Anda di halaman 1dari 38

Sistem Produksi

Kuliah 3
Heijunka & Penjadwalan Produksi JIT

Teknik Industri
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Hasil Pembelajaran

Setelah mengikuti perkuliahan ini,


diharapkan mahasiswa:

❑ Memahami Konsep heijunka (load


leveling).

❑ Mampu melakukan penjadwalan produksi


JIT untuk mixed model.

❑ Mampu menentukan urutan produksi


dengan Toyota’s Goal-Chasing Method

2
Topik Bahasan

1. Konsep Heijunka (Load Leveling)

2. Penjadwalan Produksi Mixed Model

3. Toyota’s Goal-Chasing Method

3
Konsep Heijunka (Load Leveling)

Apakah yang terjadi jika


demand berfluktuasi?

Apakah dampaknya jika jadwal


produksi mengikuti fluktuasi
demand?

4
Konsep Heijunka (Load Leveling)

Mengikuti demand yang berfluktuasi


dapat menyebabkan inventory
1 meningkat dalam lini produksi

Beban produksi tidak


2 seimbang

Waste akan meningkat ketika orang


3 didorong untuk bekerja overload saat
demand meningkat dan kemudian
berhenti dan menunggu (idle) ketika
demand menurun.
5
Konsep Heijunka (Load Leveling)

❑ Heijunka, juga dikenal sebagai load/production leveling


(perataan produksi) adalah teknik untuk mengurangi
ketidakseimbangan (unevenness) yang pada gilirannya
mengurangi waste.

❑ Itu penting untuk pengembangan efisiensi produksi di lean


manufacturing. Tujuannya adalah untuk berproduksi pada
tingkat yang konstan sehingga pemrosesan lebih lanjut juga
dapat dilakukan pada tingkat yang konstan dan dapat
diprediksi.

❑ Heijunka didefinisikan sebagai “distribusi volume dan variasi


produksi secara merata dari waktu ke waktu”. Heijunka
mengubah customer pull yang tidak rata menjadi proses
produksi yang merata dan dapat diprediksi.

6
Konsep Heijunka (Load Leveling)

❑ Heijunka adalah leveling produksi dengan volume


dan variasi produk.

❑ Sistem ini tidak membangun produk sesuai dengan


aliran pesanan pelanggan yang sebenarnya.

❑ Heijunka mengambil total volume pesanan dalam


suatu periode dan meratakannya sehingga jumlah
dan variasi yang sama dibuat setiap hari.

❑ Heijunka akan menghilangkan waste dengan


meratakan volume dan variasi produk, tetapi yang
paling penting, akan meratakan permintaan terhadap
pekerja, peralatan, dan material.

7
Konsep Heijunka (Load Leveling)

❑ Assembly line tidak pernah merakit model mobil


yang sama dalam satu batch. Sebagai gantinya,
produksi ditingkatkan dengan merakit mixed model
di setiap batch dan batch dibuat sekecil mungkin.

❑ Upaya untuk mencapai jadwal produksi JIT


mengungkap banyak masalah kualitas yang
disembunyikan oleh buffer stock.

❑ Dengan mengupayakan hanya langkah-langkah


penambahan nilai (value) yang lancar, masalah
menjadi terungkap dan segera ditangani secara
eksplisit.

8
Penjadwalan Mixed Model

9
Penjadwalan Mixed Model

❑ Penjadwalan mixed model dilakukan melalui load


leveling (heijunka)

❑ Heijunka = membuat jadwal produksi yang


merata (leveling/smoothing) dengan
menggunakan Mixed Model Sequencing

❑ Mereduksi efek dari variasi dalam jadwal


❑ Kuantitas produksi terdistrtibusi merata setiap
hari dalam 1 bulan
❑ Membuat mixed product yang sama setiap hari
dalam ukuran lot kecil

10
Penjadwalan Mixed Model

Rata2
Produk Demand/bulan Output/hari

A 1200 60
B 400 20
C 1600 80
D 400 20
E 600 30
F 600 30

Total 4800 240

11
Penjadwalan Mixed Model
Jadwal Traditional Batch

Produk Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4


A 1200
B 400
C 800 800
D 400
E 600
F 600

Total 1200 1200 1200 1200


12
Penjadwalan Mixed Model

Jadwal JIT

Produk Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4


A 300 300 300 300
B 100 100 100 100
C 400 400 400 400
D 100 100 100 100
E 150 150 150 150
F 150 150 150 150

Total 1200 1200 1200 1200


13
Penjadwalan Mixed Model

Jadwal JIT
Produk Ukuran lot
Jika diasumsikan
terdapat 50 jam per A 6
minggu, maka diperoleh B 2
jadwal produksi berikut: C 8
D 2
E 3
F 3

24 unit per jam

Mixed model production sebanyak 24 unit dari enam produk berbeda


yang diulangi setiap jam.

14
Penjadwalan Mixed Model
Contoh Metode Penjadwalan Mixed Model

1. Tentukan jadwal produksi harian

15
Penjadwalan Mixed Model

16
Penjadwalan Mixed Model
2. Tentukan CT setiap produk: sebagai contoh CT 2 menit/unit untuk
produk A, 3 menit/unit untuk B, dan 3 menit/unit untuk C.

3. Tentukan perbandingan terbalik (reciprocal) CT untuk setiap


produk

A=1 unit/2 menit; B=1 unit/3 menit; C=1 unit/3 menit

4. Tentukan rasio dari Total Jumlah Unit Minimum dalam Suatu


Sequence terhadap Waktu Sequence

5. Tentukan sequence produk

ABACABC, ACABACB, ABCACBA, dst.

17
Toyota’s Goal-Chasing Method
Metode Pengurutan untuk Mixed Model Assembly Line
Langkah-langkah:

1. Penentuan waktu siklus

2. Penghitungan minimum jumlah proses

3. Penyiapan diagram precedence relationship terintegrasi


diantara pekerjaan dasar (elemen kerja)

4. Line Balancing

5. Penentuan jadwal urutan untuk memasukkan berbagai produk


ke lini

6. Penentuan panjang cakupan operasi dari setiap proses

Langkah 5 didiskusikan pada slide berikut.

18
Toyota’s Goal-Chasing Method

Tujuan Pengendalian Assembly Line

❑ Urutan masuknya model produk ke dalam mixed


model assembly line berbeda karena perbedaan
tujuan atau maksud dari pengendalian lini.

❑ Terdapat dua tujuan:

1. Meratakan beban (total assembly time) pada tiap


proses dalam lini.

2. Mempertahankan kecepatan yang konstan dalam


penggunaan tiap suku cadang pada lini.

19
Toyota’s Goal-Chasing Method
Tujuan 1
Waktu operasi tiap proses, yang dibobot oleh kuantitas setiap model
tidak boleh melebihi waktu siklus.

20
Toyota’s Goal-Chasing Method

Tujuan 1

❑ Akibat yang dapat timbul pada Tujuan 1 adalah jika


produk dengan waktu operasi yang panjang secara
berturut-turut dimaksukkan ke lini, maka:

❑ akan menyebabkan delay dalam penyelesaian produk

❑ dapat menyebabkan kemacetan lini.

❑ Untuk itu dikembangkan program heuristik untuk


masalah pengurutan mixed model assembly line
untuk meminimasi resiko dari kemacetan lini.

21
Toyota’s Goal-Chasing Method
Tujuan 2

❑ Tujuan 1 dipertimbangkan dalam pengurutan di


pabrik Toyota, dimana dimasukkan ke dalam
algoritma pemecahan yang terutama
mempertimbangkan Tujuan 2.

❑ Toyota menganggap bahwa yang paling penting


adalah Tujuan 2:
mempertahankan kecepatan yang konstan dalam
mengkonsumsi tiap suku cadang pada lini.

❑ Akan meminimasi: variasi kuantitas produksi, waktu


pemindahan, WIP.

22
Toyota’s Goal-Chasing Method
Tujuan 2 dan Metode Pengurutan

Notasi dan Nilai dalam Metode Pengurutan

23
Toyota’s Goal-Chasing Method
Tujuan 2 dan Metode Pengurutan

Untuk menjaga kecepatan konsumsi suatu suku cadang aj konstan,


jumlah Xjk harus sedekat mungkin dengan nilai (K.Nj)/Q.

Dapat didefinisikan bahwa:

24
Toyota’s Goal-Chasing Method

Tujuan 2 dan Metode Pengurutan

❑ Agar jadwal urutan dapat menjamin kecepatan konsumsi tiap


suku cadang secara konstan, titik Pk harus sedekat mungkin
dengan titik Gk.
❑ Kalau derajat yang diukur untuk titik Pk dekat ke titik Gk dengan
menggunakan jarak Dk:

❑ Maka jarak Dk harus dibuat minimal.


❑ Algoritma dikembangkan oleh Toyota yang disebut Goal-
Chasing Method.

25
Toyota’s Goal-Chasing Method
Algoritma Goal-Chasing Method

26
Toyota’s Goal-Chasing Method
Goal-Chasing Method – contoh numerik

Misalnya produk A1, A2, A3 memiliki kuantitas produksi Qi (i = 1, 2, 3) dan


kuantitas bij (i = 1, 2, 3; j = 1, 2, 3, 4) yang dibutuhkan untuk tiap suku
cadang a1, a2, a3, dan a4 untuk membuat produk-produk tersebut
diperlihatkan pada tabel berikut.

27
Toyota’s Goal-Chasing Method

Goal-Chasing Method – contoh numerik

Maka total kuantitas (Nj) suku cadang aj (j = 1, 2, 3, 4) yang dibutuhkan


untuk membuat semua produk Ai (i = 1, 2, 3) dapat dihitung sebagai
berikut:

Selanjutnya total kuantitas produksi dari semua produk Ai (i = 1, 2, 3)


akan menjadi::

28
Toyota’s Goal-Chasing Method
Goal-Chasing Method – contoh numerik

Karena itu

Berikutnya, dengan menggunakan nilai [Nj/Q] dan


[bij] pada rumus dalam langkah 2 algoritma di atas,
maka bila K=1, jarak Dki dapat dihitung seperti pada
slide berikut.

29
Toyota’s Goal-Chasing Method
Goal-Chasing Method – contoh numerik

30
Toyota’s Goal-Chasing Method
Goal-Chasing Method – contoh numerik

Maka baris pertama dalam tabel berikut ditulis


berdasarkan perhitungan di atas

31
Toyota’s Goal-Chasing Method
Goal-Chasing Method – contoh numerik

K Dk1 DK2 Dk3 Sequence Schedule X1k X2k X3k X4k

1 1.11 1.01 0.79 A3 0 1 1 0

32
Toyota’s Goal-Chasing Method
Goal-Chasing Method – contoh numerik

33
Toyota’s Goal-Chasing Method
Goal-Chasing Method – contoh numerik

Maka baris kedua dalam tabel berikut ditulis


berdasarkan perhitungan di atas

34
Toyota’s Goal-Chasing Method

Goal-Chasing Method – contoh numerik

K Dk1 DK2 Dk3 Sequence Schedule X1k X2k X3k X4k


1 1.11 1.01 0.79 A3 0 1 1 0
2 0.85 0.57 1.59 A3 A2 1 2 1 1

35
Toyota’s Goal-Chasing Method

Goal-Chasing Method – contoh numerik

Dengan mengikuti prosedur yang sama, dihasilkan urutan


selengkapnya A3,A2,A1,A3,A2,A3, A3,A1,A2,A3

36
Toyota’s Goal-Chasing Method
Nilai (K.Nj)/Q dan Xjk untuk setiap suku cadang aj. Penggunaan
suku cadang a1, a2, a3, dan a4 dalam sequence mendekati penggunaan
rata-rata.

37
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai