Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

TEKNIK PELEDAKAN
“PARAMETER MASSA BATUAN DAN
PARAMETER PELEDAKAN”

Disusun Oleh :

Rachmat Pujianto (710017090)

PROGRAM STUDI DEPARTEMEN TEKNIK


PERTAMBANGAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2019

1
1. Karakteristik Massa Batuan
Pada suatu proses peledakan densitas dan kekuatan (strength) dari batuan mempunyai
hubungan yang cukup erat. Secara umum batuan yang mempunyai densitas yang rendah
dapat lebih mudah dihancurkan dengan faktor energi yang lebih rendah, sedangkan
batuan yang mempunyai densitas yang lebih tinggi memerlukan energi yang lebih tinggi
untuk mendapatkan hasil fragmentasi yang memuaskan.
Pada massa batuan yang mempunyai densitas yang tinggi, ada beberapa cara
untuk memastikan energi peledakan yang sedang berlangsung cukup untuk
menghancurkan batuan :
• Menambah diameter lubang ledak, agar tekanan yang terjadi pada lubang ledak
dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan ANFO.
• Mengubah geometri peledakan dan rangkaian pola penyalaan.
• Memilih material stemming yang cocok, agar energi peledakan dapat terdistribusi
pada massa batuan secara sempurna.
Mudstone dengan densitas rata-rata 2,05 gr/cm3 secara teori akan memberikan
ukuran boulder yang lebih kecil dibandingkan dengan sandstone yang mempunyai
densitas 2,33 gr/cm3.

2. Kekuatan Batuan
Kuat tekan dan kuat tarik merupakan parameter awal untuk menentukan suatu proses
peledakan. Semakin tinggi harga dari kuat tekan dan kuat tarik dari batuan, maka batuan
tersebut akan semakin susah untuk dihancurkan.
Mudstone yang terdapat di daerah penelitian mempunyai kuat tekan rata-rata
18,17 MPa dan kuat tarik rata-rata 1,92 MPa lebih mudah dihancurkan daripada
sandstone dengan kuat tekan rata-rata 20,4 MPa dan kuat tarik rata-rata 2,13 MPa. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa harga kuat tarik lebih rendah dari kuat tekan, oleh
karena itu retakan-retakan yang terjadi pada massa batuan akibat proses peledakan yang
sedang berlangsung lebih banyak disebabkan oleh tegangan tarik yang dihasilkan dari
proses peledakan yang bersangkutan.

2
3. Stuktur geologi Batuan
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu operasi
peledakan adalah struktur geologi. Adanya ketidakmenerusan dalam sifat batuan akan
mempengaruhi perambatan gelombang energi dalam batuan. Jika perambatan energi
melalui bidang perlapisan, maka sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian lagi
akan dibiaskan dan diteruskan, karena adanya sebagian gelombang yang dipantulkan
maka kekuatan energi peledakan akan berkurang.
Kekar atau joint merupakan suatu rekahan pada batuan yang tidak mengalami
pergeseran pada bidang rekahannya didalam massa batuan yang memiliki sifat
ketidakmenerusan (discontinuities) yang juga merupakan bidang lemah. Jika batuan yang
diledakkan terdapat banyak kekar, maka hasil peledakannya akan membentuk blok-blok
dengan mengikuti arah kekar-kekar yang ada maka dapat dipastikan fragmentasi batuan
yang dihasilkan menjadi tidak seragam. Untuk mengatasi hal tersebut maka arah
peledakan harus disesuaikan dengan arah dan kemiringan umum dari kekar tersebut.
Disamping itu bidang bebas yang terbentuk juga cenderung mengikuti arah kekar
tersebut, oleh sebab itu arah bidang bebas dari jenjang perlu disesuaikan dengan arah
kekar yang ada.
Berdasarkan hasil analisis kekar dengan menggunakan program Dips versi 5.0
diperoleh arah dan kemiringan umum kekar yaitu kekar mayor N 272°E/64° dan kekar
minor N 150°E/76°. Menurut R.L. Ash (1967) untuk menyesuaikan arah peledakan
dengan arah kekar yang ada, bidang bebas diambil sejajar dengan perpotongan kedua
kekar dan menentukan arah peledakan kearah sudut tumpul dari perpotongan kedua kekar
tersebut, sehingga didapatkan arah peledakan untuk optimalisasi fragmentasi yaitu N
31°E dan N 211°E.

4. Abrasiveness
Parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor. Abrasiveness tergantung
pada komposisi batuan. Keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan tersebut.
Kandungan kuarsa dalam batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat
dipercaya untuk mengukur keausan mata bor (drill bit).

3
5. Tekstur
Struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
porositas, looseness density dan ukuran butir. Tekstur juga mempengaruhi kecepatan
pemboran.

6. Breaking characteristic
menggambarkan sifat batuan apabila dipukul dengan palu. Setiap jenis batuan
mempunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan dengan tekstur,
komposisi mineral dan strukturnya.

7. ketahanan batuan
Rock Drillability yaitu Kecepatan penetrasi dari mata bor ke dalam batuan. Rock
drillability adalah fungsi dari beberapa sifat batuan, seperti: komposisi mineral, tekstur,
ukuran butiran, derajat pelapukan dan lain sebagainya.
Rock Blastability yaitu Tahanan batuan terhadap peledakan dan ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan batuan. Dalam batuan yang keras dan padat peledakan dapat
dikontrol dengan baik. Sedangkan dalam batuan yang banyak celahnya sebagian energi
dari bahan peledak hilang ke dalam rekahan dan peledakan susah untuk dikontrol.

8. Air Tanah
Kondisi air tanah sangat mempengaruhi proses peledakan, adanya air
menyebabkan bahan peledak harus mengubah air disekitarnya menjadi uap air selama
proses detonasi. Jika kandungan air tanah pada suatu daerah blok peledakan sangat tinggi,
bahan peledak (ANFO) kemungkinan tidak akan meledak atau rusak dan akan terjadi
misfire. Untuk mengatasi hal ini bahan peledak perlu dibungkus dengan bahan yang tahan
air sebelum dimasukkan ke lubang ledak atau jika lubang ledak sudah terisi air maka air
dikeluarkan dengan udara bertekanan tinggi dari kompresor.
Selain dengan membungkus bahan peledak ANFO dengan kantong plastik,
masalah air dalam lubang ledak juga dapat diatasi dengan mengganti bahan peledak ANFO
dengan HANFO (heavy ANFO) yaitu campuran antara ANFO dengan emulsi dengan
perbandingan tertentu.

4
9. Kemiringan lubang ledak
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak dan
lubang ledak miring. Rancangan peledakan yang menerapkan lubang ledak tegak, maka
gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang bebas lebih sempit, sehingga kehilangan
gelombang tekan akan cukup besar pada lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat
menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan pada peledakan dengan
lubang ledak miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan
mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan pada lantai
jenjang menjadi lebih kecil (Gambar 1.1).

Gambar A Pemboran dengan lubang ledak tegak dan lubang ledak miring

10. Pola pemboran


Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan menempatkan
lubang-lubang bor secara sistematis. Berdasarkan letak lubang bor maka pola pemboran
pada umumnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pola pemboran sejajar (paralel
pattern) dan pola pemboran selang-seling (staggered pattern). Pola pemboran sejajar
adalah pola dengan penempatan lubang bor yang saling sejajar pada setiap kolomnya,
sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola dengan penempatan lubang bor
secara selang-seling pada setiap kolomnya (Gambar 1.2).
Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah diterapkan dilapangan,
tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang seragam, sedangkan pola pemboran
selang-seling lebih sulit penanganannya di lapangan namun fragmentasi batuannya lebih

5
baik dan seragam, hal ini disebabkan karena distribusi energi peledakan yang dihasilkan
lebih optimal bekerja dalam batuan.

Gambar B Pola pemboran

11. Geometri peledakan


Geometri peledakan merupakan suatu rancangan yang diterapkan pada suatu
peledakan yang meliputi burden, spasi, stemming, subdrilling, powder charge, tinggi
jenjang dan kedalaman lubang ledak.
Perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumusan C. J. Konya yang
didasarkan atas perbedaan berat jenis batuan (SG) yaitu berat jenis rata-rata, berat jenis
minimum dan berat jenis maksimum sehingga akan didapat tiga rancangan geometri yang
dapat diterapakan sesuai dengan kondisi lapangan.
• Burden
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang bebas yang
panjangnya tergantung pada karakteristik batuan dan bahan peledak yang akan
dipergunakan. Menentukan ukuran burden merupakan langkah awal untuk memperoleh
hasil peledakan yang sesuai dengan keinginan.

6
Gambar C Burden
• Spasi (S)
Spasi adalah jarak antar lubang ledak yang dirangkai dalam satu baris dan diukur
sejajar terhadap bidang bebas. Penerapan jarak spasi harus mempertimbangkan
perbandingan dengan burden agar didapatkan cakupan energi peledakan yang cukup
untuk mendapatkan hasil fragmen batuan yang diinginkan.
• Diameter lubang ledak
Ukuran diameter lubang tembak merupakan faktor yang penting dalam
merancangsuatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak burden
dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. Untuk diameter lubang
tembakyang kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil. Sehingga jarak antar lubang
bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil juga, dengan maksud agar energi ledakan
cukup kuatuntuk menghancurkan batuan.
• Subdrill
Subdrill merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah garis lantai jenjang,
yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang mejadi lebih rata setelah peledakan. Bila
jarak subdrill terlalau besar maka akan menghasilkan efek getaran tanah, sebaliknya bila
subdrill terlalu kecil maka akan menghasilkan tonjolan pada lantai jenjang (toe) karena
batuan tidak terpotong sebatas lantai jenjang.
• Stemming (T)
Stemming adalah material penutup di dalam lubang bor di atas kolom isian bahan
peledak. Fungsi stemming adalah untuk mengurung gas-gas hasil ledakan agar dapat
menekan batuan dengan kekuatan cukup besar. Sedangkan dalam penggunaan stemming
yang perlu diperhatikan adalah panjang stemming yang diterapkan dan ukuran material
yang digunakan.

7
Ukuran material stemming sangat berpengaruh terhadap hasil peledakan, apabila
bahan stemming terdiri dari material halus, maka akan mudah terdorong oleh dorongan
udara bertekanan tinggi sehingga akan mengakibatkan berkurangnya daya dorong dari
bahan peledak.
Ukuran stemming yang pendek dapat menyebabkan pecahnya batuan pada bagian
atas, dan mengurangi fragmen batuan keseluruhan karena gas hasil ledakan menuju ke
atas dengan mudah dan cepat.
• Kedalaman lubang ledak
Kedalaman lubang ledak tergantung pada ketinggian bench, burden, dan arah
pemboran. Kedalaman lubang tembak merupakan penjumlahan dari besarnya stemming
dan panjang kolom isian bahan peledak. Kedalaman lubang ledak biasanya
disesuaikandengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik.
Kedalaman lubang tembak tidak boleh lebih kecil dari burden.Hal ini untuk
menghindariterjadinya Overbreaks atau cratering.Disamping itu letak primer menentukan
kedalamanlubang bor.
• Tinggi jenjang
Tinggi jenjang berhubungan erat dengan parameter geometri peledakan kainnyadan
ditentukan terlebih dahulu atau terkadang ditentukan kemudian setelah parameteratau
aspek - aspek lainnya diketahui. Tinggi jenjang maksimum biasanya dipengaruhioleh
kemampuan alat bor dan ukuran mangkok serta tinggi jangkauan alat muat.

Gambar D Tinggi jenjang

8
• Panjang kolom isian bahan peledak
• Powder Factor
Besarnya powder factor berkaitan dengan diameter lubang ledak yang diguanakan.
Berdasarkan hasil perhitungan, untuk rancangan geometri peledakan yang dihitung
dengan rumusan Konya didapatkan nilai powder factor berkisar antara 0,23 kg/m3 sampai
0,38 kg/m3, secara teori akan menghasilkan prosentase bongkah kurang dari 15%.
semakin tinggi powder factor yang digunakan maka bongkah yang dihasilkan semakin
rendah.

12. Priming (penyalaan awal)


Hal yang penting mengenai penyalaan awal adalah letak primer dalam kolom
bahan peledak. Umumnya primer pada atau dekat level (bootom priming). Bootom
priming mempunyai keuntungan :
• Memperbaiki fragmentasi
• Mengurangi masalah toe, lantai lebih baik, muka yang lebih bersih
• Mengurangi suara, ledakan udara, batu terbang dan overbreak pada
permukaan
• Lebih sedikit terjadi cut off dan gagal ledak

13. Pola penyalaan


Urutan dimana lubang ledak dinyalakan dan interval waktu antar detonasi
berikutnya mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja peledakan secara
keseluruhan (lihat Gambar 1.5). Kinerja peledakan produksi hanya dapat dioptimalkan
bila isian diledakkan dalam suatu urutan yang terkendali pada selang yang sesuai.

Gambar E Pola penyalaan

9
14. Bidang bebas
Perpindahan kedepan material yang diledakkan dapat terjadi dengan mudah jika
mempunyai bidang bebas yang cukup. Pergerakan massa batuan adalah perlu untuk
memungkinkan terjadinya propagasi retakan. Dengan bertambahnya pergerakan ini akan
membantu propagasi retakan dan memperbaiki fragmentasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://1902miner.wordpress.com/2011/10/29/blasting-peledakan/
https://www.academia.edu/7254086/135502160-Tugas-Ringkasan-Geometri-Peledakan
https://infotambangg.blogspot.com/2016/10/geometri-peledakan.html
https://ockypradikha.wordpress.com/2018/01/27/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
tingkat-fragmentasi/

11

Anda mungkin juga menyukai