Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke

2.1.1 Definisi stroke

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)

dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler (Agussalim, 2016)

Stroke adalah suatu peristiwa disfungsi neurologis akut yang diduga

disebabkan oleh iskemia atau perdarahan, berlangsung selama > 24 jam

atau hingga kematian (Assosiation, 2018).

Jadi dapat disimpulkan, stroke adalah gangguan fungsi otak akibat

sumbatan maupun perdarahan dengan gejala tertentu berlangsung

selama < 24 jam atau > 24 jam yang dapat mengakibatkan kecacatan

dan kematian.

2.1.2 Klasifikasi stroke

2.1.2.1 Menurut NANDA, stroke menurut patologi dari serangan

(Nurarif, 2015) meliputi :

a) Stroke iskemik (non hemoragik)

Stroke iskemik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau

keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik

12
13

Stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Stroke trombotik :Proses terbentuknya thrombus yang

membuat penggumpalan.

2. Stroke embolik :Tertutupnya pembuluh arteri oleh

bekuan darah.

3. Hipoperfusion sistemik : Berkurangnya aliran darah ke

seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut

jantung.

b) Stroke hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke

hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.

Stroke hemoragik ada 2 jenis:

1. Hemoragik intraserebral : Pendarahan yang terjadi di

dalam jaringan otak.

2. Hemoragik Subaraknoid : Pendarahan yang terjadi pada

ruang subarakhnoid (ruang sempit antara permukaan

otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

2.1.2.2 Klasifikasi

Dalam (Agussalim, 2016), stroke dibedakan menurut

perjalanan penyakit atau stadiumnya:

a) TIA : Gangguan neurologis local yang terjadi selama

beberapa menit sampai beberapa jam saja.


14

b) Stroke involusi : Stroke yang terjadi masih terus

berkembang, gangguan neurologis terlihat semakin berat

dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau

beberapa hari.

c) Stroke komplet : Gangguan neurologi yang timbul sudah

menetap atau permanen.

2.1.3 Epidemiologi

Menurut Kemenkes RI (2017), disebutkan bahwa dari 10 penyebab

kematian utama berdasarkan Sampel Registrasi Sistem (SRS)

diantaranya adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) yaitu stroke di

nomor pertama, urutan kedua penyakit jantung koroner dan ketiga

diabetes melitus (Munir & Ahmad, 2019) . Di dunia tiap 2 detik 1

orang menderita stroke dengan prevalensi 16% populasi dunia

mengalami stroke dalam hidupnya, selain itu tiap 4 detik 1 orang

meninggal karena stroke (Maryati, 2019) . Prevalensi stroke tertinggi

di Indonesia berada di Kalimantan Timur berdasarkan diagnosis pada

penduduk umur > 15 tahun yaitu sebesar (14,7%), disusul provinsi DI

Yogyakarta (14,5%), Sulawesi Utara (14%) sedangkan Kalsel (12,7%)

menduduki urutan ke 6 dari 34 provinsi. Prevalensi stroke di

Indonesia 12,1 % per 1.000 penduduk, angka itu naik dibandingkan

Riskesdas tahun 2013 sebesar 8,3 % (Na’im, 2019). Stroke menjadi

penyebab kematian utama di hampir semua rumah sakit di Indonesia.

Sebesar 14,5% angka kejadian stroke meningkat dengan tajam di


15

Indonesia. Bahkan saat ini, Indonesia merupakan negara dengan

jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Na’im, 2019).

2.2 Stroke Iskemik

2.2.1 Definisi

Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah kematian jaringan

otak karena gangguan aliran darah ke daerah otak, yang disebabkan

oleh sumbatan (Mutiarasari, 2019).

Stroke non haemorrhagik adalah iskemia, emboli dan thrombosis

serebri, tetapi tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dengan kesadaran umumnya baik (Agussalim,

2016).

2.2.2 Klasifikasi

Stroke non hemoragik berdasarkan perjalanan klinisnya dapat

digolongkan sebagai berikut (Agussalim, 2016) :

2.2.2.1 Transient Ischemic Attack (TIA)

Merupakan serangan stroke sementara < 24 jam. TIA

menggambarkan terjadinya suatu defisit neurologic secara tiba-

tiba dan defisit tersebut berlangsung hanya sementara (tidak

lebih dari 24 jam).

2.2.2.2 Reversible Ischemic Neurogic Deficit (RIND)

Merupakan timbulnya gejala neurologis dalam rentang > 24 jam

sampai 21 hari yang kemudian menghilang.


16

2.2.2.3 Progressing Stroke

Merupakan kondisi penurunan neurologis ringan sampai berat.

2.2.2.4 Stroke Komplit

Kelainan neurologis menetap dan tak berkembang lagi.

2.2.3 Etiologi

Menurut Agussalim (2016) stroke disebabkan oleh :

2.2.3.1 Thrombosis

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami

oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat

menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Tanda dan

gejala neurologi sering kali memburuk dalam 48 jam setelah

terjadinya thrombosis. Beberapa keadaan di bawah ini dapat

menyebabkan thrombosis otak :

a) Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta

berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh

darah. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut

:lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya

aliran darah, oklusi mendadak pada pembuluh darah karena

terjadi thrombosis yang merupakan tempat terbentuknya

thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus dan

dinding arteri menjadi lemah.


17

b) Hiperkoagulasi

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematocrit

meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.

c) Arteritis(radang pada arteri)

2.2.3.2 Emboli

Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak

oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli

berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat

sistem arteri serebri.

2.2.4 Faktor Resiko

Faktor resiko merupakan kondisi tertentu yang membuat seseorang

rentan terhadap serangan stroke dan memperberat kondisi saat

perawatan. Adapun menurut (Freeman, 2013) sebagai berikut:

2.2.4.1 Faktor resiko dapat di modifikasi.

Faktor resiko yang dapat dimodifikasi sebagai penyebab

penyakit stroke yaitu:

a) Merokok.

Merokok dapat meningkatkan kecenderungan sel darah

menggumpal pada dinding arteri Faktor resiko yang tidak

dapat dirubah.

b) Alkohol

Konsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan resiko

penyakit stroke. Alkohol merupakan racun pada otak dan


18

pada kadar tinggi dapat menyebabkan otak berhenti

berfungsi.

c) Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko terpenting untuk semua

tipe stroke, baik stroke iskemik maupun stroke hemoragik.

Resiko stroke meningkat seiring dengan peningkatan tekanan

darah. Beberapa peneliti menyatakan bahwa jika perbaikan

sempurna pada stroke dapat dipermudah dengan

dilakukannya penurunan tekanan darah yang cukup ketika

edema otak berkembang.

d) Penyakit Kardiovaskuler

Resiko terkena stroke serangan pertama meningkat pada

orang dengan penyakit vascular aterosklerotik non

serebrovaskular (penyakit jantung coroner, gagal jantung).

e) Diabetes Mellitus

Orang dengan penyakit diabetes mellitus lebih rentan

terhadap arterosklerosis dan peningkatan prevalensi

proaterogenik, terutama hipertensi dan lipid darah yang

abnormal. Bagi penderita diabetes peningkatan kadar lemak

darah sangat meningkatkan resiko penyakit jantung dan

stroke iskemik.
19

f) Hiperkolesterol

Kolestrol merupakan zat didalam aliran darah dimana makin

tinggi kadar kolestrol semakin besar kemungkinan dari

kolestrol tersebut tertimbun pada dinding pembuluh darah.

Saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga

menganggu suplai darah ke otak.

2.2.4.2 Faktor resiko tidak dapat di modifikasi

a) Usia.

