Anda di halaman 1dari 38

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI STUNTING BERBASIS MASYARAKAT


DI DESA MARGOREJO KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS

Disusun oleh :
Muhamad Jauhar, S.Kep., Ners, M.Kep.
NIDN. 0603109004

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
KUDUS
2022

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Deteksi Dini Stunting Berbasis Masyarakat


Sub Pokok Bahasan : 1. Kondisi stunting di Indonesia
2. Definisi stunting
3. Penyebab stunting
4. Ciri-ciri stunting
5. Dampak stunting
6. Penanganan stunting
7. Pencegahan stunting
8. Komunikasi, informasi, dan edukasi stunting di masyarakat
Sasaran : Kader kesehatan dan masyarakat Desa Margorejo Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus sebanyak 30 orang
Hari/Tanggal : Jumat, 14 Januari 2022
Waktu : 1 x 60 menit
Tempat : Aula Balai Desa Margorejo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

Penyuluh : Muhamad Jauhar, S.Kep., Ners, M.Kep. dan tim

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan ini selama 60 menit, 80% peserta didik memiliki
penngetahuan tentang deteksi dini stunting berbasis masyarakat.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit, peserta didik dapat menjelaskan:
1. Kondisi stunting di Indonesia
2. Definisi stunting
3. Penyebab stunting
4. Ciri-ciri stunting
5. Dampak stunting
6. Penanganan stunting
7. Pencegahan stunting
8. Komunikasi, informasi, dan edukasi stunting di masyarakat

2
III. Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik merupakan kader kesehatan di posyandu dan masyarakat yang sebelumnya
belum pernah mendapatkan edukasi kesehatan atau pelatihan tentang deteksi dini stunting
berbasis masyarakat.

IV. Analisa Tugas


Know
1. Kondisi stunting di Indonesia
2. Definisi stunting
3. Penyebab stunting
4. Ciri-ciri stunting
5. Dampak stunting
6. Penanganan stunting
7. Pencegahan stunting
8. Komunikasi, informasi, dan edukasi stunting di masyarakat
Do:
Mensimulasikan deteksi dini stunting berbasis masyarakat.
Show:
Memperhatikan penjelasan tentang deteksi dini stunting berbasis masyarakat.

V. Materi Pengajaran
Terlampir

VI. Alokasi Waktu


a. Pembukaan/Apersepsi : 5 menit
b. Penjelasan/uraian materi : 50 menit
c. Rangkuman akhir/penutup (closure) : 5 menit

VII. Strategi Instruksional


a. Menjelaskan materi-materi pelajaran.
b. Menggunakan media pengajaran untuk mempermudah pemahaman peserta didik.
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.
d. Mengadakan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik.

3
VIII. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Metode Media Waktu


Peserta Didik
Sebelum a. Menyiapkan media
kegiatan penyuluhan.
b. Set ruangan.
c. Memastikan kehadiran
peserta didik di ruangan.
Kegiatan Apersepsi
pembuka a. Melakukan perkenalan. Menyimak Ceramah PPT, video 5’
b. Menggali pengetahuan Memaparkan Tanya jawab edukasi,
peserta didik tentang pengetahuannya modul
deteksi dini stunting
berbasis masyarakat
c. Menjelaskan tujuan Menyimak Ceramah
pembelajaran.
d. Menjelaskan cakupan Menyimak Ceramah
materi yang akan dibahas.
e. Kontrak waktu, tempat, dan Menyimak Ceramah
topik.
Uraian a. Menayangkan video Menyimak Ceramah PPT, video 50’
materi edukasi kesehatan tentang edukasi,
stunting modul
b. Menjelaskan kondisi Menyimak Ceramah
stunting di Indonesia
c. Menjelaskan definisi Menyimak Ceramah
stunting
d. Menjelaskan penyebab Menyimak Ceramah
stunting
e. Menjelaskan ciri-ciri Menyimak Ceramah
stunting
f. Menjelaskan dampak Menyimak Ceramah

4
stunting
g. Menjelaskan penanganan Menyimak Ceramah
stunting
h. Menjelaskan pencegahan Menyimak Ceramah
stunting
i. Menjelaskan komunikasi, Menyimak Ceramah
informasi, dan edukasi
stunting di masyarakat
j. Menanyakan kembali Tanya jawab/ Tanya jawab
persepsi peserta didik Mengutarakan
tentang deteksi dini pendapat
stunting berbasis
masyarakat
k. Memberi kesempatan Menanyakan Tanya jawab
kepada peserta didik untuk hal yang belum
bertanya dimengerti
l. Menjawab pertanyaan yang Memperhatikan Tanya jawab
belum dimengerti oleh jawaban yang
peserta didik disampaikan
Kegiatan Menutup pertemuan:
menutup a. Melakukan evaluasi dengan Menyimak dan Tanya jawab PPT, video 5’
memberikan pertanyaan dapat menjawab edukasi,
langsung dengan singkat modul
dan jelas
b. Menyimpulkan materi yang Mengutarakan Diskusi
telah disampaikan pendapatnya
(diharapkan peserta didik
yang dapat
menyimpulkan).
c. Mengucapkan salam. Membalas
salam
d. Menginformasikan materi Menyimak
selanjutnya (jika masih

5
ada).
Total 60’

IX. Media Pengajaran


Materi PPT, video edukasi kesehatan, dan modul

X. Metode Pengajaran
Ceramah interaktif, diskusi, dan tanya jawab

XI. Evaluasi
Materi penilaian/test :
a. Bagaimana kondisi stunting di Indonesia?
b. Jelaskan definisi stunting!
c. Sebutkan penyebab stunting!
d. Sebutkan ciri-ciri stunting!
e. Sebutkan dampak stunting!
f. Jelaskan penanganan stunting!
g. Jelaskan pencegahan stunting!
h. Jelaskan bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi stunting di masyarakat!

XII. Daftar Pustaka


Indanah, Muhamad Jauhar & Fitriana Kartikasari. (2021). Modul pembinaan kader
posyandu deteksi dini stunting berbasis masyarakat. Kudus : Universitas
Muhamamdiyah Kudus
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kabupaten Kudus. (2020). Peraturan
bupati kudus nomor 53 tahun 2020 tentang percepatan pencegahan stunting di
kabupaten kudus. Retrieved from :
https://jdih.kuduskab.go.id/himpunan_perundangan/index/20?kategori=9Kemen
kes RI. (2011). Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor :
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antopometri penilaian gizi anak.
Jakarta : Kemenkes RI

6
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI. (2017)
Buku saku desa dalam penanganan stunting. Jakarta : Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI
Kemenkes RI. (2018). Pedoman strategi komunikasi perubahan perilaku dalam
percepatan pencegahan stunting di indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2019). Pedoman pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita.
Jakarta : Kemenkes RI
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pusdatin Kemenkes RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
Retrieved from : https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-
publikasi-pusdatin-buletin.html

7
LAMPIRAN
KONSEP STUNTING DAN GIZI BURUK

A. STUNTING
1. Kondisi Stunting di Indonesia
Indonesia masih menghadapi masalah gizi dan berdampak pada kualitas sumber
daya manusia. Salah satu masalah gizi yang menjadi fokus utama pemerintah
saat ini yaitu stunting atau anak balita pendek. Berdasarkan hasil riset kesehatan
dasar tahun 2013, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2%.
Pemantauan status gizi pada balita pada tahun 2016 mencapai 27,5%. Batasan
WHO kurang dari 20 %. Hal ini menunjukkan pertumbuhan tidak maksimal
yang dialami sebanyak 8,9 juta anak di Indonesia atau sekitar 1 dari 3 anak di
Indonesia mengalami stunting. Berdasarkan data, sebanyak lebih dari 1/3 anak
balita di Indonesia memiliki tinggi badan di bawah rerata.

8
9
2. Pengertian Stunting
Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek
dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya yang seusia. Stunting
merupakan keadaan tubuh sangat pendek dilihat dengan standar baku WHO-
MGRS (Multi Growht Reference Study).

3. Penyebab Stunting
Kekurangan gizi trjadi sejak bayi dalam kandungan sampai masa awal
kelahiran. Namun ciri-ciri stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 tahun.
Berikut penyebab stunting pada anak :
a. Faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil dan balita
b. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi sebelum dan selama
kehamilan serta setelah melahirkan

10
c. Terbatasnya layanan kesehatan temasuk layanan kesehatan untuk ibu selama
kehamilan dan setelah melahirkan serta pembelajaran dini yang berkualitas
d. Kurangnya akses makanan bergizi dikarena harga makanan bergizi masih
tergolong mahal

11
e. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi

4. Ciri-ciri Stunting
Berikut ciri-ciri stunting terdiri dari :

12
a. Tanda pubertas terlambat
b. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam atau tidak banyak melakukan
kontak mata
c. Hasil pemeriksaan pada tes perhatian dan memori belajar buruk
d. Pertumbuhan melambat
e. Pertumbuhan gigi terlambat
f. Wajah tampak lebih kuda dari usianya

13
14
5. Dampak Stunting
Jika stunting tidak dicegah atau ditangani dengan baik maka akan berdampak
pada menurunnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang produktif dan
berdaya saing. Dampak stunting dapat terjadi baik pada jangka pendek maupun
jangka panjang yaitu :
a. Jangka pendek :
1) Perkembangan otak terganggu
2) Kecerdasan menurun
3) Gangguan pertumbuhan fisik
4) Gangguan metabolisme dalam tubuh
b. Jangka panjang :
1) Kemampuan kognitif dan prestasi belajar menurun
2) Kekebalan tubuh menurun sehingga rentan terhadap penyakit
3) Risiko tinggi terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke
4) Risiko tinggi kegemukan
5) Risiko tinggi kecacatan pada usia tua

15
6. Penanganan Stunting
Penanganan stunting dapat dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi
sensitif pada sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK) seorang anak
hingga berusia 6 tahun. Intervensi tersebut terdiri dari :
a. Intervensi gizi spesifik
Sasaran intervensi yaitu ibu hamil dan anak dalam 1.000 HPK. Intervensi ini
dapat menurunkan prevalensi stunting hingga 30%. Kegiatan dilakukan oleh
sektor kesehatan. Bersifat jangka pendek sehingga hasil intervensi dapat
dicatat dalam waktu relatif pendek. Bentuk intervensi yang dapat diberikan
yaitu :
1) Intervensi dengan sasaran ibu hamil
a) Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis
b) Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
c) Mengatasi kekurangan iodium
d) Menangani kecacingan pada ibu hamil
e) Mencegah ibu hamil dari infeksi penyakit malaria
2) Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan
a) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) atau pemberian ASI jolong atau
kolostrum
b) Pemberian ASI eksklusif
3) Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan
a) Pemberian ASI hingga usia 23 bulan ditambah dengan MPASI
b) Menyediakan obat cacing
c) Menyediakan suplementasi zink
d) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
e) Mencegah infeksi penyakit malaria
f) Pemberian imunisasi lengkap
g) Mencegah dan mengobati diare
b. Intervensi gizi sensitif
Sasaran intervensi yaitu masyarakat umum dan kegiatan dilakukan oleh
sektor di luar kesehatan. Intervensi ini dapat menurunkan prevalensi stunting
hingga 70%. Bentuk intervensi yang dapat dilakukan yaitu :

16
1) Penyediaan akses air bersih
2) Penyediaan akses sanitasi
3) Melakukan fortifikasi bahan makanan
4) Penyediaan akses layanan kesehatan dan keluarga berencana
5) Penyediaan jaminan kesehatan nasional
6) Penyediaan jaminan persalinan universal
7) Pendidikan pengasuhan pada orang tua
8) Pendidikan anak usia dini universal
9) Pendidikan gizi masyarakat
10) Edukasi kesehatan seksual, reproduksi, dan gizi pada remaja
11) Bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin
12) Peningkatan ketahanan pangan dan gizi

17
18
7. Pencegahan Stunting
Stunting dapat dicegah melalui beberapa cara berikut ini :
a) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet pada ibu hamil selama
kehamilan
b) Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
c) Pemenuhan gizi pada ibu hamil
d) Persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli (dokter, bidan,
perawat)
e) Inisisasi Menyusui Dini (IMD)
f) Pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan
g) Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk bayi di atas 6 bulan
sampai 2 tahun
h) Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
i) Pantau pertumbhan balita secara rutin di posyandu terdekat
j) Lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
k) Lakukan sanitasi total berbasis lingkungan yaitu cuci tangan dengan sabun,
berhenti buang air besar sembarangan, pengelolaan sampah rumah tangga,
pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan limbah cair
rumah tangga

19
20
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI DI KOMUNITAS

A. Komunikasi Kesehatan di Komunitas


Elemen-elemen penting untuk menyusun strategi komunikasi perubahan perilaku
meliputi :
1. Analisis situasi
Mengidentifikasi faktor penyebab langsung dan tidak langsung untuk
penyusunan intervensi melalui telaah data primer, sekunder, hasil survei, berita
media, laporan kasus, wawancara dengan pemangku kepentingan, jurnal, dan
informasi terkait.
2. Menentukan kelompok sasaran
Kelompok sasaran terdiri dari kelompok primer, sekunder, dan tersier.
Kelompok primer dalam hal ini yaitu ibu hamil, menyusui, anak usia 0-23
bulan, anak usia 24-59 bulan, tenaga kesehatan, dan kader kesehatan. kelompok
sekunder yaitu wanita usia subur, remaja, lingkungan pengasuh anak, tokoh
masyarakat, tokoh agama, jejaring sosial. Kelompok tersier yaitu pengambil
keputusan, organisasi perangkat daerah, dunia usaha, dan media masa.
3. Menyusun struktur dan dimensi pesan kunci
Pesan kunci berfungsi sebagai panduan utama penyusun konten materi
komunikasi baik tertulis, verbal, dan audio. Struktur pesan kunci dibedakan
berdasarkan kelompok sasaran di ruang lingkupnya masing-masing. Pesan kunci
harus singkat, padat, mudah dipahami, sistematis, dan logis.
4. Mengembangkan pendekatan komunikasi yang diperlukan
Berikut beberapa contoh pendekatan komunikasi untuk percepatan pencegahan
stunting:

21
22
5. Mengelola saluran komunikasi
Terdapat dua kelompok saluran komunikasi yaitu :
a) Pertemuan tatap muka : forum pertemuan, pertemuan koalisi, konseling,
sosalisasi, edukasi kelompok, rembuk stunting, rapat koordinasi, dsb.
b) Menggunakan media perantara : koran, majalah, televisi, radio, sosial media,
situs institusi, video yang diunggah di youtube, kegiatan bersama media,
wawancara tokoh tertentu, penulisan di kolom opini, kunjungan ke kantor
redaksi, dsb.
6. Medesain materi komunikasi
Materi komunikasi adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada kelompok
sasaran, bentuknya beragam mulai dari materi cetak, audio, visual. Isi materi
yang baik harus dapat dipahami. Perlu adanya pihak-pihak kreatif yang bisa
mengemas pesan kunci menjadi lebih menarik.

B. Edukasi Kesehatan di Komunitas


Edukasi Kesehatan bertujuan untuk mempromosikan kesehatan, mencegah
penyakit, dan mempertahankan kesejahteraan yang optimal. Pendidikan Kesehatan
adalah segala kombinasi dari pengalaman pembelajaran yang didisain untuk
mempengaruhi, memungkinkan, dan menjalankan perilaku sadar yang kondusif

23
pada Kesehatan individu, kelompok, dan komunitas. Tujuannya adalah untuk
memahami perilaku Kesehatan dan untuk mengaplikasikan pengetahuan menjadi
intervensi yang relevan dan strategi untuk peningkatan Kesehatan, pencegahan
penyakit, dan manajemen penyakit kronis. Pendidikan Kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi ketidakstabilan dalam mewujudkan
potensi Kesehatan individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat; dan itu termasuk
strategi yang luas dan beragam dalam mempengaruhi individu dalam lingkungan
sosial mereka untuk Kesehatan dan kesejahteraan yang meningkat (Green dan
Kreuter, 2004).

TABEL 3-1 FORMAT PENGAJARAN-PEMBELAJARAN


FORMAT APLIKASINYA PADA PENDIDIKAN KESEHATAN
PENGAJARAN
Sesi Brainstorming  Memberikan kebebasan pada peserta untuk mengolah ide
dan mendiskusikannya dalam setting kelompok.
 Mengolah kreativitas.
 Mendorong penguatan untuk memberi kesempatan pada
anggota untuk mengidentifikasikan isu dan menemukan
solusi.
Program masyarakat luas  Mampu menjangkau masyarakat dalam jumlah besar
dengan rencana yang sistematis.
 Dapat melibatkan pendekatan individu dan kelompok
dengan target audiens yang dituju.
Demonstrasi Efektif dalam pembelajaran kemampuan motoric perseptual.
Diskusi kelompok  Anggota dalam belajar dengan satu sama lain dan
menerima dukungan. Perawat dapat mewujudkan konten
pengajaran dalam kebutuhan kelompok.
 Ideal untuk kelompok gabungan pasien dan keluarga.
Perawat, professional Kesehatan, dan anggota awam dapat
memimpin kelompok.
Kuliah/ceramah  Berbagai ukuran kelompok dapat menggunakan
presentasi oral formal.

24
 Anggota kelompok berbagi keahlian dan pengalaman.
 Presenter harus nyaman dan menunjukkan keahlian
berbahasa yang mumpuni.
 Membutuhkan keahlian organisasi dan kemampuan untuk
menentukan poin utama dengan cara yang kreatif dan
menarik.
 Kombinasi media pengajaran dapat dapat meningkatkan
proses pembalajaran.
 Partisipasi audiens terhubung dengan gaya bahasa dan
kemampuan presenter.
 Umpan balik audiens dibatasi.
Diskusi individu  Memberi kesempatan pada individu untuk mengkaji dan
mengidentifikasi hambatan budaya, gangguan fisik,
kebutuhan belajar, literasi, dan kegelisahan.
 Mendorong penyesuaian dengan rencana Pendidikan
Kesehatan.
 Ideal untuk mendapatkan “momen yang dapat diajarkan”.
 Tidak memberikn kesempatan untuk berbagi dukungan
dengan orang lain.
 Tinggi biaya dalam hal waktu staf yang dibutuhkan.
Bermain peran  Efektif dalam memengaruhi perilaku dan pendapat.
 Mendorong kemampuan dalam memecahkan masalah dan
berfikir kritis.
 Meningkatkan partisipasi peserta didik. Beberapa anggota
mungkin ragu-ragu untuk ikut terlibat.
Komite gugus tugas/  Menggabungkan individu-individu dengan latar belakang
pertemuan dan keahlian yang beragam dalam mencapai suatu
pengorganisasian tujuan.
masyarakat  Dapat mewakili banyak perspektif dan kepentingan.
Diskusi melingkar Dapat dilaksanakan dengan setting yang nyaman seperti misi,
rumah,atau setting pelayanan: melibatkan orang dalam diskusi
kelompok kecil (Strickland, 1999).

25
Pertemuan di balai kota Mampu memberikan pengalaman Bersama dalam setting yang
familiar.
Data dari Stalling et al (2005); Redman (2007), dan USDHHS (2008)

TABEL 3-2 MATERIAL DAN MEDIA


System respons audio  Memberikan interaktivitas dan partisipasi yang tinggi
bagi audien.
 Menawarkan kumpulan data dan alat pengkajian
 Membantu dalam mengkaji pemahaman langsung
(Davis et. Al, 2012).
Audiotape  Tidak butuh membaca.
 Portable dan kecil.
 Individu dapat menggunakannya di rumah dalam
setting yang nyaman dan dapat memutar ulang dan
menggunakannya sesuai dengan kebutuhannya.
 Ekonomis.
 Sangat membantu individu dengan gangguan
penglihatan atau dengan kemampuan literasi yang
rendah.
Papan pengumuman  Murah dan mudah untuk dikembangkan.
 Perhatian langsung ke esan yang spesifik,
menggunakan beberapa kata.
Pemeran  Menawarkan daya Tarik grafis.
 Ditempatkan di daerah yang ramai (missal, ruang
tunggu dan ruang ujian) mampu menjangkau audien
yang luas.
Lembar balik, papan  Format yang bagus untuk memperbesar konsep
kapur, dan papan tulis pengajaran atau menunjukkan pembaca poin yang
menonjol, grafis, dan diagram dapat digunakan.
 Papan kapur dapat digunakan berkali-kali, lembar balik
memiliki bantalan pengganti, sangat murah.
Permainan dan simulasi  Melibatkan pasien dengan cara yang menyenangkan,

26
melibatkan seluruh anggota keluarga
 Sangat efektif pada anak-anak.
Grafik Mampu menyampaikan poin penting yang menarik dan
menonjol secara visual.
Gambar dan visual  Mampu mendorong pemahaman audien dengan
kemampuan literasi rendah.
 Pesan visual perlu dilakukan pretest untuk memastikan
penerimaan dan pemahaman.
Media interaktif  Berbagai program computer, tablet mobile berbasis
teknologi,dll.
 Algoritma dan keputusan bercabang membantu pasien
dalam menentukan keputusan, memecahkan masalah,
pengakuisisi fakta.
 Pendidikan yang interaktif menjadi sangat umum
dilakukan melaui kios di ruang-ruang tunggu.
 Perawat perlu mengkaji tingkat kenyamanan
komputerasi pasien.
 Perkembangan software bisa jadi butuh waktu dan
mahal.
Model dan objek asli Membawakan konsep pengajaran pada pasien dengan cara
yang familiar.
Demonstrasi  Sangat membantu saat menyampaikan kempuan
psikomotor, mendorong keterlibatan pasien dan
pembelajaran taktis (missal model penis untuk
pemasangan kondom atau model payudara untuk
menunjukkan cara pengujian payudara).
 Tidak butuh membaca.
Cerita/dongeng/teater  Minim membaca.
 Mendorong pertanyaan dan menghadirkan wawasan.
 Sangat membantu dalam instruksi individu dan
kelompok.
 Perawat dapat menggabungkan objek model dan nyata

27
dalam penyajian.
Overhead/ proyektor data  Berguna dalam setting kelompok besar maupun kecil.
presentasi  Menyoroti poin kunci dan membantu pasien focus pada
ide.
 Penggunaan warna dan pengorganisasian canggih, ,
tulisan besar, dan poin kuci direkomendasikan: hindari
tampilan yang penuh dan berantakan.
 Dapat dipersiapkan terlebih dahulu.
 Murah.
Fotograf, buku  Membantu mendorong pemahaman dengan
bergambar, piktograf, dan menunjukkan gambar realistis dan situasi nyata.
susunan salindia (missal,  Fotograf dapat dimunculkan sendirian atau
salindia PowerPoint); dikombinasikan dengan fotograf lain atau salindia atau
photo-essay, dan pesentasi diletakkan dalam album.
Prezi  Salindia PowerPoint sangat mudah diperbaharui.
 Sangat membantu individu dengan literasi rendah,
menawarkan presentasi konsep secara visual.
 Mudah diperbaharui.
Media cetak (brosur,  Mudah dibawa, tersedia secara luas, dan ekonomis.
selembaran, dan buklet)  Berguna untuk mendorong konsep Kesehatan dan
interaksi.
 Pasien dapat mengatur dan menyesuaikan dengan
kemampuan belajarnya serta mengulang Kembali
informasi yang diperoleh.
 Dapat efektif dalam penyebaran informasi ke individu,
keluarga, kelompok, atau public.
 Materi yang ditulis dengan Bahasa yang sederhana
dapat dipamahi oleh kedua pembaca yang
berkemampuan literasi tinggi dan rendah.
 Materi yang telah disesuaikan merupakan strategi yang
menjanjikan dalam Pendidikan Kesehatan.
 Perawat harus mengkaji isu terkait keterbacaan, desain,

28
tampilan, relevansi budaya dan kesesuaian isi.
Materi terprogram,  Melibatkan materi cetak yang dikombinasikan dengan
panduan pertolongan diri, visual sehingga memungkinkan untuk self-pacing.
salindia, dan tape  Sangat membantu untuk mempelajari fakta.
programs  Perawat perlu melakukan pengkajian terhadap
individua tau kelompok untuk menentukan apakah gaya
belajar indipenden diperlukan atau tidak.
 Storytelling
Kartu pengajaran  Portable, menggunakan sedikit kata, dan menyajikan
intepretasi visual.
 Dapat mewujudkan dengan mudah.
Kartu flash  Perawat dapat menciptakan secara ekonomis dan
memperbaharuinya dengan mudah.
 Efektif pada individu, kelompok kecil, atau instruksi
keluarga.
Radio dan koran  Menjangkau banyak audien dalam masyarakat.
 Efektif dalam menyampaikan informasi Kesehatan
umum dengan gaya yang santai.
 Perawat dapat memainkan peran aktif dalam
menyebarluaskan informasi Kesehatan.
Televisi dan televisi kabel  Menjangkau banyak audien dalam masyarakat.
 Dapat membantu meningkatkan Kesehatan umum dan
kesejahteraan masyarakat.
 Efektif dalam mempengaruhi tingkah dan perilaku.
 Menawarkan media yang familiar pada penonton untuk
mempelajari topik Kesehatan.
 Perawat dapat berperan sebagai kunci dalam
menjangkau masyarakat.
Telefon/ smartphone  Sistem otomatis pengingat panggilan
 Pembinaan telefon.
Rekaman video, DVD/  Menggabungkan audio dan visual untuk menyampaikan
telenovela gambaran yang nyata.

29
 Rekaman video/DVD harus menggabungkan konsep
pemodelan peran.
 Digunakan dalam menyampaikan materi manajemen
stress, Pendidikan kanker prostat, dan audien tuli.
 Mahal untuk diproduksi dan diperbaharui, butuh akses
ke peralatan audiovisual.
 Rekaman video memang mahal untuk diproduksi dan
dibeli namun dengan proses sunting berbasis computer,
mudah utuk diperbaharui.
 Tellanovella-storytelling.
Sumber daring (missal,  Informasi elektronik dapat menghubungkan individu,
internet, layanan dial-up, keluarga, dan kelompok Kesehatan.
informasi, basis data,  Mampu menjangkau audien secara luas dengan cepat
layanan papan obrolan,  Situs World Wide Web harus dievaluasi oleh perawat/
dan World Wide Web penyedia layanan terkait akurasi, kredibilitas, dan
relevansinya.
 Teknologi dan inovasi terbaru dapat membantu
konsumen dalam menemukan informasi Kesehatan,
saran, dan dukungan khususnya pada kelompok yang
berisiko tinggi.
Podcast  Teknologi video portable yang menggunakan media
siaran dan dapat diakses melalui internet dan computer
pribadi atau gawai seperti Ipog atau pemutar MP3.
Media sosial  Diskusi interaktif daring, blog, social bookmarking,
berita sosial, situs jaringan sosial.

Tips Bermanfaat untuk Pengajaran yang Efektif


1. Kali kemampuan membaca menggunakan metode informasi dan formal.
2. Tentukan apa yang ingin diketahui oleh pasien/ anggota masyarakat.
3. Identifikasi factor motivasi dalam mempelajari hal baru.
4. Tetaplah dengan yang esensial. Batasi jumlah konsep atau poin kunci. Fokuslah
pada kemampuan kritis dan bertahan hidup.

30
5. Tetapkan tujuan dan objektif yang realistis. Peroleh tanda isyarat dari pasien.
Anda menganai apa yang ingin mereka pelajari dan bagaimana cara membantu
mereka belajar.
6. Gunakan Bahasa yang jelas dan ringkas. Hindarilah istilah-istilah teknis, jika
memungkinkan. Misalnya, gunakan kata tekanan darah tinggi daripada
hipertensi, atau gunakan kata kesempatan daripada kata kemungkinan. Jangan
pula paksakan jika dapat menghilangkan makna kata yang diinginkan. Meskipun
insulin dan infeksi merupakan kata bersuku banyak, orang-orang dengan
diabetes umumnya familiar dengan kata-kata tersebut.
7. Pertimbangkan perkembangan glosari atau daftar kosa kata untuk kata-kata yang
umum pada topik Kesehatan. Misalnya, mengajarkan keluarga mengenai
Kesehatan gigi, ciptakanlah daftar kata yang umum digunakan terkait topik
tersebut dan cari pula kata-kata yang dapat digunakan untuk mensubtitusi kata
yang dimaksud (missal, flossing, sikat gigi, rongga, decay, check-ups, sinar x).
8. Beri jarak pada pengajaran anda dari waktu ke waktu, jika memungkinkan.
Gabungkanlah aktivitas Pendidikan Kesehatan dengan aktivitas lain. Sebagai
contoh, tanyalah seorang Wanita mengenai kebiasaan merokoknya pada tiap
kunjungan prenatal. Hubungkan pengajaran dengan kegiatan mereka sehari-
hari. Perkenalkan Pendidikan HPV pada kunjungan Kesehatan pria dan Wanita.
9. Personalisasikan pesan Kesehatan. Gunakan kalimat aktif. Misal dari pada
berkata “Penting bagi pasien untuk membaca label jika ingin membatasi
konsumsi lemak dan sodium,” katakanlah, “Bacalah label pada makanan untuk
mengetahui kandungan yang ada di dalamnya. Hal tersebut dapat membantu
anda membatasi konsumsi lemak dan garam.”
10. Gabungkan metode ilustrasi, demonstrasi, dan contoh yang ada dalam
kehidupan nyata. Hubungkan pesan Kesehatan pada kejadian sehari-hari dan
situasi nyata yang ada.
11. Berikan dan dapatkan Kembali. Ulas Kembali informasi dengan sering.
Bertanyalah kepada sebelum, saat, dan setelah pengajaran.
12. Sering-seringlah meringkas. Sediakan pasien dengan umpan balik. Dapatkan
umpan balik dari pasien.

31
13. Jadilah kreatif. Gunakan imajinasi anda untuk menyampaikan konsep sulit
(missal, gunakan kartu bergambar, gambar, objek, video, DVD, audiobook,
podcast, lembar balik, multimedia decision aids, photographs, storytelling).
14. Gunakan sumberdaya dan materi yang benar untuk meningkatkan pengajaran
dan penyampaikan gagasan (e.g., videotapes, computer-based mobile tablet
interactive programs, iPods, dan bulletin boards).
15. Berikan pasien ketenangan. Fokuslah pada penyertaan dan kepercayaan
sebelum menyampaikan konten.
16. Pujilah pasien, tapi jangan seolah-olah anda berbicara dengan orang yang
belum mengerti (patronize). Beri tahu apa yang sudah mereka lakukan dengan
benar. Fokuslah pada kekuatan mereka dan hal berharga lain yang ada dalam
diri mereka dan hal lain yang mereka bawa ke pertemuan pengajaran.
17. Jadilah yang membesarkan hati sepanjang tahapan pengajaran. Kita semua
suka dipuji atas hal yang yang kita lakukan dengan benar.

TABEL 3-3 KOMPONEN VERIFIKASI PEMBELAJAR


(PENGECEKAN KESESUAIAN PESAN DENGAN
PEMBELAJAR)
KOMPONEN DESKRIPSI
Daya Tarik Pembaca seharusnya tertarik kepada pesan yang disampaikan.
Sebagai contoh, bagian sampul harus menarik, dan jika
memungkinkan, gambar yang ada seharusnya menyampaikan
identifikasi bahwa “hal ini penting bagi situasi saya saat ini.”
Contoh:
 Apakah materi ini menarik/menyenangkan untuk anda?
 Secara keseluruhan, apakah anda yang terdorong untuk
mengambil dan membaca brosur ini?
Pemahaman Pembaca seharusnya mampu merangkum poin utama dalam
bahasanya sendiri, bukan menggunakan kata yang diinstruksikan.
Contoh:
 Menurut anda apa poin utamanya?
 Apakah ada kata yang tidak jelas?

32
Penerimaan Pembaca perlu melihat bahwa informasi yang ada dapat diterima
secara budaya dengan gaya hidup, situasi, dan latar belakang
mereka.
Contoh:
 Apakah ada yang mengganjal/ mengganggu/ sulit diterima
pada buklet ini?
 Menurut anda, buklet ini diperuntukkan untuk siapa?
Persuasi Pembaca perlu merasa bahwa instruksi yang ada memang penting
untuk mereka.
Contoh:
 Apakah anda berpikir bahwa pesan yang ada pada buklet ini
penting untuk anda?
Self-efficacy Apakah pesan yang disampaikan mudah dilakukan, dan apakah
pembaca merasa percaya diri untuk melakukannya?
Contoh:
 Apakah anda merasa dapat melakukan apa yang disarankan
buklet ini (missal, berhenti merokok)?

 Berikut waktu pada pasien dan keluarga untuk berpikir dan bertanya.
 Ingatlah bahwa pemahaman dan pengertian membutuhkan waktu dan praktik/
Latihan. Umpan balik yang sedang berlangsung membantu memfokuskan Kembali
pertemuan pengajaran dan menjaga anda tetap dalam jalur.
 Lakukan metode “Mengajar Kembali”. Ini berarti meminta pasien untuk
menjelaskan ulang dengan kata-katanya sendiri konsep kunci. Keputusan atau
instruksi yang baru saja dibahas (Negarandeh et al., 2012; Wilson FL et al., 2008).
 Lakukan verifikasi pelajar (sebuah proses untuk mengecek kesesuaian informasi)
untuk memastikan pemahaman.
 Evaluasi rencana pengajaran, dan teruslah menambah informasi baru ke dalam
interaksi.

33
C. Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pencegahan dan Penanggulangan
Stunting dan Gizi Buruk
Desa berwenang untuk mengatur kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah pusat
maupun daerah berdasarkan hak asal usul dan kegiatan skala lokal. Desa dapat
menyelenggarakan pelayanan umum seperti kesehatan dan pendidikan dengan skala
lokal melalui kerjasama dengan sektor penyedia layanan. Sektor penyedia layanan
tetap bertanggung jawab terhadap kualitas penyelenggaraan layanan. Jika sektor
kesehatan dan pendidikan menilai ada hal strategis atau kejadian luar biasa maka
desa dapat mengatur kegiatan dengan berkoordinasi pada sektor layanan terkait.
Hal strategis dapat diartikan kegiatan yang terkait dengan prioritas program nasional
atau daerah dan pengembangan kawasan.

Penanganan stunting merupakan prioritas pembangunan nasional melalui rencana


aksi nasional gizi dan ketahanan pangan. Berdasarkan Permendesa No. 19 tahun
2017 tentang prioritas penggunaan dana desa 2018 terkait stunting tertuliskan pada
bab III pasal 4 yaitu prioritas penggunaan dana desa untuk membiayai kegiatan
bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Bab III pasal 5 yaitu kegiatan
pembangunan desa meliputi pengadaan, pembangunan, pengembangan dan
pemeliharaan sarana prasarana pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan
kesehatan masyarakat dan pendidikan. Bab III pasal 7 yaitu kegiatan bidang
pemberdayaan masyarakat meliputi dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan
sosial dasar di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, dan anak.

34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai