Makalah Promosi Kesehatan Kelas 2C
Makalah Promosi Kesehatan Kelas 2C
Dosen Pengampu:
Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE.
Disusun Oleh:
Semester II Kelas C Prodi S1 Keperawatan
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Kebijakan – Kebijakan Di Bidang Promosi
Kesehatan dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bapak Dr. H. Miftahul Munir,
SKM., M. Kes., DIE pada mata kuliah promkes ini. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang kebijakan – kebijakan promosi
kesehatan..
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Munir selaku dosen mata
kuliah . Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR ISI
PENDAHULIUAN
Menurut WHO promosi kesehatan sebagai "the process of enabling individuals and
communities to increase control over the determinants of health and thereby improve
their health. Proses mengupayakan individu - individu dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor - faktor yang mempengaruhi
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Bertolak dari pengertian
yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian promosi kesehatan dirumuskan
sebagai berikut. Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam
proses peningkatan kualitas tenaga kesehatan agar lebih responsif dan mampu
memberdayakan kliennya, sehingga akan tercapai pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil serta merata.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah, antara lain sebagai berikut:
Berdasarkan rumusan masalah yang di paparkan di atas, tujuan dari penulisan masalah
antara lain sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Menurut WHO (dalam Fitriani, 2011), promosi kesehatan sebagai “The process of
enabling individuals and communities to increases control over the determinants of
health and there by improve their health” (proses yang mengupayakan individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya). Promosi kesehatan merupakan
revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada masa yang lalu, di mana dalam konsep
promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran masyarakat dalam hal
pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga
sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat
maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang diharapkan
dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik, sosial-budaya,
ekonomi, dan politik. Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam
dukungan baik pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan
untuk perubahan lingkungan (Mubarak dkk., 2007).Promosi kesehatan merupakan istilah
yang saat ini banyak digunakan dalam kesehatan masyarakat dan telah mendapatkan
dukungan kebijakan dari pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya. Definisi promosi
kesehatan juga tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah “Upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar merekan dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kebijakan adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan,
organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan
peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku
(misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan
hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang
diinginkan. Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan - keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif
seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya.
Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, finansial, atau
administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.Kebijakan adalah suatu ucapan atau
tulisan yang memberikan petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang
memberi batas dan arah umum kepada seseorang untuk bergerak.Secara etimologis,
“kebijakan” adalah terjemahan dari kata (policy). Kebijakan dapat juga berarti sebagai
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang
dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan
kegiatan - kegiatan berulang yang rutin dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan
keputusan.
Menurut Holwet dan M. Ramesh (Subarsono, 2005: 13) berpendapat bahwa proses
kebijakan publik terdiri atats lima tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Penyusunan agenda, yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat
perhatian dari pemerintah.
2. Formulasi kebijakan, yakni proses penyusunan pilihan-pilihan kebijakan oleh
pemerintah.
3. Pembuatan kebijakan, yakni proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan
suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.
4. Implementasi kebijakan, yakni proses untuk melaksanakan kebijakan agar
mencapai hasil.
5. Evaluasi kebijakan, yakni proses memonitor dan memilih kerja atau hasil
kebijakan.
Menurut Abdul Wahab (2005), kebijakan publik adalah suatu tindakan bersanksi
yang mengarah pada tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang
saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat. James E.
Anderson (Irfan Islamy, 2000: 17) mendefinisikan kebijakan itu adalah serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang
pelaku sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).
Sejak berakhirnya MDGs pada 2015 dan berlakunya SDGs, upaya penurunan AKI
masih menjadi perhatian khusus di dunia. Salah satu perubahan mendasar yang dibawa
oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun yang ditinggalkan”. Artinya cakupan
target dan pelayanan dalam era SDGs lebih menyeluruh (100%) bila dibandingkan saat
era MDGs yang hanya setengahnya (50%). Mengingat banyaknya aspek yang ada dalam
SDGs dan informasi yang terlalu sedikit terkait SDGs di Indonesia, maka dibuatlah buku
“Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku
Kepentingan Daerah”. Buku panduan ini menyajikan penjelasan mengenai SDGs,
peranan pemerintah daerah, pengalaman dan pembelajaran dari pelaksanaan MDGs, serta
upaya–upaya yang diperlukan untuk memulai pelaksanaan SDGs untuk kurun 2015-
2030. Sistem desentralisasi yang berlaku di Indonesia membuat dua pertiga nasib dan
kualitas hidup warga sangat ditentukan oleh baik buruknya kinerja pemerintah daerah.
Mulai dari kebersihan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, hingga kualitas sekolah
dan pelayanan kesehatan, semuanya tergantung pada tinggi rendahnya mutu pelayanan
publik di daerah. Pentingnya peran pemerintah daerah bukan hanya berlaku di Indonesia
saja, melainkan juga di seuruh dunia. Dalam bukunya If Major Ruled The World (2013),
Benjamin Barber meletakkan harapan kepada para wali kota untuk mengatasi masalah–
masalah besar dunia (perubahan iklim, pencegahan terorisme, pengurangan kemiskinan,
tata niaga perdagangan obat). Menurutnya pemerintah daerah merupakan tenaga dan
energi perubahan. Menurut Barber, ada tiga alasan yang mendasari pemikiran tersebut:
(i) kota merupakan hunian bagi lebih dari separuh penduduk dan karenanya merupakan
mesin penggerak ekonomi; (ii) kota telah menjadi rumah pencetus dan inkubator
berbagai inovasi sosial, ekonomi dan budaya; dan (iii) para pemimpin kota dan
pemerintah daerah tidak terbebani dengan isu kedaulatan serta batas–batas bangsa yang
menghalangi mereka untuk bekerja sama. Keberhasilan SDGs tidak dapat dilepaskan dari
peranan penting pemerintah daerah. Pasalnya pemerintah kota dan kabupaten berada
lebih dekat dengan warganya, memiliki wewenang dan dana, dapat melakukan berbagai
inovasi, serta ujung tombak penyedia layanan publik dan berbagai kebijakan serta
program pemerintah. Dari pengalaman era MDGs (2000–2015), Indonesia ternyata
belum berhasil menurunkan angka kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum,
dan penurunan prevalansi AIDS dan HIV. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah
tidak aktif terlibat di dalam pelaksanaan MDGs. Juga karena pemerintah daerah kurang
didukung. Salah satu upaya untuk mendorong keberhasilan SDGs di daerah adalah
melalui penyediaan informasi yang cukup bagi pemerintah daerah.
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012)
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pada 2006, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, merupakan salah satu kabupaten
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terburuk di Provinsi Sulawesi Selatan. Di
kabupaten ini, rasio kematian ibu masih sangat tinggi, yaitu sebesar 300 per 100.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKI diduga akibat proses persalinan
tradisional yang hanya ditolong oleh dukun bayi atau dukun beranak yang tidak terlatih.
Dari berbagai contoh kasus di atas, terlihat bahwa peran pemerintah daerah sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya penurunan AKI. Semakin responsif/ tanggap
suatu pemerintah daerah makan penurunan AKI akan semakin mudah dicapai. Tentunya
hal ini juga diperngaruhi dengan sistem informasi/ pencatatan kejadian kematian ibu
yang baik, sehingga dapat membantu pemerintah dalam menentukan langkah atau
kebijakan yang sesuai dengan masalah yang ada dan target penurunan AKI bisa tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebijakan Kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk
mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai
derajat kesehatan yang optimal pada seluruh rakyatnya. Kebijakan Kesehatan merupakan
pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik
pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah. Kebijakan
kesehatan sebagai tanggung jawab pemerintah menurut UU No.
36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut UU Kesehatan No. 36tahun 2009 pasal 5
disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan. 36 tahun 2009 pasal 14 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Kebijakan kesehatan nasional diatur dalam KMK no 374 tahun 2009 dan perpres no72
tahun
Oleh karena itu, harus selalu diupayakan integrasi promosi kesehatan ke dalam
setiap program kesehatan, sejak dari tingkat Pusat, tingkat Provinsi, sampai ke tingkat
Kabupaten/Kota bahkan Kecamatan. Integrasi ini harus dicerminkan pula dalam
koordinasi penyusunan anggaran kesehatan. Sebagai perwujudan paradigma sehat,
promosi kesehatan harus mengutamakan terciptanya perilaku masyarakat untuk
mencegah timbulnya masalah-masalah kesehatan melalui upaya-upaya promotif dan
preventif, tanpa mengabaikan terciptanya perilaku masyarakat untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan yang sudah terjadi melalui upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya mengubah dan atau menciptakan perilaku sehat melalui promosi kesehatan harus
didukung oleh upaya-upaya lain yang berkaitan seperti pemberlakuan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan, peningkatan keterjangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan, pengembangan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, subsidi
bagi masyarakat miskin, penyediaan sarana-sarana umum untuk kesehatan lingkungan ,
dan lain-lain. Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan penanggung jawab promosi
kesehatan di tingkat kabupaten/kota.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyimpankan,
meningkatkan dan membina Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan oleh
Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana kesehatan lain di wilayahnya. Selain itu, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota juga mendukung gerakan Pemberdayaan Masyarakat yang
diselenggarakan dengan menyelenggarakan Bina Suasana dan Advokasi di tingkat
Kabupaten/Kota. Mulai dari kebersihan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, hingga
kualitas sekolah dan pelayanan kesehatan, semuanya tergantung pada tinggi rendahnya
mutu pelayanan publik didaerah. Daya tanggap dan perlindungan masyarakat terhadap
risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat
dilakukan pada semua siklus kehidupan, mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah,
remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. Upaya peningkatan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif
dan preventif.
3.2 SARAN
Di harapkan dengan adanya makalah ini pembaca khusunya kita dapat menambah
wawasan tentang kebijakan-kebijakan dalam promosi Kesehatan supaya kita tau bahwa
promosi kehesahatan mempunyai kebijakan yang di atur oleh pemerintah. Diharapkan
implementasi dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dapat
menghasilkan outcome yang sesuai dengan tujuan dan perumusan awal dari kebijakan,
sehingga derajad kesehatan masyarakat yang maksimal dapat dicapai. Dan diharapkan
dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon tenaga kesehatan
dapat memahami tentang kebijakan-kebijakan promosi kesehatan dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan
dengan promosi kesehata.
DAFTAR PUSTAKA
Hoelman MB, Parhusip Bona TP, Eko S, Bahagijo S, Santono H, 2015, Panduan SDGs
untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah,
Infid, Indonesia.
Kemenkes RI, 2015, Rencana Strategis Kementria Kesehatan Tahun 2015-2019,
Indonesia.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan
RI
Gedung dr. Adhyatma Lt. 6, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta Selatan, DKI
Jakarta.