Stroke merupakan penyakit yang dapat menyerang segala

usia, diketahui bahwa mereka yang berusia lanjut beresiko

terserang penyakit yang berpotensi mematikan dan

menimbulkan kecacatan menetap. Angka kematian stroke

yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut.

b) Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa laki-laki

beresiko terkena stroke lebih tinggi dibandingan dengan

wanita yaitu kisaran 1,25 kali lebih tinggi.

c) Riwayat keluarga

Faktor genetik dalam keluarga dapat menjadi faktor resiko

stroke. Beberapa penyakit seperti diabetes mellitus dan

hipertensi diketahui dapat diturunkan secara gentik dari

seseorang kepada keturunannya. Selain itu, gaya hidup dan


20

pola makan dalam keluarga yang sudah menjadi kebiasaan

sangat sulit dan juga meningkatkan faktor resiko stroke.

2.2.5 Patofisiologi

Faktor pencetus/ etiologi stroke akan menyebabkan penimbunan

lemak/kolesterol yang meningkat dalam darah sehingga lemak yang

sudah nekrotik dan bergenerasi menjadi kapur/mengandung kolesterol

dengan infiltrasi limfosit (trombus). Thrombus dapat menyebabkan tiga

bagian yaitu aterosklerosis, pembuluh darah menjadi kaku dan pecah,

dan terjadi penyempitan pembuluh darah (oklusi vaskuler). Pertama,

aterosklerosis akan membentuk emboli di cerebral sehingga disebut

stroke non hemoragik. Kedua, Pembuluh darah menjadi kaku dan pecah

disebut sebagai stroke hemoragik, dan pembuluh darah yang pecah akan

menyebabkan kompresi jaringan otak hingga herniasi dan terjadi

peningkatan TIK. Ketiga, penyempitan pembuluh darah (oklusi

vaskuler) akan menghambat aliran darah hingga eritrosit menggumpal,

endotel rusak dan cairan plasma hilang terjadilah edema cerebral

(Nurarif, 2015).

Stroke non hemoragik yang terjadi karena trombus (terjadinya bekuan

darah pada arteri serebri) atau embolus (terjadinya bekuan darah yang

berjalan menuju otak dari tempat lain tubuh). Stroke trombolitik

mengakibatkan oklusi pada aliran darah, yang disebabkan oleh

aterosklerosis berat. TIA adalah gangguan pada fungsi otak yang terjadi
21

secara singkat bersifat reversibel akibat hipoksiaserebral. TIA dapat

terjadi karena pembuluh darah mengalami aterosklerosis yang

menyebabkan spasme, sehingga kebutuhan oksigen meningkat namun

tidak dapat dipenuhi oleh karena aterosklerosis yang berat. Stroke

embolik berkembang setelah terjadi oklusi pada arteri yang terbentuk di

luar otak akibat embolus. Penyebab lain embolus yang mencetuskan

terjadinya stroke adalah jantung setelah miokardium atau fibrilasi

atrium dan embolus yang merusak aorta (Santoso, 2018) .

2.2.6 Manifestasi klinis

Menurut NANDA, manifestasi klinis stroke (Nurarif, 2015) meliputi:

2.2.6.1 Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo

badan

2.2.6.2 Tiba-tiba hilang rasa peka

2.2.6.3 Bicara cedel atau pelo

2.2.6.4 Gangguan bicara atau bahasa

2.2.6.5 Gangguan penglihatan

2.2.6.6 Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai

2.2.6.7 Gangguan daya ingat

2.2.6.8 Nyeri kepala

2.2.6.9 Vertigo

2.2.6.10 Kesadaran menurun

2.2.6.11 Proses kencing terganggu

2.2.6.12 Gangguan fungsi otak


22

2.2.7 Komplikasi

Salah satu komplikasi stroke adalah infeksi. Infeksi yang didapat di

rumah sakit atau infeksi nosokomial merupakan penyebab morbiditas

dan mortalitas utama pada penderita stroke iskemik akut. Komplikasi

infeksi, terutama saluran nafas dan saluran kemih, telah dilaporkan

terjadi pada 23-65% pasien stroke pada hari-hari awal setelah onset

stroke. Pneumonia dilaporkan 7-22% pasien stroke, dimana disfagia dan

aspirasi merupakan faktor yang paling berperan (Ilsa Hunaifi, Rina

Lestari, 2016).

2.2.8 Penatalaksanaan

2.2.8.1 Penatalaksanaan stroke

Menurut (AHA/ASA, 2018), manajemen stroke iskemik akut

meliputi:

a) Prehospital stroke management and systems of care.

1. Edukasi masyarakat mengenai gejala stroke akut dan mencari

pertolongan pada pelayanan emergensi (emergency medical

services) sangat diperlukan. Masyarakat yang teredukasi akan

urgensinya stroke akan mendapat pelayanan lebih awal,

sehingga sangat berpeluang untuk mendapat manfaat dari

terapi trombolisis.

2. Setiap pasien stroke seharusnya dinilai derajat keparahannya,

salah satunya menggunakan NIHSS (COR 1, LOE B-NR)

3. Door-to-CT harus dicapai dalam waktu 20 menit.


23

4. Door-to-needle (DTN) harus dicapai dalam waktu 60 menit.

5. Pemeriksaan multimodal imaging (CTA dan MRI) tidak boleh

sampai menunda pemberian trombolisis IV.

b) Emergency evaluation and treatment

1. Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sebelum pemberian

trombolisis IV.

c) General supportive care and emergency treatment

1. Pemberian Alteplase sebaiknya dalam waktu 3 jam onset atau

3-4,5 jam onset.

2. Persyaratan untuk trombolisis intravena sekarang disusun

dalam bentuk rekomendasi.

d) In-Hospital management of AIS : General Supportive care

1. Target gula darah pada stroke iskemik akut adalah 140-180

mg/dl.

2. Semua pasien dengan stroke iskemik akut seharusnya dinilai

tingkat depresi.

3. Penggunaan kateter urin rutin tidak direkomendasikan,

karena akan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.

2.2.9 Terapi farmakologis pasien stroke iskemik akut

2.2.9.1 Trombolisis rTPA (recombinan tissue-Plasminogen Activator)

intravena.

Trombolisis rTPA merupakan pengobatan stroke iskemik akut

yang disetujui oleh FDA sejak tahun 1996 karena terbukti secara
24

ilmiah efektif membatasi kerusakan otak akibat stroke iskemik

(Haryono, 2010) .

Kriteria pasien stroke yang sesuai pemberian terapi rTPA

intravena:

a) Usia > 18 tahun

b) Diagnosis stroke iskemik menyebabkan defisit neurologis

secara klinis jelas

c) Tidak ada stroke atau trauma kepala 3 bulan sebelumnya

d) Tidak ada pembedahan mayor dalam 14 hari sebelumnya

e) Tidak ada riwayat perdarahan intrakranial

f) Tekanan darah sistolik < 185 mmhg

g) Tekanan darah diastol < 110 mmhg

h) Tidak ada gejala menghilang dengan cepat atau gejala stroke

yang ringan

i) Tidak ada gejala yang memunculkan dugaan perdarahan

subarakhnoid

j) Tidak ada perdarahan gastrointestinal dalam 21 bulan

sebelumnya

k) Hitung trombosit > 100 ribu per mm 3

l) Konsentrasi glukosa darah lebih dari 50 mg/ dl

Kriteria ekslusi pasien stroke pemberian terapi rTPA intravena :

a) Sedang menggunakan antikoagulan oral, waktu protombin

>15 detik atau INR (International Normalized Ratio)


25

b) Pengunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya

c) Jumlah platelet kurang dari 100.000/ mm3

d) Bukan stroke/ cedera kepala berat 3 bulan sebelumnya

e) Mengalami operasi besar dalam 14 hari sebelumnya

f) Tekanan darah sistolik sebelum pengobatan lebih besar dari

185 mmHg, atau tekanan darah diastol lebih besar dari 110

mmHg

g) Perbaikan cepat gejala neurologi

h) Didahului perdarahan intrakranial

i) Kadar gula darah kurang dari 50 mg/dL atau < 400 mg/dL

j) Terjadi perdarahan gastrointestinal atau uriner dalam 21 hari

sebelumnya

k) Sedang menderita infark miokardial.

2.2.9.2 Antikoagulan

Pemberian obat ini untuk mencegah pembesaran trombus,

mencegah defisit neurologi, dan mencegah terjadinya stroke

berulang. Ada dua macam antikoagulan, yaitu yang bekerja

secara langsung dan yang tidak langsung, contoh antikoagulan

yang bekerja langsung :heparin, heparinoid, danaproid, hirudin,

lepirudin dan desirudin. Sedangkan antikoagulan yang bekerja

tidak langsung adalah derivat (Haryono, 2010).


26

2.2.9.3 Antiplatelet agregasi (antitrombosit)

Antiplatelet adalah obat yang digunakan untuk menghambat

agregasi platelet sehingga menyebabkan terhambatnya

pembentukan thrombus yang sering ditemukan pada sistem

arteri (Dewoto, 2009). Obat antiplatelet yang digunakan adalah:

asetosal, dipiridamol, klopidogrel, tiklodipin dan cilostasol

(Haryono, 2010).

2.2.9.4 Obat neuroprotektif

Obat ini terbukti pada percobaan binatang dan uji klinis fase II

dapat mencegah dan membatasi kerusakan jaringan otak akibat

iskemik dan mengurangi luas infark yang terjadi, dengan

demikan menurunkan angka kematian dan kecacatan (Haryono,

2010). Obat neuroprotektif yang dianjurkan PERDOSSI (2007)

adalah : citikolin, pirasetam, nicergolin, naftidrofuril, nimodipin

dan neuropeptida.

2.3 Door-To-Needle

Door-to-needle (DNT) adalah cara yang ampuh untuk mengukur peningkatan

kualitas. DNT didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu pintu dan waktu

jarum. Definisi door-time adalah waktu dimana pasien berada di Instalasi

Gawat Darurat dengan stroke, dengan pasien sudah dirawat di rumah sakit.

Waktu pemeriksaan oleh ahli saraf digunakan sebagai pintu-waktu. Waktu

jarum didefinisikan sebagai waktu ketika (bolus) rTPA diberikan (Kuhrij,

2019). Pada pasien dengan stroke iskemik yang diobati dengan IVT,
27

mengalami penurunan mortalitas di rumah sakit. DNT yang lama memiliki

peluang kematian yang lebih tinggi pada pasien, jika IVT sebelumnya

diberikan akan semakin baik hasilnya. Faktor-faktor yang terkait dengan

perpanjangan DNT adalah usia di atas 75 tahun, jenis kelamin perempuan dan

masuk selama libur (Kuhrij, 2019).

Faktor-faktor lain yang meningkatkan angka kematian di rumah sakit adalah

usia di atas 75 tahun. Untuk setiap 15 menit pengurangan keterlambatan,

diperkirakan ada peningkatan 4% hasil klinis dan kemungkinan kematian 5%

lebih rendah (Kuhrij, 2019). Telah ditetapkan bahwa inisiasi cepat

pengobatan trombolitik sangat bermanfaat bagi pasien stroke. Sensitivitas

jaringan otak terhadap iskemia menyebabkan ketergantungan waktu terhadap

efektivitas aktivator plasminogen jaringan (t-PA) (Klingner, 2015).

