Anda di halaman 1dari 27

SPESIFIKASI TEKNIS/KERANGKA ACUAN KERJA &

RENCANA KERJA SYARAT-SYARAT

PENINGKATAN JALAN GANG AWANG RT.38, KEL.LOA IPUH


KEC.TENGGARONG

 LATAR BELAKANG
Sektor prasarana jalan merupakan salah satu urat nadi dalam pertumbuhan ekonomi
wilayah, sehingga ketepatan penyediaannya melalui besarnya investasi adalah suatu
hal yang sangat penting. Berkaitan dengan perkembangan ekonomi, investasi jalan dan
atau jembatan memiliki pengaruh yang luas baik bagi pengguna jalan dan/atau jembatan
maupun bagi wilayah secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan kebijakan yang tepat dalam
penyelenggaraan jalan sehingga dapat mendukung pengembangan wilayah dan
pertumbuhan ekonominya. Isu strategis yang dihadapi dalam penyelenggaraan jalan,
terutama jalan nasional dan atau jalan perkotaan diantaranya adalah kurang memadainya
sistem jaringan jalan primer dan atau kolektor dalam melayani arus lalu-lintas menerus dan
atau arus lalu-lintas perkotaan. Hal ini telah menyebabkan terhambatnya arus barang / jasa
dan manusia tingkat regional, nasional bahkan internasional yang menyebabkan biaya
ekonomi dan sosial yang semakin tinggi.

Salah satu keberhasilan pembangunan kota adalah tersedianya sarana dan prasarana
transportasi yang baik didaerah tersebut. Selain berperan dalam menunjang kelancaran
kegiatan sosial ekonomi juga akan menunjang perkembangan fisik di daerah yang
bersangkutan. Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan baik pembangunan, peningkatan serta
pemeliharaan jalan maka Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui
Dinas Kecamatan Tenggarong memandang perlu adanya perencanaan yang sistematis
dan tepat guna pada kegiatan tersebut di atas, dengan harapan agar didapat hasil
perencanaan matang yang memenuhi persyaratan dan kaidah-kaidah teknis dan dapat
diaplikasikan di lapangan sebagai bagian dari kegiatan pembangunan transportasi yang
berkualitas untuk mendukung geliat dan mobiliasi perekonomian masyarakat.

 MAKSUD DAN TUJUAN


Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan pedoman bagi Pelaksana Konstruksi yang
memuat masukan (input), azas, kriteria, keluaran (output) dan proses yang harus dipenuhi
dan diperhatikan serta diinterpretasikan ke dalam pelaksanaan pekerjaan. Dan
bertujuan agar Penyedia Jasa dapat melaksanakan tugas dan tanggung kewajiban serta
tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan spesifikasi barang dan jasa yang diinginkan.
 TARGET / SASARAN :
Target ataupun sasaran dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Peningkatan Jalan
Gang Awang RT.38, Kel.Loa Ipuh Kec.Tenggarong adalah sebagai berikut :
 Penyelesaian pekerjaan konstruksi Jalan dan Bangunan Pelengkapnya yang
tepat waktu.
 Pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan spesifikasi teknis (Umum
Dan Khusus).

 Mendapatkan Konstruksi Jalan Kabupaten yang Optimal baik dari Segi


TeknisdanWaktu Pelaksanaan Konstruksi.

 NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG & JASA


SKPD : Dinas Kecamatan Tenggarong

Program : Peningkatan/Pemeliharaan Jalan Kecamatan

Pekerjaan : Peningkatan Jalan Gang Awang RT.38, Kel.Loa Ipuh Kec.Tenggarong

Nama PPK : SUKONO,S.PD, M.PD

Nama PPTK : MUHSIN,S.SOS

 PERKIRAAN BIAYA
A. PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI PENINGKATAN JALAN GANG
AWANG RT.38, KEL.LOA IPUH KEC.TENGGARONG
Total perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk Pekerjaan Jasa Konstruksi
Peningkatan Jalan Gang Awang RT.38, Kel.Loa Ipuh Kec.Tenggarong ini dengan
nilai HPS yang diperlukan : Rp 162.591.000, - (Seratus Enam Puluh Dua Juta
Lima Ratus Sembilan Puluh Satu Ribu Rupiah).
SPPBJ dan Kontrak akan dilaksanakan apabila ada kepastian tersedianya anggaran
untuk kegiatan Peningkatan Jalan Gang Awang RT.38, Kel.Loa Ipuh
Kec.Tenggarong dan apabila anggaran untuk kegiatan tersebut diatas tidak tersedia
maka segala bentuk proses pada kegiatan diatas dinyatakan Batal demi hukum.

 RUANG LINGKUP & LOKASI PEKERJAAN


A. Ruang lingkup Kegiatan

Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa adalah berpedoman
pada: Gambar Detail Desain Konstruksi, Daftar Kuantitas (BOQ), Metode
Pelaksanaan, Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan jalan yang dimaksud, Rencana
Mutu Kontrak, serta dokumen-dokumen lainnya yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan Surat Perjanjian Jasa Konstruksi (Kontrak).
Lingkup kegiatan tersebut antara lain meliputi :
1. SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI :

1) Bahan Lapis Pondasi Agregat Kla B harus dipilih dari sumber yang
disetujui Direksi Pekerjaan sesuai dengan spesifikasi umum tentang Bahan
dan Penyimpanan, dari Spesifikasi ini.

