Anda di halaman 1dari 6

Teknik kursi kosong: Terapi Gestalt untuk � PROCEDIA

Studi Kasus dan Intervensi Psikologi


p-ISSN 2302-1462; e-ISSN 2722-7669
mengurangi perasaan marah remaja ejournal.umm.ac.id/index.php/procedia
2021, Vol 9(3):88–93
kepada ayah DOI:10.22219/procedia.v9i3.16327
© The Author(s) 2021
c b n 4.0 International license

Trie Nurfadillah Hanapi1

Abstract
Individu has problems in life. Inability of the individual to express their feelings can be unfinished business problems.
In this case subject have an anger on the father that cause a bad interaction with him and juvenile delinquency.
Assessment methods were observation, interview, Clinical Anger Scale, Draw a Person, Baum, House Tree Person
and the Wechsler Intelligence Scale for Children. It can be said that the subject can not express the feeling to the
father, so it becomes an unfinished business. The intervention used in this case was Gestalt Therapy with Empty
Chair technique. This therapy was able to facilitate the subject in revealing unfinished business related problem with
the father. The results of the intervention showed that the level of anger of the subject decreases.

Keywords
Gestalt Therapy, empty chair, anger, teenager, father

Pendahuluan Saat ini subjek tinggal bersama nenek dan kakek dari
pihak ibu, mereka telah lama tinggal bersama bahkan
Masa remaja merupakan masa dimana individu berada sebelum ibu meninggal. Sejak kecil, subjek tidak akrab
pada fase transisi dalam rentang kehidupan, masa ini dengan ayahnya bahkan subjek tidak pernah mengunjungi
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa rumah ayah yang berada di Malang karena mendapat
(Santrock, 2003). Hurlock (2011) membagi masa remaja larangan dari orang-orang di sekitar subjek, termasuk ayah
menjadi dua, yaitu masa remaja awal (11 sampai 16 hingga sehingga mereka hanya bertemu ketika ayah ke rumah
17 tahun) dan remaja akhir (16 sampai 17 hingga 18 nenek untuk mengunjungi klien.
tahun). Pada dasarnya saat menginjak masa remaja anak Kemarahan subjek pada ayah muncul ketika ibu subjek
perlu untuk mendapatkan pendampingan dari orang tua, meninggal dan ayah tidak hadir pada acara pemakaman
karena masa remaja merupakan suatu periode yang penting ibunya tersebut, bahkan setelah setahun ibu subjek
yakni periode transisional, masa perubahan, masa usia meninggal ayah tidak pernah mengunjungi makam ibu
bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri. meskipun terkadang ayah berada di Malang. Kemarahan
Ada pula yang berpendapat bahwa masa remaja merupakan subjek pada ayah lantas membuat subjek menjadi anak
usia yang menyeramkan, masa unrealism, dan ambang yang sering frustasi. Subjek mencari kesenangan di luar
menuju kedewasaan (Krori, 2011). keluarga yakni berkumpul bersama teman hingga larut
Pentingnya pola asuh yang baik berdampak pada malam, minum alkohol, dan merokok. Saat ini emosi
perkembangan remaja. Pendampingan orang tua yang subjek sangat mudah tersulut misalnya ketika subjek
suportif dan fleksibel dapat mewujudkan lingkungan fisik marah pada ayah dan tidak dapat mengungkapkannya,
yang nyaman bagi remaja dan akan menunjang keba- subjek melampiaskannya dengan memukul teman yang
hagiaan, kemandirian, karir, strategi dalam membentuk menurut subjek mengusik dirinya, serta kadang subjek
sistem pendukung, pendidikan formal, dan bekerja (Stiles, melampiaskannya dengan melempar barang. Perasaan
2006). Pada kenyataannya, tidak semua anak mendapatkan marah subjek yang tidak dapat diungkapkan dengan
pendampingan yang intensif dari orang tua, seperti halnya baik, menjadikan penyaluran kemarahan subjek tidak
yang terjadi pada subjek dalam kasus ini, dimana ibu semestinya.
subjek sudah meninggal karena sakit jantung saat subjek
berusia 14 tahun, sedangkan ayah subjek pergi ke Jakarta
dengan alasan bekerja jauh sebelum ibu meninggal. Ketika 1 Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
ibu masih hidup, ayah sangat jarang mengunjungi ibu
dan subjek padahal saat itu ibu subjek sedang mengidap Korespondensi:
Trie Nurfadillah Hanapi, Direktorat Program Pascasarjana, Universitas
penyakit jantung sehingga subjek merasa kecewa dengan Muhammadiyah Malang, Jl. Tlogomas 246 Malang, Indonesia
ayahnya. Email: fadilahhanapii@gmail.com

