Anda di halaman 1dari 8

KASUS

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

Mata Kuliah Farmakoterapi Penyakit Infeksi


Dosen Pengampu apt. Septi Muharni, M.Farm.
Pertemuan Ke- 3
Pokok Bahasan IMS
Kasus Gonorrhoe, Sifilis, Trikomoniasis, Kandidiasis.
Kasus C Seorang perempuan berusia 25 tahun, Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr.
Sardjito Yogyakarta dengan keluhan utama kutil di sekitar kelamin dan dekat
anus. Sejak ± 2 bulan yang lalu, timbul benjolan di dekat anus yang bertambah
besar dan bertambah banyak, kadang terasa gatal, buang air besar sulit dan terasa
sakit, kadang hingga disertai darah. Keluhan tersebut disertai dengan sering
timbul bisul terutama di perut bagian bawah dan kedua pangkal paha, beberapa
sembuh sendiri tanpa diobati dan timbul bisul yang lain. Keluhan mlanjer di
bawah dagu, lipat ketiak dan lipat paha, nyeri pada tenggorokan, badan demam
dan terasa lemas disangkal. Keluhan sering demam dan sering diare disangkal.
Pasien menyatakan badannya sempat bertambah kurus pada ± 3 bulan pertama
kehamilannya, tetapi pasien tidak ingat berat badannya. Pasien juga
mengeluhkan adanya keputihan berwarna putih keruh dari kemaluan sejak ± 2
bulan yang lalu. Keputihan tidak berbau, kadang terasa gatal, bertambah banyak.

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, pendidikan terakhir Sekolah Menengah
Pertama (SMP), menikah saat berusia 19 tahun, berhubungan seksual pertama
kali setelah menikah dengan suami, jumlah pasangan seksual 1 orang (suami),
hubungan seksual dilakukan secara genito-genital dan anogenital tanpa kondom.
Suami pasien bekerja sebagai supir truk antar kota antar propinsi dan pulang ke
rumah setiap 1-2 bulan. Saat ini pasien sedang hamil ± 5 bulan, riwayat
kehamilan sebelumnya disangkal. Riwayat keluhan berupa bintil-bintil berair,
luka yang tidak nyeri, bintil-bintil di kemaluan dan keputihan sebelumnya pada
pasien disangkal. Riwayat kencing nanah, bintil-bintil berair, dan luka yang tidak
nyeri pada suami tidak diketahui.

Keadaan umum pasien tampak lemah, status gizi kesan kurang, kesadaran
compos mentis, tanda vital da lam batas normal. Status dermato venereologis
pada hampir seluruh tubuh kulit serotik; pada perut bagian bawah dan kedua
pangkal paha terdapat makula dan papul hiperpigmentasi, teraba keras, multipel,
ter sebar; pada vulva, perineum dan perianal terdapat papul verukosa multipel
dengan luas area (perianal) ± 6 x 5 cm2, hasil tes acetowhite positif. Pemeriksaan
inspekulo pada cervix didapatkan bintik-bintik kemerahan.

Diagnosis dokter pasien mengalami sifilis sekunder, trichomoniasis dan


kandidiasis vulvovaginalis
INSTRUKSI
1. Artikan semua istilah yang ada di dalam kasus
2. Selesaikan kasus di atas dengan metoda SOAP

Penyelesaian Subjective
kasus dengan
metode SOAP Informasi umum pasien
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 25 tahun
Saat ini pasien sedang hamil ± 5 bulan,

Keluhan utama : kutil di sekitar kelamin dan dekat anus. Sejak ± 2 bulan
yang lalu, timbul benjolan di dekat anus yang bertambah besar dan
bertambah banyak, kadang terasa gatal, buang air besar sulit dan terasa
sakit, kadang hingga disertai darah.

