Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

LANDASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

“PROSES”

OLEH:
SISKA YULIA RAHMI (1303867)
SRI RAHMADANI (1303869)
WEGI FINANCHI (1303864)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

0
PROSES
A. PENDAHULUAN
Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis untuk
memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan,
menggunakan, dan mengelola sumber daya dan proses teknologi yang tepat.
Tujuan bab ini adalah untuk memperluas diskusi tentang proses
teknologi dalam konteks definisi yang terkini. Sementara proses pada
umumnya, yang umum untuk banyak profesi, para ahli teknologi pendidikan
secara rutin menggunakan proses teknologi untuk merancang,
mengembangkan, dan menerapkan sumber daya yang efektif untuk
pembelajaran. Dengan demikian, proses yang dibahas dalam bab ini fokus
pada metode yang umum digunakan untuk memfasilitasi tujuan pembelajaran
dan meningkatkan kinerja.
Pentingnya proses teknologi dalam konteks pendidikan muncul dari
kebutuhan untuk bekerjasama dan berkomunikasi secara efektif untuk
mencapai tujuan bersama. Penggambaran paling umum dari proses teknologi
pendidikan adalah paradigma input-proses-output yang menjelaskan
bagaimana cara berpikir tentang komunikasi pendidikan untuk mencapai
tujuan bersama.

Input Process Output


Conditions Method Result
Information Actions Outcomes
Data Proceduress Product
Environtment Development Ideas

Gambar 1. Input-Proses-Output

Bab ini membahas karya Seels dan Richey (1994) dan mengatur
diskusi tentang proses teknologi menjadi konseptual, teoritis, dan kerangka
praktis. Kerangka konseptual untuk proses teknologi didasarkan pada
gagasan bahwa proses adalah serangkaian kegiatan yang dibangun atas tema

1
pengorganisasian. Kerangka teoritis untuk proses teknologi didasarkan pada
gagasan bahwa proses adalah serangkaian keadaan, berdasarkan bukti yang
diverifikasi, yang mewakili pandangan sistematis dari sebuah subjek yang
mana kerangka praktis untuk proses teknologi adalah penerapan prinsip-
prinsip atau teori untuk mencapai hasil yang diinginkan.
B. Defenisi Istilah
1. Teknologi
Teknologi, dalam interpretasi yang paling umum, adalah
penerapan pengetahuan untuk tujuan praktis. Umumnya, definisi
teknologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan diambil dari pendapat
Galbraith (1967): "Penerapan sistematis dari bidang ilmiah atau
pengetahuan terorganisir lainnya untuk tugas praktis". Menurut Hooper
dan Rieber (1995), "Teknologi, menurut definisi, menerapkan
pengetahuan saat ini untuk beberapa tujuan yang bermanfaat. Oleh karena
itu, teknologi berkembang menggunakan pengetahuan untuk beradaptasi
dan meningkatkan sistem dimana pengetahuan itu diterapkan".
Interpretasi yang paling umum dari fokus teknologi pada produk
fisik yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan teknologi, seperti
perangkat keras dan perangkat lunak komputer, rekaman video, asisten
pribadi digital (PDA), dan perangkat komunikasi lainnya, satelit ,
penerima satelit, dan sejenisnya. Beberapa orang menyebut bagian
teknologi ini sebagai teknologi keras, sementara istilah teknologi lunak
merujuk pada proses intelektual. Bab ini berfokus pada bagian teknologi
lunak yang menerapkan proses intelektual untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Proses teknologi pendidikan biasanya meliputi perencanaan rutin
guru, operasi desain pembelajaran, proyek pengembangan kurikulum,
administrasi sumber belajar, dan strategi pemanfaatan media.