Prepared using psyj.cls [Version: 2021/02/25 v1]


Hanapi 89

Menurut pandangan Gestalt, individu menyebabkan penyakit jantung, sedangkan ayah sudah tidak tinggal
dirinya terjerumus ke dalam masalah karena ia tidak bersama subjek sejak subjek kecil dengan alasan bekerja
mampu mengatasi kehidupannya dengan baik, misalnya di Jakarta. Ayah subjek terkadang mengunjungi subjek dan
ia tidak mampu mengatasi unfinished business ketika ibu di Malang namun tidak pernah tinggal dalam waktu
adanya kebutuhan namun tidak terpenuhi, perasaan yang lama dan tidak pernah menginap bersama subjek dan ibu.
tidak terekspresikan, atau situasi yang belum selesai Ayah subjek memiliki rumah di Malang namun subjek
yang mengganggu. Salah satu penelitian yang dilakukan dilarang mengunjungi rumah tersebut oleh kakek, nenek,
oleh Trijayanti (2018) menunjukkan hasil bahwa terapi dan ayahnya.
Gestalt dapat mengurangi perasaan bersalah pada remaja Berdasarkan asesmen psikologis menggunakan tes
yang berisiko. Terapi Gestalt juga dapat mengatasi intelegensi WISC ditemukan bahwa subjek berada pada
permasalahan psikologis pada siswa yang mengalami kategori rata-rata bawah yakni dengan total IQ 85. Selain
isolasi. Dalam kasus ini teknik terapi akan dispesifikkan itu, dari hasil tes grafis ditemukan bahwa subjek cenderung
menggunakan teknik kursi kosong. pendiam, terkadang agresif, serta sering merasa tidak
Kursi kosong merupakan terapi yang diperuntukkan aman. Subjek juga cenderung bergantung pada lawan jenis
bagi individu yang tidak berdaya untuk mengungkapkan secara emosional, subjek juga memiliki kecenderungan
apa yang menjadi kendala dalam hidupnya, ketidakmam- untuk menentang atau berada pada oposisi aturan-aturan
puan individu dalam mengungkapkan masalah yang belum yang terjadi.
selesai dan menjadi unfinished business, dengan mengek- Menurut pemaparan kakek dan neneknya, pada dasarnya
sternalisasi introyeksi atau konflik-konflik di dalam diri subjek merupakan anak yang sopan, cukup penurut, dan
(Brownell, 2010). Hal ini sesuai dengan yang dialami sub- sering di rumah ketika ibunya masih hidup, namun setelah
jek, subjek tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan ibunya meninggal subjek sangat jarang di rumah. Ayah
yang sesungguhnya pada ayahnya, sehingga dalam penan- yang sering meninggalkan subjek sejak dahulu membuat
ganan kasus ini digunakan terapi Gestalt dengan teknik subjek sedih dan kecewa, terutama saat ibu subjek
kursi kosong untuk merilis emosi subjek terhadap ayahnya. meninggal dan ayah tidak hadir pada saat pemakaman.
Hal tersebut membuat subjek semakin menjauhi ayahnya.
Subjek mengaku kecewa karena seolah ibu bukanlah
Metode Asesmen hal yang penting bagi ayah. Perilaku menjauhi ayah ini
Asesmen yang digunakan yakni (1) observasi: meng- ditunjukkan saat ayah mengunjungi subjek di Malang dan
gunakan pedoman observasi Mental Status Examination mengajak subjek jalan-jalan namun subjek menolak.
(MSE) untuk memahami subjek, baik dari tampilan hingga Tidak hanya itu, sejak ibu meninggal, subjek cenderung
perilaku lebih dalam, sehingga hal ini dapat membantu menunjukkan perilaku yang kurang baik, misalnya sering
dalam menentukan hipotesis permasalahan subjek, (2) membolos dan tidak betah di rumah. Selain itu, emosi
wawancara: menggunakan intake interview untuk men- subjek juga lebih cepat tersulut meski hanya karena
dapatkan informasi lebih dalam mengenai permasalahan masalah yang menurut orang lain biasa saja. Ketika subjek
dalam hidup subjek, (3) melaksanakan rangkaian tes sudah merasa frustasi, ia tidak segan melempar barang-
psikologi yakni (a) Tes Grafis (Draw a Person, BAUM, barang untuk menjadi pelampiasan. Hal tersebut diperkuat
House Tree Person): tes ini untuk melengkapi data atau dengan hasil pengukuran menggunakan clinical anger
mendapatkan gambaran mengenai subjek secara lebih scale yang menunjukkan skor total 29, yang bermakna
lengkap dan utuh, karena menurut wali kelas apa yang bahwa subjek berada pada kondisi “sangat marah”.
subjek katakan terkadang tidak sesuai dengan apa yang Saat ini subjek berusia 15 tahun dan berada pada
sesungguhnya terjadi, sehingga dibutuhkan bantuan alat tes tahap remaja awal menurut Hurlock (2011). Pada usia ini
yang dapat mengungkap bagaimana kepribadian subjek; individu cenderung masih terpengaruh dampak pergaulan
(b) Tes intelegensi menggunakan Wechsler Intelligence teman sebaya, sehingga kemampuan sosial individu
Scale for Children (WISC): tes WISC bertujuan untuk semakin matang (Sarwono, 2011). Subjek merasakan
mengetahui beberapa aspek penting yang dapat men- adanya kesenangan jika dirinya ikut bersama teman-
jadi informasi tambahan untuk menunjang terbentuknya temannya dibanding pulang ke rumah. Menurut subjek,
dinamika kepribadian subjek serta untuk mengetahui taraf nenek dan kakek juga sangat mengatur dirinya. Nenek
kemampuan berpikir subjek; (c) Skala kemarahan klinis: dan kakek sering kali menyampaikan pesan dari ayah
skala ini digunakan untuk mengukur tingkat perasaan untuk subjek yang membuat subjek semakin tidak senang,
marah subjek sebelum dan setelah terapi dilaksanakan. sehingga dirinya memilih untuk berkumpul bersama teman
sebayanya.
Semakin hari subjek dan ayah semakin canggung
Presentasi Kasus satu sama lain. Subjek sendiri pada dasarnya menggam-
Subjek berinisial H merupakan remaja laki-laki berusia barkan ayah sebagai individu yang hebat karena mampu
15 tahun. Subjek merupakan anak tunggal yang saat ini menghasilkan banyak uang, namun subjek sering merasa
tinggal bersama nenek dan kakek dari pihak ibu. Ibu bingung mengapa dulu ibu mau menikahi ayah yang
subjek meninggal saat subjek berusia 14 tahun akibat mengabaikan mereka berdua terutama ketika kondisi ibu

