Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

PELAKSANAAN PENGELOLAAN ASET DAERAH ATAS MOBIL DINAS


DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI
KABUPATEN ROKAN HULU

Diajukan Untuk Syarat Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

ARWANDI
NIM : 2035710

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PASIR PANGARAIAN
FAKULTAS HUKUM
2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMISI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ARWANDI

NIM : 2035710

Program Studi : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Pasir Pengaraian Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non
Exclusive Royalty-Free-Right) atas skripsi saya yang berjudul: Pelaksanaan
Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas Daerah Dalam Mewujudkan Good
Governance Di Kabupaten Rokan Hulu.
Beserta perangkat yang ada (Jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini, Universitas Pasir Pengaraian berhak menyimpan, mengalih media/
formatkan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan semestinya, atas perhatian saya
ucapkan terimaksih.

Pasir Pengaraian, 18 Juli 2021


Yang Menyatakan,

ARWANDI
NIM. 2035710

ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ARWANDI
NIM : 2035710
Bidang Minat : Hukum Tata Negara
Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENGELOLAAN ASET DAERAH ATAS
MOBIL DINAS DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE DI KABUPATEN ROKAN HULU

Menyampaikan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi Penulis ini merupakan

hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya tidak mencantumkan tanpa

pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelum atau ditulis oleh orang

lain atau sebagai bahan yang pernah lainya.

Apabila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam

pernyataan ini, makan saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Universitas Pasir Pengaraian.

Demikian surat pernyataan ini Penulis buat atas perhatiannya, Penulis

ucapkan terimaksih.

Pasir Pengaraian, 18 Juli 2019;


Yang Membuat Pernyataan,

ARWANDI
NIM. 2035710

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN PENGELOLAAN ASET DAERAH ATAS MOBIL DINAS


DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI
KABUPATEN ROKAN HULU

Diajukan Untuk Syarat Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

PENYUSUN,

ARWANDI
NIM. 2035710

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

H. NOFRIZAL, LC., M.H ABDUL LATIF, S.H., M.H

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PASIR PANGARAIAN
FAKULTAS HUKUM
2021

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN PENGELOLAAN ASET DAERAH ATAS MOBIL DINAS


DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI
KABUPATEN ROKAN HULU

Yang Diajukan dan disusun :

ARWANDI
NIM. 2035710

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji


Pada Tanggal 03 Bulan Agustus Tahun 2021
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Pembimbing I Pembimbing II

Nofrizal LC.,MH Abdul latif, S.H.,M.H


NIDN. 1005117701 NIDN.1011078606

Penguji I Penguji II Penguji III

Zulkifli, S.H., M.H., C.L.,A. Rise Karmilia, S.H., M.Hum Almadison,. S.H., M.H
NIDN. 1023048701 NIDN. 1004068502 NIDN. 1003118101

Pasir Pengaraian, Juli 2021


Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum

Rise Karmilia, S.H., M.Hum


NIDN. 1004068502
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan skripsi

ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Saya juga berterima kasih

kepada pihak – pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat berharap skripsi ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan untuk kita semua. Penulis Juga Mengucapkan terima

kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini :

1. Bapak Dr. Hardianto M.Pd Selaku Rektor Universitas Pasir Pangaraian yang

telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Universitas Pasir

Pangaraian;

2. Bapak H. Nofrizal, Lc., M.H Plt. Dekan Fakultas Hukum Universitas Pasir

Pangaraian sekaligus Pembimbing I (Satu) yang telah mendidik dan membantu

penulis hingga selesainya Skripsi ini;

3. Ibu Rise Karmilia SH. M.Hum. selaku Plt. Ketua Prodi Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas PasirPangaraian yang telah mendidik dan mengajarkan

Penulis;

4. Bapak Abdul Latif, S.H., M.H selaku Pembimbing II dalam penulisan skripsi

ini yang telah bersusah payah membimbing penulis dengan mencurahkan

perhatian, memberi arahan, serta saran dalam mengkoreksi penulisan skripsi ini

dari awal hingga akhir;

iv
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Pasir Pangaraian yang telah

memberikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga kepada

penulis, semoga jasa Bapak dan Ibu Dosen dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa;

6. Karyawan dan karyawati Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Pasir

Pangaraian yang memberikan pelayanan dan kemudahan dalam urusan

administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan studi penulis;

7. Keluarga besar Penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis

terutama kepada istri dan anak-anak penulis;

8. Kepada teman – teman kuliah di Universitas Pasir Pengaraian;

9. Kepada seluruhdosen Universitas Pasir Pengaraian;

10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis sadar skripsi ini belum sempurna dan memerlukan berbagai

perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua

pihak.

Semoga skripsi ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya skripsi yang dibuat ini dapat berguna bagi Penulis sendiri maupun orang

yang membacanya

Pasir Pengaraian, 18 Juli 2021

ARWANDI

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL JUDUL ...........................................................................


PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .......................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DARTAR ISI .......................................................................................................
ABSTRAK ............................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum Pengelolaan Aset Milik Daerah ............................... 9
2.2 Teori Kewenangan .............................................................................. 20
2.3 Tinjauan Umum Good Governance .................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................ 42
3.2 Alasan Pemilihan Lokasi..................................................................... 42
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 42
3.4 Teknik Memperoleh Data ................................................................... 44
3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ............................................. 45
3.6 Teknik Analisa Data............................................................................ 46

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Implementasi Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas
Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance
Di Kabupaten Rokan Hulu .................................................................. 47
4.2 Kendala Implementasi Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas

ix
Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance
Di Kabupaten Rokan Hulu .................................................................. 69

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 82
5.2 Saran ................................................................................................... 81

Daftar Pustaka

x
ABSTRAK

PELAKSANAAN PENGELOLAAN ASET DAERAH ATAS MOBIL DINAS


DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI
KABUPATEN ROKAN HULU

Oleh :
ARWANDI

Dalam ipenyelenggaraan iurusan ipemerintahan ioleh ipemerintah idaerah


idilaksanakan idengan iasas iotonomi idaerah iyang iartinya iialah ihak, iwewenang
idan ikewajiban idaerah iotonom iuntuk imengatur idan imengurus isendiri iurusan
ipemerintahan idan imasyarakat isetempat, isesuai iperaturan iperundang-undangan.
Hal iini imengandung imakna ibahwa iurusan ipemerintahan ipusat iyang
imenjadi ikewenangan ipusat itidak imungkin idapat idilakukan idengan isebaik-
baiknya ioleh ipemerintahan ipusat iguna ikepentingan ipelayanan iumum
ipemerintahan idan ikesejahteraan irakyat idisemua idaerah.
Fenomena iterhadap ipengelolaan iAset idaerah iberupa imobil idinas
imerupakan isuatu ihal iyang imenarik iuntuk iditeliti. iHal iini idikarenakan
iseringkali iaset idaerah iini idisalah igunakan, ihal iini imisalnya ikendaraan idinas
itersebut itidak idikembalikan ikepada ibagian iperlengkapan iSekretariat Daerah
Kabupaten iRokan iHulu isetelah imasa ijabatannya ihabis iatau ipensiun.
Pengelolaan iBarang iMilik iDaerah iKabupaten iRokan iHulu ibelum
iberjalan isecara imaksimal idalam imelakukan ipengelolaan iterhadap iaset idaerah
iberupa imobil idinas iterhadap ipengguna imobil idinas ipada ilingkungan
ipemerintah iKabupaten iRokan iHulu.

Kata Kunci : Aset Daerah, Pengolaan Aset, Mobil Dinas

xi
ABSTRAK

PELAKSANAAN PENGELOLAAN ASET DAERAH ATAS MOBIL DINAS


DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI
KABUPATEN ROKAN HULU

Oleh :
ARWANDI

In the administration of government affairs by regional governments, it is


carried out with the principle of regional autonomy, which means the rights, powers
and obligations of autonomous regions to regulate and manage their own
government and local community affairs, in accordance with statutory regulations.
This implies that it is impossible for the central government to carry out the
affairs of the central government which is the authority of the center as well as
possible by the central government in the interest of public services of government
and the welfare of the people in all regions.
The phenomenon of regional asset management in the form of official cars is
an interesting thing to study. This is because often these regional assets are
misused, for example the official vehicles are not returned to the equipment section
of the Rokan Hulu Regency Secretariat after their term of office expires or is
retired.
Management of Regional Property in Rokan Hulu Regency has not run
optimally in managing regional assets in the form of official cars for official car
users in the Rokan Hulu Regency government environment.

Keywords: Regional Assets, Asset Management, Official Car

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara adalah gejala hidup umat manusia dalam perjalanan sejarah umat

manusia. Perkembangan konsep negara telah berkembang mulai dari paling

sederhana sampai yang paling kompleks di zaman sekarang ini.1 didalam

kehidupan suatu negara terdapat manusia atau masyarakat yang terdiri dari

berbagai-bagai suku dan bangsa. Untuk memberikan rasa nyaman dan tentram

dalam masyarakat tersebut di perlukan suatu aturan atau hukum yang dapat

mengatur kehidupan masyarakat tersebut agar tidak terjadi kekacau (chaos)

didalam masyarakat tersebut.

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi negara Indonesia yang

mana dalam setiap Pasalnya mengatur mengenai ketentuan ketentuan yang

bersifat umum yang nantinya akan diatur lebih lanjut dalam Bentuk Undang-

undang. Indonesia terdiri dari beberapa daerah yang diatur dalam Pasal 18 UUD

1945 disebutkan bahwa “Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil,

dengan bentuk susunan daerah pemerintahannya ditetapkan dengan undang–

undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem

1
Jimly Assiddiqie, Pengantar lmu Hukum Tata Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2010,
h.1

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


2

pemerintahan negara, dan hak–hak asal–usul dalam daerah–daerah yang bersifat

istimewa.” 2

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah

dilaksanakan dengan asas otonomi daerah yang artinya ialah pemerintah dan

daearah otonam diberi hak dan kewenagan dalam upaya pengurusan sendiri

pemerintahannya dan masyarakat setempat, sesuai peraturan perundang-

undangan. Makna yang terkandung dalam hal ini dalam pelaksanaan tugasnya

pemerintah pusat tidak mungkin bisa melakukan tuganya baik dalam bentuk

pelayanan maupun Untuk mensejahterakan rakyat dengan baik terkait hal yang

berada di pemerintah daerah. Apalagi Kondisi Geografis, System Politik, Hukum,

Sosial Dan Budaya beraneka ragam dan bercorak, di sisi lain NKRI yang meliputi

daerah-daerah kepulauan dan wilayah negara sangat luas.3

Adapun tujuan pemberian otonomi daerah ini adalah pemerintah daerah

diharapkan bisa mengatur serta meyusun kegiatan dalam rumah tangganya sendiri,

hal ini dimaksutkan agar pemerintah dapat meningkatkan mutu daya dan Hasil

Guna untuk upaya pelayanan public kepada masyarakat serta untuk melaksankan

pembangunan. Disamping itu peberian otonomi daerah pada dasarnya bertujuan

baik dengan maksut meningkatkan dari proses pelaksanaan pembangunan serta

pelayanan pemerintahan daerah. Terutama Fokus utamanya adalah dan bidang

2
Lihat Pasal 18 Undang –Undang Dasar Tahun 1945
3
Jimly Assiddiqie, Pengantar lmu Hukum Tata Negara, Op.Cit., Hlm. 6

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


3

pembangunan juga pelayanan public bagi masyarakat juga untuk menyatukan

kesetabilan dalam politik dan persatuan kesatuan bangsa.4

Otononi daerah (OTDA) yang menajadi dasar dalam pelaksanannya adalah

jika kita lihat dari berkengkangnya situasi dan Kondisi dalam Negeri masyarakat

banyak yang menginginkan adanya keterbuaan serta kemandirian

(Desentralisasi). Jika kita lihat di Luar Negeri Globalisasi semangkin gencar dan

semangkin marak hal ini menuntuk Negara harus memiliki daya saing, Termasuk

juga daya saing pemerintah Daerahnya.5 Selanjutnya diharapkan dengan

pelaksanaan otonomi daerah peningkatan kemadirian pemerintah daerah dapat di

capai.

Dalam rangka meningkatkan Efesiensi dan Efektifitas penyelenggaran

dalam pelaksanaanya daearah harus ditingkatkan dengan melihat aspek-aspek

pentingya hubungan sesama susunan pemerintah dan antar Pemda, potensinya

serta Keanekaragaman yang dimiliki daerah, tantangan serta peluang dengan

memberikan kewenangan yang selaus-luasnya untuk daerah juga memberikan hak

serta kewajibannya dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah.6

Otonomi daerah dalam Pelaksanaannya beridentik dengan adanya

pembentukan untuk mencapai Good Governance untuk mencapai daerah yang

terbangun secara efektif dan efisiensi dalam susunannya otonomi daerah

4
Siswanto Sunarno,Hukum Pemerintahan Daerah Di ndonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
2013, h.6
5
Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat,
Jakarta, 2002, h. 2
6
Ridwan, Hukum Administrasi Di Daerah, FH UII, Yogyakarta, 2009, h. 7

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


4

memerlukan suatu pemerintahan dan baik juga benar, untuk tercapainya Good

Governance merupakan persipan syarat utama dalam terwujudnya aspirasi yang

diinginkan masyarakat untuk mencapai tujuan serta Cita - Cita Bangsa dan

Negara.7

Good governance dalan upaya mewujudkannya, maka diwajibkan kepada

pemerintah daerah otonom untuk melaksanakan tugak Pokok, Fungsi serta

Kinerjanya dengan Konsisten dan Optimal. Kondisi ini diharapkan dalam

pelaksanaan otonomi daerah nanntinya bisa mencapai Keberhasilan dan berdaya

guna bersih serta bertanggung jawab, satu dengan apa yang menjadi yang hendak

tujuan capai serta sebagai bentuk dan upaya tranparasi Keuangan terhadap publik.

Istilah Good Governance merupakan sebuah Pemikiran bisa diwujudkan

dengan penyatuan tiga pilar pendukung berjalan dengan baik dan benar Fungsi

dan tugasnya, tiga pilar tersut adalah 1. Negara, 2. Sektor Swasta dan 3.

Masyarakat Madani. System birokrasi yang dimiliki pemerintahan negara harus

mampu merubah bentuk pelayanan yang terdapat dalam birokrasi bersifat elitis

menjadi birokrasi yang populis. Sektor swasta yang merupakan salah satu

pengelola dari sumber daya selain negara serta birokrasi pemerintahannya juga

diwajibkan untuk memberikan kontribusi bagi kegiatan usaha pengelolahan

7
Sedarmayanti, Good Governanace (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka
Otonomi Daerah: Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisisen Melalui Restrukturisasi dan
Pemberdayaan. Mandar Maju, Bandung, 2003, h. 2

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


5

sumber daya. Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan

keterlibatan organisasi kemasyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang negara.8

Bentuk dari Pengelolaan barang yang dimilik oleh daerah adalah bentuk

serangakaian Kegiatan ataupun tindakan yang dilakukan terhadap barang daerah

termasuk didalamnya Perencanaan, penganggarannya, Standarisasi

Kebutuhannya, standarisasi barang dan harga-hanyanya, pengadaannya,

penyimpanannya, penyalurannya, inventarisasinya, pengendaliannya,

pemerilaharaannya, pengamanannya, pemanfaatannya, perubahannya, dan juga

setatus hukumnya serta penatausahannya. Implementasi keseluruhan merupakan

bagian yang penting serta di butuhkan untuk terciptanya suatau pemerintahan

yang baik ( Good Governance ) serta pemerintahan bersih ( Clean Government ).

Barang milik daerah atau aset adalah merupakan barang atau harta yang

dimilik oleh daerah yang barangberwujud dan/atau barang yang tidak berwujud.

Dalam kegiatan pelaksanaan pemerintahan serta pelayanan publik untuk

masyarakat aset daerah merupakan salah satu penunjang penting. Karena aset

yang dimiliki daerah merupakan penunjang sangat penting bagi pemerintah

otonomi daerah kerana aset merupakan potensi ekonomi kepunyaan daerah

tersebut. Potensi ekonomi maknanya merupakan terdapat kemamfaatan

pendapatan financial serta ekonominya sendiri yang pada masa akan datang bisa

dimiliki atau didapatkan, hal ini akan mmempengaruhi dari fungsinya dan peran

8
Tim CCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani,
Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Kenegaraan dan Perundang-Undangan, UGM.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


6

pemerintah daerah dalam pelaksanaan pemberi pelayanan publik kepada

masyarakat.9

Fenomena terhadap pengelolaan Aset milik daerah yaitu kendaraan mobil

dinas merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan

seringkali aset daerah ini disalah gunakan hal ini minsalnya kendaraan dinas

tersebut tidak dikembalikan kepada bagian perlengkapan Setda Kabupaten Rokan

Hulu setelah masa jabatannya habis atau pensiun.

Selain itu banyak juga mobil dinas yang telah dilakukan modifikasi oleh

penggunanya hal ini seperti penggantian nomor plat, letak mobil dinas yang tidak

berada di Kabupaten Rokan Hulu serta mobil dinas yang masih terus digunakan

sedangkan masa jabatannya telah habis atau pejabat pengguna mobil dinas

tersebut telah pindah ke intansi lainnya (mutasi). Namun belum ada dikembalikan

mobil dinas yang digunakan pada intansi sebelumnya. Hal ini merupakan

permasalahan yang sering terjadi dan sudah lumrah kita lihat di Kabupaten Rokan

Hulu dalam pengolaan asetnya.

Tidak dikelolanya aset daerah berupa mobil dinas di Kabupaten Rokan

Hulu menyebabkan tidak terwujudnya penerapan good governance dalam sistem

pemerintahan daerah di Kabupaten Rokan Hulu tidak dapat dilaksanakan. Selain

itu mengenai transparansi dan akutabilitas yang merupakan prinsip dasar sistem

pemerintahan good governance sering tidak dilaksanakan oleh pemerintahan

Kabupaten Rokan Hulu hal ini dapat dilihat dari penggelolaan terhadap asset

9
Nyemas Hasfi1, Martoyo, Dwi Haryono, Pengelolaan Barang Milik Daerah, Jurnal
Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013, h. 31

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


7

daerah berupa mobil dinas pada pejabat pemerintah daerah pada Kabupaten

Rokan Hulu.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian secara mendalam dengan mengambil judul “Pelaksanaan Pengelolaan

Aset Daerah Atas Mobil Dinas Daerah Dalam Mewujudkan Good

Governance Di Kabupaten Rokan Hulu”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian tersebut, maka secara umum mengatsasu

permasalahan yang perlu dikemukakan adalah sebagai beriku

1. Bagaimana Pelaksanaan Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas

Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Rokan

Hulu?

2. Apa Hambatan Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil

Dinas Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten

Rokan Hulu?

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil

Dinas Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten

Rokan Hulu.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


8

b. Untuk Mengetahui Hambatan Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Aset

Daerah Atas Mobil Dinas Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance

Di Kabupaten Rokan Hulu.

D. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi

bagi pembaca sekaligus masukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan

di bidang ilmu hukum tata negara.

b. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

perbandingan dan memberikan masukan kepada pihak-pihak Lembaga

Permasyarakatan Pasir Pangaraian dan pihak Fakultas Hukum Universitas

Pasir Pangaraian.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Pengelolaan Aset Milik Daerah

2.1.1 Teori Pengelolan

Menurut Moekijat yang dikutip oleh Nugroho dalam bukunya yang

berjudul Good Governance pengertian pengelolaan adalah suatu proses tertentu

yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan

yang dikerjakan dalam upaya pencapaian tujuan dengan cara mamanfaat kan

potensi yang ada pada manusia serta sumber lain. Moekijat demikian menitik

beratkan suatu pengelolaan dalam proses merencanakan, mengorganisasi serta

menggerakkan dan mengawasi agar mencapainya tujuan yang ingin dicapai

menggunakan sumber daya manusia yang ada dan sumber-sumber lain.10

Pengelolaan bias juga disebutkan dengan manajemen yang dasarnya sering

dikait-kaitkan dengan suatu aktivitas atau serangkaiaan kegiatan-kegiatan dalam

keorganisasian seperti Perencanaan, Pengorganisasian, Pengendalian, Pengarahan,

Dan Pengawasan. manajemen Istilahnya bewal dari penggunaan kata kerja “To

Manage” yang artinya menangani, memimpin, membimbing, dan/atau mengatur.

Beberapa ahli mendefinisikan batasan manajemen adalah merupakan suatu proses,

yang arti pemaknaannya merupakan suatu kegiatan sistematis dalam upaya

mengerjakan suatu pekerjaan. Proses kegiatan ini ialah merupakan bentuk terankai

10
Nugroho, Good Governance, Mandar Maju, Bandung, 2003, h. 120
9

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


10

suatu tindakan yang berjenjang-jenjang, berkelanjutan serta saling keterkaitan

dilakukannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pada dasarnya pengelolaan ialah suatu kata istilah yang asalnya dari kata

“Kelola” yang makna artinya serangkaian bentuk usaha bertujuan untuk menggali

dan memanfaatkan selurunya potensi yang dipunya atau dimiliki efektik dan

efisien kegunanya untuk mencapai tujuan apa yang telah direncanakan untuk di

capai sebelumnya” Wardoyo mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

“Pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasa dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”

Dari beberapa uraian kata penjelasan di atas kita dapat menyimpilkan

sebuah pengertian yang di maksut dengan pengeloaan rangkaian suatu aktifitas

kegiatan yang berpusat pada proses Perencanaan, Pelaksanaan serta pengawasan

yang tujuannya dalam upaya penggalian serta pemanfaatan sumber daya dipunyai

dengan cara efektif bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi seprti yang telah

ditentukan.

Dalam rangka Pemajuan pendapatan potensi daerah dan untuk mengurangi

ketergantungan daerah pada bantuan dari pemerintah pusat, perlu dilakukan

upaya-upaya dalam menggali potensi-potensi daerah yang dapat menghasilkan

pendapatan bagi daerah yang nantinya berguna untuk penyelenggaraan

pemerintah di daerah. Salah satu upaaya tersebut adalah dengan melakukan

pemungutan pajak. Ditinjau dari segi hukum, pajak adalah merupakan eprikatan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


11

(antara pemerintah selaku fiskus dengan rakyat selaku wajib pajak), timbulnya

karena peraturan perundang-undangan (dengan sendirinya.) kewajiban bagi

seseorang yang telah masuk criteria pemenuhan syaratnya sesuai dengan peraturan

perundang-undang agar memberikan sejumlah uang kepada pemerintah dalam hal

ini negara yang dapat dipaksakan, atanya tidak ada mendapatkan imbalan secara

langsung dapat ditunjukan, yang digunakan membiayai pengeluaran-pengeluaran

Negara. Secara umum pengertian pajak adalah pemindahan harta atau hak milik

kepada pemerintah dan digunakan oleh pemerintah untuk pembiayaan

pembangunan negara yang berdasarkan peraturan yang berlaku sehingga dapat

dipaksakan.

2.2.2 Pengelolaan Aset Milik Daerah

Asset barang kepemilikan daerah umunya berkaitan dan berhubungan

dengan memanajemen materi serta manajemen perlengkapan milik daerah

otonom. Menurut Syamsi dalam pengertiaanga maksud dari makan perlengkapan

daerah ialah bentuk perlengkapan seperti materil dan/atau kepunyaan Pemerintah

Daerah, dan yang di makstkan dengan menajemen perlengkapan-perlengkapan

daerah dan/atau pengelolaan perlengkapan-perlengkapan daerah ialah rangakaian

proses penyelenggaraan meliputi fungsi merencanakannya, mengatur

melaksanakanya dan pengontrolnya terhadap barang-barang apa saja yang

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


12

menjadi kepunyaan Pemerintah Daerah, bertujuan pencapaian efisiensi di bidang

perlengkapan daerah.11

Aset daerah diperoleh dari dua sumber, yakni dari APBD dan dari luar

APBD. Berasalnya aset daerah bisa melalui :

1) Aset yang sumbernya berasal pelaksanaan Angaran pendapatan Belanja

Daerah (APBD) ia merupakan Output/Outcome asalnya terealisasi belanja

dan/atau modal jangka waktu 1 (Satu) tahun anggaran.

2) Aset daerah asalnya di luar pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD). Berkaitannya ini pemerolehan asset daerah yang dimiliki bukan

karena ada realisasi anggaran-anggaran daerah, maupun anggaran belanja

modal dan bukan belanaja pegawai dan/atau belanja barang serta jasa.

Aset barang milik negara/daerah Pengelolaannya yang sebagaimana

ditetapkan dalam peraturan pemerintah pelaksanaanya mempertatikan asas-asas

yang berikut ini disebutkan : Azas fungsional, Azas kepastian hukum, Azas

transparansi, Azas efisiensi, Azas akuntabilitas dan Azas kepastian nilai. Asek

milik Negara/dearah adalah barang mendapatkannya dengan cara membeli atau

memperoleh dari APBN/APBD serta barang yang diperoleh dari apa saja yang

perolehannya secara sah. Adapun barang sah dari perolehan yang lain dapat

didefinisikan:

a) Barang yang perolehnya asalnya hibah/sumbangan dan yang sejenis.

11
bnu Syamsi, Administrasi Perlengkapan Materil Pemerintah Daerah, Bina Aksara,
Jakarta,1983, h. 9

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


13

b) Barang yang perolehmya merupakan pelaksanaan akan suatau

perjanjian/kontrak.

c) Barang yang perolehnya dari ketentuan undang-undang.

d) Barang didapatkan memalui putusan pengadilan serta putusnya telah Memiliki

kekuatan hukum tetap.

Pengelolaan barang milik negara/daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

meliputi :

a. Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran;

b. Pengadaan;

c. Penggunaan;

d. Pemanfaatan;

e. Pengamanan dan pemeliharaan;

f. Penilaian;

g. Pemindahtanganan;

h. Pemusnahan;

i. Penghapusan;

j. Penatausahaan; dan

k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Untuk efisiensi dan efektifnya penduukungan dalam mengelola asset milik

daerah dan dalam upaya menciptakan keterbukaan dalam pengeloaan asset yang

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


14

di punya daerah, untuk itu pemerintah daerah otonimi memerlukan adanya serta

melakukan pengembangan system informasi menajemen yang komprehensif serta

handal dalan bentuk alat untuk menyiapkan laporan pertanggung jawaban. Dan

dari itu juga, harus ada kemanfaatan dari system informasi sebagi dasar untuk

mengambil keputusan berkenaan kebutuhannya barang serta estimasi butuhanya

belanja pembangunan (Modal) untuk menyusun APBD, dalam upaya memperoleh

informasi manajemen barang milik daerah cukup memadai maka diperlukan dasar

pengeolaan dari kepunyaan aset yang memadai juga.12

Menurut Mardiasmo ada tigas dasar prinsip dalam pengeloaan aseet

daerah:13

1) Adanya perencanaan yang tepat;

2) Pelaksanaan/pemanfaatan secara efisien dan efektif, dan

3) Pengawasan (monitoring).

Harta milik dearah otonom harus dikekolag secara maksimal serta harus

diperhatikan prinsip efisiensinya, efektifitasnya, transparansinya, serta

akuntabilitasnya. Pengawasannya (monitoring) harus dilakukan oleh Masyarakat

serta DPRD bagi penggunaan barang aset daerah tersebut supaya tidak ada

terjadi kegiatan menyalahgunakan asset daerah. Berikut ini hal yang cukup peting

harus diperhatikan pemerintah daerah adalah perlunya dilakukan perencanaan

terhadap biaya operasional dan pemeliharaan untuk setiap kekayaan yang dibeli

12
Nyemas Hasfi1, Martoyo, Dwi Haryono, Pengelolaan Barang Milik Daerah, Jurnal
Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013
13
Mardiasmo, Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Pembiayaan Desentralisasi,
Yogyakarta: FE-UGM, 2002, h. 87

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


15

atau diadakan. Ini dikarenakan dalam penanganannya sangat seing terjadi biaya

operasional serta pemelihaannya tidak mengaitkan dengan belanja investasi

dan/atau modal. hasrunya ada kaitannya antara belanja investasi dan/atau modal

terhadap biaya operasi dan pemeliharaannya seharunya merupakan biaya

Commitment Cost yang wajib dilakukan. Selain biaya operasinya serta

pemeliharaannya, yang harus diperhatikan juga adalah biaya semisal biaya

asuransi kerugiannya. Dalam mengelola kekayaan yang dimiliki daerah haruslah

akuntabilitas bagi publik.

Menurut Mardiasmo beberapa Akuntabilitas publik yang wajib

pemenuhannya paling setidaknya meliputi:14

1) Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (Accountability For

Probability And Legality), berterkaitan penghindaran dalm menyalahgunaan

jabatan (Abuse Of Power) Bagi pejabat berkaitan dengan penggunaan serta

pemanfaatan milik daerah, selanjunya akuntabilitas hukum erat kaitanya

akan jaminan suatu kepatuhan terhadap hukum serta juga aturan-aturan lain

yang syarat-syaratnya terdapat dalm penggunaan kekayaan-kekayaan

publik.

2) Akuntabilitas proses (Process Accountability), dengan dipatuhinya prosedur

dalam upaya bentuk pelaksanaan mengelola kekayaan-kekayaan milik

daerah,cdidalamya termasukpula dilakukan Compulsory Competitive

Tendering Contract (CCTC) serpa penghapusan-penghapusan mark-up.

14
bid., h. 40

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


16

Untuk itu diperlukan kecukupannya system informasi Akuntasi, sistem

informasi manajemen, dan prosedur administrasi.

3) Akuntabilitas kebijakan (Policy Accountability), berkenaan dengan

pertanggung jawaban kepada DPRD dan masyarakat luas yang dilakukan

pemerintah daerah untuk semua kebijakan penggunaan dan pemanfaatan-

pemanfaatan kekayaan milik daerah.

Pengawasan mulai dari tahapan perencanaan hingga masuk kepada

penghapusan aset milik daerah harus dilakukan secata ketat. adanya campur

tangan auditor internal dalam penyelenggaraan pengawasan terasa penting agar

penilaian konsistesi sesama pelaksana yang dilakukan oleh pemerintah daerah-

pemerintah daerah dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Dengan itu juga,

auditor sangat penting untuk keterlibatannya dalam menilai kebijakan-kebijakan

akuntansi yang berkaitan serta manyangkut pengakuan aset derah (Recognition),

pengukuran (Measurement), dan penilaian (Evaluation). Pengawasan terasa

penting dalam upaya terhindar dari penyimpangan baik dalam perencanaan dan

pengelolaan aset-aset milik daerah.

Penelitian yang dilakukan terhadap pengelolaan aset pemerintah daerah

pada Bagian Perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu merupakan kajian terhadap

evaluasi kebijakan, dikatakan demikian karena pengelolaan asset pemerintah

daerah merupakan pelaksanaan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Evaluasi kebijakan merupakan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


17

bertujuan sebagai tujuan sistemik, pengamatan empiris mengenai pengaruh

kebijakan-kebijakan baik yang berjalan serta program pemerintah yang sudah

ditentukan sasarannya dalam bentuk tujuan-tujuan yang ingin diraih.

Pada kenyataannya terdapat 5 (Lima) faktor yang paling mempengaruhi

pemanfaatan dari hasil dalam evaluasi publik yakni karakteristik informasi, cara

pengkajian, struktur masalah, struktur birokrasi dan politik, interaksi antara pelaku

kebijakan. Dari karakteristik informasi, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu

informasi yang diberikan haruslah jelas, lengkapnya informasi serta tidak

menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan baru, kongkret serta juga praktis dan

juga cara penyajiannya yang dimaksudkan pelaku evaluasi kebijakan publik

benar-benar orang pilihan serta memiliki kompetensi dibidangnya yang cukup

memadai.

Aset dalam Pengelolaannya berupa barang milik daerah intinya

berhubungan atau berkaitan dengan menajemen materi serta juga manajemen

perlengkapan daerah. Manajemen materi menurut Serdamayanti ialah serangkaian

kegiatan merencanakan kebutuhan pemilihan sumber, pembelian, pemindahan,

penyimpanan dan pengawasan materil atau produksi dalam upayang peningkatan

keuntungan perusahaan.15

Menurut Syamsi menerangkan apa arti dan maskud dari perlengkapan

daerah ialah perlengkapan materil yang kegunaannya milik Pemerintah Daerah,

dan juga menajemen perlengkapan daerah serta pengelolaan-pengelolaan

15
Soedarmayanti, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi
Dinamika Perubahan Lingkungan. Mandar Maju, Jakarta, 2000, h. 169

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


18

perlengkapan daerah adalah serangkaian tindakan penyelenggaraan yang berkaitan

dengan fungsi merencanakan, mengatur melaksanakannya dan melakukan Kontrol

terhadap barang yang kepunyaanya milik Pemerintah Daerah, agar terpenuhinya

tujuan efisiensi dalam bidang perlengkapan daerah.16

Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan

barang/jasa Instansi Pemerintah, barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan

uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, peralatan, yang

spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang jasa. Berkaitan dengan lampiran

Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang petunjuk teknis pelaksanaan

pengelolaan barang daerah dijelaskan bahwa : ”Barang Daerah adalah semua

kekayaan daerah baik yang dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik

yang bergerak maupaun tidak bergerak serta bagian-bagiannya ataupun yang

merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur, atau ditimbang

termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat berharga lainnya”.

Untuk menyokong pengelolaan aset daerah dengan efektif dan efisien dan

untuk menghasilkan transparansi kebijakan pengelolaan aset-aset daerah, maka

pemerintah daerah memerluka atau mengembangkan sistem informasi menajemen

dengan bentuk komprehensif dan juga handal sebagai alat dalam menghasilkan

laporan pertanggung jawaban. Dan juga, sistem informasi yang diperlukan

memiliki kemanfaatan dalam upaya dasar pengambilan keputusan yang berkaitan

dengan kebutuhan barang serta Keperluan kebutuhan belanja pembangunan

16
bnu Syamsi, Administrasi Perlengkapan Materil Pemerintah Daerah, Op.Cit., h. 9

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


19

(Modal) dalam pelaksanaan penyusunan APBD, serta untuk mendapatkan

informasi manajemen aset-aset daerah yang mencukupi dengan demikian

diperlukannya dasar pengeolaan kekayan aset-aset yang cukup memadai juga.

Menurut Mardiasmo setidaknya memiliki tidak 3 (Tiga) prinsip

pengelolaan kekayaan aset daerah yang menjadi dasar daerah yakni: (1)

diperlukannya perencanaan yang tepat, (2) pelaksanaan/pemanfaatan secara fektif

serta efisien , dan (3) pengawasan (monitoring).17 pelaksana daerah memerlukan

pembuatan perencanaan-pencanaan kebutuhan akan aset yang akan digunakan

serta dimiliki. Dengan adanya rencana-rencana tersebut, pelaksana pemerintah

daerah kemudian akan melakukan pengusulan untuk anggaran pengadaan.

Berkaitan dnegan ini, masyarakat beserta DPRD semestinya melakukan

pengawasan (Monitoring) berkaitan dengan aset-aset atau kekayaan-kekayaan

untuk dimiliki pemerintahan daerah benar-benar dibutuhkan keberadaanya oleh

daerah. Seandainya memang diperlukan, seharusnya pengadaannya dikaitkan

bersamaan dengan cakupan layanan-layanan yang dibutuhkan serta diawasi

apakah benar ada mark-up dalam pembelian pengadaan tersebut. Dalam

Pelaksanaan pembelian barang dan/atau aset-aset baru semestinya dilakukan

pencatatan secara terdokumentasi dengan baik dan benar dalam sistem database

kekayaaan milikdaerah.

Dalm pengelolan kekayaan-kekayaan daerah harus dilaksanakan dengan

maksimal serta memerhatikan prinsip efisiensinya, efektifitasnya, transparansinya,

17
Mardiasmo, Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Pembiayaan Desentralisasi, Op.Cit., h.
87

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


20

serta akuntabilitas publik. Masyarakat bersama DPRD semsetinya melakukan

pengawasan (monitoring) kepada pemanfaatan aset-aset daerah tersebut supaya

tidak ada penyalahgunaan kekayaan-kekayaan kepunyaan daerah. Hal penting

untuk diperhatikan pemerintah daerah adalah perlunya dilakukan perencanaan

terhadap biaya operasional dan pemeliharaan untuk setiap kekayaan yang dibeli

atau diadakan. Biasanya terjadi hal berupa tidak disambungkannya antara biaya

dalam operasional dan biaya pemeliharaanya dengan biaya belanja Investasi

dan/atau Modal. Seharusnya ada keterkaitan biaya belanja investasi/modal kepada

biaya operasi dan pemeliharaannya karena biaya-biaya tersebut adalah

Commitment Cost semestinya dilakukan. Selain biaya-biaya dalam operasi serta

pemeliharaan-pemeliharaan, biaya lain yang juga mesti diperhatikan misalnya

seperti biaya asuransi dan kerugian-kerugian. Dalam pengelollan aset-aset daerah

wajib berperinsip akuntabilitas publik.

2.2 Teori Kewenangan

Kewenangan biasanya sering disama-samakan dengan Kekuasaan, serta

kekuasaan sering Bertukar-tukar menjadi istilah kewenangan, dan sebaliknya

begitu. Untuk kewenangan sering pula disamakan-samakan kepada wewenang.

Sementara itu Kekuasaan pada dasarnya berbentuk seperti hubungan yang dalam

arti ialah “Ada Satu Pihak Yang Memerintah Dan Pihak Lain Yang Diperintah”

(The Rule And The Ruled).18

18
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar lmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998,
h. 35-36

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


21

a. Pengertian Wewenang

Menurut Philipus M. Hadjon, wewenang (Bevoegdheid) didefinisikan

berupa kekuasaan hukum (Rechtsmacht). sehingga dalam konsep hukum publik,

wewenang berkaitan dengan hal kekuasaan. 19

F.P.C.L. Tonner dalam Ridwan HR menemukakan pendapat

“Overheidsbevoegdheid Wordt In Dit Verband Opgevad Als Het Vermogen Om

Positief Recht Vast Te Srellen En Aldus Rechtsbetrekkingen Tussen Burgers

Onderling En Tussen Overhead En Te Scheppen” yang maknanya (Kewenangan

Pemerintahan bersamaan Kaitan Ini bandingankan Sebagai suatu Kemampuan

dalam Melaksanakan Hukum Positif) 20.

Menurut H.D. Stoud adalah;21

Bevoegheid Wet Kan Worden Omscrevenals Het Geheel Van

Bestuurechttelijke Bevoegdheden Door Publiekrechtelijke Rechtssubjecten

In Het Bestuurechttelijke Rechtsverkeer. (wewenang juga dijelaskan

kedalm bentuk keseluruhan peraturan-praturan yang berkaitan pula dengan

perolehan serta penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum

publik dalam hukum publik.

Ateng syafrudin berpendapat ada perbedaan antara pengertian kewenangan

dan wewenang.22 Kita diwajibkan untuk membedakan antara bentuk kewenangan


19
Philipus M. Hadjon, “Tentang Wewenang”, Yurika, Yogyakarta 1997, h. 1
20
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Op.Cit., h. 100
21
Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam rfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan
Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, 2004, h. 4

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


22

(Authority, Gezag) dengan wewenang (Competence, Bevoegheid). Kewenangan

ialah sesuatu yang disebut sebagai bentuk kekuasaan formal, yang dalam hal ini

kekuassan tersebut merupakan pemberiaan atas apa yag diberikan oleh undang-

undang, dari pada itu Wewengan ialah mengenai suatu “Onderdeel” (bagian)

tertentu dari keseluruhan kewenangan itu. kewenangan didalamnya memiliki

banyak bentuk dari wewenang-wewenang (Rechtsbe Voegdheden). Dalang

lingkup hukum publik wewenang termasuk didalamnya, sedangkan cakupan

wewengan pemerintahan, bukan hanya berkaitan dengan wewenang membuat

Ketetapan pemerintah (Bestuur), melainkan berkaitan dengan wewenang dlam

rangka pelaksanaan tugasnya, serta memberikan wewenang besrta distribusi

wewenang utamanya di kuatkan kedalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, bias terjadi suatu kekuasaan yang

todak ada kaitan hukumnya. Kekuasaan yang tidak da kaitan hukumnya

didefinsikan Henc Van Maarseven kedalam bentuk “Blote Match”,23 untuk suatu

kekuasanya yang ada kaitan hukumnya didefinisikan Max Weber dengan

menyebutnya wewenang rasionan dan/atau legal, merupakan wewenang yang

bentuknya berdasarkan sistem hukum atau maknai sebagai suatu bentuk kaidah-

22
Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan
Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi V,Universitas Parahyangan, Bandung, 2000, h. 22
23
Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik ndonesia,
Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis Pertanggungjawaban Kekuasaan, Universitas
Airlangga, Surabaya, 1990, h. 30

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


23

kaidah yang dipatuhi dan diakui masyarakat serta bahkan yang diperkokoh oleh

Negara.24

Dalam bacaan keilmuan politik, keilmuan pemerintahan, serta keilmuan

hukum istilah seprti kekuasaan, kewenangan, dan wewenang sering ditemukan.

Kekuasaan selalau disama-damakan begitu saja dengan kewenangan, serta

kekuasaan sering disalah artikan maknanya dengan kewenangan, seperti itupun

sebaliknya. Kewenangan pun tak luput sering disama-samakan dengan wewenang.

Kekuasaan rata-rata berbektuk seperti hubungan dalam makna bahwa “ada satu

pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah” (the rule and the ruled).25

Dalam hukum publik wewenang berkaitan dengan kekuasaan.26 Makna

dari kekuasaan dan wewenang memilki kesamaan dikarena dalam kekuasaan

miliki Eksekutif, Legislatif, serta Yudikatif merupakan kekuasaan formal.

Kekuasaan adalah unsur esensial oleh suatu Negara dalam tahapan

penyelenggaraan pemerintahan bersamaan dengan unsur-unsur lain, yaitu: a)

hukum; b) kewenangan (wewenang); c) keadilan; d) kejujuran; e)

kebijakbestarian; dan f) kebijakan.27

Kekuasaan adalah puasat dari system penyelenggaran negara supaya

Negara selalu bergerak (De Staat In Beweging) yang berdampak positif agar

24
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat
ndonesia, Kanisius, Yogyakarta, 1990, h. 52
25
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar lmu Politik, Op.Cit., h. 35-36
26
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Op.Cit., h. 1
27
Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, Makalah, Universitas slam ndonesia,
Yogyakarta, 1998, h. 37-38

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


24

Negara selalu berkiprah, bekerja, berkapasitas, berprestasi, dan berkinerja

memberikan pelayanan kepada warga negaranya. Untuk hal itu, Negara harus

memiliki kekuasaan. Miriam Budiardjo menjabarkan Kekuasaan merupakan

kemanpuan untuk mempengaruhi yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok

orang manusia kepada tingkah laku seseorang atau kelompok lainnya demi bentuk

beragam dalamupaya penyamaan tingkah laku tersebut menjadi sesuai dengan

orang atau Negara.28

Setiap tindakan pemerintahan dan/atau pejabat umum harus bertumpu

pada kewenangan-kewenangan yang sah. Adapun kewenangan-kewenangan

tersebut memiliki 3 (tiga) sumber.29

1. Atribusi adalah pemberian kewenangan pemerintahan oleh pembuat Undang-

undang kepada organ pemerintahan tersebut. maknanya kewenangan ini

sifatnya melekat bagi pejabat-pejabat yang diinginkan atas suatau jabatan

yang pegangnya.

2. Delegasi ialah kewenangan yang dimiliki pemerintahan dilimpahkan kepada

organ pemerintahan yang lainnya. Atau biasa disebut juga pelimpahan

kewenanagan. penerima delegasi/ delegataris dalam hal ini dibebankan atas

tanggung jawab dan/atau tanggung gugat.

28
Miriam Budiardjo, Op Cit, h. 35
29
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Op.Cit., h. 102

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


25

3. Mandat dapat terjadi jika mendapatkan izin dari organ pemerintah

kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. Mandat tidak

menhilangkan tanggung jawan, tanggung jawab tetap menajdi wewenang dari

pemberi mandat.

Berkenaan dnegan definisi mandat, Philipus M Hadjon meyampaikan

”Kewenangan untuk pembuatan keputusan bisa diperoleh hanya dengan dua cara,

yakni atribusi atau delegasi. Dengan demikian mandat dapat disimpilan bentuk

pelimpahan wewenang kepada bawahannya. Maksut dari Pelimpahan ini ialah

memberi suatu wewenang kepada bawahannya dalam upaya untuk melaksanakan

membuat keputusan atas nama pejabat Tata Usaha Negara pemberi mandat.

Terkhusus berkaitan deng mandat tidak memerlukan adanya ketentuan

peraturan perundang-undangan yang mengaturnya karena mandat ialah hal rutin

dalam hubungan intim-hirarkis organisasi-organisasi pemerintahan.” 30

Wewenang itu dasnya dibatasi dengan isi dan/atau materi (Materiae),

wilayah dan/atau ruang (Locus), serta waktu (Tempus). Aspek-aspek ter sebut

cacat tidak terpenuhi maka cacat wewenang atau dalam istilah bahwa diluar batas-

batas itu suatu tindakan oleh pemerintahan ialah tindakan yang tidak memiliki

wewenang (Onbevoegdheid).

30
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Op.Cit., h. 3

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


26

Lebih lanjut Philipus M Hadjon mengatakan dilihat dari sifatnya

kewenangan ada 3 (tiga) :

a. Kewenangan Terikat :

Berkaitan dengan peraturan yang mendasari kapan dan dalam bentuk

keadaan bagaimana kewenangan tersebut dapat digunakan.

b. Kewenangan fakultatif :

Dalam hal ini tata usaha negara tidak mawih mengelurkan dan

menerapkan wewenanngnya dengan kata laian amsih terdapat pilihan-

pilihan.

c. Kewenangan bebas :

Kewenangan yang kalau peraturan yang mendasarinya memberikannya

kepada badan tata usaha negara dalam menentukan akan suatu isi dari

keputusan yang akan dikeluarkan itu. Hadjon membagi kewenangan

keputusan tensebut kedalam 2 (Dua) yang itu :

a) untuk memutus secara mandiri.

b) kebebasan penilaian terhadap tersamar. 31

Kewenangan Kepolisian diperoleh secara atributif, artinya wewenang

tersebut bersumber pada Undang-undang, yakni UUD 1945, Undang-undang No.

2 Tahun 2002 dan Peraturan Perundang-undangan lainnya termasuk dalam

pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).

31
bid., h. 5

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


27

Philipus M. Hadjon mengatakan, bahwa wewenang atributif artinya

wewenang yang bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Hal

tersebut sebagai konsekuensi logis dari negara hukum, supremasi hukum dan

pemerintahan yang menganut sistem presidensil yang harus menempatkan semua

lembaga kenegaraan berada di bawah UUD 1945.32

Seperti dikemukakan oleh Soewoto Mulyosudarmo, bahwa konsekuensi

dari sistem presidensil, yaitu sebagai sistem yang menempatkan semua lembaga

kenegaraan berada di bawah UUD 1945. Selain itu dalam sistem pemerintahan

presidensil, Presiden bertanggungjawab atas penyelenggaraan keamanan,

ketenteraman dan ketertiban33.

2.3 Tinjauan Umum Good Governance

Istilah governance pada dasrnya sudah banyak dipahami damn wawasan

keilmuan dalam bacaan ilmu politik hampir 120 tahun yang lalu, pada masa

Woodrow Wilson mulai memperkenalkan bidang hukum tersebut sekiranya 125

tahun silam. Namun biasnya governance penggunaannya hanyan terbatas pada

bagian pengelolaan dalam organisasi korporat serta dalam lembaga pendidikan

tinggi saja. Wacana yang berkaitan dengan makna governance baru muncul

skiranta beberapa tahun kebelakang ini, ketikan ada pembiayaan internasional

memasukkannya sebagai sebagai persyaratan kepada good governance dalam

system pelaksanaan bantuannya. Para teoritisi serta para praktisi administration

32
bid., h. 25
33
Soewoto Mutyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi,
Assosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur dan n-Trans, Malang, 2004, h. 7

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


28

negara Indonesia ini, merena menerjemanh term good governance dengan

menyebut penyelenggaraan sebagai pemerintah amanah, tata kepemerintahan

yang baik dan benar, pengelolaan pemerintahan yang baik serta bertanggun jawab,

ada juga yang mengartikan dengan makna pemerintahan bersih.34

Konsep government serta konsep governance terdapat sedikit perbedannya

didalamnya yang berkaitan dengan otoritas politiknya, ekonominya serta

administrasi sebagai bentuk pengelolaannya dalam urusan berbangsa. Konsep

government bermaknan bahwah pemerintah berkedudukan sangat Dominan

terkhusus pelaksanaan berbagai sektok yang berkaitan dengan otoritas negara.

Dan juga makna konsep governance memiliki arti tara cara agar bangsa bisa

mendistribusikan kekuasaan yang dimiliki serta mengelola sumber daya yang

dimiliki dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang di alami masyarakat.

Yang mengandung makna bahwa konsep governance didalammnya memilik

unsure demokratis,adil,transparan, Rule Of Law,partisipatif dan kemitraan.35

Kemudian bagi mankannya pedanan kata good kepada kata good

governance terdapat dua pengertian didalamnya; Pertama, bagian yang mana

menjujung tinngi adanya yang dikehendaki masyarakat atau rakyat serta makna

yang meningkatkkan keinginan masyarakat atau rakyat dalam upaya pencapaian

tujuan keadilan sisoal serta kemandirian. Kedua, fungsional dari aspek kedalam

34
Sofian Efendi. Membangun Budaya Birokrasi untuk Good Governance. Lokakarya
Reformasi Birokrasi, Departemen Pemberdayaan Aparatur Negara, Jakarta, 2005, h. 26
35
bid., h. 2

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


29

pemerintahan yang efisien serta efektif menuju pelaksanaan tugas-tugasnya dalam

mencapai tujuan yang ingin dicapai tersebut.36

Dalam maknannya good governance merupakan sebuah konsep ialah

bermakna “Ideal Type Of Governance” yang perumusannnya dilakukkan banyak

pakar dalam rangka membangun relasi mengandung banyak kepentingan peraktis

dengan tujuan membangun relasi antara Negara, masyaraka, serta pasar. Konsep

good governance pada kenyataannya terdapat beberapat pendapat yang

menolaknya, dikarenakan muatan didalamnya terlalu banyak nilai-nilai

ideologisnya.

Meutia Ganie Rachman menatakan dengan jelas bahwa Good Governance

sebuah cara pengelolaan yang dimiliki oleh pemerintah dalam sektor ekonomi

serta sosialnya didalamnya terlibat pengaruh sector negara serta sektor non-

pemerintahan pada suatu usaha kolektifnya. Pengertian ini mengandung makna

banyak sekali aktor melibatkan diri namum belum ada yang sangat dominan

dalam penentussan pergerakan actor lainnya. Makna penting dari terminologi

Governance menjatuhkan banyak pemahaman tetang formal yang berkaitan

bekerjanya institusi milik negara. Governance pada dasarnya keberadaannya

Memenuhi banyak sekali pusat dalam pengambilan putusan-putusan serta

kerjanya pada tingkat yang berbeda.37

36
Tjahjanulin Domai, Dari pemerintahan ke pemerintahan yang baik, Depdagri, Jakarta.
2005, h. 6
37
Meuthia Ganie-Rochman dalam artikel berjudul “Good governance : Prinsip,
Komponen dan Penerapannya”, yang dimuat dalam buku HAM : Penyelenggaraan Negara Yang
Baik & Masyarakat Warga, Komnas HAM, Jakarta. 2000, h. 17

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


30

Purwo Santoso menyatakan dengan penuh kebenaran konsep governance

yang lebih pas ialah Democratic Governance, yakni pemerintahan yang asalnya

dari masyarakat ( Partisipasi ), pengelolaannya oleh rakyat ( Institusi Demokrasi

yang Legitimate, Akuntabel dan Transparan), dan kemanfaatannya (Responsif)

semata-mata hanya untuk rakyat. Dasanya konsep ini dalam substantif tida ada

perbedaan yang mencolok sama dengan Good Governance, namun didalamnya

tidak ada dimensi pasar.38

Kunci agar paham memahami Good Governance ialah pemahaman yang

atas prinsip-prinsip di dalamnya, jka kita lihat dari prinsip-prinsip maka akan

ditemukan tolak ukur dalm kinerja dari pemerintahan dalam upaya terjuwudnya

bentuk pemerintah yang baik. Nilai tentang baik serta buruknya pemerintah dapat

dimilai apabila sudah bersinggungan dengan prinsip Good Governance.

Masyarakat Taransparansi Indonesia (MTI) meyampaikan bahwa prinsip good

governance ialah demikian berikut:

a) Partisipasi Masyarakat, dalam penganbilan keputusan setiap masyarakt

memilikan hak dan suara, maupun dia meyampaikan langsung ada melalui

yang lembaga yang telah diwakilkan secar sah yang mana berkedudukan

penyampaiaan kepentingan masyarakat. Partisipasi pembangunananya

berdasarkan dengan apa yang disebut dengan kebebasan baik berkumpul

serta mengungkapkan pendapat dimuka umum, serta kewenangan parsi

untuk berpartisifasi dengan cara konstruktif.

38
Purwo Santoso, Makalah “Institusi Lokal Dalam Perspektif Good Governance”, RE,
Yogyakarta, 2002, h. 7

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


31

b) Tegaknya Supremasi Hukum, dalam penegakannya hukum harus

berkeadilan serta tidak memihak dan memilih, dalam bagiannya hak asasi

manusia juga termasuk pada bagiannya.

c) Transparansi, Tranparansi atau keterbukaan dilaksanakan berdasarkan

aliran informasi yang bebas. kesemua proses-proses pemerintah, lembaga-

lembaga serta informasi harus bisa diaksesk bagi mereka yang mempuayai

atau ada kepentinagn, serta memadainnya informasi yang tersedia supaya

bisa dimengerti serta dipantau.

d) Peduli pada Stakeholder, instansi-instansi serta keseluruhan dari proses

pemerintah semestinya harus maksimal dalam melayani kepentingan yang

pihak-pihak perlukan.

e) Berorientasi pada Konsensus, dikatakan susunan pemerintahan yang bagus

semestinnya menjadi jembatan bagi kepentingan-kepentingan yang

berbeda-beda agar terbangunnya dari consensus secra menyeluruh sertanya

juga terbaik untuk kelompok-kelompok masyarakat, terutama untuk

kebijakan maupun prosedur.

f) Kesetaraan, masyarakat keseluruhannya memiliki kesempatan untuk

memperbaiki dan juga mempertahankan kesejahteraan yang mereka miliki.

g) Efektifitas maupun Efisiensi, dalam pelaksanaannnya setiap proses

pemerintah dan juga lembaganya menghasil sesuatu yang berkaitan

dengan kebutuhan setiap masyarakat maupun dengan menggunakan

sumber-sumber dayanya secara maskimal dan optimal.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


32

h) Akuntabilitas, yang melakukan pelaksanaan mengambil keputusan dalam

pemerintahan, sektor swasta maupun organisasi-organisasi masyarakat

harus memiliki tanggaung jawaban kepada masyarakat atau kepada

lembaga lainnya yang memiliki berkepentingan. Bentuk pertanggung

jawaban tersebut tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

i) Visi Strategis, pemimpin serta masyarakat mempunyai pemikiran

perspektif luas dan juga jauh kedepan untuk terbentuknya pemerintahan

yang baik juga pembangunan SDM manusia, dan kepedulian dalm

mewujudkannya, wajib memiliki pemahaman untuk kompleksitas

kesejarahan, budaya serta sosial juga menjadi dasar terhadap perspektif

tersebut.

konsep tata pemerintahan ada beberapa Prinsip-prinsip yang baik

mendasarinya dan juga sangat bervariasi dari satu institusi-institusi ke institusi-

stitusi lainya, dan juga dari pakar satu ke pakar lainnya. Namun paling tidak ada

sejumlah prinsip yang dianggap sebagai dasarnya Good Governance, yakni

akuntabilitas, transparansi, dan juga berkaitan dengan partisipasi masyarakat.

Maka dari pada itu, Good Governance untuk diperlukan penanganan yang efektif

harus mempunyai koordinasi dan integritas yang baik, profesionalisme juga etos

kerja dan juga moral kerja yang tinggi dari ketiga adar pilat yakni pemerintahnya,

masyarakat madaninya, serta pihak swastanya.

Tetanan Kepemerintahan yang baik menjadikan isu dalm sentral yang

paling mengemukan yang berada pada pengelolaan administrasi bagi pelayanan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


33

publik saat sekarang ini. Sadu Wasistiono mengemukakan bahwa tuntutan akan

good governance timbul karena adanya penyimpangan dalam-dalam

penyelenggaraan negara dari nilai demokratis sehingga mendorong kesadaran

warga negara untuk menciptakan sistem atau paradigma baru untuk mengawasi

jalannya pemerintahan agar tidak melenceng dari tujuan semula. Tuntutan untuk

mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan

keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara

dan pembangunan dapat diwujudkan dengan mempraktekkan good governance.39

Ganie-Rochman sebagaimana dikutip Joko Widodo menyebutkan bahwa:

konsep “governance” lebih inklusif daripada “government”. Konsep

“government” menunjuk pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan

kewenangan tertinggi (negara dan pemerintah). Konsep governance melibatkan

tidak sekedar pemerintah dan negara tapi juga peran berbagai aktor di luar

pemerintah dan negara, sehingga pihak-pihak yang terlibat juga sangat luas. Lebih

lanjut dikemukakan bahwa Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber

daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non

pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif.40

UNDP dalam Lalolo Krina menjelaskan bahwa :

“Governance diterjemahkan menjadi tata pemerintahan yaitu penggunaan


wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan
negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme,
proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat

39
Sadu Wasistiono, Kapita SelektaPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Fokus
Media, Bandung,2003, h. 23
40
Joko Widodo, Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah), nsan Cendekia, Surabaya, 2001, h. 18

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


34

mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi


kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.41

Pengertian governace yang dikemukakan UNDP ini didukung tiga pilar

yakni politik, ekonomi dan admnistrasi. Pilar pertama yaitu tata pemerintahan di

bidang politik dimaksudkan sebagai proses-proses pembuatan keputusan untuk

formulasi kebijakan publik, baik dilakukan oleh birokrasi sendiri maupun oleh

birokrasi-birokrasi bersama politisi. Pilar kedua, yaitu tata pemerintahan di

bidang ekonomi meliputi proses-proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi

aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi di antara penyelenggara ekonomi.

Sedangkan Pilar ketiga yaitu tata pemerintahan di bidang administrasi ,adalah

berisi implementasi proses, kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi

politik.42

Kerangka otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah memiliki dua

dimensi dasar. Dimensi pertama sebagaimana tercermin dalam Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 menitik-beratkan pada apa yang sering disebut sebagai

desentralisasi administratif (administrative decentralization). Desentralisasi

administratif dimaksudkan untuk mendistribusikan kewenangan, tanggungjawab

41
Krina, Lalolo. P, “indikator dan alat ukur akuntabilitas, transparasi dan partisipasi”
Http// good governance : Bappenas.go.id./informasi.Htm, Sekretaris Good Public Governance.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, hLm. 6 Diakses pada tanggal 4 Mei 2015
42
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ,
Akuntabilitas Dan Good Goverenance” Lembaga Admnistrasi Negara dan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan, Jakarta, 2000, h.5

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


35

dan sumber daya keuangan sebagai upaya menyediakan pelayanan umum kepada

pemerintah. Dimensi kedua sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33

tahun 2004 adalah desentralisasi keuangan yang merupakan konsekuensi dari

kewenangan untuk mengelola keuangan (expenditure) secara mandiri.

Konsepsi desentralisasi yang berhenti hanya sebatas pemberian

kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan dan

pengelolaan anggaran pada akhirnya menciptakan dominasi kekuasaan oleh elit

lokal. Monopoli kewenangan untuk menyusun kebijakan dan mengelola anggaran

membuat akses terhadap sumber-sumber ekonomi daerah hanya kepada elit dan

atau politisi lokal.

“Penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas dari tantangan dan


hambatan, beberapa kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan
otonomi daerah, diantaranya mentalitas aparat birokrasi yang belum
berubah; hubungan antara institusi pusat dengan daerah yang masih belum
sinergis; sumber daya manusia yang terbatas; pertarungan kepentingan
yang berorientasi pada perebutan kekuasaan, penguasaan aset yang
menghinggapi aparat pemerintah dan daerah”.43

Mewujudkan good local governance hanya dapat dilakukan apabila terjadi

keseimbangan peran ketiga pilar yaitu pemerintah, dunia usaha swasta, dan

masyarakat. Ketiganya mempunyai peran masing-masing, dimana Pemerintahan

Daerah (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) memainkan peran menjalankan dan

menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur lain

dalam local governance. Dunia usaha berperan dalam penciptaan lapangan kerja

dan pendapatan di daerah. Masyarakat berperan dalam penciptaan interaksi sosial,

43
Pheni Chalid, Otonomi Daerah (Masalah, Pemberdayaan, Konflik), Kemitraan,
Jakarta, 2005, h. 6

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


36

ekonomi dan politik di daerah. Ketiga unsure tersebut dalam memainkan perannya

sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik.

Penerapan tata kepemerintahan yang baik di lingkungan pemerintahan

tidak terlepas dari penerapan sistem manajemen kepemerintahan yang merupakan

rangkaian hasil dari pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen (planning, organizing,

actuallyting, dan controlling) yang dilaksanakan secara profesional dan konsisten.

Penerapan system manajemen tersebut mampu menghasilkan kemitraan positif

antara pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat.

Dengan demikian, instansi pemerintah dapat memberikan pelayanan prima

kepada masyarakat. Dalam upaya mewujudkan good governance dan good local

governance, pemerintah telah menetapkan agenda penciptaan tata kepemerintahan

yang baik di Indonesia, agenda tersebut setidaknya memiliki 2 (dua) sasaran,

yaitu:44

a. Prinsip Akuntabilitas (Indikator dan Alat Ukurnya)

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka secara dapat

dipahami bahwa prinsip yang melandasi tata kepemerintahan yang baik sangat

bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya,

namun sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang

melandasi good governance, yaitu Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi.

Ketiga prinsip governance tersebut tidaklah dapat berjalan sendiri-sendiri, ada

hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi, masing-masing adalah

44
Bappenas. Menumbuhkan Kesadaran Tata Kepemerintahan yang baik, Jakarta, 2015,
h. 15

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


37

instrumen yang diperlukan untuk mencapai prinsip yang lainnya, dan ketiganya

adalah instrumen yang diperlukan untuk mencapai manajemen publik yang baik.

Walaupun begitu, akuntabilitas menjadi kunci dari semua prinsip ini.

Prinsip ini menuntut dua hal yaitu (1) kemampuan menjawab (answerability), dan

(2) konsekuensi (consequences). Kemampuan Menjawab (istilah yang bermula

dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk

menjawab secara periodic setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan

dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber

daya telah dipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan menggunakan sumber

daya tersebut.

Miriam Budiardjo mendefinisikan akuntabilitas sebagai

“pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka

yang memberi mandate itu”. Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan

menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga

pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan

kondisi saling mengawasi (checks and balances sistem). Lembaga pemerintahan

yang dimaksud adalah eksekutif (presiden, wakil presiden, dan kabinetnya),

yudikatif (MA dan sistem peradilan) serta legislatif (MPR dan DPR). Peranan pers

yang semakin penting dalam fungsi pengawasan ini menempatkannya sebagai

pilar keempat.45

45
Miriam Budiardjo, Menggapai kedaulatan Untuk Rakyat, Mizan, Bandung, 1998, h.

107- 120

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


38

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas berhubungan

dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di

dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan

nilai yang berlaku maupun kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas publik menuntut

adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat birokrasi. Karena

pemerintah bertanggung gugat baik dari segi penggunaan keuangan maupun

sumber daya public dan juga akan hasil, akuntabilitas internal harus dilengkapi

dengan akuntabilitas eksternal, melalui umpan balik dari pemakai jasa pelayanan

maupun dari masyarakat.

Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran

nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang

berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah

program, akuntabilitas dari setiap tahapan adalah:

a. pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indicator untuk

menjamin akuntabilitas public, adalah :

a) pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi

setiap warga yang membutuhkan;

b) pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang

berlaku;

c) adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai

dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku;

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


39

d) adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi, dengan

konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak

terpenuhi

e) konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah

ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut.

b. pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin

akuntabilitas publik adalah :

a) penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media

massa, media nirmassa, maupun media komunikasi personal;

b) akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-cara

mencapai sasaran suatu program;

c) akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan dibuat

dan mekanisme pengaduan masyarakat;

d) ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah

dicapai oleh pemerintah.

Prinsip akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar

tingkat kesesuaian penyelenggaraan kegiatan publik dengan ukuran nilai-nilai atau

norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan

kegiatan tersebut, yaitu Pemerintah (Negara), Masyarakat (Warga Negara), Dunia

Usaha (Swasta) tersebut.

b. Prinsip Transparansi (Indikator dan Alat Ukurnya)

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


40

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,

yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta

hasil-hasil yang dicapai. Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi

pengawasan.

Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai

setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan

informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran,

dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik.46

Prinsip ini memiliki dua aspek, yaitu komunikasi publik oleh pemerintah,

dan hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan sangat sulit

dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen

kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Komunikasi publik menuntut

usaha afirmatif dari pemerintah untuk membuka dan mendiseminasi informasi

maupun aktivitasnya yang relevan. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa,

prinsip transparasi paling tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti:47

a. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua

proses-proses pelayanan public;

b. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang

berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam

sektor public;
46
Meutiah Ganie Rochman,Op.Cit ., h. 151
47
Bappenas, Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah,
2007, h. 60

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


41

c. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi

maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.

Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat dan tepat

waktu tentang kebijakan publik, dan proses pembentukannya. Dengan

ketersediaan informasi seperti ini masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi

sehingga kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi

masyarakat serta mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya

akan menguntungkan salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak

proporsional.

Keterbukaan informasi yang berkenaan dengan perencanaan,

penganggaran, dan monitoring serta evaluasi program, yang mudah diakses oleh

masyarakat pada umumnya dan kalangan monoritas khsusnya. Keterbukaan

pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik, pada akhirnya akan membuat

pemerintah menjadi bertanggung gugat kepada semua stakeholders yang

berkepentingan dengan proses maupun kegiatan dalam sector publik.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah oleh

peneliti adalah Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach) Pendekatan

ini dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang

bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang dihadapi.

3.2 Alasan Pemilihan Lokasi

Adapun alasan ketertarikan untuk melakukan penelitian di Kabupaten

Rokan Hulu disebabkan penulis melihat masih kurang kesadaran pejabat

pemerintah kabupaten Rokan Hulu dalam menggunakan Fasilitas yang diberikan

oleh Negara khusunya penggunaan Mobil Dinas sehingga Peneliti Tertarik Untuk

Memilih lokasi tersebut dalam melakukan penelitian dan memperoleh data yang

diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini termasuk kedalam

jenis penelitian observational research yaitu dengan cara survey atau meninjau

langsung ke lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah berupa data sekunder

yang dapat dikelompokkan terdiri dari :

42

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


43

a. Data primer merupakan bahan yang menjadi sumber utama penelitian

terdiri dari bahan hukum mengikat yang berupa peraturan perundang-

undangan yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Daerah 2 Tahun

2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan

Hulu.

b. Data sekunder yaitu merupakan bahan hukum yang mempunyai fungsi

untuk menambah atau memperkuat dan memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer. Adapun bahan hukum sekunder dalam

penelitian ini adalah buku-buku serta pendapat para ahli dalam

berbagai literatur yang berhubungan dengan materi penelitian ini.

c. Data tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum

tertier dapat berupa kamus, ensiklopedi, naskah akademik, Rancangan

Undang-Undang.

3.4 Teknik Memperoleh Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara, yaitu suatu pedoman yang digunakan auntuk melakukan

tanya jawab agar pertanyaan tersebut terarah dengan baik. Pertanyaan

tersebut diajukan kepada pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh dan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


44

mengumpulakan data informasi mengenai masalah yang diteliti, dalam hal

ini yaitu Kepala Bagian Perlengkapan Sekda Kabupaten Rokan Hulu,

Kepala Inspektorat Kab. Rohul, Kepala Satpol PP Kab. Rohul, Pengguna

Mobil Dinas di Kab. Rohul .

2. Observasi. Digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk

memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas melalui pengamatan yang

dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. Dengan observasi

dapat mengumoulkan data secara lebih cermat dan terinci.

3. Studi dokumentasi, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari

dokumen resmi, surat-surat dan lainnya yang dapat dipakai sebagai

narasumber bagi peneliti.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang

sama.48 Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang dapat

mewakili keseluruhan objek penelitian untuk mempermudah peneliti dalam

menentukan penelitian. Dalam penelitian ini metode penentuan sample yang

digunakan adalah Random Sampling.

Tabel 3.I

48
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 2005,
h.118

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


45

Data Populasi dan Sampel Dalam Penelitian

No Populasi Sampel Persentase


1 Kepala Bagian Perlengkapan Sekda 1 Orang 100%

Kabupaten Rokan Hulu

2 Kepala Inspektorat Kab. Rohul 1 Orang 100%

3 Kepala Satpol PP Kab. Rohul 1 orang 100%

4 Pengguna Mobil Dinas di Kab. 40 Orang dari 30%

Rohul 114 orang

5 Jumlah 43 Orang

Sumber: Data Diolah Oleh Penulis

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah melalui proses pengumpulan data dan pengolahan data, kemudian

data dianalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu dengan cara memberikan

penjelasan dengan menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh, kemudian

membandingkan hasil penelitian tersebut dengan teori-teori dan pendapat para ahli

hukum, serta berdasarkan ketentuan hukum dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang telah ditetapkan, kemudian setelah data dianalisis, dirumuskan

kesimpulan secara deduktif yaitu mengambil kesimpulan dari hal-hal yang umum

yaitu mengenai Pelaksanaan Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas Daerah

Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Rokan Hulu.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Implementasi Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas Daerah Dalam

Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Rokan Hulu

Proses pengelolaan barang milik daerah atas mobil dinas pada

Kabupaten Rokan Hulu. Salah satu kebijakan yang dibuat untuk melakukan

pengelolaan adalah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah disebabkan

karena semakin berkembang dan kompleks perlu dikelola secara optimal.

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 Butir 2 menyebutkan;49

“Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah”.

Agar Aset Milik daerah berupa mobil dinas dapat terawat dan

terpelihara dengan baik maka diperlukan pengelolaan. Yang mana

berdasarkan ketentuan Pasal 1 Butir 3 Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun

2014 berbunyi;50 “Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan

pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah”.

49
Lihat Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
50
Lihat Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
47

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


47

Dengan adanya otonomi daerah maka daerah diberikan kewenangan

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu

kewenagan yang dimiliki oleh pemerintah daerah adalah membuat kebijakan

berupa Peraturan Daerah. Dalam hal untuk melakukan pengelolaan terhadap

aset daerah berupa mobil dinas pemerintah Kabupaten Rokan Hulu membuat

Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kabupaten Rokan Hulu.

Pengelolaan barang milik daerah telah diatur Berdasarkan ketentuan

yang terdapat dalam Pasal 1 Butir 5 Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu berbunyi;51

“Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Sebagai Pengelola barang milik

daerah Kabupaten Rokan Hulu”.

Dalam melakukan pengelolaan Sekretaris Daerah juga dibantu oleh

bagian perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu. Menurut Bapak Abdul Haris

Selaku Kepala Bagian Perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu yaitu mengacu

pada PP No. 27 Tahun 2014, Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu yang terdapat

dalam ketentuan Pasal 8 butir 2 yang berbunyi;52

a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b) Pengadaan;

51
Lihat Pasal 1 Butir 5 Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu
52
Wawancara dengan Bapak Abdul Haris Selaku Kepala Bagian Perlengkapan
Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal 12 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


48

c) Penggunaan;

d) Pemanfaatan;

e) Pengamanan dan Pemeliharaan;

f) Penilaian;

g) Pemindahtanganan;

h) Pemusnahan;.

i) Penghapusan;

j) Penatausahaan; dan

k) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian.

Tujuan dilakukan pengelolaan aset daerah berupa mobil dinas adalah untuk

menciptakan system pemerintahan yang good governance yang mana prinsip

dasar good governance adalah mengenai akutabilitas, transparansi, penegakan

hukum, responsiveness (daya tanggap), consensus, persamaan hak, efektifitas dan

efisiensi.

Menurut Bapak Abdul Haris Selaku Kepala Bagian Perlengkapan

Kabupaten Rokan Hulu yaitu mengacu pada PP No.27 Tahun 2014 dan Peraturan

Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten

Rokan Hulu yang terdapat dalam ketentuan Pasal 8 butir 2 yakni sebagai

berikut:53

53
Wawancara dengan Bapak Abdul Haris Selaku Kepala Bagian Perlengkapan
Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal 12 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


49

1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Salah satu proses pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu dalam tahapan perencanaan

kebutuhan dan penganggaran dilakukan dengan melihat standar kebutuhan

meliputi standar jenis, macam, jumlah dan besarnya barang milik daerah yang

dibutuhkan, juga merupakan standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintah

Daerah melalui pembakuan ruang kantor, perlengkapan kantor, rumah dinas dan

kendaraan dinas. Standarisasi ini tentunya juga berpedoman pada Permendagri

No.7 tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemda.

Kemudian standar harga merupakan pembakuan harga barang milik daerah

sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas dalam satu periode tertentu biasanya 1 (satu)

tahun dan ditetapkan oleh Kepala Daerah. Proses perencanaan dan penganggaran

yang dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu sudah sesuai dengan PP.No.27

Tahun 2014 serta Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Proses perencanaan dan penganggaran

yang dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu dimulai dari dari setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU)

dan RPBU sesuai dengan Rencana Kerja (RENJA) yang telah ditetapkan,

selanjutnya Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan Rencana Penganggaran

Butuh Unit (RPBU) tersebut disampaikan ke bagian perlengkapan Setda Kab.

Rokan Hulu selaku pembantu pengelola barang daerah. Setelah seluruh Rencana

Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan Rencana Penganggaran Butuh Unit (RPBU)

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


50

diterima bagian perlengkapan Sekda Kab. Rokan Hulu, maka bagian perlengkapan

Setda Kab. Rokan Hulu menyusun Jadwal asistensi barang daerah. Hasil asistensi

tersebut digunakan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana

Kerja dan Anggaran (RKA) Tahun Anggaran berikutnya. Walaupun kegiatan ini

telah dilaksanakan masih saja ada ketidaktaatan dari Satuan Kerja Perangkat

Daerah dalam penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) untuk tepat

waktu sehingga perlu diingatkan kembali karena penyampaian Rencana

Kebutuhan Barang Unit (RKBU) sangat penting untuk mengetahui anggaran yang

diperlukan untuk tahun yang berjalan.

Proses perencanaan dan penganggaran tidak terlepas dari kegiatan dalam

pemenuhan barang yang dsesuaikan dengan standarisasi satuan harga barang.

Satuan harga barang disusun berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan di

Kabupaten Rokan Hulu beserta Intansi terkait untuk melihat standar harga yang

berlaku yang kemudian digunakan dalam proses perencanaan kebutuhan dan

anggaran. Jumlah dan Kualitas barang harus disesuaikan dengan standarisasi

barang yang berlaku yang tercantum dalam Peraturan Bupati. Dalam Perencanaan

kebutuhan dan penganggaran masih didapat jumlah serta kualitas barang tidak

sesuai dengan standarisasi.

Sebagai lembaga yang memiliki kapasitas mengelola barang milik daerah

cukup berarti untuk memainkan fungsi dan peranananya secara optimal demi

keberlangsungan pembangunan, dan diharapkan mampu dalam pengelolaan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


51

barang milik daerah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah haruslah

dapat diorganisir secara baik.

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Bapak Bapak Abdul Haris Selaku

Kepala Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan Hulu mengatakan “Bahwa

jumlah mobil dinas yang dibutuhkan tersebut telah dilakukan pelelangan untuk

pengadaannya dan pembellian tehadap mobil dinas telah dilakukan sesuai

dengan yang dibutuhkan serta spesifikasinya juga telah sesuai dengan apa yang

diinginkan”.54

2. Pengadaan Barang Milik Daerah

Dalam Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah Kabupaten Rokan Hilir dapat dilaksanakan dengan beberapa cara antara

lain, yaitu:

(1) Menggunakan penyedia barang dan jasa, dilakukan dengan pelelangan umum

atau seleksi umum kecuali dalam rangka efisiensi atau dalam kondisi tertentu

atau barang/jasa bersifat khusus, dilaksanakan dengan metode lainnya seperti

pelelangan terbatas (seleksi terbatas), pemilihan langsung (seleksi langsung)

dan penunjukkan langsung.

Pada Kabupaten Rokan Hulu pengadaan mobil dinas dilakukan dengan proses

lelang untuk menentukan pihak yang menang untuk dapat melakukan

pengadaan terhadap mobil dinas yang dperlukan dengan jumlah anggaran

yang telah ditetapkan.

54
Wawancara dengan Bapak Abdul Haris Selaku Kepala Bagian Perlengkapan
Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal 12 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


52

(2) Swakelola, swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan

diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri

atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan. Dalam

pengadaan barang dan jasa milik daerah ini Kepala Satuan Kerja Perangkat

Daerah bertanggungjawab baik tertib administrasi maupun kualitas barang

serta melaporkan pelaksanaannya kepada Kepala Daerah melalui pengelola

yang dilengkapi dokumen pengadaan barang/jasa. Diketahui bahwa, dalam

proses penggadaan barang dan jasa pada bagian perlengkapan Setda Kab.

Rokan Hulu telah sesuai dengan aturan barang yang berlaku. Bagian

perlengkapan Setda Kab. Rokan Hulu membentuk Panitia Pengadaan dan

Panitia Pemeriksaan Barang dan Jasa setiap tahunnya, dan Tim ini bertugas

untuk mempersiapkan dan memeriksa dokumen beserta barang yang dibeli.

Setelah pengadaan terhadap mobil dinas dilakukan pembelian maka harus

dilakukan pelaporan kepada bagian perlengkapan untuk dapat dilakukan

pendataan dan inventarisasi. berikut jumlah mobil dinas yang telah dilakukan

pendataan oleh bagian perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu.

Seksi Pembinaan dan Perencanaan Barang Milik Daerah bagian

perlengkapan Setda Kab. Rokan Hulu sudah menyampaikan secara lisan dan

tertulis kepada semua Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai

kegiatan/proyek agar menyampaikan laporan dalam bentuk dokumen, tetapi

karena kurang tegasnya pimpinan sehingga setiap pimpinan kegiatan/proyek

jarang melaporkan ke bidang perlengkapan pada Stuan Kerja Perangkat Daerah

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


53

tersebut. Laporan yang tidak tertib ini menyebabkan ada kegiatan yang di

dalamnya ada belanja modal yang di jadikan aset tetap sering terabaikan untuk

dicatat dalam laporan barang inventaris.

Pengadaan barang yang dilaksanakan juga masih banyak yang belum

sesuai dengan kebutuhan walaupun sudah dilaksanakan asistensi Rencana

Kebutuhan Barang dan Aset (RKBU) supaya adanya penyesuaian kebutuhan

barang dan jasa dari setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Proses pengadaan

barang dan jasa di Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu telah memiliki standar

dalam pengadaannya sesuai dengan perbup tentang sarana dan prasarana

mengenai pengadaan barang. Namun dalam pengadaan barang masih banyak yang

tidak sesuai kebutuhan karena secara aturan pengadaan barang di Kabupaten

Rokan Hulu harus disesuaikan dengan Perbup tentang sarana dan prasarana yang

memiliki standar barang terhadap pengadaan barang dan jasa. Standar sarana dan

prasarana terhadap pengadaan barang dan jasa yang selama ini belum bisa

dilaksanakan dengan optimal dikarenakan keterbatasan dana dari Pemerintah

Kabupaten Rokan Hulu tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan terhadap

pengadaan barang, dimana secara aturan dalam pengadaan barang sudah

ditentukan sarana apa yang semestinya dibutuhkan oleh setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengadaan barang dan jasa belum

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Pengadaan barang dan jasa harus didukung oleh pejabat pengadaan barang dan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


54

jasa yang memiliki kemampuan dan mengerti tugas pokok dan fungsi dari pejabat

pengadaan barang dan jasa tersebut. Salah satu faktor penyebabnya dikarenakan

tidak adanya sanksi terhadap pejabat atau pengelola barang milik daerah dalam

pelaksanaan tugasnya, sehingga sanksi diperlukan supaya pengelolaan barang

milik daerah pada proses pengadaan barang dan jasa dapat berjalan dengan baik

sesuai ketentuan yang berlaku, serta di dukung oleh dana yang memadai dalam

melaksanakan tugasnya.

3. Penggunaan

Diketahui bahwa, penggunaan barang milik daerah sudah berjalan dengan

efektif. Pengguna yang tidak menyerahkan tanah atau bangunan yang tidak

digunakan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) bersangkutan kepada Kepala Daerah dikenakan sanksi

berupa pembekuan dana pemeliharaan tanah atau bangunan dimaksud. Tanah atau

bangunan yang tidak digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja

Perangkat Daerah, dicabut penetapan status penggunaannya dan dapat dialihkan

kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya.

Kasus yang sering terjadi terhadap penggunaan barang milik daerah adalah

adanya perpindahan dari pengguna barang dikarenakan adanya mutasi antar

Satuan Kerja Perangkat Daerah sehingga sering ditemui apalagi seperti barang

milik daerah seperti mobil dinas yang jarang dilakukan proses pengembalian atas

hak penggunaannya. Sehingga menyulitkan dalam proses pembuatan laporannya

karena fisik sudah tidak ada. Dalam proses penggunaan barang milik daerah sudah

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


55

efektif, penggunaan barang bergerak di bagian perlengkapan Setda Kab. Rokan

Hulu mengalami hambatan karena penggunaan kendaraan roda empat dan roda

dua beserta tidak tercatat pada bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan

Hulu. Hanya saja penggunaan barang belum digunakan dengan baik sebagai

pendukung tugas pokok dan fungsi pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat

Daerah. Peggunaan barang milik daerah harus di pelihara dan digunakan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

4. Pemanfaatan

Pemanfaatan merupakan pendayagunaan barang milik daerah yang tidak

dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah

dalam bentuk pinjam pakai dengan tidak merubah status kepemilikan.

Pemanfaatan barang milik daerah berupa mobil dinas dilaksanakan oleh pengelola

setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah, setelah mendapat persetujuan

pengelola maka pengunaan mobil dinas baru dapat menggunakan mobil dinas.

Mobil dinas yang telah didapatkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah

dapat dipergunakan untuk menunjang semangat kerja dalam memberikan

pelanyanan kepada masyarakat. Pemanfaatan terhadap mobil dinas pada

pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir harus dilakukan sesuai dengan peruntukan

terhadap mobil dinas yang diberikan oleh bagian perlengkapan Setda Kabupaten

Rokan Hilir

5. Pengamanan dan Pemeliharaan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


56

Proses pengamanan dan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh masing-

masing Satuan Kerja Perangkat Daerah belum terlaksana dengan baik. Proses

pengamanan sebagaimana yang dijelaskan oleh Bagian Perlengkapan Setda

Kabupaten Rokan Hulu dilaksanakan dimulai dari pencatatan oleh pengguna dan

dilaporkan kepada pengelola melalui pembantu pengelola, pemasangan label

dilakukan oleh pengguna berkoordinasi dengan pembantu pengelola kemudian

pembantu pengelola dan/atau Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelesaikan bukti

kepemilikan barang milik daerah.

Dalam hal pengamanan yang dilakukan belum bisa maksimal seperti

halnya pematokan terhadap batas tanah masih ada belum dilaksanakan sehingga

diperlukan sistem dan prosedur yang dilakukan untuk menunjang kegiatan ini agar

pengamanan yang dilaksanakan terhadap barang milik daerah dapat berjalan

dengan tertib seperti yang diharapkan oleh Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten

Rokan Hulu.

Kegiatan pengamanan dan pemeliharan yang dilaksanakan oleh Bagian

Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan Hulu hakekatnya adalah merupakan

kegiatan/tindakan pengendalian dan penertiban dalam upaya pengurusan barang

milik daerah secara fisik dan tindakan hukum yang dititik beratkan pada

penertiban/pengamanan secara fisik dan administratif, sehingga barang milik

daerah tersebut dapat dipergunakan atau dimanfaatkan secara optimal, serta

terhindar dari penyerobotan pengambil alihan atau klaim dari pihak lain. Dengan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


57

adanya pengamanan yang baik maka aset-aset milik daerah dimungkinkan tidak

terjadi penyerobotan oleh pihak-pihak lain.

Tentu saja tingkat pengamanan terhadap barang milik daerah harus

dimaksimalkan sesuai regulasi yang berlaku. Proses pengamanan dalam

pengelolaan barang milik daerah Kabupaten Rokan Hulu yang dilaksanakan juga

memerlukan tindakan hukum. Bagi barang milik daerah yang bermasalah dengan

pihak lain, penyelasainnya pada tahap awal dilakukan oleh pengguna dan apabila

belum bisa terselesaikan maka pembantu pengelola berwenang untuk

menyelesaikan masalah yang ada. Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan

Hulu yang merupakan pembantu pengelola barang milik daerah sudah melakukan

atas tindakan hukum tersebut. Kendala yang sering dihadapi adalah tidak adanya

sanksi bagi pejabat/pengelola barang milik daerah apabila tidak melakukan

pengamanan dan pemeliharaan barang yang berada pada kuasaannya, serta tidak

didukungnya sumber daya aparatur yang handal dalam penertiban dan

pengamanan barang milik daerah tersebut sehingga perlu diperhatikan untuk

mendapatkan solusinya.

Mengenai pemeliharan barang milik daerah, pembantu pengelola,

pengguna dan/atau kuasa pengguna bertanggungjawab atas pemeliharaan barang

milik daerah yang dibawah penguasaannya. Berdasarkan penelitian penulis

mengetahui bahwa kegiatannya belum maksimal karena masih banyak Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang tidak menyampaikan Rencana Kebutuhan Barang

Milik Daerah yang akan berdampak pada ketidaksinkronan biaya pemeliharaan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


58

Barang Milik Daerah, hal ini ditunjukkan bahwa adanya biaya pemeliharaan yang

tidak sesuai dengan barang milik daerah yang dimiliki Satuan Kerja Perangkat

Daerah. Begitu juga dengan pengamanan terhadap mobil dinas daerah yang masih

banyak belum dilakukan pengamanan terhadap mobil dinas yang digunakan oleh

pengguna mobil dinas dikarenakan kurang adanya koordinasi antara pengurus dan

penyinpam barang Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan bagian perlengkapan

Setda Kab. Rokan Hulu dalam hal pengamanan asset Negara/Daerah.

6. Penilaian Barang Daerah

Diketahui bahwa, kegiatan penilaian barang daerah tidak sepenuhnya

dilaksanakan oleh Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan Hulu sebagai

unit kerja teknis yang membantu pengelolaan barang serta mengkoordinir dan

membina Satuan Kerja Perangkat Daerah. Namun penilaian yang umumnya sering

dilakukan adalah yang berkaitan dengan penghapusan barang dengan tujuan untuk

penarikan atas mobil dinas milik Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu yang sudah

rusak atau tidak layak untuk dipergunakan. Selanjutnya penilaian untuk dum

rumah ataupun dum kendaraan. Dalam melakukan penertiban terhadap mobil

dinas Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan Hulu melibatkan instansi

teknis terkait seperti Satpol PP Kabupaten Rokan Hilir dan Dinas Perhubungan

Kabupaten Rokan Hulu.

7. Pemindah tanganan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


59

Proses pemindahtangan terhadap asset daerah yang dilakukan pada

masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu adalah

dimulai dari perlakuan tehadap setiap pengadaan barang inventaris dilakukan

melalui tiga pintu yaitu pada Sub Bagian Perlengkapan, selanjutnya Sub Bagian

Perlengkapan menyalurkannya ke setiap bagian/bidang dan Sub

Bagian/Seksi/Bidang. Sedangkan terhadap pengadaan barang pakai habis

dilakukan oleh masing-masing Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK),

dimana setiap barang yang dibeli langsung diterima oleh PPTK karena belum

tersedianya gudang di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Penerimaan barang milik daerah Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu

adalah sebagai tindak lanjut dari hasil pengadaan dari pihak ketiga berdasarkan

perjanjian dan pelaksanaan dari suatu perijinan tertentu yang dilengkapi dengan

dokumen pengadaan dan berita acara. Semua barang bergerak penerimaannya

dilakukan oleh penyimpan barang/pengurus barang, untuk itu penerimaan barang

oleh penyimpan barang/pengurus barang dilaksanakan di gudang penyimpanan.

Selain itu Pemerintah Daerah dapat menerima barang dari pihak ketiga yang

merupakan sumbangan, hibah, wakaf dan penyerahan dari masyarakat.

Penyerahan dari Pihak Ketiga, dituangkan dalam Berita Acara, Serah Terima

(BAST) dan disertai dengan dokumen kepemilikan/ penguasaan yang sah.

Kemudian pengelola atau pejabat yang ditunjuk dalam hal ini pengurus barang

atau pembantu pengurus barang.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


60

Proses penerimaan barang milik daerah dilakukan oleh pengurus barang

yang dibantu oleh penyimpan barang, dimana pengurus barang harus mencatat

semua penerimaan barang dari setiap proses pengadaan yang dilakukan. Namun

kurang aktifnya pengurus dan penyimpan barang dalam penyimpanan serta

penyaluran barang terkadang membuat proses penerimaan dan penyaluran tidak

terlaksana dengan baik, seharusnya setiap ada proses pengadaan terhadap barang,

pengurus barang harus mencatatnya ke dalam buku inventaris, sehingga pada

tahap proses penyaluran barang ke bidang-bidang data barang tersebut sudah

terakomodir dengan baik. Diketahui bahwa, proses penerimaan dan penyaluran

barang daerah masih terdapat penyimpangan dari aturan yang ada, kondisi ini

dapat dilihat dari didapatnya barang milik daerah yang belum memiliki bukti

kepemilikan barang yang belum dilakukan inventarisasi.

Pengurus barang serta penyimpan barang bertanggungjawab atas barang

yang berada dalam penguasaannya, sehingga diperlukan ketrampilan dan keahlian

untuk menunjang tugas pokok pekerjaan yang diemban sebagai pengurus maupun

penyimpan barang, sehingga pelaksanaan dalam pengelolaan barang milik daerah

yang berkaitan dengan penerimaan dan penyaluran barang dapat berjalan dengan

baik. Pada proses penyimpanan, barang yang telah terdaftar dalam barang milik

daerah disimpan dalam gudang atau ruang penyimpanan secara teratur, tertib, rapi

dan aman terawat agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan

tepat.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


61

8. Pemusnahan

Hasil penelitian terhadap asset daerah akan dituangkan dalam bentuk

Berita Acara dengan melampirkan data kerusakan, laporan hilang dari kepolisian,

Surat keterangan sebab, kematian dan lain-lain. Selanjutnya Pengelola

mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala Daerah mengenai rencana

pemusnahan barang dimaksud dengan melampirkan Berita Acara hasil penelitian

Panitia Penghapusan.

9. Penghapusan

Pola penghapusan barang milik daerah dimulai dari menerbitkan Surat

Keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna atau

kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggungjawab administrasi dan fisik atas

barang yang berada dalam penguasaannya, kemudian penghapusan dari daftar

barang pengguna/kuasa pengguna, penghapusan dari daftar barang milik daerah

pada pengelola serta penghapusan pemusnahan bagi barang yang tidak dapat

digunakan/dimanfaatkan dan tidak dapat dipindahtangankan atau alasan lain

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tindakan menghapus

bukukan barang milik daerah dari pencatatan inventaris barang milik daerah yang

didasarkan pada Surat Kepala Daerah untuk membebaskan pengguna barang milik

daerah atau pengelola dari tanggungjawab administrasi dan fisik atas barang yang

berada dalam penguasaannya.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


62

Ditegaskannya lagi tindakan penghapusan meliputi Penghapusan dari

Daftar Barang Pengguna atau Kuasa Pengguna yang berada pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah dan Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah yang berada

pada pengelola. Penghapusan barang milik daerah dilakukan dalam hal barang

milik daerah sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna atau kuasa

pengguna misalkan sudah beralih kepemilikannya terjadi pemusnahan atau karena

alasan-alasan lain. Penghapusan barang milik Daerah berupa barang bergerak

seperti mobil dinas atau ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelah

mendapat persetujuan DPRD, sedangkan untuk barang-barang inventaris lainnya

selain tanah atau bangunan diketahui bahwa, Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kabupaten Rokan Hulu pada prinsipnya meliputi semua barang milik daerah

dapat dihapuskan yang sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna atau

kuasa pengguna misalkan sudah beralih kepemilikannya terjadi pemusnahan atau

karena alasan-alasan lain, secara prinsip dilakukan:

1. Penghapusan barang tidak bergerak berdasarkan pertimbangan/alasanalasan

sebagai berikut: (a) Rusak berat, terkena bencana alam/force majeure; (b)

Tidak dapat digunakan secara optimal (idle); (c) Terkena planologi kota; (d)

Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas; (e) Penyatuan lokasi dalam

rangka efisiensi dan memudahkan koordinasi; (f) Pertimbangan dalam rangka

pelaksanaan rencana strategic Hankam;

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


63

2. Penghapusan barang bergerak berdasarkan pertimbangan/alasan-alasan sebagai

berikut: (a) Pertimbangan teknis, antara lain rusak dan tidak ekonomis apabila

diperbaik tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi, telah melampaui batas

waktu kegunaannya/kedaluwarsa, karena penggunaan mengalami perubahan

dasar spesifikasi dan sebagainya, selisih kurang dalam timbangan/ukuran

disebabkan penggunaannya susut dalam penyimpanan/pengangkutan; (b)

Pertimbangan ekonomis, antara lain untuk optimalisasi barang milik daerah

yang berlebih karena biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dari

manfaat yang diperoleh; (c) Karena hilang/kekurangan perbendaharaan atau

kerugian, yang disebabkan antara lain kesalahan atau kelalaian Penyimpan atau

Pengurus Barang, diluar kesalahan/kelalaian Penyimpan atau Pengurus Barang,

bagi tanaman atau hewan/ternak dan karena kecelakaan atau alasan tidak

terduga (force majeure). Dalam proses penghapusan barang milik daerah

Kepala Daerah membentuk Panitia Penghapusan Barang Milik Daerah yang

terdiri dari unsur instansi teknis terkait. Tugas Panitia meneliti barang yang

rusak, dokumen kepemilikan, administrasi, penggunaan, pembiayaan,

pemeliharaan/perbaikan maupun data lainnya yang dipandang perlu.

10. Penatausahaan

Penatausahaan dan penghapusan barang milik daerah yang dilaksanakan

oleh Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan Hulu. Kegiatan pembukuan

Pengguna/Kuasa Pengguna melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik

daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna (DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


64

(DBKP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Pencatatan barang milik

daerah dimuat dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) sesuai format yang meliputi :

a) KIB A yang meliputi barang mesin,;

b) KIB B yang meliputi Peralatan dan mesin;

c) KIB C yang meliputi Gedung dan bangunan:

d) KIB D yang meliputi Jalan, irigasi dan jaringan;

e) KIB E yang meliputi Aset tetap lainnya;

f) KIB F yang meliputi Konstruksi dalam pengadaanya.

Pencatatan barang berdasarkan KIB (Kartu Inventaris Barang) berfungsi

untuk mempermudah dalam pelaporan aset yang berada pada setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah. Seluruh barang milik daerah dalam penatausahaannya harus

sesuai dengan Peraturan Pemerintah. No. 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah, dalam pelaksanaannya pengelolaan barang milik

daerah dalam proses penatausahaan untuk penyajian laporan sudah dikuatkan

dengan adanya Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah Kabupaten Rokan Hilir, dan koordinasi sudah dilakukan dengan

pengelolaan keuangan yaitu bagian akuntansi, namun Sistem dan Prosedur dalam

pelaksanaan untuk koordinasi belum dikuatkan dalam bentuk Peraturan Daerah.

Hal ini akan diperhatikan untuk pengelolaan barang milik daerah serta

pengelolaan keuangan daerah kedepannya. Diketahu bahwa, Seksi Penatausahaan

dan Penghapusan sudah melakukan pembinaan terhadap para pengurus atau

pengelola barang milik daerah di seluruh Kecamatan dalam pembuatan Buku

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


65

Inventaris, Buku Induk Inventaris, Pembuatan Kartu Inventaris Ruangan dan

Kartu Inventaris Barang. Kegiatan ini dimaksudkan supaya laporan barang yang

disajikan dapat memberikan informasi yang tepat dalam prosedur pengelolaan

barang milik daerah.

Pelaksanaan penatausahaan yang dilaksanakan pada Bagian Perlengkapan

Setda Kabupaten Rokan Hilir terkendala dalam proses penatusahaanya yaitu

belum adanya rasa tanggungjawab dari masing-masing staf atau pejabat dalam

pengelolaan barang milik daerah dimana didapat ada beberapa Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang sering telat dalam penyampaian laporan baik padahal

sudah sering diingatkan kembali sehingga bagi Bagian Perlengkapan Setda

Kabupaten Rokan Hulu akan berdampak pada penyajian laporan barang milik

daerah yang tidak akurat selain itu dalam pelaksanaan penatusahaan yang menjadi

penghambat dalam pengelolaannya adalah selain sumber daya manusia dari segi

jumlah dan kualitasnya. Kenyataan ini tentunya harus diperhatikan dan diperlukan

solusi yang tepat supaya proses pengelolaan barang milik daerah dalam tahap

penatausahaan barang milik daerah berjalan dengan baik sehingga tercipta adanya

aparatur yang profesional dalam menangani masalah pengelolaan barang milik

daerah.

11. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Pembinaan merupakan usaha terkait pengelolaan BMD melalui pemberian

pedoman, bimbingan, pelatihan dan supervisi. Pembinaan dilakukan dalam upaya

menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan asset daerah pada linkungan

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


66

pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu. Sedangkan Pengawasan dan Pengendalian

Barang Tujuan utama pengawasan dan pengendalian adalah untuk menjamin

kelancaran penyelenggaraan pengelolaan asset daerah. Untuk mencari tujuan itu

maka fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk

menjamin tertib administrasi pengelolaan asset daerah.

1) Pengawasan asset daerah berupa mobil dinas adalah Usaha atau kegiatan

untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai

pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai peraturan

perundang-undangan

2) Pengendalian asset daerah berupa mobil dinas adalah Usaha atau kegiatan

untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan

sesuai rencana yang telah ditetapkan.

B. Kendala Implementasi Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas

Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Rokan

Hulu

Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh

daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang

bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan

fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


67

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ridarmanto Kepala satuan

polisi pamong praja (Kasat Pol PP) Kabupaten Rokan Hulu, Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten

Rokan Hulu Serta PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset

Milik Negara/Daerah. Adapun hal-hal yang mengahambat tersebut adalah sebagai

berikut:55

1. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah dalam hal mengenai Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten

Rokan Hulu Serta PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan

Aset Milik Negara/Daerah.

Dalam hal ini pemerintah kurang melakukan sosialisasi kepada para

pejabat yang menggunakan mobil dinas pada lingkungan pemerintahan Kabupaten

Rokan Hulu selain itu sosialisasi mengenai Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta PP

Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah.

Hal ini bisa terlihat atas ketidaktahuan para pejabat pengguna Mobil dinas pada

lingkungan Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu atas adanya Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten

Rokan Hulu Serta PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset

Milik Negara/Daerah.

55
Hasil Wawancara dengan Bapak Ridarmanto selaku Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Rokan Hulu Pada hari Senin, tanggal 5 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


68

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada bahwa setiap

aturan yang dikeluarkan atau dibuat oleh pemerintah harus dilakukan sosialisasi

yang bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui mengenai peraturan yang

dibuat tersebut. Sehingga pelanksaan terhadap aturan yang dibuat tersebut dapat

berjalan secara maksimal.

Berdasarkan kuisuner yang diberikan kepada pejabat yang menggunakan

mobil dinas pada lingkungan Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu dan belum

melakukan pengembalian mobil dinas sedangkan masa jabatannya telah habis atau

telah pindah pada Dinas lainnya. Namun, sampai saat sekarang ini mereka tidak

mengetahui mengenai keberadaan atau ketentuan mengenai Peraturan Daerah

Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten

Rokan Hilir Serta PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset

Milik Negara/Daerah Berikut jawaban yang penulis susun dalam bentuk tabel di

bawah ini:

Table 4.1
Jawaban Pengguna Mobil Dinas Pada Pemerintahan Kabupaten
Rokan Hulu yang Tidak Mengetahui Mengenai Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan
Hulu Serta PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset
Milik Negara/Daerah
No Jawaban Jumlah Persentase
1 Mengetahui 5 25%
2 Tidak Mengetahui 35 75%
Jumlah 40 100%
Sumber: olah data lapangan pada tanggal 7 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


69

Dari tabel di atas diketahui bahwa banyak pengguna mobil dinas pada

pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu yang tidak mengetahui mengenai Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kabupaten Rokan Hulu Serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah. Hal ini disebabkan

sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Rokan Hulu masih kurang

efektif dan efisien. Sehingga pelaksanaan terhadap Peraturan Daerah Nomor 2

Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu

Serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan

Aset Milik Negara/Daerah tidak berjalan.

2. Faktor Komunikasi ( Communication)

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga

akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu

kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok

sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Oleh

sebab itu faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang sangat penting, karena

dalam setiap proses kegiatan yang melibatkan setiap unsur manusia dan

sumberdaya akan selalu berusaha dengan permasalahan “ bagaimana hubungan

yang dilakukannya”.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


70

Komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan peraturan Daerah diatas

belum terjalin secara maksimal disebabkan masing-masing instansi bergerak

secara individual dengan mengenyampingkan koordinasi sehingga ukuran tingkat

keberhasilan dalam implementasi Perda diatas masih jauh dari apa yang

diharapkan. Dalam melakukan penertiban terhadap mobil dinas pada

pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu seharusnya komunikasi itu dapat berjalan

secara maksimal, masing-masing pihak.

3. Kurangnya Kesadaran Para Pengguna Mobil Dinas Pada Pemerintahan

Kabupaten Rokan Hulu

Demi tercapainya sasaran yang hendak dicapai penertiban terhadap mobil

dinas yang masih digunakan oleh para pejabat yang tidak menjabat lagi serta para

pejabat yang telah dimutasi pada dinas lain pada pemerintahan di Kabupaten

Rokan Hulu maka diperlukan langkah-langkah seperti pembinaan yang terpadu,

pengawasan yang terus-menerus agar penertiban terhadap kendaraan dinas milik

pemerintahan daerah yang dibeli menggunakan uang rakyat dapat dilakukan

inverntarisasi sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta PP Nomor 27

Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah. Yang

mana hal tersebut merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk pendataan

dan penertibannya agar citra dan mutu pelayanannya lebih ditingkatkan.56

56
Wawancara Dengan Bapak Abdul Haris Selaku Kepala Bagian Perlengkapan
Kabupaten Rokan Hulu Pada Tanggal 12 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


71

Masih Kurangnya Kesadaran Para Pengguna Mobil Dinas Pada

Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu untuk mengembalikan mobil dinas pada

bagian perlengkapan di Kabupaten Rokan Hulu disebabkan masa jabatan yang

telah habis atau pensiun menyebabkan pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2

Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu

Serta PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik

Negara/Daerah tidak dapat berjalan dengan baik. Maka hal ini dapat menghambat

kelancaran dan perkembangan usaha sendiri, karena tidak adanya jaminan

perlindungan dari pemerintah. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak

pengguna mobil dinas yang belum mengembalikan mobil dinas sedangkan masa

jabatannya telah habis atau telah pindah kepada dinas lain pada pemerintahan

Rokan Hulu diperlukan penertiban langsung oleh pihak Satuan Polisi Pamong

Praja dalam melakukan penertiban terhadap mobil dinas yang masih digunakan

oleh pejabat yang telah habis masa jabatannya atau telah pindah kepada dinas lain

pada pemerintahan Rokan Hulu.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala Satpol Polisi Pamong

Praja Kabupaten Rokan Hulu, bahwa sebagian pejabat dipemerintahan Kabupaten

Rokan Hulu masih kurang kesadarannya untuk mengembalikan mobil dinas yang

digunakan secara sendiri pada bagian perlengkapan Setda Kabupaten Rokan Hulu.

Pengembalian mobil dinas pada bagian perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu

disebabkan habisnya masa jabatan atau dilakukan mutasi pada dinas lainnya

sehingga keadaan mobil dinas pada pemerintahan di Kabupaten Rokan Hulu dapat

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


72

dilakukan inventarisasi oleh Kepala Perlengkapan Setda Kabupaten Rokan Hulu.

Hal ini sesuai dengan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018

Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset

Milik Negara/Daerah.57

Tabel 4.2

Jumlah Pemgembalian Mobil Dinas Secara Sendiri dan Melalui

Pengambilan Paksa Oleh Pihak Satpol PP Kab. Rokan Hulu

No Tahun Jumlah Dikembalikan Pengambilan


Sendiri Oleh Satpol PP

1 2018 10 Unit 2 Unit 8 Unit

2 2019 15 Unit 4 Unit 11 Unit

3 2020 30 Unit 5 Unit 25 Unit

4 Jumlah 55 Unit 11 Unit 44 Unit

Sumber : Bagian Perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu

4. Sanksi yang Masih Kurang Tegas

Kendala lainnya yang sering dihadapi dalam dalam sesuai dengan

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

57
Hasil Wawancara dengan Bapak Kidaryanto selaku Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Rokan Hulu Pada hari Senin, tanggal 5 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


73

2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah adalah mengenai

sanksi yang masih kurang tegas. Sehingga penertiban terhadap para pejabat yang

masih menggunakan mobil dinas sedangkan masa jabatannya telah habis atau

telah dimutasi pada dinas lainnya disebabkan juga karena sanksi yang diberikan

masih kurang tegas dan tidak dapat memberikan efek jera.

Hal ini menyebabkan banyak pejabat yang tidak mengembalikan mobil

dinas hanya diberikan teguran tertulis semata sehingga hal tersebut merupakan

salah satu penghambat yang menyebabkan pelaksanaan sesuai dengan Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kabupaten Rokan Hulu Serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah. tidak dapat berjalan

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah daerah serta masyarakat pada

Kabupaten Rokan Hulu.

Tabel 4.3

Jawaban Pengguna Mobil Dinas Atas Sanksi Yang Diberikan

No Bentuk Sanksi Jumlah

1 Teguran Tertulis 8

2 Penarikan Paksa 36

3 Jumlah 46

Sumber : Bagian Perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


74

5. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia yang biasa disingkat menjadi SDM merupakan

potensi yang terkandung didalam diri Manusia, bisa juga diartikan sebagai

manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi atau biasa disebut juga

personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan. Sumber Daya Manusia (SDM)

adalah Potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal didalam

organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik

dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Dalam melakukan penertiban terhadap Mobil Dinas yang dimiliki oleh

pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu terkendala juga oleh jumlah anggota

personil bidang perlengkapan serta Satpol PP Rokan Hulu yang masih Minim.

Sehingga penertiban terhadap mobil dinas belum dapat terlaksana dengan baik

sesuai dengan ketentuan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta PP Nomor 27

Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah.

Perencanaan dan Pengawasan didalam mengembangkan kegiatan usaha

agar tercapainya tujuan-tujuan organisasi melalui pengarahan dan pengawasan

kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,

pemeliharaan dan pelepasan Sumber Daya Manusia agar tercapainya berbagai

tujuan individu. Didalam melakukan suatu kegiatan peran manusia sangat penting

didalamnya seperti melakukan usaha, dimana pola fikir dan tingkat kesadaran

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


75

sangat penting. Sumber Daya Manusia (SDM) yang mana lebih ditekankan

kepada manusia sangat perlu diperhatikan agar tidak terjadi tindakan sewenang-

wenang yang dapat menimbulkan permasalahan yang timbul baik dari dalam

maupun luar diri manusia.

Sumber daya juga mempunyai peranan penting dalam menyampaikan

ketentuan atau aturan serta bagaimanapun akuratnya dalam menyampaikan

ketentuan tersebut, namun jika personil yang bertanggung jawab melaksanakan

kebikjakan kurang memilki sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif.

Sumber penting dalam implementasi kebijakan yang dimaksud antara lain

mencakup staf yang harus mempunyai keahlian dan kemampuan melaksanakan

tugas, perintah, dan anjuran atasan. Selain itu, harus ada kelayakan antara jumlah

staf yang dibutuhkan dan keahlian yang harus dimiliki sesuai tugas yang akan

dikerjakan.

6. Faktor Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)

Walaupun sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan cukup dan

para pelaksana memahami tujuan dan bagaimana cara melaksanakannya, serta

merekapun mempunyai keinginan untuk malakukannya. Namun implementasikan

masih bisa tidak efektif karena ketidakefesienan struktur birokrasi (disefficiencies

bureaucratic structure) yang ada sebab keberhasilan implementasi kebijakan yang

kompleks perlu adanya fragmentasi organisasi (organisasi yang terpeceah-pecah)

dapat merintangi koordinasi yang diperlukan untuk mengimplementasikan suatu

kebijaksanaan yang kompleks. In-efesiensi struktur birokrasi juga dapat

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


76

memboroskan sumber daya yang langka, terjadinya kekacauan dan kebingungan

yang kesemuanya akan mengarah pada penyimpangan pelaksanaan kebijakan.

Dalam melakukan pengawasan dan penertiban terhadap mobil dinas di

Kabupaten Rokan Hulu instansi itu cendrung terpecah-pecah menjadi beberapa

bagian yang bergerak secara individual, untuk mengimplementasikan kebijakan

Perda tersebut hendaknya perlu pemahaman interaksi antar aktor politik yang

dapat memanajemen jalannya peraturan daerah tersebut, pengambilan keputusan

itu hndaknya berdasarkan koordinasi dengan instansi terkait, dengan adanya

komunikasi dalam setiap pengambilan keputusan diharapakan berbagai pihak

dapat bersinergi dalam melakukan penertiban mobil dinas pada Kabupaten Rokan

Hulu. Pembenahan dalam struktur SDM merupakan langkah yang baik dalam

dalam melakukan penertiban mobil dinas sehingga masing-masing pihak dapat

berparisipasi dalam mengevaluasi jalannya peraturan daerah di kabupaten Rokan

Hulu.

Tidak dapat dilaksanakan secara maksimal penegakan hukum terhadap

pelanggar kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yakni sesuai dengan Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kabupaten Rokan Hulu Serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah.

Hal ini juga di jelaskan oleh Kepala Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu

dimana salah satu kendala yang dirasakan adalah mengenai sarana dan prasarana

yang masih kurang memadai serta jumlah personil yang masih kurang

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


77

menyebabkan pelaksanaan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018

Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta PP

Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah.

tidak dapat berjalan secara maksimal dan efektif sesuai dengan apa yang

diinginkan dan diharapkan oleh pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu.58

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah. selain diperlukan kerjasama

yang baik dari berbagai intansi. Maka perlu difikirkan juga bagaimana pihak

pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu agar dapat menanggulangi kendala-kendala

yang dihadapi dilapangan dalam melakukan penertiban dan penegakkan hukum

atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah Kabupaten Rokan Hulu Serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Milik Negara/Daerah.

7. Faktor Mobil Dinas yang Tidak ada di Kabupaten Rokan Hulu dan Mobil Dinas

Yang Telah diganti Nomor Polisinya

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kidaryanto selaku kepala


Satpol PP Kabupaten Rokan Hulu mengatakan; “Bahwa selain beberapa
hambatan yang terdapat di atas terdapat juga hambatan lain yang dihadapi
seperti mobil dinas yang tidak berada pada Kabupaten Rokan Hulur atau mobil
dinas yang telah diganti nomor polisinya. Hal ini jelas membuat personil Satpol
PP Rokan Hulu agak kesulitan dalam melakukan penertiban terhadap kendaraan

58
Hasil wawancara dengan bapak Suyanto Sebagai Kepala nspektorat Kabupaten Rokan
Hulu pda tanggal 6 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


78

dinas yang digunakan para pejabat di jajaran lingkungan pemerintahan


Kabupaten Rokan Hulu yang telah habis masa jabatannya”.59
Hal ini juga di benarkan oleh Kepala Bagian Perlengkapan Kabupaten

Rokan Hulu bahwa terdapat beberapa mobil dinas milik pemerintah Kabupaten

Rokan Hulu yang tidak berada di Kabupaten Rokan Hulu. Namun berada di

daerah lain. Selain itu ada juga beberapa mobil dinas milik pemerintah kabupaten

Rokan Hulu yang nomor polisinya telah diganti oleh pengguna mobil dinas yang

menyebabkan bagian perlengakan Kabupaten Rokan Hulu menjadi kesulitan

dalam melakukan pendataan untuk menginventrisasi asset daerah berupa mobil

dinas milik Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan ketentuan yang

terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan

Barang Milik Daerah Kabupaten Rokan Hulu.

59
Hasil Wawancara dengan Bapak Kidaryanto selaku Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Rokan Hulu Pada hari Senin, tanggal 5 Juli 2021

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


79

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta analisis dan pembahasan yang telah

penulis lakukan pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang

merupakan jawaban terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Implementasi Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas Daerah Dalam

Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan

mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor. 27 Tahun 2014, Peraturan

Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kabupaten Rokan Hulu belum berjalan secara maksimal dalam melakukan

pengelolaan terhadap aset daerah berupa mobil dinas terhadap pengguna

mobil dinas pada lingkungan pemerintah Kabupaten Rokan Hulu.

2. Kendala Implementasi Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas Daerah

Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Rokan Hulu

disebabkan oleh beberapa faktor yakni masih kurangnya kesadaran para

pengguna mobil dinas dalam mengembalikan mobil dinas disebabkan telah

habisnya masa jabatan/pensiun, jumlah personil bidang perlengkapan dan

Satpol PP Rokan Hulu yang masih minim, faktor komunikasi serta

koordinasi antar dinas terkait yang masih kurang efektif.

82

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


80

5.2 Saran

Berdasarkan masalah yang ada, dan kesimpulan dari hasil penelitian,

berikut penulis mengajukan beberapa saran atau rekomendasi sebagai jalan

keluar dari masalah, di antaranya yaitu:

1. Hendaknya Implementasi Pengelolaan Aset Daerah Atas Mobil Dinas

Daerah Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Rokan Hulu

berdasarkan mengacu pada Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014,

Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah Kabupaten Rokan Hulu perlu perlu melakukan pendataan terhadap

jumlah mobil dinas pemerintah Kabupaten Rokan Hulu yang dilakukan

oleh Bagian perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu.

2. Hendaknya antar lembaga terkait yakni Satuan Polisi Pamong Praja dan

Bagian Perlengkapan Kabupaten Rokan Hulu perlu saling berkomunikasi

serta saling mendukung dalam melakukan penertiban terhadap mobil dinas

yang digunakan oleh para pejabat yang telah habis masa jabatannya agar

dapat mengembalikan mobil dinas tersebut atau bisa juga dilakukan

penarikan paksa oleh pihak Satpol PP Kabupaten Rokan Hulu.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


81

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

A. Gunawan Setiardja, 1990, Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan

Masyarakat Indonesia, Kanisius, Yogyakarta

Abdul Halim, 2002, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah,

Salemba Empat, Jakarta

Bambang Sunggono, 2005, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta

Ibnu Syamsi, 1983, Administrasi Perlengkapan Materil Pemerintah Daerah, Bina

Aksara, Jakarta

Irfan Fachruddin, 2004, Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan

Pemerintah, Alumni, Bandung

Joko Widodo, 2001, Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan

Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah),

Insan Cendekia, Surabaya

Jimly Assiddiqie, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Press,

Jakarta

Mardiasmo, 2002, Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Pembiayaan

Desentralisasi, Yogyakarta: FE-UGM

Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta

Miriam Budiardjo, 1998, Menggapai kedaulatan Untuk Rakyat, Mizan, Bandung

Nugroho, 2003, Good Governance, Mandar Maju, Bandung

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


82

Philipus M. Hadjon, 1997, “Tentang Wewenang”, Yurika, Yogyakarta

Pheni Chalid, 2005, Otonomi Daerah (Masalah, Pemberdayaan, Konflik),

Kemitraan, Jakarta

Ridwan, 2009, Hukum Administrasi Di Daerah, FH UII, Yogyakarta

Sadu Wasistiono, 2003, Kapita SelektaPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

Fokus Media, Bandung

Sedarmayanti, 2003, Good Governanace (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam

Rangka Otonomi Daerah: Upaya Membangun Organisasi Efektif

dan Efisisen Melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Mandar

Maju, Bandung

Siswanto Sunarno, 2013, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta

Soedarmayanti, 2000, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk

Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan. Mandar Maju,

Jakarta

Sofian Efendi. 2005, Membangun Budaya Birokrasi untuk Good Governance.

Lokakarya Reformasi Birokrasi, Departemen Pemberdayaan

Aparatur Negara, Jakarta

Tjahjanulin Domai, 2005, Dari pemerintahan ke pemerintahan yang baik,

Depdagri, Jakarta

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian


83

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah

Peraturan Daerah 2 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kabupaten Rokan Hulu

Artikel/Jurnal

Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih

dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV,Universitas

Parahyangan, Bandung, 2000

Bappenas. Menumbuhkan Kesadaran Tata Kepemerintahan yang baik, Jakarta,

2015

Nyemas Hasfi1, Martoyo, Dwi Haryono, Pengelolaan Barang Milik Daerah,

Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013

Purwo Santoso, Makalah “Institusi Lokal Dalam Perspektif Good Governance”,

IRE, Yogyakarta, 2002

Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik

Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis

Pertanggungjawaban Kekuasaan, Universitas Airlangga, Surabaya,

1990.

Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian

Anda mungkin juga menyukai