Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

TENTANG KEBIJAKAN-KEBIAJAKAN DIBIDANG PROMOSI KESEHATAN

Dosen Pengampu:
Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE.

Disusun Oleh:
Semester II Kelas C Prodi S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA’
TUBAN
2022
Nama Anggota:

1. Afivah 21.14.2.029.099 26. M. Alif Maulana R. 21.14.2.029.126


2. Ahmad Bagus Eka 21.14.2.029.100 27. Nailil Hidayah 21.14.2.029.127
3. Ahmad Luthfyllah A. 21.14.2.029.101 28. Nanda Aprilia 21.14.2.029.128
4. Alfiah Baituzzahro 21.14.2.029.102 29. Niswatul Khalimah 21.14.2.029.129
5. Andika Murdiansyah 21.14.2.029.103 30. Nunuk Hani’ah 21.14.2.029.130
6. Ari Andini 21.14.2.029.104 31. Pheny Armalya W. 21.14.2.029.131
7. Ayun Afro Cahyani P. 21.14.2.029.105 32. Putri Sholikha R. U. 21.14.2.029.132
8. Bachtiar Ichwan 21.14.2.029.106 33. Risca Ristanti 21.14.2.029.133
9. Berlian Maharani 21.14.2.029.107 34. Rut Niken Widari 21.14.2.029.134
10. Cindy Ayu Lestari 21.14.2.029.108 35. Salsabila Niken P. 21.14.2.029.135
11. Dellanikita 21.14.2.029.109 36. Selviana Dewi A. 21.14.2.029.136
12. Diah Ayu Nadia N. F. 21.14.2.029.110 37. Sherlina Dwi Arista 21.14.2.029.137
13. Dian Madia Sari 21.14.2.029.111 38. Sindy Ayu Fatmala 21.14.2.029.138
14. Dila Antika N. I. P. 21.14.2.029.112 39. Siti Magfirotun N. 21.14.2.029.139
15. Erika Dwi Endah D. 21.14.2.029.113 40. Siti Nur Rohma 21.14.2.029.140
16. Fajar Ristanto 21.14.2.029.114 41. Suci Fitria Utami 21.14.2.029.141
17. Feri Bayu Saputra 21.14.2.029.115 42. Tina Asifatun K. 21.14.2.029.142
18. Fitria Anggraeny 21.14.2.029.116 43. Tsania Munsyafiati 21.14.2.029.143
19. Galuh Rahayu S. W. 21.14.2.029.117 44. Vina Reza Antika 21.14.2.029.144
20. Herlina Aprilia 21.14.2.029.118 45. Wanda Astia 21.14.2.029.145
21. Iffah Rabiatul A. 21.14.2.029.119 46. Yuanita Maulidina A. 21.14.2.029.146
22. Laila Ketrin D. 21.14.2.029.122 47. Yuyun Andriyanti 21.14.2.029.147
23. Lik Andrian 21.14.2.029.123 48. Septia Wulandari 21.14.2.029.148
24. M. Syihab Sa’dy 21.14.2.029.124 49. Wahyu Agung H. 21.14.2.029.149
25. Miftakhunnafiah 21.14.2.029.125
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Kebijakan – Kebijakan Di Bidang Promosi
Kesehatan dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bapak Dr. H. Miftahul Munir,
SKM., M. Kes., DIE pada mata kuliah promkes ini. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang kebijakan – kebijakan promosi
kesehatan..

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Munir selaku dosen mata
kuliah . Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 3


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 4
BAB I ......................................................................................................................................... 5
PENDAHULIUAN ................................................................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 5
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 5
1.3 TUJUAN ..................................................................................................................... 6
BAB II ....................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 7
2.1 PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN ................................................................ 7
2.2 PENGERTIAN KEBIJAKAN DALAM PROMOSI KESEHATAN ......................... 8
2.3 KEBIJAKAN- KEBIJAKAN DALAM PROMOSI KESEHATAN ....................... 10
2.4 CONTOH PENERAPAN KEBIJAKAN DALAM PROMOSI KESEHATAN ....... 11
BAB III.................................................................................................................................... 16
PENUTUP............................................................................................................................... 16
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 16
3.2 SARAN ..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19
BAB I

PENDAHULIUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut WHO promosi kesehatan sebagai "the process of enabling individuals and
communities to increase control over the determinants of health and thereby improve
their health. Proses mengupayakan individu - individu dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor - faktor yang mempengaruhi
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Bertolak dari pengertian
yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian promosi kesehatan dirumuskan
sebagai berikut. Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam
proses peningkatan kualitas tenaga kesehatan agar lebih responsif dan mampu
memberdayakan kliennya, sehingga akan tercapai pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil serta merata.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah, antara lain sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan promosi Kesehatan?


2. Bagaimana pengertian kebijakan dalam promosi Kesehatan?
3. Apa saja kebijakan dalam promosi Kesehatan?
4. Bagaimana contoh penerapan kebijakan dalam promosi Kesehatan?
1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang di paparkan di atas, tujuan dari penulisan masalah
antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang promosi Kesehatan.


2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kebijakan dalam promosi Kesehatan
3. Untu mengetahui jenis-jenis kebijakan dalam promosi Kesehatan
4. Untuk mengetahui bagimana contoh penerapan kebijakan dalam promosi kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN

Menurut WHO (dalam Fitriani, 2011), promosi kesehatan sebagai “The process of
enabling individuals and communities to increases control over the determinants of
health and there by improve their health” (proses yang mengupayakan individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya). Promosi kesehatan merupakan
revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada masa yang lalu, di mana dalam konsep
promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran masyarakat dalam hal
pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga
sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat
maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang diharapkan
dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik, sosial-budaya,
ekonomi, dan politik. Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam
dukungan baik pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan
untuk perubahan lingkungan (Mubarak dkk., 2007).Promosi kesehatan merupakan istilah
yang saat ini banyak digunakan dalam kesehatan masyarakat dan telah mendapatkan
dukungan kebijakan dari pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya. Definisi promosi
kesehatan juga tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah “Upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar merekan dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan”.

Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang
kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Upaya untuk mewujudkan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui strategi yang baik.
Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
promosi kesehatan sebagai penunjang dari program-program kesehatan yang lainnya,
seperti kesehatan lingkungan, peningkatan status gizi masyarakat, pemberantasan
penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular, peningkatan kesehatan ibu dan
anak, serta pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan Piagam Ottawa
(1984), misi promosi kesehatan dapat dilakukan menggunakan 3 strategi yang dijelaskan
sebagai berikut. 1) Advokasi (advocate)Kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan, perilaku dan faktor biologis dapat memengaruhi kesehatan seseorang.
Promosi kesehatan berupaya untuk mengubah kondisi tersebut sehingga menjadi
kondusif untuk kesehatan masyarakat melalui advokasi. Kegiatan advokasi ini tidak
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, tetapi juga dapat dilakukan oleh
masyarakat sasaran kepada para pemangku kebijakan dari berbagai tingkat atau sektor
terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pemangku
kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting dan
membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. 2) Mediasi
(mediate) Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani
antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Hal ini dikarenakan faktor
yang memengaruhi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja.
Promosi kesehatan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak baik dari pemerintah,
sektor kesehatan, sektor ekonomi, lembaga nonprofit, industri, dan media. Dengan kata
lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan kesehatan.
Kemitraan sangat penting sebab tanpa kemitraan sektor kesehatan tidak akan mampu
menangani.

2.2 PENGERTIAN KEBIJAKAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kebijakan adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan,
organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan
peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku
(misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan
hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang
diinginkan. Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan - keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif
seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya.
Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, finansial, atau
administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.Kebijakan adalah suatu ucapan atau
tulisan yang memberikan petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang
memberi batas dan arah umum kepada seseorang untuk bergerak.Secara etimologis,
“kebijakan” adalah terjemahan dari kata (policy). Kebijakan dapat juga berarti sebagai
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang
dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan
kegiatan - kegiatan berulang yang rutin dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan
keputusan.

