Oleh :
HILDAYANTI B
NIM: B022191018
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister pada
HILDAYANTI B
NIM: B022191018
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
HILDAYANTI B
NIM: B022191018
Komisi Penasehat
Ketua Anggota
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Atas Tanah Melalui Jual Beli Yang Tidak Didaftarkan adalah benar-benar
orang lain dan hal yang bukan karya saya dalam penulisan tesis ini, diberi
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa, sebagian atau
keseluruhan isi tesis ini adalah hasil karya orang lain, atau dikutip tanpa
berlaku.
Makassar,
HILDAYANTI B
NIM : B022191018
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
dalam penulisan tesis ini yang berjudul “Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta
Tanah Terhadap Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli Yang Tidak
akademik dalam menyelesaikan Strata Dua (S2), pada Program Studi Magister
kepada :
M.Sc, Prof.Dr.Ir. Muh. Restu MP, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik,
M.Kes, selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni dan Prof.
dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan
Kemitraan.
2. Ibu Prof Farida Pattitingi, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H., selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Riset dan Inovasi, Bapak Dr. Syamsuddin
v
Muchtar, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan
dan Sumber Daya Manusia, Bapak Dr. Muh. Hasrul, S.H., M.H., selaku Wakil
3. Ibu Dr. Sri Susyanti Nur, S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi Magister
4. Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H, Dr. Sri Susyanti Nur, S.H.,M.H, dan
6. A. Lola Rosalina S.H, Endang Soelianti, S.H, Ria Trisnomurti, S.H, dan Niny
7. Ucapan terimakasih yang tiada hentinya kepada orang tua penulis Ayahanda
segala hal yang tidak dapat penulis sebut satu persatu dan tidak dapat
Budiamin yang telah memberikan motivasi, doa yang tulus dan dukungan
vi
moril sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan
tesis ini.
Kn., Utari Andani Putri Darmawangsa, S.H., M.Kn., Sri Mayanti, S.H., dan
Alfia Ratu Rahman, S.H terima kasih atas dukungan dan bantuannya yang
Terima kasih atas waktu, arahan dan masukan yang sangat berharga.
Semoga segala amal dan budi baik serta kerja sama dari semua pihak,
Wassalamualaikum.Wr.Wb.
Makassar,
HILDAYANTI B
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................x
ABSTRACT..........................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................10
C. Tujuan Penelitian....................................................................................11
D. Manfaat Penelitian..................................................................................11
E. Orisinalitas Penelitian...........................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................17
A. Pejabat Pembuat Akta Tanah..............................................................17
B. Peralihan Hak Atas Tanah....................................................................31
C. Pendaftaran Tanah.................................................................................43
D. Landasan Teori.......................................................................................49
1. Teori PertanggungJawaban............................................................49
2. Teori Kepastian Hukum.....................................................................53
E. Kerangka Pikir.........................................................................................59
F. Bagan Kerangka Pikir............................................................................60
G. Definisi Operasional..............................................................................61
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................63
A. Tipe Penelitian.........................................................................................63
B. Jenis Pendekatan...................................................................................63
C. Lokasi Penelitian....................................................................................64
D. Bahan Hukum Penelitian......................................................................64
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................65
F. Analisis Data............................................................................................66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................67
viii
A. Tanggung Jawab PPAT Terhadap Akta Jual Beli yang Tidak
Didaftarkan Ke Kantor Pertanahan Oleh PPAT..............................67
B. Implikasi Hukum Akta Jual Beli Tanah dan Atau Bangunan
yang Tidak Didaftarkan Oleh PPAT................................................104
BAB V PENUTUP.............................................................................................119
A. Kesimpulan............................................................................................119
B. Saran........................................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................121
ix
ABSTRAK
HILDAYANTI B. Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Terhadap Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli yang Tidak
Didaftarkan. Dibimbing oleh Kahar Lahae dan Muhammad Ilham
Arisaputra).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengevaluasi dan menganalisis
tanggung jawab PPAT terhadap akta jual beli yang telah memenuhi syarat jual
beli tetapi tidak didaftarkan ke Kantor Pertanahan oleh PPAT; dan (2) Untuk
mengevaluasi dan menganalisis implikasi hukum akta jual beli tanah dan atau
bangunan yang tidak didaftarkan oleh PPAT.
Jenis penelitian adalah penelitian hukum empiris, dengan menggunakan
pendekatan struktural, lokasi penelitian di Kota Makassar Jenis dan sumber
data adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data adalah
dengan wawancara dan studi literatur selanjutnya dianalisis secara kualitatif
dan dipaparkan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tanggung Jawab PPAT terhadap
Akta Jual Beli yang tidak didaftarkan ke Kantor Pertanahan adalah berupa
tanggung jawab administratif dan tanggung jawab secara perdata. PPAT
bertanggung jawab secara administratif karena pelanggaran terhadap Pasal 40
PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah pelanggaran
administratif, pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan pelaporan kepada
Majelis Pengawas PPAT dan sanksi yang dapat dijatuhkan kepada PPAT yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan tersebut adalah berupa teguran
tertulis. Oleh karena kesalahan yang dilakukan oleh PPAT XXX menyebabkan
kerugian bagi pembeli maka pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan
gugatan ganti kerugian kepada PPAT tersebut. Dalam kasus ini majelis hakim
memberi putusan agar PPAT XXX bertanggung jawab dengan memerintahkan
kepada PPAT XXX dengan seketika memohonkan pendaftaran dan pencatatan
peralihan hak dan balik nama buku asli Sertipikat dan segera menyerahkannya
kepada pembeli.(2) Implikasi hukum akta jual beli tanah dan atau bangunan
yang tidak didaftarkan oleh PPAT adalah tidak mengakibatkan akta jual beli
tersebut batal demi hukum. Akta jual beli yang tidak didaftarkan tetap sah, akta
tetap berlaku dan tetap bisa didaftarkan di kemudian hari. Akta jual beli tersebut
tetap sebagai akta otentik namun tidak memenuhi syarat administrasi
pendaftaran tanah dan memiliki risiko dapat menyebabkan timbulnya sengketa
di kemudian hari.
x
ABSTRACT
HILDAYANTI B. Responsibilities of Land Deed Officials (PPAT) for the
Transfer of Land Rights Through Unregistered Sales and Purchases.
Supervised by Kahar Lahae and Muhammad Ilham Arisaputra.
This study aimed to (1) To evaluate and analyze PPAT's responsibility for
the sale and purchase deed that has fulfilled the sale and purchase
requirements but is not registered with the Land Office by PPAT; and (2) To
evaluate and analyze the legal implications of the deed of sale and purchase of
land and or buildings that are not registered by PPAT.
The type of research is empirical legal research, by using structural approach
with the research location in Makassar City. Types and sources of data are
primary data and secondary data. Data collection techniques are interviews and
literature studies which are then analyzed qualitatively and presented
descriptively.
The results showed that (1) PPAT's responsibility for the Sale and Purchase
Deed that is not registered with the Land Office is in the form of administrative
responsibility and civil liability. PPAT is administratively responsible because a
violation of Article 40 PP Number 24 of 1997 concerning Land Registration is an
administrative violation, parties who feel aggrieved can report to the PPAT
Supervisory Council and sanctions that can be imposed on PPAT who violate
these provisions are in the form of a written warning. . Because the mistakes
made by PPAT XXX caused losses to the buyer, the party who felt aggrieved
could file a claim for compensation to the PPAT. In this case, the panel of
judges gave a decision that PPAT XXX was responsible by ordering PPAT XXX
to immediately request registration and recording of the transfer of rights and
the transfer of the original book name of the Certificate and immediately hand it
over to the buyer. (2) The legal implication of the sale and purchase deed of
land and or buildings that are not registered by the PPAT is that it does not
result in the sale and purchase deed being null and void. The sale and
purchase deed that is not registered is still valid, the deed remains valid and
can still be registered at a later date. The sale and purchase deed remains as
an authentic deed but does not meet the administrative requirements for land
registration and has the risk of causing disputes in the future.
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk
hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu, tanah adalah karunia
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional. Oleh karena itu,
harus dikelola secara cermat pada masa sekarang maupun untuk masa yang
akan datang. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan
atas tanah, sehingga setiap saat manusia berhubungan dengan tanah, dapat
menjadikan tanah mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk social asset dan
1
Soerjono Soekanto dan Soleman B. Toneko, 2011, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hal. 117
2
digunakan untuk perniagaan dan juga objek spekulasi dan juga dapat
UUD 1945, Pasal 33 angka (3) menyebutkan bahwa “Bumi, air dan
hal ini Negara untuk melakukan perbuatan hukum terhadap sumber daya
Implementasi dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 kemudian lahir Undang-
UUPA).3
2
Achmad Rubaie, 2007, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Malang:
Banyumedia, Hal.1
3
Muhammad Ilham Arisaputra, 2015, Reforma Agraria Di Indonesia, Cetakan Pertama,
Jakarta: Sinar Grafika, Hal 1
3
kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah yang dimaksud. Dalam
rangka menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah, maka
hukum. Dengan sertifikat itu maka pemegang hak atas tanah akan terjamin
eksetensinya.4
tentang Pendaftaran Tanah yang kemudian pada tanggal 8 Juli 1997 diubah
Tanah.
hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang
4
Harris Yonata Parmahan Sibuea, 2011, Arti Penting Pendaftaran Tanah Untuk
Pertamakali, Jurnal Negara Hukum, Vol.2 No 2 Hal. 289
5
Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA dan
Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, Hal. 555.
4
bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
yang merupakan akta otentik. Salah satu bentuk peralihan hak atas tanah
yang paling sering dijumpai adalah jual beli tanah, PPAT dalam menjalankan
jabatannya terutama dalam pembuatan akta jual beli tanah dituntut untuk
hak atas tanah sebagaimana di atur dalam Pasal 54 ayat (1) Peraturan
yaitu, pastikan bahwa tanah tersebut memang dimiliki secara sah oleh si
Akta jual beli pemilikan hak atas tanah yang dilakukan di hadapan
peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan, hal ini berimplikasi pada
menyampaikan akta PPAT dan dokumen lain yang diperlukan kepada Kantor
Pada praktiknya ditemukan bahwa selain membuat akta jual beli dan
menyampaikan akta jual beli ke Kantor BPN, seringkali juga penghadap atau
juga balik nama atas tanah yang telah dibelinya guna melakukan
Makassar yang telah membuat Akta Jual Beli No.115/2012 tertanggal 3 April
salah satu kewajibannya yaitu terkait hal yang diatur dalam Pasal 40
ayat (1) dan (2) tersebut di atas, tidak menyampaikan akta yang dibuatnya
diterbitkannya akta jual beli tanpa alasan yang jelas PPAT tersebut tidak
bahwa pembuatan Akta Jual Beli dan pengurusan balik nama sertipikat akan
merupakan kewajiban PPAT namun hal ini telah disepakati bersama di awal
tidak melakukan pendaftaran akta jual beli yang telah dibuatnya, hal ini
balik nama karena akta jual beli tersebut belum didaftarkan oleh pihak PPAT.
Oleh karena pihak pembeli merasa dirugikan akan hal tersebut maka
membeli 1 (satu) unit bangunan ruko di atas tanah seluas 115 M 2 (seratus
tertanggal 3 April 2012 dan Akta Pengikatan Jual Beli Nomor 50 tanggal 19
Mei 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh PPAT XX yang didasarkan
Akta Surat Kuasa Menjual Nomor 08 tertanggal 18 Mei 2010 atas Sertipikat
9
dari pembeli kepada PPAT XX karena pendaftaran dan balik nama sertipikat
tidak terlaksana dan tertunda selama 8 (delapan) tahun, nama pembeli tidak
tercatat sebagai pemilik hak atas tanah sesuai dengan AJB yang telah dibuat
PPAT XX tersebut di atas juga tanpa alasan yang jelas telah sengaja
tidak memohonkan balik nama sertipikat padahal telah diminta oleh pembeli
Kantor Badan Pertanahan Nasional setempat yakni Kantor ATR BPN Kota
tersebut tanpa alasan yang jelas. Dengan adanya permasalahan ini pembeli
dan pendaftaran peralihan hak dan balik nama sertipikat yang telah
disepakati sebelum pembuatan akta jual beli yaitu segala proses pendaftaran
dan peralihan hak termasuk balik nama sertipikat dilimpahkan melalui kuasa
kepada PPAT, mengingat pembeli telah membayar secara tuntas dan lunas
10
harga ruko dan telah pula membayar Pajak Bumi dan Bangunan ruko
yang telah membayar tuntas dan lunas harga jual beli ruko, telah membayar
biaya PPAT dan telah membayar PBB ruko sampai saat ini dan untuk
menyelesaikan masalah ini telah menyita pikiran, waktu dan biaya yang tidak
sedikit yang telah dikeluarkan oleh pembeli. Kerugian materiil dan non
PPAT berdasarkan Pasal 1365 BW, oleh karena kesalahan PPAT tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tanggung jawab PPAT terhadap akta jual beli yang telah
oleh PPAT?
11
2. Bagaimana Implikasi hukum akta jual beli tanah dan atau bangunan yang
A.
B.
C. Tujuan Penelitian
akta jual beli yang telah memenuhi syarat jual beli tetapi tidak didaftarkan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
para pihak penelitian ini sedikit banyak diharapkan dapat membantu para
E. Orisinalitas Penelitian
karya ilmiah lainnya yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu atau
melalui internet yang telah dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa telah ada
berkaitan dengan akta jual beli yang melebihi jangka waktu yang
di mana jika pendaftaran akta jual beli melebihi 7 hari maka dimohonkan
Koperasi Kota/Kabupaten.
praktik PPAT terdahulu. 2). Akibat hukum PPAT yang tidak melaksanakan
atau bisa dikatakan tidak ada upaya yang dilakukan agar PPAT
Tanah, yaitu mengenai pelaksanaan aturan dan kendala yang dihadapi oleh
terlaksana dengan maksimal, dan pada karya ilmiah yang kedua fokus pada
adalah lebih memfokuskan kepada tanggung jawab PPAT terhadap akta jual
beli yang telah memenuhi syarat jual beli tetapi tidak didaftarkan ke Kantor
pendaftaran tersebut terhadap akta jual beli yang dibuat. Pada penelitian ini
hukum yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual dan PPAT yang tidak
ditandatanganinya akta jual beli. Oleh sebab itu, walaupun karya ilmiah
dengan malasah yang akan penulis bahas dalam karya ilmiah ini.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan
hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun.”
menyebutkan bahwa:
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi
Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
Peraturan Jabatan Notaris (PJN). Menurut kamus hukum, salah satu arti
hukum publik, dikatakan sebagai hukum publik sebab sifat publik yang
6
Habib Adjie, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan
Tulisan tentang Notaris dan PPAT), Bandung: Citra Aditya. Hal. 126
7
Boedi Harsono, 2007, PPAT Sejarah, Tugas dan Kewenangannya. Jakarta: Renvoi. Hal.
11
8
Effendi Peranginangin, 2007, Hukum Agraria Di Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut
Pandang Praktisi Hukum, Jakarta: Rajawali Press. Hal. 436
9
Urip Santoso, 2019, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana,
Hal.326
20
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang
pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas Hak Milik,
Tanggungan.11
10
Urip Santoso, 2016, Pejabat Pembuat Akta Tanah (Perspektif Regulasi, Wewenang, dan
sifat Akta), Cetakan kesatu, Jakarta: Prenadamedia Group. Hal. 97
11
Samun Ismaya, 2013, Hukum Administrasi Pertanahan, Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 179
22
yaitu:
hak baru atas sebidang tanah (Hak Guna Bangunan di atas Hak Milik
atay Hak Pakai di atas Hak Milik) ditambah surat kuasa memasang Hak
luasnya daerah kerja PPAT. Daerah kerja mengenai batas wilayah kerja
12
A.P. Parlindungan, 2009, Pendaftaran Tanah Di Indonesia (berdasarkan PP No. 24
Tahun 1997), Cetakan ketigabelas, Bandung: Mandar Maju. Hal. 83
13
Urip Santoso, 2010, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah, Cetakan kesatu,
Jakarta: Kencana Prenada Media. Hal. 34
23
Perundang-Undangan, yaitu:
memuat Kode Etik Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), dalam
jawab atas akibat dari pekerjaan tersebut sesuai yang tercantum pada
14
Sigar Aji Poerana, Sanksi Bagi PPAT Yang Membuat Akta Tak Sesuai Data, diakses
dari: //www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4fe7c8b0c2b9d/sanksi-bagi-ppat-yang-
membuat-akta-tak-sesuai-data/
27
Kode Etik.
a. teguran tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
Akta yang dibuat oleh PPAT merupakan akta otentik, Hal ini
dimaksud merujuk pada KUH Perdata Pasal 1868 “Suatu akta otentik
ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-
undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu
dan cacat yuridis akta otentik yang mengakibatkan akta otentik dapat
15
Irawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Surabaya:
Arkola, Hal. 149
28
milik atas satuan rumah susun, dan pihak kedua berkewajiban untuk
menyerahkan uang dan menerima hak atas tanah dan/atau hak milik
atas satuan rumah susun. Sehingga ada 5 (lima) unsur akta PPAT yang
bukti, adanya PPAT, adanya subjek hukum, adanya objek hukum, serta
pihak.16
suatu akta, dalam pembuatan akta tersebut haruslah dihadiri oleh para
pihak terkait ataupun kuasa dari para pihak sesuai dengan amanat
Secara normatif akta yang dibuat oleh PPAT dimuat pada aturan
tersebut:
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun”.
3. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
dalam Pasal 45 ayat (1). “Akta PPAT merupakan alat untuk
membuktikan telah dilakukannya suatu perbuatan hukum. Oleh
karena itu apabila perbuatan hukum itu batal atau dibatalkan, akta
PPAT yang bersangkutan tidak berfungsi lagi sebagai perbuatan
hukum tersebut. Dalam pada itu apabila suatu perbuatan hukum
dibatalkan sendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan sedangkan
perbuatan hukum itu sudah didaftar di Kantor Pertanahan, maka
pendaftaran tidak dapat dibatalkan. Perubahan data pendaftaran
tanah menurut pembatalan perbuatan hukum itu harus didasarkan
atas alat bukti lain, misalnya putusan pengadilan atau akta PPAT
mengenai perbuatan hukum yang baru”..
1320, akta PPAT yang tidak memenuhi unsur dan syarat sahnya suatu
perjanjian, baik syarat subjektif dan syarat objektif maka akta tersebut
bahwa:
secara jelas menentukan bahwa akta PPAT hanyalah satu alat bukti
dan tidak menyebut bahwa akta itu adalah syarat mutlak tentang sah
sebagai bukti. Tanpa akta jual beli dari PPAT maka seseorang tidak
ketiga.18
yang dibuatnya. Buku daftar akta PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan
ditutup setiap akhir hari kerja dengan garis tinta yang diparaf oleh PPAT
akta yang dibuatnya, yang diambil dari buku daftar akta PPAT kepada
17
Sudikno Mertokusumo, 2009, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty,
Hal.161
18
Adrian Sutedi, 2007, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar
Grafika, Hal. 79
31
ketentuan Pasal 56 ayat (1) dan (2) serta Pasal 62 ayat (1) PERKABAN
19
Djestylona Kobu Kobu, “Pelaksanaan Peralihan Hak Atas Tanah berdasarkan Hukum
Adat Suku Tobelodi Kabupaten Halmahera Selatan”, Lex Crimen, Vol. VI, No.2-Mar-Apr
2017. Hal. 41
20
Andy Hartanto, 2015, Panduan Lengkap Hukum Praktis: Kepemilikan Tanah, Surabaya:
Laksbang Justitia. Hal. 175
32
Perundang-Undangan yakni:
Agraria (UUPA). Peralihan hak milik atas tanah diatur dalam Pasal 20
ayat (2) UUPA, yaitu “Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain”. Adapun tata cara peralihan hak atas tanah menurut Undang-
usaha.
Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. Peralihan hak atas
tanah dapat terjadi karena jual beli, tukar menukar, penyertaan dalam
33
1997 yang menyebutkan “peralihan hak atas tanah dan hak milik atas
satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut
bahwa:
pihak lain hak atas tanah. Adapun peralihan hak dapat dilakukan dengan
cara pemindahan hak seperti: 23 (1) Lelang, (2) Tukar Menukar, (3) Hibah,
(4) Pewarisan, (5) Jual Beli (6) Peralihan hak karena penggabungan atau
dengan penawaran harga secara tertulis dan atau lisan yang semakin
(tujuh) hari kerja sebelum suatu bidang tanah atau satuan rumah susun
dilelang baik dalam rangka lelang eksekusi maupun lelang non eksekusi.
22
Ibid
23
Mulyadi, 2011, Hukum Waris Tanpa Wasiat, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Hal. 9
24
Whimbo Pitoyo, 2012, Strategi Jitu Memenangkan Perkara Perdata dalam
Praktik Peradilan. Jakarta: Visimedia . Hal. 179
35
Pertanahan mengenai bidang tanah atau satuan rumah susun yang akan
Kantor Lelang.25
benda dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang lain
atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar (2)
25
Istijab, 2019, Hukum Agraria dan Pendaftaran Tanah. Surabaya: Qiara Media. Hal.174
26
Anastasia Sihombing, 2015, Peralihan Hak Atas Tanah.
http://anastasiasihombing.blogspot.co.id/2015/03/peralihan-hak-atas-tanah.html.
36
Peralihan hak atas tanah karena hibah tidak serta merta terjadi pada
Salah satu cara untuk menguasai atau memiliki hak atas tanah
adalah melalui proses jual beli. Jual beli dapat dikatakan suatu bentuk
perkataan jual beli ini menunjukkan bahwa dari satu pihak perbuatan
dalam hal ini terdapat 2 (dua) pihak yaitu penjual dan pembeli yang
27
Adrian Febrianto, Tata Cara Hibah Tanah dan Syarat yang Perlu Diketahui
https://blog.justika.com/pertanahan-dan-properti/tata-cara-hibah-tanah-dan-syarat-yang-
perlu-diketahui/
28
Doni Budiono & Rekan, Jenis-Jenis Peralihan Hak https://pdb-lawfirm.id/jenis-jenis-
peralihan-hak-atas-tanah/
37
tercapainya kata sepakat mengenai barang dan harga. Begitu kedua belah
pihak setuju tentang barang dan harga maka lahirlah perjanjian jual beli
yang sah. Sifat konsensual dari jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal
1458 KUHPerdata yang berbunyi : Jual beli dianggap sudah terjadi antara
cukup dengan sepakat saja dan bahwa perjanjian itu sudah dilahirkan pada
sudah jadi dan mengikat, bukannya pada detik-detik lain yang terkemudian
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga
29
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, 2003, Jual Beli, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Hal.7
30
Salim HS, 2011, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Jakarta: Sinar Grafika. Hal.
157
38
yang telah dijanjikan. Inti dari jual beli berdasarkan Pasal 1457 KUH
Perdata bertitik tolak dari unsur esensial perjanjian jual beli, ini didasarkan
Jual beli tanah yang dimaksud disini adalah jual beli hak atas
tanahnya. Dalam praktik disebut jual beli tanah. Secara yuridis yang
diperjual belikan adalah hak atas tanah tersebut bukan tanahnya. Memang
benar bahwa tujuan dari jual beli hak atas tanah adalah supaya pembeli
tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang diperbuat yang
merupakan isi dari hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolak
ukur pembeda diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam
hukum tanah.33
yaitu perjanjian tanah, perjanjian yang menyangkut tanah dan bidang hak-
31
Moch. Isnaeni, 2015, Perjanjian Jual Beli, Surabaya: Revka Petra Media, Cetakan kesatu.
Hal. 59
32
Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, Jakarta:Kencana Prenada
Media Group. Hal. 358
33
Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria (Kajian Komprehensif), Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, Edisi 1, Cetakan kesatu,Hal. 10
39
hak atas tanah.34 Dalam hal ini termasuk didalamnya jual beli yang
merupakan satu bentuk perjanjian terkait dengan tanah yang harus dibuat
oleh para pihak untuk memindahkan hak atas tanah tersebut. Tanah
sebagai bagian dari tubuh bumi yang bisa dimiliki dan dialihkan
atas tanah tersebut, salah satunya yaitu melalui jual beli. Jual beli bisa
perbuatan pemindahan hak yang sifatnya, tunai, riil, dan terang. Sifat tunai
saat yang sama. Sifat riil berarti bahwa dengan mengucapkan kata-kata
dengan mulut saja belum terjadi jual beli, hal ini dikuatkan dalam Putusan
beli dianggap telah terjadi dengan penulisan kontrak jual beli di hadapan
Sementara perbuatan hukum jual beli tanah disebut terang kalau dilakukan
34
Darwin Ginting, 2010, Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah, Bogor: Ghalia Indonesia, Hal.
43
35
Maria S.W Sumadjono, 2006, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi.
Jakarta: Kompas. Hal. 138
40
1. Jual lepas
Jual lepas adalah menyerahkan tanah untuk menerima
pembayaran sejumlah uang tunai tanpa hak menebus kembali, jadi
penyerahan itu berlaku secara seterusnya atau selamanya. 36.
2. Jual gadai
Jual gadai adalah suatu perbuatan pemindahan hak atas tanah
kepada pihak lain yang dilakukan secara terang dan tunai sedemikian
rupa sehingga pihak yang melakukan pemindahan dan mempunyai
hak untuk menebus kembali tanah tersebut. 37
3. Jual tahunan
Transaksi jual tahunan yaitu terjadi apabila pemilik tanah
menyerahkan tanah miliknya kepada orang lain untuk beberapa tahun
panen dengan menerima pembayaran terlebih dahulu dari
penggarapa (orang lain itu).38
Terkait dengan jual beli tanah, UUPA tidak menerangkan secara
jelas akan tetapi mengingat dalam Pasal 5 UUPA disebutkan bahwa hukum
tanah nasional kita adalah hukum adat, berarti kita menggunakan konsepsi,
asas-asas, lembaga hukum dan sistem hukum adat. Maka pengertian jual
beli tanah menurut hukum tanah nasional adalah pengertian jual beli tanah
menurut hukum adat.39 Hukum adat yang dimaksud Pasal 5 UUPA tersebut
adalah hukum yang telah di hilangkan dari cacatnya atau hukum adat yang
36
Iman Sudiyat, 2007, Hukum Adat (Sketsa Asas), Yogyakarta: Liberty, Hal. 28
37
Soerjono Soekanto, 2012, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Cetakan keduabelas, Hal. 32
38
Hazhiratul Qudsiah, 2017, Transaksi Tanah Menurut Hukum Adat,
https://www.academia.eu/24528072/TransaksiTanah Menurut Hukum Adat
39
Adrian Sutedi, 2010, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar
Grafika. Edisi 1, Cetakan keempat, Hal. 149
41
tentang Pendaftaran Tanah, perpindahan hak milik atas tanah melalui jual
Lelang yang dibuat oleh pejabat dari kantor lelang. 42 Dengan berlakunya
jual beli dihadapan PPAT, dipenuhi syarat terang. Akta jual beli yang
sebagai penerima hak yang baru.43 Akan tetapi hal itu, baru diketahui oleh
para pihak dan ahli warisnya, karenanya juga baru mengikat para pihak
40
Adrian Sutedi, 2007, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar
Grafika. Hal. 76
41
Ibid, Hal.77
42
Urip Santoso, 2008, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, Jakarta: Kencana, Edisi 1,
Cetakan keempat, Hal. 92
43
Boedi Harsono, 2003, Hukum Agaria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria,Isi dan Pelaksanaanya, Jakarta: Djambatan. Hal. 296
42
Syarat jual beli tanah menurut UUPA, ada 2 (dua) yaitu syarat
1. Syarat Materiil
memperoleh hak atas tanah yang dibelinya tergantung pada hak apa
yang ada pada tanahnya tersebut, apakah hak milik atas tanah hanya
2. Syarat Formil
membuat akta jual belinya. Akta jual beli ,menurut Pasal 37 PP No. 24
Tahun 1997 harus dibuat oleh PPAT. Adapun prosedur jual beli tanah
menurut UUPA yaitu: a. Jual beli tanah itu diawali kata sepakat antara
calon penjual dengan calon pembeli mengenai objek jual belinya yaitu
tanah hak milik yang akan dijual dan harganya. Hal ini dilakukan
44
Urip Santoso, 2008, Op.Cit, Hal. 77
43
sepakat akan harga dari tanah itu, biasanya sebagai tanda jadi, diikuti
C. Pendaftaran Tanah
status hak yang didaftar, kepastian subjek dan kepastian objek hak.
45
Rilly Juang Rumawung, 2019, Pengaturan Pendaftaran Tanah Secara Sistematik Pada
Proses Kepemilikan Tanah Di Indonesia, Jurnal Lex Privatum Vol.VII/No.2/Feb/2019, Hal.
12
44
menyimpan data hasil olahan dan yang terakhir penyajian data. Data-
hukumnya.46
tersebut diantaranya:
46
Boedi Harsono, 2005, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan
Pelaksanaannya, , Jakarta: Djambatan, Cetakan kesepuluh. Hal.73
45
Pemerintah.
Agraria.
dalam Pasal 19
guna usaha, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka
waktunya berakhir.
Tanah.
yaitu:47
47
Urip Santoso, 2011, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Cetakan kedua, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, Hal. 17-18
48
Kabupaten/Kota.48
48
Suci Ananda Badu, 2017, Tugas Dan Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Di Indonesia, Jurnal Lex Administartum Vol. V No.6, Hal.
83
49
Irawan Soerojo, 2003, Op.Cit, Hal.172
49
atasnya..
D. Landasan Teori
terhadap peralihan hak atas tanah melalui jual beli yang tidak
1. Teori PertanggungJawaban
salah satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras
51
Ibid. Hal. 83
52
Raisul Mutaqien, 2006, Teori Hukum Murni, Bandung: Nuansa & Nuansa Media, Hal.140
53
Ridwan HR, Op,cit, Hal.337
51
Dalam teori ini lebih menitik beratkan pada arti dari pada
berlaku.55
struktural jabatan yang tidak bisa terlepas dari tanggung jawab dan
pertanggungjawaban).56
54
Busyra Azheri, 2011, Corporate Social Responsibility Dari Voluntary Menjadi Mandatory,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal.54
55
Hans Kalsen, 2006, Teori umum tentang Hukum dan Negara, Bandung: PT.Raja Grafindo
Persada. Hal. 95
56
Busyra Azheri, Op.cit, Hal.60
52
57
Ridwan HR, Op.cit, Hal.365
58
Abdul Kadir Muhammad, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bakti, Hal.336
53
selalu dijunjung apapun akibatnya dan tidak ada alasan untuk tidak
dipenuhi.
59
Dhea Tri Febrina dan Ahars Sulaiman, 2019, Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) Dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah, Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang PPAT, Jurnal PETITA Vol.
1 No. 1. Hal. 128
60
L.J. Van Apeldorn, 2004, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan X, Jakarta: Pradnya Paramita,
hlm. 11
61
Ibid., hlm. 12
54
peraturan hukum saja yang harus ditata kelola dengan baik, namun
ditetapkan.
mempunyai sikap batin yang buruk, akan tetapi yang diberi sanksi
bahwa hukum itu tidak pasti dan tidak jelas. Kepastian hukum itu
56
pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian
aturan.
tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi
E. Kerangka Pikir
a. Alur Pikir
tanggung jawab PPAT terhadap akta jual beli yang telah memenuhi
PPAT XX; dan Implikasi hukum akta jual beli tanah dan atau
XX.
64
Sulardi, Yohana Puspitasari Wardoyo, 2015, Kepastian Hukum, Kemanfaatan dan
Keadilan Terhadap Perkara Pidana Anak, Jurnal Yudisial Volume 8, Nomor 3, Komisis
Yudisial Jakarta, hlm. 258-259
59
akta jual beli yang telah memenuhi syarat jual beli tetapi tidak
akta jual beli tanah dan atau bangunan yang tidak didaftarkan
terhadap tugas dan fungsi PPAT XX adalah akta jual beli sah dan
peraturanperundang-undangan.
Tidak Didaftarkan
G. Definisi Operasional
5. Jual Beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
administrasi.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian yang
B. Jenis Pendekatan
65
HS. H. Salim dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,Hal.185
66
Irwansyah, 2020, Penelitian Hukum, Pilihan Metode dan Praktek Penulisan Artikel,
Yogyakarta: Cetakan kesatu, Mirra Buana Media, Hal. 23
63
peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultur, emosi yang
C. Lokasi Penelitian
1. Data Primer
2. Data Sekunder
67
Irwansyah, 2021, Penelitian Hukum Pilihan Metode dan Praktik Penulisan Artikel ,
Yogyakarta: Mirra Buana Media, hlm. 206-207
64
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada.
2. Penelitian Kepustakaan
ini.
F. Analisis Data
BAB IV
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
maka diberikan tanda pemilikan tanah yang disebut sertipikat hak dan
dari nama pemegang hak atas tanah tercantum dalam buku pendaftaran
68
Urip Santoso, 2010, Hukum Agraria, Kajian Komprehensif. Jakarta: Kencana, hlm. 75.
68
tanah pada instansi pertanahan. Hal ini dianggap perlu karena kebutuhan
sumber daya yang sangat diperlukan saat ini, hal ini disebabkan tingginya
tanah, hal inilah yang menjadikan tanah sebagai sumber konflik dalam
masyarakat.
69
Iwan Permadi, 2016, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Tanah Bersertipikat Ganda
Dengan Cara Itikad Baik Demi Kepastian Hukum, Jurnal Yustisia, Volume 5 No. 2 Mei-
Agustus, hlm. 451
69
suatu hak atas tanah dalam daftar buku tanah dan Pendaftaran Peralihan
di bidang pertanahan.
Pembuat Akta Tanah, pada Pasal 2 diatur bahwa PPAT mempunyai tugas
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang
mana akta PPAT merupakan salah satu sumber utama dalam rangka
akta PPAT. Peralihan tanah dari pemilik kepada penerima disertai dengan
Akta PPAT adalah akta otentik dan sebagai sebuah akta otentik
dan formalitas akta yang harus dilakukan sehingga akta tersebut dapat
dikatakan sebagai akta otentik. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 1868
KUHPerdata: “Suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam
pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta dibuat.” Sehingga
akta yang dibuat oleh PPAT merupakan akta otentik yang dapat
adalah sebagai bukti, bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum yang
70
Abdul Kadir Muhammad,1994, Hukum Harta Kekayaan , Cetakan I, Bandung,
Citra Aditya Bakti, hlm. 55-56.
71
Adrian Sutedi, 2008, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Edisi 1.
Cetakan 2, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 143.
72
Undang Pokok Agraria, isi dan pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, hlm. 507.
73
sebagaimana yang diuraikan dalam Pasal 103 ayat (2) Peraturan Menteri
1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa dalam hal pemindahan hak atas
bidang tanah yang sudah bersertipikat atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Penjelasan Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 1997
dari PPAT dan berkasnya yang diterima kepada PPAT yang bersangkutan.
dilakukan oleh penerima hak atau oleh PPAT atau pihak lain atas
persetujuan atau permintaan dari penerima hak atas tanah. Namun praktik
nama sertipikat.
mengabaikan salah satu kewajibannya yaitu terkait hal yang diatur dalam
ketentuan pada Pasal 40 ayat (1) dan (2) tersebut di atas, tidak
akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada para pihak yang
beli tanpa alasan yang jelas PPAT tersebut tidak memohonkan pencatatan
dan pendaftaran peralihan hak dan balik nama sertipikat pada Kantor
Pertanahan padahal telah diminta oleh pembeli selaku penerima hak. Oleh
karena pihak pembeli merasa dirugikan akan hal tersebut maka pembeli
membeli 1 (satu) unit bangunan ruko di atas tanah seluas 115 M 2 (seratus
tertanggal 3 April 2012 dan Akta Pengikatan Jual Beli Nomor 50 tanggal 19
Mei 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh PPAT XXX yang didasarkan
Akta Surat Kuasa Menjual Nomor 08 tertanggal 18 Mei 2010 atas Sertipikat
dari pembeli kepada PPAT XXX karena pendaftaran dan balik nama
pembeli tidak tercatat sebagai pemilik hak atas tanah sesuai dengan AJB
yang telah dibuat oleh PPAT tersebut, karena PPAT tidak melakukan
PPAT XXX tersebut di atas juga tanpa alasan yang jelas telah
oleh pembeli disertai menyerahkan uang biaya balik nama untuk diajukan
ATR BPN Kota Makassar. Oleh karena PPAT tidak melaksanakan sesuai
namun ditolak oleh PPAT tersebut tanpa alasan yang jelas. Dengan
dengan tidak didaftarkannya akta yang telah dibuat PPAT tersebut dan
78
dan balik nama sertipikat yang telah disepakati sebelum pembuatan akta
jual beli yaitu segala proses pendaftaran dan peralihan hak termasuk balik
pembeli telah membayar secara tuntas dan lunas harga ruko dan telah
pula membayar Pajak Bumi dan Bangunan ruko tersebut hingga saat ini.
penggugat yang telah membayar tuntas dan lunas harga jual beli ruko,
telah membayar biaya PPAT dan telah membayar PBB ruko sampai saat
ini dan untuk menyelesaikan masalah ini telah menyita pikiran, waktu dan
biaya yang tidak sedikit yang telah dikeluarkan oleh pembeli. Kerugian
materiil dan non materiil yang dialami oleh pembeli tersebut menjadi dasar
pembeli.
mandiri dan tidak berpihak, sebagaimana yang telah diatur dalam kode
Pembeli yang beritikad baik dan jujur haruslah dilindungi menurut hukum
atas apa-apa yang telah dibayarkannya secara tuntas dan lunas dalam jual
milyar enam ratus lima puluh juta rupiah) sehingga terlaksananya peralihan
hak ruko kepada pembeli selaku pemilik, telah membayar Pajak Bumi dan
(delapan) tahun peralihan hak dan nama pembeli tidak dapat dimohonkan
(tiga ratus lima puluh juta rupiah) untuk menyelesaikan masalah ini. Akibat
kepastian hukum terhadap hak atas tanahnya hingga saat ini padahal
dengan para pihak yang meminta jasa kepada PPAT untuk dibuatkan akta.
dua sisi, yaitu hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kewenangan atau
oleh hukum dan dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau
yang bersifat kontraktual, dengan kata lain, kewajiban adalah sesuatu yang
sepatutnya diberikan.
dalam Pasal 40 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
pula sebaliknya seorang klien juga mempunyai hak dan kewajiban dalam
akta jual beli kepada PPAT, wajib membayar uang honorarium tertentu
kepada PPAT yang merupakan haknya. Kewajiban PPAT dalam hal ini
12 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala
Namun pada kasus PPAT XXX yang digugat oleh pembeli karena tidak
karena pihak pembeli telah meminta agar segera diproses namun pihak
Kantor Pertanahan, antara lain adalah kelalaian PPAT itu sendiri misalnya
karena banyaknya akta yang dibuat sehingga lalai dan lupa, dokumen
Ibid
74
75
Berdasarkan hasil wawancara dengan Endang Soelianti,SNotaris dan PPAT di Kota
Makassar pada tanggal 16 Maret 2022.
83
didaftarkan oleh PPAT dan telah lewat 8 (delapan) tahun maka tentu saja
undangan dan pelanggaran kode etik karena PPAT XXX tersebut tidak
bertanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya dan tidak beritikad baik
peralihan hak secara formal, formalitas atas kepemilikan suatu hak atas
tanah tidak terdaftar. Tugas utama seorang PPAT adalah membuat akta,
nama maka itu bagian dari pelayanan PPAT kepada klien. Proses balik
nama adalah salah satu rangkaian dari proses jual beli, dan pengurusan
balik nama tidak menjadi kewajiban PPAT. Namun apabila sejak awal telah
76
Ibid
84
maka apabila PPAT tidak melaksanakannya maka para pihak yang merasa
PPAT.77
melakukan pendaftaran akta yang telah dibuatnya kepada BPN. BPN tidak
dari tujuh hari. Secara hukum hak atas tanah telah beralih dengan
tidak didaftarkan tetap sah dan mengikat, namun belum memenuhi syarat
78
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ria Trisnomurti, Notaris dan PPAT di Kota
Makassar pada tanggal 17 Maret 2022.
85
terkait dengan kode etik PPAT. Klien yang merasa dirugikan karena hal
pemegang hak sendiri, PPAT tidak wajib mengurus proses balik nama tapi
hanya membuat akta, kecuali klien meminta tolong, namun hal tersebut
bukan sebagai tugas pokok seorang PPAT. PPAT diberikan tugas untuk
apa yang akan dilakukan, misalnya untuk melakukan proses balik nama.
kepastian hukum.80
Ibid
79
80
Berdasarkan hasil wawancara dengan Lola Rosalina, Notaris dan PPAT di Kota
Makassar pada tanggal 17 Maret 2022.
86
tersebut.81
tanah yang dilakukan melalui AJB yang dibuat oleh PPAT XXX tersebut di
atas tetap sah secara hukum namun memiliki risiko karena belum
sumber bahwa kewajiban proses balik nama adalah kewajiban para pihak
sendiri, namun dalam kasus ini telah disepakati dari awal bahwa segala
kepada PPAT XXX. Oleh karena telah ada kesepakatan dari awal maka
PPAT XXX tetap dapat didaftarkan, namun pihak pembeli yang telah
beritikad baik telah mengalami kerugian materiil dan nonmaterial yang tidak
sedikit jumlahnya akibat tidak adanya kepastian hukum terhadap hak atas
81
Ibid.
87
tanahnya. Sertipikat hak atas tanah yang telah dibelinya belum terbalik
(delapan) tahun, dan selama itu pula pihak PPAT XXX tidak melakukan
menyerahkan sertipikat asli kepada pembeli. Oleh karena hal ini maka
dan Pasal 40 serta ketentuan petunjuk yang diberikan oleh Menteri atau
ketentuan tersebut.
Pengawas PPAT bahwa hingga saat ini belum pernah ada kasus yang
saat ini.82
Tanah, namun juga banyak PPAT yang tepat waktu dalam melaksanakan
aturan tersebut.
Menurut penulis sejauh ini belum ada sanksi tegas yang diberikan
melewati jangka waktu yang telah ditentukan hal itu berarti PPAT telah
harus tegas akan hal itu agar dapat memberi efek jera kepada PPAT yang
terwujud.
Kantor menolak semua pengajuan akta PPAT yang telah melewati batas
tidak tepat waktu dalam mendaftarkan akta yang dibuatnya kepada BPN.
terhadap akta yang telah dibuatnya, dalam kasus ini tidak didaftarkannya
ketidakpastian hukum terhadap pihak yang berhak atas tanah tersebut yaitu
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo. Pasal 103 ayat (1) Peraturan
hari kerja setelah ditandatanganinya akta tersebut, dan Pasal 103 ayat (7)
PPAT untuk didaftarkan walaupun lewat dari 7 (tujuh) hari kerja. Hal
tersebut ditegaskan dalam Pasal 103 ayat (7) Peraturan Menteri Negara
sanksi administratif.
kegiatan yang dilakukan oleh Menteri terhadap PPAT secara efektif dan
efisien untuk mencapai kualitas PPAT yang lebih baik. Sedangkan Pasal
yang bersifat preventif dan represif oleh Menteri yang bertujuan untuk
tersebut tidak saja dapat dikenakan sanksi administratif tapi juga tidak
83
Ridwan HR,2010, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 310- 311.
92
Perbuatan PPAT XXX yang telah menyebabkan sebuah akta yang wajib
yang beritikad buruk dalam jual beli ini yang tidak mengakui bahwa benar
jawab.
juga dinilai dari sudut pandang kepatutan. Fakta bahwa seseorang telah
perbuatan);
hukum);
3. Die daad moet aan een ander schade heb bentoege bracht
berikut:85
3. Ada kerugian;
dengan kerugian;
84
Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Material Dalam Hukum Pidana
Indonesia, Alumni, Bandung, 2012, hlm. 34
85
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, P.T Citra Aditya Bakti, Bandung 2010, hlm. 9
94
5. Ada kesalahan;
1919, unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya,
pelaku;
86
Ibid, hlm. 10-11
95
3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku agar dapat dikenakan Pasal 1365
87
Ibid, hlm. 11
96
pendaftaran terhadap akta jual beli yang telah dibuatnya sebagaimana diatur
kerugian bagi klien berupa kerugian materiil dan non materiil. Berdasarkan
balik nama menyebabkan kerugian bagi klien sehingga klien yang merasa
dianggap ada, jika memenuhi salah satu di antara 3 (tiga) syarat yaitu ada
unsur kesengajaan, ada unsur kelalaian (negligence, culpa), tidak ada alasan
harus bertanggung jawab untuk mengganti kerugian yang diderita oleh klien
tersebut dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi dan bunga. Pada kasus
gugatan pembeli kepada PPAT XXX majelis hakim memberi putusan agar
dan balik nama buku asli Sertipikat Hak Milik No.23301/Tamalanrea Indah
dari atas nama penjual ke atas pembeli pada Kantor Badan Pertanahan
nama pembeli yang diterbitkan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota
Makassar kepada pembeli selaku penggugat. Dalam kasus ini majelis hakim
biaya, ganti rugi dan bunga pada pembeli yang telah mengalami kerugian
gugatannya.
di awal sebelum dilakukannya transaksi. Pada kasus ini, pihak klien (penjual
dan pembeli) dengan PPAT telah sepakat untuk dibuatkan akta jual beli dan
juga pengurusan balik nama sertipikat. Apabila dilihat dari konteks ini maka
dalam waktu tujuh hari setelah akta dibuat. Oleh karena adanya pelanggaran
hal, yaitu tanggung jawab etik (tanggung jawab moral yang diatur dalam
kode etik PPAT dan tanggung jawab hukum. Adapun tanggung jawab hukum
ayat (1) Kode Etik PPAT, yakni bagi anggota yang melakukan
88
Ridwan HR, 2006, Hukum Admistrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal.335
89
Tamrin Muchsin, et.al, Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam Hal Pendaftaran Tanah:
Sebuah Tinjauan Kewenangan Dan Akibat Hukum, Jurnal Madani Legal Riview, Vol. 4
No.1, 2020. Hal.76
100
golongan yaitu:
hatinya.
90
Muhamad Sadi Is, 2016, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (Sebagai Upaya
Penguatan Lembaga Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Malang: Setara
Press. Hal. 33
101
memenuhi:91
91
Habib Adjie, 2009, Sanksi Perdata dan Administrasi terhadap Notaris sebagai Pejabat
Publik, Cetakan kedua, Bandung:Refika Aditama. Hal. 124
102
tindakan tanggung jawab, jujur, mandiri dan independent atau tidak berpihak
pada siapapun, hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 3 huruf f Kode
Etik PPAT. Selain hal tersebut, PPAT juga dilarang untuk melakukan
r angka 1 Kode Etik PPAT. Selanjutnya, PPAT sebagai pejabat umum yang
1. Membuat akta yang dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat bagi
diperkenalkan;
berlaku.
terpisahkan dari Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
pelanggaran dan sanksi yang dapat diberikan kepada PPAT yang melakukan
B. Implikasi Hukum Akta Jual Beli Tanah dan Atau Bangunan yang Tidak
Didaftarkan Oleh PPAT
Pada proses peralihan hak melalui jual beli dibutuhkan akta yang
disebut Akta Jual Beli yang dibuat oleh PPAT untuk memberikan jaminan
peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual
hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT
pendaftaran peralihan hak karena jual beli hanya dapat didaftarkan jika
dibuatkan akta oleh PPAT, karena akta PPAT merupakan salah satu syarat
mutlak untuk adanya pendaftaran peralihan hak atas tanah, adapun tujuan
pendaftaran akta peralihan hak atas tanah pada kantor pertanahan adalah
hak baru. Hal tersebut dilakukan agar dengan mudah dapat membuktikan
dirinya sebagai pemegang hak baru dan dengan mudah dapat memperoleh
nyata atau riil perbuatan hukum jual beli yang bersangkutan telah
Suatu transaksi jual beli tanah yang dilakukan antara penjual dan
pembeli di hadapan seorang PPAT untuk dibuatkan akta jual beli hak atas
para pihak yang menghadap PPAT untuk dibuatkan akta jual beli, akan
untuk penjual, pembeli dan PPAT yang bersangkutan. Pihak penjual dengan
Akibat hukum yang timbul karena adanya perbuatan hukum jual beli
akan membawa akibat peralihan hak milik atas tanah dari penjual kepada
106
pembeli. Pihak pembeli akan menerima uang dengan beralihnya hak atas
tanah tersebut. Seandainya terjadi wanprestasi dari salah satu pihak tersebut
Akta peralihan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT merupakan akta
autentik mengenai semua perbuatan hukum mengenai hak atas tanah dan
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya.
107
apa yang diberitahukan para pihak kepada PPAT. Namun PPAT mempunyai
kewajiban untuk memastikan bahwa apa yang termuat dalam akta PPAT
yaitu dengan cara membacakan sehingga menjadi jelas isi akta tersebut,
penandatanganan akta.
Suatu akta dapat dikatakan akta otentik apabila telah memenuhi syarat-
KUHPerdata yaitu akta tersebut harus dibuat oleh atau di hadapan seorang
pejabat umum, akta tersebut harus dibuat dalam bentuk yang telah
akta tersebut dibuat. Tata cara dan formalitas pembuatan akta otentik adalah
merupakan ketentuan hukum yang memaksa, artinya tata cara dan prosedur
otentik akan membawa akibat hukum kepada kekuatan pembuktian akta itu.
108
Sifat tertulis suatu perjanjian yang dituangkan dalam sebuah akta tidak
membuat sahnya suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis tersebut dapat
digunakan sebagai alat bukti di kemudian hari, karena suatu perjanjian harus
Kewajiban penyerahan surat bukti hak atas tanah yang dijual sangat penting
sertipikatnya. Peralihan hak atas tanah dari pemilik kepada penerima disertai
peralihan hak atas tanah pada Kantor Pertanahan adalah untuk memperoleh
surat bukti yang lebih kuat dan lebih luas daya pembuktiannya yaitu berupa
sejak ditandatanganinya akta itu, hal tersebut diatur dalam Pasal 40 ayat
Hal ini perlu dilakukan agar dapat dilaksanakan proses pendaftarannya oleh
Kepala Kantor Pertanahan. Hal itu dikarenakan proses peralihan hak atas
tanah yang telah dilakukan oleh para pihak baru dapat dilakukan proses
sertipikat dan buku tanah apabila telah didaftarkan akta peralihan haknya
perundang-undangan.
secara nyata oleh pemilik yang baru, maka dapat memberi peluang bagi
yang pihak yang beritikad tidak baik untuk menjual kembali tanah tersebut
diadakannya jual beli walaupun pembeli telah membayar lunas harga yang
disepakati.
mengajukan gugatan terhadap penjual dan PPAT oleh karena penjual tidak
mengakui telah dilakukannya jual beli padahal akta jual beli telah
namun PPAT XXX tidak melakukan pendaftaran hingga telah lewat waktu 8
penyerahan secara yuridis formal, sertipikat masih atas nama penjual dan
pemilik hak atas tanah tersebut telah beralih. Seharusnya PPAT XXX
mendaftarkan akta yang telah dibuatnya dalam jangka waktu yang ditentukan
karena jangan sampai ada perbuatan hukum lain yang dilakukan oleh pemilik
111
yang dapat merugikan pihak pembeli. Karena apabila terjadi sengketa, yang
dalam akta tersebut secara hukum memang sudah beralih akan tetapi
Menurut Andrie Saputra Prins bahwa akta jual beli yang tidak
membatalkan akta jual beli, akta tersebut tetap sah, hak penjual dan pembeli
Tanpa adanya akta PPAT proses pendaftaran peralihan hak dan balik
nama tidak dapat dilakukan karena PPAT adalah satu-satunya pejabat yang
membatalkan akta menjadi batal demi hukum, sertipikat masih bisa tetap
dibalik nama kepada pembeli walaupun AJB telah dibuat 8 (delapan) tahun
pengurusan balik nama sertipikat apabila diminta oleh klien. Walaupun PPAT
pembuktian akta yang dibuatnya, tidak ada akibat hukum terhadap AJB yang
tidak didaftarkan AJB tersebut tidak batal, tetap sah dan mengikat para
pihak.95
didaftarkan secara hukum kepemilikan hak atas tanah telah beralih namun
belum memenuhi syarat administrasi. Implikasi hukum terhadap akta jual beli
yang dibuat oleh PPAT namun tidak didaftarkan adalah akta tersebut tetap
tersebut selama proses pembuatan akta jual beli tersebut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Akta jual beli tetap sah dan mengikat para
pihak sepanjang tidak ada yang membuktikan sebaliknya mengenai akta jual
beli tersebut.
hukum akta jual beli tanah yang tidak didaftarkan oleh PPAT adalah tetap
tanah dan memiliki risiko yang mungkin akan timbul apabila tidak segera
95
Berdasarkan hasil wawancara dengan Endang Soelianti,SNotaris dan PPAT di Kota
Makassar pada tanggal 16 Maret 2022.
96
Ibid
113
keabsahan akta jual beli namun dengan tidak didaftarkannya peralihan hak
yang terjadi maka risiko yang timbul adalah besarnya kemungkinan sengketa
akta yang dibuatnya tepat waktu sebagaimana yang diatur dalam peraturan
jangka waktu yang telah ditentukan, maka proses pendaftaran hak atas
tanah dan perubahan kepemilikan hak atas tanah juga dapat terhambat.
dianggap tidak pernah terjadi suatu perbuatan hukum apapun antara para
hukum terhadap para pihak khususnya pembeli yang telah beritikad baik.
Akta jual beli yang dibuat oleh PPAT tetap merupakan akta otentik dan
berarti suatu akta yang lahirnya tampak sebagai akta autentik serta
memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan, maka akta itu berlaku atau
dapat dianggap sebagai akta autentik, sampai terbukti sebaliknya. Hal ini
berarti bahwa tanda tangan pejabat dianggap sebagai aslinya, sampai ada
pembuktian ini terikat pada ketentuan khusus seperti yang ditur dalam
Pasal 138 HIR (Pasal 164 Rbg, Pasal 148 Rv). Kekuatan pembuktian lahir
ini berlaku bagi setiap kepentingan atau keuntungan dan terhadap setiap
yang dilakukan dan dilihatnya. Dalam hal ini yang telah pasti adalah
tentang tanggal dan tempat akta dibuat serta keaslian tanda tangan. Pada
97
Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Kedelapan,
Yogyakarta: Liberty, hlm. 163-164
115
pejabat menerangkan demikian itu sudah pasti bagi siapapun. Dalam hal
akta para pihak (partij acte) bagi siapapun telah pasti bahwa pihak-pihak
mereka.
kebenaran isi keterangan tersebut. Di sini pernyataan dari para pihak tidak
ada. Kebenaran dari pernyataan pejabat serta akta itu dibuat oleh pejabat
benar” maka hal tersebut adalah tanggung jawab para pihak yang
dari aspek fungsinya, akta otentik mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi
98
Habib Adjie, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan
Tulisan tentang Notaris dan PPAT), Bandung: Citra Aditya, hlm. 126.
116
formal dan fungsi sebagai alat bukti. Akta sebagai fungsi formal (formalitas
causa) artinya bahwa suatu perbuatan hukum akan menjadi lebih lengkap
apabila dibuat suatu akta. Sebagai contoh perbuatan hukum yang harus
Kemudian fungsi lainnya, yaitu fungsi sebagai alat bukti (probationis causa)
fungsi ini merupakan fungsi yang paling penting, sebab dibuatnya akta oleh
para pihak yang terikat dalam suatu perjanjian ditujukan untuk pembuktian di
suatu perjanjian dalam bentuk akta itu tidak membuat sahnya perjanjian akan
tetapi hanyalah agar dapat digunakan sebagai alat bukti di kemudian hari. 100
Dengan demikian, akta otentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti
kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh
hakim, yaitu akta yang dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu
Akta jual beli yang dibuat di hadapan PPAT merupakan salah satu akta
otentik yang dapat dijadikan sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh
atas tanah. Kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik tersebut
99
Herry Susanto, 2010, Peran Notaris dalam Menciptakan Kepatutan dalam Berkontrak,
Yogyakarta: FH UII Press, hlm. 54
100
Op.Cit. Sudikno Mertokusumo, hlm. 162.
101
Ibid, hlm. 55.
117
hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial baik tingkat regional,
akta otentik yang merupakan bukti tertulis terkuat dan terpenuh memberi
102
sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara.
hak atas tanah, namun akta tersebut tetap berada dalam lingkup hukum
yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (TUN) yang
berisi tindakan hukum tata usaha negara yang bersifat konkret, indvidual,
dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum. Akta PPAT merupakan produk dari pejabat umum sebagai bukti
adanya perbuatan hukum mengenai hak atas tanah untuk dijadikan bukti dan
Pada kasus gugatan yang dilakukan oleh pembeli kepada PPAT XXX
yang secara sengaja tidak melakukan pendaftaran terhadap Akta Jual Beli
103
Husni Thamrin, 2011, Pembuatan Akta Pertanahan Oleh Notaris, Yogyakarta: Laksbag
Pressindo, hlm. 59.
118
berupa kerugian materiil dan non materiil, majelis hakim menyatakan sah
secara hukum Akta Jual Beli No.115/2012 tanggal 3 April 2012 dan Akta
Pengikatan Jual Beli No.50 tanggal 19 Mei 2010 dan Akta Surat Kuasa
Menjual No.08 tanggal 18 Mei 2010 dengan segala akibat hukumnya. Akta-
akta tersebut dianggap sah oleh majelis hakim dan tetap memiliki kekuatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanggung Jawab PPAT terhadap Akta Jual Beli yang tidak didaftarkan ke
Pengawas PPAT dan sanksi yang dapat dijatuhkan kepada PPAT yang
teguran tertulis. Oleh karena kesalahan yang dilakukan oleh PPAT XXX
119
kasus ini majelis hakim memberi putusan agar PPAT XXX bertanggung
2. Implikasi hukum akta jual beli tanah dan atau bangunan yang tidak
didaftarkan oleh PPAT adalah tidak mengakibatkan akta jual beli tersebut
batal demi hukum. Akta jual beli yang tidak didaftarkan tetap sah, akta
tetap berlaku dan tetap bisa didaftarkan di kemudian hari. Akta jual beli
B. Saran
sebaiknya lebih berat agar menimbulkan efek jera terhadap PPAT yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-Buku
Darwin Ginting, 2010, Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah, Bogor: Ghalia
Indonesia
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, 2003, Jual Beli, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hans Kalsen, 2006, Teori umum tentang Hukum dan Negara, Bandung:
PT.Raja Grafindo Persada
HS. H. Salim dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum
Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moch. Isnaeni, 2015, Perjanjian Jual Beli, Surabaya: Revka Petra Media,
Cetakan kesatu
122
Raisul Mutaqien, 2006, Teori Hukum Murni, Bandung: Nuansa & Nuansa
Media
Somardi, 2007, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum
Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, Jakarta: BEE Media
Indonesia
2. Jurnal
Dhea Tri Febrina dan Ahars Sulaiman, 2019, Tanggung Jawab Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pembuatan Akta Jual Beli
Tanah, Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang PPAT, Jurnal PETITA Vol. 1 No.
1.
Sigar Aji Poerana, Sanksi Bagi PPAT Yang Membuat Akta Tak Sesuai
Data, diakses dari:
//www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4fe7c8b0c2b9d/san
ksi-bagi-ppat-yang-membuat-akta-tak-sesuai-data/
Yulia Vera Momuat, 2014, Eksistensi dan Akibat Hukum Pasal 1266
Kitab Undangundang Hukum Perdata Dalam Perjanjian
Terhadap Debitur Yang Tidak Aktif Dalam Melaksanakan
Perjanjian, Jurnal UAJY
3. Peraturan Perundang-undangan
4. Website
Adrian Febrianto, Tata Cara Hibah Tanah dan Syarat yang Perlu
Diketahui https://blog.justika.com/pertanahan-dan-properti/tata-
cara-hibah-tanah-dan-syarat-yang-perlu-diketahui/
Made Anggara, 2013, Pelaksanaan Peralihan Hak Milik Atas Tanah Karena
Jual Beli dihadapan Camat Sebagai PPAT Sementara Setelah
Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomot 24 Tahun 1997 Di
Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, Lampung:
Universitas Atma Jaya
125