Keluhan lain :
- timbul bisul terutama di perut bagian bawah dan kedua pangkal
paha, beberapa sembuh sendiri tanpa diobati dan timbul bisul yang
lain. Keluhan mlanjer di bawah dagu, lipat ketiak dan lipat paha,
- nyeri pada tenggorokan,
- badan demam dan terasa lemas disangkal. Keluhan sering demam
dan sering diare disangkal.
- badannya sempat bertambah kurus pada ± 3 bulan pertama
kehamilannya, tetapi pasien tidak ingat berat badannya.
- keputihan berwarna putih keruh dari kemaluan sejak ± 2 bulan yang
lalu. Keputihan tidak berbau, kadang terasa gatal, bertambah
banyak.
- Riwayat keluhan berupa bintil-bintil berair, luka yang tidak nyeri,
bintil-bintil di kemaluan dan keputihan sebelumnya pada pasien
disangkal. Riwayat kencing nanah, bintil-bintil berair, dan luka
yang tidak nyeri pada suami tidak diketahui.

Riwayat sosial :
- Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
- pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP)
- menikah saat berusia 19 tahun
- berhubungan seksual pertama kali setelah menikah dengan suami,
- jumlah pasangan seksual 1 orang (suami),
- hubungan seksual dilakukan secara genito-genital dan anogenital
tanpa kondom.
- Suami pasien bekerja sebagai supir truk antar kota antar propinsi
dan pulang ke rumah setiap 1-2 bulan.

Objectif

Jenis Hasil pasien Normal Penilaian


pemeriksaan
Kesadaran Komposmentis Komposmentis Normal
Keadaan umum Tampak lemah Sehat Tidak
normal
Status gizi Kesan kurang Baik Tidak
normal
Status dermato serotik Tidak
venereologis normal
Pemeriksaan Bintik-bintik - Tidak
inspekulo pada kemerahan. normal
cervix
Tes acetowhite Positif Negatif Positif

- Pada perut bagian bawah dan kedua pangkal paha terdapat makula
dan papul hiperpigmentasi, teraba keras, multipel, tersebar.
- Pada vulva, perineum dan perianal terdapat papul verukosa
multipel dengan luas area (perianal) ± 6 x 5 cm2
- Tanda vital normal
- Diagnosis dokter pasien mengalami sifilis sekunder,
trichomoniasis dan kandidiasis vulvovaginalis

Assesment
- Diagnosis sifilis sekunder kasus ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan status dermato venereologis..
- Diagnosis trichomoniasis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
inspekulo pada cervix berupa terdapatnya bintik-bintik kemerahan.
- Diagnosis kandidiasis vulvovaginalis pada pasien ditegakkan
berdasarkan perianal terdapat papul verukosa multipel dengan luas
area (perianal) ± 6 x 5 cm2.

Plan
 Farmakologi :
- Benzathine penicillin G 2,4 juta unit IM dalam dosis tunggal
(pengobatan sifilis sekunder).
- Metronidazole oral 2 g dosis tunggal selama 7 hari (pengobatan
trichomoniasis).
- Klotrimazole 100 mg dosis tunggal secara intravaginal selama 7
hari ( pengobatan kandidiasis vulvovaginalis pada perempuan
hamil).
 Non farmakologi
- Makan makanan bernutrisi dengan pola makan teratur.
- Berolahraga secara rutin
- Tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan
- Tes HIV
- Tes serologi
- Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

 Monitoring
- Monitoring manifestasi klinis
- Tes serologi ulang untuk sifilis 3 bulan setelah terapi
- Pemeriksaan apusan discharge fornix 1,5 bulan setelah terapi
metronidazole
- Pemeriksaan inspekulo ulang

 Konseling
- Penggunaan klotrimazol tablet vagina
Cucilah kedua tangan,masukkan 1 tablet ke dalam vagina sebelum
tidur sebanyak 100 mg.  Sebaiknya tablet dimasukkan pada posisi
terlentang dengan kedua kaki ditarik sedikit ke arah badan, cucilah
kedua tangan sesudah memasukkan clotrimazole tablet vaginal ke
dalam vagina.
- Tidak berhubungan seks selama terapi dengan penisilin.
DRP’s

DRUG RELATED PROBLEM


No. Drug Therapy Check Keterangan
Problem List
1. Terapi Obat Yang Tidak Diperlukan
Terdapat terapi tanpa - Pasien mendapatkan terapi sesuai dengan
indikasi medis indikasi medis.

Pasien mendapatkan - Pasien tidak perlu mendapatkan terapi


terapi tambahan yang tambahan karena obat yang diberikan telah
tidak di perlukan sesuai.
Pasien masih Ya Pasien sebaiknya Bed rest sampai dengan
memungkinkan ikterus mereda, diet tinggi kalori, menjaga
menjalani terapi non kebersihan dan sanitasi perorangan, memasak
makanan sampai matang, perbanyak minum air
farmakologi
putih.

Terdapat duplikasi - Pasien tidak mendapatkan terapi duplikasi


terapi
2. Kesalahan Obat

Bentuk sediaan tidak tepat - Bentuk sediaan obat yang diberikan telah sesuai dan pasien masih
dapat meminum obat yang diberikan.

Terdapat kontraindikasi Ya Terapi pengobatan paracetamol memiliki kontraindikasi pada


penderita gannguan fungsi hati berat

Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan oleh obat - Berdasarkan data follow up kondisi pasien didapatkan bahwa
keluhan yang diderita pasien berkurang

Obat tidak diindikasi untuk kondisi pasien - Pengobatan pada pasien sudah sesuai indikasi

Terdapat obat lain yang efektif - Pengobatan yang diberikan kepada pasien telah efektif sesuai
dengan kondisi pasien.
3 Dosis Tidak Tepat

Dosis terlalu rendah - Dosis terapi yang diberikan sesuai sehingga bisa mengatasi keluhan
utama pasien
Dosis terlalu tinggi - Dosis terapi pengobatan yang diberikan telah sesuai dengan literature
Frekuensi penggunaan tidak tepat - Frekuensi penggunaan pengobatan yang telah sesuai.
Durasi penggunaan tidak tepat - Durasi dari penggunaan obat sesuai dengan literatur

Penyimpanan tidak tepat - Penyimpanan obat-obatan telah tepat sesuai dengan literatur yaitu
pada suhu kamar, tempat kering dan terlindung dari cahaya
4 Reaksi Yang Tidak Diinginkan

Obat tidak aman untuk pasien Ya Obat paracetamol yang diberikan tidak aman untuk pasien
Terjadi reaksi alergi - Pasien tidak menunjukkan reaksi alergi dari obat-obatan yang
diberikan.
Terjadi interaksi obat - Tidak terdapat interaksi obat pada obat-obat an yang digunakan.
Dosis obat dinaikan atau diturunkan terlalu cepat - Dosis obat dinaikkan atau diturunkan berdasarkan kondisi pasien
Muncul efek yang tidak diinginkan Ya Muncul efek yang tidak diinginkan dari penggunaan obat paracetamol
yaitu efek samping hepatotoksik
Administrasi obat yang tidak tepat - Administrasi obat yang diberikan telah tepat.
5 Ketidaksesuaian Kepatuhan Pasien

Obat tidak tersedia - Obat-obatan yang diberikan tersedia di Rumah Sakit


Pasien tidak mampu menyediakan obat - Pasien mampu menyediakan obat
Pasien tidak bisa menelan obat atau menggunakan - Pasien mampu menelan ataupun menggunakan obat sendiri
obat dikarenakan kesadaran pasien saat dirawat sudah mengalami
perbaikan.
Pasien tidak mengerti intruksi penggunanan obat - Keluarga pasien mengerti instruksi dari penggunaan obat yang
diberikan.
Pasien tidak patuh atau memilih untuk tidak - Pasien patuh dalam menggunakan obat yang diberikan, dan
menggunakan obat mengikuti instruksi penggunaan obat yang diberikan.

6 Pasien Membutuhkan Terapi Tambahan

Terdapat kondisi yang tidak diterapi - Pasien tidak membutuhkan terapi tambahan karena semua masalah
pasien sudah diberikan pengobatan
Pasien membutuhkan obat lain yang sinergis - Pasien telah mendapatkan obat yang bekerja sinergis.

Pasien membutuhkan terapi profilaksis - Pasien tidak membutuhkan terapi profilaksis

Anda mungkin juga menyukai