Anda di halaman 1dari 20

laporan Pendahuluan Ny.

S
usia 23tahun dengan Anemia berat Diruang Sempur
RSUD KOTA BOGOR

Disusun :

EKA PUTRI NURBUDIANI

102110014

Tingkat I

PROGRAM STUDI DII KEBIDANAN

STIKES AKBID WIJAYA HUSADA BOGOR

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA BERAT

DI RUMAH SAKIT DAERAH KOTA BOGOR

OLEH

EKA PUTRI NURBUDIANI


NIM; 102110014

Menyetujui

Pembimbing Lahan Praktik Dosen Pembimbing Akademik

Mas Emawati Pandla, Amd. Keb Yuliana , S. Tr. Keb., M. K. M


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA BERAT

DI RUMAH SAKIT DAERAH KOTA BOGOR

Mahasiswa

EKA PUTRI NURBUDIANI


NIM; 102110014

Menyetujui

Pembimbing Lahan Praktik Dosen Pembimbing Akademik

Mas Emawati Pandla, Amd. Keb Yuliana , S. Tr. Keb., M. K. M


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
pendahuluan yang berjudul “laporan Pendahuluan Ny.S usia 23tahun dengan
Anemia berat Diruang Sempur RSUD KOTA BOGOR”. Adapun tujuan dari
penulisan dari laporan pendahuluan ini untuk memenuhi tugas laporan akhir
pada mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai kasus anemia berat bagi para
pembaca.
Dalam proses penulisan laporan pendahuluan ini banyak sekali hambatan dan
kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu karina , Amd. Keb., selaku Pembimbing Lahan Praktik di Rumah
Sakir umum daerah kota Bogor
2. amd. Kep , selaku Pembimbinkg Lahan Praktik di Rumah Sakit daerah
kota Bogor
3. Seluruh bidan dan staf Rumah Sakit daerah kota bogor yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data.
4. Ny. S yang telah berkenan memberikan kepercayaan dan bersedia
menjadi klien, sekaligus responden dalam laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan yang telah penulis buat ini
masih terdapat kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat
menjadi acuan bagi penulis untuk menjadi lebih baik di masa mendatang.
Bogor, 20 Januari 2022

EKA PUTRI NURBUDIANI


DAFTAR ISI

laporan Pendahuluan Ny.S usia 23tahun dengan Anemia berat Diruang


Sempur RSUD KOTA BOGOR

Pengertian.............................................................................................................................
Klasifikasi ...........................................................................................................................
Patofisiologi .........................................................................................................................
Pathway /bagan .....................................................................................................................
Komplikasi..................................................................................................................................
Pemeriksaaan penunjang .......................................................................................................
Pentalaksanaan anemia ...........................................................................................................
A. Tinjauan teori
1. Pengertian anemia
Anemia adalah suatu kondisi terjadi penurunan kadar
hemoglobin(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa
oksigen (Badan pom,2011).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah(eritrosit ) lebih rendah
dibanding normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatupenyakit atau akibat gangguan fungsi
tubuh . secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangakutr oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai di bawah nilai uang berlaku untuk orang sehat.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasar, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah. Yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan
ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya (Wong,2003).

2. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendeketan fisiologi
1. Anemia hipoporolifaratif, yaitu anemia definisi jumlah seh
darah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah,
meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab :
 Agen neoplastik /sitoplastik
 Terapi radiasi
 Antibiotic tertentu
 Obat antu konvulsan, senyawa emas, fenibutason
 Benzene
 Infeksi virus (khusunya hepatitis)
Gejala gejala
 Gejala anemia secara umum (pucat,lemah ,dll)
 Definisi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis,
perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis : anemia normositik normokronik.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala gejala
 Nitrogren urea darah (bun) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah
tepi.
c. Animea megaloblastik
Penyebab:
 Defsiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi farasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar
yaitu terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a. . Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple,
leukemia limfositik.
c. kronik
d. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
e. Proses autoimun
f. Reaksi transfusi
g. Malaria
3. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah.
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi
besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper Menurut
Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat


besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang
menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat
besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia
karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk
pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan
perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti
gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat
menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti
inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. 6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung
(gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena
tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik,
penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa
jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi
cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan
kekurangan darah yang parah.
4. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel


fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal <1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam


sirkulasi. (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar: 1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi, dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia

5. Pathway /bagan
6. KOMPLIKASI YANG MUNCUL

Komplikasi umum akibat anemia adalah :


a. gagal jantung.
b. kejang.
c. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.

7. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel


darah putih, kadar Fe. pengukuran kapasitas ikatan besi,
kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-
binding capacity serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit
akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
a. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian
besi dan asam folat.
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan Anemia pada
penyakit kronis
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan
keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
d. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat
ferosus dan fumarat ferosus.
e. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh
defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin
B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang
menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan
diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM
pada pasien dengan gangguan absorbsi.
9. Asuhan kebidanan
Proses penatalaksanaan asuhan kebidanan terdiri dari tujuh
langkah berurutan. Proses penatalaksanaan asuhan kebidanan
ini dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Berikut ini tujuh langkah dalam manajemen
kebidanan menurut Varney sebagai berikut.
a. . Langkah I : Pengumpulan Data Dasar atau Pengkajian
Pada langkah ini pengumpulan data dasar menyeluruh untuk
mengevaluasi keadaan klien.
Pengumpulan data dasar atau Pengkajian merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Data
dasar ini meliputi.
1. Data Subjektif Data subjektif adalah data yang didapat
dari klien sebagai langkah awal dari mengidentifikasi
masalah dan menganalisis masalah klien. Data subjektif
ini meliputi :
a) Identitas Pasien
1) Nama Pasien Dikaji pasien dengan nama jelas dan
lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruan
atau membedakan dengan pasien lainnya
2) Usia Pasien
Dikaji untuk mengetahui faktor risiko yang ada
hubungannya dengan pasien. Dicatat dalam tahun
untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental, dan psikisnya belum siap.
3) Agama Pasien Untuk mengetahui agama pasien,
maka petugas dapat memberikan dukungan moril
sesuai dengan kepercayaannya.
4) Suku / Bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari – hari.
5) Pendidikan Latar belakang pendidikan akan
memengaruhi pengertian dan tingkat pengetahuan
pasien terhadap masalah kesehatan reproduksi.
6) Pekerjaan Pekerjaan akan memengaruhi aktivitas,
istirahat, gizi, tingkat sosial ekonomi, dan besarnya
penghasilan yang ada.
7) Alamat Untuk mengetahui tempat tinggal pasien
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan kista ovarium, misalnya sakit pada
perut bagian bawah dan bengkak (Anggraini, 2010).
Pada kasus kista ovarium, pasien merasa nyeri
pada perut bagian bawah, nyeri saat haid, dan teraba
benjolan pada daerah perut (Chyntia, 2009).\
c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali
mengalami menstruasi, jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan
hari, seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi (Sulistyawati, 2012).
d) d) Riwayat Perkawinan
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali
menikah, status menikah sah atau tidak, dan sudah
berapa lama menikah (Ambarwati, 2010).
e) Riwayat Keluarga
Berencana Untuk mengetahui apakah pasien
sudah pernah ikut KB apa belum, dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama penggunaan, apakah terdapat
keluhan selama penggunaan kontrasepsi (Ambarwati,
2010).
f) Riwayat Kesehatan Menurut Astuti (2012),
menayakan riwayat kesehatan meliputi penyakit yang
sedang diderita pasien, maupun penyakit keluarga
seperti penyakit menular dan penyakit keturunan.
g) Pola Kebiasaan Sehari – Hari
1) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan
minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan
makanan pantangan (Ambarwati dkk, 2010).
2) Pola Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan
tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan
sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang
(Ambarwati dkk, 2010).
3) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia (Ambarwati dkk, 2010).
4) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah
(Anggraini, 2010).
2. Data Objektif
Setelah data subjektif didapatkan, maka untuk
melengkapi data dalam menegakkan diagnosis,
selanjutnya dilakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan perkusi yang
dilakukan secara berurutan. Langkah pemeriksaannya
adalah sebagai berikut.
a) Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum Untuk mengetahui data ini kita
cukup dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan dapat dikriteriakan
keadaan pasien baik (respon pasien yang baik) atau
lemah (respon pasien kurang baik) keadaan umum
pada pada kasus kista ovarium keadaan umum baik
dan kesadaran composmentis. (Sulistyawati, 2012).
2) Kesadaran Tingkat kesadaran adalah ukuran dari
kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
yaitu composmentis (normal), somnolen
(kesadaran menurun), stupor (keadaan seperti tidur
lelap), coma (tidak bisa merespon) (Astuti, 2012).
3) Vital Sign Menurut Walyani (2015), pemeriksaan
vital sign ini meliputi :
(a) Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah yang
normal adalah 110/80 mmHg sampai 140/90
mmH. Bila tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg maka dapat diketahui memiliki tekanan
darah tinggi.
(b) Suhu Suhu badan normal adalah 36,5°C sampai
37,5°C. Bila suhu lebih dari 37,5°C maka
kemungkinan adanya infeksi.
(c) Nadi Nadi normal adalah 60 sampai 100
kali/menit. Bila abnormal kemungkinan adanya
kelainan paru-paru dan jantung. (d) Respirasi
Frekuensi pernapasan normalnya 16-24
kali/menit. Bila pernapasan lebih dari normal
maka disebut takipneu, sedangkan kurang dari
normal disebut bradipneu (Astuti, 2012). 4)
Berat Badan Untuk mengetahui berat badan
pasien apakah berat badan pasien naik atau
turun (Walyani, 2015). 5) Tinggi Badan Untuk
mengetahui tinggi badan pasien (Astuti, 2012).
b) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
fisik pada kasus kista ovaium, data pemeriksaan
fisik yang menjadi kasus utama, yaitu :
1) Palpasi Untuk mengetahui apakah ada pembesaran
hati, adakah tumor atau benjolan, ada nyeri atau
tidak, ada luka bekas operasi atau tidak (Varney,
2007). Pada kasus kista ovarium terdapat nyeri
tekan perut bagian bawah dan teraba massa pada
(Chyntia, 2009)
c) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung
diagnosis apabila diperlukan, misalnya pemeriksaan
laboratorium (Varney, 2007). Pada kasus kista
ovarium dilakukan pemeriksaan pap smear dan USG
(Chyntia, 2009).
b. Langkah II : interpretasi data dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap
masalah atau diagnosis dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi data yang benar atas data - data yang
dikumpulkan dan diinterpretasikan, sehingga dapat
dirumuskan diagnosis dan masalah digunakan karena
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah
digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasikan serta
diagnosis tetap membutuhkan penanganan (Varney, 2007)
1) Diagnosis Kebidanan Diagnosis kebidanan yang dapat di
tegakan pada kasus pasien dengan gangguan reproduksi
kista ovarium adalah Nn. ..../ Ny. ...umur... dengan kista
ovarium dengan dasar data subjektif dan data objektif.
a) Data Subjektif Data subjektif berasal dari keluhan
subjektif klien pada kasus kista ovarium yakni pasien
merasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri saat haid,
dan teraba benjolan pada daerah perut (Chyntia,
2009). Pasien merasa nyeri saat senggama (Chyntia,
2009). Pasien merasa cemas (Prawirohardjo, 2011)
b) Data Objektif Data objektif berasal dari hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang klien
pada kasus kista ovarium, tanda – tandanya yaitu :
(1) Abdomen : Terdapat benjolan dan nyeri tekan
perut bagian bawah
(2) Vagina : Terdapat bercak darah yang keluar (jika
kista ovarium pecah )
(3) Pemeriksaan Penunjang Dilakukan pemeriksaan
pap smear dan USG (Chyntia, 2009)
2) Masalah Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau hal yang menyertai diagnosis sesuai dengan keadaan
pasien (Varney, 2007). Pada kasus kista ovarium,
masalah yang dihadapi pasien yaitu pasien merasa cemas
sebelumm dilakukan pengangkatan kista ovarium dan
nyeri perut bagian bawah (Chyntia, 2009).
3) Kebutuhan Kebutuhan adalah hal - hal yang dibutuhkan
pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan
masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
(Varney, 2007). Pada kasus kista ovarium, kebutuhan
yang diberikan adalah memberikan dukungan moral dan
spiritual, sehingga pasien lebih tenang (Prawirohardjo,
2011).
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini
diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut
benar-benar terjadi (Ambarwati dkk, 2010).
Pada tinjauan khusus kista ovarium disebutkan bahwa
diagnosa potensial yang terjadi pada kasus kista ovarium
yaitu infeksi pada tumor, torsi, ruptur dari kista, supurasi
dari kista, perubahan keganasan (Wiknjosastro, 2011).
1) Diagnosis Kebidanan Diagnosis kebidanan yang dapat di
tegakan pada kasus pasien dengan gangguan reproduksi
kista ovarium adalah Nn. ..../ Ny. ...umur... dengan kista
ovarium.
2) Masalah Potensial Perdarahan intra tumor, putaran
tangkai/torsi, infeksi pada tumor, robek dinding kista, dan
perubahan keganasan (Wiknjosastro, 2011).
Rasa nyeri yang dirasakan pada awal, biasanya
ditemukan suatu massa dibagian bawah perut yang padat
dan terikat dengan jaringan disekitarnya karena kista
melintir, sehingga penderita mengeluh rasa nyeri yang
sangat kuat (Yatim, 2008)
Apabila kista ovarium tidak ditangani dengan seksama
dengan dilakukannya pemeriksaan dan pemantauan
sedini mungkin maka kista ovarium ini dapat
menimbulkan banyak komplikasi salah satunya seperti
robekan pada kista ovarium disertai hemoragi yang
timbul secara akut maka perdarahan bebas dapat
berlangsung terus menerus ke dalam rogga peritoneum
dan menimbulkan rasa nyeri terus menrus disertai tanda-
tanda abdomen akut dan juga kista ovarium dapat
berdegenerasi pada keganasan yang menyebabkan
kematian dikarenakan perjalanan penyakit kista ovarium
ini sering disebut dengan silent killer atau secara diam-
diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari
bahwa dirinya sudah terserang kista dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar
atau membesar (Prawirohardjo, 2014).
d. Langkah IV : Identifikasi dan Evaluasi Kebutuhan yang
Membutuhkan Penanganan Segera Langkah ini memerlukan
kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien (Ambarwati dkk, 2010).
Pada kasus gangguan reproduksi dengan kista ovarium
antisipasi yang diberikan yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.
OG., bila tidak terjadi keganasan bisa diobati secara operasi
atau dengan obat-obatan, bila terjadi keganasan harus
dilakukan pengangkatan kista atau operasi dan diberi obat-
obat anti kanker (Chyntia, 2009).
e. Langkah V : Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi atau masalah pasien,
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien
tersebut, apakah kebutuhan konseling, penyuluhan dan
apakah pasien perlu dirujuk. Pada langkah ini merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama kemudian membuat kesepakatan untuk
melaksanakannya (Walyani, 2015). Terdapat beberapa
pilihan dalam perencanaan pengobatan kista ovarium.
Berikut ini pilihan perencanaan pengobatan pada kista
ovarium sebagai berikut.
1) Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan
pengobatan nyeri dengan analgetik atau tindakan
kenyamanan, seperti kompres hangat pada abdomen, dan
teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
2) Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti
ibuprofen dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit
kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba, 2013)
3) Jika kista tidak menghilang dan semakin membesar,
lakukan pemeriksaan USG, dokter harus segera
mengangkatnya. Terdapat dua tindakan pembedahan
yang utama yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi
klien, yaitu laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2008).
Rencana asuhan yang diberikan pada gangguan
reproduksi dengan kista ovarium menurut Chyntia
(2009), yaitu :
1) Preoperasi
a) Observasi keadaan umum dan TTV
b) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
c) Berikan analgesik sesuai resep dokter
d) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan
penanganan berupa tindakan histerektomi.
2) Post Operasi
A) Ajarkan teknik relaksasi
B) Berikan tindakan kenyamanan dasar seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik
relaksasi nafas dalam
C) Lakukan perawatan post histerektomi dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga .
f. f. Langkah VI : Penatalaksanaan Menurut Varney (2007),
pada langkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua
keputusan yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar – benar valid berdasarkan
pengetahuan, serta sesuai dengan kondisi pasien, sehingga
setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh ke dua belah
pihak yaitu bidan dan pasien, agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan
rencana tersebut. Pada kasus gangguan reproduksi dengan
kista ovarium, pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat (Chyntia, 2009).
g. Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan evaluasi
rencana tindakan yang meliputi kebutuhan pada pasien telah
terpenuhi secara efektif dengan melakukan kolaborasi
dengan petugas kesehatan lainnya (Varney, 2007). Evalusi
yang diharapkan setelah dilakukan tindakan menurut
Chyntia (2009), adalah :
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda vital normal
4) Anemia telah teratasi
5) Hanya dilakukan satu kali tranfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai