Anda di halaman 1dari 18

4.

FABRICATION

Tahap fabrikasi merupakan tahap yang harus dilakukan sebelum


pemasangan komponen di lapangan. Karena pada tahap fabrikasi ini semua
komponen jembatan rangka dibuat. Proses fabrikasi jembatan rangka seluruhnya
dilakukan di pabrik. Karena hal ini untuk menjamin mutu dari jembatan agar
sesuai dengan spesifikasi dan memudahkan dalam perbaikan apabila terjadi
kesalahan.

4.1. Design drawing


Design drawing merupakan gambar desain yang dirancang oleh
konsultan dan merupakan gambar pertama yang dibuat. Pada design drawing
sendiri berisi informasi mengenai tipe jembatan (misal A60, A45, B50, C35, dan
lain-lain), panjang bentang jembatan, dan lain-lain. Design drawing akan
diteruskan langsung ke fabricator untuk dibuatkan gambar kerjanya.

4.2. Shop drawing


Shop drawing atau gambar kerja berisikan kumpulan gambar komponen-
komponen jembatan secara detail yang berfungsi sebagai panduan yang
mempermudah pekerja untuk membuat komponen-komponen jembatan tersebut.
Isi dari shop drawing harus dapat menjelaskan mengenai spesifikasi material,
ukuran dari tiap komponen semua dimensi yang dibutuhkan dicantumkan dalam
material list, tanda-tanda pengelasan, pembuatan lubang, dan berbagai informasi
lainnya yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan tiap komponen secara lengkap.
Untuk dimensi komponen, jarak antar lubang baut, dan sebagainya harus
dikonsultasikan dahulu dengan pihak konsultan dan mendapat persetujuan
(approval) agar ketika komponen sudah jadi tidak terjadi kesalahan pelubangan
ataupun masalah lainnya yang dapat menghambat waktu pelaksanakan dan
merugikan biaya material.

24 Universitas Kristen Petra


25

Dalam gambar shop drawing (jembatan rangka baja) umumnya berisi


keterangan informasi pada sudut kiri bawah berupa kop logo perusahaan yang
memberi order (misalkan saja dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga),
kop perusahaan yang menangani fabrikasi, informasi mengenai proyek jembatan
yang dikerjakan, judul gambar, orang yang menggambar, pemeriksa gambar,
perencana, dan pihak yang menyetujui.
Selanjutnya pada shop drawing berisi gambar beserta detail-detailnya.
Detail-detail yang ada berupa panjang profil, jarak baut, dimensi pelat buhul,
posisi lubang pada pelat buhul, dan lain-lain.

4.3. Material Procurement


Penyediaan material atau material procurement merupakan proses untuk
menyediakan sejumlah material yang diperlukan untuk difabrikasi. Dalam proses
ini material yang didatangkan berupa pelat-pelat baja dengan ketebalan yang
sudah tertentu sesuai dengan list of material (Lampiran 1 sampai Lampiran 3)
yang ada. Pada umumnya pelat yang didatangkan dalam beberapa ukuran yaitu 6
x 20 ft dan 5 x 20 ft, dengan ketebalan yang bervariasi yaitu 8 mm, 10 mm, 12
mm, 16 mm, 20 mm, 24 mm, dan 30 mm. Lihat gambar 4.1.

Gambar 4.1. Pelat Baja (Raw Material)

Universitas Kristen Petra


26

Gambar 4.2. Kode Pelat Baja

4.4. Setting
Setelah material datang ke lokasi pabrik, maka selanjutnya seluruh
peralatan yang akan digunakan untuk fabrikasi disetting, misalkan saja mengganti
mata bor yang disesuaikan dengan lubang yang akan dibuat pada profil ataupun
pelat buhul.

4.5. Marking
Terdapat dua jenis penandaan dalam fabrikasi jembatan rangka yaitu
penandaan garis pemotongan dan penandaan titik lubang.
Penandaan garis pemotongan dapat menggunakan benang colour poster.
Setelah pelat diukur dengan meteran yang ukurannya mengacu pada shop drawing
maka penandaan dengan colour poster dapat segera dilakukan. Lihat gambar 4.3.
Penandaan titik lubang bertujuan untuk membuat titik acuan untuk
pengeboran. Langkah pertama adalah membuat gambar template dengan
menggunakan Auto CAD, setelah itu gambar yang sudah jadi dicetak ke kertas
dengan skala 1 : 1. Gambar yang sudah dicetak difotocopy ke lembar transparansi
sebagai langkah akhir. Kemudian gambar transparansi ini akan menjadi master
untuk pembuatan lubang pada profil yang sudah diassembling Lihat gambar 4.4.