2) Agregat kasar Kelas B yang berasal dari batu kali harus 65 % mempunyai
paling sedikit satu bidang pecah

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S

2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95
1” 25,0 79 - 85 70 - 85 89 - 100
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 55 - 90
No. 4 4,75 29 - 44 25 - 55 40 -75
No. 10 2,0 17 - 30 15 - 40 26 - 59
No. 40 0,425 7 - 17 8 - 20 12 - 33
No. 200 0,075 2-8 2-8 4 - 22

Tabel 5.1.2.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat - sifat Kelas A Kelas B Kelas S

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0 - 40% 0 -40% 0 - 40%


2417:2008)

Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 0 - 10 4 - 15

Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos Maks. 25 - -


Ayakan No.200

Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 - 35

Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141- 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5%


1996)

CBR (SNI 03-1744-1989) Min. 90% Min. 60% Min. 50%

2. SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN
(a) Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan
yang telah disusun oleh perencana konstruksi (gambar teknis dan spesifikasi
teknis), dengan segala tambahan dan perubahannya pada saat penjelasan
pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan teknis (pedoman dan standar
teknis yang dipersyaratkan)
(b) Pelaksanaan kerja akan didahului dengan penandatangan Kontrak Kerja
Pelaksanaan dan selanjutnya dibuat laporan kemajuan pekerjaan hingga berita
acara serah terima pekerjaan yang dilanjutkan pemeriksaan pekerjaan oleh panitia
penerima pekerjaan. Semua administrasi pelaksanaan konstruksi dan pengawasan
mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Perpres 16 Tahun 2018
beserta petunjuk teknis pelaksanaannya.

(c) Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan kualitas masukan


(bahan, tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan),
dan kualitas hasil pekerjaan, seperti yang tercantum dalam Spesifikasi
Teknis (Umum dan Khusus).
(d) Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa
dan
Pengawasan Konstruksi.
(e) Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Yang telah di identifikasi bahaya dan resiko di tiap
item kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain :

No Process HAZARD RISK Legal Nr

1 Mobilisasi / Demobilisasi Jatuh Kerugian asset UU No.1/1970


Alat Tergelincir Kerugian asset UU No.1/1970
Terjepit Luka berat - mati UU No.1/1970
Terbentur Hook boom Luka berat - mati UU No.1/1970
Sling putus Kerugian asset UU No.1/1970
Luka berat - mati UU No.1/1970

2 Personil Ergonomis Terkilir UU No.1/1970


Sakit pinggang UU No.1/1970

3 Pekerjaan Agregat Klas B Debu Gangguan pernafasan UU N0.23/1992


Kebisingan Gangguan telinga UU N0.23/1992
Tertusuk benda tajam Luka/infeksi UU No. 1/1970
Terjepit logam Luka ringan UU No. 1/1970
Alat tergelincir Kerugian asset UU No. 1/1970
Terjepit alat Luka/Mati UU No. 1/1970
Tabrakan Kerugian asset UU No. 1/1970
Tertabrak/Terpukul Luka/Mati UU No. 1/1970

4 Pekerjaan Beton K -175 Debu Gangguan pernafasan UU N0.23/1992


Kebisingan Gangguan telinga UU N0.23/1992
Tertusuk benda tajam Luka/infeksi UU No. 1/1970
Terjepit logam Luka ringan UU No. 1/1970
Alat tergelincir Kerugian asset UU No. 1/1970
Terjepit alat Luka/Mati UU No. 1/1970
Tabrakan Kerugian asset UU No. 1/1970
Tertabrak/Terpukul Luka/Mati UU No. 1/1970

1.4 PEKERJAAN PERKERASAN BETON SEMEN


1) Mutu Perkerasan Beton Semen
Bahan pokok untuk mutu perkerasan beton semen harus sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini.

2) Agregat Halus untuk Perkerasan Beton Semen

Agregat halus harus memenuhi AASHTO M6 dan Pasal 7.1.2.3 dari Spesifikasi
umum selain yang disebutkan di bawah ini. Agregat halus harus terdiri dari bahan
yang bersih, keras, butiran yang tak dilapisi apapun dengan mutu yang seragam,
dan harus.

a) Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No. 4 (4,75mm).
b) Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam.
c) Jika dua jenis agregat halus atau lebih dicampur, maka setiap sumber
harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Seksi ini.
d) Setiap fraksi agregat halus buatan harus terdiri dari batu pecah yang
memenuhi Pasal 5.3.2.3 dan haruslah bahan yang non-plastis jika diuji sesuai
SNI 1966 : 2008.

Tabel 5.3.2.(1) Sifat-sifat Agregat Halus

Sifat Ketentuan Metode Pengujian


Berat Isi Lepas Minimum 1.200 kg/m3 SNI 03-4804-1998
Penyerapan oleh Air Maksimum 5% SNI 1969 : 2008

3) Agregat Kasar untuk Perkerasan Beton Semen

Agregat kasar harus memenuhi AASHTO M80 dan Pasal 7.1.2.3 dari Spesifikasi
umun selain dari yang disebutkan di bawah ini.

Tabel 5.3.2.(2) Sifat-sifat Agregat Kasar

Sifat Ketentuan Metode Pengujian


Kehilangan akibat Abrasi tidak melampaui 25%
SNI 2417 : 2008
Los Angeles untuk 500 putaran
Berat Isi Lepas minimum 1.200 kg/m3 SNI 03-4804-1998

Berat Jenis minimum 2.100 kg/m3 SNI 1970 : 2008


ampas besi: maks 6%
Penyerapan oleh Air SNI 1970 : 2008
lainnya: maks. 2,5%
Bentuk partikel dengan masing-masing maks
ASTM D-4791
rasio 3:1 dan 5:1 25% dan 10%
Bidang Pecah (2 atau lebih) minimum 80% ASTM D-5821

4) Semen dan Abu Terbang

Semen harus memenuhi Spesifikasi Umun Pasal 7.1.2.1

Abu Terbang harus memenuhi SNI 03-2460-1991.

Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25 % dari berat bahan
pengikat.

5) Air

Air harus memenuhi spesifikasi Umum Pasal 7.1.2.2).

6) Baja Tulangan

Baja tulangan harus sesuai dengan ketentuan Seksi 7.3 dari Spesifikasi Umum, dan
detailnya tercantum dalam Gambar.

7) Membran Kedap Air

Membran yang kedap air di bawah perkerasan harus berupa lembaran polyethene
dengan tebal 125 mikron. Bila diperlukan sambungan, maka harus dibuat tumpang
tindih sekurang-kurangnya 300 mm.

8) Bahan Penutup Sambungan (Joint Sealer) dan Bahan Pengisi Sambungan (Joint
Filler)

Bahan penutup yang dituang untuk sambungan digunakan aspal sebagai


bahan pengisi.

1.5 PEKERJAAN BETON BERULANG


1) Mutu Beton Bertulang

Bahan pokok untuk mutu Pekerjaann beton bertulang harus sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini.
2) Agregat Halus untuk Beton

Agregat halus harus memenuhi AASHTO M6 dan Pasal 7.1.2.3 dari Spesifikasi
umum selain yang disebutkan di bawah ini. Agregat halus harus terdiri dari bahan
yang bersih, keras, butiran yang tak dilapisi apapun dengan mutu yang seragam,
dan harus.

a) Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No. 4 (4,75mm).
b) Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam.
c) Jika dua jenis agregat halus atau lebih dicampur, maka setiap sumber
harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Seksi ini.
d) Setiap fraksi agregat halus buatan harus terdiri dari batu pecah yang
memenuhi Pasal 5.3.2.3 dan haruslah bahan yang non-plastis jika diuji sesuai
SNI 1966 : 2008.

Tabel 5.3.2.(1) Sifat-sifat Agregat Halus

Sifat Ketentuan Metode Pengujian


Berat Isi Lepas Minimum 1.200 kg/m3 SNI 03-4804-1998
Penyerapan oleh Air Maksimum 5% SNI 1969 : 2008

3) Agregat Kasar untuk Pekerjaann Beton

Agregat kasar harus memenuhi AASHTO M80 dan Pasal 7.1.2.3 dari Spesifikasi
umun selain dari yang disebutkan di bawah ini.

Tabel 5.3.2.(2) Sifat-sifat Agregat Kasar

Sifat Ketentuan Metode Pengujian


Kehilangan akibat Abrasi tidak melampaui 25%
SNI 2417 : 2008
Los Angeles untuk 500 putaran
Berat Isi Lepas minimum 1.200 kg/m3 SNI 03-4804-1998

Berat Jenis minimum 2.100 kg/m3 SNI 1970 : 2008


ampas besi: maks 6%
Penyerapan oleh Air SNI 1970 : 2008
lainnya: maks. 2,5%
Bentuk partikel dengan masing-masing maks
ASTM D-4791
rasio 3:1 dan 5:1 25% dan 10%
Bidang Pecah (2 atau lebih) minimum 80% ASTM D-5821

4) Semen dan Abu Terbang

Semen harus memenuhi Spesifikasi Umun Pasal 7.1.2.1

Abu Terbang harus memenuhi SNI 03-2460-1991.


Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25 % dari berat bahan
pengikat.

5) Air

Air harus memenuhi spesifikasi Umum Pasal 7.1.2.2).

6) Baja Tulangan

Baja tulangan harus sesuai dengan ketentuan Seksi 7.3 dari Spesifikasi Umum, dan
detailnya tercantum dalam Gambar.

7) Membran Kedap Air

Membran yang kedap air di bawah perkerasan harus berupa lembaran polyethene
dengan tebal 125 mikron. Bila diperlukan sambungan, maka harus dibuat tumpang
tindih sekurang-kurangnya 300 mm.

1. SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN
(a) Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang
telah disusun oleh perencana konstruksi (gambar teknis dan spesifikasi teknis),
dengan segala tambahan dan perubahannya pada saat penjelasan
pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan teknis (pedoman dan standar
teknis yang dipersyaratkan)
(b) Pelaksanaan kerja akan didahului dengan penandatangan Kontrak Kerja
Pelaksanaan dan selanjutnya dibuat laporan kemajuan pekerjaan hingga berita
acara serah terima pekerjaan yang dilanjutkan pemeriksaan pekerjaan oleh panitia
penerima pekerjaan. Semua administrasi pelaksanaan konstruksi dan pengawasan
mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Perpres 16 Tahun 2018 beserta
petunjuk teknis pelaksanaannya.
(c) Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan kualitas masukan (bahan,
tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas
hasil pekerjaan, seperti yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis (Umum dan
Khusus).
(d) Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa dan
Pengawasan Konstruksi.
Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3). Yang telah di identifikasi bahaya dan resiko di tiap item kegiatan yang akan
dilaksanakan antara lain :

Dan juga hal yang harus dilakukan penyedia jasa dalam lingkup pekerjaan ini ;

I. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala dengan unsur


Konsultan Pengawas, membuat laporan harian, laporan mingguan dan bulanan
pekerjaan konstruksi, dengan masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan
mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh Konsultan Pengawas
dan juga Menyelenggarakan rapat secara berkala

II. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang


akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

III. Melakukan survey pengukuran ulang sebagai dasar dalam menyusun Field
Engineering terhadap kondisi awal dan rekayasa lapangan (penyesuaian
rencanaawal dan kondisi/kebutuhan lapangan), sebagai syarat utama untuk
membuat gambar kerja/shop drawing dalam pelaksanaan konstruksi.
IV. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan
dijadikan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
V. Membuat gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dikoreksi oleh
konsultan pengawas untuk disahkan oleh PPK Kegiatan Konstruksi.
VI. Menyusun Berita Acara Kemajuan Pekerjaan dan perhitungan volume
pekerjaan (Back Up Data Pekerjaan Konstruksi).

VII. Membuat gambar-gambar yang telah sesuai dengan pelaksanaan (As-Built


a. Drawing) sebelum serah terima pertama.

VIII. Menyusun laporan secara periodik (Rekapitulasi Pelaksanaan Pekerjaan Dua


Mingguan yang meliputi permasalahan/kendala di lapangan dan resume pekerjaan)
kepada PPK Konstruksi.
a) Pemeliharaan konstruksi adalah merupakan tahap uji coba dan
pemeriksaan atas hasil pelaksanaan konstruksi fisik. Di dalam masa
pemeliharaan ini penyedia jasa konstruksi berkewajiban memperbaiki
segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa
konstruksi. Dalam masa pemeliharaan semua bahan yang
digunakan, harus diuji coba sesuai fungsinya. Apabila terjadi
kekurangan atau kerusakan, maka harus diperbaiki sampai berfungsi
dengan sempurna. Masa pemeliharaan d a la m k e g ia t a n in i a d
a la h selama 6 (enam) bulan k a le nd e r terhitung sejak serah
terima pertama pekerjaan konstruksi.

IX. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :

a. Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Jalan yang telah ditingkatkan dari desa
yang ada di Kecamatan Tenggarong.
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan :
1. Div 1 Umum
2. Div 2 Perkerasan Berbutir
3. Div 3 Perkerjaan Struktur

b. Dokumen hasil pelaksanaan konstruksi meliputi


:
1. Gambar-gambar yang sesuai dengan
pelaksanaan (as build drawings).
2. Semua berkas perizinan yang
diperoleh pada saat pelaksanaan
konstruksi fisik (request kerja).
3. Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi
fisik dengan pelaksana konstruksi,
pekerjaan pengawasan oleh pengawas
pekerjaan, beserta segala
perubahan/addendumnya.
4. Laporan harian, mingguan, bulanan
yang dibuat selama pelaksanaan
konstruksi fisik oleh pelaksana
konstruksi, serta laporan akhir
pengawasan, dan laporan akhir
pengawasan berkala oleh pelaksana
pengawasan.

5. Berita acara perubahan pekerjaan,


pekerjaan tambah/kurang, serah
terima I dan II, pemeriksaan
pekerjaan, dan berita acara lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan
konstruksi fisik.
6. Foto-foto dokumentasi berwarna
yang diambil pada setiap tahapan
kemajuan pelaksanaan konstruksi
fisik.
B. Lokasi Kegiatan
Lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan terletak di Kecamatan Tenggarong
Kabupaten Kutai Kartanegara.

3. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)


Jangka waktu pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi 30 ( Tiga Puluh ) hari
atau sekitar 4 (Empat) Minggu kalender, terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
4. SPESIFIKASI JABATAN KERJA KONSTRUKSI

Personel manajerial yang disyaratkan meliputi jabatan, antara lain


:

Sertifikat Keahlian Pengalaman Jumlah


No. Jabatan Pendidikan
(SKA/SKT) (Tahun) Personil

SKT Pelaksana
1 Pelaksana Lapangan SLTA/SMK Lapangan Pekerjaan 1 Tahun 1 Orang
Jalan

5. SPESIFIKASI PERALATAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN


BANGUNAN
Peralatan utama yang diperlukan atau wajib dimiliki oleh Penyedia Jasa
untuk pelaksanaan pekerjaan masing-masing Section ini adalah sebagai berikut :

NO NAMA PERALATAN JUMLAH KAPASITAS

1 Concrete Mixer 1 Unit 500 Liter


2 Water Tank 1 Unit 1200 Liter
3 Stemper 1 Unit 5.5 Hp

- Semua Alat Wajib Melampirkan Bukti Sewa / Milik

6. KETENTUAN LAIN

Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang digunakan untuk kegiatan ini :


- Bidang : Bangunan Sipil
- Sub Bidang : Jasa Pelaksana Konstruksi Jalan Raya (kecuali Jalan Layang), Jalan,
Rel Kereta Api Dan Landas Pacu Bandara ( SI 003)

Kualifikasi Bidang Usaha : Kecil


6. SPESIFIKASI METODE KONSTRUKSI/ METODE
PELAKSANAAN/METODE KERJA

a. Mobilisasi dan Demobilisai

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini Mencakup semua kegiatan mobilisasi peralatan dan personil yang
di
perlukan dan semua falitas pendukung selama dalam masa pelaksanaan
pekerjaan serta melakukan demobilisasi kembali terhadap semua terhadap semua
peralatan dan personil pada saat pekerjaan selesai
2. Persiapan Pekerjaan
o Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja,
schedule, perlatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan,
untuk memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan dimulai
o Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
tanggal dilakukannya pelaksanaan pekerjaan.

3. Tahapan Pekerjaan

4. Metode pelaksanaan
o Peralatan merupakan hal yang sangat vital dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
konstruksi maka ketepatan waktu mobilisasi sangat penting untuk dijadwalkan
dengan baik
o Mobilisasi alat dilakukan setelah mendapat ijin dari Direksi atau maksimal 7
hari setelah mendapat surat perintah mulai kerja (SPMK).
o Peralatan yang digunakan akan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan.
Peralatan tersebut di atas di simpan di lokasi pekerjaan dan di jaga sehingga dapat
dipergunakan pada waktunya tanpa ada kendala yang dapat mengganggu
pekerjaan, misalkan terjadi kerusakan pada alat yang akan digunakan.
o Demobilisasi alat akan dilakukan setelah semua pekerjaan selesai.

7. KELUARAN / PRODAK YANG DIHASILKAN

 Prasarana dan Sarana Jalan yang standart sesuai spesifikasi dan bangunan pelengkapnya
;
 Peningkatan Sarana Transportasi Umum di Kecamatan Tenggarong.
 Peningkatan Aksesibilitas Masyarakat di Kecamatan Tenggarong.
 Terciptanya Sarana standart yang dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat luas di
Kecamatan Tenggarong

Tenggarong, Juli 2022


CV. SAKTI JAYA CONSULTANT

R. BUDI SUHENDRA
Direktur

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT

PENINGKATAN JALAN GANG AWANG RT.38, KEL.LOA IPUH KEC.TENGGARONG

1. TIMBUNAN TANAH

(a) Pemadatan Fondasi Badan Jalan


Kontraktor harus menggali tanah berumput, sampah, atau bahan tak terpakai lainnya
sampai kedalaman yang diminta oleh Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus
dianggap termasuk dalam pekerjaan Pembersihan Tempat Kerja atau Galian Biasa.
Sebelum memulai pekerjaan timbunan badan jalan, Kontraktor harus terlebih dulu
mengurug kembali segala lubang di seluruh daerah yang sudah dibersihkan dan
dikupas, dan daerah itu harus diratakan secara horisontal setelah pengupasan lapisan
humus. Material urugan harus disetujui dulu oleh Konsultan Pengawas.

(b) Penghamparan dan Pemadatan


(i) Material untuk timbunan badan jalan sebagaimana diatur di atas, harus dihampar
selapis demi selapis horisontal dengan tebal yang sama dan dengan lebar sesuai
ketentuan dari Konsultan Pengawas dan sesuai dengan garis, kelandaian,
penampang melintang dan ukuran yang tercantum pada Gambar. Lapisan material
gembur (sebelum dipadatkan) selain timbunan batuan, tidak boleh lebih dari 20
cm, kecuali bila alat pemadatnya mampu melakukan pemadatan sampai
kedalaman lebih dari 20 cm dengan kepadatan yang seragam dan dapat diterima
oleh Konsultan Pengawas. Setelah kadar airnya disesuaikan untuk tercapainya
kepadatan maksimum, material itu harus dipadatkan sampai tingkat kepadatan
yang telah ditentukan.
(ii) Bila tumpukan material untuk timbunan dalam keadaan sedemikian rupa sehingga
tidak bisa dipadatkan menurut ketentuan dari Kontrak, maka Kontraktor dengan
biaya sendiri harus bertanggungjawab untuk :
 Memperbaiki dengan memindahkan material tersebut untuk diproses
sampai berada dalam kondisi bisa digunakan, dan atau menggantinya
dengan material lain yang sesuai; atau
 Memperbaiki kondisi material secara mekanis atau pun kimiawi; atau
 Menangguhkan pekerjaan sampai material tersebut kondisinya dapat
dipadatkan sesuai ketentuan Kontrak.
(iii) Bila badan jalan terletak pada lereng bukit, atau timbunan baru harus dihampar
dan dipadatkan pada badan jalan lama, atau timbunan harus dilakukan setengah
lebar badan jalan, maka lereng bukit atau badan jalan lama atau timbunan setengah
lebar yang pertama itu harus dipotong sedemikian rupa sehingga memudahkan
penggunaan peralatan pemadatan pada waktu urugan timbunan baru diletakkan

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
berupa lapisan horisontal, dan material hasil pemotongan tersebut tidak dapat
dicampurkan dan dipadatkan dengan urugan baru.
Dalam pengukuran pekerjaan ini, tidak ada pembayaran untuk volume material
pemotongan dari lereng bukit atau dari badan jalan lama atau dari timbunan
setengah lebar yag pertama untuk mengakomodasi peralatan pemadat, tetapi akan
dihitung volume netto galian pada lereng bukit, badan jalan lama atau timbunan
setengah lebar pertama.
(iv) Untuk mencegah terganggunya pelaksanaan konstruksi badan jembatan (abutment),
dinding samping (wing walls) dan gorong-gorong, Kontraktor harus menghentikan
pembuatan badan jalan di muka struktur-struktur tersebut, sampai pekerjaan-
pekerjaan struktur itu mendekati penyelesaian sehingga daerah-daerah di dekatnya
bisa dikerjakan tanpa mengganggu pekerjaan jembatan. Biaya penangguhan
pekerjaan ini sudah harus termasuk ke dalam Harga Satuan untuk "Galian Biasa"
dan "Borrow Material".
(v) Material untuk badan jalan pada keadaan yang tidak memungkinkan pemadatan
dilakukan secara normal harus dihamparkan secara horisontal dengan ketebalan
gembur lapisan tidak melebihi 10 cm dan dipadatkan dengan "mechanical
hammers".
(vi) Dalam melaksanakan pekerjaan timbunan di sekitar gorong-gorong atau abutment
jembatan, Kontraktor harus mengerjakan timbunan sama tingginya pada kedua
sisi. Bila diperlukan pengurugan atau penimbunan dengan sisi yang satu lebih
tinggi dari pada sisi yang lain, maka penimbunan pada sisi yang lebih tinggi tidak
boleh dilakukan sebelum ada ijin dari Konsultan Pengawas, dan sebelum struktur
berusia 14 hari; dan hasil test laboratorium yang diawasi Konsultan Pengawas
menunjukkan bahwa struktur sudah cukup kuat menahan tekanan yang diakibatkan
tanpa mengalami kerusakan atau tegangan di atas faktor aman. Pengurugan tidak
harus dilakukan selebar total timbunan badan jalan itu tetapi dapat dilakukan
secara bertahap, sehingga perbedaan tinggi areal yang berbatasan tidak lebih dari
satu lapisan. Pada timbunan batu, material harus ditempatkan secara hati-hati pada
jarak tertentu dari struktur sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi . Pekerjaan
harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak terjadi desakan terhadap struktur,
dan di semua lereng didaerah urugan harus dibentuk bench atau sengkedan untuk
mencegah timbulnya desakan. Penimbunan dan pembentukan bench pada lereng
harus bertahap lapis demi lapis membentuk lapisan horisontal dari material padat
sehingga mencapai tinggi penopang (abutment) atau dinding yang diurugi, kecuali
bila ada material yang dapat merusak daerah struktur itu.
(vii) Pada panjang timbunan tertentu bahan-bahan tambahan akan diperlukan untuk
menginduksi penurunan/pemampatan permukaan tanah asli yang ditimpa dengan
timbunan. Timbunan ini dapat berupa timbunan biasa/atau blok beton dan/atau

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
setiap usulan alternatif yang dapat diterima yang dibuat oleh Kontraktor dan akan
tergantung pada kondisi lapangan pada saat pelaksanaan penimbunan dan
sebagaimana disetujui dan/atau diperintahkan Konsultan Pengawas.

(c) Percobaan Pemadatan


Sebelum memulai pekerjaan timbunan, Kontraktor harus mengadakan percobaan
pemadatan sesuai dengan perintah Konsultan Pengawas. Percobaan dilakukan pada
daerah milik jalan, dengan alat pemadat yang harus sama dengan yang akan dipakai
dalam pekerjaan utama dan telah disetujui Konsultan Pengawas.
Tujuan percobaan adalah untuk memastikan besarnya kadar air optimum dan
mengetahui hubungan antara jumlah lintasan alat pemadatan dan kepadatan yang
diperoleh dengan tanah sejenis itu. Untuk pekerjaan ini, tak ada pembayaran khusus,
dan dianggap sebagai kewajiban tambahan Kontraktor sesuai dengan ketentuan
Pasal lain dalam Spesifikasi ini.

(d) Kepadatan yang disyaratkan


Kepadatan yang disyaratkan untuk setiap lapisan timbunan adalah sebagai berikut :
(i) Lapisan yang berada lebih dari 30 cm di bawah subgrade harus dipadatkan
hingga mencapai 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ketentuan
AASHTO T 99. Untuk semua jenis tanah, kecuali material urugan batu, yang
mengandung lebih dari 10% material oversize yang tertahan pada ayakan 19,0
mm (3/4 inci), kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi
sesuai jumlah kandungan material oversize tersebut sebagaimana petunjuk
Konsultan Pengawas. Penghamparan dan pemadatan lapisan berikutnya tidak
boleh dilakukan sebelum lapisan sebelumnya selesai dipadatkan secara
sempurna dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
(ii) Lapisan 30 cm atau kurang di bawah elevasi subgrade harus dipadatkan hingga
mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang ditentukan dengan
AASHTO T 99.

(e) Kadar Air


Material timbunan yang tidak mengandung kadar air yang memadai harus ditambah
kadar airnya dengan cara disiram atau diaduk hingga merata dan mendekati kadar
air pemadatan. Material yang mengandung kadar air lebih besar dari yang
diperlukan untuk pemadatan, tanpa persetujuan Konsultan Pengawas, tidak boleh
disertakan untuk timbunan sampai material tersebut telah secukupnya dikeringkan.
Pengeringan material yang basah dapat dilaksanakan hanya jika metodanya disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
Pemadatan timbunan harus dikerjakan pada kadar air optimum pemadatan. Dalam
membentuk timbunan itu, Kontraktor harus menjamin air hujan dapat dikeluarkan,
dan Kontraktor harus memberi kelonggaran tinggi dan lebar terhadap kembang
susutunya pekerjaan.

TENAGA, BAHAN & PERALATAN


Tenaga :
 Pelaksana
 Petugas K.3
 Pekerja
 Mandor
Bahan :
 Tanah Pilihan

Peralatan :
 Excavator mini
 Water Tank
 Alat bantu lainnya.

PENGENDALIAN TEKNIS K.3


Resiko
 Terluka akibat tertimpa material.
 Tangan terluka akibat terjepit alat pemadat

 Pengendalian
 Pekerja harus menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti : seperti sepatu sefty, kaca mata,
masker, rompi reflector, sarung tangan dan helm.
 Memberikan instruksi sebelum pelaksanaan pekerjaan.
 Menyediakan kotak P3K lengkap dengan obat-obatan untuk memberi pertolongan darurat bila ada
petugas/pekerja yang sakit/kecelakaan

2. LAPIS PONDASI AGGREGAT KLAS B

PERSIAPAN

 Pekerjaan lapis pondasi agregat klas B dilakukan secara bersamaan dengan pekerjaan
timbunan tanah pilihan. Pekerjaan lapis pondasi agregat klas B yang dimaksud adalah
diawali pekerjaan didaerah yang tidak ada timbunan baru kemudian secara menyeluruh.
 Sebelum dilaksanakan pekerjaan lapis pondasi agregat klas B terlebih dahulu dilaksanakan
pengukuran badan jalan yaitu pengukuran vertical maupun horizontal, Hasil dari pengukuran
dicatatkan serta dibuat laporan hasil pengukuran untuk persetujuan dalam pelaksanaan
pekerjaan, Selanjutnya dibuatkan patok-patok referensi sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan nantinya.
 Mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan (request of work) termasuk metoda kerja, schedule,
peralatan, personil yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan
pengawas & direksi.

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
PENGHAMPARAN :
 Pekerjaan ini dilaksanakan sebagai lapis pondasi pada pekerasan jalan. Lapis Pondasi
agregat klas B merupakan lapisan atas dari lapis pondasi pada perkerasan jalan dengan
ketebalan sesuai dengan gambar rencana.
 Material Agregat Klas B didatangkan dari quary yang telah disetujui kemudian
material diterima dilokasi pekerjaan menggunakan Dump Truck.
 Material agregat kelas B dihampar menggunakan alat manual.
 Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
 Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang
disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan
yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi
baik.
 Hamparan agregat selanjutnya dipadatkan dengan dengan sesuai tebal rencana sambil
dilakukan penyiraman dengan Water Tank Truck agar didapatkan kepadatan yang
maksimal.

PEMADATAN :
 Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
 Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di
bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air
optimum.
 Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke
arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan
harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang
lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
 Selama pemadatan, sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan alat bantu.
 Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan lapangan dengan test
sand cone untuk mengetahui kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik
.
PENGUJIAN :
 Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan. Minimum tiga contoh yang mewakili sumber
bahan yang diusulkan.
 Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
 Pengujian lebih lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi
untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi
tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel,

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 1743 : 2008.

Flow Chat – Proses Pelaksanaan Pekerjaan Aggregat Klas B

TENAGA, BAHAN & PERALATAN


Tenaga :
 Pelaksana
 Petugas K.3
 Pekerja
 Mandor

Bahan :
 Agregat Kelas B
Peralatan :
 Excavator mini
 Water Tank Truck

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
 Alat bantu lainnya.

PENGENDALIAN TEKNIS K.3


Resiko
 Terluka akibat tertimpa material Agregat
 Tangan terluka akibat terjepit alat pemadat

Pengendalian
 Pekerja harus menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti : seperti sepatu sefty,
kaca mata, masker, rompi reflector, sarung tangan dan helm.
 Memberikan instruksi sebelum pelaksanaan pekerjaan.
 Menyediakan kotak P3K lengkap dengan obat-obatan untuk memberi pertolongan darurat
bila ada petugas/pekerja yang sakit/kecelakaan

3. PERKERASAN BETON SEMEN (fc’ 14.5 MPa)

Pengajuan Kesiapan Kerja :


1. Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam pasal
7.1.2 dari spesifikasi.
2. Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk masing-
masing mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, lengkap
dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian percobaan campuran beton di
laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk umur 7 dan 28 hari, kecuali ditentukan
untuk umur-umur yang lain oleh direksi pekerjaan. Kecuali ditentukan lain rancangan
campuran harus memiliki standar deviasi rencana (S) antara 2,5 MPa sampai 8,5 MPa.
Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi criteria teknis
utama, kecelakaan (workability), kekuatan (strength), dan keawetan (durability). Untuk
jenis pekerjaan beton yang lain, sifat-sifat mekanik beton selain kuat tekan juga penting
untuk diketahui. Penyedia jasa wajib menyerahkan data tersebut kepada Direksi
Pekerjaan.
3. Campuran Percobaan, Sebelum dilakukan pengecoran, Penyedia Jasa harus membuat
campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan campuran serta
bahan yang diusulkan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan
jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan
(serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dll). Dalam kondisi beton segar,
adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai slump) yang telah ditentukan.
Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran percobaan harus mencapai
kekuatan minimum 90 % dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan dalam
rancangan campuran beton (mix design) umur 7 hari. Bilamana hasil pengujian beton
berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak menghasilkan kuat tekan beton yang
diisyaratkan, maka Penyedia Jasa harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari
penyebab ketidak sesuaian tersebut.
4. Penyedia jasa harus mengirim gambar detil untuk seluruh perancah yang akan digunakan,
dan harus memperoleh persetujuan dari direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan
perancah dimulai.
5. Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam,
sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton, seperti yang diisyaratkan dalam pasal 7.1.4.1

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
6. Penyedia jasa harus mengirim gambar detil untuk seluruh perancah yang akan digunakan,
dan harus memperoleh persetujuan dari direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan
perancah dimulai.
7. Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam,
sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton, seperti yang diisyaratkan dalam pasal 7.1.4.1

8. Penyedia Jasa Harus menyediakan alat pemotong pada pekerjaan ini sebagai alat
pemotong beton per segmen yang berfungsi sebagai pemutus penyebaran
kerusakan/keretakan pada beton per segmen.

9. Penydia Jasa Harus Menyediakan Alat pencacah pada pekerjaan ini sebagai alat
pendukung proses pemadatan dalam penghamparan beton.

1) Baja Tulangan ( Wiremesh )


a) Metode Kerja
 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan
atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan
beton.
 Memotong baja tulangan sesuai dengan ukuran yang direncanakan
 Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan
kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat
sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.
 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton
sehingga tidak akan terekspos

b) Tenaga, Bahan & Peralatan


Tenaga :
 Pelaksana
 Petugas K.3
 Pekerja
 Tukang
 Mandor
Bahan :
 Baja Tulangan
 Kawat Bendrat

Peralatan :
 Bar Bander, Bar Cutter, Tang, Gegep
 Alat bantu lainnya

c) Pengendalian Teknis K.3


Resiko
 Tangan terjepit besi tulangan

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
 Luka akibat terkena peralatan kerja

Pengendalian
 Pekerja harus menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti : seperti
sepatu sefty, kaca mata, masker, rompi reflector, sarung tangan dan
helm
 Memberikan instruksi sebelum pelaksanaan pekerjaan
 Menyediakan kotak P3K lengkap dengan obat-obatan untuk
memberi pertolongan darurat bila ada petugas/pekerja yang sakit/
kecelakaan
1) Begisting
a) Metode Kerja
 Bekisting harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga beton dapat
dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak terjadi perubahan bentuk
bekisting selama pembetonan dilaksanakan maupun terhadap pengerasan beton.
 Bekisting harus juga cermat dalam kedudukan dan datar, untuk jenis
bekisting -bekisting tertentu, terlebih dahulu Kontraktor harus menyerahkan
rencana gambar bekisting tersebut kepada Direksi, bila perlu harus dilengkapi
perhitungan dan detail-detail yang jelas. Bilamana hal tersebut telah
mendapat persetujuan dari Direksi, rencana bekisting tersebut dapat
dilaksanakan.
 Sesuai dengan persyaratan betonnya bekisting dapat menggunakan papan-papan,
atau kayu lapis/multiplek 9 mm dengan penguat dari balok usuk 5/7, atau
konstruksi form work yang lazim digunakan.
 Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan konstruksi terletak
pada Kontraktor, Kontraktor harus meminta ijin Direksi/Pengawas lapangan
bilamana bermaksud akan membongkar cetak pada bagian-bagian konstruksi
utama.
 Toleransi bekisting beton struktur dalam arah harisontal dan vertikal masing-
masing 3 mm dan 2 mm.
 Cara pembongkaran cetakan beton/bekisting harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan PBI 1971 .
 Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatanperalatan
yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
 Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting yang telah dibuka harus disimpan
dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap permukaan yang akan
kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.
 Setelah pembongkaran beton harus dirawat sesuai dengan spesifikasi teknis
yang di syaratkan untuk menjaga mutu beton yang ingin dicapai.

b) Tenaga, Bahan & Peralatan


Tenaga :
 Pelaksana
 Petugas K.3
 Pekerja

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
 Tukang
 Mandor
Bahan :
 Balok kayu meranti
 Plywood 9 Mm
 Paku biasa
Peralatan :
 Peralatan Tukang
 Alat Bantu

c) Pengendalian Teknis K.3


Resiko
 Tertimpa Material
 Luka tertusuk ujung kayu bekisting
 Luka akibat terkena peralatan kerja

Pengendalian
 Pekerja harus menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti :
seperti sepatu sefty, kaca mata, masker, rompi reflector, sarung
tangan dan helm
 Memberikan instruksi sebelum pelaksanaan pekerjaan
 Menyediakan kotak P3K lengkap dengan obat-obatan untuk
memberi pertolongan darurat bila ada petugas/pekerja yang
sakit/kecelakaan

3) Cor Beton f'c 14.5 Mpa tebal 20 cm


a) Metode Kerja
1. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana
pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa
tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
3. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai pengecoran,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya
tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
4. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi
minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
5. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu
yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
6. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. 
7. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
8. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan  horisontal dengan
tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm
menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
9. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm. 
Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. 
10. Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48
jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-
bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.  Tremi harus kedap air dan mempunyai
ukuran yang cukup sehingga memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi
penuh selama pengecoran.
11. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih
dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.  Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus
mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
12. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
13. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah
disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-
bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang
sesuai dengan betonnya.
14. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran

b) Tenaga, Bahan & Peralatan


Tenaga :
 Pelaksana
 Petugas K.3
 Pekerja
 Tukang
 Mandor
Bahan :
 Beton fc’ 14.5 MPa
 Plastik Cor

Peralatan :
 Concrete Mixer

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
 Alat bantu lainnya

c) Pengendalian Teknis K.3


Resiko
 Tangan iritasi terkena adukan semen
 Tangan terjepit besi tulangan
 Luka tertusuk ujung kayu bekisting
 Luka akibat terkena peralatan kerja

Pengendalian
 Pekerja harus menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti : seperti
sepatu sefty, kaca mata, masker, rompi reflector, sarung tangan dan helm
 Memberikan instruksi sebelum pelaksanaan pekerjaan
 Menyediakan kotak P3K lengkap dengan obat-obatan untuk memberi
pertolongan darurat bila ada petugas/pekerja yang sakit/kecelakaan

Pengujian Kuat tekan


1. Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji beton
dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata dari dua nilai
kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3buah benda uji) yang selisih nilai
antara keduanya ≤ 5% untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap
jenis komponen struktur yang dicor terisah pada tiap hari pengecoran.
2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji
beton berupa selinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x 150
x 150 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus
dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat
sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
3. Untuk keperluan evaluasi mutu sebagai dasar pembayaran harus menggunakan data hasil
uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam kontrak. Hasil-hasil
pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam kontrak hanya boleh
digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk keperluan ini harus
sesuai dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
4. Untuk pencampuran manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing-masing
mutu beton ≤ 60 m3 harus di peroleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 5 m3 beton
dengan minimum satu hasil uji tiap hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil
pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-masing umur. Apabila
pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3 , maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton
berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
5. Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
masing-masing mutu  ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimal 15 m3
beton secara acak, dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil
pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60
m3 , maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai
harus diperoleh satu hasil uji.
6. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 7.1.6.(1) atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)
FINISHING

Pekerjaan Finishing yang dimaksud disini adalah pekerjaan akhir atau pekerjaan akhir atau
pekerjaan penyempurnaan pada setiap item pekerjaan yang dilaksanakan. Pekerjaan Finishing
sangat penting untuk dilaksanakan karena akan menghasilkan pekerjaan akhir yang baik, untuk
itu pekerjaan finishing harus dilaksanakan dengan hati-hati dan teliti. Yang termasuk disini
juga adalah pekerjaan pembersihan seluruh lokasi pekerjaan dari semua jenis sampah dan sisa-
sisa dari material pekerjaan yang telah selesai. Semua jenis sampah dan kotoran tersebut harus
dibuang sejauh mungkin sehingga tidak menggangu pekerjaan yang telah selesai

Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

1. Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya agar
segera ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan
hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan
dalam Seksi ini.
2. Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian diadakan pengukuran mutual check bersama.
3. Hasil pengukuran mutual check bersama dituangkan dalam gambar dan ditanda tangani
bersama.
4. Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan M2.

Tenggarong, Juli 2022


CV. SAKTI JAYA CONSULTANT

R. BUDI SUHENDRA
Direktur

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (Pekerjaan


Struktur)

Anda mungkin juga menyukai