Anda di halaman 1dari 2

Nama : Difanda Putra Wicaksana

NIM : 202001020061/12020000732

Bagian A

1. Kasus diatas jelas melanggar etika dari profesi karena melakukan pelanggaran undang – undang
Perbankan Pasal 46 ayat 1 Nomor 10 Tahun 1998 Jo Pasal 64 Ayat (1) Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitan
Undang – Undang Hukum Pidana. Para pelaku terbukti melakukan penipuan (dalam kasus ini adalah Fikasa
Grup) dengan mengiming-imingi perolehan bunga sebesar 9-12 % jika melakukan investasi pada produk
Fikasa Grup. FIkasa Grup ini juga tidak terdaftar dalam izin usaha dari Bank Indonesia dan mengakibatkan
10 korban dan mengalami kerugian sebesar Rp 85,9 Milyar. Hal ini melanggar teori etika tentang
utilitarisme dan deontology. Nasabah tentu ingin berinvestasi karena melihat dari manfaat yang ia terima
karena dijanjikan akan mendapatkan bunga sebesar 9-12 % namun ternyata itu hanyalah tipuan dari
Fikasa Grup. Lalu FIkasa grup melanggar teori deontologi karena seharusnya ia mengelola uang yang
diinvestasikan oleh para nasabah dengan baik, namun yang terjadi mereka justru melakukan penipuan
terhadap nasabahnya sendiri.

2. Dalam kasus tersebut, tentu perlu di catat tentang betapa pentingnya suatu teori etika dalam
berprofesi. Contohnya adalah teori utilitarisme, jika Fikasa Grup tidak melakukan penipuan dan mengelola
investasi dan deposito dan berpegang teguh terhadap teori utilitarisme ini, maka FIkasa Grup akan
terhindar dari permasalahan hukum yang berlaku. Selanjutnya, jika Fikasa Grup menerapkan Deontologi
dan berpegang teguh terhadap prinsip perusahaan Bank yang benar dan mendaftarakan izin usaha ke
Bank Indonesia maka ia akan dapat beroperasional dengan semestinya dan akan terhindar dari kasus-
kasus seperti investasi bodong yang sudah di jelaskan pada kasus diatas.

Bagian B

Nomor 1.

- Profesi harus berpaku pada keahlian atau keterampilan khusus, jika pekerjaan biasa tidak berpaku pada
keterampilan khusus.

- Profesi dikerjakan dengan mengikat komitmen yang lebih besar daripada komitmen pada saat
melakukan pekerjaan pada umumnya

- Seorang Profesional supaya dapat disebut professional mempelajari pekerjaannya secara serius dan
menjadikannya sebagai sumber pencharian satu-satunya.

- Segala aktivitas dari seorang professional memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan bagi
masyarakat, sedangkan pekerjaan pada umumnya hanya untuk kelompok atau perseorangan.

- Pekerjaan tidak memerlukan izin atau legalitas dalam melakukannya.

- Pengembangan profesi terjadi dalam komunitas akademis, sedangkan pekerjaan biasa secara individual.

Nomor 4.
Deontologi adalah teori etika yang meletakan ukuran baik atau buruknya suatu perbuatan pada
kewajiban. Deontologi memiliki inti yang berbeda dengan utilitarisme dan hedonism. Hal ini dikarenakan
utilitarisme dan hedonism memiliki inti pada tujuan dan kepentingan diri, jika deontologi memiliki inti
pada esensi yang baik itu sendiri.

Jika mengaitkan pada profesi akuntansi, seorang akuntan biasanya menerapkan teori ini saat mereka
bekerja sebagai auditor. Para auditor harus menjalankan tugasnya yaitu mengaudit sesuatu perusahaan,
tugas ini harus dilakukan dengan memegang suatu prinsip dan standar yang formal serta menerapkan
kode etik akuntansi. Penilaian dari auditor harus objektif dan sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
Namun, terkadang auditor ditawari untuk diberi sesuatu sebagai sogokan untuk memanipulasi
penilaiannya. Maka, jika auditor tersebut memegang teori deontologi, sogokan tersebut harus dihiraukan
karena kewajiban moral dari seorang auditor adalah mengaudit dan menilai sesuai dengan kode etik
profesinya.

Nomor 5.

Keputusan etis merupakan penganalisaan masalah etis yang bermula dati latar belakang masalah,
identifikasi masalah sampai terbentuknya sebuah keputusan yang didasarkan pertimbangan nilai-nilai
etis. Keputusan ini memiliki perbedaan dengan keputusan lainnya, perbedaan itu ada di esensi dan nilai
yang termuat dari setiap keputusannya.

Contoh dari keputusan etis adalah jika Budi merupakan seorang karyawan suatu perusahaan yang sedang
diaudit oleh auditor external, lalu auditor external tersebut menemukan adanya kejanggalan pada laporan
inventori perusahaan tersebut. Seorang atasan dari divisi inventori tersebut memberikan perintah kepada
Budi untuk menyogok auditor tersebut untuk menutupi kejanggalan. Namun, Budi menolak perintah dari
atasan divisi inventori tersebut. Penolakan perintah pada kasus ini berkaitan dengan suatu nilai etis, yaitu
kejujuran.

Anda mungkin juga menyukai