhan bakteri-bakteri di dalam usus. Susu

formula mengandung 6 kali lipat zat besi bebas yang susah

diserap sehingga memacu perkembangan bakteri dan risiko

infeksi. Elemen lainnya terdapat dalam konsetrasi lebih rendah

pada ASI dibandingkan dengan yang dalam susu formula, tetapi

lebih ideal karena lebih mudah diserap (Wahyuni, 2018).

f. Vitamin yang larut dalam lemak, konsentrasi vitamin A dan E

cukup bagi bayi. Namun vitamin D dan K tidak selalu berada

dalam jumlah yang digunakan. Vitamin D penting untuk

pembentukan tulang, tetapi jumlahnya bergantung pada jumlah

pajanan ibu terhadap sinar matahari. Sehingga ibu menyusui

juga perlu direkomendasikan mendapatkan suplemen vitamin D

10 µ per ahri. Vitamin K dibutuhkan untuk pembekuan darah.

Kolostrum mempunyai kadar vitamin K rendah, maka vitamin

K direkomendasikan diberikan secara rutin pada bayi 1 jam

setelah lahir. Ketika ASI sudah matur, maka melalui proses

menyusui yang efektif usus bayi terkoloni oleh bakteri,

sehingga kadar vitamin K meningkat (Wahyuni, 2018).

g. Elektrolit dan Mineral, kandungan elektrolit dalam ASI

sepertiga lebih rendah dari susu formula, dan 0,2% natrium,

kalium dan klorida. Tetapi untuk kalsium, fosfor dan


20

magnesium terkandung dalam ASI dalam konsentrasi lebih

tinggi (Wahyuni, 2018).

h. Immunoglobulin terkandung dalam ASI dalam 3 cara dan tidak

dapat ditiru oleh susu formula :

1) Antibody yang berasal dari infeksi yang pernah dialami

oleh ibu

2) SIgA (immunoglobin A sekretori) yang terdapat dalam

saluran pencernaan

3) Jaras entero-mamari dan bronco-mamari (gut-associated

lymphatic tissue/GLAT dan bronchus-associated lymphatic

tissue/BLAT) keduanya mendeteksi infeksi dalam lambung

atau saluran nafas ibu dan menghasilkan antibody

4) Sel darah putih ada dan bertindak sebagai mekanisme

pertahanan terhadap infeksi, fargmen virus menguji system

kekebalan bayi dan molekul-molekul anti-inflamasi

diperkirakan melindungi bayi terhadap radang akut mukosa

usus dengan jalan mengurangi infeksi dalam merespon

bakteri-bakteri pathogen usus (Wahyuni, 2018).

2.1.4 Manfaat ASI

1. Bagi Ibu

a. Aspek kesehatan ibu, isapan bayi pada payudara akan

merangsang terbentuknya okstosin oleh kelenjar hipofisis.

Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya


21

perdarahan pasca persalinan. Penundah haid dan berkurangnya

perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia

difisiensi besi. Kejadian karsinoma mamae pada ibu yang

menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.

b. Aspek keluarga berencana, menyusui secara eksklusif dapat

menjarangkan kehamilan. Ditemukan rerata jarak kehamilan

ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak

menyusui 11 bulan. Hormone yang mempertahankan laktasi

bekerja menekan hormone untuk ovulusi, sehingga dapat

menunda kembalinya kesuburan, ibu yang sering hamil juga

menjadi factor risiko tersendiri, misalnya mempunyai penyakit

seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian serta menjadi

beban bagi ibu sendiri.

c. Aspek psikologis, keuntungan menyusui tidak hanya

bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu, ibu akan merasa

bangga dan diperlukan (Wahyuni, 2018).

2. Bagi Bayi

a. Mengandung antibody

b. Membantu bayi dalam memulai awal kehidupannya dengan

baik

c. Mengandung komposisi yang tepat

d. Mengurangi kejadian karien dentis


22

e. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi karena adanya

ikatan batin ibu dan bayi

f. Terhindar dari alergi

g. Meningkatkan kecerdasan

h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang

pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada

payudara (Wilujeng & Hartati, 2020).

3. Manfaat ASI Bagi Keluarga

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, adanya

factor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin

status gizi bayi baik serta menurunkan angka kesakitan dan

kematian bayi. ASI melindungi bayi dari penyakit-penyakit

infeksi seperti otitis media, diare, ISPA, dan lain-lain. Manfaat

ASI selain karena adanya zat antibody, juga karena adanya

kandungan nutrient-nutrien bermanfaat yang berasal dari ASI.

b. Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit karena rawat gabung

akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi

komplikasi persalinan dan infeksi nosocomial serta

mengurangi biaya yang diperlukan perawatan anak sakit. Anak

yang mendapatkan ASI jarang di rawat di Rumah Sakit

dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.

c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula, ASI dapat

dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua itu menyusui,


23

diperkirakan dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai

untuk membeli susu formula (Wahyuni, 2018).

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

1. Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang

dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup

mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi

ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan

sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi

ASI yang baik makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori,

protein, lemak, vitamin dan mineral yang cukup selain itu ibu

dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari.

Bahan makanan yang dibatasi untuk menyusui :

a. Yang merangsang seperti cabe, merica, jahe kopi dan alkohol

b. Yang membuat kembung seperti ubi, singkong, koo, sawi dan

daun bawang

c. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak

(Rini & Kumala, 2017).

2. Ketenangan jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu

yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan

berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume

ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi


24

ASI yang baik harus dalam keadaan tenang (Rini & Kumala,

2017).

3. Penggunaan Alat Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi khususnya yang mengandung

ekstrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume

dan durasi ASI, contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah

kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3

bulanan (Rini & Kumala, 2017).

4. Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofisie untuk mengeluarkan hormon prolaktin

dan oksitosin (Rini & Kumala, 2017).

5. Anatomi Payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi

produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi

papilla mammae atau putting susu ibu (Rini & Kumala, 2017).

6. Faktor Fisiologi

ASI terbentuk karena pengaruh dari hormon prolaktin

yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi ASI

(Rini & Kumala, 2017).


25

7. Pola Istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran

ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI

juga berkurang (Rini & Kumala, 2017).

8. Faktor Isapan Anak Atau Frekuensi Penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka

produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi,

frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda.

Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan

optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama

bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena

bayi prematur belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup

bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2 minggu

pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI

yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit

8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi

penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon

dalam kelenjar payudara (Rini & Kumala, 2017).

9. Berat Lahir Bayi

Berat bayi lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan

mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir

normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah

ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah


26

dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi

stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memperoduksi

ASI (Rini & Kumala, 2017).

10. Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan saat melahirkan dan berat lahir

mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir

prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah

dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI

lebih rendah daripada bayi lahir cukup bulan. Lemahnya

kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat

badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Rini &

Kumala, 2017).

11. Konsumsi Rokok dan Alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan

menganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin

akan menghambat pelepasan oksitosin (Rini & Kumala, 2017).

Tanda bayi cukup ASI usia 0-6 bulan, dapat dinilai kecukupan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut :

1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal

mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 jam minggu pertama.

2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna

menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.


27

3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.

4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.

6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi

sesuai dengan grafik pertumbuhan.

8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai

dengan rentang usianya.

9. Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar bangun dan tidur

dengan cukup.

10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan

tertidur pulas (Rini & Kumala, 2017).

Tanda-tanda kelancaran produksi ASI pada Ibu dan Bayi tercukupi,

antara lain sebagai berikut :

1. ASI keluar memancar saat areola dipencet.

2. ASI keluar memancar tanpa memencet payudara.

3. ASI keluar memancar dalam 72 jam pasca persalinan.

4. Payudara terasa penuh atau tegang sebelum menyusui.

5. Payudara terasa kosong setelah menyusui.

6. ASI keluar segera setelah bayi mulai menyusu.

7. Tidak terjadi rasa nyeri atau lecet dan bendungan dalam payudara.

8. 24 jam pasca salin ASI telah keluar.

9. Masih menetes setelah menyusui.


28

10. Payudara terasa lunak atau lentur setelah menyusui.

11. Setelah menyusu bayi akan tidur atau tenang selama 3-4 jam.

12. Bayi buang air kecil sekitar 8 kali sehari dan warna urine kuning

pucat seperti jerami.

13. Berat badan bayi naik antara 140-200 gram dalam 1 minggu (Rini

& Kumala, 2017).

2.1.6 Masalah-masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan

1. Putting Susu Lecet

Pada keadaan ini sering kali seorang ibu mengehntikan

menyusui karena putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Cek bagaimana perlekatan ibu dengan bayi.

b. Cek apakah terdapat infeksi candida, kulit merah, berkilat,

kadang gatal, terasa sakit yang menetap dan kulit bersisik

(flaky).

Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala reta-

retak atau luka, maka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak

begitu sakit.

b. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-

kali memberikan obat lain, seperti krim, salep dan lain-lain.


29

c. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara

waktu kurang lebih 24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri

dalam waktu 2 hari.

d. Selam putting susu diitirahatkan, sebaiknya ASI tetap

dikeluarkan dengan tangan, tidak dianjurkan dengan alat pompa

karena nyeri.

e. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk

menggunakan dengan sabun (Wahyuni, 2018).

2. Payudara Bengkak

Bedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI dengan

payudara bengkak. Pada payudara penuh, rasa berat pada

payudara, payudara pnas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar dan

tidak ada demam. Pada payudara bengkak, payudara udem, sakit,

putting kenceng, kulit mengkilat walau tidak merah dan bila

diperiksa atau diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah

24 jam, hal ini terjadi karena produksi ASI yang meningkat,

terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin

kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan

waktu menyusui. Untuk mencegah hal ini diperlukan :

a. Menyusui dini

b. Perlekatan yang baik

c. Menyusui on demand, bayi harus lebih sering disusui.


30

Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya

ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun, dan untuk

merangsang reflex oksitosin, maka dilakukan :

a. Kompres hangat untuk mengurangi sakit

b. Ibu harus rileks

c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar dengan daerah

payudara)

d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke

arah tengah)

e. Stimulasi payudara dan putting

f. Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk

mengurangi edema. Pakailah BH yang sesuai, menyangga

payudara, bila terlalu sakit dapat diberikan analgesic

(Wahyuni, 2018).

3. Mastitis Atau Abses Payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara

menjadi erah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,

suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan

diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas

1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran

susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap

atau dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga

karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena


31

tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada

payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang

menggantung. Ada dua jenis mastitis yaitu mastitis yang terjadi

karena milk stosis dan non infection mastitis dan yang telah

terinfeksi bakteri (infective mastitis). Lecet pada putting dan trauma

pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa

tindaka yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Kompres hangat dan pemijatan

b. Rangsang oksitosin dimulai pada payudara yang tidak sakit

yaitu stimulus putting, pijat leher punggung dan lain-lain

c. Pemberian antibiotic selama 7-10 hari (kolaborasi dengan

dokter)

d. Sebaiknya diberikan istirahat total dan bila perlu obat

penghilang nyeri

e. Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak

boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah

(Wahyuni, 2018).

2.2 Teori Konsep Dasar Post Partum

2.2.1 Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post

partum berlangsung selama kira-kira 6 minggu (42 hari)

(Wahyuningsih, 2019).
32

2.2.2 Tahapan Masa Post Partum

1. Immediate Post Partum (setelah plasenta lahir 24 jam), masa segera

setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang sering

terjadi pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu perlu

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengelurana lokhea,

tekanan darah dan suhu.

2. Eraly Post Partum (24 jam sampai 1 minggu) harus dipastikan

involusi uteri normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau

busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan cairan serta

ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Late Post Partum (1 minggu sampai 6 minggu) tetap melakukan

perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling atau

pendidikan kesehatan Keluarga Berencana (KB) (Wahyuningsih,

2019).

2.2.3 Kebutuhan Masa Post Partum

1. Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan

nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan ASI. Kebutuhan gizi ibu saat menyusui

adalah sebagai berikut :

a. Konsumsi tambahan kalori 500 tiap hari

b. Diet seimbang, protein, mineral, dan vitamin

c. Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (± 8 gelas)


33

d. Fe/table tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

e. Kapsul vitamin A 200.000 unti (Wahyuningsih, 2019).

2. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan

agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum

bangun dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk

berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat

tidur dalam 24-48 jam post partum. Hal ini dilakukan bertahap.

Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan

penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,

demam dan sebagainya. Keuntungan dari ambulasi dini :

a. Ibu merasa lebih sehat

b. Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik

c. Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya

d. Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan,

tidak mempengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan

perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau

retrotexto uteri (Wilujeng & Hartati, 2020).

3. Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan ibu dapat berkemih,

jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih

disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal ini yang menyebabkan

kesulitan berkemih (retensio urine) pada post partum :


34

a. Otot-otot perut masih lemah

b. Edema dan uretra

c. Dinding kandung kemih kurang sensitive

d. Ibu post partum diharapkan bias defekasi atau buang air besar

(BAB) setelah hari kedua post partum, jika hari ketiga belum

defekasi bias diberi obat pencahar oral atau rektal (Wahyuni,

2018).

4. Kebersihan Diri

Pada masa post partum seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan

lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langlah-langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum

b. Mengajarkan ibu cara membersihkan alat kelamin dengan

sabun dari depan ke belakang

c. Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari

d. Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan alat kelamin

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi atau luka

Jahit pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh

daerah tersebut (Wahyuni, 2018).


35

5. Istirahat dan Tidur

Menganjurkan ibu istirahat cukup dan dapat melakukan

kegiatan rumah tangga secara bertahap. Kurang istirahat dapat

mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusi dan

depresi pasca persalinan. Selama masa post partum, alat-alat

interna dan eksternal berangsur-angsur kembali ke keadaan

sebelum hamil (ivolusi) (Wahyuni, 2018).

2.2.4 Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Partum

1. Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena

kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Uterus berangsur-angsur

mengecil sampai keadaan sebelum hamil (Wahyuni, 2018)

2. Lochea

Yaitu cairan atau secret berasal dari kavum uteri dan vagina

selama masa post partum. Berikut ini bebrapa jenis lokhea :

a. Lokhea rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban, desidua, verniks kaseosa, lanugo,

mekonium berlangsung 2 hari post partum.

b. Lokhea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan

berlangsung 3 sampai 7 hari post partum.

c. Lokhea serosa berwarna kuning karena mengandung serum,

jaringan desidua, leukosit dan eritrosit berlangsung 7 sampai 14

hari post partum.


36

d. Lokhea alba berwarna putih terdiri dari atas leukosit dan sel-sel

desidua berlangsung 14 hari sampai 2 minggu berikutnya

(Wahyuni, 2018).

3. Endometrium

Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis,

degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Bekas

implantasi plasenta karena kontraksi sehingga menonjol ke kavum

uteri, hari 1 endometrium tebal 2,5 mm, endometrium akan rata

setelah hari ke 3 (Wahyuni, 2018).

4. Serviks

Setelah persalinan serviks menganga, setelah 7 hari dapat

dilalui 1 jari setelah 4 minggu rongga bagian luar kembali normal

(Wahyuni, 2018).

5. Ovarium dan Tuba Falopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan

progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal-

balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali

proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali (Wahyuni,

2018).
37

6. Sistem Muskuloskeletal

Hormon-hormon yang berperan adalah :

a. Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah

perdarahan, membantu uterus kembali normal. Isapan bayi

dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.

b. Prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitirin

merangsang pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI, jika

ibu post partum tidak menyusui dalam 14 sampai 21 hari

timbul menstruasi.

c. Estrogen dan progseteron setelah melahirkan estrogen

menurun, progesteron meningkat (Wahyuni, 2018).

7. Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5o C,

setelah 2 jam post partum normal.

b. Nadi dan pernapasan, nadi dapat bradikardi kalau takikardi

waspada mungkin ada perdarahan, pernapasan akan sedikit

meningkat setelah persalinan lalu kembali normal.

c. Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah

beberapa hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai. BB

turun rata-rata 4,5 kg (Wahyuni, 2018).

8. Setelah partus atau melahirkan, adanya striae pada dinding

abdomen tidak dapat dihilangkan sempurna dan berubah menjadi

putih (striae albicans) (Wahyuni, 2018).


38

9. Evaluasi tonus otot abdomen untuk menentukan diatasis (derajat

pemisahan otot rektus abdomen). Setiap wanita mempunyai 3

set otot abdominalis yaitu rectus abdominalis, ablique,

transverse. Rectus abdominalis merupakan otot paling luar yang

bergerak dari atas ke bawah. Otot ini terbagi 2 yang dinamakan

rekti yang lebarnya ± 0,5 cm dan dihubungkan oleh ajringan

fibrous (linea alba) (Wahyuni, 2018).

Pada saat hamil otot dan persendian menjadi rilaks untuk

persiapan melahirkan (linea alba menjadi sangat mudah mulur). Ketika

otot rectus abdomen makin terpisah dan linea alba makin malur ke

samping dan menjadi sangat tipis, pemisahan otot ini disebut diatatis

(Wahyuni, 2018).

2.3 Teori Konsep Dasar Pijat Oksitosin

2.3.1 Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi

tulang belakang. Pijat ini dilakukan untuk merangsang hormone

prolactin dan oksitosin setelah melahirkan. Menstimulasi oksitosin

penting dalam menyusui atau memberikan ASI sebelum ASI diperah

atau menggunakan pompa. Refleks oksitosin membuat aliran ASI dari

payudara menjadi lancer, sehingga menyusui semakin lancar dan

mengurangi bendungan ASI (Wulandari, 2020).

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang

belakang mulai dari nervus ke lima sampai enam scapula yang akan
39

mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah

ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Wahyuni, 2018)

2.3.2 Tujuan Pijat Oksitosin

Tujuannya adalah merangsang refleks oksitosin atau refleks

let-down, selain itu dapat memberikan kenyamanan pada ibu,

mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, merangsang

pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika

ibu dan bayi sakit (Wulandari, 2020).

2.3.3 Manfaat Pijat Oksitosin

1. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi

2. Mencegah terjadinya perdarahan post aprtum

3. Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus

4. Meningkatkan produksi ASI

5. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui

6. Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga

(Wahyuni, 2018).

2.3.4 Alat dan Bahan

1. Meja

2. Kursi

3. Handuk kecil 1 buah

4. Handuk besar 2 buah

5. Baskom berisi air hangat


40

6. Waslap 2 buah

7. Baby oil

8. Kom kecil 1 buah

9. Kassa

10. Gelas penampung ASI

11. Baju ganti ibu (Wahyuni, 2018).

2.3.5 Penatalaksanaan Pijat Oksitosin

Langkah-langkah dalam melakukan pijata oksitosin yaitu :

1. Pra Interaksi

a. Mengecek program terapi

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat

2. Orientasi

a. Memberikan salam

b. Menjelaskan tujuan prosedur pijat oksitoin pada pasien atau

keluarga

c. Menanyakan kesiapan pasien sebelum dilakukan pijat

oksitosin

3. Kerja

a. Menstimulasi putting susu; bersihkan putting susu ibu dengan

kassa yang telah dibasahi air hangat, tarik putting susu ibu

secara perlahan. Amati pengeluaran ASI.


41

b. Mengurut atau mengusap payudara secara perlahan, dari arah

pangkal payudara ke arah putting susu.

c. Penolong pemijatan berada dibelakang pasien, kemudian

licinkan kedua telapak tangan dengan menggunakan baby oil.

Pijat leher, posisikan tangan menyerupai kepalan tinju.

Lakukan pemijatan ini sebatas leher selama 2-3 menit.

d. Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara)

menggunakan ibu jari. Tekan kulit membentuk gerakan

melingkar kecil-kecil. Lakukan gerakan sebatas tali bra

selama 2-3 menit.

e. Kemudian telusuri kedua sisi tulang belakang, posisikan

kedua tangan menyerupai kepalan tinju dan ibu jari

menghadap kearah atas atau depan.

f. Amati respon ibu selama tindakan (Wahyuni, 2018).

Gambar 1 2.3 Pijat Oksitosin


42

4. Terminasi

a. Melakukan evaluasi pijat oksitosin

b. Berpamitan dengan pasien

c. Membereskan alat-alat

d. Mencuci tangan

e. Mencatat kegiatan pijat oksitosin dalam lembar catatan

perawatan (Wahyuni, 2018)

2.4 Keaslian Penelitian

Table 1 2.4 Keaslian Penelitian

No Judul/ Desain Sampel Variabel Instrumen Analisis Hasil


Pengarang
1 dhany Ekperim 30 Variable Lembar Analisis Hasil uji
dahmiarti en semu respond independ Observasi unvariat statistic Chi
Pengaruh (quasi en en dan square
Pijat ekperime analisis diperoleh p
Oksitosin Pijat
n) oksitosin bivariat value = 0,032
Terhadap (p value = <
Produksi Variable 0,05) dengan
ASI Pada dependen demikian Ha
Ibu Post diterima yang
Partum Di Produksi artinya ada
Puskesmas ASI pengaruh pijat
Woha oksitosin
Bima terhadap
Tahun produksi ASI
2017 pada ibu post
partum di
Puskesmas
Woha Bima
Tahun 2017

2 Ika Nur Pra 10 orang Variable Lembar Analisis Berdasarkan


Saputri, et eskperim independ observasi unvariat hasil Wilcoxon
al en en Analisis signed rank
Pengaruh bivariate test rata-rata
Pijat Pijat dengan produksi ASI
43

Oksitosin oksitosin menggu ibu bersalin


Terhadap nakan sebelum
Produksi Variable uji pijatan
ASI Pada dependen statistic oksitosin 9,90
Ibu Post
Partum non sedangkan
Produksi
ASI parameti setelah pijat
k uji oksitosin
wilcoxo produksi ASI
n signed 13,50. Ada
rank test efek signifikan
dengan dari pijat
nilai oksitosin pada
alpha = produksi susu
0,05 dengan nilai p
= 0,008 (p ≤
0,05)

3 Italia, et al Pre 15 Variable Lembar Analisis Ada pengaruh


Pengaruh eksperim respond independ Observasi unvariat signifikan pijat
Pijat en en en dan oksitosin
Oksitosin bivariat
terhadap
Terhadap Pijat
Produksi oksitosin produksi ASI
ASI Pada ibu post
Ibu Post Variable partum di
Partum di dependen BPM MELI R.
BPM PALEMBAN
MELI R. Produksi G Tahun 2018
PALEMB ASI dengan nilai p
ANG
Tahun value = 0,004
2018 < 0,05

4 Sri Ekperim 40 orang Variable Lembar Analisis Hasil


Mukhodim en semu independ check list unvariat penelitian
Faridah (quasi en dan menunjukan
Hanum, et bivariate
ekperime rata-rata usia
al Pijat
Efektifitas n) oksitosin ibu 20-35
Pijat tahun (92,5%),
Oksitosin Variable multi para
Terhadap dependen (70%).
Produksi Berdasarkan
ASI Produksi hasil analisis
ASI statistic
dengan uji chi
square
44

menunjukan
bahwa t nilai
9,22 > t table
3,84 dengan
demikian Ho
ditolak dan H1
diterima

5 Yusari Eksperi 32 orang Variable Lembar Analisis Hasil uji


Asih mental independ observasi unvariat statistic
Pengaruh en dan menggunakan
Pijat bivariate
chi square (x2)
Oksitosin Pijat menggu
Terhadap oksitosin nakan diperoleh p
Produksi uji chi value = 0,037
ASI Variable square (p value =
dependen ≤0,05) nilai
signifikan
Produksi antara pijat
ASI oksitosin
terhadap
produksi ASI
pada ibu post
partum di
BPM Lia
Marisa
Sukarame
Bandar
Lampung
Tahun 2017

6 Upik Pra- 15 ibu Variable Lembar Analisis Hasil penelitian


Zulfia Alu ekperime post independ kuesioner unvariat ini menunjukan
Pengaruh nt partum en : dan bahwa ada
Pijat bivariate perbedaan
dengan
Oksitosin Pijat dengan sebelum dan
Terhadap metode oksitosin menggu setelah
Produksi penelitia nakan dilakukan
ASI (Air n one Variabel uji tindakan pijat
Susu Ibu) group dependen wilcoxo oksitosin
Di pre-post : n dengan
Wilayah tets Produksi dengan diperoleh nilai
Kerja ASI nilai
p-value sebesar
Puskesmas kemakn
0,001 sehingga
Namlea aan <
p-value <α
Kabupaten 0,05
(0,05) maka
Buru
dapat
45

disimpulkan
bahwa ada
perbedaan
produksi ASI
(air susu ibu)
pre-test dan
post-test
dilakukan
tindakan pijat
oksitosin

Berdasarkan tabel 2.4 Keaslian Penulisan dapat dilihat perbedaan dan

persamaan dari peneliti sebelumnya dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti

sendiri.

1. Perbedaan

a. Dapat dilihat pada nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian,

tempat penelitian dan juga kampus peneliti.\

b. Metode penelitian yang digunakan; penelitian sebelumnya ada beberapa

yang menggunakan Pra eksperimen dengan menggunakan one group

Pretest-Posttest atau Quasy ekperimen with group control, dan juga

perbedaan dalam variable penelitian, peneliti hanya menggunakan

variable tunggal, sedangkan kebanyakan penelitian diatas menggunakan

dua variabel.

