Anda di halaman 1dari 4

LGBT

Lgbt adalah gabungan kata dari lesbian, gay, bisexual dan transgender.
Di Indonesia lgbt susah diterima, hal ini disebabkan lgbt bertentangan
dengan agama yang diakui di Indonesia. Sebagian wilayah Indonesia
tidak memiliki hukum sodomi (hukum yang mengatur beberapa tindak
seksual sebagai pidana), saat ini perilaku homoseksual tidak dianggap
sebagai kriminal tetapi hukum Indonesia tidak secara spesifik
melindungin komunitas lgbt. Kecuali di Aceh lgbt merupakan sesuatu
yang ilegal di bawah hukum syariat Islam, dan diancam dengan
hukuman cambuk atau penjara.
Saat ini hukum di Indonesia tidak menanggap lgbt sebagai perilaku
kriminal. Hal ini berbeda dengan hukum mengenai sodomi (perilaku
seksual yang menimpang dari penduduk kota sodum dan gomora di
lembah Yordan pada zaman nabi Luth). Di negara tetangga, Malaysia
Hukum warisan kolonial Inggris yang mengkriminalisasikan tindakan
homoseksual, atau lebih spesifik tindakan seks. Hukum pidana nasional
tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan homoseksual
nonkomersial (aktifitas) antara orang dewasa yang saling bersetuju. Ini
berarti, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak menganggap
perbuatan homoseksual sebagai suatu tindakan criminal, selama tidak
melanggar hukum-hukum lain.
Perbuatan homoseksual tidak dianggap sebagai tindakan kriminal,
selama hanya dilakukan antarorang dewasa (tidak melibatkan anak-
anak atau remaja di bawah umur), secara pribadi (rahasia, tertutup,
tidak dilakukan di tempat umum, dan bukan pornografi), nonkomersial
(bukan pelacuran), dan atas dasar rasa suka sama suka (bukan
pemaksaan atau pemerkosaan). RUU KUHP untuk mengkriminalisasi
homoseksualitas, hidup bersama di luar ikatan pernikahan (kumpul
kebo), perzinaan, dan praktik sihir, gagal disahkan pada tahun 2003.
Pada tahun 2019, diajukan RUU KUHP yang sama, akan tetapi batal
disahkan menjadi undang-undang karena banyaknya pertentangan di
kalangan masyarakat.
Pada tahun 2005, Pemerintah Indonesia memberikan hak kepada Aceh
untuk memberlakukan hukum syariat Islam pada tingkat daerah atau
provinsi. Maka berdasarkan hukum syariat, homoseksualitas dianggap
sebagai suatu kejahatan atau tindakan kriminal, pada awalnya hukum
syariat hanya berlaku bagi orang muslim. Pada perkembangannya juga
berlaku kepada semua pihak di Aceh jika hubungannya dilakukan
dengan seseorang yang berlandas kepada hukum Islam.
Di bawah hukum syariat, homoseksualitas didefinisikan sebagai
tindakan prostitusi (pekerja seks komersial) yang melanggar norma-
norma kesusilaan umum, agama, dan norma hukum dan aturan sosial
yang berlaku. Tindakan yang didefinisikan sebagai tindakan prostitusi
adalah seks homoseksual, lesbian, sodomi, pelecehan seksual, dan
tindakan pornografi lainnya. Sejak saat itu, sebanyak 32 negara ikut
memberlakukan hukum berbasis syariah dari Al-Qur'an, yang
mengkriminalisasikan homoseksualitas.
Hukum Internasional terhadap eksistensi hak asasi manusia dari kaum
LGBT masih mengarah kepada ketentuan umum tentang hak asasi
manusia dalam instrumen HAM Internasional seperti UDHR dan ICCPR .
Kemudian Office of the United Nations High Commissioner for Human
Rights menetapkan 5 kewajiban negara terhadap kaum LGBT, serta
dirumuskannya Prinsip Yogyakarta yang membahas hak-hak kaum
LGBT. Instrumen hukum internasional yang mengatur masalah LGBT
secara khusus tidak ada, regulasi hukum nasional terhadap eksistensi
kaum LGBT di Indonesia juga tidak ditemukan. Meskipun demikian
secara mendasar LGBT bertentangan dengan Undang-Undang
Perkawinan dan Pancasila. Meskipun UUD 1945 mengatakan setiap
orang berhak menikah dan melanjutkan keturunan, namun pernikahan
sesama jenis tidak bisa dilakukan karena bertentangan dengan Pasal 2
UU Perkawinan dan nilai-nilai Pancasila.
Pada tahun 2011, Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengeluarkan
resolusi pertama tentang pengakuan atas hak-hak LGBT, yang diikuti
dengan laporan dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB yang
mendokumentasikan pelanggaran hak-hak dari orang-orang LGBT,
termasuk kejahatan kebencian, kriminalisasi homoseksualitas, dan
diskriminasi. Instrumen Hak Asasi Manusia Internasional maupun UUD
1945 menyatakan bahwa pembedaan pengaturan terhadap LGBT
merupakan tindakan diskriminatif, pengaturan pelarangan LGBT juga
bukan merupakan tindakan affirmative action yang diperbolehkan.
REFERENCE
1. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24039
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_LGBT_di_Indonesia
3. https://media.neliti.com/media/publications/181586-ID-lgbt-dalam-
perspektif-hak-asasi-manusia.pdf
4. https://icjr.or.id/icjr-kritik-pernyataan-komnas-ham-tentang-
pelarangan-lgbt-tidak-melanggar-ham/

Anda mungkin juga menyukai