Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar adalah salah satu bentuk bahwa manusia itu berfikir. Belajar dapat dilakukan
dimana saja, dan kapan saja. Sekolah merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk
belajar. Siswa merupakan sebutan bagi manusia yang melakukan kegiatan belajar di sekolah.
Dalam mengikuti KBM (kegiatan belajar mengajar) setiap siswa mempunyai perilaku
sendiri-sendiri. Ada siswa yang memang merasa tertarik dan suka mengikuti kegiatan ini.
Ada juga yang mengikuti kegiatan ini tetapi dengan sikap yang negatif. Misalnya berbicara
hal-hal di luar materi pelajaran yang dapat merugikan temannya, melamun ketika mengikuti
pembelajaran, membuat gaduh saat pelajaran berlangsung, dll.
Pada umumnya terdapat beberapa masalah perilaku siswa dalam proses belajar di
kelas. Ada perilaku siswa dalam situasi belajar di kelas yang tidak dikehendaki
kemunculannya, perilaku tersebut biasa disebut dengan off task behavior. Beberapa ahli
menggambarkan perilaku siswa yang tidak dikehendaki (off task behavior) di kelas
diantaranya perilaku impulsive (impulsiveness), tidak memperhatikan (inattention), tidak
menyelesaikan tugas (noncompletation of task), meninggalkan tempat duduk (out of seat),
berbicara tanpa permisi (talking without permission), tidak mempunyai motivasi belajar
(unmotivated to learn), tidak siap mengikuti kegiatan di kelas (unprepared for class) dan
mengganggu (disruptive). Jika perilaku yang tidak dikehendaki ini terus menerus dilakukan
oleh siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, maka dapat mengakibatkan pada
kegagalan akademik, seperti rendahnya prestasi siswa terhadap pelajaran, tinggal kelas dan
bahkan tidak lulus dalam ujian akhir. (Sparzo & Poteet, dalam Sukiman 2005).
Beberapa tahun belakangan ini minat remaja pada hal-hal yang khas berkaitan
dengan sekolah dan minat terhadap pelajaran menurun di mana mereka lebih tertarik pada
kegiatan yang tidak berhubungan dengan pelajaran sekolah misalnya olahraga dan bermain
yang semakin menjadi tidak terkontrol. Fakta tersebut diperkuat dengan pernyataan dari
Santrock, bahwa ada kecenderungan individu tidak tertarik pada sekolah, menjadi tidak mau
untuk membuat pekerjaan rumah, dan ingin meninggalkan sekolah sesegera mungkin. Di sisi
lain, banyak atau sedikitnya minat anak terhadap sekolah dipengaruhi oleh gurunya. Apabila
anak membawa konsep yang tidak baik dan tidak positif terhadap guru maka akan
memunculkan sikap yang tidak menyenangkan dan cenderung tidak positif terhadap guru.

Akan tetapi, yang lebih utama dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa adalah
metode penyampaian dari para pengajar yang bersifat monoton, tidak ada komunikasi dua
arah antara guru dan siswa sehingga membuat siswa menjadi jenuh dan bosan, dan tidak
jarang siswa menjadi bolos dan sering tidak melaksanakan tugas yang diberikan kepada
mereka. Hal ini menyebabkan siswa melakukan perilaku yang tidak dikehendaki (Off Task
Behavior).
Perilaku yang tidak dikehendaki (Off Task Behavior) dapat diartikan bahwa setiap
waktu pada saat kegiatan yang dilakukan di dalam kelas siswa tidak mengikuti dengan baik,
kurang mampu untuk mengendalikan diri sendiri dengan baik, memperlihatkan perilaku yang
tidak sopan terhadap orang lain, dan motivasi dalam melakukan pekerjaan atau tugas
sangatlah rendah. Perilaku negatif tersebut dapat berdampak nilai-nilai akademik yang
berlaku di suatu kelas. Perilaku ini biasanya direkam dengan menggunakan hasil observasi,
observasi guru, dan checklist pada perilaku yang dimaksud.
Pendapat ini diperkuat dengan simptom perilaku yang tidak dikehendaki (Off Task
Behavior) yang dijelaskan oleh Cocea, Hershkovitz, dan Baker di mana perilaku Off Task
Behavior ditunjukkan dengan munculnya perilaku atau terlibatnya individu dalam sebuah
perilaku lebih dari tiga detik, seperti mengerjakan suatu tugas yang tidak sesuai dengan yang
diberikan, berbicara dengan teman pada saat jam pelajaran, berpindah-pindah tempat duduk,
dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru mengenai tugas yang diberikan. Salah satu
alasan paling umum yang dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan dukungan perilaku
positif dalam membantu siswa yang sering mengabaikan tugasnya, seperti siswa yang
seringkali lalai melaksanakan tugas, mengganggu teman sekelasnya, atau gagal
menyelesaikan tugasnya adalah dengan bagaimana cara untuk fokus pada perubahan perilaku
dengan memberikan konsekuensi berupa hukuman–hadiah, dan menghilangkan hak istimewa
yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Dalam sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Rowe, dkk untuk mengatasi
anak- anak yang sering melakukan perilaku yang tidak dikehendaki digunakan sebuah
teknologi yang pernah dilakukan pada beberapa siswa umur 3-6 tahun dan 7-11 tahun. Rowe,
dkk menggunakan teknologi tersebut untuk membuat individu tertarik pada tugas yang
dihadapkan padanya, teknologi tersebut menggunakan tutoring sebuah permainan dalam
Narrative-Centered Learning Environments (NLEs) yang diberi nama Crystal Island. Selain
itu, ada pula beberapa metode yang pernah dilakukan dalam menangani perilaku yang tidak
dikehendaki (off-task behavior) yaitu, Curriculum Based Assessment (CBA) yang bertujuan
untuk mengurangi respon negatif yang sering muncul pada perilaku siswa, Self-management
Program yang diberikan pada siswa dengan tujuan untuk mengurangi perilaku yang tidak
dikehendaki.
Berdasarkan fenomena tersebut tentunya perlu adanya pembuktian dengan metode
observasi di kelas untuk mengetahui adanya perilaku yang tidak dikehendaki (Off Task
Behavior) tersebut di sekolah sehingga perilaku tersebut bisa dikurangi agar tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Perilaku Siswa yang Tidak Dikehendaki (Off Task Behavior)


Menurut Sunawan (2009:6) menyatakan bahwa off-task behavior merupakan bentuk
perilaku yang muncul selama proses pembelajaran tetapi tidak mendukung kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Sukiman (2011) menyatakan bahwa tingkah laku belajar dalam situasi
belajar di kelas ada yang tidak dikehendaki kemunculannya, yaitu tingkah laku yang disebut
off-task behavior. Perilaku off-task merupakan perilaku yang bersifat mengganggu dan tidak
diharapkan kemunculannya pada saat kegiatan pembelajaran itu berlangsung.
Perilaku Off Task didefinisikan sebagai terjadinya salah satu perilaku berikut (dari
Becker, Madsen, Arnold, dan Thomas, dalam Carnine 1967). “Motorik Kasar” terjadi ketika
tubuh subjek meninggalkan tempat duduknya/kursinya untuk terlibat dalam perilaku yang
tidak pantas, misalnya berjalan-jalan, menggerakkan kursi, melompat.
Perilaku siswa yang tidak dikehendaki adalah sebagai perilaku memalingkan
perhatian dari tugas yang seharusnya dikerjakan.Robert (2001) mengatakan bahwa siswa
yang melakukan perilaku yang tidak dikehendaki adalah siswa yang tidak memperhatikan,
mengalami kebingungan atau gagal dalam menyelesaikan tugas dalam kelas.Baker (2007)
menyatakan suatu jenis perilaku yang mempengaruhi pembelajaran siswa adalah perilaku
siswa yang tidak dikehendaki, di mana siswa melepaskan diri sepenuhnya dari lingkungan
belajar dan melibatkan diri pada hal-hal yang tidak berkaitan dengan belajar.
Jennifer & Jennifer (2008:279) berpendapat bahwa perilaku Off Task didefinisikan
sebagai pekerjaan di luar pembelajaran atau melibatkan diri dalam salah satu perilaku berikut
lebih dari 3 detik : mewarnai atau menggambar yang tidak sesuai dengan tugas yang
diberikan, berbicara dengan teman, mengabaikan guru atau tugas, atau keluar dari tempat
duduknya.
Suneeta, dkk (2009:234) Perilaku Off Task secara operasional didefinisikan sebagai
berpaling 90 derajat dari tugas, bergerak, berbicara, meninggalkan tempat duduk, atau
kurangnya kontak dengan materi akademik (misalnya, manipulasi penulisan instrumen,
membaca). Harmiyanto (2012) perilaku Off Task adalah tingkah laku siswa yang keluar dari
konteks kegiatan pembelajaran yang relatif konstan dan mengganggu proses belajar siswa.
Jadi, perilaku Off Task adalah perilaku yang tidak berhubungan dengan aktivitas
pembelajaran atau hal-hal yang berkaitan dengan belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa off task behavior adalah
perilaku siswa yang tidak bisa memberi perhatian secara penuh pada aktivitas belajar yang
sedang berlangsung, siswa cenderung beraktivitas sendiri tanpa aturan, dan enggan untuk
mengerjakan tugas-tugas sekolah.

B. Bentuk- Bentuk Off Task Behavior


Sunawan (2009:6) menyatakan bahwa “bentuk perilaku off-task behavior adalah
tidak semangat dalam melaksanakan tugas di kelas, berbicara sendiri selama mengikuti
pelajaran, menulis atau menggambar yang tidak relevan dengan kajian bidang studi yang
sedang diikuti, melanggar tata tertib kelas, menyontek, melamun ketika mengikuti pelajaran,
dan lain-lain”. Menurut Hughes (2010: 08) menyebutkan bentuk perilaku off-task yaitu,
dalam kelas siswa dengan mudah dapat mengalihkan perhatian satu sama lain melalui
percakapan, catatan yang lewat, dan bahkan bermain game selama pelajaran. Sementara
komunikasi bisik antara siswa relatif mudah untuk mendeteksi, diam-diam setiap siswa
terganggu bisa sulit untuk menemukan. Bahkan tanpa gangguan dari siswa lain, ada banyak
cara bagi siswa kelas-terikat untuk ikut serta dalam perilaku menghindari tugas. Mereka
mungkin tidur, membaca materi tidak berhubungan, atau melakukan beberapa kegiatan
lainnya, yang tidak berhubungan seperti bekerja pada pekerjaan rumah bagi kelas yang lain,
gambar gambar, dll. Ada juga kemungkinan bahwa meskipun mereka tidak melakukan
apapun off-tugas tindakan, mereka juga tidak memperhatikan materi yang sedang diajarkan.

Menurut Sparzo dalam Baker (2007:12) memberikan variasi label dalam


menggambarkan perilaku off-task seperti, “perilaku impulsive, kurang memperhatikan
(inatenttion), tidak menyelesaikan tugas (non completion of task), meninggalkan tempat
duduk (out of seat), berbicara tanpa permisi (talking without permission), tidak mempunyai
motivasi belajar (unmotived to learn), tidak siap mengikuti kegiatan belajar di kelas
(unprepared for class)”. Menurut Baker (2007:10), “contoh perilaku off task antara lain:
bercakap-cakap dengan siswa lain tentang masalah yang tidak behubungan dengan pelajaran,
mengganggu siswa lain, membaca majalah dan lain sebagainya”.

Menurut Cocea, dkk, tipe perilaku off task adalah: (a) berbicara dengan murid lain
tentang topik yang tidak relevan dengan pelajaran; (b) sering mencari-cari sesuatu hal yang
menyenangkan lewat jejaring sosial; dan (c) senang menganggu murid lainnya.
Menurut Dalton, karakteristik perilaku off task, adalah gagal untuk mengikuti petunjuk guru,
meninggalkan kursi, menggoda dan melecehkan siswa lain, tidak berpartisipasi dalam
penugasan yang diberikan, berdebat dengan guru dan teman sebayanya, dan membuat suara-
suara mengganggu, gerakan, dan komentar di kelas.
Menurut Coyle, persyaratan untuk perilaku yang dianggap sebagai perilaku
mengerjakan tugas adalah : (a) duduk selama sesi tugas mandiri; (b) mampu memperlihatkan
hasil tugasnya dan memelihara keterlibatan dan konsentrasi pada tugas yang ditunjuk; (c)
selama masa kerja mandiri, dia diminta untuk menahan diri dari menyentuh setiap objek lain
selain materi yang berhubungan dengan pekerjaan; dan (d) mampu menahan diri dari bermain
dengan bagian tubuh pribadi atau lainnya objek yang tidak terkait. Caldwell, dkk
mengungkapkan bahwa seseorang yang memunculkan perilaku melakukan tugas memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: (a) tepat waktu dalam menyelesaikan tugas; (b) presentase
melengkapi tugas tinggi; (c) persentase melengkapi tugas dengan benar. Selain itu, Beserra
(2019) menyebutkan jenis jenis perilaku off task yaitu melamun, melihat hal lain selain
pelajaran, bermain alat tulis, berbicara di luar topik pembelajaran, dan menganggu teman
sekelas.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku off task adalah perilaku
yang muncul karena adanya ketidak-bebasan dalam proses belajar-mengajar yang
ditunjukkan melalui aktivitas sebagai berikut :
a. Mengganggu murid lain pada saat pelajaran berlangsung;
b. Tidak aktif dalam mengerjakan tugas;
c. Gagal mengikuti petunjuk guru;
d. Membolak-balik kertas disebabkan saat guru menjelaskan tugas siswa tidak memahami
dengan baik;
e. Mencoret-coret buku atau kertas, yang tidak ada hubungannya dengan mata pelajaran.

C. Faktor-Faktor Penyebab Off Task Behavior


Menurut Roberts (2001: 03), menyatakan bahwa penyebab perilaku off-task
diantaranya adalah kesulitan kurikulum yang dialami siswa. Pada intinya menyatakan bahwa
ketika siswa diberikan bahan kurikulum yang relatif sulit untuk tingkat keterampilan siswa,
maka presentase perilaku off- task di kelas meningkat. Sebaliknya ketika siswa diberikan
bahan di tingkat instruksional akademik maka perilaku off-task menurun presentasenya. Hal
tersebut menjelaskan bahwa tingkat kesulitan kurikulum dapat menyebabkan persentase
perilaku off-task siswa.
Data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan perilaku
off task ini muncul adalah; a) Kurikulum yang terlalu sulit bagi siswa; b) Proses pembelajaran
yang kurang menarik perhatian siswa; c) Lingkungan belajar yang kurang mendukung. Selain
mengobservasi frekuensi dan durasi peneliti juga mengobservasi variabel- variabel yang
mempengaruhi perilaku off task.
Ada beberapa hal yang memicu timbulnya perilaku off task siswa yakni: (1) teman
sebangku yang mau diganggu dan dapat menggangu subjek, (2) subjek tidak mampu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, (3) metode pembelajaran guru, (4) melihat atau
mengetahui teman di kelas lain yang sudah beristirahat atau pulang lebih dulu, (5) guru
kurang mengontrol perilaku siswa, (6) berkurangnya makna reiforcement bagi subjek.
Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Off Task yang muncul dapat disebabkan dari
beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu berasal dari lingkungan sekolah. Faktor lain yang
berpengaruh kuat terhadap belajar anak di sekolah adalah faktor dari lingkungan tempat
tinggalnya. Selain faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekolah dan lingkungan
tempat tinggal, faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa juga memegang peranan yang
penting. Temuan lintas situs terkait faktor diri sendiri penyebab siswa melakukan perilaku off
task yaitu rendahnya motivasi belajar, kelelahan fisik serta memiliki pengalaman buruk
terkait dengan sekolah serta permasalahan terkait keluarga. Sementara pada siswa umum
motivasi belajar siswa yang rendah dan adanya pengalaman buruk terkait sekolah.

D. Penanganan Off Task Behavior


Perilaku off task yang dilakukan oleh siswa ternyata memberikan pengaruh yang
sangat besar bagi perkembangan akademik siswa. Munculnya perilaku off task ini merupakan
bentuk berkurangnya minat belajar pada siswa sehingga keterlibatan intelektual- emosional
siswa dalam mengikuti pelajaran berkurang. Perilaku-perilaku off task tersebut perlu
penanganan yang serius dari guru. Perilaku off-task dapat menyebabkan kegagalan dalam
kegiatan belajar mengajar dan bahkan dapat menyebabkan siswa tinggal kelas atau gagal
dalam belajar. Dalam hal ini guru kelas memiliki peran yang sangat penting. Guru kelas
hampir setiap hari melakukan interaksi dengan siswa di kelasnya sehingga memiliki
kedekatan tersendiri dengan siswa. Guru harus mampu untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang nyaman sehingga selain sebagai pendidik, guru juga harus mampu
memahami permasalahan-permasalahan siswa di kelas agar dapat menentukan respons yang
tepat untuk menangani setiap penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa.

Sehingga hal ini perlu dipahami oleh guru mata pelajaran, terutama yang diujiankan.
Semakin seringnya perilaku off task ini muncul dalam pembelajaran, semakin berkurangnya
konsentrasi siswa dan berdampak pada hasil belajarnya. Kondisi yang aman, nyaman, dan
kompetitif serta menyenangkan merupakan situasi yang diharapkan, maka seorang guru perlu
mempersiapkan metode pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan disampaikan.
Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran,
serta komunikatif dan ramah dalam mengajar, memberikan kesempatan siswa untuk
mengeksplorasi kemampuannya. Faktor lingkungan yang mendukung proses belajar
dimungkinkan akan menghambat munculnya perilaku off-task.

Hal ini juga dinyatakan oleh Sukiman (2011) menyatakan bahwa “Menurut
pandangan behaviorist off-task behavior merupakan hasil belajar dari lingkungannya, dan
oleh karena itu pengubahannya menjadi on-task behavior diyakini dapat diupayakan melalui
belajar dari lingkungan juga”. Dalam hal ini melalui penstrukturan lingkungan belajar oleh
guru, karena menurut Sparzo & Pottet dalam Sukiman (2011) ditegaskan bahwa: ”Classroom
learning may be defined as a change in student behavior resulting from condition arranged
by a teacher.” Berdasarkan paparan di atas, guru dalam proses belajar-mengajar di samping
harus memperhatikan isi, guru juga harus memperhatikan lingkungan belajar. Karena
lingkungan belajar siswa ikut mempengaruhi munculnya perilaku yang tidak diharapkan.
BAB III
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Observasi
A. Pengertian Observasi
Corsini mengatakan bahwa: (1) Observasi adalah suatu metode; (2) observasi ada
yang bersifat formal atau informal. Observasi terdiri dari (3) aktifitas mengamati kejadian
atau peristiwa dan (4) aktivitas mencatat yang yang diamati, (5) objek dari observasi adalah
tingkah laku.
Cartwright and Cartwright mengajukan definisi observasi adalah 1) suatu proses
sistematis dalam mengamati, 2) suatu proses sistematis dalam mencatat perilaku, 3)
Observasi dilakukan dengan tujuan untuk membuat keputusan, dan 4) objek observasi adalah
tingkah laku.
Elmira, mengemukakan pengertian observasi, adalah suatu aktivitas mengamati
tingkah laku individu yang diikuti oleh mencatat hal-hal yang dianggap penting sebagai
penunjang informasi tentang individu, khususnya informasi situasi sekarang (Elmira, 1986).
Bentzen, menyebutkan pengertian observasi adalah: 1) aktivitas mencari informasi,
2) aktivitas memaknakan informasi, 3) menggunakan satu atau lebih pancaindra, dan 4)
memiliki tujuan tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa observasi adalah teknik pengamatan yang
sistematis yang diikuti dengan teknik pencatatan yang sistematis juga untuk membantu
perolehan data yang mendasari pernyataan spesifikdari individu atau kelompok yang
tercermin melalui tingkah lakunya sehingga nantinya dapat dimaknakan.

