Anda di halaman 1dari 17

Nama : Laura nuraeni

Nim : 19142011022

Diagnosa dan Intervensi

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


o
1 Konstipasi Tujuan: konstipasi dapat teratasi dala 1. Berikan
berhubunga 4 × 24 jam microlac
n dengan rectal
aganglionisi Kriteria hasil: tiap hari
s 1. Untuk
parasimpatis 1. BAB teratur 3-4 ×/hr mangetahui
area rektum kondisi usus
2. Konsisitensi lembek 1. Berikan ASI melalui
feses
3. Distensi abdomen berkurang

4. Lingkar abdomen berkurang

1. Observasi
bising usus,
distensi
abdomen,
lingkar
abdomen
2. Observasi
frekuensi
dan
karakteristik
feses tiap
BAB
3. Membantu
memperlanc
a
r defekasi
4. Untuk
melunakkan
feses denagn
menambah
intake cairan
5. Mengetahui
peristaltic
usus
2 Enterokoliti Tujuan: tidak terjadi enterokolitis 1. Berikan ASI 1. Melunakkan
s selama perawatan. feses
berhubunga 2. Menghindari
n dengan Kriteria Hasil: terjadinya
stagnasi dan 1. Observasi infeksi baru
akumulasi 1. BAB teratur 3-4x/hari suhu axila,
feses dalam hindari
kolon. 2. Distensi abdomen berkurang mengukur
suhu lewat 1. Menambah
3. Lingkar abdomen berkurang rectal pengetahuan
2. Jelaskan keluarga
4. Tidak diare gejala dan
tanda
5. Suhu axila 36,5-37,5o C enterokolitis
3. Berikan

6. WBC 5-10 x 10/uL antibiotic


sesuai
stadium
enterokolitis
yang
diberikan
tidak lewat
oral (Klaus:
1998)
4. Berikan
NaHCO3
jika terjadi
asidosis(Klau
s: 1998)
5. Berikan
nutrisi
setelah
pasien stabil,
dengan
memberikan
makanan
secara
IV(Klaus:
1998)
6. Lakukan
pembedahan
jika ada
indikasi
(Klaus:
1998)

3 Ansietas Tujuan: Ansietas (ibu) berkurang


(ibu) dalam 24 jam
berhubunga 1. Mengetahui
n dengan Kriteria Hasil: perkembanga
kurang n anak
pengetahuan 1. Ibu mangungkapkan suatu 2. Mengurangi
tentang pemahaman yang baik kecemasan
penyakit tentang proses penyakit
dan terapi anaknya
yang 2. Ibu memahami terapi yang
diprogramka diprogramkan tim dokter 1. Mengurangi
n 1. Jelaskan pada ibu resiko
tentang penyakit terjadinya
yang diderita
anaknya.
2. Berikan ibu jadwal infeksi
pemeriksaan diagnostic
3. Berikan informasi tentang
rencana operasi
4. Berikan penjelasan pada ibu
tentang perawatan setelah
operasi
5. Meningkatkan pengetahuan
ibu

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Sistem Gastrointestinal


2. Pokok Bahasan : Hirschprung
3. Sasaran : Keluarga di ruang 15 RSSA
4. Waktu dan Tempat
 Tempat : Ruang 15 Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
 Waktu : Senin, 18 oktober 2021 Pukul 10.00 WIB
5. Alokasi Waktu : 30 menit
6. Pemberi Materi : Petugas di ruang 15
7. Metode : Ceramah dan diskusi
8. Media : Leaflet
9. Latar belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit
hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada
semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus. Penyakit hisprung juga
dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion
parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang
dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan,
spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses
secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian
segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch
pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung
yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada
kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi
ganglion. Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung
di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran
hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil,
maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki
lebih banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit
hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini
mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom
waardenburg serta kelainan kardiovaskuler. Selain pada anak, penyakit ini
ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan mekonium
dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor
penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor
lingkungan. Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui
pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal
biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik
yaitu dengan pembedahan dan colostomi.

10. Tujuan instruksional


a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang penyakit hirschprung.

b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1) Mengetahui dan memahami definisi hirschprung
2) Mengetahui dan memahami etiologi hirschprung
3) Mengetahui dan memahami klasifikasi hirschprung
4) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hirschprung
5) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik hirschprung
6) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hirschprung

11. Sub Pokok Bahasan


1) Definisi hirschprung
2) Etiologi hirschprung
3) Klasifikasi hirschprung
4) Manifestasi klinis hirschprung
5) Pemeriksaan diagnostik hirschprung
6) Penatalaksanaan hirschprung
12. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Wakt Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
u
Pendahulua 5 1. Memberi salam 1. Menjawab Cerama -
n menit 2. Memperkenalkan diri salam h dan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 2. Mendengarkan Tanya
dan pokok materi yang akan dan
Jawab
disampaikan memperhatikan
4. Menggali pengetahuan pasien 3. Menjawab
tentang hirschprung pertanyaan
Penyajian 15 Menjelaskan materi: 1. Mendengarkan Cerama Flipcha
menit 1. Definisi hirschprung dan h dan rt/
2. Etiologi hirschprung memperhatikan Tanya Power
3. Klasifikasi hirschprung 2. Menganjukan
Jawab Point
4. Manifestasi klinis hirschprung pertanyaan
5. Pemeriksaan diagnostik
hirschprung
6. Penatalaksanaan hirschprung
Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Menjawab Tanya
menit 2. Meminta peserta untuk pertanyaan Jawab
menjelaskan kembali materi yang diberikan
yang telah disampaikan dengan oleh penyuluh
singkat menggunakan bahasa 2. Membalas
peserta sendiri salam
3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang materi
yang telah disampaikan
4. Menutup acara dan
mengucapkan salam

13. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
o Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan minimal 5 orang.
o Penyuluhan menggunakan flipchart/power point dan leaflet.
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang 15 RSSA Malang.
o Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari sebelum-
nya.
b. Evaluasi proses
o Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
o Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
o Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi terhadap
materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
o Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima penje-
lasan dari penyaji.
o Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai dilak-
sanakan.
o Tidak ada pasien/keluarga pasien yang mondar-mandir selama kegiatan penyuluhan
berlangsung.
c. Evaluasi hasil
o Pre penyuluhan
25% peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji sebelum
penyaji menyampaikan materi penyuluhan.
o Post penyuluhan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
1) Definisi hirschprung
2) Etiologi hirschprung
3) Klasifikasi hirschprung
4) Manifestasi klinis hirschprung
5) Pemeriksaan diagnostik hirschprung
6) Penatalaksanaan hirschprung

14. Media
Flipchart/ Power Point dan leaflet

15. Materi
(terlampir)

MATERI PENYULUHAN

1. Definisi
 Penyakit Hisprung (Hirschprung)  adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886.
Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit
tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
 Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini meru-
pakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik).
Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mem-
punyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam men-
jalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus be-
sar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
 Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Ketidak adaan ini menimbulkan keabnor-
malan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz,
Cecily & Sowden : 2000 )

2. Penyebab
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus,
mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10
% sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.

Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom,
kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal
pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

3. Tanda dan Gejala


Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah
lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan
distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan
evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses
yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul
enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat
berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).

1) Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2) Masa bayi dan kanak-kanak
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Gagal tumbuh
f. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

4. Klasifikasi
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, pada sel ganglion Auerbach dan
Meissner tidak ditemukan serabut saraf menebal dan serabut otot hipertrofik. Aganglionosis
ini mulai dari anus ke arah oral. Berdasarkan panjang segmen yang terkena, penyakit
Hirschprung dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori:

1) Penyakit Hirschprung segmen pendek/ HD klasik (75%)

Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid. Merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.

2) Penyakit Hirschprung segmen panjang/ Long segment HD

Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid malah dapat mengenai seluruh kolon atau
sampai usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki maupun perempuan.

3) Total Colonic Aganglionosis

Beberapa lainnya yang jarang terjadi, yaitu:

1) Total intestinal aganglionosis


2) Ultra short segment Hirschprung’s disease (melibatkan rectum distal di bawah lantai
pelvis dan anus).

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan:
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2) Biopsi isap

Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )

3) Biopsi otot rectum


Yaitu pengambilan lapisan otot rectum.

4) Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase

Dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil
kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )

5) Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily & Sowden,
2002 : 197 )
6) Pemeriksaan colok anus

Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

6. Penatalaksanaan
 Medis
Ada beberapa tindakan yang dilakukan pada penderita Hisprung

1) Konservatif
Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk
mengeluarkan mekonium dan udara.

2) Tindakan bedah sementara


Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis, eneterokolitis berat dan keadaan
umum buruk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.

3) Tindakan bedah defenitif


Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.

Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar


untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi spinkter ani internal.

Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :


a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama
( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )

Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,


Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian
akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )

Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-


mula dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran
usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-
kira 3 sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya
antara 9 dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara
memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion
ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus.

 Prosedur Duhamel
Umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini
terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di
belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung
aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.

 Pada prosedur Swenson


Bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-
end pada kolon bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan
pada bagian posterior.

 Prosedur Soave
Dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling
banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen
rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus,
tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot
rektosigmoid yang tersisa.

 Perawatan

Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain:

a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini.
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis (pembedahan)
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang (FKUI,
2000 : 1135 )

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak-anak


dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status
fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti
enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein
serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )

Untuk perawatan kolostomi ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
orangtua:

1. Berikan perawatan kulit pada anoplasty dan jaga area tetap bersih
2. Kaji adanya kemerahan, bengkak, dan drainase
3. Posisikan bayi miring kesamping dengan kaki fleksi atau dengan kaki prone
dan panggul ditinggikan untuk mengurangi edema dan tekanan pada area
pembedahan.
4. Gunakan kantong kolostomi yang hipoalergi untuk melindungi kalit yang
sensitif.
5. Kaji kolostomi : warna harus pink, dan tidak ada purulen, pembengkakan atau
kerusakan kulit.
6. Ukur stoma secara periodik, misalnya tiap perubahan kantong selama 6
minggu pertama, kemudian sekali sebulan selama 6 bulan.
7. Yakinkan bahwa lobang pada bagian belakang kantong berperekat sedikitnya
lebih besar 1/8 ukuran stoma dengan perekat adequate menempel pada
kantong.
8. Konsongkan, irigasi, dan bersihkan kantong ostomi dengan rutin, gunakan
alat yang tepat
9. Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan. Lakukan
pengangkatan kantong sesuai indikasi kemudian cuci dengan baik

Anda mungkin juga menyukai