Anda di halaman 1dari 76

Mencari formula terbaik

untuk pendidikan terbaik

1. Sirah nabawiyah bukan catatan sejarah yang hanya untuk dibaca tapi untuk digali
nilai-nilai dan pelajaran yang ada didalamnya, lalu kemudian diterapkan. Maka dari
itu kita harus faham apa itu sirah nabawiyah, bagaimana cara mengkajinya, dan Ternyata dahulu
bagaimana cara mengajarkannya pada generasi kita. pelajaran siroh
2. Siroh Nabawiyah mempunyai karakteristik Rabbani yang memang disiapkan nabawiyah disetarakan
sebagai role mode untuk memahami bagaimana pembentukan pribadi terbaik itu atau dianggap sama
ditempa, bagaimana konsep ideal itu dibangun dan bagaimana generasi terbaik itu pentingnya dengan
dibentuk dan bagaimana peradaban besar itu dimunculkan. belajar Al Qur’an.
3. Ali Zainal Abidin (94 H) mengatakan "Kami diajari Maghazi Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam sebagaimana kami diajari surah dalam Al Qur'an.“ (Al-Jami' li Akhlaq ar Bagaimana tidak, jika Al
rawi wa adab as-sani karya Al-Khatib al Baghdadi, 2/195) Qur’an adalah pedoman
4. Generasi Tabi'in diajari Maghazi (kisah peperangan di zaman Rasulullah) hidup maka siroh adalah
sebagaimana mereka diajari surah dalam AlQur’an, ini faktanya. Al Qur'an sebagai contoh implementasi
prinsip-prinsip dasar kehidupan (konsep hidup yang utuh) ternyata butuh nyata dari nilai-nilai Al
pengejawantahan agar menjelma menjadi sosok yang nyata dan bisa dicontoh. Qur’an yang
Inilah kenapa sosok Nabi perlu dihadirkan untuk membersamai pelajaran al Qur’an.
mengejawantah dalam
Sehingga cara membangun kerangka kehidupan berdasarkan konsep yang telah ada
dalam AlQur’an tidak bias tidak harus membuka lembaran sejarah dalam Sirah kehidupan.
Nabawiyah. Karena sirah merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai Al Qur'an.
“ “
ANALOGI PENDIDIKAN • Nabi adalah guru terbaik
menurut versi Al Qur’an
Nabi & Para Sahabat = Petani & Tanamannya • Sahabat adalah hasil terbaik
dari jerih payah Nabi dalam
pendidikan menurut versi
Qur’an.

• Metode yang digunakan


Nabi untuk mendidik
Sahabat adalah metode
terbaik menurut versi
Qur’an.

• Out put dari pendidikan


nabi yang kemudian
melekat sebagai karakter
sahabat adalah karakter
terbaik menurut versi
Mereka (para sahabat) diibaratkan benih yang ditanam sang Qur’an.
petani (Nabi) yang sangat menguasai ilmu pertanian, faham
• Karakter terbaik itu ;
karakteristik tanah dan tanaman, pandai memilah dan memilih perpaduan antara keras dan
benih-benih unggulan. Karakter yang melekat pada si penanam lembut, antara ahli ibadah
adalah telaten, sabar, ulet, pekerja keras, doa selalu mengiringi akherat dan expert dalam
pengelolaan bumi, antara
ikhtiarnya dan tidak pernah putus asa dalam usahanya. katangguhan fisik dan
kuatnya ruhiyah menurut
versi Qur’an.
dan tidak ada metode sedahsyat metode beliau

.
Setelah Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, • Kesaksian ini adalah ekspresi kejujuran dari seseorang
selesai shalat, demi ayah dan ibuku sebagai yang begitu terpukau dengan model pendekatan yang
tidak lazim pada masanya.
tebusan, tidak pernah aku melihat seorang • Pengakuan jujur yang bermula dari sebuah tindakan
pendidik, sebelum dan sesudah ini, yang lebih yang dianggap sangat fatal kesalahannya dan
baik pengajarannya dari beliau. Demi Allah, diasumsikan harus diselesaikan dengan cara yang
tegas untuk meluruskan, namun ternyata Nabi
beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, dan menyelesaikannnya dengan cara yang sangat lemah
tidak mencaciku. Beliau hanya berkata, ‘Shalat ini lembut, simple, elegan dan efektif.
• Pemilihan metode pengajaran (antara targhib atau
tidak boleh dicampur dengan ucapan manusia tarhib) yang dipadukan dengan pemahaman terhadap
sedikit pun. Ia berisi tasbih, takbir, dan membaca anak didiknya (Psikologis murid) kemudian pemilihan
Al-Qur’an.” (HR. Muslim). materi yang tepat yang hendak disampaikan adalah
kombinasi dahsyat untuk merubah sebuah
“kekeliruan.” tanpa menimbulkan konflik baru.
Surat Al
Jumu’ah
:2

Surat Al
Baqarah
:151

Surat Ali
Imran :
164
• Dakwah yang pada
Urgensi Metode & Strategi intinya mengajak
manusia meneganal Allah
Dalam Pendidikan dan Pengajaran diniscayakan dengan
panduan metode yang
beragam sesuai dengan
kondisi yang
mengharuskan.

• Dakwah pada hakekatnya


mendekatkan,
merangkul,
memahamkan dan
mencerdaskan
Yang Paling Penting Itulah Yang Terpenting

Fasilitas Materi Metode Guru Ruhiyah (Jiwa


Sarana penunjang Ragam maklumat Ragam cara agar Subyek yang
Pendidik)
pendidikan untuk yang siap di transfer materi dapat diserap menggunakan fasilitas, Motivasi yang
hasil lebih baik kepada anak didik oleh anak didik pengguna metode mendasari guru dalam
tertentu dalam mendidik dan mengajar
mentransfer
maklumat
‫‪Menentukan Skala Prioritas‬‬

‫األدواتُ‬
‫َ‬ ‫الرتبية‬ ‫روحُاملعلّم‬

‫ال َـمــادةُ‬ ‫الـمعلّم‬


‫الطريقةُ‬
dua bekal guru sukses,
yaitu :
‫شخصية‬
1. Kepribadian > menuju
perbaikan diri
2. Metodologi > menuju
perbaikan masyarakat

‫أسلوب‬ Selain dua hal diatas masih ada


faktor-faktor lainnya seperti ; sarana
pengajaran, tempat & madah
(materi)
Ada pertanyaan-
pertanyaan yang apabila
dijawab secara verbal
Mengajar dengan Contoh
hanya akan memunculkan
kebingungan si penanya.
KETELADANAN
Jawaban hanya efektif
apabila dipraktekkan
sekalipun bisa saja di Menjawab pertanyaan dengan perbuatan
jawab seketika itu.

Namun dalam hadis ini


Nabi justeru menyuruh si •
penanya untuk
membersamai Nabi
selama dua hari untuk
memberikan jawaban atas • Mana orang yang bertanya tentang waktu shalat? Waktu shalat
pertanyaannya. Di hari kalian adalah diantara (2 hari) yang kalian lihat. (HR. Muslim)

pertama Nabi shalat di
awal waktu dan dihari
kedua beliau shalat
diakhir waktu, kemudian
beliau mengatakan
• Seperti inilah wudhu, maka barangsiapa lebih dari ini maka sungguh
“waktu shalat kalian
adalah diantara waktu
ia telah berburuk buruk atau berlebih-lebihan atau berbuat dzalim.
yang kalian lihat.”
(HR. Abu daud, Nasa’I dan Ibnu Majah)
1.Metode Keteladanan dan
akhlak mulia
Dalam ilmu pengajaran yang

ُ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ْ ُ َ ْ ‫َّ ُ َ ْ ُ َ ي‬ َ َ َ َ ‫َ ُّ َ َ َ َ ْ ُ ُ ُ َ ي‬
penyampaiannya
ْ‫كم‬ ‫ وْلؤم‬، ‫ فليؤذن لكم أحدكم‬، ‫ت الصالة‬ َ
membutuhkan praktik,
Rasulullah Saw, selalu ‫ فإيذا حَض ي‬، ‫وِن أصِّل‬
‫صلوا كما رأيتم ي‬
melakukannya dengan
ْ ُ َُ ْ َ
memberi contoh langsung )‫أكَبكم "(متفق عليه‬
tidak hanya teori. Bahkan,
beliau telah melakukan dan “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (Muttaqun Alaihi)

ُ َ ََ ‫ُ ُ َ ي‬
mengamalkan terlebih
dahulu sebelum disampaikan
ْ
)‫سككم فإىن ال أدرى لعىل ال أحج بعد اعىم هذا (رواه النسآيئ‬
kepada para sahabat. ‫خذوا عِّن منا ي‬
Metode demonstrasi dengan
memperagakan langsung “ Ambillah dariku manasik haji kalian”. (HR. Ahmad, An Nasa’i)
َ
pelajaran yang ingin
disampaikan kepada anak
ُ ِّ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ
didik menjadi salah satu
‫ي ال ُيدث‬ ِ ‫وئ َهذا ثم قام فركع ركعت‬ ِ ‫من توضأ َنو وض‬
َ َّ َ َ َ ُ ُ َّ َ َ َ ُ َ َ َ
faktor yang dapat
َ
) ‫يهما نفسه غفر اّلل ل ما تقدم ِمن ذن ِب ِه (رواه مسلم‬ ِ ‫ِف‬
memperkokoh dan
memantapkan pelajaran di
ingatan anak didik
Pada dasarnya, sebuah
ilmu yang disampaikan
secara langsung memiliki
pengaruh yang lebih besar
1.Metode Keteladanan dan akhlak mulia
dan ilustrasinya akan
menancap lebih kuat dihati
dan memori seorang
murid. Sebab, ia bisa

ُ ُ َُ ُ ُ
mengetahui secara
langsung contoh, bukti,
dan gerakannya sehingga
)‫(رواه ابلخاري‬
َّ
‫قوموا فاَنروا ثم اح ِلقوا‬
dapat langsung
mempraktikkannya.
Disamping itu, kepercayaan
“ Berdirilah kalian, dan sembelihlah hewan kurban kalian,
diri akan lebih besar dalam kemudian cukurlah rambut kalian”. ( HR. Bukhari)
mempraktikkan ilmunya
jika melihat gurunya
melakukan dan memberi
contoh secara langsung.
Nabi Shalallahu alaihi wassalam mendidik para sahabatnya melalui keteladanan yang hidup
Hal ini akan berbeda dan terperagakan melalui dirinya. Beliau tidak mengajarkan sesuatu apapun kecuali beliau
apabila pengajaran hanya menjadi orang yang pertama kali mengamalkannya. Beliau juga tidak pernah melarang
dg menyampaikan teori
manusia dari keburukan kecuali beliau menjadi orang yang pertama kali menghindari dan
tanpa praktik. Terkadang
imajinasi yang berkembang
menjauhi larangan itu. Serasi antara ucapan dan perbuatan lebih efektif dan mudah diterima
di dalam pikiran seorang daripada hanya berupa ajakan saja.
murid tidak sama dengan
yang dimaksudkan oleh
guru kalau sekadar teori
belaka.
2. Mengajar Dengan Memperhatikan
Tahapan (Usia, Waktu, Materi)

• Memperhatikan urutan materi dari yang terpenting



2. Mengajar Dengan Memperhatikan
Tahapan (Usia, Waktu, Materi)
TIDAK MENGAJARKAN SUATU ILMU TERTENTU hingga ada
kesiapan dari sang murid yang ilmu tersebut telah disampaikan
kepada yang lain

Kemudian Rasul SAW bersabda: tiada seseorang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan sesungguhnya Muhammad sebagai Rasul ALLAH dengan sebenar-benarnya dari
hati sanubari, kecuali Allah mengharamkan baginya neraka). Mu’adz bertanya (apakah tidak
sebaiknya aku bertahukan kepada halayak orang, supaya mereka berbahagia?). Rasul SAW
bersabda : jangan- (nanti mereka akan berpangku tangan tanpa usaha!). Kemudian Mu’adz
menympaikannya tatkala beliau menghadapi kematian, karena merasa takut berdosa bila
tidak menyampaikannya pada halayak. (HR. Bukhari )
2. Mengajar Dengan Memperhatikan
Tahapan (Usia, Waktu, Materi)
Menegur dengan kasih sayang untuk meluruskan
kesalahan anak-anak

Dari Umar bin Salamah radhiyallahu anhu ; “ Saya dulu adalah seorang bocah
kecil yang ada dalam asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tangan saya
(kalau makan) menjelajah semua bagian nampan. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam menegur saya, ‘nak bacalah bismillah, makanlah dengan tangan
kananmu, dan makanlah dari yang terdekat denganmu.’ Maka demikian
seterusnya cara makan saya setelah itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Metode Menekankan cara Moderat dan
menghindari cara membosankan
َ ََ َ َ َّ ُ َ ُ ِّ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ
‫َخيس فقال‬ ِ ِ‫اّلل يذكرنا ك يوم‬ ِ ‫قال َكن عبد‬ ‫َع ِن اب ِن مسعود قال َكن اُل ِِب صىل اهلل‬
َّ
َ َ َ ُ َّ َ َّ َ ََ َ ُ َ َُ َّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ
‫َنب ح ِديثك‬ ِ ‫ل رجل يا أبا عب ِد الرْح ِن ِإنا‬ ، ِ‫عليه وسلم يتخوُلا بِالمو ِعظ ِة ِف األيام‬
َ‫ َف َق َال ما‬.‫ك يَوم‬ َّ ُ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ
‫َونشتَ ِهي ِه ولو ِددنا أنك حدثتنا‬ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ
‫كراهة السآم ِة علينا‬
ُ َّ ُ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ ِّ َ ُ َ ُ َ َ
.‫يمنع ِن أن أحدثكم ِإال كرا ِهية أن أ ِملكم‬ Dari Ibnu Mas’ud t ia berkata,
َ‫اّلل صىل اهلل عليه وسلم ََك َن َيتَ َخ َّو ُُلا‬ َّ َ ُ َ َّ “Adalah Nabi r mengatur pemberian
ِ ‫ِإن رسول‬ nasehat pada hari tertentu, khawatir
َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ
‫بِال َمو ِعظ ِة ِف األيامِ كرا ِهية السآم ِة علينا‬
akan membuat kami bosan””.

“Adalah Abdullah bin Mas’ud t memberikan pelajaran kepada kami setiap hari Kamis, ada salah
seorang yang berkata kepadanya : ‘Wahai Abu Abdur Rokhman, kami menyukai pelajaranmu
dan kami biasa menghadirinya, kami sangat mengharapkan agar engkau berkenan
menyampaikannya setiap hari’.
Ibnu Mas’ud menjawab : ‘tidak ada yang membuatku keberatan untuk menyampaikan
pelajaran kepada kalian, selain aku khawatir kalian akan bosan, sesungguhnya Rasulullah
mengatur penyampaian nasehatnya pada hari tertentu, khawatir akan membuat kami jenuh”.
4. Memperhatikan perbedaan
karakter setiap murid
Perbedaan usia = beda kasus beda solusi

Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwasanya ia berkata : ” Suatu ketika kami
bersama Rosulullah saw , tiba-tiba datang seorang pemuda bertanya : ” Wahai
Rosulullah saw bolehkah aku mencium istri saya dalam keadaan puasa, Beliau
menjawab : tidak boleh. Kemudian datang seorang yang tua bertanya : ” Wahai
Rosulullah saw bolehkah aku mencium istri saya dalam keadaan puasa, Beliau
menjawab : Boleh ( HR Ahmad )
4. Memperhatikan perbedaan
karakter setiap murid
Jawaban yang berbeda untuk pertanyaan
yang sama karena perbedaan kondisi
(Psikologi, Problematika) si penanya
4. Memperhatikan perbedaan
karakter setiap murid
Mengarahkan murid agar mendapatkan
pilihan terbaik

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seorang
laki-laki yang meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk berjihad, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya. “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab,
‘Ya, masih.” Beliau pun bersabda : maka pada keduanya, hendaklah
engkau berjihad (berbakti).’” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
5. Metode diskusi & dialektika

Menggunakan pertanyaan untuk mendeteksi


kecerdasan dan tingkat keilmuan

“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut
di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki
harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah
orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun
ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa
bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang
itu. ………..”(HR Muslim no. 6522)
5. Metode diskusi/ tanya jawab
Memberikan jawaban yang dibutuhkan dengan
mengalihkan pada pembahasan yang tidak
ditanyakan.

“Seorang penduduk badui menjumpai Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dan


bertanya: “Wahai, Rasulullah! Kapan hari Kiamat terjadi?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,”Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?” Ia
menjawab,”Aku tidak memiliki persiapan, kecuali aku mencintai Allah dan
RasulNya,” maka Rasulullah bersabda,”Sungguh, engkau akan bersama dengan
siapa yang engkau cintai.” (HR. Muslim)
5. Metode diskusi/ tanya jawab
Menjawab lebih banyak & lebih baik dari hal
yang ditanyakan sebagai pembekalan

Dari Abu Hurairah ra, telah bertanya seorang laki laki kepada Rasulullah, kata
laki laki itu, Ya Rasulullah, Kami berlayar dilaut dan Kami hanya membawa air
sedikit, jika Kami pakai air itu untuk berwudhu, maka Kami akan kehausan,
bolehkan Kami menggunakan air laut untuk berwudhu? Jawab Rasulullah, Air
Laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal dimakan"
(HR. Ahmad dan Abu Daud)
Allah Subhanahu wa ta’ala
mencela orang-orang yang
berbicara tanpa dasar ilmu, 5. Metode diskusi/ tanya jawab
karena bila berbicara tanpa
dasar ilmu akan dapat
menyesatkan. Mengatakan “saya tidak tahu” untuk
Al-Mawardi dalam Adab ad- pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya
din wa ad-Dunya, hasil
karyanya berkata, “jika tidak
ada jalan untuk menguasai
seluruh ilmu, maka tidak
ada celah untuk tidak
mengetahui sebagiannya,
dan jika tidak ada celah
dalam tidak mengetahui
sebagiannya maka tidak
hina mengatakan ‘saya tidak Dari Ibnu Umar, ada seorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu
tahu’ pada apa yang tidak ‘alaihi wa sallam, “Tempat apakah yang paling buruk?”. Jawaban Nabi,
diketahui.” “Aku tidak tahu. Kutanyakan dulu kepada Jibril”. Setelah ditanyakan
kepada Jibril, Jibril mengatakan, “Aku juga tidak tahu. Kutanyakan dulu
Dari hadis tersebut maka kepada Mikail”. Pada akhirnya, Jibri datang dan mengatakan, “Tempat
dapat diambil pelajaran bahwa yang paling baik adalah masjid. Sedangkan tempat yang paling buruk
ucapan ‘aku tidak tahu’ adalah
bagian dari ilmu yang bukanlah
adalah pasar”. (HR Ibnu Hibban no 1599. Syeikh Syuaib al Arnauth
aib, dan bukan pula suatu hal mengatakan, “Hadits hasan”).
cacat pada guru karena Nabi
Shalallahu alaihi wassalam
juga pernah mengucapkannya.
6. Metode dialog dengan pendekatan
psikologis dan logika

……. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu. “Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu
mereka dizinai. “………………………… Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan
tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya,
sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina. (HR. Ahmad,
no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)
6. Metode dialog dan dialektika

Metode pendekatan
logika yaitu menyajikan
materi pelajaran sesuai
dengan tingkat
kecerdasan dan
pemahaman anak didik.
Akal dan daya nalar
seseorang tentunya
berbeda satu dengan
yang lainnya.

Oleh karena itu guru ……. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
dalam menyampaikan “Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu. “Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu
materi hendaknya mereka dizinai. “………………………… Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan
menyesuaikan antara tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya,
tingkat kecerdasan dan sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
pemahaman anak didik
agar dapat menghasilkan Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina. (HR. Ahmad,
pemahaman yang sesuai no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)
dari pelajaran yang
disampaikan.
6. Metode dialog dan dialektika
َ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ ََ َُ َ َُ َ ُ َّ َ ُ َ َ
‫اّلل و ِل ِل غَلم أسود فقال هل لك ِمن ِإبِل قال نعم قال ما ألوانها قال ْحر قال‬ ِ ‫يا رسول‬
Akal dan kemampuan

ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
manusia satu dengan
ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ‫َهل ف‬
‫يها ِمن أورق قال نعم قال فأىن ذلِك قال لعله نزعه ِعرق قال فلعل ابنك هذا نزعه‬
yang lain berbeda-beda
dari segi pemahaman dan ِ
) ‫(رواه ابلخاري‬
menerima penjelasan
terhadap pelajaran yang
diberikan maupun dalam diriwayatakan dari Abu Hurairoh Rodhiyallaahu ‘anhu dikisahkan bahwasanya pada suatu hari Nabi Shallallaahu ‘alaihi
merespon pertanyaan. wa salam pernah didatangi seorang laki-laki Arab Badui dari Suku Bani Fazaroh. Laki-laki itu berkata pada Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa salam :
Ada Di antara mereka ada “Sesungguhnya istriku telah melahirkan seorang anak laki-laki yang berkulit hitam”
yang sudah merasa puas laki-laki tersebut bertanya seperti itu adalah karena laki-laki tersbut ragu dengan status anaknya yang berkulit hitam. Ia
ragu apakah itu anaknya atau bukan karena ibu bapaknya yang berkulit putih.
dengan sedikit penjelasan Mendengar pertanyaan itu, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun berkata :
namun ada pula yang “Apakah engkau memiliki unta?”
Laki-laki itu menjawab : “ya”
memerlukan penjelasan Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun bertanya :
yang lebih disajikan “Apa warnanya?”
Laki-laki itu menjawab : “Merah”
dalam bentuk dialog
Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun bertanya kembali :
dengan pendekatan “Apakah ada di antara unta-unta itu ada yang berwarna abu-abu?”
logika. Laki-laki itu menjawab : “Sesungguhnya di antara unta-unta itu ada yang berwarna abu-abu”
Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam kembali bertanya :
“Dari mana datangnya unta abu-abu itu?”
Laki-laki itu menjawab : “Bisa saja karena (ada) nenek moyangnya (yang berwarna abu-abu)”
Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun bersabda :
“Dan seperti itulah (anakmu), bisa saja karena (ada) nenek moyangnya (yang berkulit hitam)”
6. Metode dialog dan dialektika

Syaikh Abdullah Ali Bassam menjelaskan tentang salah satu faidah hadits ini bahwasanya
hadits ini menjelaskan tentang baiknya metode dakwah atau pengajaran Nabi kita
Shallallaahu ‘alaihi wa salam. Hadits ini menggambarkan bagaimana Nabi Shallallaahu
‘alaihi wa salam bisa memberikan contoh atau qiyas yang relevan dan dapat dimengerti oleh
seorang laki-laki badui dari bani Fazarah tersebut. Laki-laki ini adalah seorang badui yang
kesehariannya hanya disibukkan dengan mengurus unta dan segala hal yang
berhubungan dengan unta. Karena Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam mengerti
bagaimana kondisi orang tersebut, makanya beliau Shallallaahu ‘alaihi wa salam
menggunakan qiyas yang berhubungan dengan unta.

Inilah contoh hikmah dalam berdakwah sebagaiman firman Allah dalm surat An Nahl 125:
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik ...”
Maka dari itu, hendaklah setiap orang yang berdakwah memperhatikan siapa orang yang
didakwahinya agar ia menyesuaikan bagaimana metode dakwah yang benar. Jika seseorang
ingin mendakwahi mahasiswa misalnya, maka ia bisa menggunakan bahasa-bahasa yang
ilmiah dan menggunakan contoh-contoh yang berhubungan dengan dunia akademik. Lain hal
jika ia ingin mendakwahi orang awam atau orang yang masih berpendidikan randah, maka
metodenya berbeda. Sebagaimana Nabi kita Shallallaahu ‘alaihi wa salam mengajari seorang
arab badui yang kesehariannya hidup dengan unta, maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam
mengambil qiyas atau contoh yang berhubungan dengan unta pula.
7. Melontarkan pertanyaan untuk menyingkap
kadar kecerdasan & pengetahuan murid
(Observasi kecerdasan Murid)

Dari [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata, "Ketika kami sedang duduk di sisi
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu dihidangkanlah kurma yang sudah kering. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada satu
jenis pohon yang keberkahannya seperti seorang Muslim." Lalu aku mempunyai perkiraan
bahwa pohon itu adalah pohon kurma, aku berkeinginan menjawab; 'Wahai Rasulullah, itu
adalah pohon kurma', namun aku melihat bahwa di antara sepuluh orang yang ada aku adalah
yang paling muda. Maka aku pun diam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda:
"Yaitu pohon kurma.“ (HR. Bukhari Muslim)
8. Metode Analogi & Perumpamaan

• Permisalan pembaca al qur’an


• Permisalan teman yang baik dan buruk



8. Metode Analogi & Perumpamaan

Nabi Shalallahu alaihi wassalam dalam proses pengajaran banyak


menggunakan tamsil ( pemisalan) pada ucapan dan perkataan-
perkataan beliau, hal ini di karenakan beliau mengetahui
pemisalan dapat mempermudah dalam mendekatkan dan
menjelaskan maksud dari pelajaran yang beliau sampaikan. Hal ini
tergambar dalam hadis sebagai berikut :
ً‫األنبيَاء من َقبل َك َمثَل َر ُجل َب َن بَيتا‬ َ َََ َ َ َّ
ِ ِ ِ َ
‫ِإ َن مث ِل وَمثل‬
ِ ِ
ُ‫اُلاس‬ َ َ‫ْجلَ ُه إ َّال َموض َع َبلنَة من َزاو َية ف‬
َّ ‫ج َع َل‬ َ ‫فَأح َسنَ ُه َوأ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َُ َّ َّ
َ َ ُ َ َ ََُ ُ َ َُ ََ ُ َ َ ُ َُ
‫يطوف َون بِ ِه ويع َجبون ل ويقولون هَل و ِضعت ه ِذهِ الل ِبنة‬
َ ِّ َّ ُ َ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ
)‫قال فأنا الل ِبنة وأنا خاتِم اُل ِبيي (رواه ابلخاري‬
Shahih Bukhari, Kitab Manakib, Bab : Penutup para nabi, juz : 3, hal : 1300
9. Metode Alegori & Persamaan

• Permisalan pembaca al qur’an


• Permisalan teman yang baik dan buruk



10. Metode mengajar dengan menggunakan
media gambar (Metode Visualisasi dengan
gambar)

“Rasulullah SAW telah menggaris dengan tangannya sendiri, lalu bersabda: “Ini
adalah jalan Allah yang lurus” dan beliau menggaris lagi sebelah kiri dan sebelah
kanan, lalu bersabda: “Inilah jalan-jalan yang di mana tiada satu jalanpun kecuali
di atas ada syetan yang menyeru kepadanya. Kemudian Beliau membaca ayat ini;
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar
kamu bertakwa.” QS 6:153
11. Metode menggabungkan antara ucapan
dan isyarat
َ َّ َ َ ً َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ َ
َ‫ك َبي‬ ُ ُ ُ
• Penggunaan isyarat ‫ وشب‬،‫ان يشد بعضه بعضا‬ ِ ‫َالمؤ ِمن لِلمؤ ِم ِن َكبلني‬
berupa gerakan
tangan maupun ) ‫أصابِ ِع ِه (رواه ابلخاري و مسلم‬
َ
kepala dapat
mempengaruhi
keberhasilan suatu “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat bangunan yang
proses pengajaran. mengokohkan satu sama lain, kemudian beliau merangkumkan
• Penggunaan isyarat
jari-jemari beliau. “(HR. Bukhari Muslim).

َ َ ََّ َ ُ َ َ َ
َ
ِ ‫«أنا وَك ِفل اْلَ ِت‬
dapat menambah

‫يم ِف اْلن ِة هكذا » وأشار بالسبابة والوسطى‬


kejelasan dan
keterangan serta
memberi penekanan
ً
)‫وفرج بينهما شيئا (رواه ابلخاري‬
terhadap materi
pelajaran yang
disampaikan.
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim
(kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau mengisyaratkan jari
telunjuk dan jari tengah, serta agak merenggangkan keduanya.” (HR. Bukhari)
12. Metode memperlihatkan sesuatu yang
dilarang untuk menekankan keharamannya
َ َّ ُ ُ َ ُ َ َّ َ َ
َّ‫ ِإن نب‬:‫ض اّلل عنه يقول‬ ُ َ َ
َ ِ ‫َع بن أب طا ِلب ر‬ َّ َ ‫عن‬
ِ َ ََُ َ َ َ َ َّ َ ِ َّ ِ
‫يرا فجعله ِف ي ِمي ِن ِه‬ ً ‫اّلل َعلي ِه َو َسل َم أ َخذ َحر‬
ُ َّ ‫اّلل َصىل‬ َّ
ِ َِ
َ َ َ َ َّ َ َ َّ ُ َ ََُ َ َ ًََ َ َ َ
‫ال ثم قال ِإن هذي ِن حرام‬ ِ ِ ‫وأخذ ذهب ُا فجعله ِف ِشم‬
َّ ُ ُ ََ
) ‫ور أم ِت (رواه أبو داود بسند صحيح‬ ِ ‫َع ذك‬

Dalam hadis ini Nabi Shalallahu alaihi wassalam menjelaskan mengenai


pakaian yang haram dikenakan oleh kaum laki-laki yakni sutra dan emas.,
beliau memperkuat larangan akan keharaman benda tersebut dengan
menunjukkan secara langsung sutra dan emas sehingga apa yang beliau
sampaikan menjadi lebih jelas
13. Metode memberi pelajaran kepada para
sahabatnya tanpa ditanya
ُ ُ ‫هريرة رض‬ َ
‫ يلأ‬:‫هلل صىل اهلل عليه وسللم‬
ِ ‫ا‬ ‫رسول‬ ‫قال‬ : ‫عنه‬ ‫اهلل‬ ‫قال أبو‬
َ َ َ
Metode ini digunakan untuk
َ َ ُ
َ ‫الشيطان‬
‫ من‬:‫ من خلق كذا ؟ من خلق كذا ؟ حىت يقول‬:‫أحدكم فيقول‬
tema-tema penting (masalah
ahram atau syubhat atau

َ‫َ َ َّك ؟ فإذا بلَ َغ ُه فَليَستعذ باهلل وْلَنته‬


pelanggaran adab dan moral)

‫خلق رب‬
yang dikhawatirkan akan
terjadi apabila tidak
diberitahukan segera (sadddu
ِ ِ ِ
dzariah).

Maka meode ini bagian dari


implementasi mencegah lebih Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
baik daripada mengobati,
sesmua yang membahayakan Wasallam bersabda: “Setan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu
(dhoror) harus dihilangkan. bertanya,’Siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan
itu?’ Hingga dia bertanya,’Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?’ Oleh
karena itu, jika telah sampai kepadanya hal tersebut, maka hendaklah
dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (was-was
tersebut))”.HR. Bukhari no. 3206 dan Muslim no. 303).
14. Metode menjawab pertanyaan sesuai
yang dilontarkan oleh penanya
‫َ ْ َُ َ ْ َ ي‬
ْ‫اذل ْكر إ ْن ُك ْن ُتم‬
‫ي ي‬ ‫فاسألوا أهل‬ Dari Jabir bin Abdillah bahwa ia berkata, “Kami pemah keluar dalam sebuah
َ َُ َْ َ
perjalanan, lalu salah seorang di antara kami tertimpa batu sehingga kepalanya
‫َل تعلمون‬ memar. Ketika ia tidur, ia bermimpi basah. la bertanya kepada para sahabat:
“Apakah kalian menemukan adanya keringanan (rukhshah) bagi kamj untuk hanya
“Bertanyalah kepada bertayamum saja?” Mereka menjawab: “Kami tidak mendapatkan adanya rukhsah
ahli ilmu apabila kalian
tidak mengetahui.” (QS.
bagimu karena engkau bisa mendapatkan air.”
An-Nahl: 43)
Lalu sahabat yang terluka itu mandi dan akhimya meninggal. Ketika kami telah
Hadis disamping sampai di hadapan Nabi Muhammad Saw, dikabarkanlah kepada beliau tentang

ْ َ َُ ْ َ َ َ َُ َ َ َ
menerangkan bahwa kejadian itu. Beliau kemudian bersabda,
ْ َ َ َ َ َّ َ ُّ ‫َ َّ َ َ ُ َ ي‬ َََُ ُ ََُ
‫قتلوه قتله ُم اهلل أَل سألوا إيذا لم يعلموا ؟ فإينما يشفاء الَع السؤال إينما َكن يك يفي يه أن‬
seseorang tidak seharusnya
bertanya kepada orang yang

َّ َ َ َ
‫يتيم َم‬
tidak tahu, namun
bertanyalah kepada seorang
ahli yang mengetahui agar
kebodohanmu tidak “Mereka telah “membunuh”nya. Semoga Allah Ta’ala mengutuk mereka.
membahayakan.
Mengapa mereka tidak mau bertanya jika memang tidak tahu? Sesungguhnya
Bertanyalah ketika dirimu obat dari kelemahan (kebodohan) itu adalah bertanya. Cukuplah baginya
tidak tahu karena bertanya bertayamum“. (HR. Ahmad: 336)
membuat kebodohan yang
melekat dapat disembuhkan.
14. Metode menjawab pertanyaan sesuai
yang dilontarkan oleh penanya
‫َ ْ َُ َ ْ َ ي‬
ْ‫اذل ْكر إ ْن ُك ْن ُتم‬ َ ََّ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ ُ َ َ ِّ ُ َ َ َ َ َ َ َ
‫فاسألوا أهل‬ ‫ ِإنا بِأر ِض‬،‫هلل‬
‫ي ي‬ ِ ‫ يا رسول ا‬:‫ قلت‬:‫ قال‬،‫وعن أ ِب ثعلبة اخلش ِِن ر ِض اهلل عنه‬
َ َُ َْ َ
‫َل تعلمون‬ ُ َ َ َ َّ َ ُُ َ َ َ َ َ ُُ َََ َ َ َ
“Bertanyalah kepada
‫تدوا‬ ِ ‫ ِإال أن ال‬،‫ ال تأكلوا ِفيها‬:‫ أفنأكل ِف آنِي ِتهم ؟ قال‬،‫قوم أه ِل ِكتاب‬
ahli ilmu apabila kalian َ‫ َو ُُكُوا فيها‬،‫ فَاغسلُو َها‬،‫ْي َها‬
َ َ
‫غ‬
tidak mengetahui.” (QS. ِ ِ
An-Nahl: 43)

Dari Abu Tsa’labah al-Khusyaniy Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku pernah


bertanya, ‘Wahai Rasûlullâh , sesungguhnya kami berada di suatu negeri Ahli
Kitab, apakah kami boleh makan dengan bejana-bejana mereka ?” Beliau
menjawab, “Janganlah kamu makan dengannya kecuali bila kamu tidak
mendapatkan yang selainnya, maka cucilah, lalu makanlah dengannya.”
[Muttafaq alaihi]
15. Metode memberi jawaban melebihi
pertanyaan yang dilontarkan

‫ وعند‬،)‫ (من بِن مدلج‬:‫ ويف مسند أْحد‬- )‫ (جاء رجل‬:‫عن أب هريرة رض اهلل عنه قال‬
َّ
‫ إنا‬،‫ "يا رسول اهلل‬:‫ فقال‬،‫ إىل رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم‬- )‫ (اسمه عبداهلل‬:‫الطرباين‬
َّ َ ُ َ
‫ ويف‬- "‫عطشنا أفنتوضأ به؟‬
ِ ‫ فإن توضأنا به‬،‫نركب ابلحر وَنمل معنا القليل من املاء‬
‫ ((هو الطهور ماؤه‬:‫ فقال رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم‬- )‫ (بماء ابلحر‬:‫لفظ أب داود‬
‫رواه مالك ف املوطأ‬،))‫احلل ميتته‬
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa ada seseorang bertanya
kepada Rasulullah SAW, “ Wahai Rasulullah, kami sedang
melaut dan membawa sedikit air. Jika kami menggunakannya
untuk berwudhu, kami akan kekurangan jatah air minum dan
kami akan kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan
menggunakan air laut?” Rasulullah SAW berkata,“ Air Laut itu
suci dan segala bangkainya (air laut) itu halal.” ( Diriwayatkan
Imam Malik dalam Muwatha’ )
‫هلل‬
َ
ِ ‫عن جابِ ِر ب ِن عب ِد ا‬
َ َ 15. Metode memberi jawaban melebihi
َّ َ َ َ َ ‫قَ َال َر َف‬ pertanyaan yang dilontarkan
‫ت امرأة ص ِبيا‬ ِ ‫ع‬
َّ َ َ
‫ل َها ِإىل َر ُسو ِل ِاّلل َصىل‬
َ ََ َ َ ُ
:‫اهلل َعلي ِه َو َسل َم فقالت‬ Sebuah hadits yang disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom no. 718.
َ َ َ َ ََّ ً َ َ َ َّ ‫َعن ابن َع َّبَاس َعن‬
َّ َ‫اُل‬
ٌّ‫ار ُسو َل اهلل أَِل َذا َحج؟‬ َ َ‫ي‬ « ‫ ل ِِق ركبا بِالروحا ِء فقال‬-‫صىل اهلل عليه وسلم‬- ‫ِب‬
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ َ ََ َ َ َ ََََ َِّ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ ََ َ ُ ُ ُ َ ُ َ
‫ نعم َول ِك أجر‬:‫قال‬ ‫ فرفعت ِإْل ِه‬.» ‫ فقالوا من أنت قال « رسول اّلل‬.‫ قالوا المس ِلمون‬.» ‫َم ِن القوم‬
َ
َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ًَّ َ َ َ
Dari Jabir bin
Abdillah, ia berkata:
» ‫امرأة ص ِبيا فقالت ألِهذا حج قال « نعم ول ِك أجر‬
“Seorang perempuan
mengangkat anaknya Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau
kepada Nabi
pernah bertemu dengan sekelompok orang yang berkendaraan di Rawha’, lalu ia
shallallahu ‘alaihi
wasallam dan bertanya, “Siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah kaum muslimin.”
bertanya, “Wahai Kemudian mereka bertanya, “Siapakah tuan?” Beliau menjawab, “Aku adalah
Rasulullah, apakah Rasulullah.” Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil
anak ini dapat (yang masih menyusui, -pen) di hadapan beliau lalu bertanya, “Apakah jika anak
melaksanakan haji? ini berhaji, hajinya teranggap?” Beliau menjawab, “Ya dan untukmu juga ada
Nabi menjawab, “Ya, pahalanya.” (HR. Muslim no. 1336).
dan engkau mendapat
ganjaran.” (HR.
Muslim)
16. Metode mengalihkan penanya dari
pertanyaannya (Mengalihkan pembahasan)
َ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ
َ‫ول اهلل َمىت‬ َ ُ َ َ َ َ َ َ ً ُ َ َّ َ
ِ ‫ يا رس‬:‫هلل صىل اّلل علي ِه وسلم فقال‬ ِ ‫اب أَت رسول ا‬ِ ‫أن رجَل ِمن األعر‬
َ‫ ما‬:‫األع َراب‬َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ َّ
ِ ‫ " ما أعددت لها ؟ " فقال‬:‫هلل صىل اّلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫الساعة ؟ فقال رسول ا‬
َّ َ ُ ُ َ َ َ َ َُ ُ َ َ َ ُ ِّ َ َّ َ ََ َُ َ َ َ َ ُ َ َ
‫هلل صىل‬ ِ ‫ فقال رسول ا‬،‫ ِإال أين أ ِحب اهلل ورسول‬،‫أعددت لها ِمن كبْي أْحد علي ِه نف ِِس‬
ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ ُ َّ
َ َ
)‫ " ف ِإنك مع من أحببت " (رواه مس ِلم‬:‫اّلل علي ِه وسلم‬

Bahwasannya seorang Arab Badui yang datang menemui Nabi Shalallahu


alaihi wassalam dan bertanya ‘Wahai Nabi Shalallahu alaihi wassalam
kapan kiamat akan terjadi? Namun Nabi Shalallahu alaihi wassalam tidak
langsung menjawab pertanyaannya, melainkan Nabi Shalallahu alaihi
wassalam menjawab (dengan memberikan pertanyaan), ‘Apa yang telah
kamu persiapkan untuk menghadapi hari kiamat?’ Orang Badui itu
menjawab, ‘Aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.’ Kemudian Nabi Shalallahu
alaih wassalam berkata, ‘Kelak engkau bersama orang yang engkau cintai’.
16. Metode mengalihkan penanya dari
pertanyaannya (Mengalihkan pembahasan)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ada


seseorang yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َ َّ ُ ُ َ َ َ َ ِّ َ ُ ُ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ َ
‫اّلل – صىل اهلل عليه وسلم – « ال‬ ِ ‫اب قال رسول‬ ِ ‫اّلل ما يلبس المح ِرم ِمن اثلي‬
ِ ‫يا رسول‬
َ َ َ َّ
ُ‫ال َيد‬ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ
ِ ‫ ِإال أحد‬، ‫اخلفاف‬ِ ‫اويَل ِت وال الربانِس وال‬
ِ ‫يلبس القمص وال العمائِم وال الَّس‬
ُ َّ َ ً َ َ ِّ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َ
‫اب شيئا مسه‬ ِ ‫ وال تلبسوا ِمن اثلي‬، ‫ي‬ ِ ‫ وْلقطعهما أسفل ِمن الكعب‬، ‫ي‬ ِ ‫ي فليلبس خف‬ ِ ‫نعل‬
َ ُ َ َ َّ
َ
» ‫الزعفران أو ورس‬
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan
oleh orang yang sedang berihram (haji atau umrah,)?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengenakan kemeja, sorban,
celana Panjang, kopiah (tutup kepala) dan sepatu, kecuali bagi yang
tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh mengenakan sepatu ,
namun hendaknya dia potong sepatunya tersebut hingga di bawah
kedua mata kakinya. Hendaknya dia tidak memakai pakaian yang diberi
za’faran dan wars (sejenis wewangian, -pen).” (HR. Bukhari no. 1542)
Menurut Ibnu Hajar dalam
Al Fath, ‘ “Ketika motivasi 16. Metode mengalihkan penanya dari
utamanya murni berperang
untuk menegakkan kalimat pertanyaannya (Mengalihkan pembahasan)
Allah, maka konsekuensi

ُ َ ُ ُ ُ َّ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ِّ َّ ٌّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ ُ َ َ
yang timbul setelahnya

‫ الرجل يقاتِل‬:‫عن أ ِب موَس أنه قال أعر ِاب لِلن ِب صىل اّلل علي ِه وسلم‬
tidaklah
membahayakannya. Yang

َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ ُ ُ َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ
tercela adalah jika dia
berperang dengan tujuan
utama bukan untuk ‫يل‬
ِ ‫ فمن ِف س ِب‬،‫ والرجل يقاتِل ِلْيى مَكنه‬،‫ والرجل يقاتِل ِْلذكر‬،‫لِلمغن ِم‬
meninggikan kalimat Allah
َ‫اّلل ِِه‬َّ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ
( Fathul Bari : 6 : 22)
ِ ‫َكمة‬ ِ ‫ من قاتل ِِلكون‬:‫اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم‬ِ ‫اّلل؟ قال رسول‬ ِ
َ َ َ َّ ُ َّ َ َ ُ َ َ ُ
.)‫ )متفق علي ِه‬.‫اّلل‬
ِ ‫يل‬ ِ ‫العليا فهو ِف س ِب‬
Inilah jawaban yang
menunjukkan kualitas
seorang guru. Jawaban “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai
yang sangat tepat tapi
tidak vulgar, padat, seorang laki-laki yang berperang karena harta rampasa perang,
ringkas dan jami’. berjuang karena ingin disebut pejuang dan berjuang karena ingin
Jawaban ini merangkum
banyak hal dan
memperlihatkan kedudukannya, maka manakah yang disebut
mengeliminir banyak hal. berjuang di jalan Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu
Semua aspek terjawab bersabda: “Barangsiapa berjuang untuk menegakkan kalimat Allah
dan semua probability
terurai. setinggi-tingginya, maka itulah yang disebut berjuang di jalan Allah.”
(Muttafaqun Alaihi)
17. Metode meminta penanya mengulangi
pertanyaannya untuk menyempurnakan
penjelasan hukum
ِّ َ
‫هلل يُكف ُر‬
ِ ‫يل ا‬ ‫ب‬ ‫س‬ َ ‫ال َقت ُل ف‬ َ‫ام ِفيهم فَ َذ َكر‬ َ َ‫اّلل َعلَيه َو َسلَّ َم َأنَّ ُه ق‬ُ َّ ‫اّلل َص َّىل‬
َّ
‫ول‬ ُ
‫س‬ َ
‫ر‬ ‫ن‬
َ ُ ِّ َ ُ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ
‫ع‬ ‫ث‬ ‫د‬ ‫ُي‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ة‬‫اد‬ ‫ت‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ب‬
َّ
‫اّلل‬ ‫د‬ ‫ب‬ ‫ع‬
َ َ َ
‫عن عن‬
ِ ِ َّ ُ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ِ ‫ إ َّال‬،‫ك ََشء‬
َ‫الين‬ ِ
َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ
ِ
َ ُ َ َ َّ َ َ َ َّ
ِ ِ
ِ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ
“Terbunuh di jalan Allah ‫اّلل أرأيت إِن‬ ِ ‫ يا رسول‬:‫ فقام رجل فقال‬،‫ال‬ ِ ‫اّلل أفضل األعم‬ ِ ِ‫اْليمان ب‬ ِ ‫اّلل و‬
ِ ‫يل‬ ِ ‫اْلهاد ِف س ِب‬ ِ ‫ل هم أ ن‬
menghapuskan seluruhnya َ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ َّ َ ُ َّ َ ‫تف‬ ُ ‫قُتل‬
kecuali hutang“ (HR Muslim ‫ نعم ِإن ق ِتلت ِف‬: ‫اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫ فقال ل رسول‬،‫اّلل تكفر عِن خطاياي‬ ِ ‫يل‬ ِ ِ ‫ب‬‫س‬ ِ ِ
َ َ َ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ ُ ُ ُ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ
ِ ‫ ثم قال رسول‬،‫اّلل َوأنت صابِر ُمت ِسب مق ِبل غْي مدبِر‬
no 1886)
‫ كيف قلت قال‬:‫اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫يل‬ ِ ‫س ِب‬
َ‫ َن َعم َوأَنت‬: ‫اّلل َعلَيه َو َسلَّ َم‬ ُ َّ ‫اّلل َص َّىل‬ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ َّ َ ُ َ َّ َ ُ ُ َ ََ َ
Al-Imam An-Nawawi
rahimahullah berkata : “Adapun
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi ِ ِ ‫ فقال رسول‬،‫اّلل أتكفر عِن خطاياي‬ ِ ‫يل‬ ِ ‫ أرأيت ِإن ق ِتلت ِف س ِب‬:
َ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َّ َّ ُ ‫َصابر ُُمتَسب ُمقبل َغ‬
)‫السَلم قال ِل ذلِك ( َر َو ُاه ُمس ِلم‬ ‫ربيل َعلي ِه‬ ُ ‫ْي‬
wasallam (Kecuali Hutang)
maka sebagai peringatan atas ‫ج‬ ‫ن‬
ِ ِ ِ ‫إ‬‫ف‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫ال‬ ‫إ‬
ِ ِ ‫ر‬ ‫ب‬‫د‬ ‫م‬ ِ ِ ِ
seluruh hak-hak orang lain, dan
bahwasanya jihad dan mati
syahid serta amalan kebajikan “…Lalu ada seorang lelaki berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku terbunuh
yang lain tidaklah menebus hak-
hak orang lain, hanyalah di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan tertebuskan?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
menebus hak-hak Allah ta’aala” wasallam berkata, “Iya, jika engkau meninggal berjihad di jalan Allah dan engkau dalam
(Al-Minhaaj Syarh Shahih kondisi bersabar dan berharap, maju dan tidak mundur”.
Muslim 13/29)

Jika amalan yang sangat hebat Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Bagaimana yang kau katakan?”. Lelaki
seperti jihad ternyata tidak bisa itu berkata, “Bagaimana, jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosa tertebuskan?”.
menggugurkan dosa tidak Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Iya, dan engkau dalam kondisi bersabar
membayar hutang, maka
bagaimana lagi dengan amalan-
dan berharap, maju dan tidak mundur, Kecuali Hutang, sesungguhnya Jibril mengatakan hal
amalan yang rendah dibawah itu kepadaku” (HR Muslim no 1885)
jihad??
17. Metode meminta penanya mengulangi
pertanyaannya untuk menyempurnakan
penjelasan hukum

Al-Hafiz Ibnu Hajar • Guru sebenarnya sudah mengerti dan memahami, namun ingin
berkata :
“Dan dalam hadits
mengemas KBM dengan lebih fress yaitu dengan balik bertanya dan
peringatan akan murid disuruh mengulang pertanyaan. Ini adalah cara untuk
beratnya permasalan membangkitkan perhatian dari murid yang lain.
hutang, dan bahwasanya • Dan ketika menjawab untuk yang kesekian kali ternyata ada
tidak sepantasnya
seseorang berhutang pengetahuan tambahan yang diberikan sehingga membuat jawaban
kecuali dalam kondisi lebih jelas lagi.
darurat” (Fathul Baari • Sperti hadits Jibril yang keduanya sudah saling faham akan pertanyaan
4/468)
dan jawaban, namun faedah sebenarnya dari tanya jawab itu adalah
untuk para sahabat yang hadir di majelis itu.
18. Melatih Kepekaan Murid dengan
Melempar Alih pertanyaan
“Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah,
semalam saya bermimpi melihat segumpal awan meneteskan minyak samin dan madu. Kulihat orang-orang
menadahkan tangannya ke arah awan tersebut. Ada yang mendapat banyak dan ada juga yang mendapat sedikit.
Kemudian saya melihat seutas tali terjulur dari langit ke bumi. Saya melihat engkau memegang tali itu, lalu naik ke
atas. Setelah itu, ada seseorang yang turut memegang tali itu dan ikut naik mengikuti engkau. Laki-laki lain juga
naik menyusul. Kemudian ada seorang lagi ikut naik, tetapi tali itu terputus. Setelah tali disambung, maka dia naik
terus ke atas.” Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah saya memohon kepada engkau agar
mengizinkanku untuk menafsirkan mimpi itu.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Tafsirkanlah!”

Abu Bakar mengatakan, “Awan yang ada dalam mimpi itu adalah Islam. Sedangkan minyak samin dan madu yang
menetes dari awan itu adalah Al-Qur`an yang manis dan lembut. Adapun yang ditadah oleh orang-orang dalam
mimpi itu adalah orang yang mendapat pemahaman dari Al-Qur`an. Ada yang mendapat pemahaman yang
banyak ada pula yang mendapat pemahaman sedikit. Sedangkan tali yang terulur dari langit itu adalah kebenaran
yang engkau bawa dan engkau yakini wahai Rasulullah, hingga dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala
meninggikan derajat engkau. Kemudian tali (kebenaran) itu pun diikuti pula oleh orang lain, hingga dengannya ia
pun mencapai derajat yang tinggi. Kemudian tali (kebenaran) itu diikuti oleh yang lain, tetapi tiba-tiba tali itu
terputus. Maka ia pun berusaha untuk menyambungnya lagi, hingga tersambung, dan ia pun memperoleh derajat
yang tinggi.

Demi ayahku dan engkau wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah tafsir mimpiku benar?”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Wahai Abu Bakar, tafsir mimpimu sebagian ada yang benar
dan sebagian ada yang salah.”

Abu Bakar berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, manakah yang benar dan manakah
yang salah?”

Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu bersumpah (dalam masalah tafsir mimpi ini)!” (HR. Bukhari Muslim, Abu
Daud, Tirmidzi dan Nasa’i)
19. Melakukan Tes dan Uji Coba

َ َ ََ ُ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َُ َ
‫ أتد ِري أي آية ِمن‬، ‫ يا أبا المن ِذ ِر‬: ‫اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫ قال رسول‬: ‫ قال‬، ‫عن أب ب ِن كعب‬ ِّ
َ َ ََ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ ُ ُ َ َ ُ َّ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ
‫ يا أبا المن ِذ ِر أتد ِري أي آية ِمن‬: ‫ قال‬. ‫ اّلل ورسول أعلم‬: ‫ قلت‬: ‫اّلل معك أعظم ؟ قال‬ ِ ‫اب‬ ِ ‫ِكت‬
َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ ُ َّ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ
، ‫ فَضب ِف صد ِري‬: ‫ قال‬. } ‫ { اّلل ال ِإل ِإال هو الَح القيوم‬: ‫ قلت‬: ‫اّلل معك أعظم ؟ قال‬ ِ ‫اب‬ ِ ‫ِكت‬
ُ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ
‫اّلل ِْلَه ِنك ال ِعلم أبا المن ِذ ِر‬
ِ ‫ و‬: ‫وقال‬
Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Al-Munzir, adakah kamu tahu apakah
ayat dalam Kitab Allah yang bersama kamu, yang paling agung?”.Aku (Ubay)
berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”.
Beliau bersabda: “Wahai Abu Al-Munzir, adakah kamu tahu apakah ayat dalam
Kitab Allah yang bersama kamu, paling agung?”.
Aku berkata: “Allahu La Ilaha Illa Huwal Hayyul Qayyum”.

Lalu baginda menepuk dadaku, dan bersabda: “Semoga dipermudahkan ilmu


bagimu, Abul Munzir”. (HR. Muslim : 810).
20. Melakukan konsensus (Persetujuan)
Terhadap Sesuatu dengan Tanpa Kata
Abu Juhaifah Wahb bin `Abdillâh Radhiyallahu anhu berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan
Salman al-Fârisi dan Abu Darda` Radhiyallahu anhuma.” Setelah itu Salmân Radhiyallahu anhu mengunjungi Abu
Darda` Radhiyallahu anhu. Dia melihat Ummu Darda`Radhiyallahu anha memakai pakaian kerja dan tidak
mengenakan pakaian yang bagus. Salman Radhiyallahu anhu bertanya kepadanya, “Wahai Ummu Darda`, kenapa
engkau berpakaian seperti itu?”

Ummu Darda` Radhiyallahu anha menjawab, “Saudaramu Abu Darda` Radhiyallahu anhu sedikit pun tidak perhatian
terhadap istrinya. Di siang hari dia berpuasa dan di malam hari dia selalu shalat malam.”
Lantas datanglah Abu Darda` Radhiyallahu anhu dan menghidangkan makanan kepadanya seraya berkata, “Makanlah
(wahai saudaraku), sesungguhnya aku sedang berpuasa”

Salman Radhiyallahu anhu menjawab, “Aku tidak akan makan hingga engkau makan.” Lantas Abu Darda` Radhiyallahu
anhu pun ikut makan.

Tatkala malam telah tiba, Abu Darda` Radhiyallahu anhu pergi untuk mengerjakan shalat. Akan tetapi, Salman
Radhiyallahu anhu menegurnya dengan mengatakan, “tidurlah” dan dia pun tidur. Tak lama kemudian dia bangun lagi
dan hendak shalat, dan Salman Radhiyallahu anhu berkata lagi kepadanya, “tidurlah.” (dia pun tidur lagi-pen)

Ketika malam sudah lewat Salman Radhiyallahu anhu berkata kepada Abu Darda` Radhiyallahu anhu , “Wahai Abu
Darda`, sekarang bangunlah”. Maka keduanya pun mengerjakan shalat”
Setelah selesai shalat, Salman Radhiyallahu anhu berkata kepada Abu Darda` Radhiyallahu anhu, “ (Wahai Abu
Darda`) sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atas dirimu, badanmu mempunyai hak atas dirimu dan keluargamu
(istrimu) juga mempunyai hak atas dirimu. Maka, tunaikanlah hak mereka.”
(selanjutnya) Abu Darda` Radhiyallahu anhu mendatangi Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan
kejadian tersebut kepadanya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Salman benar” [HR. al-Bukhâri no. 1867., kitab Ash-Shahâbah hlm.462]
20. Melakukan konsensus (Persetujuan)
Terhadap Sesuatu dengan Tanpa Kata
َ َ ُ ََّ َ ََّ ُ ُ ََّ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ ُ ََ
‫ ثم صليت بِاصح ِاِب‬،‫ فتيممت‬.‫ فاشفقت ِا ِن اغتسلت ان اه ِلك‬،‫اردة ش ِديد ِة الرب ِد‬ ِ ‫احتلمت ِف ْللة ب‬
َ‫ َصلََّيت‬،‫ يَا َع َّم ُرو‬:‫ َف َق َال‬.‫ك َ ُل‬َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ََّ َ َ َُّ َ َ َ
ِ ‫هلل صىل اهلل عليه وسلم ذك ُروا ذل‬ِ ‫ فلما ق ِدمنا َع رسو ِل ا‬.‫صَلة الصب ِح‬
ُ َ َ َ ََّ ُ ُ َ ُ َ َ ََّ َ َ ُ َ َ ُ ُ ُُ َ َ َ َ َ
‫اهلل َكن بِكم‬ ‫ ِان‬،‫هلل َع ََّز َو َجل { َو ال تقتُلوآ انف َسكم‬ ِ ‫ ذكرت قول ا‬:‫بِاصحابِك َو انت جنب؟ قلت‬
َ َُ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ ََّ َ ََّ ُ ُ ََّ َ َ َ ً َ
‫هلل صىل اهلل عليه وسلم َو لم يقل شيئًا‬ ِ ‫ فض ِحك رسول ا‬.‫ر ِحيما} فتيممت ثم صليت‬
“Abu Dawud meriwayatkan dari Amr bin Ash pada suatau malam ketika perang dzatu salasil,”
Saya mimpi sampai keluar mani pada suau malam yang sangat dingin. Kemudian saya bangun
pagi-pagi. Kalau saya mandi tentu akan celaka, karena itu saya bertayamum. Kemudian saya
mengimami shalat Shubuh bersama dengan kawan-kawan saya. Ketika kami sampai di hadapan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada beliau.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya ‘Amr, apakah kamu telah
menjadi imam dalam shalat bersama kawan-kawanmu padahal kamu junub?”. Saya menjawab,
“Saya ingat firman Allah ‘Azza wa Jalla (yang artinya (Dan jangan kamu membunuh diri-dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang terhadap kamu”, lalu saya tayammum, kemudian
shalat”.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, tanpa mengatakan sesuatu apapun”.
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Daruquthi, Nailul Authar, 1/302)
21. Mencari dan Memanfaatkan Momentum
yang Baik
َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َّ َ ‫َعن ُع َم َر بن اخل‬
َ
‫ ف ِإذا امرأة‬، ‫هلل صىل اّلل علي ِه وسلم سب‬ ِ ‫ول ا‬‫س‬ ‫ر‬ ‫َع‬ ‫م‬ ‫د‬
ِ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ، ‫اب‬ ‫ط‬
ِ ِ ِ
َ
ُ َ َ َ َ َ ُ ََ َ ُ َ َ َ َ َّ ًّ َ َ َ َ َ َ ََ َ ُ ُ َ َ
،‫قد َتلب ثديها تسَع ِإذا وجدت ص ِبيا ِف الس ِب أخذته فألزقته بِبط ِنها فأرضعته‬َ
َّ َ ََ َ ً َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ ُ َ ََ َ َ َ
" ‫ار ؟‬ ِ ‫ارحة ولها ِف اُل‬ ِ ‫ " أترون ه ِذهِ المرأة ط‬:‫هلل صىل اّلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫فقال ُلا رسول ا‬
َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ َُ َ ََ ُ َ َ َ َ َ ََ ُ َ َ َ َ َ َ َُ
" :‫هلل صىل اّلل علي ِه وسلم‬ ِ ‫ فقال رسول ا‬. ‫ و ِِه تق ِدر َع أن ال تطرحه‬،‫هلل‬ ِ ‫ ال وا‬:‫فقلنا‬
َ ََ َ َ َ َ ُ َ َ ُ
‫اهلل أرحم بِ ِعبا ِدهِ ِمن ه ِذهِ المرأ ِة بِو ِلها‬

“Datang para tawanan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.


Ternyata di antara para tawanan ada seorang wanita yang buah dadanya
penuh dengan air susu. Setiap dia dapati anak kecil di antara tawanan,
diambilnya, didekap di perutnya dan disusuinya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya, “Apakah kalian menganggap wanita ini akan melemparkan
anaknya ke dalam api?” Kami pun menjawab, “Tidak. Bahkan dia tak akan
kuasa untuk melemparkan anaknya ke dalam api.” Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Sungguh Allah lebih penyayang daripada wanita ini
terhadap anaknya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5999)
22. Metode memberi pelajaran melalui
gurauan dan canda (Selingan Joke, Kelakar,
dan senda gurau saat mengajar)
1. Meluruskan tujuan bercanda
hanya untuk sekedar hiburan Diriwayatkan Bukhari Muslim, Aisyah bercerita, Seorang sahabat bernama Zahir, daya pikirnya agak
ringan pelepas lelah
2. Jangan melewati batas
"Aku pernah bermain boneka di dekat Rasulullah lemah. Namun, Rasulullah mencintainya, begitu juga
3. Jangan bercanda dengan orang dahulu. Pada saat itu ada beberapa temanku Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-
yang tidak suka bercanda yang ikut bermain. Ketika Rasulullah datang, harinya di gurun pasir. Sehingga kata Rasulullah, “Zahir
4. Jangan bercanda dalam perkara- mereka bersembunyi karena takut. Padahal, ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di
perkara yang serius
5. Dilarang bercanda pada tempat beliu snagat senang bila mereka menemaniku." kotanya”.
yang tidak pantas dipakai untuk
bercanda Dalam riwayat lain dikatakan, sekali waktu Suatu hari ketika Rasulullah ke pasar, dia melihat Zahir
6. Dilarang menakut-nakuti seorang
muslim dalam bercanda, misalnya Rasulullah bertanya kepada Aisyah yang sibuk sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-
dengan mencuri barang miliknya bermain boneka, "Apakah ini, wahai Aisyah?" tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan
meskipun hanya bercanda Jawabnya, "Ini anak-anakku!" erat. Zahir: “Hei siapa ini? lepaskan aku!” Zahir
7. Tidak boleh berdusta saat
bercanda
memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang
8. Jangan sekali-kali melecehkan "Kalau yang di tengah-tengah ini apa namanya? memeluknya adalah Rasulullah. Zahir pun segera
sekelompok orang tertentu tanya Rasulullah lagi. Aisyah menjawab kuda. menyandarkan tubuhnya dan lebih mengeratkan
9. Hindari candaan yang berisi "Apa yang ada di punggungnya?" Jawab Aisyah, pelukan Rasulullah.
tuduhan dan fitnah terhadap
orang lain "Itu kedua sayapnya."
10. Hindari bercanda dengan aksi atau Rasulullah berkata: “Wahai umat manusia, siapa yang
kata-kata yang buruk Rasulullah bertanya tentang kuda bersayap itu mau membeli budak ini?” Zahir: “Ya Rasulullah, aku ini
11. Jangan melecehkan syiar-syiar
agama dalam bercanda, seperti kepasa Aisyah. Ia menjawab, "Tidakkah engkau tidak bernilai di pandangan mereka” Rasulullah: “Tapi
mengubah ayat Al-Qur’an agar pernah mendengar Nabi Sulaiman putra Dawud, di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir.
terdengar lucu mempunyai kuda bersayap?" Rasulullah Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?” Zahir pun makin
12. Jangan banyak tertawa
sebagaimana Rasulullah SAW telah
tersenyum hingga kedua gigi depannya tampak. mengeratkan tubuhnya dan merasa damai di pelukan
mengingatkan agar tidak banyak Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad dari Anas RA)
tertawa.
23. Metode menekankan pelajaran dengan
sumpah (Memantapkan Keterangan dengan
Sumpah)

ُ ُ َ ُ ُ َّ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َّ
‫ وال تؤ ِمنوا‬، ‫ ال تدخلوا اْلنة حىت تؤ ِمنوا‬، ‫واَّلي نف ِِس ِبي ِد ِه‬
ِ
ُ َ َ َ ُ ُُ ََ َ َ ََ ُ ُ َ َ َ َ َّ َ
‫ أوال أدلكم َع َشء ِإذا فعلتموه َتاببتم ؟‬، ‫حىت َتابوا‬
َ َّ ُ
)‫أفشوا السَلم بينكم ( رواه مسلم‬
“Demi yang jiwaku ada di tanganNya, kalian tidak akan masuk surga
sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman (dengan sempurna)
sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada
suatu perkara kalau kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai?
Sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
24. Metode Mengulangi ucapan tiga kali
untuk menekankan isi pembicaraan
َ َ َِّ ُ ُ َ َ ََّ َ َ َ َ َ َِّ َ َ
‫عن عب ِد اّلل ب ِن عمرو قال َتلف رسول اّلل صىل اهلل عليه وسلم ِف سفر‬
َ َ َ َ ََّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ
َ َ‫ ف‬، ُ‫َل َة ال َعْص َو ََن ُن َنتَ َو ََّضأ‬
Beliau melakukan itu untuk
menekankan betapa sangat
َ‫ج َعلنا‬
urgen memperhatikan
ِ ‫سافرناه فأدركنا وقد أرهقنا الصَلة ص‬
َ َ َ َ َ ََ َ ُ َ ََ ُ َ َ
kesempurnaan wudhu,dalam
kasus ini adalah tumit kaki
َ ََّ َ َ َّ َ َ َ
yang sering dilalaikan
‫ي‬
ِ ‫ مرت‬. » ‫ار‬ ِ ‫اب ِمن اُل‬ ِ ‫ فنادى بِأَع صوتِ ِه « ويل لِألعق‬، ‫نمسح َع أرج ِلنا‬
ً َ َ َ
manusia sehingga tidak
terbasuh air. Dengan keras
beliau mengancamnya
dengan api neraka.
‫أو ثَلث‬
Metode ini memangkas Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata, “Kami pernah tertinggal dari
waktu belajar dan
mengefektifkannya sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu safar. Kami lalu
satu kasus menjadi pelajaran menyusul beliau dan ketinggalan shalat yaitu shalat ‘Ashar. Kami
bagi yang lain sehingga
menjadi kasus terakhir. berwudhu sampai bagian kaki hanya diusap (tidak dicuci). Lalu beliau
Dengan demikian mereka shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru dengan suara keras dan berkata,
yang tidak menjadi tahu dan
yang sudah melakukannya “Celakalah tumit-tumit dari api neraka.” Beliau menyebut dua atau tiga
semakin mantap kali. (HR. Bukhari no. 96 dan Muslim no. 241).
menjalankannya karena
telah ada ketegasan dari
Nabi.
25. Metode Menarik Perhatian Murid dengan
Mengubah Posisi Mengajar atau merubah
ekspresi wajah
َ‫كم بأَكرب‬ُ ُ َّ َ ُ َ َ َ َ َ َ ََّ َ َ َ َ َ ََّ َ َِّ
‫ول اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم فقال أال أن ِبئ‬ ُ َ َ َ َّ ُ
ِ ِ ِ ‫كنا ِعند رس‬
ُ َ َ َُّ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ َِّ ُ َ ً ََ َ َ
‫ور أو قول‬ ِ ‫اْلْشاك بِاّلل وعقوق الو ِالي ِن وشهادة الز‬ ِ ‫الكبائِ ِر ثَلثا‬
َ َ َ َ َ َ َ َ ً ََّ ُ َ ََّ َ َ َ َ َ ََّ َ َِّ ُ ُ َ َ َ َ َُّ
‫كئا فجلس فما زال‬ ِ ‫ور وَكن رسول اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم مت‬ ِ ‫الز‬
َ‫كت‬ َ َ ُ َ َ َ ُ ََّ َ َ ُ َّ َ ُ
‫يك ِررها حىت قلنا ْلته س‬

Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu berkata, Suatu ketika kami berada di


samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau
bersabda, “Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa-dosa besar yang
paling besar?”-beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali-. “Berbuat
syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan bersaksi palsu
atau berkata dusta.” Saat itu beliau bersandar kemudian beliau duduk.
Beliau masih saja mengulang-ulang sabdanya sampai-sampai kami
berkata kalau seandainya beliau diam. (HR. Muslim, no 126)
25. Metode mengajar dengan menggunakan
Memanfaatkan ekspresi
ekspresi wajah
wajah dalam mengajar
akan membantu Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata;
seorang guru untuk َ‫السْت‬ َ َ‫ت قِ َرام ِفي ِه ُص َور َفتَلَ َّو َن َوج ُه ُه ُث َّم َتن‬
ِّ ‫او َل‬ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َّ َ َ َ َ َ
dapat mewujudkan ِ ‫دخل َع اُل ِب صىل اّلل علي ِه وسلم و ِيف ابلي‬
tujuannya dalam َّ َ َ َ َ ً َ َ
َ‫اَّلين‬ َّ ِّ َ َ َّ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ
mengajar. ِ ‫اس عذابا يوم ال ِقيام ِة‬ ِ ‫فهتكه وقالت قال اُل ِب صىل اّلل علي ِه وسلم ِإن ِمن أشد اُل‬
َ َ
Menggunakan ekspresi ‫يُ َص ِّو ُرون ه ِذهِ الص َو َر‬
wajah adalah variasi
dalam mengajar. Guru Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui saya, dan di dalam rumah
dalam mengajar tidak ada kain kelambu yang ada gambarnya, lalu berubah wajah beliau, kemudian
hanya menggunakan beliau mengambil dan mengoyaknya, (lalu Aisyah berkata), Nabi kemudian
lisan atau mengulang- bersabda,’’Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiyamat
ulang perkataannya adalah orang- orang yang membuat gambar- gambar ini.’’ (HR.Bukhari 5644)
kepada anak didiknya
sehingga ketika terjadi
perubahan ekspresi di Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pernah melihat ludah pada arah kiblat.
wajahnya, anak didik Hal itu membuat beliau marah hingga kemarahannya terlihat pada wajah beliau. Beliau pun
akan terpengaruh berdiri dan mengelapnya dengan tangan beliau. Lalu beliau bersabda, “Salah seorang dari
dengan dan kalian apabila berdiri melakukan shalat, ia sedang bermunajat kepada Rabbnya atau Rabbnya
memberikan perhatian berada di antara dirinya dan arah kiblat. Maka dari itu, janganlah salah seorang dari kalian
pada tema yang sedang membuang ludah ke arah kiblatnya. Akan tetapi menghadaplah ke arah kiri atau ke bawah
diajarkan. telapak kakimu.” (Shahih al Bukhari, no. 6111 dalam kitab al Adab ).
25. Metode membangkitkan perhatian dengan
cara memanggil nama murid berulang- ulang dan
menunda jawaban
‫ بينا أنا رديف اُلب صىل اهلل عليه وسلم ليس بيِن وبينه إال آخرة الرحل‬:‫أنس بن مالك عن معاذ بن جبل رض اهلل عنه قال‬
‫ ثم سار‬،‫ بليك رسول اهلل وسعديك‬:‫ قلت‬،" ‫ " يا معاذ‬:‫ ثم سار ساعة ثم قال‬،‫ بليك يا رسول اهلل وسعديك‬:‫ قلت‬،" ‫" يا معاذ‬:‫فقال‬
‫ " هل تدري ما حق اهلل َع ًعباده "؟‬:‫ قال‬،‫ بليك رسول اهلل وسعديك‬:‫ قلت‬،" ‫" يا معاذ بن جبل‬:‫ساعة ثم قال‬
‫ ثم سار‬،" ‫" حق اهلل َع عباده أن يعبدوه وال يرشكوا به شيئا‬:‫ قال‬،‫ اهلل ورسول أعلم‬:‫قلت‬
‫" هل تدري ما حق‬:‫ قال‬،‫ بليك رسول اهلل وسعديك‬:‫ قلت‬،" ‫" يا معاذ بن جبل‬:‫ساعة ثم قال‬
." ‫" حق العباد َع اهلل أن ال يعذبهم‬:‫ قال‬،‫ اهلل ورسول أعلم‬:‫العباد َع اهلل إذا فعلوه "؟ قلت‬
Dari Anas bin Malik dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu , dia berkata: Ketika aku dibonceng Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam dan tidak ada penghalang antara aku dan beliau melainkan pelana.
Kemudian beliau berkata: Wahai Mu’adz, Aku menjawab: Aku penuhi panggilanmu –wahai Rasulullah- dan aku
selalu siap membantumu. Lalu beliau berjalan sesaat, kemudian berkata: Wahai Mu’adz, Aku menjawab: Aku
penuhi panggilanmu –wahai Rasulullah- dan aku selalu siap membantumu. Lalu beliau melanjutkan perjalanan,
kemudian berkata: Wahai Mu’adz bin Jabal, Aku menjawab: aku penuhi panggilanmu –wahai Rasulullah- dan aku
selalu siap membantumu.
Beliau berkata: Apakah engkau tahu hak Allah atas hamba-hamba-Nya? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui. Beliau bersabda: Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah untuk mereka beribadah
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Lalu beliau berjalan sesaat, kemudian
berkata: Wahai Mu’adz bin Jabal, Aku menjawab: Aku penuhi panggilanmu –wahai Rasulullah- dan aku siap
membantumu. Beliau berkata: Apakah engkau tahu hak hamba atas Allah apabila mereka telah
melaksanakannya? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
Beliau bersabda: Hak hamba atas Allah adalah Dia tidak mengadzab mereka. (HR. Bukhari )
27. Metode Kontak Fisik (Menarik Perhatian
Murid dengan Memegang Tangan atau Pundaknya)

َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ
‫اّلل صىل اّلل علي ِه‬ ِ ‫اّلل ب ِن عمر ر ِض اّلل عنهما قال أخذ رسول‬ ِ ‫عن عب ِد‬
ُ‫ َو ََك َن ابن‬.‫ك َغريب أَو َاعب ُر َسبيل‬ َ َّ َ َ َ ُ َ ََ َ ‫َو َسلَّ َم ب‬
Nabi Shalallahu alaihi
wassalam memiliki cara
beragam untuk membuat ِ ِ ِ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ك‬ ‫ا‬‫ي‬‫ن‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ِ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ن‬
ِِ ِ ‫م‬
َ ‫اح َوإ َذا أَصبَح‬
َ‫ت فَ ََل تَنتَ ِظر ال َم َساء‬ َ َ‫الصب‬ َ ‫ول إ َذا أَم َسي‬
َّ ‫ت َف ََل تَنتَظر‬ ُ َُ ََ ُ
anak didiknya merasa

ِ ِ ِ ‫عمر يق‬
nyaman ketika beliau
menyampaikan pelajaran
َ َ َ ََ َ َ ِ ‫ك ل ِ َم َر‬َ َّ ُ
‫َوخذ ِمن ِصح ِت‬
salah satunya beliau
menggunakan metode )‫ضك و ِمن حياتِك لِموتِك (رواه ابلخاري‬
sentuhan dalam
memberikan pelajaran
kepada beberapa sahabat.
Dari Abdullah bin Umar ra. menceritakan ketika Nabi Shalallahu alihi wassalam
Metode kontak fisik seperti memegang kedua pundaknya seraya bersabda “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan
ini membuat kedekataan,
orang asing atau seorang pengembara.”
keakraban dan kasih sayang
terasa nyata sehingga
murid merasa dekat, Ibnu Umar juga berkata; 'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya
nyaman dan tentram waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah
hatinya saat menerima waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” Di katakan oleh Abdullah bin Umar
pelajaran karena merasa ra. ketika Nabi Shalallahu alaihi wassalam menyampaikan pelajaran tersebut, beliau melakukannya
gurunya menyampaikannya
sambil memegang pundak Abdullah bin Umar ra. Dari cerita tersebut, dapat terlihat bahwa
dengan kasih sayang dari
sikap dan sentuhan yang
diberikan kepadanya.
28. Metode Memancing Rasa Penasaran Murid
(Menyamarkan sesuatu agar pendengar menyingkapnya sendiri dengan
memuji atau mengecam)

” ‫ ” َي ْطلُعُ َعلَ ْي ُك ُم ْاْل َن َرجُ ٌل ِمنْ أَهْ ِل ْال َج َّن ِة‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َقا َل‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ُول‬ ِ ‫ُك َّنا ُجلُوسًا َم َع َرس‬
َ ‫ َفلَمَّا َك‬،‫ال‬
‫ان‬ ِ ‫ َق ْد َت َعلَّ َق َنعْ لَ ْي ِه فِي َي ِد ِه ال ِّش َم‬،ِ‫ َت ْنطِ فُ لِحْ َي ُت ُه ِمنْ وُ ضُو ِئه‬،‫ار‬ َ ‫َف َطلَ َع َر ُج ٌل م َِن ْاْلَ ْن‬
ِ ‫ص‬
‫ َفلَمَّا‬. ‫ َف َطلَ َع َذل َِك الرَّ ُج ُل م ِْث َل ْال َمرَّ ِة ْاْلُولَى‬،‫ م ِْث َل َذل َِك‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ُّ‫ َقا َل ال َّن ِبي‬،‫ْال َغ ُد‬
‫ك الرَّ ُج ُل َعلَى‬ َ ِ‫ َف َطلَ َع َذل‬،‫ م ِْث َل َم َقالَ ِت ِه أَ ْيضًا‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ُّ‫ َقا َل ال َّن ِبي‬،‫ِث‬ َّ ‫ان ْال َي ْو ُم‬
ُ ‫الثال‬ َ ‫َك‬
:‫اص َف َقا َل‬ ِ ‫ْن ْال َع‬
ِ ‫مْرو ب‬ ِ ‫هللا بْنُ َع‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َت ِب َع ُه َع ْب ُد‬ َ ُّ‫ َفلَمَّا َقا َم ال َّن ِبي‬،‫م ِْث ِل َحالِ ِه ْاْلُولَى‬
َ ‫ْك َح َّتى َتمْ ضِ َي َف َع ْل‬
‫ت‬ َ ‫ْت أَنْ ُت ْؤ ِو َينِي إِلَي‬ َ ‫ َفإِنْ َرأَي‬،‫ت أَنْ ََل أَ ْد ُخ َل َعلَ ْي ِه َث ََل ًثا‬ ُ ‫ْت أَ ِبي َفأ َ ْق َس ْم‬
ُ ‫إِ ِّني ََل َحي‬
‫ َن َع ْم‬:‫؟ َقا َل‬
“Kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliaupun berkata : “Akan
muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga”. Maka munculah seseorang dari kaum Anshoor,
jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya.
Tatkala keesokan hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan perkataan yang sama, dan
munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin.

Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan
perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri
(pergi) maka Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya : “Aku
bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika
menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?. Maka orang tersebut berkata,
“Silahkan”.
Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya :

‫ َغي َْر أَ َّن ُه إِ َذا‬،‫ َفلَ ْم َي َرهُ َيقُو ُم م َِن اللَّ ْي ِل َش ْي ًئا‬،‫ث‬ َّ ‫ك اللَّ َيالِي‬
َ ‫الث ََل‬ َ ‫ات َم َع ُه ت ِْل‬ َ ‫ث أَ َّن ُه َب‬
ُ ‫هللا ي َُح ِّد‬
ِ ‫ان َع ْب ُد‬ َ ‫َو َك‬
‫ َغي َْر‬:‫هللا‬ ِ ‫ َقا َل َع ْب ُد‬. ‫ِص ََل ِة ْال َفجْ ِر‬ َ ‫ َح َّتى َيقُو َم ل‬،‫هللا َع َّز َو َج َّل َو َكب ََّر‬ َ ‫ب َعلَى ف َِراشِ ِه َذ َك َر‬ َ َّ‫َت َعارَّ َو َت َقل‬
‫هللا إِ ِّني‬ ِ َ‫ َيا َعبْد‬:‫ت‬ ُ ‫ قُ ْل‬،ُ‫ت أَنْ أَحْ ق َِر َع َم َله‬ ُ ‫ث لَ َيال َوك ِْد‬ َّ ‫ت‬
ُ ‫الث ََل‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ َفلَمَّا َم‬،‫أَ ِّني لَ ْم أَسْ َمعْ ُه َيقُو ُل إِ ََّل َخيْرً ا‬
‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ت َرسُو َل‬ ُ ْ‫ َولَ ِكنْ َس ِمع‬،‫ضبٌ َو ََل َهجْ ٌر َث َّم‬ َ ‫لَ ْم َي ُكنْ َب ْينِي َو َبي َْن أَ ِبي َغ‬
ْ‫ت أَن‬ ُ ‫ َفأ َ َر ْد‬،‫ث ِم َرار‬ َّ ‫ت‬
َ ‫الث ََل‬ َ ‫ت أَ ْن‬َ ْ‫ ” َي ْطلُ ُع َعلَ ْي ُك ُم ْاْل َن َرجُ ٌل ِمنْ أَهْ ِل ْال َج َّن ِة ” َف َطلَع‬:‫ث م َِرار‬ َ ‫ك َث ََل‬ َ َ‫ل‬
‫ك َما َقا َل َرسُو ُل‬ َ ‫ َف َما الَّذِي َبلَ َغ ِب‬،‫ِير َع َمل‬ َ ‫ك َتعْ َم ُل َكث‬ َ ‫ َفلَ ْم أَ َر‬،ِ‫ِي ِبه‬ َ ‫ َفأ َ ْق َتد‬،‫ك‬َ ُ‫ظ َر َما َع َمل‬ ُ ‫ك ِْلَ ْن‬ َ ‫ي إِلَ ْي‬ َ ‫آو‬ ِ
َّ
‫ َما ه َُو إَِل َما‬:‫ َف َقا َل‬،‫ْت دَ َعانِي‬ َّ
ُ ‫ َفلَمَّا َولي‬:‫ َقا َل‬. ‫ْت‬ َ َّ َّ
َ ‫ َما ه َُو إَِل َما َرأي‬:‫ َف َقا َل‬،‫صلى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم‬ َّ َ ‫هللا‬
ِ
ُ‫ َو ََل أَحْ ُس ُد أَ َح ًدا َعلَى َخيْر أَعْ َطاهُ هللا‬،‫ِين غِ ًًّشا‬ َ ‫ َغي َْر أَ ِّني ََل أَ ِج ُد فِي َن ْفسِ ي ِْلَ َحد م َِن ْالمُسْ لِم‬،‫ْت‬ َ ‫َرأَي‬
ُ ِ‫ِي الَّتِي ََل ُنط‬
‫يق‬ َ ‫ َوه‬،‫ك‬ َ ‫ت ِب‬ ْ ‫هللا َه ِذ ِه الَّتِي َبلَ َغ‬
ِ ‫ َف َقا َل َع ْب ُد‬. ُ‫إِيَّاه‬
“Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Aaash bercerita bahwasanya iapun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam.
Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan sholat malam, hanya saja jika ia terjaga di malam hari
dan berbolak-balik di tempat tidur maka iapun berdzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk
sholat subuh.

Abdullah bertutur : “Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan. Dan tatkala berlalu tiga hari –
dan hampir saja aku meremehkan amalannya- maka akupun berkata kepadanya : Wahai hamba Allah (fulan),
sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata sebanyak tiga kali : Akan muncul sekarang kepada kalian seorang penduduk surga”,
lantas engkaulah yang muncul, maka akupun ingin menginap bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku
contohi, namun aku tidak melihatmu banyak beramal. Maka apakah yang telah menyampaikan engkau sebagaimana
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?”.

Orang itu berkata : “Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat”. Abdullah bertutur : “Tatkala aku berpaling pergi maka
iapun memanggilku dan berkata : Amalanku hanyalah yang engkau lihat, hanya saja aku tidak menemukan perasaan
dengki (jengkel) dalam hatiku kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasad kepada seorangpun atas kebaikan
yang Allah berikan kepadanya”. Abdullah berkata, “Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga-
pen), dan inilah yang tidak kami mampui” (HR Ahmad, Ibnu Katsir berkata : Ini sanadnya shahih)
29. Menyebut Akibat Terlebih Dahulu,
sebelum Menyebut Sebab
َّ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ُ َ َّ َ
ِ ‫اّلل ال يؤ ِمن ِقيل ومن يا رسول‬
ِ ‫اّلل قال‬
‫اَّلي‬ ِ ‫واّلل ال يؤ ِمن و‬
ِ ‫اّلل ال يؤ ِمن و‬
ُ َ ََ ُُ َ ُ َ َ َ
‫ال يأمن جاره بوايِقه‬
Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi ‫ﷺ‬bersabda, “Demi
Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman.
“Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang
tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari).

َ‫اّلل قَ َال َمن أَد َرك‬


َّ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ
ِ ‫ر ِغم أنف ثم ر ِغم أنف ثم ر ِغم أنف ِقيل من يا رسول‬
َ َّ َ ُ َ ََ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ
)) ‫رب أحدهما أو َِكي ِهما فلم يدخ ِل اْلنة‬
ِ ‫ك‬ِ ‫أبوي ِه ِعند ال‬
Artinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda: "sungguh hina, sungguh
hina, sungguh hina, beliau ditanya: "siapakah dia wahai rasulullah?", Beliau
bersabda: “Siapa yang mendapati kedua orangtuanya, tatkala tua renta, baik
salah satu dari keduanya atau keduanya, lalu tidak memasukkannya ke dalam
surga (karena ia tidak berbakti-pen)." (HR.Muslim.)
30. Metode Mengglobalkan Sesuatu,
Kemudian Merincikannya
َّ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ
‫ّلل َو َما‬ ِ ‫ قالوا يا رسول ا‬،‫ات‬ ِ ‫اجت ِنبوا السبع الموبِق‬
ُ َ َ َ َ َ
‫ شبَابَك قبل‬: ‫ِاغتَ ِنم َخ ًسا قبل َخس‬
َّ ُ َ َ ُ ِّ َ َّ ُ ِّ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ
َ ‫ك َو غ َن‬ َ َ
‫ وقت َل اُلف ِس‬،‫ و َالسحر‬،‫اّلل‬ ِ ِ‫ الرشك ب‬: ‫ قال‬،‫هن‬ ‫اك‬ ‫ه َر ِمك َو ِصحتك قبل سق ِم‬
Nabi Shalallahu alaihi
َّ ُ َّ َ َّ َ ِ
ُ ُ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
َ َ َ ِّ َ ِّ ‫قبل فق ِر َك َو ف َراغك قبل شغ ِلك َو‬
wassalam menggunakan
metode klasifikasi dalam َ
‫ وأكل ما ِل‬،‫ وأكل الربا‬،‫ال ِت حرم اّلل ِإال بِاحلق‬
ُ َ َّ َ َ ِّ َ َّ َ َ َ َ َ
memberikan pelajaran
‫ات‬ َ َ ُ
ِ ‫ َوقذف المحصن‬،‫ َواِلوّل يوم الزح ِف‬،‫يم‬ ِ ِ‫اْلَت‬ ‫َحيَاتك قبل َموتِك‬
kepada para sahabat dimana َ َ َ ُ
beliau menyebutkan jumlah ) ‫ات الغا ِفَل ِت (رواه ابلخاري ومسلم‬ ِ ‫المؤ ِمن‬ “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima
secara global terdahulu, baru perkara ; Waktu mudamu sebelum datang
kemudian merincikannya. “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para
waktu tuamu, Waktu sehatmu sebelum
datang waktu sakitmu, Masa kayamu
sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu?
Metode ini berguna untuk sebelum datang masa kefakiranmu, Masa
Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, sihir,
memancing rasa penasaran luangmu sebelum datang masa sibukmu,
membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali
audience terhadap materi Hidupmu sebelum datang matimu.”
dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim,
pelajaran, namun dijeda kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim
sejenak dengan pancingan mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat
wanita mu’min yang suci berbuat zina”. )HR. Bukhari Bukhari Muslim namun keduanya tidak men-tahrij-nya. )
agar terkumpul perhatian dan Muslim(
dari mereka. Baru setelah itu
disebutkan rinciannya
َ.‫الين تَر َبت يَ َداك‬ َ َُ َ ُ َ ُ
ِّ ‫ فَاظ َفر ب َذات‬،‫ ل َملال َها َوحل َ َسب َها َو ِْل َ َمال َها َولين َها‬:‫ألر َبع‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫تنكح المرأة‬
“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” [HR. Bukhari]
Keberhasilan seorang Pendidik di kelas dalam menyampaikan materi dikelas dan dapat
diresrpon dengan baik oleh peserta didik, bukan saja kebutuhan kompetensi guru dalam
Metode targhib merupakan suatu
menguasai materi pembelajaran, tetapi ada unsur lain yang juga cukup menentukan berhasil
cara yang dilakukan oleh pendidik tidaknya proses pembelajaran di klas yaitu methode.
dalam memberikan motivasi untuk
melakukan dan mencintai kebaikan
dan rayuan untuk melakukan amal
Seorang guru harus pandai dan piawai dalam menggunakan metode di hadapan muridnya.Satu
saleh dan memberikan urgensi diantaranya adalah methode Tarhib dan Targhib. Kedua metode ini sangat membantu guru dan
kebaikan itu sendiri. Substansi dari siswa saling berinterkasi dalam menuju keberhasilan. Dalam metode ini guru bisa memberikan
metode targhib yaitu memotivasi
diri untuk melakukan kebaikan. Baik
harapan yang menyenangkan bahkan hadiah kepada siswa yang berhasil dan memenuhi
memotivasi diri itu tumbuh karena persyaratan kognitif tanpa merusak tujuan pembelajaran dan tidak menyinggung siswa yang
faktor-faktor ekstrinsik atau gagal karena dilakukan dengan cara yang demokratis ( Targhib ).
pengaruh-pengaruh dari luar,
maupun faktor instrinsik atau
faktor-faktor dari dalam diri sendiri Sementara anak didik yang gagal kerena melanggar aturan pembelajarandan tidak memenuhi
peserta didik. persyaratan kognitif dapat ancaman bahkan dihukum ( Tarhib )
Sedangkan metode tarhib adalah
bentuk penyampaian hukuman atau Metode ini dalam pendidikan Islam sudah begitu dikenal, tetapi sayang beberapa
ancaman tindakan tegas (warning)
terhadap anak didik yang tidak
dekade belakngan ini kurang populer lagi kerena banyak pendidik islam sendiri lebih
mampu lagi diarahkan dengan menyukai konsep barat yang cenderung mengenyampingkan aspek apektif yang dapat
berbagai metode lain yang sifatnya menghilangkan ke fitrian tujuan pendidikan itu sendiri yaitu membentuk manusia bukan saja
lebih lunak. Dengan adanya metode
ini anak didik diharapkan akan jera
pandai keintelektualannya, tetapi juga aspek spritualnya perlu di bangun secara serempak.
dan meninggalkan hal-hal yang
negatif karena merasa takut akan Disamping itu methode ini bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist yang sudah pasti
ancaman dan hukuman yang akan
diterimanya baik dari orang tua,
kebenarannya karena sesuai dengan pertumbuhan manusia baik dari aspek rohani atau
guru maupun ancaman dari Allah jasmani.
kelak di hari akhirat.
‫لَ ْو َيعْ لَ ُم ال َّناسُ َما فِي ال ِّندَا ِء َوالصَّفِّ ْاْلَوَّ ِل ُث َّم لَ ْم َي ِج ُدوا إِ ََّل أَنْ َيسْ َت ِهمُوا َعلَ ْي ِه ََلسْ َت َه ُموا‬
Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan)
‫ك‬َ ‫َيا أَ ُّي َها ال َّن ِبيُّ إِ َّنا أَرْ َس ْل َنا‬ dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian,
sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya. (HR. Bukhari 580)
‫َشا ِه ًدا َو ُم َب ِّشرً ا َو َن ِذيرً ا َودَ اعِ يًا‬
‫هللا ِبإِ ْذ ِن ِه َوسِ َراجً ا ُم ِنيرً ا‬ ِ َّ ‫إِلَى‬ َّ ‫ َيا َرس ُْو َل هللا َو َعلَى‬:‫ون َعلَى الصَّفِّ اْلَوَّ ل َقالُوا‬
‫ إِنَّ هللا‬:‫الثانِي؟ َقا َل‬ َ ُّ‫صل‬
َ ‫هللا َو َم ََل ِئ َك َت ُه ُي‬
َ َّ‫إِن‬
‫الثانِي‬ َّ ‫ َو َعلَى‬,‫ َيا َرس ُْو َل هللا‬:‫ َقالُوا‬,‫صلُّ ْو َن َعلَى الصَّفِّ اْلَوَّ ل‬
َّ ‫ َو َعلَى‬:‫الثانِي؟ َقا َل‬ َ ‫َو َمَلَ ِئ َك َت ُه ُي‬
“Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya senantiasa bershalawat kepada yang berdiri
Hai Nabi, sesungguhnya
Kami mengutusmu untuk pada shaf pertama.” Mereka para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah shaf yang kedua
jadi saksi, dan pembawa juga?” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para
kabar gemgira dan pemberi malaikatNya senantiasa bershalawat kepada yang berdiri pada shaf pertama” Para sahabat
peringatan, dan untuk jadi berkata lagi, “wahai Rasulullah, shaf kedua juga?” Lalu Nabi menjawab, “Shaf kedua juga.”
penyeru kepada Agama (HR. Ahmad 5/262 dan dihasankan oleh syaikh al-Bani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib
Allah dengan izin-Nya dan
1/97)
untuk jadi cahaya yang
menerangi. (QS. Al Ahzab ;
45-46) ‫ك ِب ِه ْال َق ْو َم َف َي ْكذِبُ َو ْي ٌل لَ ُه َو ْي ٌل َل ُه‬ ِ ‫ث ِب ْال َحدِي‬
َ ‫ث لِيُضْ ِح‬ ُ ‫َو ْي ٌل لِلَّذِي ي َُح ِّد‬
Dari Bahz bin Hakim, bahwa bapaknya telah bercerita kepadanya dari kakeknya, ia berkata,
aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah bagi
orang yang berbicara dengan satu pembicaraan agar menjadikan tertawanya kaum, maka
ia berdusta, celakalah baginya, celakalah baginya.” (HR At-Tirmidzi, hadits hasan).
َّ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ َّ َ َ َ
ُ‫ُالشْيطَا َنُيَـْن ِفر‬ َُّ ‫َُت َعلواُبـيوتَك ُْم َم َقابَِرُإِ َّن‬
َْ َ‫ال‬ ‫اّلل‬
ِ ‫اّلل بن مسعود يقول قال رسول‬ ِ ‫عن عبد‬
ً َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ
‫تُالَّ ِذىُتـ ُْقَرأُفِ ِيهُس َورةُالْبَـ َقَرُِة‬
ِ ‫ِمنُالْبـي‬
َْ َ ‫اّلل‬
َّ
ِ ‫اب‬
َ
ِ ‫صىل اّلل علي ِه وسلم من قرأ حرفا ِمن ِكت‬
“Janganalah jadikan rumah kalian seperti ُ َُ َ َ َ َ َ ‫فَلَ ُه به َح َسنَة َواحل َ َسنَ ُة ب‬
kuburan karena setan itu lari dari rumah ‫رش أمثالِها ال أقول الم‬ ِ ِ ‫ع‬ ِِ
َ َ َ َ َ ََ َ
yang didalamnya dibacakan surat Al َ
‫كن أ ِلف حرف والم حرف و ِميم‬
Baqarah.” (HR. Muslim no. 1860) ِ ‫حرف ول‬
‫ رواه الْتمذى‬.‫َحرف‬

ِ ‫لض ِح‬
ُ‫ك‬ َ ‫ُالض ِح‬
َّ ‫ فَِإ َّنُ َكثْـَرَةُا‬،‫ك‬ َّ ‫َوَالُت ْكثِ ِر‬ Abdullah bin mas’ud meriwayatkan bahwa
rasulullah bersabda “siapa yang membacaa
َُ ‫ُتِيتُال َق ْل‬
‫ب‬ satu huruf al-quran mendapat pahala satu
kebaikan. Satu kebaikan dilipat gandakan
“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakn alif
Sesungguhnya terlalu banyak tertawa lam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu
dapat mematikan hati.” [HR. Tirmidzi huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”
2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani] (HR.At-Tirmidzi)
ُ َّ َّ َ َّ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫ول اّللي صّل اّلل‬ ‫عن أ يب هريرة ر يض اّلل عنه عن رس ي‬ Daripada Abu Hurairah Radiaallahu’anhu,
َْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ َّ َ ْ َ َ dari Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam;
‫علي يه َوسل َم قال غ يف َر يَلم َرأة موميسة م َّرت بيكلب َع رأ يس‬ “Sesungguhnya seorang lelaki telah

ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ‫َ ي‬
menziarahi saudaranya di kampung lain.
‫ر يك يلهث قال َكد يقتله العطش فَنعت خفها فأوثقته‬ Maka Allah Taala mengutus malaikat

َ َ ََ ُ َ َْ ْ َ ْ َ ََ َ َ َ
untuk menguntit perjalanannya. Maka
‫َنعت لُ مين الماءي فغ يف َر لها بيذل يك‬ ‫ارها ف‬
‫يِبيم ي‬
tatkala itu berhasil menyusulnya, malaikat
itu bertanya; Ke mana kamu ingin pergi?
Dia berkata: Aku ingin pergi bertemu
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari saudaraku di kampung ini. Malaikat
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bertanya; Adakah bagi kamu ada apa-apa
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, tujuan daripada nikmat yang akan kamu
“Seorang wanita pezina telah mendapatkan perolehi darinya? Lelaki itu menjawab:
Tidak, melainkan kerana aku
ampunan. Dia melewati seekor anjing yang
menyayanginya kerana Allah Taala. Lalu
menjulurkan lidahnya dipinggir sumur. Anjing malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku
ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si merupakan utusan Allah kepadamu untuk
wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu menyampaikan bahawa Allah Taala
mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu menyayangimu sebagaimana kamu
menyayangi saudaramu keranaNya”
dia mengambilkan air untuk anjing tersebut.
Dengan sebab perbuatannya itu dia (Hadis riwayat Imam Muslim dalam
mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Shahihnya, Kitab al-Birr, Bab pada
Jalla. (HR. Bukhari Muslim) menyatakan kelebihan cinta kerana Allah)
Nabi Shalallahu alaihi
ُ‫ إََِّّنَاُأ َََنُلَك ْم‬:ُ‫ُُو َسُلَّ َم‬ َ َْ
ِ ‫ىُاَّللُعلَي‬
‫ه‬ َّ َّ
‫ل‬ ُ
‫ُص‬
َ
َِّ ‫عنُأَِِبُهريـرَةُقَ َالُقَ َالُرسول‬
‫ُاَّلل‬ َ َ َْ َْ
ِ ِ ِ َِ‫ِِبَْن ِزل‬
wassalam membuka
pembahasan tema-tema saru
namun sangat penting ُ‫ستَـ ْقبِ ْلُالْ ِقْبـلَةَ َُوَال‬
ُْ َ‫َحدك ْمُالْغَائِ َطُفَ ََلُي‬ َ ‫أ‬ُ‫ى‬ ‫ت‬
ََُ
‫أ‬ُ‫ا‬‫ذ‬َ ِ
‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫م‬ ‫ك‬‫م‬ّ‫ل‬
ْ َ َ‫ع‬ ‫ُأ‬ ‫د‬ ‫ال‬‫و‬ْ‫ل‬ ‫ُا‬‫ة‬
ُ‫ُالرْو ِث‬
َّ ‫ىُع ْن‬
َ ‫َح َجارُ َويَـْنـ َه‬‫أ‬ُ‫ة‬َِ‫يستَ ْدبِرهاُوَالُيستَ ِطبُبِي ِمينُِِه وَكا َنَُيْمرُبِثَ ََلث‬
(seperti BAB, BAK, Darah
Haid, Nifas, mimpi basah,
ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َْ ْ َ
)‫ (رواهُابوُداودُوُابنُماجه‬.‫الرَّم ُِة‬ِّ ‫َو‬
Mani, madzi dll) dengan intro
yang menunjukkan kedekatan
dan perhatian.

Penjelasan seperti ini


memang harus dijelaskan
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya
namun dengan penuh aku bagi kalian hanyalah seperti kedudukan orang tua, aku ajarkan
kesantunan dan penuh etika kepada kalian; apabila salah seorang dari kalian hendak buang air,
agar tidak terkesan jorok dan
janganlah dia menghadap kiblat, jangan pula membelakanginya, dan
menjijikkan karena perkara
ini juga terkait erat dengan jangan beristinja dengan tangan kanannya." Dan beliau juga menyuruh
hukum agama dan untuk beristinja dengan tiga batu, serta melarang beristinja dengan
mempunyai konsekuensi
kotoran binatang dan tulang basah. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
dosa, baik dunia atau
akherat.
Lalu beliau melemparkan selendangnya kepada Khawat dan masuk ke antara pepohonan Arok (pohon yang
batangnya bisa dijadikan siwak). Khawat seperti bisa melihat putih perut beliau di antara hijaunya pepohonan Arok.
Lalu, beliau pun membuang hajat kemudian berwudhu. Tiba-tiba, beliau menghampirinya sementara air tampak
Dikisahkan dari Khawat bin Jubair mengalir dari jenggot ke dadanya atau menetes dari jenggot ke dadanya.
meriwayatkan bahwa ia dan
sahabat lainnya bersama
Rasulullah SAW bertanya kepada Khawat, “Hai Abu Abdullah, bagaimana kabar untamu yang lepas?” Kemudian
Rasulullah SAW pernah berhenti
Rasulullah dan para sahabat termasuk Khawat ra berangkat melanjutkan perjalanan. Rasulullah SAW tidaklah
di Marr adz-Dzahran. Lalu Khawat
keluar dari tendanya dan tiba-tiba mengikuti Khawat di sepanjang perjalanan melainkan dengan berkata, “Assalamu ‘alaik, hai Abu Abdullah, bagaimana
melihat para wanita yang sedang kabar untamu yang lepas?”
berbincang-bincang.
Para wanita itu membuatnya Saat Khawat merasakan ketidaknyamanan itu, ia segera memasuki kota Madinah dan menjauhi masjid untuk
terpesona, lalu ia pun segera menghindari duduk bersama Rasulullah SAW. Setelah beberapa saat berlalu ia melihat masjid sedang kosong, maka
kembali ke tenda dan mengambil ia pun masuk ke sana dan segera menunaikan shalat.
tasnya. Kemudian ia
mengeluarkan pakaian yang Tiba-tiba Rasulullah SAW keluar dari salah satu kamarnya, kemudian shalat dengan singkat. Khawat pun
bagus untuk dipakai, lantas ia memperpanjang shalatnya dengan harap Beliau akan pergi dan meninggalkannya. Lalu Beliau bersabda,
menghampiri mereka dan duduk “Panjangkanlah (shalatmu) sesukamu, hai Abu Abdullah. Aku akan terus di sini hingga kamu pergi.” Dalam hati Khawat
bersama mereka. ra berkata, “ Demi Allah, sungguh aku meminta maaf kepada Rasulullah SAW dan menyenangkan hati beliau (selesai
shalat).”
Tiba-tiba Rasulullah SAW keluar
dari tendanya, kemudian bertanya, Ketika beliau bertanya, “Assalamu ‘alaik, hai Abu Abdullah, bagaimana kabar untamu yang lepas?” Khawat pun
“Hai Abu ‘Abdullah, apa yang menjawab, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, unta tidak pernah lepas sejak aku masuk Islam.”
membuatmu duduk-duduk
bersama mereka? Ketika Khawat
melihat Rasulullah SAW, ia Lantas beliau bersabda, “Semoga Allah merahmatimu, semoga Allah
merasakan kewibawaan beliau.
Dalam keadaan panik ia
merahmatimu, semoga Allah merahmatimu.” Setelah itu beliau tidak
menjawab, “Wahai Rasulullah, pernah lagi membahas tentang unta tersebut. (HR. Ath-Thabrani, al
untaku lepas. Aku sedang mencari
tali kekangnya, tetapi ia pergi Mu’jamul Kabir: 4/203)
maka aku pun mengikutinya.”
Ada beberapa perempuan datang mengajukan permintaan kepada beliau. "Ya, Rasulullah,
Rasulullah memberi
hendaknya kami diberi waktu satu hari khusus untuk mengkaji ilmu-ilmu darimu." Beliau
peluang dan
mengiyakan permintaan kaum perempuan tersebut. Rasulullah memberikan akses yang sama
kesempatan yang sama
kepada perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan ilmu pengetahuan dari beliau. Rasulullah
bagi umatnya, baik laki-
tidak pernah melarang kalau ada sahabat perempuan yang ingin mengaji dan belajar bersama
laki maupun
beliau, karena itu beliau memberikan waktu khusus kepada mereka.
perempuan, dalam
mencari ilmu Nabi pernah mengatakan bahwa tempat terbaik bagi wanita adalah dirumah suaminya dan sebaik
pengetahuan. baik tempat ibadah adalah di kamar mereka, namun demikian Nabi tidak pernah menghalang-
halangi kaum perempuan untuk shalat berjamaah di masjid. Beliau tidak memasung sikap kritis
Dalam hal belajar, yang dilontarkan perempuan yang ingin mengetahui dan mendalami suatu masalah. Beliau tidak
beliau tidak membeda- pernah mencegah seorang perempuan yang ingin mendapatkan ilmu yg lebih dalam.
bedakan jenis kelamin.
Perempuan Muslimah Beliau juga tidak pernah menghalang-halangi kaum perempuan, termasuk juga kepada Aisyah,
di zaman Nabi sangat yang mengemukakan masalah bahkan sampai hal yang paling tabu sekalipun. Kecuali itu,
menyadari benar Rasulullah memberikan peluang partisipasi kepada perempuan, bahkan dalam hal urusan yang
perintah atau paling maskulin sekalipun. Misalnya, Rasulullah memberi izin atau memperbolehkan kaum
kewajiban belajar ini perempuan dalam memasuki medan perang. Beliau juga selalu melibatkan istri-istri beliau pada
sehingga tatkala setiap aktivitasnya.
mereka meminta waktu
khusus kepada Nabi, Intinya selama wanita menempatkan diri dalam dalam koridor syar’I dan
beliau mengizinkan mengetahui batasan-batasan syar’I dalam menutut ilmu maka tidak ada halangan
mereka. bagi mereka untuk menutut ilmu pada seorang guru
Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Amr disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melewati para sahabatnya, ketika itu mereka sedang berselisih mengenai takdir.
Seseorang bertanya kepada Ali Maka memerahlah wajah beliau bagaikan buah delima yang terbelah karena murka. Beliau
bin Abi Thalib r.a, ‘Ceritakanlah
bersabda:
َُ ‫ضهُبِبَـ ْعضُ!! ِِبَ َذ‬
ِ ‫اُهلَ َك‬ ِ‫ِِب َذاُأ ِمرُتُ؟! أَو ُِِل َذاُخل‬
kepadaku tentang takdir!’ Ia pun
menjawab, ‘Jalan gelap yang
tidak bisa ditempuh.’ ُ‫ُاأل َممُقَـْبـلَك ْم‬
ْ ‫ت‬ ‫ع‬‫ـ‬ ‫ب‬ ُ
َ َْ ْ ْ ‫ن‬
َ ‫آ‬
‫ر‬ ‫ق‬‫ل‬
ْ ‫ا‬ ُ
‫ن‬
َ ‫و‬‫ـ‬ ‫ب‬
‫ر‬ِ ‫ض‬
ْ ‫ت‬
َ ُ‫ُ؟‬ ‫م‬
ْ ‫ت‬‫ق‬ْ َ ْ ْْ َ
Sang penanya mengulangi lagi
pertanyaannya, dan ia “Apakah untuk ini kalian diperintahkan atau apakah untuk ini kalian diciptakan? Kalian
menjawab, ‘Samudra dalam membenturkan sebagian ayat Al-Qur’an dengan sebagian yang lain. Gegara hal semacam
yang tidak bisa ditempuh.’ inilah umat-umat sebelum kalian itu binasa!”
Sang penanya mengulangi sekali
lagi, dan ia lalu menjawab,
‘Rahasia Allah yang Dalam riyawat yang lain, dari Abu Hurairah r.a ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
disembunyikan kepadamu, maka
janganlah engkau wasallam keluar kepada kami ketika kami sedang berselisih dalam masalah takdir. Beliau lalu
menyelidikinya’.” (Lihat: Tuhfatul marah sekali hingga memerah wajah beliau. Pipi beliau seakan-akan buah delima yang
Ahwadzi, juz VI, hal. 278) dibelah. Beliau bersabda:
ُ‫اُاأل َُْم ِر‬
ْ ‫ُه َذ‬ ِ
‫اُِف‬
‫و‬ ‫ع‬‫از‬
ُ ‫ن‬
َ ‫ـ‬
َ ‫ت‬ ُ ‫ني‬ ِ ‫كُمنُ َكا َنُقَـبـلَكم‬
‫ُح‬ َ ‫ل‬
َ ‫اُه‬ََُّ
‫َّن‬ ِ
‫إ‬ ُ‫م‬ ‫ك‬ ‫ي‬‫ل‬
َِ
‫إ‬ ُ ‫ت‬‫ل‬ْ ‫س‬ِ‫أ َِِب َذاُأ ِمرُتُأَم ُِِب َذاُأر‬
َ َ َ ْ ْ َْ َ ْ ْ ْ َ ْ ْْ َ
‫ُعلَْيك ْمُأََّالُتَـتَـنَ َازعواُفِ ُِيه‬
َ ‫َعَزْمت‬
“Apakah dengan ini kalian diperintahkan atau apakah dengan ini aku diutus kepada kalian?
Sesungguhnya binasalah orang-orang sebelum kalian ketika mereka berselisih dalam perkara
ini. Aku perintahkan kepada kalian untuk tidak berselisih di dalamnya.” (HR. Tirmidzi)
َ ُ ََٰ َ ََٰ َّ َ َ Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,
‫ص يِط مسۡت يقيمۡا‬ َ َ ً ُ ُ َّ َ َّ ُ َّ ُ ‫اّلل َعلَيه َو َسلَّ َم َخ ًّطا ُث َّم قَ َال َه َذا َس‬ َّ ُ ُ َ َ َ َّ َ
ُ َّ ‫اّلل َص َّىل‬
‫وطا عن يَ ِمي ِن ِه َوعن‬
‫وأن هذا ي‬
َ ُ ُّ ْ ُ َّ َ َ ُ َّ َ ‫اّلل ثم خط خط‬ ِ ‫يل‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ ‫خط ُلا رسول‬
‫فٱتبيعوهُۡ َوَل تتبيعوا ٱلسبل‬ َ َ َ َ َ َّ ُ َ ُ َ َ َ َ
ً‫اِط ُمستَقيما‬ َ َ َ َّ َ ‫ك‬ ِّ ُ َ َ َ َ َّ ُ َ
َ َ ُ َ َََ
ۚ‫فتف َّرق بيكمۡ عن سبييلي يهۦ‬ ِ ِ ‫ِص‬ِ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫أ‬‫و‬ { ‫أ‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫ث‬ ‫ه‬ ‫ْل‬
ِ ِ ‫إ‬ ‫و‬‫ع‬ ‫د‬‫ي‬ ‫ان‬‫ط‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫م‬ ‫يل‬
ِ ِ ‫ب‬‫س‬ ‫َع‬ ‫و‬ ‫سبل‬ ‫هذه‬ ‫ال‬ ‫ال ثم ق‬
ِ ِ ‫ِشم‬
ُ َّ َ َ ُ َّ
ۡ‫ذل يكمۡ َوص َٰىكم ب ي يهۦ لعلكم‬
ُ ََٰ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ ُ ُ َّ َ َ َ ُ ُ َّ َ
}‫فات ِبعوه والتت ِبعوا السبل فتفرق بِكم عن س ِبي ِل ِه‬
َ ُ َّ َ
١٥٣ ‫تتقون‬ “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu
“Dan bahwa (yang Kami bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan
perintahkan) ini adalah kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan
jalan-Ku yang lurus, maka ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,
َّ َ َ َ ُ ُ َّ َ ً َ ُ ِ َ َ َ َّ َ َ
ikutilah dia; dan janganlah
َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ ُ ُ
kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan- }‫وأن هذا ِِصاِط مست ِقيما فات ِبعوه والتت ِبعوا السبل فتفرق بِكم عن س ِبي ِل ِه‬
jalan itu mencerai-beraikan ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan
kamu dari jalan-Nya. Yang janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan
demikian itu diperintahkan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang
Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.” (al-An’am: 153)
lainnya)
ً‫اّلل َعلَيه َو َسلََّ َم َخ ًَّطا ُم َر ََّب ًعا َو َخ ََّط َخ ًَّطا ف ال َو َسط َخارجا‬ ََّ ََّ َ َُّ ََّ ََّ َ َ َ َ ََّ
‫ىل‬ ‫ص‬ ‫ب‬ ‫اُل‬ ‫ط‬ ‫خ‬ : ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫اّلل‬ ‫ض‬ ِ ‫ر‬
َِّ
َ ‫اهلل‬ ‫د‬ ‫ب‬ ‫ع‬
َ َ
‫عن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُُ َ َ َ ََ ُ َ َ َ َ ََ ََ ََّ َ َ َ ََّ َ َ َ ً َ ً ‫ِمن ُه َو َخ ََّط ُخ َط‬
‫اْلنسان وهذا أجله‬ ِ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ط‬ ِ ‫س‬ ‫و‬ ‫ال‬ ‫ف‬ِ ‫ي‬ ‫اَّل‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ب‬
ِ ِ ‫ن‬ ‫ا‬‫ج‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫س‬ ‫و‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ِ ‫ي‬ ‫اَّل‬
ِ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ىل‬ ‫إ‬
ِ ‫ا‬ ‫ار‬ ‫غ‬ ‫ص‬ ِ ‫ا‬ ‫ط‬
َ
ُ َ ََ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َّ ُ َ ُ ََ ُُ َ َ َ َُ َّ َ َ ََ َ َ َ َ َ ُ
‫الصغار األعراض ف ِإن أخطأه هذا نهشه‬ ِ ‫ارج أمله وه ِذهِ اخلطط‬ ِ ‫خ‬ ‫و‬‫ه‬ ‫ي‬ ‫اَّل‬
ِ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫اط‬ ‫ح‬ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ه‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫يط‬ ‫ُم‬
ِ
َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ
)‫هذا َو ِإن أخ َطأ ُه هذا ن َهشه هذا (رواه ابلخاري‬
Dari Abdullah (bin Mas’ud) radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam membuat gambar persegi empat, lalu menggambar garis panjang di tengah persegi
empat tadi dan keluar melewati batas persegi itu. Kemudian beliau juga membuat garis-garis kecil
di dalam persegi tadi, di sampingnya (persegi yang digambar Nabi). Dan beliau bersabda, “Ini
adalah manusia, dan (persegi empat) ini adalah ajal yang mengelilinginya, dan garis (panjang)
yang keluar ini, adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah penghalang-
penghalangnya. Jika tidak (terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena (garis) yang ini. Jika tidak
kena (garis) yang itu, maka kena (garis) yang setelahnya. Jika tidak mengenai semua (penghalang)
tadi, maka dia pasti tertimpa ketuarentaan.” (HR. Bukhari).
“Wahai Zaid, pelajarilah untukku aksara Yahudi, karena demi Allah, aku
tidak merasa aman terhadap suratku dari orang Yahudi,”

Zaid bin Tsabit kemudian mempelajari aksara Yahudi. Dalam kurun waktu setengah
bulan, dia berhasil menguasainya dengan baik, baik lisan maupun tulisan. Jika Nabi
Muhammad hendak mengirimkan surat kepada komunitas Yahudi, maka Zaid bin
Tsabit menuliskannya. Zaid juga yang menerjemahkan ketika Nabi Muhammad
menerima surat dari mereka.

Hadis lain menyebutkan dari Zaid ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Kadangkala aku terpaksa
menyuruh orang lain menuliskan surat dalam bahasa Suryani.” Lalu Zaid ra disuruh oleh Beliau
agar mempelajari bahasa Suryani. Ia dapat menguasai bahasa Suryani dalam masa tujuh belas
hari. (Fathul-Bari)

Selain kemampuannya mempelajari bahasa, secara khusus ia sangat menguasai ilmu waris. Ia
juga termasuk ulama ahli fatwa Faraid dan Qiraat di Madinah Munawwarah. Ketika Nabi SAW
hijrah ke Madinah, ia masih seorang anak berusia 11 tahun.
DAFTAR ISI
Metode Pengajaran Nabi

Anda mungkin juga menyukai