Metode Pendidikan Nabi
Metode Pendidikan Nabi
1. Sirah nabawiyah bukan catatan sejarah yang hanya untuk dibaca tapi untuk digali
nilai-nilai dan pelajaran yang ada didalamnya, lalu kemudian diterapkan. Maka dari
itu kita harus faham apa itu sirah nabawiyah, bagaimana cara mengkajinya, dan Ternyata dahulu
bagaimana cara mengajarkannya pada generasi kita. pelajaran siroh
2. Siroh Nabawiyah mempunyai karakteristik Rabbani yang memang disiapkan nabawiyah disetarakan
sebagai role mode untuk memahami bagaimana pembentukan pribadi terbaik itu atau dianggap sama
ditempa, bagaimana konsep ideal itu dibangun dan bagaimana generasi terbaik itu pentingnya dengan
dibentuk dan bagaimana peradaban besar itu dimunculkan. belajar Al Qur’an.
3. Ali Zainal Abidin (94 H) mengatakan "Kami diajari Maghazi Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam sebagaimana kami diajari surah dalam Al Qur'an.“ (Al-Jami' li Akhlaq ar Bagaimana tidak, jika Al
rawi wa adab as-sani karya Al-Khatib al Baghdadi, 2/195) Qur’an adalah pedoman
4. Generasi Tabi'in diajari Maghazi (kisah peperangan di zaman Rasulullah) hidup maka siroh adalah
sebagaimana mereka diajari surah dalam AlQur’an, ini faktanya. Al Qur'an sebagai contoh implementasi
prinsip-prinsip dasar kehidupan (konsep hidup yang utuh) ternyata butuh nyata dari nilai-nilai Al
pengejawantahan agar menjelma menjadi sosok yang nyata dan bisa dicontoh. Qur’an yang
Inilah kenapa sosok Nabi perlu dihadirkan untuk membersamai pelajaran al Qur’an.
mengejawantah dalam
Sehingga cara membangun kerangka kehidupan berdasarkan konsep yang telah ada
dalam AlQur’an tidak bias tidak harus membuka lembaran sejarah dalam Sirah kehidupan.
Nabawiyah. Karena sirah merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai Al Qur'an.
“ “
ANALOGI PENDIDIKAN • Nabi adalah guru terbaik
menurut versi Al Qur’an
Nabi & Para Sahabat = Petani & Tanamannya • Sahabat adalah hasil terbaik
dari jerih payah Nabi dalam
pendidikan menurut versi
Qur’an.
.
Setelah Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, • Kesaksian ini adalah ekspresi kejujuran dari seseorang
selesai shalat, demi ayah dan ibuku sebagai yang begitu terpukau dengan model pendekatan yang
tidak lazim pada masanya.
tebusan, tidak pernah aku melihat seorang • Pengakuan jujur yang bermula dari sebuah tindakan
pendidik, sebelum dan sesudah ini, yang lebih yang dianggap sangat fatal kesalahannya dan
baik pengajarannya dari beliau. Demi Allah, diasumsikan harus diselesaikan dengan cara yang
tegas untuk meluruskan, namun ternyata Nabi
beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, dan menyelesaikannnya dengan cara yang sangat lemah
tidak mencaciku. Beliau hanya berkata, ‘Shalat ini lembut, simple, elegan dan efektif.
• Pemilihan metode pengajaran (antara targhib atau
tidak boleh dicampur dengan ucapan manusia tarhib) yang dipadukan dengan pemahaman terhadap
sedikit pun. Ia berisi tasbih, takbir, dan membaca anak didiknya (Psikologis murid) kemudian pemilihan
Al-Qur’an.” (HR. Muslim). materi yang tepat yang hendak disampaikan adalah
kombinasi dahsyat untuk merubah sebuah
“kekeliruan.” tanpa menimbulkan konflik baru.
Surat Al
Jumu’ah
:2
Surat Al
Baqarah
:151
Surat Ali
Imran :
164
• Dakwah yang pada
Urgensi Metode & Strategi intinya mengajak
manusia meneganal Allah
Dalam Pendidikan dan Pengajaran diniscayakan dengan
panduan metode yang
beragam sesuai dengan
kondisi yang
mengharuskan.
األدواتُ
َ الرتبية روحُاملعلّم
ُ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ْ ُ َ ْ َّ ُ َ ْ ُ َ ي َ َ َ َ َ ُّ َ َ َ َ ْ ُ ُ ُ َ ي
penyampaiannya
ْكم وْلؤم، فليؤذن لكم أحدكم، ت الصالة َ
membutuhkan praktik,
Rasulullah Saw, selalu فإيذا حَض ي، وِن أصِّل
صلوا كما رأيتم ي
melakukannya dengan
ْ ُ َُ ْ َ
memberi contoh langsung )أكَبكم "(متفق عليه
tidak hanya teori. Bahkan,
beliau telah melakukan dan “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (Muttaqun Alaihi)
ُ َ ََ ُ ُ َ ي
mengamalkan terlebih
dahulu sebelum disampaikan
ْ
)سككم فإىن ال أدرى لعىل ال أحج بعد اعىم هذا (رواه النسآيئ
kepada para sahabat. خذوا عِّن منا ي
Metode demonstrasi dengan
memperagakan langsung “ Ambillah dariku manasik haji kalian”. (HR. Ahmad, An Nasa’i)
َ
pelajaran yang ingin
disampaikan kepada anak
ُ ِّ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ
didik menjadi salah satu
ي ال ُيدث ِ وئ َهذا ثم قام فركع ركعت ِ من توضأ َنو وض
َ َّ َ َ َ ُ ُ َّ َ َ َ ُ َ َ َ
faktor yang dapat
َ
) يهما نفسه غفر اّلل ل ما تقدم ِمن ذن ِب ِه (رواه مسلم ِ ِف
memperkokoh dan
memantapkan pelajaran di
ingatan anak didik
Pada dasarnya, sebuah
ilmu yang disampaikan
secara langsung memiliki
pengaruh yang lebih besar
1.Metode Keteladanan dan akhlak mulia
dan ilustrasinya akan
menancap lebih kuat dihati
dan memori seorang
murid. Sebab, ia bisa
ُ ُ َُ ُ ُ
mengetahui secara
langsung contoh, bukti,
dan gerakannya sehingga
)(رواه ابلخاري
َّ
قوموا فاَنروا ثم اح ِلقوا
dapat langsung
mempraktikkannya.
Disamping itu, kepercayaan
“ Berdirilah kalian, dan sembelihlah hewan kurban kalian,
diri akan lebih besar dalam kemudian cukurlah rambut kalian”. ( HR. Bukhari)
mempraktikkan ilmunya
jika melihat gurunya
melakukan dan memberi
contoh secara langsung.
Nabi Shalallahu alaihi wassalam mendidik para sahabatnya melalui keteladanan yang hidup
Hal ini akan berbeda dan terperagakan melalui dirinya. Beliau tidak mengajarkan sesuatu apapun kecuali beliau
apabila pengajaran hanya menjadi orang yang pertama kali mengamalkannya. Beliau juga tidak pernah melarang
dg menyampaikan teori
manusia dari keburukan kecuali beliau menjadi orang yang pertama kali menghindari dan
tanpa praktik. Terkadang
imajinasi yang berkembang
menjauhi larangan itu. Serasi antara ucapan dan perbuatan lebih efektif dan mudah diterima
di dalam pikiran seorang daripada hanya berupa ajakan saja.
murid tidak sama dengan
yang dimaksudkan oleh
guru kalau sekadar teori
belaka.
2. Mengajar Dengan Memperhatikan
Tahapan (Usia, Waktu, Materi)
•
•
•
2. Mengajar Dengan Memperhatikan
Tahapan (Usia, Waktu, Materi)
TIDAK MENGAJARKAN SUATU ILMU TERTENTU hingga ada
kesiapan dari sang murid yang ilmu tersebut telah disampaikan
kepada yang lain
Kemudian Rasul SAW bersabda: tiada seseorang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan sesungguhnya Muhammad sebagai Rasul ALLAH dengan sebenar-benarnya dari
hati sanubari, kecuali Allah mengharamkan baginya neraka). Mu’adz bertanya (apakah tidak
sebaiknya aku bertahukan kepada halayak orang, supaya mereka berbahagia?). Rasul SAW
bersabda : jangan- (nanti mereka akan berpangku tangan tanpa usaha!). Kemudian Mu’adz
menympaikannya tatkala beliau menghadapi kematian, karena merasa takut berdosa bila
tidak menyampaikannya pada halayak. (HR. Bukhari )
2. Mengajar Dengan Memperhatikan
Tahapan (Usia, Waktu, Materi)
Menegur dengan kasih sayang untuk meluruskan
kesalahan anak-anak
Dari Umar bin Salamah radhiyallahu anhu ; “ Saya dulu adalah seorang bocah
kecil yang ada dalam asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tangan saya
(kalau makan) menjelajah semua bagian nampan. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam menegur saya, ‘nak bacalah bismillah, makanlah dengan tangan
kananmu, dan makanlah dari yang terdekat denganmu.’ Maka demikian
seterusnya cara makan saya setelah itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Metode Menekankan cara Moderat dan
menghindari cara membosankan
َ ََ َ َ َّ ُ َ ُ ِّ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ
َخيس فقال ِ ِاّلل يذكرنا ك يوم ِ قال َكن عبد َع ِن اب ِن مسعود قال َكن اُل ِِب صىل اهلل
َّ
َ َ َ ُ َّ َ َّ َ ََ َ ُ َ َُ َّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ
َنب ح ِديثك ِ ل رجل يا أبا عب ِد الرْح ِن ِإنا ، ِعليه وسلم يتخوُلا بِالمو ِعظ ِة ِف األيام
َ َف َق َال ما.ك يَوم َّ ُ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ
َونشتَ ِهي ِه ولو ِددنا أنك حدثتنا َ َ َ َ َّ َ َ َ َ
كراهة السآم ِة علينا
ُ َّ ُ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ ِّ َ ُ َ ُ َ َ
.يمنع ِن أن أحدثكم ِإال كرا ِهية أن أ ِملكم Dari Ibnu Mas’ud t ia berkata,
َاّلل صىل اهلل عليه وسلم ََك َن َيتَ َخ َّو ُُلا َّ َ ُ َ َّ “Adalah Nabi r mengatur pemberian
ِ ِإن رسول nasehat pada hari tertentu, khawatir
َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ
بِال َمو ِعظ ِة ِف األيامِ كرا ِهية السآم ِة علينا
akan membuat kami bosan””.
“Adalah Abdullah bin Mas’ud t memberikan pelajaran kepada kami setiap hari Kamis, ada salah
seorang yang berkata kepadanya : ‘Wahai Abu Abdur Rokhman, kami menyukai pelajaranmu
dan kami biasa menghadirinya, kami sangat mengharapkan agar engkau berkenan
menyampaikannya setiap hari’.
Ibnu Mas’ud menjawab : ‘tidak ada yang membuatku keberatan untuk menyampaikan
pelajaran kepada kalian, selain aku khawatir kalian akan bosan, sesungguhnya Rasulullah
mengatur penyampaian nasehatnya pada hari tertentu, khawatir akan membuat kami jenuh”.
4. Memperhatikan perbedaan
karakter setiap murid
Perbedaan usia = beda kasus beda solusi
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwasanya ia berkata : ” Suatu ketika kami
bersama Rosulullah saw , tiba-tiba datang seorang pemuda bertanya : ” Wahai
Rosulullah saw bolehkah aku mencium istri saya dalam keadaan puasa, Beliau
menjawab : tidak boleh. Kemudian datang seorang yang tua bertanya : ” Wahai
Rosulullah saw bolehkah aku mencium istri saya dalam keadaan puasa, Beliau
menjawab : Boleh ( HR Ahmad )
4. Memperhatikan perbedaan
karakter setiap murid
Jawaban yang berbeda untuk pertanyaan
yang sama karena perbedaan kondisi
(Psikologi, Problematika) si penanya
4. Memperhatikan perbedaan
karakter setiap murid
Mengarahkan murid agar mendapatkan
pilihan terbaik
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seorang
laki-laki yang meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk berjihad, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya. “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab,
‘Ya, masih.” Beliau pun bersabda : maka pada keduanya, hendaklah
engkau berjihad (berbakti).’” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
5. Metode diskusi & dialektika
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut
di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki
harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah
orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun
ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa
bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang
itu. ………..”(HR Muslim no. 6522)
5. Metode diskusi/ tanya jawab
Memberikan jawaban yang dibutuhkan dengan
mengalihkan pada pembahasan yang tidak
ditanyakan.
Dari Abu Hurairah ra, telah bertanya seorang laki laki kepada Rasulullah, kata
laki laki itu, Ya Rasulullah, Kami berlayar dilaut dan Kami hanya membawa air
sedikit, jika Kami pakai air itu untuk berwudhu, maka Kami akan kehausan,
bolehkan Kami menggunakan air laut untuk berwudhu? Jawab Rasulullah, Air
Laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal dimakan"
(HR. Ahmad dan Abu Daud)
Allah Subhanahu wa ta’ala
mencela orang-orang yang
berbicara tanpa dasar ilmu, 5. Metode diskusi/ tanya jawab
karena bila berbicara tanpa
dasar ilmu akan dapat
menyesatkan. Mengatakan “saya tidak tahu” untuk
Al-Mawardi dalam Adab ad- pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya
din wa ad-Dunya, hasil
karyanya berkata, “jika tidak
ada jalan untuk menguasai
seluruh ilmu, maka tidak
ada celah untuk tidak
mengetahui sebagiannya,
dan jika tidak ada celah
dalam tidak mengetahui
sebagiannya maka tidak
hina mengatakan ‘saya tidak Dari Ibnu Umar, ada seorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu
tahu’ pada apa yang tidak ‘alaihi wa sallam, “Tempat apakah yang paling buruk?”. Jawaban Nabi,
diketahui.” “Aku tidak tahu. Kutanyakan dulu kepada Jibril”. Setelah ditanyakan
kepada Jibril, Jibril mengatakan, “Aku juga tidak tahu. Kutanyakan dulu
Dari hadis tersebut maka kepada Mikail”. Pada akhirnya, Jibri datang dan mengatakan, “Tempat
dapat diambil pelajaran bahwa yang paling baik adalah masjid. Sedangkan tempat yang paling buruk
ucapan ‘aku tidak tahu’ adalah
bagian dari ilmu yang bukanlah
adalah pasar”. (HR Ibnu Hibban no 1599. Syeikh Syuaib al Arnauth
aib, dan bukan pula suatu hal mengatakan, “Hadits hasan”).
cacat pada guru karena Nabi
Shalallahu alaihi wassalam
juga pernah mengucapkannya.
6. Metode dialog dengan pendekatan
psikologis dan logika
……. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu. “Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu
mereka dizinai. “………………………… Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan
tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya,
sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina. (HR. Ahmad,
no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)
6. Metode dialog dan dialektika
Metode pendekatan
logika yaitu menyajikan
materi pelajaran sesuai
dengan tingkat
kecerdasan dan
pemahaman anak didik.
Akal dan daya nalar
seseorang tentunya
berbeda satu dengan
yang lainnya.
Oleh karena itu guru ……. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
dalam menyampaikan “Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu. “Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu
materi hendaknya mereka dizinai. “………………………… Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan
menyesuaikan antara tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya,
tingkat kecerdasan dan sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
pemahaman anak didik
agar dapat menghasilkan Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina. (HR. Ahmad,
pemahaman yang sesuai no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)
dari pelajaran yang
disampaikan.
6. Metode dialog dan dialektika
َ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ ََ َُ َ َُ َ ُ َّ َ ُ َ َ
اّلل و ِل ِل غَلم أسود فقال هل لك ِمن ِإبِل قال نعم قال ما ألوانها قال ْحر قال ِ يا رسول
Akal dan kemampuan
ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
manusia satu dengan
ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َهل ف
يها ِمن أورق قال نعم قال فأىن ذلِك قال لعله نزعه ِعرق قال فلعل ابنك هذا نزعه
yang lain berbeda-beda
dari segi pemahaman dan ِ
) (رواه ابلخاري
menerima penjelasan
terhadap pelajaran yang
diberikan maupun dalam diriwayatakan dari Abu Hurairoh Rodhiyallaahu ‘anhu dikisahkan bahwasanya pada suatu hari Nabi Shallallaahu ‘alaihi
merespon pertanyaan. wa salam pernah didatangi seorang laki-laki Arab Badui dari Suku Bani Fazaroh. Laki-laki itu berkata pada Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa salam :
Ada Di antara mereka ada “Sesungguhnya istriku telah melahirkan seorang anak laki-laki yang berkulit hitam”
yang sudah merasa puas laki-laki tersebut bertanya seperti itu adalah karena laki-laki tersbut ragu dengan status anaknya yang berkulit hitam. Ia
ragu apakah itu anaknya atau bukan karena ibu bapaknya yang berkulit putih.
dengan sedikit penjelasan Mendengar pertanyaan itu, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun berkata :
namun ada pula yang “Apakah engkau memiliki unta?”
Laki-laki itu menjawab : “ya”
memerlukan penjelasan Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun bertanya :
yang lebih disajikan “Apa warnanya?”
Laki-laki itu menjawab : “Merah”
dalam bentuk dialog
Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun bertanya kembali :
dengan pendekatan “Apakah ada di antara unta-unta itu ada yang berwarna abu-abu?”
logika. Laki-laki itu menjawab : “Sesungguhnya di antara unta-unta itu ada yang berwarna abu-abu”
Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam kembali bertanya :
“Dari mana datangnya unta abu-abu itu?”
Laki-laki itu menjawab : “Bisa saja karena (ada) nenek moyangnya (yang berwarna abu-abu)”
Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam pun bersabda :
“Dan seperti itulah (anakmu), bisa saja karena (ada) nenek moyangnya (yang berkulit hitam)”
6. Metode dialog dan dialektika
Syaikh Abdullah Ali Bassam menjelaskan tentang salah satu faidah hadits ini bahwasanya
hadits ini menjelaskan tentang baiknya metode dakwah atau pengajaran Nabi kita
Shallallaahu ‘alaihi wa salam. Hadits ini menggambarkan bagaimana Nabi Shallallaahu
‘alaihi wa salam bisa memberikan contoh atau qiyas yang relevan dan dapat dimengerti oleh
seorang laki-laki badui dari bani Fazarah tersebut. Laki-laki ini adalah seorang badui yang
kesehariannya hanya disibukkan dengan mengurus unta dan segala hal yang
berhubungan dengan unta. Karena Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam mengerti
bagaimana kondisi orang tersebut, makanya beliau Shallallaahu ‘alaihi wa salam
menggunakan qiyas yang berhubungan dengan unta.
Inilah contoh hikmah dalam berdakwah sebagaiman firman Allah dalm surat An Nahl 125:
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik ...”
Maka dari itu, hendaklah setiap orang yang berdakwah memperhatikan siapa orang yang
didakwahinya agar ia menyesuaikan bagaimana metode dakwah yang benar. Jika seseorang
ingin mendakwahi mahasiswa misalnya, maka ia bisa menggunakan bahasa-bahasa yang
ilmiah dan menggunakan contoh-contoh yang berhubungan dengan dunia akademik. Lain hal
jika ia ingin mendakwahi orang awam atau orang yang masih berpendidikan randah, maka
metodenya berbeda. Sebagaimana Nabi kita Shallallaahu ‘alaihi wa salam mengajari seorang
arab badui yang kesehariannya hidup dengan unta, maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam
mengambil qiyas atau contoh yang berhubungan dengan unta pula.
7. Melontarkan pertanyaan untuk menyingkap
kadar kecerdasan & pengetahuan murid
(Observasi kecerdasan Murid)
Dari [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata, "Ketika kami sedang duduk di sisi
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu dihidangkanlah kurma yang sudah kering. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada satu
jenis pohon yang keberkahannya seperti seorang Muslim." Lalu aku mempunyai perkiraan
bahwa pohon itu adalah pohon kurma, aku berkeinginan menjawab; 'Wahai Rasulullah, itu
adalah pohon kurma', namun aku melihat bahwa di antara sepuluh orang yang ada aku adalah
yang paling muda. Maka aku pun diam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda:
"Yaitu pohon kurma.“ (HR. Bukhari Muslim)
8. Metode Analogi & Perumpamaan
“Rasulullah SAW telah menggaris dengan tangannya sendiri, lalu bersabda: “Ini
adalah jalan Allah yang lurus” dan beliau menggaris lagi sebelah kiri dan sebelah
kanan, lalu bersabda: “Inilah jalan-jalan yang di mana tiada satu jalanpun kecuali
di atas ada syetan yang menyeru kepadanya. Kemudian Beliau membaca ayat ini;
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar
kamu bertakwa.” QS 6:153
11. Metode menggabungkan antara ucapan
dan isyarat
َ َّ َ َ ً َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ َ
َك َبي ُ ُ ُ
• Penggunaan isyarat وشب،ان يشد بعضه بعضا ِ َالمؤ ِمن لِلمؤ ِم ِن َكبلني
berupa gerakan
tangan maupun ) أصابِ ِع ِه (رواه ابلخاري و مسلم
َ
kepala dapat
mempengaruhi
keberhasilan suatu “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat bangunan yang
proses pengajaran. mengokohkan satu sama lain, kemudian beliau merangkumkan
• Penggunaan isyarat
jari-jemari beliau. “(HR. Bukhari Muslim).
َ َ ََّ َ ُ َ َ َ
َ
ِ «أنا وَك ِفل اْلَ ِت
dapat menambah
خلق رب
yang dikhawatirkan akan
terjadi apabila tidak
diberitahukan segera (sadddu
ِ ِ ِ
dzariah).
ْ َ َُ ْ َ َ َ َُ َ َ َ
menerangkan bahwa kejadian itu. Beliau kemudian bersabda,
ْ َ َ َ َ َّ َ ُّ َ َّ َ َ ُ َ ي َََُ ُ ََُ
قتلوه قتله ُم اهلل أَل سألوا إيذا لم يعلموا ؟ فإينما يشفاء الَع السؤال إينما َكن يك يفي يه أن
seseorang tidak seharusnya
bertanya kepada orang yang
َّ َ َ َ
يتيم َم
tidak tahu, namun
bertanyalah kepada seorang
ahli yang mengetahui agar
kebodohanmu tidak “Mereka telah “membunuh”nya. Semoga Allah Ta’ala mengutuk mereka.
membahayakan.
Mengapa mereka tidak mau bertanya jika memang tidak tahu? Sesungguhnya
Bertanyalah ketika dirimu obat dari kelemahan (kebodohan) itu adalah bertanya. Cukuplah baginya
tidak tahu karena bertanya bertayamum“. (HR. Ahmad: 336)
membuat kebodohan yang
melekat dapat disembuhkan.
14. Metode menjawab pertanyaan sesuai
yang dilontarkan oleh penanya
َ ْ َُ َ ْ َ ي
ْاذل ْكر إ ْن ُك ْن ُتم َ ََّ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ ُ َ َ ِّ ُ َ َ َ َ َ َ َ
فاسألوا أهل ِإنا بِأر ِض،هلل
ي ي ِ يا رسول ا: قلت: قال،وعن أ ِب ثعلبة اخلش ِِن ر ِض اهلل عنه
َ َُ َْ َ
َل تعلمون ُ َ َ َ َّ َ ُُ َ َ َ َ َ ُُ َََ َ َ َ
“Bertanyalah kepada
تدوا ِ ِإال أن ال، ال تأكلوا ِفيها: أفنأكل ِف آنِي ِتهم ؟ قال،قوم أه ِل ِكتاب
ahli ilmu apabila kalian َ َو ُُكُوا فيها، فَاغسلُو َها،ْي َها
َ َ
غ
tidak mengetahui.” (QS. ِ ِ
An-Nahl: 43)
وعند،) (من بِن مدلج: ويف مسند أْحد- ) (جاء رجل:عن أب هريرة رض اهلل عنه قال
َّ
إنا، "يا رسول اهلل: فقال، إىل رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم- ) (اسمه عبداهلل:الطرباين
َّ َ ُ َ
ويف- "عطشنا أفنتوضأ به؟
ِ فإن توضأنا به،نركب ابلحر وَنمل معنا القليل من املاء
((هو الطهور ماؤه: فقال رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم- ) (بماء ابلحر:لفظ أب داود
رواه مالك ف املوطأ،))احلل ميتته
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa ada seseorang bertanya
kepada Rasulullah SAW, “ Wahai Rasulullah, kami sedang
melaut dan membawa sedikit air. Jika kami menggunakannya
untuk berwudhu, kami akan kekurangan jatah air minum dan
kami akan kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan
menggunakan air laut?” Rasulullah SAW berkata,“ Air Laut itu
suci dan segala bangkainya (air laut) itu halal.” ( Diriwayatkan
Imam Malik dalam Muwatha’ )
هلل
َ
ِ عن جابِ ِر ب ِن عب ِد ا
َ َ 15. Metode memberi jawaban melebihi
َّ َ َ َ َ قَ َال َر َف pertanyaan yang dilontarkan
ت امرأة ص ِبيا ِ ع
َّ َ َ
ل َها ِإىل َر ُسو ِل ِاّلل َصىل
َ ََ َ َ ُ
:اهلل َعلي ِه َو َسل َم فقالت Sebuah hadits yang disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom no. 718.
َ َ َ َ ََّ ً َ َ َ َّ َعن ابن َع َّبَاس َعن
َّ َاُل
ٌّار ُسو َل اهلل أَِل َذا َحج؟ َ َي « ل ِِق ركبا بِالروحا ِء فقال-صىل اهلل عليه وسلم- ِب
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ َ ََ َ َ َ ََََ َِّ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ ََ َ ُ ُ ُ َ ُ َ
نعم َول ِك أجر:قال فرفعت ِإْل ِه.» فقالوا من أنت قال « رسول اّلل. قالوا المس ِلمون.» َم ِن القوم
َ
َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ًَّ َ َ َ
Dari Jabir bin
Abdillah, ia berkata:
» امرأة ص ِبيا فقالت ألِهذا حج قال « نعم ول ِك أجر
“Seorang perempuan
mengangkat anaknya Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau
kepada Nabi
pernah bertemu dengan sekelompok orang yang berkendaraan di Rawha’, lalu ia
shallallahu ‘alaihi
wasallam dan bertanya, “Siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah kaum muslimin.”
bertanya, “Wahai Kemudian mereka bertanya, “Siapakah tuan?” Beliau menjawab, “Aku adalah
Rasulullah, apakah Rasulullah.” Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil
anak ini dapat (yang masih menyusui, -pen) di hadapan beliau lalu bertanya, “Apakah jika anak
melaksanakan haji? ini berhaji, hajinya teranggap?” Beliau menjawab, “Ya dan untukmu juga ada
Nabi menjawab, “Ya, pahalanya.” (HR. Muslim no. 1336).
dan engkau mendapat
ganjaran.” (HR.
Muslim)
16. Metode mengalihkan penanya dari
pertanyaannya (Mengalihkan pembahasan)
َ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ
َول اهلل َمىت َ ُ َ َ َ َ َ َ ً ُ َ َّ َ
ِ يا رس:هلل صىل اّلل علي ِه وسلم فقال ِ اب أَت رسول اِ أن رجَل ِمن األعر
َ ما:األع َرابَ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ َّ
ِ " ما أعددت لها ؟ " فقال:هلل صىل اّلل علي ِه وسلم ِ الساعة ؟ فقال رسول ا
َّ َ ُ ُ َ َ َ َ َُ ُ َ َ َ ُ ِّ َ َّ َ ََ َُ َ َ َ َ ُ َ َ
هلل صىل ِ فقال رسول ا، ِإال أين أ ِحب اهلل ورسول،أعددت لها ِمن كبْي أْحد علي ِه نف ِِس
ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ ُ َّ
َ َ
) " ف ِإنك مع من أحببت " (رواه مس ِلم:اّلل علي ِه وسلم
ُ َ ُ ُ ُ َّ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ِّ َّ ٌّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ ُ َ َ
yang timbul setelahnya
الرجل يقاتِل:عن أ ِب موَس أنه قال أعر ِاب لِلن ِب صىل اّلل علي ِه وسلم
tidaklah
membahayakannya. Yang
َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ ُ ُ َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ
tercela adalah jika dia
berperang dengan tujuan
utama bukan untuk يل
ِ فمن ِف س ِب، والرجل يقاتِل ِلْيى مَكنه، والرجل يقاتِل ِْلذكر،لِلمغن ِم
meninggikan kalimat Allah
َاّلل ِِهَّ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ
( Fathul Bari : 6 : 22)
ِ َكمة ِ من قاتل ِِلكون:اّلل صىل اّلل علي ِه وسلمِ اّلل؟ قال رسول ِ
َ َ َ َّ ُ َّ َ َ ُ َ َ ُ
.) )متفق علي ِه.اّلل
ِ يل ِ العليا فهو ِف س ِب
Inilah jawaban yang
menunjukkan kualitas
seorang guru. Jawaban “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai
yang sangat tepat tapi
tidak vulgar, padat, seorang laki-laki yang berperang karena harta rampasa perang,
ringkas dan jami’. berjuang karena ingin disebut pejuang dan berjuang karena ingin
Jawaban ini merangkum
banyak hal dan
memperlihatkan kedudukannya, maka manakah yang disebut
mengeliminir banyak hal. berjuang di jalan Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu
Semua aspek terjawab bersabda: “Barangsiapa berjuang untuk menegakkan kalimat Allah
dan semua probability
terurai. setinggi-tingginya, maka itulah yang disebut berjuang di jalan Allah.”
(Muttafaqun Alaihi)
17. Metode meminta penanya mengulangi
pertanyaannya untuk menyempurnakan
penjelasan hukum
ِّ َ
هلل يُكف ُر
ِ يل ا ب س َ ال َقت ُل ف َام ِفيهم فَ َذ َكر َ َاّلل َعلَيه َو َسلَّ َم َأنَّ ُه قُ َّ اّلل َص َّىل
َّ
ول ُ
س َ
ر ن
َ ُ ِّ َ ُ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ
ع ث د ُي ه ع م س ه ن أ ةاد ت ق ب أ ن ب
َّ
اّلل د ب ع
َ َ َ
عن عن
ِ ِ َّ ُ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ِ إ َّال،ك ََشء
َالين ِ
َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ
ِ
َ ُ َ َ َّ َ َ َ َّ
ِ ِ
ِ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ
“Terbunuh di jalan Allah اّلل أرأيت إِن ِ يا رسول: فقام رجل فقال،ال ِ اّلل أفضل األعم ِ ِاْليمان ب ِ اّلل و
ِ يل ِ اْلهاد ِف س ِب ِ ل هم أ ن
menghapuskan seluruhnya َ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ َّ َ ُ َّ َ تف ُ قُتل
kecuali hutang“ (HR Muslim نعم ِإن ق ِتلت ِف: اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم ِ فقال ل رسول،اّلل تكفر عِن خطاياي ِ يل ِ ِ بس ِ ِ
َ َ َ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ ُ ُ ُ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ
ِ ثم قال رسول،اّلل َوأنت صابِر ُمت ِسب مق ِبل غْي مدبِر
no 1886)
كيف قلت قال:اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم ِ يل ِ س ِب
َ َن َعم َوأَنت: اّلل َعلَيه َو َسلَّ َم ُ َّ اّلل َص َّىل َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ َّ َ ُ َ َّ َ ُ ُ َ ََ َ
Al-Imam An-Nawawi
rahimahullah berkata : “Adapun
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi ِ ِ فقال رسول،اّلل أتكفر عِن خطاياي ِ يل ِ أرأيت ِإن ق ِتلت ِف س ِب:
َ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َّ َّ ُ َصابر ُُمتَسب ُمقبل َغ
)السَلم قال ِل ذلِك ( َر َو ُاه ُمس ِلم ربيل َعلي ِه ُ ْي
wasallam (Kecuali Hutang)
maka sebagai peringatan atas ج ن
ِ ِ ِ إف ن ي ال ال إ
ِ ِ ر بد م ِ ِ ِ
seluruh hak-hak orang lain, dan
bahwasanya jihad dan mati
syahid serta amalan kebajikan “…Lalu ada seorang lelaki berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku terbunuh
yang lain tidaklah menebus hak-
hak orang lain, hanyalah di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan tertebuskan?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
menebus hak-hak Allah ta’aala” wasallam berkata, “Iya, jika engkau meninggal berjihad di jalan Allah dan engkau dalam
(Al-Minhaaj Syarh Shahih kondisi bersabar dan berharap, maju dan tidak mundur”.
Muslim 13/29)
Jika amalan yang sangat hebat Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Bagaimana yang kau katakan?”. Lelaki
seperti jihad ternyata tidak bisa itu berkata, “Bagaimana, jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosa tertebuskan?”.
menggugurkan dosa tidak Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Iya, dan engkau dalam kondisi bersabar
membayar hutang, maka
bagaimana lagi dengan amalan-
dan berharap, maju dan tidak mundur, Kecuali Hutang, sesungguhnya Jibril mengatakan hal
amalan yang rendah dibawah itu kepadaku” (HR Muslim no 1885)
jihad??
17. Metode meminta penanya mengulangi
pertanyaannya untuk menyempurnakan
penjelasan hukum
Al-Hafiz Ibnu Hajar • Guru sebenarnya sudah mengerti dan memahami, namun ingin
berkata :
“Dan dalam hadits
mengemas KBM dengan lebih fress yaitu dengan balik bertanya dan
peringatan akan murid disuruh mengulang pertanyaan. Ini adalah cara untuk
beratnya permasalan membangkitkan perhatian dari murid yang lain.
hutang, dan bahwasanya • Dan ketika menjawab untuk yang kesekian kali ternyata ada
tidak sepantasnya
seseorang berhutang pengetahuan tambahan yang diberikan sehingga membuat jawaban
kecuali dalam kondisi lebih jelas lagi.
darurat” (Fathul Baari • Sperti hadits Jibril yang keduanya sudah saling faham akan pertanyaan
4/468)
dan jawaban, namun faedah sebenarnya dari tanya jawab itu adalah
untuk para sahabat yang hadir di majelis itu.
18. Melatih Kepekaan Murid dengan
Melempar Alih pertanyaan
“Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah,
semalam saya bermimpi melihat segumpal awan meneteskan minyak samin dan madu. Kulihat orang-orang
menadahkan tangannya ke arah awan tersebut. Ada yang mendapat banyak dan ada juga yang mendapat sedikit.
Kemudian saya melihat seutas tali terjulur dari langit ke bumi. Saya melihat engkau memegang tali itu, lalu naik ke
atas. Setelah itu, ada seseorang yang turut memegang tali itu dan ikut naik mengikuti engkau. Laki-laki lain juga
naik menyusul. Kemudian ada seorang lagi ikut naik, tetapi tali itu terputus. Setelah tali disambung, maka dia naik
terus ke atas.” Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah saya memohon kepada engkau agar
mengizinkanku untuk menafsirkan mimpi itu.”
Abu Bakar mengatakan, “Awan yang ada dalam mimpi itu adalah Islam. Sedangkan minyak samin dan madu yang
menetes dari awan itu adalah Al-Qur`an yang manis dan lembut. Adapun yang ditadah oleh orang-orang dalam
mimpi itu adalah orang yang mendapat pemahaman dari Al-Qur`an. Ada yang mendapat pemahaman yang
banyak ada pula yang mendapat pemahaman sedikit. Sedangkan tali yang terulur dari langit itu adalah kebenaran
yang engkau bawa dan engkau yakini wahai Rasulullah, hingga dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala
meninggikan derajat engkau. Kemudian tali (kebenaran) itu pun diikuti pula oleh orang lain, hingga dengannya ia
pun mencapai derajat yang tinggi. Kemudian tali (kebenaran) itu diikuti oleh yang lain, tetapi tiba-tiba tali itu
terputus. Maka ia pun berusaha untuk menyambungnya lagi, hingga tersambung, dan ia pun memperoleh derajat
yang tinggi.
Demi ayahku dan engkau wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah tafsir mimpiku benar?”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Wahai Abu Bakar, tafsir mimpimu sebagian ada yang benar
dan sebagian ada yang salah.”
Abu Bakar berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, manakah yang benar dan manakah
yang salah?”
Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu bersumpah (dalam masalah tafsir mimpi ini)!” (HR. Bukhari Muslim, Abu
Daud, Tirmidzi dan Nasa’i)
19. Melakukan Tes dan Uji Coba
َ َ ََ ُ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َُ َ
أتد ِري أي آية ِمن، يا أبا المن ِذ ِر: اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم ِ قال رسول: قال، عن أب ب ِن كعب ِّ
َ َ ََ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ ُ ُ َ َ ُ َّ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ
يا أبا المن ِذ ِر أتد ِري أي آية ِمن: قال. اّلل ورسول أعلم: قلت: اّلل معك أعظم ؟ قال ِ اب ِ ِكت
َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ ُ َّ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ
، فَضب ِف صد ِري: قال. } { اّلل ال ِإل ِإال هو الَح القيوم: قلت: اّلل معك أعظم ؟ قال ِ اب ِ ِكت
ُ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ
اّلل ِْلَه ِنك ال ِعلم أبا المن ِذ ِر
ِ و: وقال
Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Al-Munzir, adakah kamu tahu apakah
ayat dalam Kitab Allah yang bersama kamu, yang paling agung?”.Aku (Ubay)
berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”.
Beliau bersabda: “Wahai Abu Al-Munzir, adakah kamu tahu apakah ayat dalam
Kitab Allah yang bersama kamu, paling agung?”.
Aku berkata: “Allahu La Ilaha Illa Huwal Hayyul Qayyum”.
Ummu Darda` Radhiyallahu anha menjawab, “Saudaramu Abu Darda` Radhiyallahu anhu sedikit pun tidak perhatian
terhadap istrinya. Di siang hari dia berpuasa dan di malam hari dia selalu shalat malam.”
Lantas datanglah Abu Darda` Radhiyallahu anhu dan menghidangkan makanan kepadanya seraya berkata, “Makanlah
(wahai saudaraku), sesungguhnya aku sedang berpuasa”
Salman Radhiyallahu anhu menjawab, “Aku tidak akan makan hingga engkau makan.” Lantas Abu Darda` Radhiyallahu
anhu pun ikut makan.
Tatkala malam telah tiba, Abu Darda` Radhiyallahu anhu pergi untuk mengerjakan shalat. Akan tetapi, Salman
Radhiyallahu anhu menegurnya dengan mengatakan, “tidurlah” dan dia pun tidur. Tak lama kemudian dia bangun lagi
dan hendak shalat, dan Salman Radhiyallahu anhu berkata lagi kepadanya, “tidurlah.” (dia pun tidur lagi-pen)
Ketika malam sudah lewat Salman Radhiyallahu anhu berkata kepada Abu Darda` Radhiyallahu anhu , “Wahai Abu
Darda`, sekarang bangunlah”. Maka keduanya pun mengerjakan shalat”
Setelah selesai shalat, Salman Radhiyallahu anhu berkata kepada Abu Darda` Radhiyallahu anhu, “ (Wahai Abu
Darda`) sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atas dirimu, badanmu mempunyai hak atas dirimu dan keluargamu
(istrimu) juga mempunyai hak atas dirimu. Maka, tunaikanlah hak mereka.”
(selanjutnya) Abu Darda` Radhiyallahu anhu mendatangi Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan
kejadian tersebut kepadanya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Salman benar” [HR. al-Bukhâri no. 1867., kitab Ash-Shahâbah hlm.462]
20. Melakukan konsensus (Persetujuan)
Terhadap Sesuatu dengan Tanpa Kata
َ َ ُ ََّ َ ََّ ُ ُ ََّ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ ُ ََ
ثم صليت بِاصح ِاِب، فتيممت. فاشفقت ِا ِن اغتسلت ان اه ِلك،اردة ش ِديد ِة الرب ِد ِ احتلمت ِف ْللة ب
َ َصلََّيت، يَا َع َّم ُرو: َف َق َال.ك َ ُلَ َ َ ُ َ َ َ َ َ ََّ َ َ َُّ َ َ َ
ِ هلل صىل اهلل عليه وسلم ذك ُروا ذلِ فلما ق ِدمنا َع رسو ِل ا.صَلة الصب ِح
ُ َ َ َ ََّ ُ ُ َ ُ َ َ ََّ َ َ ُ َ َ ُ ُ ُُ َ َ َ َ َ
اهلل َكن بِكم ِان،هلل َع ََّز َو َجل { َو ال تقتُلوآ انف َسكم ِ ذكرت قول ا:بِاصحابِك َو انت جنب؟ قلت
َ َُ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ ََّ َ ََّ ُ ُ ََّ َ َ َ ً َ
هلل صىل اهلل عليه وسلم َو لم يقل شيئًا ِ فض ِحك رسول ا.ر ِحيما} فتيممت ثم صليت
“Abu Dawud meriwayatkan dari Amr bin Ash pada suatau malam ketika perang dzatu salasil,”
Saya mimpi sampai keluar mani pada suau malam yang sangat dingin. Kemudian saya bangun
pagi-pagi. Kalau saya mandi tentu akan celaka, karena itu saya bertayamum. Kemudian saya
mengimami shalat Shubuh bersama dengan kawan-kawan saya. Ketika kami sampai di hadapan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada beliau.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya ‘Amr, apakah kamu telah
menjadi imam dalam shalat bersama kawan-kawanmu padahal kamu junub?”. Saya menjawab,
“Saya ingat firman Allah ‘Azza wa Jalla (yang artinya (Dan jangan kamu membunuh diri-dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang terhadap kamu”, lalu saya tayammum, kemudian
shalat”.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, tanpa mengatakan sesuatu apapun”.
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Daruquthi, Nailul Authar, 1/302)
21. Mencari dan Memanfaatkan Momentum
yang Baik
َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َّ َ َعن ُع َم َر بن اخل
َ
ف ِإذا امرأة، هلل صىل اّلل علي ِه وسلم سب ِ ول اس ر َع م د
ِ ق ه ن أ ، اب ط
ِ ِ ِ
َ
ُ َ َ َ َ َ ُ ََ َ ُ َ َ َ َ َّ ًّ َ َ َ َ َ َ ََ َ ُ ُ َ َ
،قد َتلب ثديها تسَع ِإذا وجدت ص ِبيا ِف الس ِب أخذته فألزقته بِبط ِنها فأرضعتهَ
َّ َ ََ َ ً َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ ُ َ ََ َ َ َ
" ار ؟ ِ ارحة ولها ِف اُل ِ " أترون ه ِذهِ المرأة ط:هلل صىل اّلل علي ِه وسلم ِ فقال ُلا رسول ا
َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ُ َُ َ ََ ُ َ َ َ َ َ ََ ُ َ َ َ َ َ َ َُ
" :هلل صىل اّلل علي ِه وسلم ِ فقال رسول ا. و ِِه تق ِدر َع أن ال تطرحه،هلل ِ ال وا:فقلنا
َ ََ َ َ َ َ ُ َ َ ُ
اهلل أرحم بِ ِعبا ِدهِ ِمن ه ِذهِ المرأ ِة بِو ِلها
ُ ُ َ ُ ُ َّ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َّ
وال تؤ ِمنوا، ال تدخلوا اْلنة حىت تؤ ِمنوا، واَّلي نف ِِس ِبي ِد ِه
ِ
ُ َ َ َ ُ ُُ ََ َ َ ََ ُ ُ َ َ َ َ َّ َ
أوال أدلكم َع َشء ِإذا فعلتموه َتاببتم ؟، حىت َتابوا
َ َّ ُ
)أفشوا السَلم بينكم ( رواه مسلم
“Demi yang jiwaku ada di tanganNya, kalian tidak akan masuk surga
sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman (dengan sempurna)
sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada
suatu perkara kalau kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai?
Sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
24. Metode Mengulangi ucapan tiga kali
untuk menekankan isi pembicaraan
َ َ َِّ ُ ُ َ َ ََّ َ َ َ َ َ َِّ َ َ
عن عب ِد اّلل ب ِن عمرو قال َتلف رسول اّلل صىل اهلل عليه وسلم ِف سفر
َ َ َ َ ََّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ
َ َ ف، َُل َة ال َعْص َو ََن ُن َنتَ َو ََّضأ
Beliau melakukan itu untuk
menekankan betapa sangat
َج َعلنا
urgen memperhatikan
ِ سافرناه فأدركنا وقد أرهقنا الصَلة ص
َ َ َ َ َ ََ َ ُ َ ََ ُ َ َ
kesempurnaan wudhu,dalam
kasus ini adalah tumit kaki
َ ََّ َ َ َّ َ َ َ
yang sering dilalaikan
ي
ِ مرت. » ار ِ اب ِمن اُل ِ فنادى بِأَع صوتِ ِه « ويل لِألعق، نمسح َع أرج ِلنا
ً َ َ َ
manusia sehingga tidak
terbasuh air. Dengan keras
beliau mengancamnya
dengan api neraka.
أو ثَلث
Metode ini memangkas Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata, “Kami pernah tertinggal dari
waktu belajar dan
mengefektifkannya sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu safar. Kami lalu
satu kasus menjadi pelajaran menyusul beliau dan ketinggalan shalat yaitu shalat ‘Ashar. Kami
bagi yang lain sehingga
menjadi kasus terakhir. berwudhu sampai bagian kaki hanya diusap (tidak dicuci). Lalu beliau
Dengan demikian mereka shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru dengan suara keras dan berkata,
yang tidak menjadi tahu dan
yang sudah melakukannya “Celakalah tumit-tumit dari api neraka.” Beliau menyebut dua atau tiga
semakin mantap kali. (HR. Bukhari no. 96 dan Muslim no. 241).
menjalankannya karena
telah ada ketegasan dari
Nabi.
25. Metode Menarik Perhatian Murid dengan
Mengubah Posisi Mengajar atau merubah
ekspresi wajah
َكم بأَكربُ ُ َّ َ ُ َ َ َ َ َ َ ََّ َ َ َ َ َ ََّ َ َِّ
ول اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم فقال أال أن ِبئ ُ َ َ َ َّ ُ
ِ ِ ِ كنا ِعند رس
ُ َ َ َُّ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ َِّ ُ َ ً ََ َ َ
ور أو قول ِ اْلْشاك بِاّلل وعقوق الو ِالي ِن وشهادة الز ِ الكبائِ ِر ثَلثا
َ َ َ َ َ َ َ َ ً ََّ ُ َ ََّ َ َ َ َ َ ََّ َ َِّ ُ ُ َ َ َ َ َُّ
كئا فجلس فما زال ِ ور وَكن رسول اّلل صىل اّلل علي ِه وسلم مت ِ الز
َكت َ َ ُ َ َ َ ُ ََّ َ َ ُ َّ َ ُ
يك ِررها حىت قلنا ْلته س
َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ
اّلل صىل اّلل علي ِه ِ اّلل ب ِن عمر ر ِض اّلل عنهما قال أخذ رسول ِ عن عب ِد
ُ َو ََك َن ابن.ك َغريب أَو َاعب ُر َسبيل َ َّ َ َ َ ُ َ ََ َ َو َسلَّ َم ب
Nabi Shalallahu alaihi
wassalam memiliki cara
beragam untuk membuat ِ ِ ِ ن أ ك اين ال ف ِ ن ك ال ق ف ب ك ن
ِِ ِ م
َ اح َوإ َذا أَصبَح
َت فَ ََل تَنتَ ِظر ال َم َساء َ َالصب َ ول إ َذا أَم َسي
َّ ت َف ََل تَنتَظر ُ َُ ََ ُ
anak didiknya merasa
ِ ِ ِ عمر يق
nyaman ketika beliau
menyampaikan pelajaran
َ َ َ ََ َ َ ِ ك ل ِ َم َرَ َّ ُ
َوخذ ِمن ِصح ِت
salah satunya beliau
menggunakan metode )ضك و ِمن حياتِك لِموتِك (رواه ابلخاري
sentuhan dalam
memberikan pelajaran
kepada beberapa sahabat.
Dari Abdullah bin Umar ra. menceritakan ketika Nabi Shalallahu alihi wassalam
Metode kontak fisik seperti memegang kedua pundaknya seraya bersabda “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan
ini membuat kedekataan,
orang asing atau seorang pengembara.”
keakraban dan kasih sayang
terasa nyata sehingga
murid merasa dekat, Ibnu Umar juga berkata; 'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya
nyaman dan tentram waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah
hatinya saat menerima waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” Di katakan oleh Abdullah bin Umar
pelajaran karena merasa ra. ketika Nabi Shalallahu alaihi wassalam menyampaikan pelajaran tersebut, beliau melakukannya
gurunya menyampaikannya
sambil memegang pundak Abdullah bin Umar ra. Dari cerita tersebut, dapat terlihat bahwa
dengan kasih sayang dari
sikap dan sentuhan yang
diberikan kepadanya.
28. Metode Memancing Rasa Penasaran Murid
(Menyamarkan sesuatu agar pendengar menyingkapnya sendiri dengan
memuji atau mengecam)
” ” َي ْطلُعُ َعلَ ْي ُك ُم ْاْل َن َرجُ ٌل ِمنْ أَهْ ِل ْال َج َّن ِة:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َقا َل َ هللا
ِ ُول ِ ُك َّنا ُجلُوسًا َم َع َرس
َ َفلَمَّا َك،ال
ان ِ َق ْد َت َعلَّ َق َنعْ لَ ْي ِه فِي َي ِد ِه ال ِّش َم،ِ َت ْنطِ فُ لِحْ َي ُت ُه ِمنْ وُ ضُو ِئه،ار َ َف َطلَ َع َر ُج ٌل م َِن ْاْلَ ْن
ِ ص
َفلَمَّا. َف َطلَ َع َذل َِك الرَّ ُج ُل م ِْث َل ْال َمرَّ ِة ْاْلُولَى، م ِْث َل َذل َِك،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ُّ َقا َل ال َّن ِبي،ْال َغ ُد
ك الرَّ ُج ُل َعلَى َ ِ َف َطلَ َع َذل، م ِْث َل َم َقالَ ِت ِه أَ ْيضًا،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ُّ َقا َل ال َّن ِبي،ِث َّ ان ْال َي ْو ُم
ُ الثال َ َك
:اص َف َقا َل ِ ْن ْال َع
ِ مْرو ب ِ هللا بْنُ َع ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َت ِب َع ُه َع ْب ُد َ ُّ َفلَمَّا َقا َم ال َّن ِبي،م ِْث ِل َحالِ ِه ْاْلُولَى
َ ْك َح َّتى َتمْ ضِ َي َف َع ْل
ت َ ْت أَنْ ُت ْؤ ِو َينِي إِلَي َ َفإِنْ َرأَي،ت أَنْ ََل أَ ْد ُخ َل َعلَ ْي ِه َث ََل ًثا ُ ْت أَ ِبي َفأ َ ْق َس ْم
ُ إِ ِّني ََل َحي
َن َع ْم:؟ َقا َل
“Kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliaupun berkata : “Akan
muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga”. Maka munculah seseorang dari kaum Anshoor,
jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya.
Tatkala keesokan hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan perkataan yang sama, dan
munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin.
Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan
perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri
(pergi) maka Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya : “Aku
bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika
menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?. Maka orang tersebut berkata,
“Silahkan”.
Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya :
َغي َْر أَ َّن ُه إِ َذا، َفلَ ْم َي َرهُ َيقُو ُم م َِن اللَّ ْي ِل َش ْي ًئا،ث َّ ك اللَّ َيالِي
َ الث ََل َ ات َم َع ُه ت ِْل َ ث أَ َّن ُه َب
ُ هللا ي َُح ِّد
ِ ان َع ْب ُد َ َو َك
َغي َْر:هللا ِ َقا َل َع ْب ُد. ِص ََل ِة ْال َفجْ ِر َ َح َّتى َيقُو َم ل،هللا َع َّز َو َج َّل َو َكب ََّر َ ب َعلَى ف َِراشِ ِه َذ َك َر َ ََّت َعارَّ َو َت َقل
هللا إِ ِّني ِ َ َيا َعبْد:ت ُ قُ ْل،ُت أَنْ أَحْ ق َِر َع َم َله ُ ث لَ َيال َوك ِْد َّ ت
ُ الث ََل ِ ض َ َفلَمَّا َم،أَ ِّني لَ ْم أَسْ َمعْ ُه َيقُو ُل إِ ََّل َخيْرً ا
صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل َ هللا
ِ ت َرسُو َل ُ ْ َولَ ِكنْ َس ِمع،ضبٌ َو ََل َهجْ ٌر َث َّم َ لَ ْم َي ُكنْ َب ْينِي َو َبي َْن أَ ِبي َغ
ْت أَن ُ َفأ َ َر ْد،ث ِم َرار َّ ت
َ الث ََل َ ت أَ ْنَ ْ ” َي ْطلُ ُع َعلَ ْي ُك ُم ْاْل َن َرجُ ٌل ِمنْ أَهْ ِل ْال َج َّن ِة ” َف َطلَع:ث م َِرار َ ك َث ََل َ َل
ك َما َقا َل َرسُو ُل َ َف َما الَّذِي َبلَ َغ ِب،ِير َع َمل َ ك َتعْ َم ُل َكث َ َفلَ ْم أَ َر،ِِي ِبه َ َفأ َ ْق َتد،كَ ُظ َر َما َع َمل ُ ك ِْلَ ْن َ ي إِلَ ْي َ آو ِ
َّ
َما ه َُو إَِل َما: َف َقا َل،ْت دَ َعانِي َّ
ُ َفلَمَّا َولي: َقا َل. ْت َ َّ َّ
َ َما ه َُو إَِل َما َرأي: َف َقا َل،صلى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َّ َ هللا
ِ
ُ َو ََل أَحْ ُس ُد أَ َح ًدا َعلَى َخيْر أَعْ َطاهُ هللا،ِين غِ ًًّشا َ َغي َْر أَ ِّني ََل أَ ِج ُد فِي َن ْفسِ ي ِْلَ َحد م َِن ْالمُسْ لِم،ْت َ َرأَي
ُ ِِي الَّتِي ََل ُنط
يق َ َوه،ك َ ت ِب ْ هللا َه ِذ ِه الَّتِي َبلَ َغ
ِ َف َقا َل َع ْب ُد. ُإِيَّاه
“Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Aaash bercerita bahwasanya iapun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam.
Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan sholat malam, hanya saja jika ia terjaga di malam hari
dan berbolak-balik di tempat tidur maka iapun berdzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk
sholat subuh.
Abdullah bertutur : “Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan. Dan tatkala berlalu tiga hari –
dan hampir saja aku meremehkan amalannya- maka akupun berkata kepadanya : Wahai hamba Allah (fulan),
sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata sebanyak tiga kali : Akan muncul sekarang kepada kalian seorang penduduk surga”,
lantas engkaulah yang muncul, maka akupun ingin menginap bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku
contohi, namun aku tidak melihatmu banyak beramal. Maka apakah yang telah menyampaikan engkau sebagaimana
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?”.
Orang itu berkata : “Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat”. Abdullah bertutur : “Tatkala aku berpaling pergi maka
iapun memanggilku dan berkata : Amalanku hanyalah yang engkau lihat, hanya saja aku tidak menemukan perasaan
dengki (jengkel) dalam hatiku kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasad kepada seorangpun atas kebaikan
yang Allah berikan kepadanya”. Abdullah berkata, “Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga-
pen), dan inilah yang tidak kami mampui” (HR Ahmad, Ibnu Katsir berkata : Ini sanadnya shahih)
29. Menyebut Akibat Terlebih Dahulu,
sebelum Menyebut Sebab
َّ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ُ َ َّ َ
ِ اّلل ال يؤ ِمن ِقيل ومن يا رسول
ِ اّلل قال
اَّلي ِ واّلل ال يؤ ِمن و
ِ اّلل ال يؤ ِمن و
ُ َ ََ ُُ َ ُ َ َ َ
ال يأمن جاره بوايِقه
Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi ﷺbersabda, “Demi
Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman.
“Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang
tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari).
ِ لض ِح
ُك َ ُالض ِح
َّ فَِإ َّنُ َكثْـَرَةُا،ك َّ َوَالُت ْكثِ ِر Abdullah bin mas’ud meriwayatkan bahwa
rasulullah bersabda “siapa yang membacaa
َُ ُتِيتُال َق ْل
ب satu huruf al-quran mendapat pahala satu
kebaikan. Satu kebaikan dilipat gandakan
“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakn alif
Sesungguhnya terlalu banyak tertawa lam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu
dapat mematikan hati.” [HR. Tirmidzi huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”
2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani] (HR.At-Tirmidzi)
ُ َّ َّ َ َّ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
ول اّللي صّل اّلل عن أ يب هريرة ر يض اّلل عنه عن رس ي Daripada Abu Hurairah Radiaallahu’anhu,
َْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ َّ َ ْ َ َ dari Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam;
علي يه َوسل َم قال غ يف َر يَلم َرأة موميسة م َّرت بيكلب َع رأ يس “Sesungguhnya seorang lelaki telah
ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ي
menziarahi saudaranya di kampung lain.
ر يك يلهث قال َكد يقتله العطش فَنعت خفها فأوثقته Maka Allah Taala mengutus malaikat
َ َ ََ ُ َ َْ ْ َ ْ َ ََ َ َ َ
untuk menguntit perjalanannya. Maka
َنعت لُ مين الماءي فغ يف َر لها بيذل يك ارها ف
يِبيم ي
tatkala itu berhasil menyusulnya, malaikat
itu bertanya; Ke mana kamu ingin pergi?
Dia berkata: Aku ingin pergi bertemu
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari saudaraku di kampung ini. Malaikat
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bertanya; Adakah bagi kamu ada apa-apa
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, tujuan daripada nikmat yang akan kamu
“Seorang wanita pezina telah mendapatkan perolehi darinya? Lelaki itu menjawab:
Tidak, melainkan kerana aku
ampunan. Dia melewati seekor anjing yang
menyayanginya kerana Allah Taala. Lalu
menjulurkan lidahnya dipinggir sumur. Anjing malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku
ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si merupakan utusan Allah kepadamu untuk
wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu menyampaikan bahawa Allah Taala
mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu menyayangimu sebagaimana kamu
menyayangi saudaramu keranaNya”
dia mengambilkan air untuk anjing tersebut.
Dengan sebab perbuatannya itu dia (Hadis riwayat Imam Muslim dalam
mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Shahihnya, Kitab al-Birr, Bab pada
Jalla. (HR. Bukhari Muslim) menyatakan kelebihan cinta kerana Allah)
Nabi Shalallahu alaihi
ُ إََِّّنَاُأ َََنُلَك ْم:ُُُو َسُلَّ َم َ َْ
ِ ىُاَّللُعلَي
ه َّ َّ
ل ُ
ُص
َ
َِّ عنُأَِِبُهريـرَةُقَ َالُقَ َالُرسول
ُاَّلل َ َ َْ َْ
ِ ِ ِ َِِِبَْن ِزل
wassalam membuka
pembahasan tema-tema saru
namun sangat penting ُستَـ ْقبِ ْلُالْ ِقْبـلَةَ َُوَال
ُْ ََحدك ْمُالْغَائِ َطُفَ ََلُي َ أُى ت
ََُ
أُاذَ ِ
إَف ُم كمّل
ْ َ َع ُأ د الوْل ُاة
ُُالرْو ِث
َّ ىُع ْن
َ َح َجارُ َويَـْنـ َهأُةَِيستَ ْدبِرهاُوَالُيستَ ِطبُبِي ِمينُِِه وَكا َنَُيْمرُبِثَ ََلث
(seperti BAB, BAK, Darah
Haid, Nifas, mimpi basah,
ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َْ ْ َ
) (رواهُابوُداودُوُابنُماجه.الرَّم ُِةِّ َو
Mani, madzi dll) dengan intro
yang menunjukkan kedekatan
dan perhatian.
Zaid bin Tsabit kemudian mempelajari aksara Yahudi. Dalam kurun waktu setengah
bulan, dia berhasil menguasainya dengan baik, baik lisan maupun tulisan. Jika Nabi
Muhammad hendak mengirimkan surat kepada komunitas Yahudi, maka Zaid bin
Tsabit menuliskannya. Zaid juga yang menerjemahkan ketika Nabi Muhammad
menerima surat dari mereka.
Hadis lain menyebutkan dari Zaid ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Kadangkala aku terpaksa
menyuruh orang lain menuliskan surat dalam bahasa Suryani.” Lalu Zaid ra disuruh oleh Beliau
agar mempelajari bahasa Suryani. Ia dapat menguasai bahasa Suryani dalam masa tujuh belas
hari. (Fathul-Bari)
Selain kemampuannya mempelajari bahasa, secara khusus ia sangat menguasai ilmu waris. Ia
juga termasuk ulama ahli fatwa Faraid dan Qiraat di Madinah Munawwarah. Ketika Nabi SAW
hijrah ke Madinah, ia masih seorang anak berusia 11 tahun.
DAFTAR ISI
Metode Pengajaran Nabi