Menurut Holwet dan M. Ramesh (Subarsono, 2005: 13) berpendapat bahwa proses
kebijakan publik terdiri atats lima tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Penyusunan agenda, yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat
perhatian dari pemerintah.
2. Formulasi kebijakan, yakni proses penyusunan pilihan-pilihan kebijakan oleh
pemerintah.
3. Pembuatan kebijakan, yakni proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan
suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.
4. Implementasi kebijakan, yakni proses untuk melaksanakan kebijakan agar
mencapai hasil.
5. Evaluasi kebijakan, yakni proses memonitor dan memilih kerja atau hasil
kebijakan.

Menurut Abdul Wahab (2005), kebijakan publik adalah suatu tindakan bersanksi
yang mengarah pada tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang
saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat. James E.
Anderson (Irfan Islamy, 2000: 17) mendefinisikan kebijakan itu adalah serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang
pelaku sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Pengertian Kebijakan dalam promosi Kesehatan. Kebijakan Kesehatan yaitu


konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi
pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang
optimal pada seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010). Kebijakan Kesehatan merupakan
pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik
pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI, 2009).
Kebijakan kesehatan sebagai tanggung jawab pemerintah menurut UU No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Menurut UU Kesehatan No.36tahun 2009 pasal 5 disebutkan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan. Menurut
UU Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 14 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung
jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Kebijakan kesehatan nasional diatur dalam KMK no 374 tahun 2009 dan perpres no72
tahun 2.

2.3 KEBIJAKAN- KEBIJAKAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

1. Promosi kesehatan diselenggarakan dalam kerangka desentralisasi untuk


mewujudkan otonomi daerah di bidang kesehatan guna mencapai Visi Desa Sehat,
Kecamatan Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, Provinsi Sehat, dan Indonesia Sehat
2010. Oleh karena itu, penyelenggaraan promosi kesehatan di tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota diarahkan untuk menciptakan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, yang diperlukan dalam mencapai Indonesia Sehat,
Provinsi Sehat, dan Kabupaten/Kota Sehat .
2. Promosi kesehatan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan kegiatan
terdepan yang harus terpadu dengan kegiatan - kegiatan program kesehatan. Oleh
karena itu, harus selalu diupayakan integrasi promosi kesehatan ke dalam setiap
program kesehatan, sejak dari tingkat Pusat, tingkat Provinsi, sampai ke tingkat
Kabupaten/Kota, bahkan Kecamatan. Integrasi ini harus dicerminkan pula dalam
koordinasi penyusunan anggaran kesehatan.
3. Sebagai perwujudan paradigma sehat, promosi kesehatan harus mengutamakan
terciptanya perilaku masyarakat untuk mencegah timbulnya masalah - masalah
kesehatan melalui upaya - upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan
terciptanya perilaku masyarakat untuk mengatasi masalah - masalah kesehatan
yang sudah terjadi melalui upaya - upaya kuratif dan rehabilitatif.
4. Upaya mengubah dan atau menciptakan perilaku sehat melalui promosi kesehatan
harus didukung oleh upaya - upaya lain yang berkaitan seperti pemberlakuan
kebijakan dan peraturan perundang - undangan, peningkatan keterjangkauan dan
mutu pelayanan kesehatan, pengembangan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat, subsidi bagi masyarakat miskin, penyediaan sarana - sarana umum
untuk kesehatan lingkungan, dan lain - lain .
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan penanggung jawab promosi
kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menyimpankan, meningkatkan dan membina Pemberdayaan Masyarakat yang
diselenggarakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana kesehatan lain di
wilayahnya. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota juga mendukung gerakan
Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan dengan menyelenggarakan Bina
Suasana dan Advokasi di tingkat Kabupaten/Kota. Bina Suasana dan Advokasi ini
harus direncanakan dan diselenggarakan dengan baik, sehingga sinkron dengan
gerakan Pemberdayaan Masyarakat, baik dari segi waktu maupun waktu
penyelenggaraannya.

2.4 CONTOH PENERAPAN KEBIJAKAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

Sejak berakhirnya MDGs pada 2015 dan berlakunya SDGs, upaya penurunan AKI
masih menjadi perhatian khusus di dunia. Salah satu perubahan mendasar yang dibawa
oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun yang ditinggalkan”. Artinya cakupan
target dan pelayanan dalam era SDGs lebih menyeluruh (100%) bila dibandingkan saat
era MDGs yang hanya setengahnya (50%). Mengingat banyaknya aspek yang ada dalam
SDGs dan informasi yang terlalu sedikit terkait SDGs di Indonesia, maka dibuatlah buku
“Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku
Kepentingan Daerah”. Buku panduan ini menyajikan penjelasan mengenai SDGs,
peranan pemerintah daerah, pengalaman dan pembelajaran dari pelaksanaan MDGs, serta
upaya–upaya yang diperlukan untuk memulai pelaksanaan SDGs untuk kurun 2015-
2030. Sistem desentralisasi yang berlaku di Indonesia membuat dua pertiga nasib dan
kualitas hidup warga sangat ditentukan oleh baik buruknya kinerja pemerintah daerah.
Mulai dari kebersihan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, hingga kualitas sekolah
dan pelayanan kesehatan, semuanya tergantung pada tinggi rendahnya mutu pelayanan
publik di daerah. Pentingnya peran pemerintah daerah bukan hanya berlaku di Indonesia
saja, melainkan juga di seuruh dunia. Dalam bukunya If Major Ruled The World (2013),
Benjamin Barber meletakkan harapan kepada para wali kota untuk mengatasi masalah–
masalah besar dunia (perubahan iklim, pencegahan terorisme, pengurangan kemiskinan,
tata niaga perdagangan obat). Menurutnya pemerintah daerah merupakan tenaga dan
energi perubahan. Menurut Barber, ada tiga alasan yang mendasari pemikiran tersebut:
(i) kota merupakan hunian bagi lebih dari separuh penduduk dan karenanya merupakan
mesin penggerak ekonomi; (ii) kota telah menjadi rumah pencetus dan inkubator
berbagai inovasi sosial, ekonomi dan budaya; dan (iii) para pemimpin kota dan
pemerintah daerah tidak terbebani dengan isu kedaulatan serta batas–batas bangsa yang
menghalangi mereka untuk bekerja sama. Keberhasilan SDGs tidak dapat dilepaskan dari
peranan penting pemerintah daerah. Pasalnya pemerintah kota dan kabupaten berada
lebih dekat dengan warganya, memiliki wewenang dan dana, dapat melakukan berbagai
inovasi, serta ujung tombak penyedia layanan publik dan berbagai kebijakan serta
program pemerintah. Dari pengalaman era MDGs (2000–2015), Indonesia ternyata
belum berhasil menurunkan angka kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum,
dan penurunan prevalansi AIDS dan HIV. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah
tidak aktif terlibat di dalam pelaksanaan MDGs. Juga karena pemerintah daerah kurang
didukung. Salah satu upaya untuk mendorong keberhasilan SDGs di daerah adalah
melalui penyediaan informasi yang cukup bagi pemerintah daerah.

Secara khusus, buku panduan ini bertujuan:

1. Menyediakan informasi kunci, meski serbasingkat, tentang SDGs dan mengapa


peranan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan di daerah menjadi
kunci keberhasilan pelaksaaan SDGs
2. Menyediakan pilihan dan contoh–contoh kebijakan dan program yang dapat
diadopsi dengan melihat keragaman dan tingkat kemajuan atau tantangan
pembangunan di tiap–tiap daerah
3. Menyediakan contoh–contoh praktis yang dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah
daerah dan para pemangku kepentingan lainnya di daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/Menkes/52/2015


ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang mengacu
pada Visi, Misi, dan Nawacita Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Pembangunan kesehatan Indonesia
pada periode 2015-2019 adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok
RPJMN 2015-2019 antara lain :

1. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak


2. Meningkatkan pengendalian penyakit
3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
5. Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
6. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada 2025 adalah


meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur
Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu,
menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Tujuan Renstra Kementerian Kesehatan
pada tahun 2015-2019, yaitu :

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat


2. Meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat
terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua siklus kehidupan,


mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan
kelompok lansia. Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan
dicapai adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012)
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan


perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan, maka
ukuran yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan setelah


memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%
2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80
menjadi 8,00.

Beberapa wilayah di Indonesia masih mengalami kendala dalam menurunkan AKI.


Jawa Barat masih tercatat sebagai daerah di Jawa dengan AKI tertinggi pada 2013. Jawa
Tengah masih mengalami fluktuasi AKI tiap tahunnya, namun sudah berhasil
menurunkan 711 kasus kematian ibu pada tahun 2014 menjadi 115 pada tahun 2015.
Selain Jawa Barat dan Jawa Tengah, Surabaya juga turut mengalami masalah dalam
upaya penurunan AKI ini. Dengan bantuan pemerintah daerah yang dinilai cukup
tanggap, banyak relawan digerakkan untuk melakukan pendampingan kepada para ibu
hamil di wilayah Surabaya.

Pada 2006, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, merupakan salah satu kabupaten
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terburuk di Provinsi Sulawesi Selatan. Di
kabupaten ini, rasio kematian ibu masih sangat tinggi, yaitu sebesar 300 per 100.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKI diduga akibat proses persalinan
tradisional yang hanya ditolong oleh dukun bayi atau dukun beranak yang tidak terlatih.

Untuk memecahkan masalah ini, pemerintah kabupaten menginisiasi program


Kemitraan Bidan dan Dukun (KBD) pada tahun 2007. Program ini secara umum
berupaya mengalihfungsikan peranan dukun bayi atau dukun beranak (sanro) dalam
persalinan tradisional kepada perawatan bayi dan ibu pasca–melahirkan. Selain dilatih,
mereka diajak untuk mendorong setiap ibu melahirkan agar dapat ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih seperti bidan. Setiap dukun bayi mendapatkan insentif Rp 50.000
manakala merujuk upaya persalinan ini ke bidan desa.
Tiga tahun kemudian, program KBD diperkuat melalui payung hukum Peraturan
Daerah No.2/2010. Adanya jaminan hukum melalui peraturan daerah, secara perlahan
ikut mendorong bidan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Sementara itu, dukun
tetap tidak kehilangan pekerjaan, bahkan mendapatkan tambahan penghasilan. Sebagai
hasilnya, indikator–indikator seperti K1 (kunjungan antenatal trimester pertama) naik
lima kali lipat, dari 23 persen (2006) menjadi 105 persen (2012), K4 (kunjungan antenatal
trimester keempat) naik dari 25,37 persen (2006) menjadi 97 persen (2012) dan
persalinan ditolong tenaga kesehatan meningkat menjadi 96,4 persen pada tahun 2011.
Upaya tersebut juga telah membuat angka kematian ibu di Takalar menurun hingga 0
pada kurun waktu 2009 – 2010. Pada tahun 2012, di Kabupaten Takalar tidak ditemui
lagi insiden kematian ibu.

Dari berbagai contoh kasus di atas, terlihat bahwa peran pemerintah daerah sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya penurunan AKI. Semakin responsif/ tanggap
suatu pemerintah daerah makan penurunan AKI akan semakin mudah dicapai. Tentunya
hal ini juga diperngaruhi dengan sistem informasi/ pencatatan kejadian kematian ibu
yang baik, sehingga dapat membantu pemerintah dalam menentukan langkah atau
kebijakan yang sesuai dengan masalah yang ada dan target penurunan AKI bisa tercapai.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kebijakan Kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk
mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai
derajat kesehatan yang optimal pada seluruh rakyatnya. Kebijakan Kesehatan merupakan
pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik
pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah. Kebijakan
kesehatan sebagai tanggung jawab pemerintah menurut UU No.
36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut UU Kesehatan No. 36tahun 2009 pasal 5
disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan. 36 tahun 2009 pasal 14 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Kebijakan kesehatan nasional diatur dalam KMK no 374 tahun 2009 dan perpres no72
tahun

Promosi kesehatan diselenggarakan dalam kerangka desentralisasi untuk


mewujudkan otonomi daerah di bidang kesehatan guna mencapai Visi Desa Sehat,
Kecamatan Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, Provinsi Sehat, dan Indonesia Sehat 2010.
Oleh karena itu, penyelenggaraan promosi kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota diarahkan untuk menciptakan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, yang
diperlukan dalam mencapai Indonesia Sehat, Provinsi Sehat, dan Kabupaten/Kota Sehat
. Promosi kesehatan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan kegiatan terdepan
yang harus terpadu dengan kegiatan-kegiatan program kesehatan.

Oleh karena itu, harus selalu diupayakan integrasi promosi kesehatan ke dalam
setiap program kesehatan, sejak dari tingkat Pusat, tingkat Provinsi, sampai ke tingkat
Kabupaten/Kota bahkan Kecamatan. Integrasi ini harus dicerminkan pula dalam
koordinasi penyusunan anggaran kesehatan. Sebagai perwujudan paradigma sehat,
promosi kesehatan harus mengutamakan terciptanya perilaku masyarakat untuk
mencegah timbulnya masalah-masalah kesehatan melalui upaya-upaya promotif dan
preventif, tanpa mengabaikan terciptanya perilaku masyarakat untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan yang sudah terjadi melalui upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif.
Upaya mengubah dan atau menciptakan perilaku sehat melalui promosi kesehatan harus
didukung oleh upaya-upaya lain yang berkaitan seperti pemberlakuan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan, peningkatan keterjangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan, pengembangan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, subsidi
bagi masyarakat miskin, penyediaan sarana-sarana umum untuk kesehatan lingkungan ,
dan lain-lain. Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan penanggung jawab promosi
kesehatan di tingkat kabupaten/kota.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyimpankan,
meningkatkan dan membina Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan oleh
Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana kesehatan lain di wilayahnya. Selain itu, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota juga mendukung gerakan Pemberdayaan Masyarakat yang
diselenggarakan dengan menyelenggarakan Bina Suasana dan Advokasi di tingkat
Kabupaten/Kota. Mulai dari kebersihan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, hingga
kualitas sekolah dan pelayanan kesehatan, semuanya tergantung pada tinggi rendahnya
mutu pelayanan publik didaerah. Daya tanggap dan perlindungan masyarakat terhadap
risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat
dilakukan pada semua siklus kehidupan, mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah,
remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. Upaya peningkatan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif
dan preventif.

3.2 SARAN

Di harapkan dengan adanya makalah ini pembaca khusunya kita dapat menambah
wawasan tentang kebijakan-kebijakan dalam promosi Kesehatan supaya kita tau bahwa
promosi kehesahatan mempunyai kebijakan yang di atur oleh pemerintah. Diharapkan
implementasi dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dapat
menghasilkan outcome yang sesuai dengan tujuan dan perumusan awal dari kebijakan,
sehingga derajad kesehatan masyarakat yang maksimal dapat dicapai. Dan diharapkan
dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon tenaga kesehatan
dapat memahami tentang kebijakan-kebijakan promosi kesehatan dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan
dengan promosi kesehata.
DAFTAR PUSTAKA

Hoelman MB, Parhusip Bona TP, Eko S, Bahagijo S, Santono H, 2015, Panduan SDGs
untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah,
Infid, Indonesia.
Kemenkes RI, 2015, Rencana Strategis Kementria Kesehatan Tahun 2015-2019,
Indonesia.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan
RI
Gedung dr. Adhyatma Lt. 6, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta Selatan, DKI
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai