Anda di halaman 1dari 4

Aksi Nyata Nilai dan Peran Guru Penggerak

Maina Trisnawati Hasibuan


Fasilitator Ibu Yetty Fatri Dewi
Pendamping Ibu Elsa Hanani Barus
Link Video https://www.youtube.com/watch?v=ypVmFpMk708

Setiap anak dilahirkan dengan kodratnya masing - masing, dan kodrat itu akan
berkembang sesuai lingkungan dan keberadaan masing - masing anak. Jika anak di didik dan
di tuntun dengan pendidikan dan penuntun yang benar maka anak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik pula, demikian sebaliknya. Jika di analogikan seperti seorang
tukang kebun yang mengelola berbagai macam jenis poho buah dalam sebuah kebun. Kebun
buah memiliki bermacam – macam pohon, ada pohon pisang, jambu, rambutan, manga dan
lainnya. Tukang kebun tidak dapat mengubah pohon pisang akan berbuah mangga atau pohon
jambu akan berbuah rambutan. Tukang kebun dengan berbagai upaya akan membuat pohon
pisang menghasilkan pisang yang bagus, pohon manga akan mengahasilkan manga yang
manis, pohon rambutan akan berbuah rambutan yang merah dan manis tetapi tidak bisa
mengubah kodrat sejati dari pohon – pohon tersebut.

Guru tidak bisa mengubah kodrat setiap anak didiknya, Sekuat apa pun ia dalam
mendidik anak dalam 1 kelas tidak akan dapat mengubah anak – anak menjadi seperti anak
lain. Guru dapat menuntun anak didik sesuai dengan kodrat mereka masing - masing. Kodrat
alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak sudah ada Ketika anak lahir dan terus berkembang
bagaimana keluarga dan orang terdekatnya membri pengaruh padanya. Kodrat zaman
bagaimana anak dengan perkembangan yang terus mempengaruhinya baik dari segi
lingkunga, teknologi atau hal – hal yang mempengaruhinya.

Dalam peran guru menuntun anak – anak ada beberapa nilai yang harus di tekankan
guru agar anak – anak memahami, menyadari dan menerima keberadaan satu dengan yang
lain yaitu Toleransi. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam
suku, Bahasa, agama dan kebudayaan. Guru dapat membantu anak didik dalam
mengembangkan keperbedaan itu menjadi kekuatan dari perkembangan anak didik jika kata
“Toleransi” tidak sekedar ucapan tetapi juga perlakuan. Anak – anak yang datang kesekolah
tidaklah semua berasal dari suku yang sama, agama yang sama, daerah yang sama,
kebudayaan yang sama tetapi mereka dating dengan keperbedaan.

Demikian juga di SMP Swasta Methodist Tanjung Morawa, anak didik yang ada di
sini dengan berbagai macam perbedaan. Berasal dari suku yang berbeda( Ada suku batak
toba, simalungun, karo, jawa, cina dan india), berasal dari agama yang berbeda (Ada Islam,
Kristen, Katolik, Buddha dan Hindu) serta Bahasa yang berbeda sesuai daerah asal mereka.
Semua perbedaan yang ada akan menjadi indah dan membuat anak didik merasakan bahwa
Indonesia kaya akan kebudayaan dan patut untuk di lestarikan tanpa memndang kelebihan
dan kelemahan.

Untuk menumbuhkan toleransi tersebut, Langkah awal yang saya lakukan adalah
dengan berdiskusi bersama anak- anak untuk memancing mereka memunculkan apa yang
menjadi kebudayaan mereka dalam bentuk foto, video atau tulisan. Kebudayaan yang di
tampilkan bisa berbentuk kerajinan, makanan atau apa saja yang menjadi kebudayaan anak
didik. Setiap anak didik bisa mendapatkan keterangan tentang kebudayaan mereka dari orang
tua,atau mencari di Internet

Hasil dari aksi nyata tersebut anak didik sangat antusias untuk melihat sejarah dari
kebudayaan yang ditampilkan dan menjadi sumber pengetahuan baru dari apa yang belum

Hal. 1 dari 4
mereka pahami selama ini. Beberapa kebudayaan yang di buat oleh peserta didik, ada
kerajinan, makanan maupun benda bersejarah dalam kebudayaan mereka (Untuk lebih
jelasnya ada pada video)

Dokumentasi :

1. Pemaparan akan Toleransi Budaya

Hal. 2 dari 4
2. Hasil Kerja
 Bersama ama ( nenek ) menceritakan sejarah kebudayaan makanan khas cina “Fuyunghai”

 Makanan dan lampion Kebudayaan Khas Cina

 Kain Ulos dan damau toba sebagi pariwisata Kebudayaan dari daerah Batak Toba

Hal. 3 dari 4
 Saksang makanan kebudayaan daerah batak

 Cinpa makanan khas karo

Hal. 4 dari 4

Anda mungkin juga menyukai