Penelitian (Tong, 2018), mengatakan terdapat perbedaan antara pasien yang

diobati dalam waktu ≤ 60 menit, secara signifikan lebih banyak pasien yang

dirawat dalam waktu 45 menit dipulangkan ke rumah dibandingkan dengan

mereka yang dirawat lebih 45 menit. Riwayat medis diabetes mellitus, dan

stroke sebelumnya dikaitkan dengan tidak memenuhi target waktu DTN ≤60

menit. Pasien dengan riwayat medis hipertensi, atau gagal jantung juga

kurang mungkin untuk menerima IV alteplase dalam target sasaran DTN.

Pasien berusia 55 hingga 74 tahun lebih mungkin untuk memenuhi kedua

target waktu DTN dibandingkan dengan mereka yang berusia 18 hingga 54


28

tahun. Wanita, pasien dengan faktor risiko stroke dan penyakit kardiovaskular

lainnya lebih kecil kemungkinannya untuk menerima alteplase IV dalam

sasaran DTN (Tong, 2018).

2.4 Perburukan Kondisi

Perburukan pasien adalah abnormalitas tanda-tanda vital pasien dan tanda-

tanda klinis lainnya (Soeharto.S, 2017). Early warning scoring (EWS)

merupakan salah satu deteksi dini untuk memprediksi adanya perburukan.

Vitalpac Early Warning skoring (ViEWS) merupakan salah satu bentuk dari

EWS. ViEWS merupakan sebuah sistem skoring fisiologis yang berfokus pada

pendeteksian dini sebelum perburukan itu terjadi, sehingga diharapkan

dengan tatalaksana yang lebih dini kondisi yang mengancam jiwa dapat

tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari sehingga output yang

dihasilkan lebih baik. Parameter yang digunakan dalam ViEWS meliputi

frekuensi napas, saturasi oksigen, tekanan darah sistolik, nadi, GCS, suhu,

dan penggunaan oksigen. Penelitian yang dilakukan oleh Pryteherch, ViEWS

efektif dalam memprediksi perburukan pasien di IGD (Soeharto.S, 2017).

Tabel Vitalpac Early Warning Skoring dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai

berikut :
29

Tabel 2.1 ViEWS (Vitalpac Early Warning Skoring)

Parameter Skor
3 2 1 0 1 2 3
RR ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥25
SpO2 ≤91 92-93 94-95 ≥96
SBP ≤90 91- 101- 111-249 ≥250
100 110
Pulse ≤40 41-50 51-90 91- 111- ≥131
110 130
Verbal
AVPU/GCS Alert/15 Pain
Unresponsive
≤14
Temp(˚C) ≤35 35,1- 36,1-38 38-39 >39
36,0
Inspired Udara Penggunaan
O2 Bebas oksigen
Sumber : Prytherch, Ahmad 2017

Hasil skore dari 7 parameter Vitalpac Early Warning System (EWS)

menentukan kondisi pasien dan bentuk penanganan selanjutnya . Jika nilai

skor < 8 berarti pasien tidak mengalami perburukan kondisi dan dirujuk ke

bangsal / rawat inap, nilai skor ≥ 8 berarti pasien mengalami perburukan

kondisi dan harus dirujuk ke ICU/ICCU/HCU/Unit Stroke. Berdasarkan

beberapa penelitian, ViEWS merupakan lembar observasi yang memiliki

sensitivitas dan spesifitas baik dan sudah teruji sehingga dapat digunakan

untuk mendeteksi kondisi pasien di IGD.


30

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lain dari masalah yang diteliti (Kartika, 2017). Variabel

independen dan variabel dependen dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kondisi pasien
Upaya ketepatan stroke iskemik
door-to-needle
akut

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini untuk melihat hubungan antara upaya ketepatan waktu

door-to-needle terhadap kondisi pasien stroke iskemik akut di Instalasi Gawat

Darurat RSUD Ulin Banjarmasin, maka penulis mengambil kesimpulan

sementara bahwa :

Ha : Terdapat hubungan upaya ketepatan waktu door-to-needle terhadap

kondisi pasien stroke iskemik akut di Instalasi Gawat Darurat

Anda mungkin juga menyukai