2
2. Proses

Proses dilambangkan sebagai serangkaian tindakan, prosedur, atau


fungsi yang mengarah kepada hasil. Sebuah proses biasanya
menghasilkan salah satu dari dua jenis hasil: (a) produk atau (b) proses
lain. Proses dapat terjadi secara alami, seperti proses pencernaan makanan
dan konversi makanan menjadi energi. Fungsi dari organisme manusia
tergantung pada banyaknya proses bawaan alami, termasuk mereka yang
terlibat dalam berpikir, belajar, berkomunikasi, merasakan, serta hanya
untuk bertahan hidup. Manusia juga menciptakan proses-proses dalam
rangka mencapai tujuan mereka yang lebih efisien dan efektif. Berburu,
memasak dan memproses makanan, dan migrasi memerlukan prosedur
yang berkembang melaui pengalaman. Proses nonteknis, seperti proses
kognitif, proses biologis, dan proses spiritual merupakan upaya yang
sangat penting, tetapi ada di luar lingkup bab ini. Proses buatan manusia
yang secara sistematis menerapkan pengetahuan ilmiah dapat dilihat
sebagai proses teknologi. Bab ini berfokus pada proses teknologi yang
diterapkan untuk kemajuan pembelajaran. Ada banyak proses teknologi
yang noneducational misalnya, yang ditemukan dalam komunikasi
massa, jaringan komputer, transportasi, dan produksi energi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
pengalaman adalah beberapa cara pendidikan, namun dalam konteks
definisi ini, proses yang terkait dengan teknologi pendidikan
diinterpretasikan sebagai metode yang digunakan untuk memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja.
3. Asumsi
Teknologi harus dianggap sebagai penemuan yang
memperpanjang kemampuan manusia. Penemuan teknologi dibayangkan
tak terbatas, dan hanya dibatasi oleh kreativitas kita. Proses ditujukan
untuk membangun kapasitas kreatif didasarkan pada beberapa asumsi.
Asosiasi Komunikasi Pendidikan dan Teknologi (AECT) mengasumsikan
bahwa pendidikan adalah sebuah proses, teknologi dapat memfasilitasi

3
proses pendidikan dan tujuan lingkungan pembelajaran yang kompleks.
Berikut ini adalah penjelasan dari asumsi-asumsi yang memberikan
orientasi filosofis untuk mempelajari dan mempraktekan proses teknologi
yang didedikasikan untuk pendidikan.
Asumsi 1:
Pendidikan adalah sebuah proses. Pendidikan adalah serangkaian
tindakan terarah dan pelaksanaan – sebuah proses. Tujuan pendidikan
mewakili hasil pembelajaran yang diinginkan, dengan demikian,
pendidikan secara umum, dapat dianggap sebagai suatu proses.
Asumsi 2:
Teknologi dapat memfasilitasi proses pendidikan. Masyarakat
umumnya menganggap teknologi sebagai alat dan mitra untuk mencapai
tujuan. Proses pendidikan berfokus pada penerapan sistemik teori belajar
untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesalahan persepsi tentang teknologi
sering muncul dari keyakinan bahwa teknologi adalah solusi akhir dari
permasalahan pendidikan. Teknologi bukanlah obat mujarab untuk semua
penyakit pendidikan, dan bukan sarana untuk mengganti orang. Proses
teknologi didedikasikan sebagai mitra, didasarkan pada pemikiran ilmiah,
untuk mengkomunikasikan ide-ide dan mengambil tindakan untuk
memfasilitasi belajar dan mengajar. Dengan demikian, teknologi
memfasilitasi proses pendidikan.
Asumsi 3:
Tujuan lingkungan pembelajaran yang kompleks. Tujuan
Lingkungan belajar mengacu pada tujuan kegiatan pendidikan yang
melibatkan peserta didik dalam beberapa interaksi antara beberapa orang
(misalnya guru dan teman sebaya), tempat, isi, dan media, situasi tertentu,
untuk jangka waktu tertentu dan untuk mencapai tujuan bersama.
Kompleksitas adalah fenomena yang dihasilkan dari peningkatan jumlah
informasi, energi, hirarki, variabilitas, hubungan, dan komponen, yang
pada gilirannya meningkatkan hasil dan mengurangi ketidakpastian dan

4
prediktabilitas untuk kegiatan tertentu. Tujuan Lingkungan pembelajaran
adalah menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.
Kompleksitas juga muncul dari interaksi unit individu (Marion
1999), seperti interaksi siswa, guru, konten, konteks selama kegiatan
pendidikan. Levy (1992) mendefinisikan sistem yang kompleks sebagai
salah satu komponen yang berinteraksi dengan kerumitan yang cukup
bahwa mereka tidak dapat diprediksi dengan persamaan linear standar.
Oleh karena itu, proses yang terkait dengan tujuan lingkungan
pembelajaran harus mampu memfasilitasi, mengelola, dan mengarahkan
berbagai jumlah informasi, variabilitas dalam hubungan, beberapa solusi,
prediktabilitas, ketidakpastian, dan kepastian.

Gambar 2. Komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran

C. Kerangka Konseptual, Teoritis, dan Praktis.


Berbagai proses teknologi didedikasikan untuk memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja dapat dilihat sebagai konsep, teori,
atau praktik. Tabel 1 menyajikan definisi generik teori konsep, dan praktek
dan menyajikan contoh yang menggambarkan keselarasan konsep, teori, dan
praktek.
Pada bagian berikut kita mengeksplorasi secara rinci bagaimana
proses dapat dianggap sebagai konsep, teori, dan praktek-praktek dan
bagaimana gagasan ini berkaitan dengan teknologi pendidikan.

5
1. Konsep Proses
Proses sebagai konsep dapat didefinisikan sebagai serangkaian
kegiatan yang diarahkan menuju hasil yang diinginkan. Hasilnya bisa
berwujud atau tidak berwujud. Teori proses dihasilkan untuk
mengusulkan hubungan antara konsep-konsep.
2. Teori proses
Sebuah teori adalah model konsisten diri (self-consistent) yang
logis atau kerangka kerja untuk menggambarkan perilaku suatu fenomena
alam atau sosial tertentu, sehingga baik yang berasal dari atau didukung
oleh bukti eksperimental. (Wikipedia, 2006). Teori proses mengusulkan
bahwa peristiwa adalah hasil dari pernyataan input tertentu mengarah ke
pernyataan output tertentu, dan mengikuti proses tertentu.
Teori proses dapat bersifat deskriptif atau preskriptif. Teori
deskriptif itu pasif, menjelaskan fenomena, menggambarkan hubungan,
dan menggambarkan pernyataan kondisional (jika-maka). Teori
preskriptif itu aktif, berorientasi pada tujuan, berdasarkan aturan,
pedoman normatif, dan strategi, digunakan untuk membangun model,
metode, dan prosedur untuk praktek. Sebuah teori proses dapat menjadi
sarana untuk mencapai hasil akhir, atau dapat mengarah pada
pengembangan proses lain.
Sebuah teori proses populer yang terkait dengan teknologi
pendidikan adalah teori sistem umum. Pada awal tahun 1940an, teori
sistem umum muncul di dalam komunitas penelitian biologi sebagai suatu
cara untuk mengkoordinir penelitian dan kegiatan perkembangan dalam
berbagai disiplin ilmu. Teori dasar sebuah sistem diperlukan untuk
mengilustrasikan hubungan antara konsep dan praktek proses di dalam
konteks teknologi pendidikan.
Sebuah sistem adalah sekelompok unsur-unsur yang terhubung
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Proses bekerja di
dalam sistem dan dapat dijelaskan dalam kaitannya dengan teori sistem
sebagai sistematis, sistemik, dan sinergistik. Proses sistematis mengikuti

6
aturan-aturan dan prosedur yang berlaku pada semua tahapan atau unsur-
unsur proses. Proses sistematis ditujukan untuk menghasilkan sebuah
produk atau hasil akhir yang konsisten. Sebuah proses bersifat sistemik
pada saat setiap bagian dari proses memiliki potensi untuk mengubah
setiap komponen sistem lain, maka dari itu mempengaruhi sifat
keseluruhan sistem. Atribut lain dari sebuah sistem yang sistemik adalah
sistem secara keseluruhan yang merespon rangsangan masing-masing
karena sifat hubungan yang nonlinear di dalam sistem. Tidak ada
hubungan sebab akibat yang sederhana, melainkan suatu hubungan
responsif yang sistematis. Sinergi mengacu kepada interaksi antara dua
unsur atau lebih dari sebuah proses yang upaya penggabungannya
menghasilkan sebuah kekuatan yang lebih besar daripada jumlah masing-
masing upaya individu. Perhatikan enam kuda yang sama yang bekerja
sebagai sebuah tim ditambah sebuah kereta roda untuk mengangkut kargo
yang sama ke lokasi yang sama. Keenam kuda yang bekerja sebagai
sebuah tim setidaknya dapat membawa muatan tiga kali lebih banyak
daripada jika mereka bekerja sebagai individu karena sifat sinergistik dari
kombinasi antara kuda dengan kereta. Maka dari itu, penerapan teori
sistem umum pada proses teknologi pendidikan tertentu, membawa kita
kepada pernyataan bahwa sistem teknologi pendidikan yang efektif
seharusnya sistematis, sistemik, dan sinergistik.
Beberapa teori pembelajaran yang menonjol menginformasikan
penelitian dan praktek teknologi pendidikan, termasuk behaviorisme,
pengolahan informasi kognitif, skema, kognisi (pengertian) situasi,
interaksional, motivasional dan konstruktivisme.
Beberapa teori pembelajaran (instruksional) yang diterapkan
dalam bidang teknologi pendidikan meliputi pembelajaran situasi,
pembelajaran tindakan, pembelajaran berbasis kasus, pembelajaran
berbasis inkuiri, dan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa.
Masing-masing teori ini membuat sebuah kasus untuk menerapkan
proses-proses yang berbeda di dalam sistem pendidikan yang tergantung

7
kepada tujuan akhir. Meskipun teori-teori yang telah disebutkan
sebelumnya berhubungan dan menggambarkan variasi pada tema untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan informasi, menerapkan
proses teknologi yang tepat pada suatu lingkup tertentu dimana praktek
pendidikan menentukan peran teknologi pendidikan yang unik
dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain.

8
Tabel 1. Definisi dan contoh konsep, teori, dan praktek
Konsep Teori Praktek
Definisi Sebuah fenomena Serangkaian fakta dan hubungan satu Menekankan pada penggunaan kinerja dan
yang ada dalam sama lain. Bagian utama dari teori kerja praktek. Penerapan prinsip-prinsip atau
pikiran, gagasan atau mewakili pandangan sistemik singkat proses(dikontekstualisasikan). Orang-orang
ide. Ditandai dengan dari sebuah subjek. Sebuah teori bisa biasanya menggunakan konsep dan teori
konversi dan deskriptif dan prediktif, dan melibatkan untuk menyelesaikan tugas tertentu dalam
merupakan induksi, deduksi dan ekstrapolasi. konteks yang ditetapkan.
konfigurasi
konstruksi sosial.
Contoh Ada dedikasi Arus listrik sebanding dengan tegangan Hukum Ohm dipraktekkan ketika kita
(ohm’s Law) hubungan fisik di dan berbanding terbalik dengan menerapkan rumus E = I x R untuk
antara elektron. resistensi. menginstal sistem pencahayaan interior baru
dalam sebuah hunian domestik 1.500 meter
persegi.
Komunikasi Pertukaran yang Pikiran dapat dikodekan, ditransfer, dan Claude Shannon dan warren Weaver
berarti antara orang- diterjemahkan melalui berbagai jarak menghasilkan model umum komunikasi.
orang. antara individu-individu dan Model Shanon (1947) mengusulkan bahwa
sekelompok orang. semua komunikasi harus mencakup 6 elemen:

9
Sumber, encoder, pesan, saluran, decoder,
penerima pesan
Visual Sebuah Pesan visual memfasilitasi proses Visual Literacy sering dipraktekkan melalui
Literacy penggambaran, kognitif kompleks karena visual desain pesan, dan ditandai dengan:
terikat oleh memberikan informasi dan kesempatan 1. Tipografi 2. Tata Letak 3. Elemen
penjajaran eksplisit untuk analisis yang unik. 4. Warna.
simbol dalam ruang
dan waktu, bisa
dipelajari

10
3. Praktek Proses
Praktek proses di dalam konteks teknologi pendidikan berarti
menerapkan prosedur-prosedur yang merefleksikan konsep dan teori-teori
pembelajaran dan peningkatan kinerja. Prosedur teknologi pendidikan
dipadukan ke dalam strategi yang didedikasikan terhadap komunikasi
yang efektif dan terhadap pengembangan strategi pengajaran yang tepat.
Tujuan dari praktek proses ini adalah untuk meningkatkan potensi
maksimum bagi kesuksesan dikalangan para siswa setelah mereka
meninggalkan kelas. Proses teknologi pendidikan didedikasikan untuk
meningkatkan kesesuaian antara harapan siswa di dalam kelas (ruang
belajar) dengan harapan siswa di luar kelas (ruang performa/kinerja).
Idenya adalah bahwa pembelajaran efektif apabila strategi pendidikan
menggunakan proses yang menggerakkan seorang siswa melalui ruang
belajar dan mendekati kesesuaian dengan pengalaman yang bersangkutan.
Teknologi pendidikan seharusnya memberikan kesempatan bagi para
siswa untuk mengalami kesesuaian yang semakin meningkat antara ruang
belajar dengan ruang performa sebagai sebuah komponen proses
pengajaran dan pembelajaran. Penerapan proses teknologi yang efektif
memindahkan siswa dari sebuah ruang belajar yang sempit ke ruang
performa yang besar, sehingga meningkatkan potensi bagi kesuksesan
siswa.
Performance Space Performance Space Performance Space

Learning Learning Learning


space space
space

Low fidelity Medium fidelity High fidelity

Minimun potencial Maximum potencial


For succes For succes

Gambar 3. Proses pembelajaran siswa dari ruang belajar ke


Ruang prestasi

11
4. Penelitian
Proses teknologi dilibatkan dalam menghasilkan dan menganalisa
data, informasi, pengetahuan, dan semua jenis kearifan. Dua “jenis data
yang paling umum dijadikan rujukan adalah kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitatif mengacu kepada data berdasarkan kuantitas, jumlah, atau
jumlah, variabel yang dapat dimanipulasi dengan angka (Vogt, 1983).
“Data ini umumnya dimanfaatkan dalam analisis statistik”. Kualitatif
mengacu kepada variabel-variabel yang bersifat kategoris atau nominal.
“Data berdasarkan kepada kualitas, jenis, atau karakter informasi. Data
ini umumnya dimanfaatkan dalam analisis interpretif dan/atau anekdot”
(Kaufman dkk 2001, p.164).
Data kuantitatif dan kualitatif dapat dikumpulkan melalui berbagai
proses yang digunakan untuk tujuan penelitian di dalam bidang-bidang
teknologi pendidikan. Proses penelitian tertentu yang dapat dipilih untuk
digunakan oleh para ahli teknologi pendidikan meliputi penelitian
berbasis rancangan evaluasi formatif dan sumatif (Kolaborasi Penelitian
Berbasis Rancangan, 2003), seperti studi kasus. Semua proses penelitian
yang berbeda ini dapat menghasilkan data kualitatif atau kuantitatif.
Tujuan penelitian di dalam konteks ini adalah untuk
mempromosikan proses perancangan dan pengembangan yang berulang-
ulang guna mewujudkan perubahan sistemik. Pesan utama disini, yang
terkait dengan proses teknologi adalah bahwa bidang teknologi
pendidikan mempergunakan berbagai macam pendekatan untuk menilai
orang-orang dan mengevaluasi bahan pembelajaran, seperti analisis
kebutuhan, inquiri (pencarian keterangan), rancangan percobaan dan
percobaan-semu, evaluasi formatif, evaluasi sumatif, penelitian
pengembangan, studi kasus, dan observasi langsung.
5. Praktek Etis
Praktek etis, karena hal ini berlaku pada proses teknologi,
mengacu kepada sebuah proses yang tepat untuk suatu situasi tertentu.
Penerapan etika dibatasi pada penyensoran perilaku yang tepat, tetapi

12
dimaksudkan “untuk menyediakan kepemimpinan dalam
mengidentifikasi masalah-masalah baru yang muncul dalam masyarakat
teknologis yang berubah dengan pesat yang memiliki pengaruh terhadap
perilaku profesional etis”.
Seberapa etis sebuah proses tergantung kepada konteks dimana ia
diterapkan, dan hasil yang ingin ia capai. Salah satu contohnya adalah
sebuah intervensi yang sedang dipertimbangkan untuk sebuah proyek
yang diduga memerlukan waktu dua tahun untuk menerapkan secara
tepat, tetapi kekuatan politik menuntut sebuah hasil dalam waktu enam
bulan; penerapan sebuah proses yang lebih cepat secara disengaja akan
tidak etis.
AECT telah mengadopsi sebuah kode etik “yang ditujukan untuk
membantu para anggota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam
mempertahankan tingkat perilaku profesional yang sangat tinggi” (AECT,
2005). Kode etik AECT jelas berkomitmen terhadap individu,
masyarakat, dan profesi. Sebuah kolom editorial reguler dalam
TechTrends menampilkan skenario-skenario dan prinsip-prinsip yang
didedikasikan kepada etika profesional dalam komunikasi pendidikan dan
teknologi untuk menjaga agar para anggota AECT tetap mengingat
masalah etika profesional. Bagian ini menekankan ide bahwa para ahli
teknologi pendidikan seharusnya menyadari akan peran mereka sebagai
pengurus proses yang terkait dengan praktek etis untuk memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja.
Untuk memahami secara rinci pembahasan di atas dapat dilihat
pada table di bawah ini:

13
Tabel 2. Penyelarasan konsep, teori, dan praktek untuk konsep, “proses teknologi”.
Kerangka konseptual Kerangka teoretis Kerangka praktis
Proses dipahami sebagai Proses yang independen dan proses Sebuah strategi pengajaran (proses) berdasarkan
serangkaian tindakan yang bersama didedikasikan untuk pembelajaran situasi (situated learning) menggerakkan
diarahkan ke arah yang memfasilitasi pembelajaran dan siswa melalui sebuah ruang belajar yang meningkatkan
diinginkan meningkatkan prestasi kesesuaiannya dengan ruang prestasi (performa)
Konsep yang utama adalah Proses digabungkan kedalam 1. Kasus sampel
ide dari sebuah strategi serangkaian deskripsi yang masuk akal a. Sebuah masalah yang didefinisikan dengan baik
pembelajaran situasi dan prediksi mengenai pengajaran dan b. Sebuah situasi sederhana
pembelajaran c. Konteks yang familier
d. Siswa sudah memiliki semua pengetahuan dan
Teori preskriptif ini mengemukakan keterampilan prasyarat
bahwa pembelajaran dicapai secara e. Hasil yang diharapkan terbukti
paling produktif pada saat siswa f. Dilakukan dalam periode waktu seketika
dibimbing melalui serangkaian kasus g. Dibimbing oleh guru
yang terbagi dalam kelas-kelas h. Dekat dengan sebuah solusi
2. Kasus praktek
a. Suatu masalah yang ditentukan secara baik
b. Situasi yang relatif sederhana

14
c. Konteks yang familier
d. Siswa memiliki semua pengetahuan dan
keterampilan prasyarat secara praktis
e. Hasil yang diinginkan diungkapkan sejak dini di
dalam proses
f. Dilakukan dalam periode waktu yang dekat
g. Upaya kolaborasi antara guru dengan siswa
h. Solusi yang relatif sedikit adalah tepat.
3. Kasus tindakan
a. Masalah yang tidak didefinisikan dengan baik
b. Sebuah situasi yang relatif kompleks
c. Konteks mungkin tidak familier
d. Siswa perlu memperoleh semua pengetahuan dan
keterampilan prasyarat
e. Hasil yang dinegosiasikan
f. Dilakukan dalam periode waktu otentik
g. Dibimbing oleh siswa
h. Biasanya berbagai solusi adalah hal yang tepat

15
6. Memfasilitasi Pembelajaran
Teknologi pendidikan mengusulkan agar pembelajaran dapat
difasilitasi melalui pelaksanaan proses pengajaran tertentu. Proses
preskriptif ini seringkali diperoleh dari teori deskriptif tentang bagaimana
manusia belajar melalui interaksi dengan lingkungan mereka. Teori
pembelajaran kognitif mengungkapkan bahwa kondisi psikologis tertentu
harus ada agar berbagai jenis pembelajaran terjadi. Kerangka pengajaran
seperti yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu kejadian-kejadian
pengajaran, menentukan serangkaian langkah-langkah pengajaran
berbeda untuk mengatur tahap pembelajaran (intensional) dengan suatu
cara yang sesuai dengan hipotesis-hipotesis yang dikemukakan pada teori
pembelajaran.
Teori pembelajaran behaviorist mengemukakan bahwa
pembelajaran ditentukan oleh konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti
tindakan orang-orang. Berhaviorisme menginspirasi model proses yang
dikenal sebagai pengajaran terprogram dengan langkah-langkah berikut
ini: menentukan sebuah tujuan pembelajaran dalam istilah perilaku,
menunjukkan atau memberitahukan perilaku yang diinginkan, menyuruh
pebelajar mempraktekkan perilaku yang diinginkan, dan mengikuti
performa yang diinginkan dengan sebuah penguatan. Aktivitas
perancangan yang diperlukan untuk membuat pengajaran terprogram
sesungguhnya berkembang menjadi sebuah model proses perancangan
yang berpadu dengan model teori sistem untuk membentuk pendekatan
rancangan sistem pengajaran (ISD).
Teori pembelajaran konstruktivist telah menginspirasi
pengembangan sejumlah model pengajaran lebih lanjut yang telah
muncul sebelum label konstruktivist dipopulerkan, seperti pengajaran
anchored, pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan pembelajaran
kolaboratif. Tidak ada proses pengajaran konstruktivist tunggal”,
melainkan sejumlah strategi yang secara umum mengikuti proses
mendasar yang umum yaitu: Libatkan pebelajar ke dalam ruang masalah

16
yang realistis dan dukung mereka melalui fase-fase yang berbeda ketika
mereka berjuang untuk membentuk pemahaman mereka tentang masalah.
Dengan demikian, teknologi pendidikan menuntut sejumlah kerangka
pikir teoretis untuk mengembangkan proses pengajaran yang membantu
pebelajar mencapai sasaran mereka secara efektif dan efisien.
7. Meningkatkan Kinerja
Teknologi pendidikan meningkatkan prestasi siswa, guru,
perancang, dan organisasi. Beberapa cara untuk meningkatkan prestasi
memerlukan proses tertentu, seperti kemampuan-kemampuan yang
ditingkatkan oleh Badan Standar Internasional untuk Pelatihan, Prestasi,
dan Pengajaran. Teknologi pendidikan memperluas pembelajaran yang
sukses ke dalam peningkatan prestasi bagi siswa. Pertama-tama, dengan
memfokuskan pengalaman belajar terhadap tujuan-tujuan otentik. Kedua,
pengalaman yang diperluas oleh teknologi dapat menghasilkan tingkat
pemahaman yang lebih dalam di luar ingatan. Ketiga, pengalaman belajar
yang diperluas oleh teknologi dapat meningkatkan transfer keterampilan
baru ke masalah yang nyata. Para siswa menjadi pelaku melalui cara-cara
ini, dengan pengetahuan yang lebih terhubung dengan prestasi di luar
lingkungan kelas.
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja
bagi para guru dan perancang dengan mengurangi waktu belajar dan
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Proses utama yang digunakan
untuk memperoleh pembelajaran yang efisien dan efektif adalah
pendekatan sistem terhadap rancangan pengajaran dan pengembangan.
teknologi-teknologi yang keras telah terbukti mampu mempengaruhi
perekonomian dengan mengirimkan bahan ajar pada jarak yang jauh
dengan murah dan melakukan operasi rutin, seperti pencatatan yang lebih
murah dan lebih terpercaya.

17
8. Menciptakan
Teknologi pendidikan mengusulkan agar bahan-bahan ajar dan
sistem pengajaran yang efektif dapat diciptakan secara efisien melalui
proses pengembangan tertentu. Seperangkat proses pengembangan,
pendekatan sistem, dibedakan dengan perencanaan pelajaran umum
dalam karakter teknologinya, hal ini didasarkan kepada pemikiran ilmiah
dan memadukan pengumpulan data empiris dalam proses tersebut.
Pendekatan ini seringkali disebut sebagai „rancangan sistem pengajaran‟
atau „pengembangan sistem pengajaran‟, yang keduanya disingkat
sebagai ISD. Hakikat dari ISD adalah untuk membongkar proses
perencanaan menjadi langkah-langkah kecil untuk menyusun langkah-
langkah dalam urutan yang logis, dan kemudian menggunakan output dari
masing-masing langkah sebagai input dari langkah berikutnya. Tahapan-
tahapan utamanya adalah analisis, rancangan, pengembangan,
implementasi dan evaluasi; maka dari itu, singkatan ADDIE melekat pada
proses ini, yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:

Gambar 4. Komponen Model ISD

Setiap langkah menginformasikan langkah yang lain, dan revisi


terus berlanjut disepanjang seluruh proses; contohnya, output dari tahapan
analisis tersebut, sebuah gambaran tentang pebelajar, tugas-tugas yang
harus dipelajari, dan tujuan yang harus dicapai sebagai input terhadap
tahap perancangan, dimana deskripsi dan tujuan tersebut diubah menjadi
sebuah blueprint (rencana) untuk pelajaran. Selanjutnya, blueprint

18
rancangan berfungsi sebagai input tahap pengembangan untuk pembuatan
bahan dan kegiatan pelajaran. Ini adalah sebuah peluang pada setiap titik
keputusan utama untuk mengumpulkan data guna menguji keputusan itu
dan keputusan-keputusan lainnya guna memverifikasi bahwa proyek
tersebut bergerak ke arah sebuah solusi masalah yang telah ditentukan
sejak awal.
Survey of Instructional Development Models Gustafson dan
Branch (2002) meliputi banyak perbedaan pada paradigma ADDIE yang
mengilustrasikan berbagai cara untuk melaksanakan sebuah pendekatan
sistem. Tanpa menghiraukan jumlah langkah yang ditunjukkan pada
sebuah model ISD tertentu, waktu yang dicurahkan kepada proses
tersebut mungkin panjang atau pendek dan langkah-langkah tersebut
dapat dilakukan dengan cepat atau lambat, tergantung kepada variabel
kontekstual yang terkait dengan situasi tertentu. Model-model ISD
sebagai alat komunikasi untuk menentukan hasil yang tepat,
mengumpulkan data, menganalisa data, menghasilkan strategi-strategi
pembelajaran, memilih atau membuat media, melakukan penilaian, dan
melaksanakan dan merevisi hasil.
9. Menggunakan
Aktivitas-aktivitas yang terkait dengan penggunaan media yang
sesungguhnya oleh para pebelajar (yang seringkali disebut sebagai
pemanfaatan media) juga diperlakukan sebagai proses dan dipandu oleh
berbagai model proses.
Panduan pemanfaatan paling kuno berkembang pada era film.
Pada Perang Dunia II, film-film memainkan sebuah peran penting dalam
pelatihan militer di angkatan bersenjata AS, dan banyak penelitian yang
dilakukan untuk menentukan bagaimana film dapat digunakan dengan
efek terbaik. Hasilnya digunakan pada perang tersebut untuk
mengarahkan praktek trainer pada saat menggunakan media audiovisual.
Sebagai contoh, Angkatan Laut AS memproduksi sebuah film yang
disebut “Film Tactics”, yang menunjukkan bagaimana para pelatih