B. Komponen Observasi
Sunberg (1977) mengemukakan ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam memciptakan situasi
observasi yang sistematis yaitu:
1. Where
Menunjukkan tempat dimana observasi akan dilaksanakan.
Ada 3 jenis setting, yaitu:
a. Natural Setting (setting kehidupan sehari-hari)
b. Simulated Setting (situasi tes, simulasi kerja)
c. Laboratory Setting (control yang sangat ketat)
2. What
Menunjuk kepada “apa” yang akan diobservasi, apakah tingkah laku individu,
sekelompok individu, keseluruhan situasi atau sebagian situasi.
Prosedur yang digunakan:
a. Event Recording.
Kita mencatat setiap tingkah laku spesifik yang menjadi target perilaku atau kita
mencatat event yang terjadi selama periode observasi.
b. Interval Recording
Fokusnya pada aspek-aspek tingkah laku yang dipilih yang terjadi dalam interval
waktu tertentu. Periode observasi dibagi-bagi ke dalam segmen-segmen yang lebih
kecil-interval waktu 5-30 detik bergantung pada panjang waktu observasi.
Kemudian kita men-tally ada tidaknya tingkah laku yang menjadi target observasi
pada setiap interval waktu.
3. When
Kapan observasi berlangsung. Hal ini menunjuk bukan saja pada periode dan saat tepat
observasi dilaksanakan, tetapi juga menunjuk pada kapan waktu pencatatan
dilangsungkan. Observer bisa melakukan dengan menggunakan checklist atau rating
scale untuk memperoleh impresi dari hasil yang sudah ada.
4. How
Menyangkut bagaimana pengamatan akan dilaksanakan dan bagaimana observer
mencatat data yang dikumpulkan.
Ada 2 cara yang dilakukan:
a. Participant Observation
Observer ikut terlibat dan mengambil bagian dalam aktivitas yang dilakukan
observee.
b. Non Participant Observation
Observer tidak terlibat atau tidak mengambil bagian dalam aktivitas yang dilakukan
observe. Observer dapat mengobservasi lewat one way mirror atau melalui CCTV.
C. Teknik Pencatatan (Perekaman) Data dalam Observasi
1. Teknik Pencatatan Narrative
Teknik pencatatan narrative merupakan teknik pengumpulan (pencatatan) data
oleh observer dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang terjadi pada
situasi nyata. Teknik ini membantu formulasi deskripsi yang komprehensif akan
perilaku individu.
Kelebihan pencatatan narrative:
1) Memelihara rangkaian asli dari suatu kejadian
2) Membantu pengumpulkan informasi dan menemukan perilaku kritis
3) Dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai kemajuan
4) Memberikan catatan tentang kesulitan yang berkelanjutan
5) Membutuhkan sedikit peralatan
6) Cocok sebagai pendahulu prosedur observasi yang lebih sistematis
Kelemahan pencatatan narrative:
1) Tidak cocok untuk data kuantitatif
2) Sulit untuk divalidasi
3) Tidak mendeskripsikan secara penuh beberapa tipe dari perilaku kritis
4) Sulit digeneralisasi
5) Memungkinkan terjadinya perbedaan antar pengamat satu dengan pengamat
yang lain.
2. Metode Interval Recording
Merupakan salah satu teknik observasi yang berfokus pada perilaku spesifik
dalam waktu yang spesifik pula. Periode observasi dibagi menjadi beberapa
segmen interval (biasanya selama 5 sampai 30 detik, tergantung pada apa yang
mau diobservasi). Interval recording sesuai uuntuk observasi terkontrol dan di
dalam laboratorium.
Keuntungan Interval Recording
Interval recording memiliki beberapa keuntungan (Kazdin, 1981; Nay, 1979):
1) Membantu menemukan hubungan antara waktu dan perilaku
2) Memfasilitasi pemeriksaan reliabilitas interobserver
3) Membantu memastikan perilaku yang ditemukan pada saat observasi dalam
jangka waktu yang sama
4) Efisien dalam penggunaan waktu
5) Memfokuskan perhatian pada perilaku anak-anak dengan struktur observasi
yang ada
6) Memungkinkan pencatatan pada hamper semua perilaku yang dapat diamati
7) Memungkinkan pengumpulan observasi dalam jumlah yang besar dalam
jangka waktu yang pendek
8) Hanya memerlukan peralatan minimalis dan murah
Kerugian Interval Recording
1) Perilaku-perilaku yang diobservasi tampak seperti urutan, karena interval
waktu –bukan karena perilaku tersebut-
2) Hubungan antara perilaku dan permasalahan terlihat berlebihan
3) Metode ini tidak menyediakan informasi tentang kualitas perilaku atau
tentang situasi saat observasi dilaksanakan, kecuali informasi-informasi
spesifik yang dikode dalam sistem recording
4) Tidak mengungkapkan frekuensi secara actual atau durasi dari perilaku
5) Terlalu melebihkan frekuensi tingkat perilaku yang rendah atau perilaku
dalam durasi yang pendek dan merendahkan frekuensi tingkat perilaku
yang tinggi
6) Metode ini memerlukan observer yang telah menjalani pelatihan dengan
baik untuk mempelajari metode recording ini
3. Metode Event Recording
Metode event recording dilakukan dengan cara merekam setiap hal dari
perilaku spesifik (specific behavior) atau kejadian-kejadian yang ingin diukur
selama periode observasi. Event recording merekam sample behavior, dimana unit
pengukurannya adalah perilaku. Dengan kata lain, observer menuggu perilaku atau
kejadian yang ingin diukur itu muncul kemudian mencatatnya. Event recording
terutama digunakan untuk observasi terkontrol dan studi laboratorium.
Kelebihan :
a) Mengukur atau melihat perilaku dengan frekuensi yang rendah atau jarang,
dan oleh orang yang sehari-hari berada dalam setting observasi
b) Memudahkan dalam mempelajari banyak perilaku atau peristiwa yang berbeda
c) Lebih efisien
d) Dapat menggunakan bermacam-macam cara pencatatan data yang berbeda
e) Memberikan informasi mengenai perubahan perilaku dari waktu ke waktu dan
total jumlah perilaku
Kelemahan :
a) Tidak memberikan pola perilaku yang sifatnya sementara
b) Sulit untuk mencapai reliabilitas antar observer
c) Tidak cocok untuk melihat perilaku yang tidak diskrit
d) Observer harus dapat mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lebih
lama
e) Membuat perbandingan antar event satu dengan event yang lain akan sulit
ketika periode waktunya tidak sama
4. Rating Methods
Metode observasi berupa checklist yang didasarkan pada intensitas perilaku
yang diamati. Observer sebelumnya membuat rating sikap pada skala atau ceklis,
dan biasanya hasil perekaman dicatat di akhir periode observasi. Metode ini
membutuhkan kepekaan tinggi pada subjektivitas observer.
Kelebihan :
a) Memungkinkan sudut pandang umum
b) Memungkinkan untuk merekam macam-macam perilaku
c) Dapat mengukur rating perilaku beberapa orang sekaligus atau sebuah grup
secara keseluruhan
d) Memungkinkan perekam aspek kualitatif dari perilaku
e) Mudah digeneralisasi dengan analisa statistik / angka.
f) Tidak makan banyak waktu
g) Merupakan metode yang sangat tepat untuk membandingkan persepsi 2 atau
lebih observer.
Kekurangan :
a) Skala yang dibuat berdasaran asumsi yang tidak jelas
b) Bisa terjadi reliabilitas rendah antar observer karena interpretasi yang berbeda
pada setiap orang
c) Tidak cocok untuk merekam perilaku yang mendasari atau menjadi
konsekuensi dari sebuah perilaku
d) Tidak akurat bila terjadi time-delay atau perbedaan waktu pada pelaksanaan.
BAB IV
HASIL OBSERVASI

Hasil Observasi dengan Teknik Pencatatan :

A. Identitas
• Nama Subyek : K.W.F
• Jenis Kelamin : Laki – laki
• Usia : 17 tahun
• Alamat : Trenggalek

B. Setting wawancara
• Tempat : Ruang Kelas
• Waktu : Senin-Rabu, 12-14 Oktober 2020 (Pkl 07.30-10.30 WIB)

C. Catatan Hasil Observasi


C.1. Anecdotal Recording

Observasi 1: Senin, 12 Oktober 2020

Pukul 07.30 – 08.15 Saat Pembelajaran Matpel PPKn

Subyek yang diamati adalah seorang laki-laki kelas XII MIPA berbaju seragam SMA dengan
atasan putih dan celana abu-abu serta sepatu hitam memakai masker warna hitam.
Berperawakan kurus tinggi pakai kacamata dengan mata agak kero.

Pukul 07.35 subyek terlihat datang mengendarai motornya menuju pintu gerbang utama
sekolah. Tentunya kalau ada siswa yang lewat di gerbang utama berarti anak yang datang
melebihi batas waktu masuk kelas alias terlambat. Motornya dituntun sambil mendekati
petugas pengecek suhu kemudian menuju tempat parkir khusus kelas XII. Dengan gerakan
kaki yang cepat, subyek memarkir motornya lalu menuju tempat cuci tangan di depan kelas
lalu berdiri didepan pintu kelas sambil menunggu suara nyanyian Indonesia Raya selesai.
Setelah itu subyek masuk kelas langsung menuju tempat duduknya tanpa minta ijin kepada
guru tersebut. Kemudian guru memanggil subyek dengan kalimat” K, kenapa kok terlambat?
Subyek langsung jawab “ Ketiduran Bu?, katanya, dengan suara nada rendah. Kemudian guru
mengingatkan agar subyek tidak terlambat lagi. Subyek hanya diam dan tanpa memandang
guru tersebut. Guru kemudian memanggil satu persatu untuk mengecek kehadiran siswa di
kelas. Selama jam pertama atau sekitar jam 07.40-08.15 subyek nampaknya diam duduk di
bangkunya sambil memegang handphonenya. Beberapa saat kemudian, Subyek keluar kelas
menuju kamar mandi dengan langkah kaki pelan.

Pukul 08.15 – 09.00 Pembelajaran Matpel Sejarah

Waktu jam pertama selesai, Guru jam kedua pun datang ke kelas dan memanggil satu persatu
untuk mengecek kehadiran siswanya, namun tepat memanggil nama Subyek, ternyata subyek
tidak ada di kelas. Beberapa menit kemudian atau sekitar pukul 08.25 subyek masuk kelas
dengan ditanya sama Guru “Darimana tadi? Subyek menjawab” Dari kamar mandi Bu,
dengan suara nada rendah. Lalu subyek berjalan menuju tempat duduknya yang berada di
bangku paling belakang bagian tengah. Saat pembelajaran jam kedua, sekitar pukul 08.30
subyek mulai berjalan-jalan menuju tempat duduk temannya, padahal dalam protokol
kesehatan, siswa disarankan tetap duduk dibangkunya masing-masing dan tetap jaga jarak,
namun subyek tidak memperdulikan. Guru menegur dengan kata-kata”K, duduk ya,, jangan
jalan-jalan gitu. Subyek tanpa menjawab, langsung berjalan menuju kembali ke bangkunya.
Beberapa menit kemudian, subyek memanggil teman sebelah kiri bangkunya dengan suara
agak keras. Sampai pembelajaran kedua selesai, subyek tetap diam di bangkunya dengan
kepala diletakkan diatas meja sambil tangan kanan memegang handphonenya.

Pukul 09.00 – 09.45 Pembelajaran Matpel Bahasa Indonesia

Waktu jam kedua selesai, Guru jam ketiga pun datang ke kelas. Guru mengecek Tugas tugas
yang belum diselesaikan oleh siswa. Hanya ada nama K yang belum menuntaskan tugas
Bahasa Indonesia. Guru bertanya:” K, kapan akan diselesaikan tugas tugasnya? Subyek
tersenyum dan berkata, masih nyicil bu? Jawabnya. Ada teman laki-laki yang berperawakan
tinggi besar yang duduk di bangku seberang sebelah kirinya berkata, main game sama ngopi
bu, menambahkan. Guru tersenyum dan berkata, segera diselesaikan semuanya ya?
imbuhnya. Beberapa menit kemudian subyek berbicara (clometan) menyahut saat
pembelajaran berlangsung dengan kata-kata, itu lo bu S yang main game, sambil menunjuk
ke arah S dengan suara lebih keras. S pun menjawab, K itu lo bu yang belum mnegerjakan
biar maju ke depan, jawab S menjawab. Akhirnya Guru menstop perbincangan mereka yang
nampaknya bertengkar. Sampai pada jam ketiga berakhir, K dan S masih saja meneruskan
pembicaraan mereka sampai Guru jam keempat pun datang.

Pukul 09.45 – 10.30 Pembelajaran Matpel Ekonomi

Guru jam terakhir datang ke kelas langsung memberi salam dan menyapa siswa dengan suara
lantang atau keras, mengecek nama-nama siswa tentang kehadirannya. Guru berkata,
Alhamdulillah, semuanya masuk tidak ada yang bolos. Subyek pun balik jawab’ “ Saya
masuk bu? Hehehe sambil menyuarakan seperti terlihat tertawa. Guru menjawab, iya
alhamdulillah, semoga terus begitu? Subyekpun menjawab, pasti bu? Saya masuk kalau tidak
bangun kesiangan, hahahaha.. jawabnya. Guru membalas dengan menarik ujung bibirnya
kearah samping kanan dan kiri. Beberapa menit, kira kira 10 menit kemudian subyek mulai
berjalan kearah depan untuk meminjam sesuatu ke temannya, namun guru menegurnya agar
tetap di tempat duduknya. Sesekali faceshieldnya pun dilepas dan dipasang lagi sambil
berkata, sumpek, panas dengan suara terdengar dari telinga guru maupun teman-temannya,
terbukti adanya pandangan teman-temannya kearah subyek saat berbicara hal tersebut.
Akhirnya guru pun menegurnya dan subyek memasangnya lagi. Tiba saatnya jam
pembelajaran berakhir, guru mempersilahkan petugas dirijen untuk maju dan mengiringi
nyanyian lagu nasional yaitu “Garuda Pancasila” , subyekpun juga ikut bernyanyi sambil
berdiri semuanya, lalu setelah selesai diikuti siswa laki-laki duduk di depan sendiri
memimpin berdoa. Kemudian setelah guru memberi salam, semua mengangkat tasnya untuk
dibawa meninggalkan kelas, sedangkan subyek masih bergurau dengan teman laki-laki
sebelah bangkunya. Setelah beberapa menit subyek meninggalkan kelas dan mencuci tangan
didepan kelas lalu menuju tempat parkir motornya.

C.2. Interval Recording

Observasi 1: Senin, 12 Oktober 2020

Berbicar Berjalan Melihat Mengang Membuat Melakuk Perilaku


a dengan -jalan di pekerjaa gu siswa suara- an yang
teman kelas n teman lain suara kegiatan tidak
saat menggang selain sopan
pelajaran gu di yang
kelas. ditugask
an
07.30 – 08.15 - - - - - √ -
(PPKN)
08.15 – 09.00 √ √ - √ √ √ √
(Sejarah)
09.00 – 09.45 - - - √ √ √ √
(Bhs Ind)
09.45 – 10.30 √ √ - √ √ √ √
(Eko)
C.3. Event Recording

Waktu 45 menit setiap observasi dengan penelitian dianggap perilaku terjadi apabila
melakukan selama minimal 3 detik maksimal 120 detik sehingga setiap 45 menit
muncul maksimal 25 kali

Observasi 1: Senin, 12 Oktober 2020

Berbicar Berjalan Melihat Mengang Membuat Melakuk Perilaku


a dengan -jalan di pekerjaa gu siswa suara- an yang
teman kelas n teman lain suara kegiatan tidak
saat menggang selain sopan
pelajaran gu di yang
kelas. ditugask
an
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
07.30 – 08.15 - - - - - IIII -
(PPKN)
08.15 – 09.00 IIII IIII IIII III - IIII II IIII IIII IIII II III
(Sejarah)
09.00 – 09.45 - - - IIII IIII III II
(Bhs Ind)
09.45 – 10.30 IIII II IIII IIII - IIII IIII IIII IIII IIII III
(Ekonomi)
JUMLAH 16 18 - 16 17 25 13

C.1. Anecdotal Recording

Observasi 2: Selasa, 13 Oktober 2020

Pukul 07.30 – 08.15 Saat Pembelajaran Matpel Bahasa Jawa

Subyek berbaju seragam SMA dengan atasan merah muda dan celana merah marun serta
sepatu olahraga atau pakaian seragam Khas sekolah dan memakai masker warna hitam.

Pukul 07.30 subyek terlihat datang mengendarai motornya menuju pintu gerbang jalan kelas
XII tepat pak satpam akan menutup pagar. Sambil mengayun kakinya agar cepat, subyek
menuntun motornya mendekati petugas pengecek suhu kemudian menuju tempat parkir
khusus kelas XII. Dengan gerakan kaki yang lambat, subyek memarkir motornya lalu
berjalan bersama teman laki-laki yang tampaknya akrab terlihat dari gerakan tubuh yang
berjalan bersama menuju tempat cuci tangan di depan kelas lalu masuk kelas pas berbarengan
dengan guru jam pelajaran pertama. Setelah itu subyek masuk kelas langsung menuju tempat
duduknya. Subyek duduk bersebelahan dengan anak yang datang barengan tadi. Kemudian
guru memberi salam dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya mengabsen siswa yang
hadir dan yang tidak hadir. Setelah beberapa menit, guru memanggil nama siswa “O”
kemudian subyek menyahut dengan kalimat, “ O tidak masuk karena ikut-ikutan dengan
pacarnya Bu.” Jawab subyek kepada guru Bahasa Jawa tersebut. Kemudian guru
mengingatkan agar subyek tidak asal berbicara. Subyek hanya diam dan tanpa memandang
guru tersebut. Setelah kurang lebih 10 menit berlangsung, subyek mulai meletakkan dagunya
di meja sambil memegang handphonenya. Beberapa saat kemudian, Subyek berdiri dan
berjalan menuju bangku teman perempuan yang berada di depan sambil berkata, Hey, siapa
yang punya pulpen 2, saya pinjam dong? Dengan suara agak menaik subyek langsung
mengambil pulpen yang ada di lepak teman perempuan tersebut yang duduk di depan tepat
depan meja guru. Teman perempun tadi hanya diam dan menoleh kea rah subyek yang sambil
berjalan menuju tempat bangkunya yang belakang tadi. Dalam pembelajaran Bahasa Jawa,
subyek tidak memperhatikan saat gurunya menjelaskan, terlihat saat wajah subyek yang
hanya menundukkan kepalanya di meja sambil mencoret-coret bukunya.

Pukul 08.15 – 09.00 Pembelajaran Matpel Penjaskes

Waktu jam pertama selesai, Guru jam kedua pun datang ke kelas dan memanggil satu persatu
untuk mengecek kehadiran siswanya, namun tepat memanggil nama Subyek, ternyata subyek
tidak menjawab. Setelah di panggil temannya yang lebih dekatnya, subyek langsung
terhenyak terkejut terlihat dari gerakan cepat kepala langsung dihadapkan kepada guru yang
berdiri di depan kelas. Kelihatannya, subyek lagi memainkan handphonenya sehingga kaget
ada pemanggilan namanya. Setelah beberapa menit, atau sekitar pukul 08.21 guru
menanyakan tentang tugas yang diberikan pada minggu lalu, subyek pun langsung berdiri dan
berjalan kearah samping kanannya lalu mengambil buku milik temannya tanpa ada kata-kata
pun. Teman laki-laki sebelahnyapun kaget melihat bukunya tiba-tiba diambil tanpa bertanya
terlebih dahulu. Lalu subyek menyalin kalimat yang ada dibuku temannya di bukunya
sendiri. Setelah beberapa menit atau sekitar 7 menit, subyek mengembalikan buku tersebut
kepada teman laki-laki yan duduk disebelah kanannya dengan sedikit agak melempar ke
meja. Kemudian subyek bergerak maju ke depan untuk membawa bukunya diserahkan
kepada Guru tersebut. Kemudian guru memberikan materi dengan menjelaskan di papan
tulis, terlihat di pukul 09.00 ada bunyi jam berakhir, subyek bilang dengan suara agak keras,
berkata’ Pak, waktunya habis, pak. Gurupun menjawab, iya, saya sudah tau ya? dengan
jawaban agak pelan. Setelah guru meninggalkan kelas, subyek terlihat berjalan ke depan dan
keluar kelas juga.

Pukul 09.00 – 09.45 Pembelajaran Matpel Fisika

Beberapa menit kemudian atau sekitar pukul 09.07 subyek masuk kelas dengan ditanya sama
Guru “Darimana tadi? Subyek menjawab” Dari kamar mandi Pak, dengan suara nada sedang.
Lalu subyek berjalan menuju tempat duduknya yang berada di bangku paling belakang
bagian tengah. Saat pembelajaran jam ketiga, sekitar pukul 09.11 subyek mulai berjalan-jalan
menuju tempat duduk temannya, Guru menegur dengan kata-kata”K, duduk ya,, jangan jalan-
jalan gitu. Subyek tanpa menjawab, langsung berjalan menuju kembali ke bangkunya.
Beberapa menit kemudian, saat guru menjelaskan di depan papan tulis, Guru menanyai siapa
yang bisa menjawab tentang soal yang dituliskan di papan tulis, namun subyek malah
menundukkan kepalanya seakan-akan tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut yang terlihat
kepala menunduk sabil memegang pulpen dan mencoret-coret bukunya. Sampai pada saat bel
bunyi jam ketiga berakhir, maka pelajaran tersebut akan dilanjutkan ke jam ke empat
pembelajaran.

Pukul 09.45 – 10.30 Pembelajaran Matpel Fisika

Jam keempat adalah mata pelajaran yang masih sama dengan jam ketiga yaitu Fisika. Pada
jam tersebut, guru memberi tugas dengan menyebutkan soal-soal latihan untuk dikerjakan
dan pada jam selesai harus dikumpulkan. Setelah beberapa menit kemudian tepatnya pukul
10.01, subyek terlihat menoleh ke kanan dan kekiri untuk melihat tujuan melihat pekerjaan
temannya. Subyek mulai berjalan ke samping kanannya, lalu melihat jawaban temannya,
kemudian kelihatan belum merasa puas, akhirnya subyek berjalan lagi ke depan ke bangku
perempuan yang duduk dekat pintu kelas, namun Guru melihat kejadian tersebut dan
menegur ke subyek untuk tidak berjalan-jalan dan tetap duduk di tempat duduknya. Namun
subyek hanya melihat gurunya tanpa ada kata-kata kembali ke bangkunya lagi ke belakang.
Sampai jam berakhir, subyek hanya menoleh ke samping kanan dan kiri tanpa ada
jawabanpun di buku pekerjaannya. Akhirnya subyek menuliskan jawabannya sendiri hanya
beberapa tulisan saja terlihat sebentar sekitar 3 menit lalu tugas tersebut dikumpulkan.
Kemudian lanjut mennyanyikan lagu wajib dan berdoa lalu semua siswa meninggalkan kelas
dan mencuci tangan.

C.2. Interval Recording

Observasi 2: Selasa, 13 Oktober 2020

Berbicara Berjalan Melihat Mengang Membuat Melakuk Perilak


dengan -jalan di pekerja gu siswa suara- an u yang
teman saat kelas an lain suara kegiatan tidak
pelajaran teman menggang selain sopan
gu di yang
kelas. ditugask
an
07.30 – 08.15 √ √ - √ √ √ √
(Bhs Jawa)
08.15 – 09.00 √ √ √ √ √ √ √
(Penjaskes)
09.00 – 09.45 - - - - - √ √
(Fisika)
09.45 – 10.30 √ √ √ √ √ - √
(Fisika)

C.3. Event Recording

Observasi 2: Selasa, 13 Oktober 2020

Berbicara Berjalan Melihat Mengang Membua Melakuka Peria


dengan -jalan di pekerjaa gu siswa t suara- n kegiatan ku
teman saat kelas n teman lain suara selain yang
pelajaran menggan yang tidak
ggu di ditugaskan sopan
kelas.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
07.30 – 08.15 IIII III IIII IIII - IIII III III IIII III IIII
(Bahasa Jawa)
08.15 – 09.00 IIII IIII I IIII III IIII I IIII IIII IIII IIII IIII I
(Penjaskes)
09.00 – 09.45 - - - - - III III
(Fisika)
09.45 – 10.30 IIII IIII IIII IIII III III III - IIII II
(Fisika)
JUMLAH 23 22 14 21 12 16 20
C.1. Anecdotal Recording

Observasi 3: Rabu, 14 Oktober 2020

Pukul 07.30 – 08.15 Saat Pembelajaran Pendidikan Agama

Subyek berbaju seragam SMA dengan atasan coklat muda dan celana coklat tua serta sepatu
warna hitam atau pakaian pramuka dan memakai masker warna hitam.

Pukul 07.25 subyek terlihat datang mengendarai motornya menuju pintu gerbang jalan kelas
XII. Subyek menuntun motornya mendekati petugas pengecek suhu kemudian menuju tempat
parkir kelas XII. Dengan gerakan kaki yang lambat, subyek memarkir motornya lalu berjalan
menuju tempat cuci tangan di depan kelas lalu masuk kelas. Setelah itu subyek masuk kelas
langsung menuju tempat duduknya. Beberapa menit kemudian, Guru datang lalu memberi
salam dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa.
Setelah beberapa menit, guru memanggil nama siswa “K” kemudian subyek menjawab
dengan kalimat, “hadir Pak, dengan suara keras. Subyek terlihat semangat dengan hari ini.
Setelah kurang lebih 5 menit Guru mengabsen, subyek mulai ambil HP didalam tasnya, lalu
menggerakkan layar nya dengan jari telunjuknya, dengan wajah terlihat senyum-senyum
melihat HP yang dipegangnya. Beberapa saat kemudian, saat Guru memberi materi tentang
tatacara sholat Tahajud, guru menanyakan tentang kegiatan siswa saat malam hari. Subyek
langsung nyeletuk dengan jawaban, itu lo Pak “S” yang malam-malam ngopi sambil main
game Pak, dengan memandang wajah “S” yang duduk di sebelah kirinya. “S” pun menjawab,
“Ya “K” sendiri itu lo Pak yang tiap malam ngopi dan main game, hahahaha.. sambil
memandang arah “K”. berdebatan berlanjut sambil ada “joke” yang membuat suasana kelas
jadi lebih rame. Pak Guru berkata,”Stop, stop yaaa. Semoga setelah ngopi Kalian
menjalankan ibadah Tahajudnya, jawab Pak Guru tersebut sambil meneruskan materi
selanjutnya. Lalu kira-kira pukul 08.00, Subyek angkat tangan dan meminta izin untuk ke
kamar mandi.

Pukul 08.15 – 09.00 Pembelajaran Matpel Seni Budaya

Waktu jam pertama selesai, guru pun meninggalkan kelasnya. Subyek masih belum terlihat di
kelas saat setelah meminta izin untuk ke kamar mandi tadi. Berhubung Guru jam kedua
melaksanakan pembelajaran dengan daring karena kondisi kesehatan, maka ada Guru PPL
yang datang untuk menjaga keadaan di kelas. Setelah beberapa menit kemudian, kira-kira
pukul 08.20 subyek langsung masuk kelas tanpa menyapa Guru PPL yang ada di depan kelas.
Lalu ada teman perempuan yang duduk di dekat pintu berkata,”Hey ada Gurunya itu lo kok
nyelonong saja. Subyek membalas dengan kata-kata, eh ternyata ada Gurunya ya? Maaf Bu
tidak tahu kalau ada gurunya, subyek menjawab dengan nada pelan dan jalan yang santai
menuju tempat duduknya. Guru PPL lalu menuliskan penjelasan dari pemberian tugas dari
Guru Seni Budaya yang siswa bisa membuka di Google Classroom masing-masing. Setelah
beberapa menit kemudian, subyek berdiri dan berjalan ke depan untuk mendekati teman
perempuan yang duduk di depan lalu langsung mengambil buku catatannya. Lalu subyek
kembali ke tempat duduknya dan menyalin kalimat yang ada dibuku temannya di bukunya
sendiri. Kemudian subyek bergerak maju ke depan lagi untuk mengembalikan buku tersebut.

Pukul 09.00 – 09.45 Pembelajaran Matpel Matematika Wajib

Tiba saatnya jam ketiga, gurunya datang dengan membawa setumpuk buku kira-kira
sejumlah siswa dikelas atau sekitar 18 an. Beberapa menit kemudian guru memberi salam
dan menyuruh salah satu anak untuk membagikan kepada teman-temannya. Setelah beberapa
menit, guru berkata,”K” kok belu mengumpulkan sendiri? Yang lainnya sudah. Subyek
menjawab, iya Bu masih saya kerjakan. Lalu subyek meletakkan kepalanya di bangku sambil
memegang HP dan mulai menggerakkan layar HPnya. Setelah selesai salah satu siswa
membagikan buku kepada teman-temannya, Guru mulai menjelaskan materi selanjutnya dan
penjelaskan kalau minggu depan akan ada Ulangan, dan untuk jam terakhir akan diisi oleh
mengerjakan soal-soal. Subyek selama pembelajaran terlihat hanya melihat layar HPnya dan
sesekali mengangkat kepala dan meletakkan lagi ke atas bangku.