Prepared using psyj.cls


90 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(3)

sedang sakit. Keakraban antara keduanya sulit terjalin marah pada ayah dan mengurangi dampak dari perasaan
karena setiap ayah mengunjungi subjek, ayah selalu men- tersebut terhadap fungsi kehidupan subjek.
dominasi dengan memberikan nasihat-nasihat tanpa ingin
mendengarkan subjek. Saat ini subjek menggambarkan
Diagnosis dan Prognosis
ayah seperti “sultan” yang bertindak sesuka hati. Subjek
merasa ayah menyembunyikan sesuatu darinya. Subjek Diagnosis
sering ingin mengunjungi rumah ayah di Malang namun
Berdasarkan hasil asesmen dan rujukan yang ada di
semua orang melarang tanpa alasan yang pasti termasuk
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
ayah sendiri sehingga subjek merasa orang lain menyem-
Fifth Edition (DSM-V), maka dapat ditegakkan diagnosis
bunyikan banyak hal darinya.
bahwa subjek memiliki masalah dengan kode: V61.20
Semenjak ibu meninggal, hubungan subjek dan ayah (Z62.820) yakni parent-child relations problems atau
sangat merenggang. Menurut subjek, hal ini juga terjadi masalah hubungan anak dan orang tua. Keberfungsian
karena dirinya sedang dalam kondisi berduka atas kehilan- dalam keseharian subjek diukur menggunakan WHO
gan ibu dan kekecewaan pada ayah. Menurut Kubler-Ross Disability Assessment Schedule (WHODAS 2.0) sebagai
(2009) terdapat 5 tahap kesedihan seseorang yakni: meno- panduan.
lak, marah, bargaining, depresi, dan menerima. Meru- Berikut akan diuraikan aspek-aspek yang diukur dan
juk pada penjelasan tiap tahapan ini, dapat dikatakan taraf keberfungsiannya: (a) Memahami dan berkomu-
bahwa subjek berada pada tahap kedua yakni marah, di nikasi: taraf keberfungsian subjek dalam hal ini memi-
mana tahap kemarahan ini sangat sulit untuk diatasi oleh liki skor domain dua (ringan) yang berarti subjek memi-
subjek. Kemarahan ini dipindahkan ke segala arah dan liki sedikit kendala dalam berkomunikasi namun masih
diproyeksikan ke lingkungan pada waktu hampir secara mampu memahami apa yang orang lain sampaikan
acak dan tidak pasti. Hal ini ditunjukkan dari emosi subjek kepadanya dan mampu melakukan percakapan dua arah,
yang mudah tersulut, sering kehilangan minat melakukan meskipun terkadang subjek terlihat malas berbicara; (b)
apapun, dan tidak suka diatur bahkan berhenti mengambil Jalan-jalan: skor domain yang diperoleh pada bagian ini
waktu tambahan belajar di sekolah serta menolak untuk yakni satu (tidak ada) yang artinya untuk 30 hari ter-
mengikuti les privat dirumah. Subjek mengaku sering akhir subjek menjalankan aktivitas seperti biasa ke seko-
merasa marah tanpa sebab dan ingin memukuli orang di lah, dan pulang ke rumah, yang mana subjek mampu
sekitarnya hanya karena persoalan ringan. mengenal lingkungan sekitar dengan baik; (c) Perawatan
Ketika subjek mengalami masalah yang memicu diri: keberfungsian subjek dalam hal ini berada pada skor
kemarahan, subjek cenderung sulit untuk membuat dua (ringan) yang artinya subjek memiliki perawatan diri
emosinya stabil, sehingga rasa marah subjek belum dapat yang cukup baik; (d) Bersama dengan orang lain: taraf
tersampaikan dengan baik apalagi subjek tidak memahami keberfungsian subjek dalam hal ini berada pada skor
cara untuk menyampaikan kekecewaan tersebut pada figur dua (ringan), yang berarti subjek masih mampu menjaga
ayahnya. Di sisi lain, subjek merasa marah pada ayahnya hubungan baik dengan orang-orang di lingkungannya; (e)
dan berduka atas kematian ibunya, namun subjek merasa Kegiatan Hidup sekolah/kerja (kegiatan ruangan): taraf
tertuntut untuk menjadi anak yang harus patuh pada keberfungsian subjek dalam hal ini berada pada skor tiga
ayahnya. (sedang), subjek melakukan tugas yang diberikan oleh
Emosi subjek yang belum stabil tergambar dari hasil guru namun subjek tidak bersemangat ke sekolah kecuali
tes grafis. Selain itu, menurut hasil tes WISC subjek menemui pacarnya; (f) Partisipasi dalam masyarakat: taraf
cenderung memiliki daya analisis masalah yang rendah. keberfungsian subjek dalam hal ini berada pada skor
Oleh karena itu, perasaan duka karena ditinggal ibunya, tiga (sedang), subjek lebih sering melakukan kenakalan
serta rasa marah pada ayahnya memberikan pengaruh remaja semenjak ibunya meninggal dan hal ini membuat
besar terhadap emosinya sehingga subjek cenderung keluarga khawatir. Berdasarkan hasil perhitungan secara
melakukan hal-hal yang bersifat maladptif. Saat ini menyeluruh, skor total keberfungsian subjek yakni dua,
banyak perilaku yang kurang baik yang dilakukan oleh hal ini berarti subjek masih cukup mampu berfungsi dalam
subjek setelah kepergian ibunya, seolah hal ini disebabkan kesehariannya.
oleh situasi yang sulit diatasinya yang membuat subjek
tidak mampu menjadi diri yang semestinya yakni diri Prognosis
yang bergerak menuju keseimbangan agar subjek mampu Terapis memperkirakan prediksi kesembuhan subjek
menjadi individu yang berfungsi dengan baik. adalah positif, hal ini ditunjang dengan mempertim-
Permasalahan perilaku subjek dapat ditangani meng- bangkan taraf keberfungsian subjek yang tergolong baik
gunakan terapi Gestalt dengan pendekatan kursi kosong. dengan skor dua, hal ini berarti subjek masih cukup mampu
Terapi ini adalah salah satu cara untuk mengajak sub- berfungsi dalam kesehariannya. Oleh karena itu, dapat
jek mengeksternalisasi introyeksinya dan untuk menyam- dikatakan subjek masih tergolong mampu dalam men-
paikan kekecewaan dan kemarahan pada ayahnya. Dihara- jalani proses intervensi dengan baik. Hal penunjang lain-
pkan hal ini dapat membantu subjek mengurangi rasa nya yakni subjek terlihat kooperatif dan mampu menjalin

Prepared using psyj.cls


Hanapi 91

hubungan yang baik dengan terapis, serta subjek memiliki pada subjek mengenai permasalahan subjek berdasarkan
keluarga yang mendukung pelaksanaan intervensi dan siap hasil asesmen.
membantu selama proses intervensi. Subjek melakukan koreksi terkait permasalahan yang
terapis sebutkan. Hal ini berguna agar permasalahan
yang menjadi fokus intervensi sesuai dengan apa yang
Intervensi dialami subjek. Setelah menjelaskan pada subjek mengenai
Tujuan intervensi ini yaitu untuk merilis kemarahan dan permasalahannya, subjek langsung setuju dan mengatakan
kekecewaan subjek terhadap ayah yang mengganggu dan bahwa pernyataan terapis mengenai rasa marah terhadap
berdampak pada emosi subjek. Sedangkan target intervensi ayah tepat. Inti dari tahap ini yakni terapis dan subjek
ini untuk mengurangi rasa marah subjek, sehingga subjek bekerjasama membangun hubungan dan komunikasi yang
dapat berfungsi secara lebih baik di dalam kehidupan baik. Hasilnya subjek telah memiliki keterbukaan pada
sehari-hari, termasuk lebih bisa menjalin relasi yang terapis. Hal ini ditandai dengan perubahaan sikap subjek
baik dengan ayah. Intervensi yang digunakan adalah yang sudah mulai terlihat nyaman bertemu dengan terapis
terapi gestalt yang berfokus pada pengembangan diri dan dibandingkan beberapa pertemuan awal.
kesadaran diri individu terhadap orang lain, lingkungan,
maupun diri sendiri. Masalah yang belum selesai dari masa Sesi II: Clearing the ground. Pada sesi ini terapis
lalu dapat terwujud dengan adanya kesedihan, kemarahan, mendampingi subjek untuk melihat permasalahan yang
dan lain-lain, yang dianggap sebagai perasaan yang belum lebih spesifik, dengan meminta subjek mengeksplorasi
terselesaikan dan mengganggu kesadaran individu saat ini perasaan bersalah yang dirasakan. Terapis mendorong dan
Tujuan terapi Gestalt yang utama adalah menghilangkan membangkitkan keberanian subjek untuk mengungkapkan
hambatan yang mengganggu kesadaran individu pada saat perasaannya (memberi dukungan), serta emosinya dalam
ini yang menghambat individu untuk berfungsi secara lebih rangka melakukan katarsis untuk meningkatkan kesadaran
optimal. subjek, tanggung jawab pribadi, dan memahami unfin-
Intervensi kali ini menggunakan terapi gestalt dengan ished business. Terapis melakukan eksplorasi terhadap
pertimbangan bahwa subjek memiliki perasaan yang introyeksi-introyeksi yang diungkapkan subjek. Pada tahap
mengganggu yakni perasaan marah dan kecewa pada ini subjek mampu mengungkapkan introyeksi atau hal-hal
ayah yang sebenarnya telah lama ia rasakan, namun yang ia peroleh dari luar dirinya yang kemudian dima-
hal ini semakin meningkat semenjak ibu meninggal dan sukkan ke dalam diri, misalnya nilai-nilai yang ia dap-
ayah tidak menghadiri pemakaman ibu. Dalam intervensi atkan dari keluarga sejak kecil. Hasilnya, subjek mampu
ini, teknik yang akan digunakan yakni kursi kosong. mengungkapkan introyeksinya dengan banyak menye-
Konsep dari teknik ini yaitu menghadirkan pengalaman, butkan tentang perasaannya sewaktu ibu masih hidup dan
pengetahuan, atau perasaan subjek untuk hadir “disini perasaanya pada ayah. Subjek juga menjelaskan pandan-
dan sekarang” serta memperhatikan segala respon verbal gan dirinya mengenai ibu dan ayah, serta mengidentifikasi
maupun nonverbal yang dimunculkan subjek selama sesi permasalahan yang belum teratasi yakni adanya kemara-
berlangsung (Fogarty, 2016). han pada ayah.
Merujuk pada pemaparan Brownell (2010) terkadang
lebih baik untuk mengatasi masalah dengan cara ini dari Sesi III: The existential encounter. Pada sesi ini terapis
pada dalam pertemuan nyata, karena dengan metode ini memberikan motivasi dan berusaha meyakinkan subjek
perasaan atau kekecewaan masa lalu dapat diungkapkan saat ia terlihat ragu untuk mengeksplorasi perasaannya
sepenuhnya tanpa adanya rasa khawatir, sehingga terapis secara mendalam. Pada sesi ini, terapis berfokus untuk
memilih terapi ini untuk diterapkan pada subjek. Meskipun melihat bagaimana subjek dihadapkan pada permasalahan
hasil WISC subjek berada pada taraf rata-rata bawah atau yang selama ini terpendam. Hasilnya, subjek menyadari
dull normal, namun hal ini tidak menjadi hambatan karena permasalahan yang ia alami dan bertanggung jawab akan
teknik kursi kosong bahkan dapat digunakan pada remaja hal yang semestinya diselesaikan. Subjek menyatakan
yang memiliki gangguan belajar atau memiliki gangguan bahwa saat ini memang dirinya merasa marah, sedih,
pada fungsi kognitif. kecewa pada keadaan, tidak mau memikirkan masalah
Berikut akan diuraikan sesi terapi, yang mana prosedur mengenai ayahnya, namun untuk ke depannya ia akan
terapi merujuk pada Elliot (2000): menghadapi dan menerima hal tersebut dan tidak menolak
untuk merasakannya.
Sesi I: Fase awal. Pada sesi ini terapis berfokus untuk Terapis meminta subjek untuk membuat sebuah keputu-
mengembangkan dukungan pribadi pada subjek, den- san yang berkaitan dengan eksistensinya dalam hidup yang
gan cara menciptakan kenyamanan dalam proses terapi. terus berjalan. Misalnya, saat ia mengetahui permasalahan
Selanjutnya, terapis mengumpulkan data terkait pengala- emosi yang mengganggunya, subjek membuat keputusan
man subjek dan keseluruhan gambaran pribadinya den- mengenai hal yang sebaiknya dilakukan. Hasilnya, untuk
gan pendekatan fenomenologis atau dengan ikut menden- saat ini subjek terlihat tidak ingin melakukan apapun
gar sepenuh hati segala fenomena hidup subjek secara terkait hubungannya dengan ayah, termasuk berbicara atau
menyeluruh. Kemudian terapis memberikan gambaran membangun hubungan yang baik dengan ayah.

Prepared using psyj.cls


92 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(3)

Sesi IV: Integrasi. Pada sesi ini, terapis berdiskusi negatif muncul. Subjek telah berani mengungkapkan dan
dengan subjek mengenai penghayatannya setelah perte- mengakui perasaan yang terpendam sejak lama. Saat
muan sebelumnya, sampai subjek mampu menerima bertukar posisi, subjek seolah-olah menjadi ayah yang
pengalaman-pengalaman dan emosi tersebut sebagai sedang berbicara padanya dan meminta maaf pada subjek
bagian dari dirinya, dan hal yang sebaiknya dilakukan serta ibu. Ayah meminta maaf karena ayah kurang peduli
ke depannya. Pada sesi ini subjek mengutarakan bahwa pada subjek dan ibu serta mengutarakan bahwa hal yang
ia merasa bingung, meskipun ia telah memahami garis ayah lakukan sekarang demi mencari nafkah untuk subjek
permasalahan yang ia hadapi. Ia mengaku bahwa upaya dan biaya pengobatan ibu. Hasilnya, subjek merasa lebih
apapun yang dirinya lakukan percuma karena ibu telah lega dengan mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan.
meninggal dan mereka tidak akan berkumpul bersama
lagi. Namun hasilnya, subjek mampu mengintegrasikan
keseluruhan dirinya dengan kesadaran yang telah terban- Hasil dan Pembahasan
gun, pengalaman dan emosi-emosi dalam perspektif yang Hasil
baru. Subjek telah mampu mengeksplor, menerima per-
masalahan yang ia alami, dan ingin segera menyelesaikan Target pada intervensi yang dilakukan terpenuhi yakni
perasaan marahnya terhadap ayah yang memang sangat adanya penurunan rasa marah pada subjek. Hal ini dapat
mengganggu dirinya saat ini. dilihat dari hasil observasi yang dilakukan guru dan terapis
sendiri. Perbedaan sikap subjek sebelum dan sesudah
Sesi V: Kursi kosong. Pada sesi ini, terapis memulai terapi sangatlah berbeda. Subjek lebih mudah diarahkan,
proses kursi kosong dengan mengarahkan subjek untuk emosinya lebih stabil, dan intensitas membolos sekolah
berdialog dengan seseorang yang dihadirkan, dalam berkurang. Hal ini membuktikan bahwa subjek butuh
hal ini adalah ayah. Pada proses ini awalnya subjek untuk menyadari lalu mengungkapkan kemarahan serta
menolak untuk masuk ke dalam instruksi terapis dalam kekecewaannya kepada ayah dengan baik dan didengarkan
menghadirkan sosok ayah. Subjek selalu mengatakan oleh orang lain.
“tidak ada lagi gunanya” ibu tidak bisa kembali lagi, Penurunan tingkat kemarahan subjek ditunjang dengan
namun setelah terapis melakukan dorongan pada subjek perbedaan antara hasil pretes dan postes menggunakan
dan menyuruh subjek untuk menenangkan diri terlebih skala kemarahan klinis. Perubahan yang terjadi terlihat
dahulu sebelum memulai kembali, akhirnya subjek setelah subjek mengungkapkan perasaan-perasaan yang
bersedia menghadirkan sosok ayah. Hasil pada sesi ini terpendam mengenai ayahnya menggunakan teknik kursi
terlihat dalam dialognya dengan terapis. Secara garis kosong yakni berperan sebagai top dog dan underdog.
besar subjek menginginkan ayahnya menginap bersama Awalnya subjek sangat sulit untuk mengungkapkan apa
dengannya, dan melakukan aktivitas memancing bersama yang ingin dikatakan pada ayah, namun setelah diberikan
seperti anak-anak lain yang selalu bepergian dengan penguatan dan dorongan, subjek mulai mampu untuk
ayahnya. Subjek juga mengatakan ia ragu bahwa ayahnya menyalurkan perasaan yang selama ini tidak mampu
memiliki perasaan sayang pada dirinya dan ibu. Subjek diungkapkan pada ayah.
memaparkan bahwa ayah sebaiknya mengatakan kepada Hasil pretes dan postes menggunakan skala kemarahan
subjek apabila subjek dan ibu adalah beban bagi ayah agar klinis menunjukkan adanya penurunan rasa marah yang
subjek bisa mencari kehidupannya sendiri. dirasakan subjek setelah merilis emosi marahnya melalui
Selanjutnya terapis mendampingi subjek dalam mengi- terapi gestalt dengan teknik kursi kosong. Pada tes
dentifikasi makna-makna dari dialog subjek dan mengek- skala kemarahan subjek sebelum diberikan terapi berada
spresikan emosi penting seperti kemarahan, kesedihan, dan pada taraf “sangat marah” dengan skor 29 sedangkan
sebagainya. Lalu terapis membantu subjek dalam mengek- setelah terapi tingkat kemarahan subjek berkurang menjadi
spresikan dan menentukan kebutuhan dasar (need) dalam “kemarahan ringan” dengan skor 20. Berdasarkan hal
diri subjek. Kebutuhan tersebut yakni subjek sangat meng- tersebut maka terlihat bahwa target intervensi yakni untuk
harapkan kasih sayang seorang ayah, mengharapkan ayah mengurangi rasa marah pada subjek tercapai, sehingga
tinggal bersama subjek bahkan jika bisa tinggal selamanya, diharapkan subjek dapat berfungsi lebih baik di dalam
serta ingin ayahnya meminta maaf pada subjek dan ibu atas kehidupan sehari-hari.
apa yang telah ayahnya perbuat. Penurunan rasa marah subjek berdampak pada pandan-
Selanjutnya, terapis meminta subjek melakukan repre- gan subjek terhadap ayahnya. Sebelum intervensi dilak-
sentasi orang lain, yakni subjek diminta berganti posisi sanakan, subjek merasa marah karena ayah sangat jarang
dengan memerankan orang lain, dalam hal ini adalah ayah mengunjungi dirinya dan ibu. Setelah intervensi dilak-
subjek. Tahap pertama subjek berperan sebagai dirinya sanakan, subjek mengaku sudah merasa lega dan mem-
sendiri yang menyampaikan perasaan-perasaannya pada biarkan masa lalu berlalu, meskipun sesekali perasaan
ayah (underdog). Tahap selanjutnya subjek berperan seba- marah itu muncul namun tidak sesering dulu.
gai ayah (top dog) dan menyampaikan apa yang kiranya Selain itu, perasaan marah subjek karena ayah tidak
disampaikan oleh ayah pada subjek. Terapis mengidenti- pernah ingin menginap bersama subjek sudah mulai bisa
fikasi dialog dan memberikan dorongan ketika perasaan diterima oleh subjek. Jadi, saat ini subjek mengaku

Prepared using psyj.cls


Hanapi 93

ia memang merasa kecewa pada ayah namun ia akan pada dasarnya terapi memang berdampak pada perubahan
mencoba lagi untuk mengajak ayah menginap dengannya. emosi serta perilaku subjek dan tidak secara langsung
Jika ayah tidak bersedia, maka hal tersebut tidak memberikan dampak pada perubahan perilaku Ayah
menjadi masalah karena subjek sudah berusaha. Subjek subjek. Keberhasilan terapi ditunjang oleh sikap subjek
juga mengaku mulai tidak mempermasalahkan saat ayah yang kooperatif dan sikap kakek serta nenek yang
tidak memperhatikan ibu dahulu karena hal tersebut membantu dalam proses terapi. Meskipun tidak mudah
tidak dapat diulang kembali. Subjek memutuskan untuk untuk diterapkan, namun terapi gestalt pernah digunakan
mengikhlaskan dan fokus pada ujian kelulusan untuk untuk meningkatkan perasaan penerimaan pada remaja
masuk SMA karena mengingat kembali hal tersebut secara yang memiliki gangguan fungsi kognitif. Sehingga pada
terus menerus hanya akan membuat subjek merasa sedih. kasus ini, terapis terdorong menggunakan terapi gestalt
dengan teknik kursi kosong atau kursi kosong pada remaja
untuk merilis kemarahan dan kekecewaan dengan orang
Pembahasan
tua (ayah) yang mengganggu dan berdampak pada emosi
Terapi gestalt merupakan salah satu terapi psikologi subjek.
yang menekankan pada “apa” dan “bagaimana” dari
pengalaman masa kini untuk membantu klien menerima
perbedaan-perbedaan mereka. Konsep pentingnya adalah
Simpulan
holisme, proses pembentukan figur, kesadaran, unfinished Kesimpulan dari keseluruhan proses terapi yakni bahwa
business, penolakan, kontak dan energi. Selain itu, terapi gestalt dengan teknik kursi kosong dapat digunakan
gestalt juga menekankan pada pentingnya tanggung jawab untuk penurunan rasa marah subjek pada ayah. Hal ini
diri (Brownell, 2010). Salah satu fokus dari perhatian ditunjukkan dari hasil observasi dan skala kemarahan kli-
terapi gestalt adalah unfinished business yang mana hal nis yang menunjukkan adanya penurunan skor. Keberhasi-
ini berkaitan pada apa yang dialami subjek. Subjek lan terapi ditunjang oleh sikap subjek yang kooperatif dan
melaksanakan terapi gestalt dengan teknik kursi kosong nenek serta kakek yang sangat senang dan bersedia untuk
yang bertujuan untuk mengungkapkan atau merilis emosi ikut serta membantu dalam menunjang proses terapi.
marah yang terpendam pada ayahnya, yang mana hal ini
mempengaruhi aktivitas bahkan kehidupan sosial subjek. Referensi
Hal tersebut dikarenakan emosi subjek mudah tersulut
dan subjek mudah merasa frustasi semenjak kepergian ibu Brownell, P. (2010). Gestalt therapy: A guide to contemporary
dan ayah yang menunjukkan ketidakpedulian pada kondisi practice. Springer Publishing Company.
dirinya dan ibu. Elliot, S. N. (2000). Educational psychology: Effective teaching,
Awal dilaksanakan terapi, subjek mampu mengungkap- effective learning. Mc Graw-Hill Book.
kan introyeksi atau hal-hal yang ia peroleh dari luar dirinya Fogarty, M., Bhar., S., Theiler., & O’sea, L. (2016). What do
yang kemudian dimasukkan ke dalam diri. Seperti nilai- gestalt therapist do in the clinic? The expert consensus.
nilai yang ia dapatkan dari keluarga sejak kecil. Pada British Gestalt, 25(1), 32-41. https://doi.org/10.3917/cges.
saat proses kursi kosong, subjek mulai berdialog dengan 037.0138.
seseorang yang dihadirkan dalam hal ini yakni Ayahnya Hurlock, E. B. (2011). Psikologi perkembangan: Suatu pen-
meskipun di awal subjek sempat menolak untuk masuk ke dekatan sepanjang rentang kehidupan. Erlangga.
dalam instruksi terapis dalam menghadirkan sosok ayah Krori. (2011). Developmental psychology, Homeopathic Journal
yakni dengan selalu mengatakan “tidak ada lagi gunanya”. 4 (3). [Online]. Diakses dari: http://www.homeorizon.
Subjek sudah terlanjur kecewa pada ayahnya dan ibu com/homeopathicarticles/psychology/developmental-
juga sudah tidak bisa kembali lagi, namun setelah terapis psychology.
melakukan dorongan pada subjek dan menyuruh subjek Kubler-Ross, E. (2009). Death: The final stage. Simon and
untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum memulai Schuster.
kembali, akhirnya subjek bersedia menghadirkan sosok Santrock, J. W. (2003). Perkembangan remaja edisi keenam.
ayah. Sehingga dapat dikatakan ini sebagai tantangan Erlangga.
terapis untuk melaksakan terapi ini pada remaja yang Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja edisi revisi. Rajawali
berada pada suatu periode transisional, masa perubahan, Press.
masa usia bermasalah, masa dimana individu mencari Stiles, A. (2006). Parenting needs, & goals, & strategies
identitas diri, usia menyeramkan, masa unrealism, dan of adolescent mothers. MCN The American Journal of
ambang menuju kedewasaan (Krori, 2011), dimana Maternal Child Nursing, 30(5), 327-333. https://doi.org/10.
hal ini menggambarkan remaja belum stabil sehingga 1097/00005721-200509000-00011.
membutuhkan upaya yang lebih besar untuk menerapkan Trijayanti, Y. W., & Juntika. (2018). Gestalt counseling with
terapi ini. empty Chair technique to reduce guilt among adolescents at
Pada kasus ini, terapi berhasil menurunkan tingkat risk. Islamic Guidance And Counseling Journal, 2(1), 1-10.
kemarahan sehingga subjek mulai bisa mengontrol https://doi.org/10.25217/igcj.v2i1.302.
perilakunya, meskipun belum benar-benar hilang karena

Prepared using psyj.cls

Anda mungkin juga menyukai