Anda di halaman 1dari 4

Epidemiologi

Stroke merupakan penyakit penyebab utama kematian nasional di berbagai negara.1


Berdasarkan data WHO tahun 2013, setidaknya terdapat 10,3 juta kasus stroke baru di dunia
dengan total 6,5 juta kematian dan 5 juta lainnya mengalami cacat tetap setiap tahunnya.
Mayoritas beban penyakit stroke ditemukan pada negara berkembang dengan
menyumbangkan angka all stroke-related death sebesar 75.2% dan kehilangan 81.0% untuk
disability-adjusted life years (DALY). Sebagian besar penderita stroke adalah orang dewasa
dengan rentang usia 44 – 69 tahun dengan rasio prevalensi mencapai 60% dari keseluruhan
kasus stroke.2
Kasus sroke di berbagai benua relatif berbeda. Jumlah kasus penderita stroke ternyata
ditemukan lebih banyak pada negara-negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara
maju di benua Asia. Kasus stroke di negara Jepang diperkirakan mencapai 200.000 pasien
baru setiap tahunnya.3 Sedangkan di Indonesia, insidensi stroke mencapai 500.000 pasien
setiap tahunnya. Data statistik Global Burden of Disease menunjukkan bahwa Indonesia
menduduki peringkat tertinggi kedua di benua Asia dan Asia Tenggara dengan tingkat
kematian 193.3/100.000 orang per tahun dan menduduki peringkat kedua dalam beban
kecacatan yang berhubungan dengan stroke dengan beban 3.382/100.000 per orang pada
tahun 2010.4

1. https://www.who.int/dietphysicalactivity/strategy/eb11344/strategy_english_web.pdf?
ua=1
2. https://www.world-stroke.org/assets/downloads/WSO_Fact-sheet_15.01.2020.pdf
3. https://www.jstage.jst.go.jp/article/circj/81/11/81_CJ-17-0177/_html/-char/en
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5647629/
Gejala Stroke
Gejala dan tanda umum pada stroke iskemik

Pusing dan Nyeri Kepala


Gejala seperti pusing, kepala
terasa ringan terjadi pada
47% dari pasien penderita
stroke. Sedangkan gejala
nyeri kepala merupakan
salah satu marker prediktor
terjadinya stroke perdarahan
(hemoragik). Kemungkinan
terjadinya nyeri kepala
adalah sebesar 28% dan
dapat disertai dengan mual
muntah dengan prevalensi
27%.
Stroke iskemik baik embolik maupun trombotik dapat menyebabkan keluhan nyeri kepala
namun dengan frekuensi yang bervariasi pada beberapa studi yakni 2-65%. Penelitian-
penelitian terkini berpendapat bahwa nyeri kepala pada stroke iskemik bersifat vascular dan
bisa jadi disebabkan secara intracranial maupun pembuluh darah ekstrakranial. Perdarahan
massif pada stroke hemoragik atau edema yang buruk dapat pula menyebabkan terjadinya
nyeri kepala hebat akibat adanya peningkatan tekanan intracranial.1

Kesemutan dan Lemah


Anggota Gerak
Gejala ini dapat terjadi secara
satu sisi maupun kedua sisi.
Akan tetapi, lemah pada satu
sisi anggota gerak memiliki
angka prevalensi lebih tinggi
dengan kemungkinan terjadi
sebanyak 69% ada kelemahan
lengan dan 61% pada
kelemahan kaki. Hal ini dapat
membuat pasien mengalami hemiparesis atau ataxic gait yang membuat pasien dapat dengan
mudah kehilangan keseimbangan. Peluang terjadinya gangguan tersebut sebesar 53%.
Bagian substansi alba pada korteks cerebri memiliki fungsi yang kompleks dan variatif. Studi
anatomi menjabarkan bahwa secara dominan system musculoskeletal dipersarafi secara
kontralateral oleh tractus kortikospinal yang pada tingkat medulla mengalami penyilangan.
Akan tetapi studi lebih lanjut mendemonstrasikan bahwa terdapat bagian dari fiber saraf
(hamper 30%) tidak mengalami penyilangan dan berjalan melalui medulla spinalis ipsilateral
yang mempersarafi tangan, kaki dan wajah secara ipsilateral. Hal tersebut membuat kelainan
kelemahan otot anggota gerak dapat terjadi secara ipsilateral dengan lesi otak terutama pada
pasien-pasien dengan sindroma tertentu dimana mereka memiliki serabut saraf yang tidak
mengalami penyilangan. 2

Gangguan Bicara dan Perubahan


Wajah
Gangguan bicara dapat terjadi pada
57% pasien stroke yang dapat disertai
dengan mencongnya lidah ke salah
satu sisi. Konsekuensi dari kelainan
ini adalah penurunan fungsi komunikasi
pada pasien stroke. Tingkat keparahan
gangguan ini dapat bervariasi dari berbicara cadel hingga gangguan bicara total (afasia).
Secara keseluruhan persentase gangguan bicara pada pasien stroke dapat terjadi sebesar 53%.
Pemeriksaan inspeksi pada wajah pasien juga dapat ditemukan perubahan wajah berupa
facial drop yakni turunnya pada salah satu sisi wajah akibat kelemahan otot wajah. Fenomena
ini dapat ditemukan pada 45% pasien stroke.
Lesi yang disebabkan oleh stroke memberikan dampak gangguan bicara ringan hingga afasia.
Fenomena ini disebabkan oleh gangguan jaringan persarafan yang kompleks bahkan
penutupan satu cabang dari arteri cerebral media (yakni arteri prerolandic) dapat memberikan
gangguan pada sebagian porsi dari area Broca serta tractus sirkuit dorsal serta ventral.
Adapun apabila lesi stroke melibatkan area bahasa, dapat memberikan gangguan bicara yang
lebih buruk lagi. Lesi akut pada sirkuit dorsal atau bagian posterior dari regio temporoparietal
dapat menyebabkan gangguan kemampuan repetisi.3

Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan pada pasien
stroke dapat terjadi berupa gangguan
pergerakan bola mata dengan
prevalensi 27% dan gangguan lapang
pandang dengan prevalensi 24%.
Terdapat beberapa macam gangguan penglihatan yang dapat terjadi pada stroke. Pada kondisi
akut, kecenderungan mata untuk berdeviasi kearah sisi hemisfer yang terkena lesi merupakan
salah satu tanda yang paling dikenali. Akan tetapi apabila gangguan deviasi mata tersebut
bertahan cukup lama, terdapat kemungkinan bahwa lesi stroke mengenai nervus kranialis
terutama pada nervus ketiga, keempat dan keenam. Penurunan ketajaman penglihatan mata
pun dapat terjadi dan dapat meningkatkan resiko terjadinya jatuh serta ketidakstabilan tubuh.
Terlebih lagi terdapat korelasi yang kuat antara penurunan ketajaman penglihaan dengan
penurunan kemampuan aktivias sehari-hari pada pasien stroke. Hal ini menyebabkan pasien
stroke semakin bergantung pada kebutuhan perawatan sehari-hari oleh orang lain. Secara
klinis banyak pasien stroke mengalami penurunan ketajaman penglihatan pada fase awal
stroke. Akan tetapi, gejala ini harus dibedakan dengan beberapa kondisi lain yang
menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan seperti katarak, glukoma, penyakit retina,
degenerasi macula dan lain-lain. Selain itu, pasien stroke dapat mengalami gangguan lapang
pandang. Sebagian besar gangguan lapang pandang ini bersifat hemianopia maupun
quadrantanopia. Central vision juga dapat terjadi pada pasien stroke. Kesembuhan parsial
ataupun total dapat terjadi pada beberapa pasien dengan kemungkinan kesembuhan mencapai
50%. Proses recovery lapang pandang ini membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan dari
serangan akut stroke.4

1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4650791/
2. https://sci-hub.hkvisa.net/10.1016/j.wneu.2018.07.172
3. https://sci-hub.hkvisa.net/10.3233/RNN-150632
4. https://sci-hub.hkvisa.net/10.1111/ane.12050

Anda mungkin juga menyukai