Pukul 09.45 – 10.30 Pembelajaran Matpel Matematika Wajib

Jam keempat adalah mata pelajaran yang masih sama dengan jam ketiga yaitu Matematika
Wajib. Seperti yang dijelaskan oleh Guru tadi bahwa pada jam terakhir diisi dengan latihan
soal-soal,maka guru duduk di kursinya sambil memandang kegiatan siswa-siswanya. Setelah
beberapa menit kemudian tepatnya pukul 09.55, subyek terlihat menoleh ke kanan dan kekiri
untuk melihat tujuan melihat pekerjaan temannya. Subyek mulai berjalan ke depan ke bangku
perempuan yang duduk dekat pintu kelas, namun Guru melihat kejadian tersebut dan
menegur ke subyek untuk tidak berjalan-jalan dan tetap duduk di tempat duduknya. Namun
subyek hanya melihat gurunya tanpa ada kata-kata kembali ke bangkunya lagi ke belakang.
Sampai batas waktu berakhir, subyek berjalan-jalan ke depan dan ke samping kanan untuk
meminjam buku jawaban soal-soal yang diberikan gurunya.

C.2. Interval Recording

Observasi 3: Rabu, 14 Oktober 2020

Berbicar Berjalan Melihat Mengang Membua Melakuk Perilaku


a dengan -jalan di pekerjaa gu siswa t suara- an yang tidak
teman kelas n teman lain suara kegiatan sopan
saat menggan selain
pelajaran ggu di yang
kelas. ditugask
an
07.30 – 08.15 √ - - √ √ √ √
(Pend. Agama)
08.15 – 09.00 √ √ √ √ √ - √
(Seni Budaya)
09.00 – 09.45 - - - - - √ √
(Mat Wajib)
09.45 – 10.30 √ √ √ √ √ √ √
(Mat Wajib)
C.3. Event Recording

Observasi 3: Rabu, 14 Oktober 2020

Berbicara Berjalan- Melihat Menganggu Membuat Melakuk Perilaku


dengan jalan di pekerja siswa lain suara- an yang
teman saat kelas an suara kegiatan tidak
pelajaran teman menggang selain sopan
gu di yang
kelas. ditugask
an
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
07.30 – 08.15 IIII - - IIII I III IIII III III
(Pend. Agama)
08.15 – 09.00 IIII IIII I IIII IIII II IIII II IIII IIII IIII IIII IIII - IIII I
(Seni Budaya)
09.00 – 09.45 - - - - - III II
(Mat Wajib)
09.45 – 10.30 IIII III IIII IIII III III III IIII IIII IIII
(Mat Wajib)
JUMLAH 24 17 15 23 15 20 20
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama observasi menyimpulkan bahwa subjek
memperlihatkan beberapa indikator gejala Off Task Behavior. Hal ini karena berdasarkan
hasil yang diamati KWP menunjukkan gejala perilaku : (1) Berbicara dengan teman saat
pelajaran, (2) Berjalan-jalan di kelas, (3) Melihat pekerjaan teman, (4) Menganggu siswa
lain, (5) Membuat suara-suara mengganggu di kelas, (6) Melakukan kegiatan selain yang
ditugaskan, (7) Perilaku yang tidak sopan.

Saran
Berdasarkan permasalahan yang ada pada KWP perlu adanya penanganan terhadap
siswa dengan :
1. Sekolah menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman.
2. Guru selain sebagai pendidik, guru juga harus mampu memahami permasalahan-
permasalahan siswa di kelas agar dapat menentukan respons yang tepat untuk menangani
setiap penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa.
3. Menciptakan kondisi yang aman, nyaman, dan kompetitif serta menyenangkan.
4. Guru perlu mempersiapkan metode pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan
disampaikan.
5. Guru mampu menyiapkan media pembelajaran, serta komunikatif dan ramah dalam
mengajar, memberikan kesempatan siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya.
6. Memahami siswa-siswa yang “berbeda” dalam menyerap materi di kelas maupun perilaku
yang dilakukan saat proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Hellya. 2013. “Dukungan Perilaku Positif oleh Guru Untuk Mengurangi Perilaku
Mengabaikan Tugas Pada Siswa SMA Negeri 3 Banjarmasin” dalam jurnal Studia
Insania ISSN 2088-6306 Vol. 1 No.1. Banjarmasin: Jurusan Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora IAIN Antasari.

Anjani, Mutiara dan Neni Meiyani. 2017. “Exploratory Play untuk Menurunkan Off-Task
Behavior pada Anak Low Vision” dalam Jurnal Volume 18 Nomor 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan
Indonesia

Chairunnisa, Rahmatika Septina dan Cut Nurul Kemala. 2020.” Penerapan Teknik Shaping
Untuk Meningkatkan Durasi Perilaku On-Task anak dengan Masalah Atensi” dalam
jurnal Psikologi Insight Vol. 4, No. 1, April 2020: hlm 15-31. Jakarta: Departemen
Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Esanti, Rine Larang Nur, M.Ramli, Yuniastuti. 2020. “Bentuk-Bentuk Perilaku Off-Task dan
Upaya Penanganan Guru Kelas di Madrasah Ibtida’iyah” dalam jurnal Pendidikan
Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol. 5 N. 1 Bulan Januari 2020 Hal. 94-100.
Malang: Pendidikan Dasar, Bimbingan Konseling, Pendidikan Kewarganegaraan
Universitas Negeri Malang.

Fatimah, Faraid Nurul. 2012. “Penerapan Teknik Self-Instruction Untuk Mengurangi


Perilaku Off Task Siswa Kelas X di SMK Negeri 12 Surabaya” dalam jurnal Prodi BK,
FIP, UNESA. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Fatimah, Siti. 2019. Hubungan Self Control dengan Perilaku Off Task Behavior Siswa di
Sekolah SMP PAB 2 Helvetia. Skripsi. Sumatra Utara: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatra Utara.

Kusdiyati, Dra. Sulisworo & Irfan Fahmi, M.Psi. 2019. Observasi Psikologi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.

Maulana, Muhammad Arief. 2019. “Perilaku Off Task dalam Pembelajaran,” dalam jurnal
Advice, Vol 1 (1); p.27-35 ISSN (Cetak) 2685-9130/ISSN (Online) :2685-9122.
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Veteran Bangun Nusantara.

Safitri, Ika Dwi. 2015.”Penerapan Teknik Self Control Untuk Mengurangi Perilaku Off-Task
Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Lengkong-Nganjuk,” dalam jurnal Bimbingan dan
Konseling FIP UNESA. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya

Shofufah, Maufurotus. 2014.”Perilaku Siswa yang Tidak Dikehendaki (Off Task Behavior)
dan Penanganan Konselor di SDIT At Taqwa Surabaya” dalam jurnal Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya

Winingsih, Evi. 2016.”Direct Behavioral Consultation (DBC) untuk Mengurangi Perilaku


Off Task” dalam jurnal Pendidikan Vol.1 No.2 ISSN: 2527-6891 Halaman: 124 – 132.
Surabaya: Program Studi Bimbingan dan Konseling, FIP, Universitas Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai