Anda di halaman 1dari 2

Esai Big Data

Data Pribadi menjadi Konsumsi Publik

Big data atau biasa disebut sebagai mahadata merupakan segala himpunan data yang
berjumlah besar, rumit, dan tidak terstruktur. Mahadata biasanya bersumber dari data pengguna
aplikasi berskala besar. Misalnya data dari pengguna sosial media, pengguna aplikasi layanan
publik, dan berbagai aplikasi-aplikasi lainnya yang digunakan oleh banyak orang. Sosial media
hari ini menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat dari berbagai lapisan.
Mulai dari pelajar, preman pasar, tukang parkir pasaraya, konglomerat, bahkan hingga nomor 1
negeri ini pun menggunakannya. Semua data dari pengguna sosial media ini terhimpun menjadi
satu kesatuan dengan kategori cakupan data besar, beragam, dan mutakhir.

Dilansir dari Kemenkominfo, pada tahun 2017, 143,26 juta dari 262 juta jiwa penduduk
Indonesia aktif menggunakan internet. Artinya, sebanyak 54,68% penduduk Indonesia aktif
berselancar di dunia maya 6 tahun yang lalu. Seiring dengan perkembangan kemutakhiran
teknologi dan angka pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat, maka ada indikasi
bahwa pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Namun, apakah hal
tersebut menjadikan Indonesia unggul dalam teknologi? Tentu kita semua tahu jawabannya.

Dewasa ini, penggunaan sosial media dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak
terelakkan. Rentang usia hanya tinggal angka saja. Bocah akil balig usia sembilan tahun sudah
banyak yang memiliki akun instagram, tiktok, youtube, dan pelbagai sosial media lainnya.
Batasan usia ketika hendak membuat akun bukanlah sebuah persoalan sebab dapat dengan
mudah dimanipulasi. Tidak heran bila sosial media kini dipenuhi dengan konten-konten yang
memerlihatkan bagian dari kehidupan pribadi penggunanya.

Mengetahui nama lengkap, asal atau kota tempat tinggal, lagu kesukaan, tempat yang
sering dikunjungi, dan berbagai informasi pribadi lainnya milik pengguna sosial media bukanlah
hal yang sulit. Mengapa? Sebab banyak pengguna yang dengan suka rela membagikan data
pribadi miliknya ke sosial media. Bahkan, beberapa bulan silam ada sebuah tren yang membuat
pemilik akun sosial media membagikan foto KTP mereka dalam keadaan sadar 100% dan tanpa
paksaan. Kemudian yang mencengangkan ialah tak kurang dari seribu orang yang mengikuti tren
itu. Padahal membeberkan foto KTP sangat riskan penipuan. Edukasi seminim itu bahkan belum
dijangkau banyak masyarakat. Padahal praktisnya, informasi umum mengenai kerahasiaan data
pribadi banyak berseliweran di internet.

Keamanan siber merupakan salah satu isu yang krusial dalam mahadata. Namun,
jangankan peretas yang hendak mencuri data secara terang-terangan kemudian
mengomersilkannya, pengguna saja yang notabenenya pemilik data masih dengan sukarela
membeberkan. Sudah menjadi akar dari banyaknya isu sosial, bahwa edukasi adalah hal yang
sakral. Namun, mengingat hidup sudah serba teknologi, bukankah harusnya kita turut canggih
dalam mengolah informasi?

Anda mungkin juga menyukai