19
Angkatan Laut dapat meningkatkan pembelajaran dengan prosedur
pemanfaatan lebih baik. Model proses yang disajikan pada film tersebut
menganjurkan agar:
a. Menguji alat bantu yang akan digunakan
b. Mempersiapkan kelas
c. Mempersiapkan penonton: memberi tahu mereka tentang tujuan
pelajaran; menguraikan hal-hal utama.
d. Memberikan alat bantu
e. Mempertunjukkan keterampilan
f. Meninjau
g. Menguji
Saran ini mungkin saat ini juga relevan seperti halnya dulu pada
tahun 1945. Strategi pedagogis dalam model pemanfaatan Angkatan Laut
sejajar dengan kerangka pelajaran Gagne, yaitu Kejadian-Kejadian
(Peristiwa) Pengajaran (Events of Instructions). Salah satu unsur utama
yang ditemukan pada resep Gagne yaitu, praktek pebelajar dengan umpan
balik. Unsur praktek dengan umpan balik menjadi menonjol pada tahun-
tahun setelah Perang Dunia II, yang sangat dipengaruhi oleh gerakan
operant conditioning, yang dipimpin oleh F. Skinner. Akan tetapi,
behaviorisme bukan merupakan teori pembelajaran yang pertama atau
terakhir yang mempengaruhi pendekatan guru terhadap penggunaan
media.
Banyak panduan akhir-akhir ini yang mencoba mensintesa nasihat
dari model-model kuno dan teori pembelajaran dan pengajaran yang
berbeda. Salah satu panduan eklektik untuk menggunakan media dengan
pembelajar adalah model ASSURE (Heinich, dkk, 2004) seperti yang
disajikan pada Gambar di bawah ini:

20
A S S U R E
Analize State Select Utilize Require Evaluate
Learning Objectives Methods, Media and learner and revise
media and Material participation
material
Gambar 5. Model ASSURE untuk media pembelajaran

10. Mengelola
Proses teknologi pendidikan mempromosikan manajemen proyek
yang tepat. Start (memulai), plan (merencanakan), analyze
(menganalisa), develop (mengembangkan), evaluate (mengevaluasi) dan
stop (berhenti) (SPADES) adalah sebuah paradigma manajemen proyek
berdasarkan proses dasar untuk memprakarsasi (menginisiasi),
merencanakan, melaksanakan, dan menutup. Komponen utama pada
dasarnya relevan dengan proyek-proyek yang menghadapi beberapa
bentuk rancangan pengajaran atau teknologi. Komponen SPADES
adalah tugas-tugas, kejadian, prosedur, produk, dan proses yang
umumnya dikaitkan dengan pengelolaan proyek teknologi pendidikan.
Para pemangku kepentingan yang terpilih dalam durasi proyek
mendukung masing-masing komponen proyek.

D. Kesimpulan
Tujuan akhir dari teknologi dalam pendidikan adalah untuk
meningkatkan pembelajaran manusia. Pembelajaran sendiri merupakan
sebuah proses biologis alami, yang terjadi secara spontan pada seluruh
manusia. Penggunaan teknologi hanya untuk kepentingan teknologi saja tidak
efektif dan seringkali merupakan penyalahgunaan sumberdaya. Proses yang
bermanfaat yang mampu merespon trend yang bermunculan dalam teknologi
pendidikan. Beberapa trend yang muncul dalam teknologi pendidikan
meliputi penggunaan komputer yang hampir ada dimana-mana dalam
masyarakat, penggunaan internet yang terus meningkat, pertumbuhan
teknologi perkomputeran di rumah, kemajuan dalam pendidikan jarak jauh,

21
advokasi yang lebih luas untuk teknologi pendidikan, program
pengembangan profesional yang lebih kuat daripada di masa lalu, dan sistem
penyampaian pendidikan yang baru (Ely, 2002; dll).
Proses dapat menjadi suatu cara bagi keunggulan diri. Proses yang
didedikaskan kepada komunikasi dan teknologi pendidikan harus menjadi
alat yang dirancang dengan baik dan bukan sebuah tujuan. Banyak masalah
pendidikan penting yang memerlukan keputusan dan tindakan ekonomis,
sosial, dan psikologis yang lebih besar daripada teknologi. Maka dari itu,
berbagai model proses seharusnya digunakan untuk menguji dan
mempraktekkan operasi pembuatan dan pengelolaan bahan ajar dan sistem
untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja.

22

Anda mungkin juga menyukai