2. Persamaan

Intervensi yan dilakukan sama yaitu tindakan pijat oksitosin terhadap

produksi ASI pada ibu post partum.


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.4 Kerangka Konseptual

Adapun Kerangka Konsep yang dibentuk oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah :

Variable Independen Variable Dependen

Produksi ASI sebelum


dan sesudah dilakukan
Pijat Oskitosin intervensi

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Garis Pengaruh

: Variabel Independen

Gambar 2 3.1 Kerangka Konseptual

Pada gambar 3.1 Kerangka Konseptual dapat dijelaskan bahwa

apakah pijat oksitosin efektif terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu) yang

dilakukan pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea

Kabupaten Buru.

46
47

3.1 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi

dari sebuah penelitian. Hipotesis dibuat berdasarkan teori, atau studi empiris

berdasarkan hasil dari studi (Swarjana, 2012).

Ho : Pijat oksitosin tidak berpengaruh terhadap produksi ASI (Air Susu

Ibu) pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea

Kabupaten Buru.

Ha : Pijat oksitosin berpengaruh terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu)

pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea

Kabupaten Buru.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian eskperimen adalah suatu rancangan penelitian yang

digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan

penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variable bebas (Nursalam,

2015).

Penelitiann ini menggunakan metode penelitian Pra-ekperimental

dengan rancangan penelitian One group pra-post test design untuk

mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek. Dalam rancangan ini, tidak ada kelompok control, tetapi

dilakukan penelitian sebelum dan saat diberikan perlakuan.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea

Kabupaten Buru Tahun 2020.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai

Oktober 2020, di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

48
49

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Popualsi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia;

klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,

2015). Populasi dalam penelitian ini berdasarkan data yang didapat di

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru dengan jumlah keseluruhan ibu

post partum dari bulan September sampai bulan Oktober adalah 52.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah kumpulan individu-individu atau objek-objek

yang dapat diukur yang mewakili populasi. Dalam penelitian, sampel

yang diambil hendaknya sampel yang dapat mewakili populasi

(Swarjana, 2012). Besar sampel menurut Gay dan Diehl untuk

penelitian ekperimen adalah 15 elemen per kelompok (Riyanto &

Hatmawan, 2020).

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan

teknik ancidental sampling merupakan teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau

ancidental bertemu dengan peneliti dijadikan sebagai sampel, dengan

ketentuan orang yang ditemui tersebut cocok sebagai sumber data

(Tarjo, 2019).
50

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu post partum 24 jam pasca persalinan yang tidak dapat

menyusui karena ASI tidak keluar di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

b. Belum dilakukan tindakan nonfarmakologis pijat oksitosin

di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

c. Bersedia menjadi responden penelitian.

2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu post partum yang memiliki kelainan anatomi payudara

b. Bayi lahir dengan kelainan bawaan (labioskizis,

palatoskizis, labiopalatoskizis)

4.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono variable adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Hermawan,

2019).

4.4.1 Variabel Independen (Bebas)

Variable independen adalah variable yang mempengaruhi

atau nilainya menentukan variable lain. Suatu kegiatan stimulus yang

dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variable

dependen (Nursalam, 2015). Variable independen dalam penelitian ini

yaitu pijat oksitosin.


51

4.4.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variable lain. Variable respons akan muncul sebagai

akibat dari manipulasi variable-variabel lain (Nursalam, 2015).

Variable dependen dalam penelitian ini yaitu produksi ASI.

4.5 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variable secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati untuk mempermudah

peneliti melakukan observasi secara cermat terhadap suatu objek penelitian

(Endra, 2017)

Table 2 4.5 Defenisi Operasional


No Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
1 Independen Pijat oksitosin adalah SOP Dilakukan selama
: tindakan untuk 20 menit sesuai
Pijat merangsang produksi dengan SOP yang
Oksitosin ASI ditentukan.
Poduksi ASI adalah
keluarnya ASI
memancar yang
ditandai dengan
kepuasan pada bayi
setelah menyusui
2 Dependen : Poduksi ASI adalah Lembar Interval a. Lancar 76-100%
Produksi keluarnya ASI observasi b. Cukup lancar
ASI memancar yang 56-75 %
ditandai dengan c. Kurang lancar
kepuasan pada bayi <55%
setelah menyusui
52

4.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu lembar

kueisoner yang berisi wawancara pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

4.7 Prosedur Pengambilan Data

4.7.1 Tahap Persiapan

1. Peneliti melakukan permohonan surat ijin penilitian di Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Maluku Husada yang diajukan ke Direktur Puskesmas

Namlea Kabupaten Buru.

2. Membawa surat ijin penelitian ke Kesbangpol.

3. Kesbangpol memberikan 5 surat yang akan diajukan ke Direktur

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru, Bupati Buru, Camat Namlea,

Kapolsek Namlea dan arsip peneliti.

4. Direktur Puskesmas Namlea Kabupaten Buru mengarahkan peneliti

ke Ruang KIA untuk bertemu dengan Koordinator KIA untuk

melakukan penelitian.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan

1. Penelitian akan dilaksanakan dari bulan September sampai

Oktober 2020 di Wilayah Kera Puskesmas Namlea Kabupaten

Buru.

2. Identifikasi responden sebagai subjek penelitian sesuai dengan

kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti, menjelaskan tujuan


53

dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan oleh

peneliti.

3. Setelah responden memahami penjelasan dan bersedia menjadi

subjek penelitian, responden menandatangani informed consent.

4. Responden menandatangani informed consent, sebelum peneliti

melakukan intervensi terhadap responden, peneliti mencuci tangan

dengan menggunakan teknik 6 langkah cuci tangan yang benar

kemudian menggunakan APD lengkap untuk menghindari

terjadinya penyebaran virus yang dapat berpengaruh terhadap

kesehatan baik peneliti maupun responden.

5. Peneliti melakukan observasi terhadap produksi ASI dengan

memberikan kuesioner terhadap responden sebelum dilakukan

tindakan, kemudian peneliti melakukan tindakan pijat oksitosin

terhadap ibu post partum dengan cara peneliti berada dibelakang

pasien, kemudian licinkan kedua telapak tangan dengan

menggunakan baby oil. Pijat leher, posisikan tangan menyerupai

kepalan tinju. Lakukan pemijatan ini sebatas leher selama 2-3

menit. Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara)

menggunakan ibu jari. Tekan kulit membentuk gerakan melingkar

kecil-kecil. Lakukan gerakan sebatas tali bra selama 2-3 menit.

setelah melakukan tindakan peneliti kemudian peneliti

mengobservasi kembali produksi ASI dengan memberikan

kuesioner untuk mengetahui apakah tindakan pijat oksitosin dapat


54

mempengaruhi produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan.

6. Setelah melakukan intervensi, peneliti melepaskan APD dan

mencuci tangan dengan menggunakan teknik 6 langkah cuci tangan

yang benar untuk menghindari penyebaran infeksi.

4.7.3 Pengolahan Data

1. Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan pada tahap pengumpulan data. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang diberi dari beberapa kategori.

3. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database computer,

kemudian membuat distribusi frekuensi atau bisa juga dengan

membuat table konfigensi.

4. Analiting

Data yang telah dikumpul pada saat penelitian kemudian dilakukan

analisis unvariat dan bivariate.


55

5. Cleaning

Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah dientri

apakah ada kesalahan atau tidak.

4.8 Analisa Data

4.8.1 Analisis Unvariat

Analisis unvariat merupakan analisis yang bertujuan untuk

mengetahui distribusi frekuensi pada setiap variable penelitian. Analisis

unvariat hanya mendeskripsikan masing-masing variable penelitian

(Hulu & Sinaga, 2019).

4.8.2 Analisis Bivariat

Pada analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antara

dua variable yaitu hubungan antara masing-masing variable independen

dengan variable dependen (Hulu & Sinaga, 2019).

Sebelum dilakukan uji bivariate maka akan dilakukan uji

normalitas data untuk mengetahui apakah data dari variable

berdsitribusi normal atau tidak normal dengan menggunakan parameter

Shapiro wilk (untuk sampel <0,5), jika dikethaui data berdstribusi

normal maka uji yang dipakai menggunakan uji paired sampel t-test

dengan tingkat kemaknaan 0,5 untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pijat oksitosin terhadap produksi ASI dan uji alternatifnya memakai uji

Wilcoxon jika data berdstribusi tidak normal.


56

4.9 Etika Penelitian

Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai

subjek tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu, setiap

penelitian yang menggunakan subjek manusia harus tidak bertentangan

dengan etika. Oleh karena itu setiap penelitian yang menggunakan subjek

manusia harus mendapatkan persetujuan dari Komisi Etika

Medis/Keperawatan setempat (Staf Puskesmas Namlea Kabupaten Buru).

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi; bebas dari exploitasi,

bebas dari penderitaan, kerahasiaan, bebas menolak menjadi responden, perlu

surat peresetujuan (informed consent) dan mempunyai hak untuk

mendapatkan pengobatan yang sama jika klien telah menolak menjadi

responden. Yang perlu dituliskan pada penelitian meliputi :

4.9.1 Surat Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent adalah upaya peningkatan perlindungan

terhadap salah satu hak asasi pasien (subjek penelitian) dalam

hubungan penelitian dan pasien, yaitu ha katas informasi dikaitkan

dengan hak untuk menentukan nasib sendiri (otonomi pasien)

(Nursalam, 2015).

4.9.2 Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data (lembar observasi). Cukup dengan memeberi kode

nomor pada masing-masing lembar tersebut (Nursalam, 2015).


57

4.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Pada penelitian social seperti yang sering dilakukan oleh

perawat, peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah

dikumpulkannya(Nursalam,2015).
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Letak geografis Puskesmas Namlea terletak di Desa Namlea

Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku Wilayah kerja meliputi

seluruh wilayah Kecamatan Namlea. Yang memiliki batas wilayah sebelah

utara berbatasan dengan laut seram, sebelah selatan berbatasan dengan

kecamatan Waeapo dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Lilialy,

luas wilayah kecamatan Namlea terdiri dari 6 Desa yaitu Desa Namlea, Desa

Ubung, Desa Lala, Desa Karang Jaya, Desa Batuboy dan Desa Siahoni,

dengan luas wilayah 951,15 km2.

Jumlah penduduk keseluruhan Desa Namlea sebanyak 31, 629 jiwa.

Sarana dan operasional Puskesmas Namlea terdiri dari 1 Puskesmas induk, 5

Poskesdes, 1 kendaraan roda 4 dan 9 kendaraan roda 2. Wilayah kerja

Puskesmas Namlea memiliki sarana pendidikan dan berbagai jenjang, mulai

dari pendidikan usia dini, pendidikan lanjutan hingga perguruan tinggi.

Semua murid dan siswa di semua sarana pendidikan dasar dan lanjutan adalan

sasaran pelayanan kesehatan Puskesmas Namlea, melalui program-program

UKS, UKGS, KIA, Anak dan Imunisasi. Kegiatan Puskesmas Se Kecamatan

Namlea dilaksanakan oleh 90 orang Tenaga terdiri dari 55 PNS (Pegawai

Negeri Sipil), 18 pegawai tidak tetap, dan 15 pegawai sukarela. Ada beberapa

Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang mendukung dalam

58
59

pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas Namlea yaitu 16 posyandu balita

dan 7 posyandu lansia.

5.2 Hasil

Penelitian ini dilakukan terhadap ibu post partum 24 jam pasca

persalinan yang mengalami ASI (Air Susu Ibu) tidak keluar. Peneliti hanya

melakukan penelitian terhadap kelompok intervensi yang terdiri dari 15 ibu

post partum di Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

5.2.1 Analisis Unvariat

1. Karakteristik Responden

Karakteritik responden dalam penelitian ini meliputi no

responden, umur, pekerjaan, dan anak ke berapa. Berdasarkan hasil

penelitian dapat dideskripsikan karakteristik responden sebagai

berikut :

Table 5.1 Karakteristik Responden


Variabel Frekuensi Presentase

Umur
19-25 6 40,0
25-30 5 33,3
30-35 3 20,0
>40 1 6,7
Total 15 100,0
Paritas 6 40,0
Primipara 6 40,0
Multipara 3 20,0
Grandemultipara
Total 15 100,0
Pekerjaan 6 40,0
PNS 5 33,3
Wiraswasta 4 26,7
IRT
Total 15 100,0
60

Pendidikan
SMP 2 13,3
SMA 6 40,0
DIII 2 13,3
S1 5 33,3
Total 15 100,0
Perawatan Payudara
YA 4 26,7
TIDAK 11 73,3
Total 15 100,0
Obat Pelancar ASI
YA 15 100,0
TIDAK
Total 15 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa

jumlah responden sebanyak 15 ibu inpartu dengan mayoritas usia

ibu kategori 19-25 tahun sebanyak 6 (40,0%) dan paling sedikit

berumur > 40 tahun sebanyak 1 (6,7%). Karakteristik paritas

dengan kategori primipara 6 (40,0%), multipara 6 (40,0%),

grandemultipara 3 (20,0%). Mayoritas pekerjaan PNS sebanyak 6

(40,0%), mayoritas pendidikan SMA 6 (40,0%). Mayoritas ibu post

partum yang melakukan perawatan payudara hanya 4 orang

(26,7%), dan keseluruhan ibu post partum tidak mengkonsumsi

obat pelancar ASI (Air Susu Ibu) (100,0%).

2. Produksi ASI Sebelum dan Sesudah Tindakan Pijat Oksitosin

Table 5.2 Produksi ASI sebelum dan sesudah pijat oksitosin

Produksi ASI Frekuensi Precent %


Pre Test
Cukup lancar 56-75 1 6,7 %
Kurang lancar <55 % 14 93,3 %
Post Tets
Lancar 76-100 % 15 100,00

Total 15 100,0
61

Distribusi frekuensi produksi ASI berdasarkan tabel 5.2

menunjukan bahwa sebagian besar ibu post partum mengalami ASI

kurang lancar pada pre-test sebanyak 14 orang (93,3%) dan cukup

lancar sebanyak 1 orang (6,7%). Sedangkan produksi ASI pada

post test pada keseluruhan ibu post partum mengalami produksi

ASI lancar yaitu 15 (100,0%).

5.2.2 Hasil Uji Normalitas

Dalam penelitian ini sampel data yang digunakan kurang dari 50

sampel (n<50) maka uji normalitas data yang digunakan adalah uji

statistik Shapiro Wilk Test. Dengan nilai signifikan: Nilai signifikan

atau nilai probabilitas <0.05, distribusi data tidak normal dan nilai

probabilitas >0.05, distribusi data normal.

Table 3 5.2 Uji Normalitas


Shapiro-Wilk
Variabel
Statistik Df Sig

Pre Test 0,188 15 0,224


Produksi ASI Post Test 0,217 15 0,026

Tabel 4 5.2 menunjukan bahwa Hasil uji normalitas

menggunakan Shapiro Wilk diperoleh nilai p value untuk nilai pre test

0,224 dan nilai p value post tes 0,026. Dengan nilai mean pre test 7,07

dan nilai mean post test 11,87. Hasil uji normalitas menunjukan data

tidak berdistribusi normal, maka uji yang digunakan yaitu uji non

parametic Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan < 0,05.


62

5.2.3 Analisis Bivariat

Uji yang digunakan yaitu non parametic Wilcoxon dengan tingkat

kemaknaan 0,05 untuk mengetahui apakah ada pengaruh pijat oksitosin

terhadap produksi ASI (air susu ibu).

Table 4 5.2 Produksi ASI sebelum dan sesudah tindakan

Median Minimum-Maksimum Nilai p


Produksi ASI sebelum pijat 6,00 5-8
oksitosin
0,001
Produksi ASI sesudah Pijat 12,00 10-13
Oksitosin

Berdasarkan Tabel di atas menunjukan bahwa hasil uji non

parametic Wilcoxon (p-value 0,001) karena nilai p < 0,05, secara

statistic terdapat perbedaan sebelum dan setelah dilakukan pijat

oksitosin dengan diperoleh median 6 dengan nilai minimum-maksimum

5-8 produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin dan median 12

dengan nilai minimum-maksimum 10-13 sesudah dilakukan pijat

oksitosin.

5.3 Pembahasan
Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu 15 ibu post

partum yang mengalami kesulitan menyusui dikarenakan ASI (air susu ibu)

tidak keluar sehingga anak menjadi rewel. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan produksi ASI (air susu ibu) yang

signifikan pada ibu post partum yang sudah dilakukan tindakan pijat

oksitosin. Menurut Peneliti hal ini dikarenakan pijat oksitosin dapat

merangsang refleks oksitosin atau refleks let-down, selain itu dapat


63

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi

sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan

produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau sedikitnya

produksi ASI. Hal ini disebabkan pengaruh hormone oksitosin yang kurang

bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi yang mengaktifkan kerja

hormone oksitosin (Asih, 2017).

Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan

ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah

menyusu, bayi sering menangis atau rewel, menyusu lebih lama dari

frekuensi biasanya, ingin selalu minum ASI dengan waktu yang cukup

pendek, tinja bayi keras dan payudara terasa membesar. Kecukupan dapat

dinilai dari penambahan berat badan bayi secara teratur, frekuensi BAK

paling sedikit 6 kali sehari, frekuensi BAB 6 sampai 8 kali dalam 24 jam

dengan warna jernih kekuningan (Italia & Yanti, 2018).

Menurut Biancuzzo 2003; Indiyani, 2006; Yohmi dan Roseli 2009

dalam (Hanum, et al 2015) pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk

mengatasi ketidak cukupnya ASI (air susu ibu). Pijat oksitosin adalah

pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vetebrae) sampai tulang castae

kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangang hormon prolaktin dan

oksitosin setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan

hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI (air susu ibu)

pun keluar.
64

Menurut Fikwati, dkk (2015) menyebukan bahwa salah satu tindakan

yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas ASI (air

susu ibu), yaitu pemijatan punggung. Pemijatan punggung ini berguna untuk

merangsang pengeluaran hormon oksitosin menjadi lebih optimal dan

pengeluaran ASI (air susu ibu) menjadi lancar.

Menurut Lowdermik, Perry & Bobak dalam (Asih, Yusari 2017) pijat

oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran ASI

(air susu ibu). Pijat oksitosin adalah adalah pemijatan pada sepanjang tulang

belakang (vetebrae) sampai tulang castae kelima-keenam dan merupakan

usaha untuk merangang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Saputri, Ginting & Zendato, 2019) di Klinik Pratama Nining Pelawati,

didapatkan bahwa peningkatan produksi ASI ini disebabkan karena

peningkatan rasa nyaman dan rileks pada saat diberikan pijat oksitosin yang

secara otomatis akan merangsang keluarnya hormon oksitosin (refleks let

down) dari kelenjar-kelenjar pituitari dimana hormon oksitosin akan

merangsang pengeluaran ASI (air susu ibu) pada ibu post partum sehingga

produksi ASI (air susu ibu). Selain itu pijat oksitosin juga memiliki manfaat

yang lain seperti menenangkan dan mengurangi stres, membangkitkan rasa

percaya diri, membantu ibu post partum agar mempunyai pikiran dan

perasaan yang baik tentang bayinya, dan sebagainya.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Italia & Yanti, 2019) yang

menyatakan bahwa pijat oksitosin berpengaruh terhadap produksi ASI (air


65

susu ibu) pada ibu post partum. Hal ini karena dengan melakukan pijat

oksitosin serta dapat melancarkan sirkulasi darah sehingga dapat mencegah

penyumbatan saluran ASI (air susu ibu). Dengan melakukan pijat oksitosin

secara rutin pada ibu post partum makan akan melancarkan produksi ASI (air

susu ibu) pada ibu.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Haum, Purwati, & Khumairoh,

2015) menyatakan bahwa pengalaman menyusui sebelumnya juga dapat

mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif.

Pada ibu yang pertama kali hamil sehingga belum berpengalaman dalam

pemberian ASI (air susu ibu) dan memungkinkan ibu tidak mengetahui hal-

hal yang terkait dengan ASI (air susu ibu).

Hal ini juga sejalan dengan (Nurhayati, 2018) di BPM Hj. Umamah,

Amd.Keb didapatkan bahwa pijat oksitosin dapat membantu ibu post partum

untuk mengeluarkan lebih banyak produksi ASI jika dibandingkan dengan

ibu post partum yang tidak melakukan pijat oksitosin. Hasil penelitian

menunjukan bahwa jumlah produksi ASI pada ibu yang melakukan pijat

oksitosin 102.00 ml dengan nilai standar deviasi sebesar 19,889, sedangkan

produksi ASI ibu yang tidak melakukan pijat oksitosin 57,50 ml dengan

standar deviasi 9,789 sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin

berpengaruh terhadap produksi ASI pada ibu post partum.

Menurut peneliti pijat oksitsin yang dilakukan pada saat pagi dan sore

hari dapat memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak akibat

ASI yang tidak keluar atau lancar, mengurangi sumbatan ASI,


66

mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit, dan bayi tidak

mengalami penurunan berat badan, tidak rewel dan semakin sehat. Selain itu

pijat oksitosin juga memiliki manfaat yang lain seperti menenangkan dan

mengurangi stress, membangkitkan rasa percaya diri, membantu ibu

postpartum agar mempunyai pikiran dan perasaan yang baik tentang bayinya.

Dan juga status gizi ibu akan mempengaruhi produksi ASI apabila makanan

yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan teratur, maka produksi ASI

akan berjalan dengan lancar.

5.4 Keterbatasan

Peneliti menyadari terdapat kendala dalam penelitian ini, antara lain :

Karena kondisi pandemi Covid-19 sehingga Puskesmas melakukan

penutupan operasi kerja selama 1 minggu yang menyebabkan peneliti tidak

dapat mendapatkan sampel penelitian.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh

pijat oksitosin terhadap produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post partum di

Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

1. Ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan pijat oksitosin terhadap produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post

partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru dengan.

2. Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI (air susu ibu) pada

ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Ibu Inpartu

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang

pengaruh pijat oksitosin pada ibu post partum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru dan juga dapat

mengaplikasikannya guna memperlancar produksi ASI (Air Susu Ibu).

6.2.2 Bagi Puskesmas

Penulis berharap pihak puskesmas terkhususnya tenaga kesehatan dapat

mengaplikasikan pijat oksitosin pada ibu post partum guna

memperlancar produksi ASI (Air Susu Ibu) di Wilayah Kerja

Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

67
68

6.2.3 Bagi Intitusi

Penulis berharap penelitian ini dijadikan bahan pustaka tambahan bagi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penulis berharap penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu)

pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten

Buru.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Y. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI. Jurnal


Keperawatan, 209-214.
Dahmiarti, D. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Post Partum Di Puskesmas Woha Bima Tahun 2017. Junral Ilmiah
Mandala Education, 284-289.
Duli, N. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif; Beberapa Konsep Dasar
Untuk Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
DEEPUBLISH.
Endra, F. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika Praktis). Sidoarjo:
Zifatama Jawara.
Hanum, S. M., Purwanti, Y., & Khumairoh, I. R. (2015). Efektifitas Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi ASI. Midwiferia, 1-6.
Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan; Kuantitatif, Kualitatif &
Mixed methode. Jakarta: Hidayatul Quran Kuningan.
Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). ANALISIS DATA STATISTIK PARAMETRIK
APLIKASI SPSS DAN STATCAL (Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan)
(Vol. I). (J. Simarmata, Ed.) Yayasan Kita Menulis. Retrieved from
www.vectorstock.com
Italia, & Yanti, M. S. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI
Pada Ibu Post Partum di BPM MELI R. PALEMBANG Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan dan Pengembangan, 38-46.
Jauhari, I., Fitriani, R., & Bustami. (2018). Perlindungan Hak Anak Terhadap
Pemberian Air Susu Ibu (ASI). Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Kemenkes RI. (2012). Peratuan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif . Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(Vol. 4). (P. P. Lestari, Ed.) Jakarta: Salemba Medika. Retrieved from
https://www.penerbitsalemba.com
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU
EKSKLUSIF . (2012). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Primadi, O. (2018). Health Statistikcs. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia .
Putri, Y. R., & Hasnita, E. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Kasus
Komplikasi Kehamilan, Persalinan dan Nifas . Jawa Tengah: CV. Pena
Persada.
RI, K. (2012). Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif .
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Riyanto, S., & Hatmawan, A. A. (2020). Metodologi Riset Penelitian Kuantitatif
(Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen).
(A. H. Zein, Ed.) Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Saputri, I. N., Ginting, D. Y., & Zendato, I. C. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum. Jurnal Kebidanan Kestra
(JKK), 68-73.
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. (Ayup, Ed.)
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Swarjana, I. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan; Tuntutan Praktis
Pembuatan Proposal Penelitian. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Tarjo. (2019). Metode Penelitian Sistem 3x Baca. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Wahyuni, E. D. (2018). BAHAN AJAR KEBIDANAN; ASUHAN KEBIDANAN
NIFAS DAN MENYUSUI. Jakarta: KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA.
Wahyuningsih, S. (2019). BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN POST
PARTUM DILENGKAPI DENGAN PANDUAN PERSIAPAN
PRAKTIKUM MAHASISWA KEPERAWATAN. Yogyakarta:
DEEPUBLISH.
Wilujeng, R. D., & Hartati, A. (2020). Buku Ajar Kebidanan Nifas . Surabaya:
Akademi Kebidanan Griya Husada .
Windiarto, T., Yusuf, A. H., Nugroho, S., Latifah, S., Solih, R., & Hermawati, F.
(2019). Profil Anak Indonesia . Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik.
Wulandari, N. F. (2020). HAPPY EXCLUSIVE BREASTFEEDING. (D. Nhadiva,
Ed.) Yogyakarta: Laksana.
Yulizawati, Insani, A. A., Sinta, L. E., & Andriani, F. (2019). Buku Ajar; Asuhan
Kebidanan pada Persalinan. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Yusuf, M. (2017). Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Global Breastfeeding Scorecard, 2018. Diperoleh dari
https://www.who.int/nutrition/publication/infantfeeding/global-bf-scorecard-
2018.pdf?ua=1. Diakses pada 11 Juni 2020
Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based Pratice.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Nurhayati, F. (2018, Oktober). The Effect Of Oxytocin Massage On Breast Milk


Production On The Of Postpartum Mothers 10 Day In The Work Area
BPM Hj. Umamah, Amd.Keb Sumedang regency March-May Period of
2018. Technology Tranformation in Healthcare for a Better life, 3, 62-65.
LAMPIRAN
Lampiran I

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya Upik Zulfa Alu, adalah Peneliti merupakan Mahasiswi S1 Keperawatan


STIKes Maluku Husada, Program Studi Ilmu Keperawatan dengan ini
meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI (Air Susu Ibu)
Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Namlea Kabupaten Buru”
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin
terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu), yang dapat memberi manfaat berupa
pengaplikasikan pijat oksitosin terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu) dalam
memperlancar produski ASI pada Ibu post partum 23 pasca partus.
3. Prosedur pengambilan data dilakukan menggunakan lembar observasi dan
kuesioner sebelum dan sesudah memberikan pijat oksitosin selama 20 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidak nyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan pelayanan
keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dengan keikutsertaan anda dalam penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan tindakan yang
diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi saudari sampaikan akan
tetap dirahasiakan.
6. Jika saudari membutuhkan informasi sehubungn dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp : 081294739217

Hormat Saya

UPIK ZULFIA ALU


Lampiran II

FORMAT PENGUMPULAN DATA

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI (AIR


SUSU IBU) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NAMLEA KABUPATEN BURU

Tanggal Pengisian :
Identitas Partisipan :
1. No. Partisipan :
2. Inisial Responden :
3. Umur
a. 19-25 Tahun
b. 26-30 Tahun
c. 31-36 Tahun
d. >36 Tahun
4. Pendidikan Formal Terakhir
a. SMP
b. SMA
c. DIII
d. S1
5. Pekerjaan
a. PNS
b. Wiraswasta
c. IRT
6. Paritas
a. Primipara
b. Multipara
c. Grandemultipara
7. Melakukan Perawatan Payudara
a. Ya
b. Tidak
8. Mengkonsumsi Obat Pelancar ASI
a. Ya
b. Tidak
Lampiran III
LEMBAR KUESIONER

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI (AIR


SUSU IBU) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NAMLEA KABUPATEN BURU

A. Data Demografi

No. responden :

B. Kriteria Observasi dan Wawancara

No Kriteria Observasi dan Wawancara Ya Tidak

1 ASI keluar memancar saat areola dipencet

2 ASI keluar memancar tanpa memencet payudara

3 ASI keluar memancar dalam 72 jam pertama pascasalin

4 Payudara terasa penuh atau tegang sebelum menyusui

5 Payudara terasa kosong setelah menyusui

6 ASI keluar segera setelah bayi mulai menyusu

7 Tidak terjadi rasa nyeri/lecet dan bendungan dalam payudara

8 24 jam pascasalin ASI telah keluar

9 Masih menetes setelah menyusui

10 Payudara terasa lunak/lentur setelah menyusui

11 Setelah menyusu bayi akan tidur/tenang selama 3-4 jam

12 Bayi buang air kecil sekitar 8 kali sehari dan warna urine
kuning pucat seperti jerami

13 Berat badan bayi naik antara 140-200 gram dalam 1 minggu

Keterangan :

Lancar 76-100%

Cukup lancar 56-75 %

Kurang lancar <55%


Lampiran IV

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini:

No. Responden :
Inisial Responden :
Umur :
Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang manfaat pijat oksitosin terhadap


produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post partum dari Mahasiswi S1 Keperawatan
STIKes Maluku Husada:

Nama : Upik Zulfia Alu


NPM : 1420118186

Menyatakan bersedia diberikan tindakan pijat oksitosin. Demikian surat


pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas partisipasi
responden saya ucapkan banyak terima kasih

Namlea, Oktober 2020

Responden Peneliti

(……………..…..………) Upik Zulfia Alu


Lampiran V
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)
PIJAT OKSITOSIN

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada


Pengertian Pijat Oksitosin sepanjang kedua sisi tulang belakang. Pijat ini
dilakukan untuk merangsang hormone
prolactin dan oksitosin setelah melahirkan
Merangsang refleks oksitosin atau refleks let-
down, selain itu dapat memberikan
Tujuan Pijat Oksitosin kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak,
mengurangi sumbatan ASI, merangsang
pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit
Kebijakan Pijat oksitosin dilakukan pada ibu post partum
(nifas)
a. Meja
b. Kursi
c. Handuk kecil 1 buah
d. Handuk besar 2 buah
Persiapan Alat e. Baskom berisi air hangat
f. Waslap 2 buah
g. Baby oil
h. Kom kecil 1 buah
i. Kassa
j. Gelas penampung ASI
k. Baju ganti ibu
a. Pra Interaksi
1) Mengecek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
b. Orientasi
1) Memberikan salam
2) Menjelaskan tujuan prosedur pijat
oksitosin pada pasien atau keluarga
3) Menanyakan kesiapan pasien sebelum
Pelaksanaan Tindakan dilakukan tindakan pijat oksitosin
c. Kerja
1) Menstimulasi putting susu; bersihkan
putting susu ibu dengan kassa yang
telah dibasahi air hangat, tarik putting
susu ibu secara perlahan. Amati
pengeluaran ASI.
2) Mengurut atau mengusap payudara
secara perlahan, dari arah pangkal
payudara ke arah putting susu.
3) Penolong pemijatan berada dibelakang
pasien, kemudian licinkan kedua
telapak tangan dengan menggunakan
baby oil. Pijat leher, posisikan tangan
menyerupai kepalan tinju. Lakukan
pemijatan ini sebatas leher selama 2-3
menit.
4) Pijat punggung belakang ibu (sejajar
daerah payudara) menggunakan ibu jari.
Tekan kulit membentuk gerakan
melingkar kecil-kecil. Lakukan gerakan
sebatas tali bra selama 2-3 menit.
5) Kemudian telusuri kedua sisi tulang
belakang, posisikan kedua tangan
menyerupai kepalan tinju dan ibu jari
menghadap kearah atas atau depan.
6) Amati respon ibu selama tindakan
(Wahyuni, 2018).
d. Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan pijat
oksitosin
2) Berpamitan dengan pasien
3) Membereskan alat-alat
4) Mencuci tangan
5) Mecatat kegiatan tindakan pijat
oksitosin dalam lembar catatan
perawatan
Lampiran VI

MASTER TABEL (DATA PENELITIAN)

No
Partisipa Inisial Parita Perawatan
n Responden Umur Pendidikan Pekerjaan s Payudara Obat Pelancar
P1 Ny I 1 4 1 1 1 2
P2 Ny N 1 4 3 2 2 2
P3 Ny E 3 2 3 2 2 2
P4 Ny W 4 1 2 3 1 2
P5 Ny N 1 2 2 1 2 2
P6 Ny A 1 2 3 1 2 2
P7 Ny S 2 4 1 2 2 2
P8 Ny D 2 3 1 2 2 2
P9 Ny S 3 1 2 3 1 2
P10 Ny Y 2 2 2 2 2 2
P11 Ny E 1 2 3 1 2 2
P12 Ny F 2 4 1 2 2 2
P13 Ny S 2 4 1 1 2 2
P14 Ny E 1 2 2 1 2 2
P15 Ny R 3 3 1 3 1 2

No Partisipan Inisial Responden Umur Pre Tets Post Test


P1 Ny I 1 6 12
P2 Ny N 1 6 13
P3 Ny E 3 7 10
P4 Ny W 4 6 13
P5 Ny N 1 6 11
P6 Ny A 1 5 13
P7 Ny S 2 7 12
P8 Ny D 2 7 13
P9 Ny S 3 7 13
P10 Ny Y 2 6 12
P11 Ny E 1 5 11
P12 Ny F 2 8 10
P13 Ny S 2 6 12
P14 Ny E 1 6 12
P15 Ny R 3 7 13
Lampiran VII
JADWAL KUNJUNGAN RUMAH (door to door)
No Alamat Hari/Tanggal Hari/Tanggal Hari/Tanggal
Responden
P1 Bandar Sabtu 26 Minggu 27 Senin 28
Angin September 2020 September 2020 September
2020
P2 Dervas Minggu 27 Senin 28 Selasa 29
September 2020 September 2020 September
2020
P3 Dervas Kamis 1 Jumat 2 Oktober Sabtu 3
Oktober 2020 2020 Oktober 2020
P4 Karang Jaya Minggu 4 Senin 5 Oktober Selasa 6
Oktober 2020 2020 Oktober 2020
P5 Jiku Besar Jumat 9 Oktober Sabtu 10 Minggu 11
2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P6 Pohon Senin 12 Selasa 13 Rabu 14
Durian Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P7 Jiku Besar Senin 12 Selasa 13 Rabu 14
Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P8 Nametek Jumat 16 Sabtu 17 Minggu 18
Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P9 Jiku Besar Sabtu 17 Minggu 18 Senin 19
Kampong Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
Baru
P10 Pilar Minggu 18 Senin 19 Selasa 20
Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P11 Pasar Baru Senin 19 Selasa 20 Rabu 21
Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P12 Jalan Baru Selasa 20 Rabu 21 Kamis 22
Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P13 BTN Rabu 21 Kamis 22 Jumat 23
Dermaga Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P14 Lorong Jumat 23 Sabtu 24 Minggu 25
Wakatobi Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020
P15 Bandar Jumat 23 Sabtu 24 Minggu 25
Angin Oktober 2020 Oktober 2020 Oktober 2020

Keterangan :
1. Umur
a. 19-25
b. 26-30
c. 31-35
d. > 36
2. Pendidikan
a. SMP
b. SMA
c. DIII
d. S1
3. Pekerjaan
a. PNS
b. IRT
c. Wiraswasta
4. Paritas
a. Primipara
b. Multipara
c. Grandemultipara
5. Perawatan payudara
a. Ya
b. Tidak
6. Obat pelancar
a. Ya
b. Tidak
Lampiran VIII
Hasil Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre Test 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%

Post Test 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pre Test Mean 7,07 ,345

95% Confidence Interval for Lower Bound 6,33


Mean
Upper Bound 7,81

5% Trimmed Mean 7,02

Median 7,00

Variance 1,781

Std. Deviation 1,335

Minimum 5

Maximum 10

Range 5

Interquartile Range 2

Skewness ,694 ,580


Kurtosis ,215 1,121

Post Test Mean 11,87 ,274

95% Confidence Interval for Lower Bound 11,28


Mean
Upper Bound 12,45

5% Trimmed Mean 11,91

Median 12,00

Variance 1,124

Std. Deviation 1,060

Minimum 10

Maximum 13

Range 3

Interquartile Range 2

Skewness -,531 ,580

Kurtosis -,791 1,121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre Test ,188 15 ,161 ,924 15 ,224

Post Test ,217 15 ,056 ,862 15 ,026


Lampiran IX

Hasil Uji Wilcoxon

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post Test - Pre Test Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 15b


8.00 120.00

Ties 0c

Total 15

a. Post Test < Pre Test


b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test

Test Statisticsa

Post Test - Pre


Test

Z -3.468b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.
Lampiran X

Dokumentasi Penelitian

1. Inisial Responden : Ny I
No Tlp : 085756211260
Alamat : Bandar Angin

2. Inisial Responden : Ny N
No Tlp : 082248554261
Alamat : Dervas

3. Inisial Responden : Ny E
No Tlp : 08134311310
Alamat : Dervas

4. Inisial Responden : Ny W
No Tlp : 081220261418
Alamat : Karang Jaya

5. Inisial Responden : Ny N
No Tlp : 081344290564
Alamat : Jiku Besar

6. Inisial Responden : Ny A
No Tlp : 082124348070
Alamat : Pohon Durian

7. Inisial Responden : Ny S
No Tlp : 085254254436
Alamat : Jiku Besar

8. Inisial Responden : Ny D
No Tlp : 085244478308
Alamat : Nametek

9. Inisial Responden : Ny S
No Tlp : 081240933273
Alamat : Jiku Besar
Kampong Baru

10. Inisial Responden : Ny Y


No Tlp : 081344995126
Alamat : Pilar

11. Inisial Responden : Ny E


No Tlp : 081240575775
Alamat : Pasar Baru

12. Inisial Responden : Ny F


No Tlp : 08239923526
Alamat : Jalan Baru

13. Inisial Responden : Ny S


No Tlp : 082354289828
Alamat : BTN Dermaga

14. Inisial Responden : Ny E


No Tlp : 085243159551
Alamat : Lorong Wakatobi

15. Inisial Responden : Ny R


No Tlp : 085213285543
Alamat : Bandar Angin
Lampiran X

YAYASAN MALUKU HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
JLN. Lintas Seram Waeselan – Kairatu Kab. Seram Bagian Barat
Website: www.stikesmh.ac.id email : malukuhusada_stikes@yahoo.co.id

Kairatu, 09 Juni 2020


Nomor : 020.159/STIK-LPPM/VI/2020
Perihal : Pengambilan Data Awal

Kepada Yth,
Kepala Puskesmas Namlea
Di
Tempat

Bersama surat ini kami sampaikan bahwa mahasiswa di bawah ini :

Nama : Upik Zulfia Alu


NPM : 1420118186
Tempat Penelitian Puskesmas Namlea
:
Judul Proposal : Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI (air
susu Ibu) pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja
Puskesmas Namlea Kabupaten Buru.

Dengan ini bermaksud melakukan pengambilan data awal penelitian di

Puskesmas Namlea yang Bapak/Ibu Pimpin untuk keperluan penyusunan

proposal penelitian. Besar harapan kami kiranya dapat dibantu, sesuai

kebutuhan penelitian dimaksud, atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.

Ketua LPPM
STIKes Maluku Husada

Wiwi Rumaolat, S.Pd.,M.Si.Med


NIDN. 1230118201
YAYASAN MALUKU HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA LEMBAGA
PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
JLN. Lintas Seram Waeselan – Kairatu Kab. Seram Bagian Barat
Website: www.stikesmh.ac.id email : malukuhusada_stikes@yahoo.co.id
Kairatu, 23-09- 2020
Nomor : 022.203/STIK-LPPM/IX/2020
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Perihal : Izin Penelitian

Yang Terhormat
Kepala Kesbangpol Dan Linmas Pemda Kab. Buru
Di, _
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan telah dilaksanakannya ujian seminar Proposal Skripsi sebagai penjabaran Tri
Dharma Perguruan Tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada, maka
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan dituntut untuk melaksanakan Penelitian dalam rangka
menyelesaikan studi akhir Program berupa Penyusunan Skripsi. Untuk itu kami mohon kesediaan
untuk memberikan izin Melakukan Penelitian Pada wilyah kerja pemda Kab. Buru
Kepada:
Nama : Upik Zulfia Alu
NPM : 1420118186
Program Studi : Keperawatan
Judul Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI (air susu
ibu) Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas
Namlea Kabupaten Buru.

Lokasi Penelitian
Puskesmas Namlea Buru
Waktu Penelitian : 26 September – 26 Oktober 2020

Demikian surat permohonan ini kami sampaikan Atas bantuan dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih.
Mengetahui

an.Ketua
Wakil Ketua I (Bagian Ka. LPPM
Akademik) STIKes Maluku
Husada

Risman Tunny,
Wiwi Rumaolat,
S.Farm.,M.Farm.,Apt S.Pd.,M.Si.Med
NIDN. 1212068201 NIDN. 1230118201

Tembusan :

1. Ketua STIKes Maluku Husada


2. Kepala Puskesmas Namlea
3. Ars

Anda mungkin juga menyukai