Universitas Kristen Petra


27

Gambar 4.3. Penandaan dengan Color Poster untuk Pemotongan

Gambar 4.4. Master Template untuk Pelubangan

Kemudian untuk penandaan di pelat baja dapat menggunakan paku tepat


di titik tengah gambar lingkaran pada master template.

4.6. Pemotongan (Cutting)


Proses cutting / pemotongan pada proses fabrikasi secara umum dibagi
menjadi 2 yaitu :
• Mechanic Cutting
• Thermal Cutting

Universitas Kristen Petra


28

4.6.1. Mechanic Cutting


Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong
mekanik dengan mata pisau besar (2.4 meter). Sehingga untuk pelat dengan
panjang yang lebih dari itu tidak dapat menggunakan mesin ini. Mesin ini
hanya dapat memotong untuk pelat dengan tebal maksimum 12 milimeter
saja.
Pertama-tama mesin pemotong besar dipersiapkan. Kemudian
untuk mempermudah arah pemotongan pelat agar tepat pada garis marking
yang sudah ada maka dari itu dapat digunakan bantuan lampu pijar
(Penandaan Sinar) untuk membuat garis dan setting yang tepat pada garis
potong. Lihat gambar 4.5.

Gambar 4.5. Penandaan Sinar pada Pemotongan Mekanik

Kedua, siapkan pelat / bahan yang sudah dimarking pada mesin


potong, Kemudian lakukan pemotongan pada pelat tersebut. Di usahakan
untuk memotong komponen yang terpanjang terlebih dahulu kemudian
potong yang pendek. Pada proses pemotongan ini membutuhkan ketelitian
yang tinggi, karena sering kali dijumpai beberapa masalah dalam berbagai
macam bentuk antara lain pemotongan yang tidak lurus, dimensi yang tidak
sesuai (terlalu pendek / panjang). Hal-hal tersebut harus dihindari karena
dapat menyebabkan kerugian biaya material akibat pembelian material baru.

Universitas Kristen Petra


29

Gambar 4.6. Mesin Pemotong Mechanic

4.6.2. Thermal cutting


Thermal cutting merupakan pemotongan baja dengan
menggunakan api (temperatur tinggi).
Sama halnya dengan pemotongan secara mekanis, hal pertama
yang disiapkan adalah alat potong Thermal Cutting. Kemudian siapkan
benda kerja (plat) yang akan dipotong pada area bebas, letakkan pada
ketinggan minimal 50 mm dari lantai sehingga mengurangi ledakan /
getaran lantai. Lihat gambar 4.7.

Gambar 4.7. Thermal Cutting

Universitas Kristen Petra


30

Lalu untuk tahap berikutnya, buatkan garis dengan menggunakan


rel yang dibuat standart. Kemudian tempatkanlah cutting box sesuai dengan
letak garis yang telah dibuat sebelumnya dan setting nozzle agar posisinya
tepat pada garis marking tersebut. Untuk mengecek apakan garis marking
tersebut sudah sesuai dengan rel atau belum, coba gerakkan cutting box
tersebut ke arah maju mundur mengikuti relnya. Lihat gambar 4.8.

Gambar 4.8. Setting Cutting Box

Selanjutnya dilakukan pemotongan apabila semua posisi


komponen–komponen tersebut telah sesuai dengan dimensi pemotongan
yang kita inginkan. Dalam proses pemotongan, sebaiknya menggunakan
gloves, kacamata pelindung dari bunga–bunga api, dan savety helm agar
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.
4.6.2.1. Grinding
Pekerjaan penggilasan ini dilakukan dengan Grinding Machines.
Pekerjaan ini dilakukan pada potongan – potongan pelat mentah yang
telah dipotong dengan Thermal Cutting atau pun dengan Mechanic
Cutting.

Universitas Kristen Petra


31

Gambar 4.9. Grinding Machines

Pelat–pelat potongan yang dihasilkan oleh Thermal Cutting dan


Mechanical Cutting tersebut digerinda tepinya agar bersih dari
serpihan sisa–sisa bekas Thermal Cutting dan juga agar tidak terlalu
tajam sisi ujungnya. Lihat gambar 4.10.

Gambar 4.10. Grinding

4.6.2.2. Penyambungan
Pekerjaan penyambungan dilakukan apabila panjang pelat baja
mentah lebih pendek dibandingkan dengan profil yang ada difabrikasi.
Misalkan panjang pelat 6096 mm atau setara dengan 20 ft sedangkan
panjang profil yang difabrikasi adalah sebesar 9168 mm maka pelat
tersebut harus disambung dengan pelat lainnya. Proses penyambungan

Universitas Kristen Petra


32

ini dilakukan dengan cara pengelasan penuh pada kedua ujung pelat
yang hendak disambung. Dapat terlihat seperti pada gambar 4.11.

Gambar 4.11. Sambungan dua pelat

Setelah proses penyambungan, pelat tersebut akan mengalami


deformasi pada bagian sambungan akibat panas pengelasan. Sehingga
untuk mencegah deformasi tersebut, maka pelat tersebut ditahan
dengan besi penahan agar deformasi dapat minimal terjadi.

Gambar 4.12. Besi penahan Deformasi

Setelah dibiarkan beberapa saat dalam suhu ruangan, maka besi


penahan tersebut dilepaskan dari pelat yang disambung tersebut. Meskipun
telah diberi besi penahan agar tidak terjadi deformasi, tetapi tetap ada sedikit
deformasi yang terjadi sehingga pelat tersebut tidak sepenuhnya rata. Oleh

Universitas Kristen Petra


33

karena itu, pelat tersebut akan diratakan kembali dengan alat Bender untuk
pelat.Lihat gambar 4.13.

Gambar 4.13. Bender Machines

4.6.3. Kegagalan pada Proses Pemotongan


Kegagalan yang terjadi adalah: panjang material hasil potong yang
lebih pendek atau lebih panjang dari toleransi standar yang ada.
Solusi yang dapat diberikan adalah:
- Menggerinda ujung material bila permukaannya kasar, bergerigi atau
miring.
- Untuk material yang panjangnya melebihi toleransi panjang yang
diijinkan maka material dipotong lagi, bila tidak memungkinkan
dilakukan pemotongan maka ujung material digerinda sampai didapatkan
panjang yang diinginkan.
- Untuk material yang panjangnya kurang dari toleransi panjang yang
diijinkan maka material tersebut tidak boleh dipakai dan harus diganti.

4.7. Assembling dan Welding


Pada pekerjaan fabrikasi jembatan rangka, Assembling hanya dikerjakan
untuk pekerjaan profil baja seperti profil H atau profil I, artinya untuk pelat buhul
(gusset plate) tidak perlu ada proses assembling. Proses assembling sendiri berarti
proses pemasangan pelat-pelat baja untuk membentuk profil H atau I, sedangkan
pelat buhul tidak perlu ada pemasangan melainkan hanya proses pemotongan,
pelubangan, sampai digalvanisasi saja.

Universitas Kristen Petra


34

Dalam proses assembling dimulai dengan meletakkan pelat baja flange


hasil pemotongan pada tempat pemasangan dengan menggunakan fork lift.
Kemudian dilanjutkan dengan meletakkan pelat web, setelah itu web ditahan
dengan beberapa pelat siku yang diletakkan pada jarak tertentu di sisi kiri dan
kanan juga ditahan dengan mesin. Hal ini untuk mencegah agar pelat web tidak
jatuh saat proses assembling.
Dalam proses assembling pada umumnya profil dipasang terlebih dahulu
dengan metode tack welding. Tack welding merupakan metode pengelasan awal
berupa sambungan las di titik-titik tertentu yang telah direncanakan. Artinya pada
tack weld ini pengelasan tidak dilakukan sepanjang profil. Lihat gambar 4.14.

Gambar 4.14. Assembling dengan Metode Tack Welding

Setelah tack welding dilakukan pada flange bawah dengan web


selanjutnya dilanjutkan dengan assembling untuk web dengan flange atas.
Kemudian hasil tack weld akan diteruskan ke tempat pengelasan penuh.
Profil yang telah diassembling akan diteruskan dengan pengelasan
memanjang / penuh. Maksudnya pengelasan penuh adalah pada bagian yang telah
di-tack welded akan dilas seluruhnya, misal pada sambungan antara flange dan
web yang tadinya dilas pada titik tertentu akan diteruskan dengan pengelasan
memanjang seluruh profil. Pengelasan dengan menggunakan kawat las E70XX.

Universitas Kristen Petra


35

Gambar 4.15. Full Welding

Setelah pengelasan berakhir maka sebagai pekerjaan akhir, dilakukan


dengan pembersihan kerak las dengan menggunakan sikat baja. Untuk
memastikan kelurusan profil arah memanjang maka digunakan mesin
Straightening. Mesin Straightening berfungsi untuk meluruskan profil yang
melentur akibat proses pengelasan. Lihat gambar 4.16.

Gambar 4.16. Straightening Machines

4.8. Pelubangan (Holing)


Proses holing / pelubangan pada proses fabrikasi secara umum dibagi
menjadi 2 yaitu :
• Drilling
• Core Drill

Universitas Kristen Petra


36

4.8.1. Drilling
Pada pekerjaan Drilling, diawali dengan persiapan alat kerja. Yaitu
dengan pengecekan ujung mata bor. Benda kerja / pelat baja yang telah
diberi tanda / marking kemudian ditempatkan ke atas meja mesin.

Gambar 4.17. Drilling

Selanjutnya kita posisikan mata bor pada titik marking tersebut dan
tentu saja pada saat ini mesin harus dalam keadaan off. Apabila posisi mata
bor sudah sesuai dengan posisi titik sumbu yang diinginkan, lakukan
pelubangan. Untuk mengurangi timbulnya percikan bunga – bunga api
akibat panas gesekan mata bor dan benda kerja / pelat baja, dapat digunakan
air saat proses pelubangan. Seperti terlihat pada gambar 4.17.

4.8.2. Core Drill


Pengeboran dengan menggunakan core drill berbeda dengan
pengeboran biasa. Pengeboran biasa digunakan untuk melubangi pelat-pelat
penyambung dan pelat buhul saja. Sedangkan core drill digunakan untuk
melubangi pelat profil yang sudah jadi. Prinsip kerja core drill sendiri
berbeda dengan bor biasa, karena pelubangannya dilakukan dengan merusak
tepi lubang berbeda dengan bor biasa yang merusak pada tengah lubang.
Lihat gambar 4.18.

Universitas Kristen Petra


37

Gambar 4.18. Pengoperasian Core Drill dan Mesinnya

4.8.3. Kegagalan pada Proses Pelubangan


Kegagalan yang terjadi adalah: posisi lubang baut, diameter, dan
bentuk lubang yang menyimpang, dan tidak sesuai dengan gambar kerja.
- Solusi yang dapat diberikan adalah: menutup kembali lubang baut yang
salah tersebut dengan las, dan selanjutnya dapat dilakukan pelubangan
kembali ditempat yang direncanakan. Pada umumnya kesalahan sering
disebabkan oleh tenaga kerja yang kelelahan atau kondisi buruk lainnya.

4.9. Bridge Pre-Erection


Setelah semua komponen jembatan sudah dibentuk melalui proses
fabrikasi yang panjang, maka komponen-komponen tersebut dikumpulkan
menjadi satu pada suatu tempat yang luas untuk diadakan percobaan perakitan
jembatan. Pekerjaan ini harus dilakukan agar bila terdapat kesalahan (misal tidak
sempurna pemasangannya) dapat segera dilakukan perbaikan yang lebih teliti
langsung di pabrik.
Pre-erection harus dilakukan, mengingat apabila lokasi pemasangan
yang letaknya jauh dan apabila terdapat kesalahan maka dapat menyebabkan
pekerjaan menjadi terlambat karena komponen yang salah fabrikasi tersebut harus

Universitas Kristen Petra


38

diperbaiki. Proses perbaikan di lapangan juga tidak akan lebih baik dibandingkan
di pabrik. Pre-erection dilakukan hanya pada sebagian komponen fabrikasi
jembatan permanen, artinya tidak semua komponen jembatan dilakukan pre-
erection. Misalkan pre-erection hanya dilakukan untuk tiga trave saja. satu trave
setara dengan satu bentang gelagar bawah (Bottom Chord).
Apabila sudah selesai pemasangannya maka jembatan dapat dibongkar
dan siap untuk digalvanis. Hasil pemasangannya dapat dijadikan acuan untuk
profil lain yang sejenis. Karena pada dasarnya kebanyakan profil jembatan rangka
bersifat interchangeable (dapat ditukarkan). Lihat gambar 4.19

Gambar 4.19. Pre-Erection

4.10. Galvanizing
Setelah komponen sudah selesai dibongkar maka seluruh komponen akan
siap untuk digalvanis. Galvanis adalah proses pelapisan baja dengan cara
pencelupan panas pada cairan pelapis untuk mencegah korosi pada baja.
Minimum ketebalan lapisan galvanis untuk struktur jembatan rangka adalah 200
mikron. Untuk mengukur ketebalan cat dapat menggunakan thickness meter.
Berbeda dengan profil baja yang akan dilapisi dengan cat, dalam proses
galvanisasi permukaan baja yang berkarat dibersihkan dengan proses acid pickling.
Proses acid pickling adalah proses pencelupan komponen baja yang akan
digalvanis kedalam larutan asam HCL. Pencelupan ini dilakukan kurang lebih

Universitas Kristen Petra


39

selama 3-5 menit hingga karatnya hilang. Secara umum tahap-tahapnya dapat
dilihat pada gambar berikut.

Degreasing Water Rinsing Acid Pickling Water Rinsing

Prefluxing Oven Galvanizing Quenching

Gambar 4.20. Skema Pencelupan Galvanisasi

Tahap pencelupan dimulai dengan melepaskan minyak, kotoran, cat


maupun noda lainnya dari komponen baja disebut tahap degreasing. Setelah itu
komponen dibilas dengan air, baru dapat dicelupkan kedalam larutan asam.
Biasanya setelah dicelupkan kedalam larutan asam maka komponen akan menjadi
mengkilat (Bright Metal). Lihat gambar 4.21.

Gambar 4.21. Bak Degreasing (kiri) dan Bak Acid Pickling (kanan)

Kemudian komponen dibilas lagi dengan air sebelum dicelupkan


kedalam larutan flux. Pencelupan kedalam larutan flux bertujuan untuk
memberikan lapisan yang melapisi komponen dari oksidasi, agar proses korosi
dapat dihentikan sampai profil digalvanis. Selanjutnya komponen dimasukkan ke
dalam oven untuk dikeringkan dan dipanaskan sebelum dicelupkan ke dalam
cairan panas zinc. Lihat gambar 4.22.
Pengeringan dilakukan karena bila masih terdapat sisa air dan komponen
dalam keadaan dingin dapat menyebabkan letupan pada cairan zinc saat

Universitas Kristen Petra


40

galvanisasi dilakukan. Hal ini dapat membahayakan pekerja galvanisasi di


sekitarnya.
Tahap berikutnya adalah galvanisasi. Komponen yang kering dicelupkan
selama waktu tertentu. Kemudian komponen diangkat dan didiamkan beberapa
saat sampai kering. Lalu setelah kering komponen dibilas lagi dengan air yang
disebut proses quenching.

Gambar 4.22. Bak Galvanizing

Gambar 4.23. Sebelum dan Sesudah Galvanizing

Universitas Kristen Petra


41

4.11. Pengepakan (Packing)


Profil yang telah selesai digalvanizing disusun dengan rapi sesuai dengan
kode yang ada. Selain rapi penyusunan juga sebaiknya disusun secara urut agar
memudahkan saat pengambilannya di lapangan.

Gambar 4.24. Pengepakan

Penyusunan juga menyesuaikan dengan jenis profilnya, misal gelagar


memanjang disusun dengan gelagar memanjang lainnya. Lihat gambar 4.24.

4.12. Pengiriman (delivery)


Pengiriman merupakan tahap akhir dari proses fabrikasi. Pengiriman
menyesuaikan dengan lokasi pemasangan. Artinya bisa lewat darat ataupun lewat
laut. Pengiriman profil dilakukan juga tergantung dari pihak erection di lapangan.
Kondisi juga bervariasi, apabila terburu-buru maka biasanya pengiriman
dilakukan tiap tiga trave jembatan. Sehingga erection dan fabrikasi dapat
berlangsung secara bersamaan (overlap).
Sewaktu pengangkutan ke alat transportasi maka yang harus diperhatikan
adalah kuantitas dan jenis-jenis komponen rangka yang akan dikirimkan, jangan
sampai ada kesalahan.

Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai