Operational Department
Operational Division/Function Revision
Implementation Date
2. Cakupan
Prosedur operasi standar ini berlaku untuk pengaturan keadaan darurat saat terjadi insiden berisiko di dalam
pelayaran yang diantaranya adalah :
Kandas;
Banjir/Kebocoran/tenggelam;
Kerusakan Mesin Induk/Kegagalan Mesin Utama;
Kebakaran;
Orang jatuh ke laut;
Cedera Serius atau Kematian;
Meninggalkan Kapal;
Polusi/Pencemaran;
Tabrakan;
Pingsan/Mabuk Laut;
Masuk Sampah Plastik/Kayu ke Water Jet;
Navigasi tidak berfungsi.
Implementation Date
Beberapa tindakan yang dapat diperhatikan untuk mencegah terjadinya keadaan darurat yaitu:
1. Badan dan mesin kapal harus kuat dan memenuhi syarat.
2. Memiliki alat keselamatan kapal yang lengkap, mulai dari sekoci kapal, life buoy, marine smoke
signal, hingga alat pemadam kebakaran.
3. Seluruh alat keselamatan kapal tersebut harus bersertifikat serta terawat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4. Memantau berita prakiraan cuaca setiap saat.
5. Memantau tabel pasang surut setiap saat.
6. Anak buah kapal (ABK) harus mempunyai kemampuan fisik dan mental yang kuat, terdidik,
terlatih, rajin dan terampil dalam menjalankan tugasnya. Seorang ABK harus berdedikasi tinggi.
Respon terhadap situasi darurat dan kontijensi akan melibatkan perusahaan dan akan membahas hal-
hal berikut :
1. Perlunya kesiapan dan perencanaan darurat;
2. Tanggung jawab, wewenang, dan pertanggung jawaban untuk perencanaan darurat dan dokumen
kontijensi harus jelas;
3. Kontak darurat dan informasi kontak didokumentasikan dengan jelas;
4. Persyaratan dan perincian untuk latihan didokumentasikan dengan jelas;
5. Persyaratan untuk berurusan dengan dan mengelola media didokumentasikan dengan jelas;
6. Pembentukan tim media, persyaratan komunikasi media, dan pelatihan media didokumentasikan
dengan jelas;
7. Manajemen Keamanan;
8. Rekaman tanggap darurat dan investigasi peristiwa.
3. Tanggung Jawab
Operation director memiliki tanggug jawab, wewenang dan akuntabilitas untuk:
a. Mengorganisir Tim Tanggap darurat :
b. Memberi saran kepada direktur utama tentang situasi darurat ;
c. Menyusun Tim Tanggap Darurat bila dianggap perlu;
Team Leader Operasi memiliki tanggung jawab, otoritas, dan akuntabilitas untuk:
a. Mengevaluasi keparahan, Dampak potensial, Masalah keselamatan, dan persayaratan respons
berdasarkan pada informasi awal yang diberikan oleh orang pertama di lokasi.
b. Konfirmasi Aspek keselamatan di lokasi, termasuk kebutuhan akan alat pelindung diri, sumber api, dan
kebutuhan potensial untuk evakuasi;
c. Berkomunikasi dan memberikan pengarahan tentang insiden kepada atasan jika perlu;
d. Mengkoordinasikan/melengkapi pemberitahuan internal dan eksternal tambahan;
Implementation Date
Tanggung jawab nahkoda kapal adalah menyelamatkan kru dan orang lain, kapal, aset, muatan, dan untuk
melindungi lingkungan; dan untuk meminimalkan semua cedera atau kerusakan.
a. Bertindak atas inisiatifnya jika terjadi keputusan darurat atau penyelamatan;
b. Mematuhi sepenuhnya petunjuk yang ditunjukkan dalam Rencana Kontijensi Perusahaan;
c. Pelatihan personel kapal dalam menangani keadaan darurat dengan latihan dan latihan berkala dibawah
pengawasannya;
d. Bertindak sebagai komandan onboard darurat;
e. Bertindak sebagai perwira komunikasi kapal jika terjadi keadaan darurat besar.
4. Deskripsi
Bagan alur Situasi Emergency
Implementation Date
Jika Nahkoda menganggap bahwa tidak disarankan untuk mencoba mangapung ulang kapal tanpa
bantuan, karena kerusakan parah atau risiko menyebabkan kerusakan lebih lanjut dan / atau polusi.
Kapal harus diamankan secara baik mungkin sampai bantuan professional tiba dan bahkan jika kondisi
tekanan kapal dapat dihitung diatas kapal, Nahkoda harus memberikan semua informasi yang
diperlukan kepada perusahaan dan kepada organisasi yang dikontrak untuk bantuan perhitungan
kalkulasi kerusakan (untuk perincian lihat SOPEP, dlll).
b. Laporan Awal
Informasi tambahan untuk dimasukan sebagai berikut :
1. Sarat depan dan belakang pada saat kandas;
2. Sarat depan dan belakang (air pasang) setelah kandas;
3. Jenis bagian bawah;
4. Kandas terjadi pada saat pasang tinggi/rendah/air surut;
5. Masuknya air kedalam ruang cabin penumpang maupun ruang mesin utama;
6. Status Mesin Utama, Kemudi, Water Jet, Baling-baling, Perangkat kemudi, segel, perpipaan, dll;
7. Tindakan yang diambil untuk meminimalkan atau mengandung kerusakan/polusi.
Implementation Date
Implementation Date
a. Umum
Banjir kemungkinan besar terjadi sebagai akibat dari satu atau lebih hal berikut ini:
Kerusakan lambung yang disebabkan oleh tabrakan, ledakan, atau kandas.
Pintu dek cuaca atau lubang ventilasi tidak ditutup dengan benar dalam kondisi cuaca buruk.
Kebocoran air internal dari jaringan pipa yang retak, terkorosi, atau terputus.
Ketaatan pada prosedur yang ditetapkan berikut akan mengurangi risiko dan meminimalkan efek
banjir:
Semua bukaan kedap air di lambung atau struktur di atas garis air harus diamankan dalam kondisi
cuaca buruk.
Semua personil harus menyadari bahwa yang terlibat saat melakukan pekerjaan pada system
perpipaan di bawah garis air.
b. Laporan Awal
Informasi tambahan untuk dimasukan sebagai berikut:
1. Uraian singkat dan keadaan sekitar insiden tersebut;
2. Kehilangan kemampuan manuver/opersional (jika ada);
3. Tindakan yang diambil untuk meminimalkan atau mengandung kerusakan/polusi;
4. Jarak dari perlabuhan terdekat;
5. Dapat/akan melanjutkan perjalanan saat ini;
6. Apakah penyimpanan dan perjalanan dilakukan.
Tindakan yang tercantum dalam daftar periksa “ Banjir, Kebocoran dan tenggelam “, sebagai berikut,
harus diperhatikan:
Implementation Date
a. Umum
Implementation Date
Kegagalan Engine Utama dapat berkisar dari kegagalan sementara yang sederhana hingga kerusakan
total. Tingkat tanggapan akan tergantung pada keadaan masing-masing situasi. Prioritas pertama
adalah untuk mengomunikasikan situasi ke kapal lain di sekitarnya, yang dapat dipengaruhi oleh
kerusakan mesin kapal.
Setelah Engineer menilai kerusakan, ia harus berdiskusi dengan Nahkoda tentang kemungkinan
perbaikan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perbaikan dan setelah itu tindakan yang
tepat dapat ditentukan. Jika Nahkoda menganggap bahwa kapal dapat hanyut ke dalam situasi
berbahaya, ia harus memberi tahu Perusahaan daiam waktu yang cukup, untuk menyetujui tindakan
yang harus diambil. Opsi pertama, kapan pun keadaan memungkinkan dan situasi menjamin, adalah
berlabuh. Dalam kasus bahaya yang akan segera terjadi dan persyaratan penyelamatan, Nahkoda harus
bertindak sesuai dengan pedoman bagian " Keselamatan" dari manual ini.
b. Laporan Awal
Informasi tambahan untuk dimasukkan sebagai berikut:
1. Keadaan kapal secara keseluruhan;
2. Perencanaan pekerjaan lebih lanjut yang akan dilaksanakan;
3. Pekerjaan yang diperlukan dan suku cadang yang diperlukan untuk perbaikan kerusakan
permanen;
4. Kemampuan kru untuk menyelesaikan perbaikan atau bantuan yang diperlukan dari luar.
5. Ketersediaan suku cadang yang diburuhkan;
6. Diperlukan waktu untuk perbaikan.
Implementation Date
Prosedur Kebakaran/Ledakan
a. Umum
Setiap anggota kru harus terbiasa dengan semua aspek pemadaman kebakaran dan penggunaan semua
peralatan pemadam kebakaran yang disediakan di atas kapal. Instruksi harus mencakup pencegahan
kebakaran terutama di kompartemen kargo. Instruksi kapal di pemadam kebakaran merupakan
tambahan untuk pelatihan yang tersedia di kursus pemadam kebakaran di darat dan terutama berkaitan
dengan peralatan tertentu yang tersedia dan sifat bahaya kebakaran di kapal.
Beberapa menit pertama setelah kebakaran ditemukan sangat penting dan langkah-langkah yang harus
diambil harus benar-benar akrab bagi semua Petugas dan anggota kru di atas kapal. Prioritas Nahkoda
adalah:
- Pastikan keamanan semua orang di dalam kapal.
Implementation Date
Accomodation Fire
No. Tindakan awal yang harus diambil sesuai kebutuhan Oleh:
1 Mengaktifkan alarm (internal dan eksternal) Nahkoda
2 Panggil Nahkoda Nahkoda
3 Buat Komunikasi Internal Nahkoda
4 Set VHF ke saluran 16/70 Nahkoda
5 Menetapkan Lokasi pusat kebakaran dan bahan bakar yang terlibat Nahkoda
Hentikan Ventilasi di akomodasi dan tutup semua peredam api, jika
6 perlu Engineer
7 Menentukan jenis Kebakaran Nahkoda
-Kelas Api
-Alat Pemadam yang tepat
-Bagaimana mencegah penyebaran api
8 Aktifkan pompa pemadam Kebakaran Engineer
9 Mulai membuat batas pendinginan Nahkoda
10 Jika di pelabuhan: Nahkoda
- Hubungi Port dan agen local Nahkoda/Engineer
- Menginformasikan team pemadam jika situasi memburuk. Pasukan
pemadam kebakaran kapal akan terus melakukan pemadaman api
sampai pemadam kebakaran tiba diatas kapal
- Untuk membantu pemadam kebakaran, rencana pengaturan umum,
rencana pengendalian kerusakan/pemadam kebakaran, rencana
kapasitas, rencana kargo, koneksi darat internasional, informasi
stabilitas, dan daftar penumpang dan kru harus tersedia
12 Jika di laut
-Jangan membuka palkah muatan yang sedang terbakar Nahkoda
Membuat Posisi kapal terbaca untuk stasiun GMDSS, terminal satelit,
13 dan pemancar marabahaya otomatis lainnya Nahkoda
14 Tentukan apakah bantuan tunda diperlukan Nahkoda
15 Rekam Kejadian di buku catatan Anjungan Nahkoda
16 Teruskam laporan Awal Nahkoda
Implementation Date
Implementation Date
Implementation Date
Labeli, simpan, dan foto semua item meisn yang rusak sebagai informasi
33 surveyor terkait klasifikasi mesin dan lambung Nahkoda
34 Kembalikan operasi kapal ke normal Nahkoda
35 Atur pembaruan atau perbaikan peralatan apapun yang digunakan Engineer
36 Penerusan tindak lanjut--laporan akhir Engineer
37 Perbarui buku catatan resmi Engineer
a. Umum
Kecelakaan yang menyebabkan cedera atau kematian merupakan kondisi tak terduga yang mungkin
akan dijumpai. Berbagai macam jenis luka atau infeksi akibat kecelakaan harus segera ditangani.
Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan seseorang
untuk membantu korban kecelakan ketika menunggu petugas medis datang.
b. Laporan Awal
Informasi tambahan untuk dimasukkan sebagai berikut:
1. Detail Penumpang, awak kapal, engineer, mapun Kapten kapal yang mengalami cedera, bahkan
kematian.
2. Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)
3. Kemajuan tindakan pemulihan.
4. Hasil tindakan pemulihan.
5. Kondisi korban.
6. Apakah bantuan medis / helikopter diperlukan.
7. Penundaan yang diharapkan.
8. Tanggal / Waktu operasi selesai.
c. Tindakan Tata cara khusus dalam prosedur Cedera dan Kematian yang harus dilakukan antara lain:
Melakukan pemeriksaan terhadap jenis luka;
Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
Perkiraan Situasi
Apabila Cedera sangat buruk, bertanya ke penumpang “apakah ada penumpang dengan latar
belakang dokter maupun tenaga medis lainnya disini?”
Apabila Keadaan sudah darurat, Set VHF ke saluran 16/70
Melakukan Evakuasi terhadap penumpang yang cedera agar segera ditangani oleh tenaga medis
yang ahli.
Apabila Kematian, ABK melakukan evakuasi terhadap penumpang yang mengalami kematian.
Menghubungi KSOP, KUPP, Shabandar terkait penumpang mengalami kematian.
a. Umum
Kecepatan tindakan dan menjaga individu agar tetap terlihat adalah dua elemen penting dalam
menyelamatkan manusia jatuh ke laut. Harus dingat bahwa orang-orang di dalam air mungkin tidak dapat
membantu diri mereka sendiri karena kelelahan, cedera, syok, Kedinginan, atau alasan lainnya.
Implementation Date
Nahkoda harus memutuskan metode yang tepat untuk menyelamatkan korban. Pencarian seseorang di laut
tidak boleh dihentikan selama Nahkoda menganggap ada harapan untuk penyelamatan.
Dibawah ini adalah pedoman pemberian waktu sesorang dapat bertahan hidup di air:
Suhu Air Laut Waktu Bertahan Hidup
Dibawah +2°C Kurang dari 45 menit
Antara +2°C+4°C Kurang dari 2 jam
Antara 4°C+10°C Kurang dari 3 jam
Antara 10°C to + 15°C Kurang dari 6 jam
Antara 15 to + 20°C Kurang dari 12 jam
Diatas 20°C Bertahan hidup dalam jangka waktu yang lebih lama tergantung
pada kondisi fisik umum.
PERINGATAN: Pedoman yang diberikan di atas dimaksudkan untuk menekankan perlunya tindakan
cepat
dan bukan sebagai cara menetapkan batas sewenang-wenang pada upaya pencarian. Kasus telah dialami di
mana individu jauh melebihi waktu bertahan hidup, dan ini harus selalu dipertimbangkan ketika
memutuskan penghentian pencarian.
Harus dingat bahwa waktu yang diharapkan untuk bertahan hidup yang diberikan di atas hanya berlaku
untuk orang-orang yang terbenam dalam air tapa pakaian pelindung dan bahwa mereka bisa lebih lama
untuk orang- orang yang mengenakan segala jenis pakaian keselamatan atau bantuan perlindungan termal.
Untuk perincian pola Pencarian & Penyelamatan (SAR), Manual Pencarian dan Penyelamatan IMO
(MERSAR) harus dikonsultasikan.
b. Laporan Awal
Informasi tambahan untuk dimasukkan sebagai berikut:
1. Detail kru hilang di laut.
2. Kemajuan tindakan pemulihan.
3. Apakah program pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung.
4. Hasil tindakan pemulinan.
5. Kondisi korban.
6. Apakah bantuan medis / helikopter diperlukan.
7. Penundaan yang diharapkan.
8. Tanggal / Waktu operasi selesai.
c. Tindakan Tata cara khusus Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan
antara lain:
Berteriak “Orang Jatuh ke Laut” dan segera melapor ke Mualim Jaga.
Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap sedekat orang yang
jatuh ;
Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan balingbaling;
Posisi dan letak pelampung diamati;
Mengatur gerak tubuh menolong (bila tempat untuk mengatur gerak cukup disarankan
menggunakan metode “ WILLIAMSON TURN “;
Tugaskan seseorang untuk mengatasi orang yang jatuh agar tetap terlihat;
Bunyikan 3 (tiga) suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan;
Implementation Date
b. Laporan Awal
Informasi tambahan untuk dimasukkan sebagai berikut:
1. Aktivitas Kapal;
2. Sumber Polusi;
3. Jumlah Tumpahan Minyak;
4. Jarak dari pantai atau Pelabuhan terdekat;
5. Tindakan yang diambil untuk meminimalkan atau mengandung kerusakan/polusi;
6. Visibilitas dan Kondisi pasang surut;
7. Diperlukan waktu sebelum melanjutkan operasi normal.
Tindakan yang tercantum dalam daftar periksa untuk “pencemaran”, sebagai berikut harus
diperhatikan:
Implementation Date
15
Kompilasi Laporan Inspeksi Kerusakan Nahkoda/Engineer
16
Libatkan kapal tunda setempat jika tersedia Nahkoda
17
Simpan catatan Nahkoda
18
Pantau perkembangan upaya penanganan dan perbaikan Nahkoda/Engineer
Jika situasinya menimbulkan ancaman serius terhadap keselamatan
19 penumpang dan awak: Nahkoda
- Periksa perlunya meninggalkan kapal awal Nahkoda
- Intruksikan personel untuk menyiapkan alat yang menyelamatkan jiwa
untuk kemungkinan penggunaan Nahkoda
- Mengumpulkan penumpang seperlunya Nahkoda
20 Meneruskan Laporan tindak lanjut Nahkoda
a. Umum
Meninggalkan kapal adalah kecelakaan terburuk di kapal. Keputusan untuk meninggalkan Kapal harus
berdasarkan evaluasi dari:
a. Situasi saat ini.
b. Bagaimana situasi diharapkan berkembang.
c. Apa kemungkinan memengaruhi secara positif peristiwa-peristiwa berikutnya setelah pengabaian
tersebut, konsekuensinya jika seseorang tidak berhasil memengaruhi perkembangan hingga
kepunahan yang memadai.
d. Karakteristik daya apung dan stabilitas kerusakan.
Ketika Nahkoda membuat keputusan untuk meninggalkan Kapal, ia juga harus memutuskan cara
pelaksanaannya. Nahkoda juga harus memberikan perintah yang diperlukan menurut pendapatnya,
apakah yang paling aman dalam situasi saat ini berdasarkan pada kapal pelaut yang baik.
b. Laporan Awal
Informasi tambahan untuk dimasukkan sebagai berikut:
1. Nama kapal.
2. Posisi Kapal (Lintang / Panjang).
Implementation Date
a. Umum
Keadaan Pingsan dan Mabuk Laut merupakan kejadian yang sering terjadi di dalam pelayaran. Dalam
hal ini penting sekali untuk diperhatikan bagaimana penanganan yang paling tepat dalam menangani
kejadian ini.
b. Prosedur yang harus dilakukan apabila penumpang dalam keadaan pingsan antara lain:
1. Cek kondisi pernapasan
Cara pertama dalam menolong orang yang pingsan adalah segera cek pernapasannya dengan
memeriksa denyut nadi dan melihat pergerakan dada serta perut.
Untuk melakukannya, Anda bisa mengikuti cara pertama menolong orang pingsan berikut ini:
3. Coba bangunkan
Jika pasien kelihatan berkeringat, longgarkanlah bagian pakaian yang ketat dengan membuka
kancing kemeja atau melepaskan jaket. Coba dinginkan tubuhnya dengan kipas atau sejukkan suhu
ruangan.
Langkah selanjutnya adalah mencoba membangunkan orang yang pingsan dengan cara berikut.
Menggoyangkan tubuhnya.
Memanggil dengan suara keras.
Memberi rangsangan di kulit dengan menepuk-nepuk pipi atau mencubit.
Meletakkan benda yang sangat dingin seperti es pada kulit wajah.
Memberikan wewangian menyengat ke arah hidung.
Implementation Date
Jika akhirnya pasien mulai sadar kembali, biarkan ia berbaring untuk beberapa saat. Setelah itu,
bantu pasien untuk duduk dan berikan air putih jika pasien merasakan gejala dehidrasi.
Temanilah sampai ia benar-benar pulih dan segar kembali. Segera cari bantuan medis jika setelah
sadar pasien mengalami hal-hal berikut:
a. Umum
Kejadian Masuk Sampah Plastik/Kayu ke water jet ada kalanya terjadi saat dalam pelayaran. Tidak
menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi.
b. Prosedur yang harus dilakukan apabila Masuk sampaj plastic/kayu ke water jet antara lain:
Kapal berhenti, Kemudian mundur;
Apabila sampah plastic tidak keluar, salah satu crewboat turun ke air untuk mengeluarkan sampah
tersebut;
Crewboat yang lain memeriksa keadaan sekitar untuk memantau kondisi yang ada sampai
crewboat yang turun ke dalam air sudah naik ke atas kapal.
a. Umum
Dalam keadaan emergency, ada saat dimana alat navigasi tidak berfungsi.
b. Prosedur yang harus dilakukan apabila Navigasi tidak berfungsi antara lain:
Matikan dan Nyalakan ulang selama 10 detik
Apabila tidak menyala, gunakan telepon satelit untuk komunikasi ke nomor darurat ( emergency )
untuk meminta bantuan pertolongan.
Dokumen bridging / rencana bridging tanggap darurat harus disiapkan untuk setiap kontrak dan harus
berisi rincian kontak normai dan kontak taggap darurat klien. Dokumen bridging / rencana bridging ini
harus menjadi bagian dari kontrak dan harus dipelihara oleh masing-masing Team Leader Operasi.
Pedoman untuk struktur sistem perencanaan kontingensi terintegrasi untuk keadaan darurat kapal dirinci
dalam iMO Res.A852 (20).
Rencana darurat kapal dan darat-dasar umumnya mengikuti dan memperluas pedoman IMO. Meskipun
setiap paket unik, kontennya, biasanya, adalah sebagai berikut:
Implementation Date
Rencana Kontinjensi harus berisi perincian khusus untuk area operasi, personel, peralatan, dan sumber daya
yang tersedia dan mencakup informasi kontak untuk Saluran Bantuan Darurat Internasional 24 jam.
Rencana tersebut harus dikeluarkan oleh pangkalan pantai operasional yang berlaku untuk semua kapal
yang datang dan beroperasi di dalam wilayah tersebut.
Tanggung jawab masing-masing anggota Tim tanggap darurat dan informasi kontak yang berlaku terkait
dengan rencana darrat harus didokumentasikan dalam rencana dan prosedur yang dikendalikan ole area
operasi. Setiap anggota tim manajemen dalam Rencana Kontinjensi harus memiliki pengganti yang
ditunjuk jika tidak ada. Informasi kontak yang berlaku untuk posisi pengganti tersebut harus dimasukkan
dalam rencana. Latihan dan / atau latihan berkala harus dilakukan untuk mengukur dan, jika perlu,
meningkatkan efektivitas rencana darurat. Rekaman latihan dan latihan semacam itu harus dipelihara.
Kontak Darurat
Dalam situasi darurat, penghubung atau petugas pengganti darurat harus diberitahukan 24 jam x 7
sebagaimana dirinci dalam bagian detil kontak darurat atau alternatif.
Kantor memelihara daftar nomor kontak darurat saat ini sebagaimana dirinci dalam Spesifikasi
STM/SM/03/3003 - List of Ship Interest Contacts.
Staf kapal harus memelihara daftar nomor kontak darurat saat ini untuk setiap pelabuhan / lokasi yang
digunakan unit seperti yang terinci dalam spesifikasi STM/SM/03/3002 - List Port Contact.
Penghubung darurat atau pengganti harus disiagakan dengan memanggil nomor ponsel yang berlaku yang
disediakan dibawah ini:
a. Direktur;
b. Manajer Operasi;
c. Team Leader Operasi;
d. Marine Supervisor,
Implementation Date
Dalam keadaan darurat, orang-orang berikut in akan diberitahukan oleh Tim tanggap darurat Perusahaan:
5. Referensi
SMPP/SOPEP & iMO Res.A852 (20)