Nim : 19142011022
1. Observasi
bising usus,
distensi
abdomen,
lingkar
abdomen
2. Observasi
frekuensi
dan
karakteristik
feses tiap
BAB
3. Membantu
memperlanc
a
r defekasi
4. Untuk
melunakkan
feses denagn
menambah
intake cairan
5. Mengetahui
peristaltic
usus
2 Enterokoliti Tujuan: tidak terjadi enterokolitis 1. Berikan ASI 1. Melunakkan
s selama perawatan. feses
berhubunga 2. Menghindari
n dengan Kriteria Hasil: terjadinya
stagnasi dan 1. Observasi infeksi baru
akumulasi 1. BAB teratur 3-4x/hari suhu axila,
feses dalam hindari
kolon. 2. Distensi abdomen berkurang mengukur
suhu lewat 1. Menambah
3. Lingkar abdomen berkurang rectal pengetahuan
2. Jelaskan keluarga
4. Tidak diare gejala dan
tanda
5. Suhu axila 36,5-37,5o C enterokolitis
3. Berikan
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1) Mengetahui dan memahami definisi hirschprung
2) Mengetahui dan memahami etiologi hirschprung
3) Mengetahui dan memahami klasifikasi hirschprung
4) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hirschprung
5) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik hirschprung
6) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hirschprung
13. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
o Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan minimal 5 orang.
o Penyuluhan menggunakan flipchart/power point dan leaflet.
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang 15 RSSA Malang.
o Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari sebelum-
nya.
b. Evaluasi proses
o Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
o Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
o Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi terhadap
materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
o Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima penje-
lasan dari penyaji.
o Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai dilak-
sanakan.
o Tidak ada pasien/keluarga pasien yang mondar-mandir selama kegiatan penyuluhan
berlangsung.
c. Evaluasi hasil
o Pre penyuluhan
25% peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji sebelum
penyaji menyampaikan materi penyuluhan.
o Post penyuluhan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
1) Definisi hirschprung
2) Etiologi hirschprung
3) Klasifikasi hirschprung
4) Manifestasi klinis hirschprung
5) Pemeriksaan diagnostik hirschprung
6) Penatalaksanaan hirschprung
14. Media
Flipchart/ Power Point dan leaflet
15. Materi
(terlampir)
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi
Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886.
Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit
tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini meru-
pakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik).
Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mem-
punyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam men-
jalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus be-
sar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Ketidak adaan ini menimbulkan keabnor-
malan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz,
Cecily & Sowden : 2000 )
2. Penyebab
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus,
mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10
% sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.
Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom,
kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal
pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan
evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses
yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul
enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat
berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1) Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2) Masa bayi dan kanak-kanak
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Gagal tumbuh
f. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )
4. Klasifikasi
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, pada sel ganglion Auerbach dan
Meissner tidak ditemukan serabut saraf menebal dan serabut otot hipertrofik. Aganglionosis
ini mulai dari anus ke arah oral. Berdasarkan panjang segmen yang terkena, penyakit
Hirschprung dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori:
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid. Merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid malah dapat mengenai seluruh kolon atau
sampai usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki maupun perempuan.
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan:
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2) Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
Dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil
kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
5) Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily & Sowden,
2002 : 197 )
6) Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
6. Penatalaksanaan
Medis
Ada beberapa tindakan yang dilakukan pada penderita Hisprung
1) Konservatif
Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk
mengeluarkan mekonium dan udara.
Prosedur Duhamel
Umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini
terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di
belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung
aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
Prosedur Soave
Dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling
banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen
rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus,
tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot
rektosigmoid yang tersisa.
Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain:
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini.
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis (pembedahan)
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang (FKUI,
2000 : 1135 )
Untuk perawatan kolostomi ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
orangtua:
1. Berikan perawatan kulit pada anoplasty dan jaga area tetap bersih
2. Kaji adanya kemerahan, bengkak, dan drainase
3. Posisikan bayi miring kesamping dengan kaki fleksi atau dengan kaki prone
dan panggul ditinggikan untuk mengurangi edema dan tekanan pada area
pembedahan.
4. Gunakan kantong kolostomi yang hipoalergi untuk melindungi kalit yang
sensitif.
5. Kaji kolostomi : warna harus pink, dan tidak ada purulen, pembengkakan atau
kerusakan kulit.
6. Ukur stoma secara periodik, misalnya tiap perubahan kantong selama 6
minggu pertama, kemudian sekali sebulan selama 6 bulan.
7. Yakinkan bahwa lobang pada bagian belakang kantong berperekat sedikitnya
lebih besar 1/8 ukuran stoma dengan perekat adequate menempel pada
kantong.
8. Konsongkan, irigasi, dan bersihkan kantong ostomi dengan rutin, gunakan
alat yang tepat
9. Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan. Lakukan
pengangkatan kantong sesuai indikasi kemudian cuci dengan baik