Acc Ebp
Acc Ebp
1. Seorang akuntan tentu memiliki keberadaan yang teramat penting dalam menjaga eksistensi dari
sebuah perusahaan. Seorang akuntan dapat diperlihatkan dengan cara :
a. Kualitas Profesional
Tanggung jawab moral dapat terlihat dari bagaimana seorang akuntan memperlihatlkan
kualitas profesionalnya sebagai seorang akuntan. Jika seseorang menunjukan keterampilan dan
mutu atas apa yang dikerjakannya dan mendapatkan hasil yang maksimal, maka tanggung jawab
yang diperlihatkannya semakin terlihat pula.
Kualitas tanggung jawab seorang akuntan tentu saja tidak hanya dapat dilihat dari
kualitasnya dalam mengerjakan suatu tugas. Namun, dalam suatu tugas yang diberikan kepada
akuntan tentu memiliki konsekuensi yang harus diterima dan bagaimana cara seorang akuntan
dalam menghadapi konsekuensi tersebut atau risiko tersebut adalah termasuk dalam
memperlihatkan seberapa besar tanggung jawab moral yang seorang akuntan berikan terhadap
pekerjaannya.
2. Dalam menjalakan tugas seorang akuntan maupun auditor, tentu akan mendapat berbagai
macam ancaman yang nantinya menjadikan seorang akuntan bisa saja terhasut dalam ancaman
tersebut jika tidak memiliki independesi yang baik, beberapa ancaman tersebut antara lain :
Ancaman ini muncul karena seorang akuntan itu berorientasi terhadap uang dalam
menjalankan pekerjaannya tanpa memperlihatkan tanggung jawab moral yang harusnya seorang
akuntan jalankan.
2. Self review (reviu diri)
Self review terjadi karena seorang akuntan melakukan evaluasi berulang terhadap penilaian
yang sudah dikerjakannya sendiri.
3. Ancaman advokasi
Hal ini terjadi karena seorang akuntan berpihak pada satu pendapat dan tidak
mengedepankan prinsip objektivitas yang harusnya dimiliki oleh seorang akuntan.
4. Ancaman Kekerabatan
Hal ini muncul diakibatkan suatu hubungan atau relasi akuntan dengan kerabatnya pada
tugas yang sedang ia kerjakan, misalnya seharusnya perusahaan tersebut mengalami kerugian,
namun karena perusahaan tersebut adalah perusahaan kerabat dekatnya, maka akuntan tersebut
memanipulasi hasil laporan yang ia buat.
5. Ancaman Intimidasi.
Intimidasi muncul karena seorang akuntan mendapatkan intimidasi dan sulit untuk
mendapatkan atau menerapkan prinsip objektivitas dari akuntan itu sendiri.
3. Integritas berasal dari Bahasa Latin, integer yang berarti kata sifat dari “utuh”, maka kata benda
dari integer tersebut adalah integritas yang bermakna sebagai keutuhan, kelengkapan,
kesempurnaan dan kebulatan. Akuntan yang memiliki integritas berartu memiliki keutuhan diri
dan bekerja sepenuhnya sebagaimana apa yang ditugaskan kepada dia dengan menjalankan
prinsip-prinsip dari seorang akuntan itu sendiri. Integritas yang bersumber dari kepercayaan tentu
memiliki kepribadian yang utuh dan efektif. Maka dari itu, integritas dapat diartikan sebagai sifat
jujur serta memiliki nilai moral yang teramat tinggi dan tidak takut untuk mengatakan hal yang
benar.
Dalam menerapkan integritas di profesi akuntan ada beberapa hal yang dapat disoroti.
Menurut Scott B Rae dan Kenman I. Wong, seorang akuntan dapat menerapkan hal ini ketika ia
berada dalam sebuah situasi yang menantang di berbagai sisinya. Sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa seorang akuntan memiliki beberapa ancaman. Dalam keadaan seperti inilah integritas
seorang akuntan harus diperlihatkan, jika seorang akuntan dapat menghindari ancaman-ancaman
tersebut maka akuntan dapat di katakana memiliki integritas yang bagus dan tepat.
4. Konfidensialitas menjadi prinsip seorang akuntan karena seorang akuntan memegang informasi
yang mana informasi tersebut krusial bagi public dan internal perusahaan. Maka, atas dasar alasan
tersebutlah seorang akuntan tidak boleh mepublikasikan informasi tersebut secara bebas apalagi
untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan yang berisfat disintegritas. Selain itu, dalam
beropini terhadap perkerjaan yang sudah ia kerjakan, seorang akuntan harus menempatkan diri
sebagai orang yang bebas maka ia tidak boleh dipengaruhi oleh pihak manapun.
1. factor internal
Faktor internal muncul dari dalam diri auditor itu sendiri. Faktor internal diantaranya :
2. Gaya hidup
3. Penyalahgunaan keahlian
4. Desakan kebutuhan
2. factor eksternal
3. Ketidakpastian hukum
4. Adanya Kesempatan