Anda di halaman 1dari 8

Tugas Asynhcronous Agenda 3

Nama :
1. Ns. Rahmawati, S.Kep 4. M. Adil Muktafa, S.H
198806252022032003 19951203 2022031007
2. dr.Hanifah 5. Ria Kurniawati, S,KM.
199202232022032003 198911262022032003
3. dr.Wahyu Tri Utomo
199008042022031006
Angkatan : LXX
Kelompok : Kelompok IV Sub Kelompok B
Instansi : Pemerintah Kabupaten Tangerang

ANALISA KASUS JEJAK DIGITAL

Jejak digital merupakan segala rekaman jejak perjalanan seseorang yang terekam
melalui aplikasi smartphone seperti GPS,media sosial,bahkan email. Keseluruhan data digital
yang membentuk jejak digital merupakan yang tersimpan di komputer maupun yang tersimpan
online. Jejak digital adalah kumpulan dokumen digital maupun akun digital yang telah dibuat
atau unggah.
Jejak digital dibagi menjadi 2 yaitu jejak digital aktif dan jejak digital pasif. Jejak digital
aktif merupakan data atau informasi yang dibagikan pengguna dengan sengaja melalui media
sosial atau situs web. Jejak digital aktif yaitu seperti data yang secara nyata ada di unggahan
media sosial kita, data yang di unggah di situs, data saat mengirim email, dan data saat mengisi
formulir online.  Sedangkan jejak digital pasif yaitu data informasi yang dikumpulkan tanpa
sepengetahuan orang tersebut atau jejak yang tidak sengaja di tinggalkan oleh pengguna seperti
waktu log-in log-out,alamat IP,jenis perangkat yang digunakan,lokasi, dan histori pencarian.
Jejak digital dapat mengungkapan identitas dan bahkan privasi pengguna tersebut. Jejak
digital sendiri biasanya digunakan oleh bisnis atau perusahaan untuk menargetkan konsumen
tertentu dengan iklan yang sudah mereka sesuaikan, karena melalui jejak digital informasi
pribadi seperti minat dan perilaku bermedia kita pun dapat terbaca. Perlu adanya kesadaran untuk
mengetahui rekam jejak digital dan tidak melakukan over sharing di media sosial.

A. Rekam jejak digital

Rekam jejak digital dapat dimaknai dalam 2 sisi, yaitu Pemanfaatan jejak digital dan
Penyalahgunaan jejak digital.

1. Pemanfaatan Jejak Digital

Pemanfaatan jejak digital adalah penggunaan jejak digital secara positif. Jejak digital
yang ditinggalkan seringkali digunakan oleh aparat penegak hukum. Bagi mereka, jejak digital
tersebut akan sangat membantu dalam mengungkap kasus-kasus kriminal, baik yang berbasis
dunia daring (cybercrime) maupun yang terjadi di dunia luring Bentuknya beragam. Mulai dari
aktivitas sinyal seluler pada ponsel, riwayat login akun media sosial, sampai dengan jejak
pengiriman SMS atau panggilan telepon. Bahkan, jika seseorang meretas sebuah situs web atau
aplikasi berbasis Internet, sejatinya jejak digital itu akan tertinggal dan bisa dilacak
(Kumparan.com, 2017).

Kita pun sebenarnya bisa merancang jejak digital yang baik. Misalnya dengan
meninggalkan catatan karya atau prestasi di berbagai platform digital seperti media sosial
maupun blog pribadi. Jejak-jejak digital positif yang kita tinggalkan ini di kemudian hari akan
menjadi catatan diri kita di media digital. Harapannya ketika seseorang mengetikkan nama kita
di mesin pencari maka seluruh karya berkualitas yang pernah kita buat bisa muncul dan menjadi
catatan nama baik.

Data is the new oil. Terminologi mengenai data sebagai tambang baru nampaknya
dipahami betul oleh perusahaan-perusahaan yang menggunakan internet sebagai basisnya. Saat
ini data menjadi hal yang diperjual belikan (Tirto.id, 2019). Kita pasti pernah menerima telepon
atau SMS tentang informasi togel, jual nomor HP yang mirip dengan nomor kita, penawaran
asuransi, dan lain sebagainya. Pernahkah kita bertanya, dari mana mereka mendapatkan nomor
ponsel kita? Hal ini memberikan kita gambaran, bahwa jejak digital kita yang tertinggal
seringkali disalahgunakan oleh orang lain. Mungkin ketika kita masuk ke sebuah web, dan
mendaftarkan akun, atau ketika kita masuk ke situs belanja daring dan mengisi data diri. Website
pun semakin canggih sehingga saat ini website telah dapat membaca kebiasaan kita.

Cookie adalah salah satu cara untuk menghubungkan beberapa tindakan oleh satu
pengguna ke dalam satu aliran yang terhubung. Cookie berupa rangkaian huruf dan angka yang
berubah-ubah sesuatu tanpa makna yang melekat yang dikirimkan situs web ke browser web
kita. Jejak digital dalam bentuk cookie digunakan untuk membuat Internet lebih bermanfaat, dan
juga dapat membantu membuat transaksi individu lebih aman karena situs tersebut telah
mendapatkan informasi spesifik tentang perilaku kita.

2. Penyalahgunaan Jejak Digital

Penyalahgunaan jejak digital adalah pemanfaatan jejak digital secara negatif. Netsafe
mencatat beberapa hal negatif yang muncul dari penyalahgunaan jejak digital yang paling sering
dilaporkan oleh pengguna internet, antara lain: mempublikasikan informasi pribadi yang
mengarah ke penindasan atau pelecehan daring, serta menerbitkan informasi pribadi atau bisnis
yang digunakan untuk serangan manipulasi psikologis.

Modus penyalahgunaan jejak digital lain yang juga sering dilakukan adalah menerbitkan
atau berbagi informasi yang merusak reputasi, seperti kehilangan pekerjaan. Selain ketiga modus
tersebut, Netsafe juga mencatat modus lain dengan menerbitkan atau berbagi gambar atau video
yang digunakan untuk sexting, pemerasan, pelecehan berbasis gambar (terkadang disebut
revenge porn) atau insiden pemerasan. Untuk perilaku semacam ini ancaman hukumannya bisa
berlapis dan menyentuh hukum tentang pencemaran nama baik bahkan juga pemerasan.

Dalam kasus RS yang menjadi tersangka karena dengan sengaja mengunggah foto
editan Stupa Candi Borobudur yang mirip dengan Jokowi di akun Twitternya. Hal
tersebut merupakan respon dari RS terkait dengan wacana kenaikan harga tiket ke Candi
Borobudur yang kabarnya naik menjadi Rp 750 ribu.

RS sebenernya tidak melakukan editing pada foto stupa borbudur menjadi wajah
Presiden Jokowi, ada seseorang yang sebenernya melakukan editing dan mengunggah
pertamakali foto stupa Borobudur tersebut.

B. Pengaruh Jejak Digital Terhadap Kehidupan


Jejak digital ada banyak bentuknya yang bisa tersebar di internet. Unggahan foto,
aktivitas berbagi pesan, mengunjungi laman situs, unggahan konten atau meninggalkan
komentar, mengisi data pribadi, internet banking dan masih banyak lainnya. Data-data tersebut
merupakan jejak digital yang tanpa sadar akan tersimpan secara abadi di internet.
Ada beberapa aspek di mana jejak digital akhirnya dapat mempengaruhi kehidupan
pribadi kita, diantaranya bisa merusak hubungan personal, personal reputasi, hingga hukum.

1. Pribadi
a. Kita sering menemukan banyak orang meninggalkan komentar kasar dan informasi
hoaks di dunia digital yang berujung pada masalah hukum.
b. Masyarakat yang belum memahami pentingnya kerahasiaan data seperti data KTP dan
data keuangan, asal dimasukkan dalam aplikasi yang berujung pada kasus penipuan dan
dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
c. Jejak digital pada media sosial bisa dijadikan identifikasi instansi bagi calon pelamar
kerja, calon CPNS, calon pelamar beasiswa, bahkan promosi jabatan sebagai bahan
pertimbangan.
d. Mempublikasikan informasi pibadi yang dapat mengarah pada penindasan atau
pelecehan daring.
2. Keluarga
a. Jejak digital dapat pula mempengaruhi hubungan personal dengan keluarga. Jika
identitas kita disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, hubungan
dengan keluarga dapat terkena akibatnya. Misalkan identitas kita digunakan pada
aplikasi pinjaman online, jika telat membayar, akhirnya keluarga kita pun bisa
mendapatkan terror telephone dari pihak pinjol tesebut.
b. Tidak terkendalinya anak dan remaja dalam mengakses internet. Anak-anak dan remaja
bisa tanpa sadar memasukkan foto dan data pribadi ke dalam internet.
c. Tanpa kita sadari, terkadang kita juga dapat membagikan iddentitas anak, mulai dari
kandungan hingga usia lebih besar, yang dapat mengakibatkan terancamnya
keselamatan diri anak.
3. Pekerjaan
a. Gagalnya seseorang mendapatkan pekerjaan. Jejak digital pada media sosial bisa
dijadikan identifikasi instansi bagi calon pelamar kerja, calon CPNS, calon pelamar
beasiswa;
b. Jejak digital dapat menyebabkan seseorang gagal mendapatkan promosi jabatan sebagai
bahan pertimbangan;
c. Dapat merusak hubungan kerja yang sudah dibangun. Hubungan kerja tersebut dapat
rusak apabila kita meninggalkan komentar tidak baik megenai salah satu rekan kerja di
kolom komentar rekan kerja yang lainnya;
d. Dapat merusak citra perusahaan tempat kita bekerja;
e. Rekam jejak digital seseorang dapat merusak reputasi perusahaan tempat berkerja, yang
berujung dapat menyebabkan pada pemecatan dirinya.
Dari cuitan di twitter yang dilakukan RS, RS mendapatkan ancaman, kecaman dan
hujatan dari masyarakat kaerna dianggap melakkan penistaan agama dan berbau SARA
(Suku, Agama dan RAS) khususnya bagi masyrakat agama budha dan Presiden Jokowi.
Tak lama setelah mendapatkan kecaman dan berbagai hujatan dari publik, ia
kemudian menghapus postingannya. Namun sayang, foto tersebut terlanjur beredar di
media sosial. RS juga memberikan klarifikasi dalam akun Twitternya mengapa ia
menghapus postingan tersebut.
Namun, warganet tetap tidak terima dengan tindakan RS yang membuat meme
stupa mirip presiden Joko Widodo tersebut. Namanya sempat bertengger dalam
jajaran trending topik Twitter. Tidak sedikit masyarakat yang mengecam perbuatan
RS dan mendesak pihak kepolisian agar segera menangkap mantan politikus tersebut.

C. Apa yang anda lakukan Ketika dalam berita viral yang memalukan
1. Meminta maaf
2. Mengevaluasi diri
3. Belajar self control
4. Mengamalkan self control

Dalam hal ini RS sudah melakukan klarifikasi terkait kasusnya dalam akun Twitternya
mengapa ia menghapus postingan tersebut. 
“Agar tidak ada yang memprovokasi lagi dan dianggap ‘mengedit’ karena
ketidakpahamannya, maka postingan tersebut saya drop, case close, ” tulis RS.
Namun, masyarakat tetap tidak terima dengan tindakan RS yang membuat meme
stupa mirip presiden Joko Widodo tersebut. Namanya sempat bertengger dalam
jajaran trending topik Twitter. Tidak sedikit msayarakat yang mengecam perbuatan
Roy Suryo dan mendesak pihak kepolisian agar segera menangkap mantan politikus
tersebut.

D. Solusi Praktis dan Komprehensif

Seseorang yang melakukan jejak digital harus mempunyai pengetahuan mengenai


literasi digital. Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan
media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi
menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkan secara sehat, bijak, cerdas, cermat,
tepat dan patuh hukum dalam membina komunikasi. Dapat juga diartikan kemampuan dalam
memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dalam berbagai sumber
dengan menggunakan piranti computer.

Tidak hanya mampu mengoperasikan alat tetapi juga mampu bermedia digital dengan
penuh tanggung jawab. Untuk dapat bermedia digital dengan baik maka harus memahami,
menguasai dan mengimplentasi 4 kompetensi digital, yaitu kecakapan digital (digital skill),
budaya digital (digital culture), etika digital (digital ethnics), dan keamanan digital (digital
safety).

Digital skill adalah kemampuan mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat


keras atau piranti lunak TIK serta system operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Digital culture adalah kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam
keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethnics adalah
kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan dan mengembangkan tatakelola etika digital dalam kehidupan sehari-
hari. Digital safety adalah kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis
dan menimbang serta meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam video tersebut tersangka RS adalah seorang pakar telekomunikasi yang dimana
sudah mumpuni untuk menggunakan teknologi canggih dan paham akan penggunaan
teknologi. Tetapi dari 4 kompetensi digital diatas, RS tidak atau belum mempunyai etika
digital (digital ethnics). Adapun upaya yang sebaiknya dilakukan agar seseorang dalam hal
ini, memiliki kompetensi literasi digital yang meliputi kecakapan menggunakan media
digital (digital skills), adalah dengan memberikan pelatihan. Pelatihan juga diperlukan
dalam pengembangan SDM pada era digital pada saat ini. Kita juga dapat melakukan
pengembangan individu dalam bentuk peningkatan keterampilan. Melakukan pelatihan
dalam era digital pada saat ini juga sangat penting bagi pengembangan SDM, baik dalam
melakukan meeting secara online, dan lainnya.

E. Tips Bermedia Sosial

Tips bermedia social adalah kita harus memiliki kontrol diri (self-controlling), dalam
lanskap informasi, media digital menyatukan pengguna Internet dari beragam budaya dan
kelompok usia. Media digital juga digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan
dan tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dalam menghadapi jarak
perbedaan-perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kontrol diri (self-controlling)
dalam menggunakan media digital, yang disebut dengan Etika Digital.

Layaknya dalam kehidupan nyata, dalam bermedia social pun kita harus mempunyai
etika. ruang lingkup etika dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang
dipenuhi kesadaran, tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan. Baik itu
dalam hal tata kelola, berinteraksi, berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi elektronik.

1. Kesadaran
Kesadaran maksudnya adalah melakukan sesuatu dengan sadar atau memiliki
tujuan. Media digital yang cenderung instan seringkali membuat penggunanya melakukan
sesuatu dengannya ‘tanpa sadar’ sepenuhnya. Kesadaran adalah kondisi individu yang
menyediakan sumber daya secara penuh ketika menggunakan media digital, sehingga
individu tersebut memahami apa saja yang sedang dilakukannya dengan perangkat
digital. Tanggung jawab berkaitan dengan dampak atau akibat yang ditimbulkan dari
suatu tindakan.
2. Tanggung jawab
Bertanggung jawab artinya adalah kemauan menanggung konsekuensi dari
tindakan dan perilakunya dalam bermedia digital.

3. Kebajikan
Kebajikan menyangkut hal-hal yang bernilai kemanfaatan, kemanusiaan, dan
kebaikan serta prinsip penggunaan media digital untuk meningkatkan derajat sesama
manusia atau kualitas kehidupan Bersama.
4. Integritas (kejujuran)
Integritas adalah prinsip kejujuran sehingga individu selalu terhindar dari keinginan dan
perbuatan untuk memanipulasi, menipu, berbohong, plagiasi, dan sebagainya, saat
bermedia.

Empat prinsip etika tersebut menjadi ujung tombak self-control setiap individu
dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital,
sehingga media digital benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal
positif.

Anda mungkin juga menyukai