Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL

DENGAN COVID-19 DI RUANG DAHLIA III


RSPI PROF.DR.SULIANTI SAROSO

Ade Trianty Saputry, Amd.Kep


NIP: 198705302009122002

RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI PROF. DR. SULIANTI SAROSO


TAHUN 2021

23
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial dengan
covid 19. Makalah ini dibuat guna memenuhi syarat untuk kenaikan perawat karir.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi semua pihak yang membaca makalah ini. Saya mohon
maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan karena keterbatasan penulis yang
masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, sangat diharapkan bagi penulis.
Disamping itu, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar saya yang
tiada henti-hentinya memberikan saya dukungan dan doa, serta terima kasih juga saya
ucapkan kepada sahabat-sahabat saya dan keluarga besar Dahlia 3 yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan kepada saya dalam menyesaikan makalah ini.

Jakarta, Agustus 2021

Penulis,

Ade Trianty Saputry, Amd.Kep

24
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................
I.1 Latar Belakang........................................................................................
I.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................
I.3 Manfaat Penulisan...................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................


II.A Konsep Asma Bronkitis........................................................................
II.A.1 Pengertian Asma Bronkitis...................................................................
II.A.2 Klasifikasi Asma Bronkitis...................................................................
II.A.3 Etiologi Asma Bronkitis.......................................................................
II.A.4 Patofisiologi Asma Bronkitis................................................................
II.A.5 Manifestasi Klinis Asma Bronkitis.......................................................
II.A.6 Komplikasi Asma Bronkitis..................................................................
II.A.7 Pemeriksaan Penunjang Asma Bronkitis..............................................
II.A.8 Penatalaksanaan Medis Asma Bronkitis...............................................
II.B Konsep Covid-19..................................................................................
II.B.1 Pengertian Covid-19.............................................................................
II.B.2 Klasifikasi Covid-19.............................................................................
II.B.3 Etiologi Covid-19.................................................................................
II.B.4 Patofisiologi Covid-19..........................................................................
II.B.5 Manifestasi Klinis Covid-19.................................................................
II.B.6 Komplikasi Covid-19............................................................................
II.B.7 Pemeriksaan Penunjang Covid-19........................................................
II.B.8 Penatalaksanaan Medis Covid-19.........................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................


III.1 Pengkajian Keperawatan........................................................................
III.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................
III.3 Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Keperawatan.................................

BAB IV PENUTUP........................................................................................
IV.1 Kesimpulan............................................................................................

25
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Asma adalah inflamasi kronik pada saluran nafas yang menyebabkan adanya
peningkatan hiperesponsif pada jalan nafas terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan adanya penyempitan jalan nafas yang luas sehingga timbul seperti sesak nafas,
batuk-batuk, mengi, dan dada terasa berat (Titih Huriah, 2018).
Penderita asma di dunia mencapai 300 juta jiwa dengan perkiraan akan meningkat
hingga 400 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Penyakit asma bronkial ini tidak
mematikan, akan tetapi angka mordibitas dan mortilitasnya relative meningkat setiap
tahunnya (Wordl Healt Organizatiton, 2014). Hasil wawancara yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan hasil bahwa prevalensi asma di
Indonesia pada tahun 2013 dari seluruh provinsi di Indonesia adalah rata-rata 4,5%,
sedangkan di DKI Jakarta terdapat 5,2% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013). Riset kesehatan menyatakan bahwa prevalensi asma tertingg terdapat pada rentan
usia 25-34 tahun.
Tingginya angka kejadian kasus asma di indonesia dapat mengakibatkan terjadinya
komplikasi pada penderita tersebut, seperti status asmatikus, atelectasis, hipoksemia,
pneumothoraks, dan emfisema. Hal ini membutuhkan peran perawat untuk mengurangi
prevalensi dari asma bronkial. Peran yang harus di lakukan perawat adalah peran promotive,
preventif, kuratif dan rahabilitatif. Peran perawat dalam melaksanakan aspek promotive
adalah dengan cara memberikan informasi kepada klien dan keluarga klien mengenai asma
bronkial guna meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan klien. Peran perawat dalam
melaksanakan aspek preventif adalah dengan cara memberikan tindakan keperawatan yang
sesuai dengan kondisi klien untuk mencegah terjadinya keadaan klien yang menjadi lebih
buruk. Peran perawat dalam melaksanakan aspek kuratif adalah dengan cara berkolaborasi
dengan tenaga kesahatan lain dalam pemberian terapi yang sesuai dengan kondisi klien.
Peran perawat dalam melaksanakan aspek rehabilitative adalah dengan cara memberikan
informasi kepada klien dan keluarga klien untuk selalu menjaga kebersihan diri dan
lingkungan agar proses penyembuhan dapat berjalan efektif.

26
I.2 Tujuan Penulisan
I.2.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan Covid -19
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

I.2.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan Covid-
19.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan Covid-
19.
c. Menentukan intervensi keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan Covid-
19.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan
Covid-19.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan Covid-19.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan
Covid-19.

I.3 Manfaat Penulisan


I.3.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi kesehatan dibidang ilmu
penyakit paru tentang perjalanan penyakit dan penangan terhadap pasien Asma dengan
Covid-19.

I.3.2 Manfaat Praktis


I.3.2.1 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Asma Bronkial dan covid-19
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
I.3.2.2 Bagi RSPI Sulianti Saroso
Menambah keluasan ilmu di bidang keperawatan dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan Covid-19.

27
I.3.2.3 Bagi Penulis
Menambah wawasan ilmu dan memperoleh pengalaman dalam pengaplikasian
intervensi keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan Covid-19.

28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.A Konsep Asma Bronkial


II.A.1 Pengertian Asma Bronkial
Asma adalah inflamasi kronik pada saluran napas. Inflamasi kronik pada asma akan
menyebabkan peningkatan hiperesponsif pada jalan napas sehingga timbul gejala epidosik
berulang seperti sesak napas, batuk-batuk, mengi, dan dada terasa berat (Cavallazi, 2018).
Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Asma bronkial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respontrakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (Titih Huriah, 2018).
Asma adalah suatu penyakit dengan karakteristik sesak napas. Kondisi ini
diakibatkan karena adanya kelainan pada jalan napas di paru yang mempengaruhi
sensitivitas jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, jalan napas menjadi
bengkak karena adanya penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk
ke dalam paru (Rosalina, 2015).

II.A.2 Klasifikasi Asma Bronkial


Berdasarkan penyebabnya, Asma Bronkial dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (Alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor pencetus spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin),
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
presiposisi genetik terhadap alergi.
2. Instrinsik (Non-Alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non-alergi yang bereaksi terhadap oencetus
yang tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan

29
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma Gabungan
Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

II.A.3 Etiologi Asma Bronkial


Penyebab timbulnya serangan asma adalah obstruksi jalan nafas yang disebabkan
oleh kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas, pembengkakan
membrane bronkus, dan bronkus berisi mucus yang jental. Adapun faktor predisposisi dan
presipitasi, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Genetik
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
juga yang menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita menjadi sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkial jika terpapr
dengan faktor pencetus. Selain itu, hipersensitivitas saluran pernapasannya
juga dapat diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti makanan dan obat-obatan.
c) Kontakkan, yang masuk melalui kulit, seperti perhiasan, logan, dan jam
tangan.
b. Perubahan Cuaca
Cuaca yang lembab dan dingin sering memengaruhi kambuhnya
asma. Musim yang dapat memengaruhi serangan asma adalah musim hujan,
musim kemarau, dan musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angina
serbuk Bungan dan debu.
c. Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu dapat memperberat serangan asma yang sudah ada.

30
d. Lingkungan Kerja
Hal ini berkaitan dengan dimana penderita bekerja. Biasanya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industry tekstil, pabrik asbeb, dan polisi
lalu lintas.
e. Aktivitas Jasmani Yang Berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika aktivitas jasmani
yang dilakukan terlalu berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma.
(Wahid & Suprapto, 2013).

II.A.4 Patofisiologi Asma Bronkial


Patofisiologi asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok, bulu
binatang, hawa dingin yang terpapar pada penderita. Benda tersebut terpapar dan ternyata
tidak dikenali oleh sistem tubuh sehingga dianggap sebagai benda asing. Anggapan itu
kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperan sebagai respon reaksi
hipersensitif seperti neutrophil, basophil, dan immunoglobin E. Masuknya benda asing ke
tubuh memicu reaksi antigen yang akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang
membentuk ikatan seperti key and lock. Ikatan ini akan merangsang peningkatan
pengeluaran mediator kimiawi seperti histamine, neutrophil chemotactic show acting,
epinefrin, norepinefrin, dan prostaglandin.
Peningkatan mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas
kapiler, pembengkakan pada mukosa sauran napas teutama bronkus. Pembangkakan yang
hampir merata pada bagian bronkus akan menyebabkan bronkus menyempit
(bronkokontrikis) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus ini akan mengakibatkan penurunan
jumlah oksigen yang masuk saat inspirasi. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan
oksigen pada jaringan sehingga penderita akan pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mucus dan
pergerakan silia pada mukosa. Penderita menjadi sering batuk dengan produksi mucus yang
cukup banyak. (Harwina Widya, 2010).

31
Mengeluarkan
mediataor: Peniningkatan
Pencetus serangan
Reaksi antigen dan permibialitas
(Alergen, obat-obatan, histamine,
antibody kapiler
cuaca, emosi/stress) platelet,
bradikinin

Penyempitan/obstruksi Edema mukosa,


Mucus berlebih, Spasme otot polos,
proksimal dan bronkus sekresi produktif,
batuk, wheexing, sekresi kelenjar
pada ekspirasi dan kontriksi otot polos
sesak nafas bronkus meningkat
inspirasi meningkat

Dx: Bersihan Jalan Tekanan partial O2 Konsentrasi O2


Nafas Tidak Efektif dialveoli menurun dalam darah

DX:
Ketidakefektifan Suplai O2 ke Perfusi jaringan
Hipoksemia
Pola Nafas jaringan menurun perifer

Penyempitan jalan Suplai darah dan


Peningkatan kerja Penurunan cardiac
nafas O2 kejantung
otot pernapasan output
kurang

Kebutuhan O2
Nafsu makan
meningkat TD menurun
menurun
Dx: Penurunan
Curang Jantung

Hiperventilasi
Dx: Kelemahan dan
Ketidakseimbang keletihan
an Nutrisi
Kurang Dari
Asidosis
Kebutuhan Retensi O2
respiratorik
Tubuh
Dx: Intoleransi
Aktivitas
Dx: Gangguan
Pertukaran Gas

Pathway Asma Bronkial (Nurarif & Kusuma, 2015)


32
II.A.5 Manifestasi Klinis Asma Bronkial
Tanda dan gejala penderita asma dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Stadium Dini
a. Faktor hiperseksresi yang lebih menonjol adalah:
a) Batuk dengan dahak disertai atau tidak dengan pilek.
b) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau tiga, sifatnya hilang timbul.
c) Wheezing belum ada.
d) Belum ada kelainan bentuk thorax.
e) Adanya oeningkatan eosinophil darah dan IgE.
f) BGA belum patologis.
b. Faktor spasme bronkiolus dan edema yang lebih dominan:
a) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum.
b) Wheezing.
c) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi.
d) Penurunan tekanan parsial O2.
2. Stadium Lanjut
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tidak tertengar
e. Thorax seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Terdapat peningkatan gambaran bronkovaskuler kiri dan kanan pada rontgen
paru.
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

II.A.6 Komplikasi Asma Bronkial


Komplikasi Asma menurut Wijaya & Putri (2014), yaitu:
1. Pneumothoraks.
2. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis.
3. Atelectasis.

33
4. Aspirasi.
5. Kegagaln jantung / gangguan irama jantung.

II.A.7 Pemeriksaan Penunjang Asma Bronkial


Pemeriksaan penunjang pada pasien Asma menurut Padila (2015), yaitu:
1. Spirometri, untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
2. Uji provokasi bronkus.
3. Pemeriksaan sputum.
4. Pemeriksaan cosinofit total.
5. Pemeriksaan tes kulit, dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
allergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan IgE total dan IgE spesifik dalam sputum.
7. Foto thorax, untuk mengetahui adanya pembengkakan, penyempitan bronkus,
dan sumbatan.
8. Analisa gas darah, untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi.

II.A.8 Penatalaksanaan Medis Asma Bronkial


Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien Asma yaitu:
1. Bronchodilatora
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol.
2. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont).
3. Kortikosteroid
Prednisone, hidrokortison, orodexon.
4. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel, dan banyak minum air putih.

34
II.B Konsep Covid-19
II.B.1 Pengertian Covid 19
Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan. Beberapa jenis coronavirus diketahui dapat menyebabkan infeksi pasa saluran
nafas pada manusia dimulai dari batuk, pilek, hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome atau MERS dan Severe Acute Respiratory Syndrome atau SARS
(Wordl Health Organization, 2020).
Covid-19 adalah penyakit saluran pernapasan menular yang disebabkan oleh virus
baru yaitu SARS-CoV-2 yang ditandai dengan adanya demam, batuk, lemas, nyeri
tenggorokan, dan sesak nafas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)
Coronavirus merupakan kumpulan virus yang dapat menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun
virus ini juga dapat menginfeksi pernapasan berat seperti infeksi pada paru-paru.

II.B.2 Klasifikasi Covid 19


Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020), ada empat jenis
klasifikasi dari covid-19, yaitu:
1. Kasus Terkonfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus Covid-19 yang dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR, baik memiliki gejala atau tidak memiliki
gejala.
2. Kasus Suspek
a. Orang dengan Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan penularan local.
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probable
Covid-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat di rumah sakit dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
3. Kasus Probable

35
Kasus suspek dengan ISPA berat/gangguan pernapasan akut (ARDS)/
meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan Covid-19 dan belum ada hasil
pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
4. Kontak Erat
a. Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus terkonfirmasi atau
probable 2 hari sebelum dan 14 hari sesudah muncul gejala, seperti bertatap
muka dala radius 1 meter selama lebih dari 15 menit, atau bersentuhan
langsung, atau merawat langsung pasien tanpa menggunakan APD yang
sesuai, atau situasi lainnya yang berisiko.
b. Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala, kontak erat dihitung dari
2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
c. Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala, kontak erat dihitung dari 2 hari
sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan specimen kasus konfirmasi.

II.B.3 Etiologi Covid-19


Etiologi covid-19 adalah infeksi virus family coronaviridae, dengan nama spesies
SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Virus Corona 2). Transmisi virus terjadi
antara manusia melalui droplet yang disebar baik secara langsung maupun tidak langsung
dari permukaan benda yang terkontaminasi.
Menurut Wordl Health Organization (2020), virus Covid-19 menyebar dari orang ke
orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk
atau menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian akan jatuh ke benda yang nantinya akan
disentuh oleh orang lain. Lalu orang tersebut menyentuh mata, hidung, atau mulut.
Meski begitu, para ahli meyakini bahwa Covid-19 dapat menular melalui droplet dan
juga udara. Secara umum penularan coronavirus dapat terjadi melalui:
1. Melalui udata, virus keluar dari mereka yang bantuk dan bersin tanpa menutup
mulut.
2. Sentuhan atau jabat tangan dengan pasien positif.
3. Menyentuh permukaan benda yang terdapat virus kemudia menyentuh wajah
seperti hidung, mata dan mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

II.B.4 Patofisiologi Covid 19

36
Coronavirus yang kebanyakan dapat menginfeksi manusia adalah dari genera alfa
dan betha. Reservoir primer dari coronavirus adalah kekelawar. Namun dengan kemampuan
mutasi dari coronavirus dapat mengifeksi hewan lain yang disebut host intermediate. Dalam
kasus Covid-19 ini, coronavirus akan menginfeksi panolin yang selanjutnya dapat
menginfeksi manusia yang disebut zoonosis. Zoonosis yaitu ditularkan dari hewan ke
manusia.
Coronavirus dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk atau
bersin dengan masa inkubasi antara 4 – 14 hari. Kemudian jatuh ke suatu benda yang dapat
disentuh oleh orang lain. Lalu orang tersebut menyentuh hidung, mata dan mulut.
Coronavirus dapat melewati membrane mukosa, terutama mukosa nasal dan laring,
kemudian memasuki paru-paru melalui trakturs. Selanjutnya virus akan menyerang organ
yang mengekspresikan ACE-2 seperti paru-paru, jantung, sistem renal dan traktus
gastrointestinal (Gennaro dkk, 2020).
Pada periode inkubasi covid-19 ditandai dengan kadar leukosit dan limfosit yang
masih normal atau sedikit menurun, serta pasien belum merasakan gejala. Selanjutnya virus
mulai menyebar melalui darah, terutama menuju ke organ yang mengekpresikan ACE02 dan
pasien mulai merasakan gejala ringan. Empat sampai tujuh hari gejala awal, kondisi mulai
memburuk dengan ditandai oleh timbulnya sesak napas, penurunan lomfosit, dan
perburukan lesi paru. Jika fase tidak teratasi akan terjadi ARDS, sepsis, dan komplikasi lain.
Tingkat keparahan klinis berhubungan dengan usia, komorbiditas, obstruktif kronis (PPOK),
hipertensi, dan obesitas (Susilo dkk, 2020).

II.B.5 Manifestasi Klinis Covid 19


Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan.
Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan kematian.
Tingkat keparahan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, usia, dan penyakit yang telah
ada sebelumnya atau komorbid, seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, dan lain-lain.
(Kemenkes, 2020)

II.B.6 Komplikasi Covid 19

37
Pada pasien dengan kasus Covid-19 yang sudah terinfeksi parah, dapat menyebabkan
komplikasi serius berupa:
1. Edema paru.
2. Gagal napas akut.
3. Pneumonia.
4. Gagal jantung akut.
5. Gagal hati akut.
6. Infeksi sekunder pada organ lain.
7. Gagal ginjal.
8. Gangguan pembekuan darah.
9. Rhabdomyolysis.
10. ARDS.
11. Syok septik.
12. Kematian.
Selain itu, saat ini ada istilah long haul Covid-19, yaitu yang merujuk pada seseorang
yang sudah dinyatakan sembuh melalui hasil pemeriksaan PCR, tetapi tetap merasakan
keluhan seperti lemas, batuk, nyeri sendi, nyeri dada, sulit berkonsentrasi, jantung berdebar,
dan demam yang hilang timbul.

II.B.7 Pemeriksaan Penunjang Covid-19


Menurut PDPI (2020), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi covid-19 yaitu:
1. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks, CT-Scan thoraks, USG thoraks. Pada pencitraan dapat
menunjukkan opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru
atau nodul, tampilan groundglass.
2. Bronkoskopi
3. Pungsi pleura sesuai kondisi
4. Pemeriksaan laboratorium
Pengambil sampel dari tenggorokan melalui tes usap atau PCR, atau specimen
pernapasan lainnya.
5. Pemeriksaan kimia darah

38
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas seperti
sputum, bilasan bronkus, cairan pleura dan darah.
7. Pemeriksaan feses dan urine
Untuk menginvestigasi kemungkinan penularan.

II.B.8 Penatalaksanaan Medis Covid-19


Hingga saat ini, belum ada obat yang spesifik untuk pasien covid-19. Namun
penangan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat simptomatik, pemasangan oksigen,
dan juga menjaga tanda-tanda vital agar tetap membaik.
Penatalaksanaan covid-19 dilakukan tergantung pada derajat gejala, yaitu tanpa
gejala, ringan, sedang, berat, atau kritis. Pada pasien tanpa gejala atau dengan gejala ringan
sedang, isolasi mandiri dapat dilakukan di rumah. Namun jika pasien mengalami gejala
berat atau risiko perburukan sebaiknya di bawa segera ke rumah sakit dan mendapatkan
perawatan di intalasi rawat inap.
Penatalaksanaan orang dengan tanpa gejala adalah harus melakukan isolasi mandiri
dan dapat diberikan vitamin C non acidic tablet oral dosis 500 mg setiap 6-8 jam selama 14
hari, dan vitamin D tablet 5000IU/hari.
Penatalaksanaan orang dengan gejala ringin adalah isolasi dapat dilakukan dirumah
dengan farmakologis berupa vitamin C dan D, antivirus (favipiravir), serta terapi suportif
seperti antipiretik, antitusif, dan ekspektoran.
Penatalaksanaan orang dengan gejala sedang adalah isolasi mandiri dilakukan
dengan pemantauan ketat jumlah kalori dan elektrolit, status hidrasi, sturasi oksigen dan
evaluasi perkembangan kondisi pasien. Disarankan mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan orang dengan gejala berat adalah diperlukannya perawatan di ruang
isolasi rumah sakit rujukan. Pengendalian infeksi dan terapi suportif merupakan prinsip
utama dalam manajemen pasien Covid-19 dengan keadaan buruk. Terapi oksigen diberikan
pada pasien dengan SpO2 <93%.

39
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A

Tempat/TGL Lahir : 10 Mei 1974

Agama : Hindu

Pendidikan : Perguruan Tinggi

Alamat : Jl. Ketuk Tilur No. 39

Kelapa Gading

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

Status Perkawinan : Kawin

Suku : India

Tanggal masuk RS : 5 Mei 2021

Diagnosa Medis : Covid19

Terkonfirmasi + Asma Bronkial

40
B. KELUHAN UTAMA DAN RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Saat di kaji pasien mengeluh batuk sejak 3 hari sebelum masuk RS dan
napasnya sesak. Pasien juga mengatakan terakhir asmanya kambuh tadi pagi. Pasien
membawa obat dari rumah yaitu ventolin inhaler.

C. RIWAYAT KESEHATAN
Saat pengkajian pasien mengatakan pernah dirawat di RS di India tahun 2018 selama 5 hari
karna asma. Pasien mengatakan tidak ada riwayat pembedahan dan tidak ada riwayat
tranfusi.
Pasien mengatakan ada riwayat asma dari ibunya. Pasien mengatakan
asmanya kambuh saat cuaca dingin dan saat stress. Pasien mengatakan ada riwayat alergi
obat ceftazidime. Reaksi yang ditimbulkan karena ceftazidime yaitu kulit pasien kemerahan.

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL KULTURAL DAN SPIRITUAL


Saat pengkajian pasien mengatakan sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di
Indonesia. Hubungan dengan suaminya baik.
Saat pengkajian pasien tampak tenang dan tidak cemas. Pasien merupakan
warga negara India. Saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada budaya khusus terkait
kesehatan.

E. RIWAYAT PERJALANAN
Pasien mengatakan tiba di Indonesia tanggal 1 Mei 2021 riwayat perjalanan
dari India.

F. RIWAYAT KONTAK DENGAN HEWAN PERANTARA PENYAKIT


Pasien mengatakan tidak pernah kontak dengan hewan.

G. STATUS FUNGSIONAL
Saat pengkajian pasien mengatakan bisa melakukan kebutuhannya secara
mandiri dan hasil dari skala fungsional yang di dapat yaitu 20.

H. PENGKAJIAN RIWAYAT JATUH


Saat pengkajian resiko jatuh pasien menggunakan skala morse dan hasil skala
morse yaitu 15 dan termasuk resiko rendah.

I. STATUS NUTRISI
Pasien mengatakan tidak mengalami penurunan berat badan selama 6 bulan
terakhir. Nafsu makan pasien baik. Pasien hanya mengatakan tidak suka makan
gorengan.

J. PENGKAJIAN NYERI
Pasien mengatakan tidak ada nyeri.

K. PEMERIKSAAN FISIK
Saat di kaji TD = 121/79, Nadi = 84x/ menit, respirasi = 24 x/menit, suhu = 36,5
 Neurologi
Saat di kaji kesadaran pasien compos mentis dengan nilai GCS 15 ( E4M6 V5)

41
 Pernapasan
Irama reguler, tidak ada retraksi dada, bentuk dada normal, pola napas
normal, suara napas whizing dan ronkhi, ada napas cuping hidung. Pasien menggunakan
alat bantu napas nasal kanul 2 lpm dengan saturasi oksigen 98 %.
 Sirkulasi
Saat di kaji pasien tidak tampak sianosis, tidk tampak pucat, nadi kuat,capillary
revil <3 detik, irama nadi reguler, tidak ada clubbing finger, tidak ada edema, akral hangat.
 Gastroentestinal
Mukosa mulut lembab
 Eliminasi
Defekasi setiap 2 hari sekali melalu anus, karakteristik feases normal. BAK
spontan.
 Integumen
Saat dikaji warna kulit normal, tidak ada kelainan pada kulit, tidak ada resiko
dekubitus.
 Musculoskeletal
Saat dikaji tidak ada kelainan tulang dan pasien bergerak bebas.
 Genitalia
Tidak ada kelainan pada genitalia pasien.
 Neurosensori
Tidak ada ganguuan pada indra pengecapan, perabaan, pendengaran, dan
penglihatan pasien.
 Cairan
Pasien tidak terpasang iv catheter sesuai instruksi dokter.

L. DATA PENUNJANG

No. Jenis Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


1. Swab 5/5/2021 PCR Positif Negatif
2. Darah 5/5/2021 Hb 12.1 11.7-15.5
Ht 38 35-47
Leukosit 6.1 3.6-11
Basofil 1 0-1
Eosinofil 3 2-4
Neutrofil 55 50-70
Limfosit 31 25-40
Monosit 10 2-8
Trombosit 312 150-440
LED 72 0-20
Ferritin 135 10-148
PT 9.8 11.0-15.0

42
APTT 2.6 21.8-28.00
Pocalcitonin 0.01 <0.5
3. Rontgen 5/5/2021 Rontgen Thorax Pulmo tak
tampak
infiltrat /
konsolidasi
saat ini

COR normal
4. EKG 5/5/2021 EKG QTC : 418 < 450

M. PENATALAKSANAAN TERAPI
 Azitromicin 1x 500 mg per oral
 Flumucyl 3x 2 sachet per oral
 Becom Z 1x1 tablet per oral
 Ventolin inhaler

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Data Fokus Diagnosa Keperawatan
DS : Klien mengatakan sesak dan asmanya Pola napas tidak efektif
kambuh pagi tadi
Pasien mengatakan punya riwayat asma
Pasien mengatakan ada obat rutin yaitu
ventolin inhaler

DO :
Keadaan umum sakit sedang
Kesadaran compos mentis, GCS 15
Suara napas whizing
Ada napas cuping hidung
Pola napas nasal kanul 2 lpm
TD 121/79 mmHg
N 84 x/mnt
R 24 x/mnt
S 36,3
SpO2 98 %
DS : Klien mengatakan batuk Bersihan jalan napas tidak efektif

DO :
Suara napas ronkhi
Pasien batuk
Rr 24 x / mnt
43
SpO2 98 %
DS : klien mengatakan hasil swab PCR tgl Resiko penyebaran infeksi
5/5/2021 positif

DO :
Hasil swab PCR tgl 5/5/2021 positif

III. RENCANA KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi


5/5/202 Pola napas tidak Setelah dilakukan  Monitor pola napas
1 efektif tindakan keperawatan 3 ( frekwensi,
x 24 jam di harapkan pola kedalaman, usaha
Penyebab napas membaik dengan napas)
Sindrom hipoventilasi kriteria hasil :  Monitor bunyi napas
Tekanan ekspirasi dan tambahan ( whizing,
inspirasi meningkat ronkhi )
Dispnoe menurun  Posisikan semi fowler
Pernapasan cuping atau fowler
hidung  Berikan minuman
hangat
 Berikan oksigen bila
perlu
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor hasil AGD
 Monitor hasil rontgen
thorax
5/5/202 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan  Identifikasi
1 tidak efektif tindakan keperawatan kemampuan batuk
selama 3x24 jam  Monitor adanya
Penyebab : diharapkan bersihan produksi sputum
Hipersekresi jalan jalan membaik dengan  Atur posisi pasien
napas kriteria hasil : semi fowler atau
Batuk efektif meningkat fowler
Produksi sputum  Buang sputum di
menurum tempat khusus
Frekwensi napas  Jelaskan dan ajarkan
membaik batuk efektif
Pola napas membaik  Kolaborasi pemberian

44
mukolitik
5/5/202 Resiko infeksi Setelah dilakukan  Pemantauan tanda
1 tindakan keperawatan vital
selama 3x24 jam  Lakukan edukasi untuk
diharapkan resiko infeksi mencuci tangan
berkurang dengan sebelum dan sesudah
kriteria hasil : melakuakn kegiatan
Mengenali tanda dan  Ajarkan pasien cara
gejala yang menghindari infeksi
mengindikasikan risiko
dalam penyebaran
infeksi
Mengetahui cara
mengurangi penularan
infeksi
Mengetahui aktifitas
yang dapat
meningkatkan infeksi

IV. IMPLEMENTASI
No Tgl Implementasi Nama dan paraf
1 5/5/202  Memonitor pola napas ( frekwensi, kedalaman, Ade
1 usaha napas)
Jam  Memonitor bunyi napas tambahan ( whizing,
16.00 ronkhi )
 Memberikan posisi semi fowler atau fowler
Dx 1  Memberikan minuman hangat
 Memberikan oksigen nasal kanul 2 lpm
 Melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi :
Azitromicin tablet 1x500 mg
Flumucil 3 x 2 sachet
Becom Z 1 X1 tablet
Favipiravir dosis hari I 2 x 1600 mg
Codipront 2 x 1 kapsul
Symbicort

 Memonitor saturasi oksigen


 Memonitor hasil rontgen thorax

45
2 5/5/202  Mengidentifikasi kemampuan batuk Ade
1  Memonitor adanya produksi sputum
Jam  Mengatur posisi pasien semi fowler atau fowler
16.00  Mengajarkan untuk membuang sputum di
tempat khusus
Dx 2  Menjelaskan dan mengajarkan batuk efektif
 Melakukan kolaborasi pemberian terapi :
Azitromicin tablet 1x500 mg
Flumucil 3 x 2 sachet
Becom Z 1 X1 tablet
Favipiravir dosis hari I 2 x 1600 mg
Codipront 2 x 1 kapsul
Symbicort

3 5/5/202  Memantau tanda vital Ade


1  Mngedukasi pasien untuk mencuci tangan
Jam sebelum dan sesudah melakuakn kegiatan
16.00  Mengajarkan pasien cara menghindari infeksi
dengan cara tetap memakai masker bedah di
Dx 3 dalam ruang rawat dan menggantinya secara
rutin atau setiap kali kotor

V. EVALUASI

No Tgl Evaluasi Keperawatan Nama dan


paraf
1 6/5/2021 S : pasien mengatakan sesak berkurang dan napasnya sudah lega Ade
Dx 1

46
O:
Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran compos mentis
Tidak tampak napas cuping hidung
TD 120/81
Nadi 80 x/mnt
Suhu 36,4
Rr 20 x/ mnt
SpO2 98 %
Status fungsional mandiri
Resiko jatuh rendah
Tampak masih terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm
Sudah tidak terdengar suara whizing

A : pola napas tidak efektif

P:
Monitor pola napas ( frekwensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan ( whizing, ronkhi )
Berikan posisi semi fowler atau fowler
Berikan minuman hangat
Berikan oksigen bila perlu
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran
Monitor saturasi oksigen

2 6/5/2021 S : pasien mengatakan masih batuk Ade


Dx 2 Pasien mengatakan batuknya berdahak

O:
Keadaan umum sakit sedang
Kesadaran compos mentis
TD 120/81
Nadi 80 x/mnt
Suhu 36,4
Rr 20 x/ mnt
SpO2 98 %
Status fungsional mandiri
Resiko jatuh rendah
Tampak masih terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm
masih terdengar suara ronkhi

A : Bersihan jalan napas tidak efektif

P:

47
Identifikasi kemampuan batuk
Monitor adanya produksi sputum
Atur posisi pasien semi fowler atau fowler
Buang sputum di tempat khusus
Jelaskan dan ajarkan batuk efektif
Kolaborasi pemberian mukolitik
3 6/5/2021 S : pasien mengatakan sudah mengganti maskernya tadi pagi dan Ade
Dx 3 selalu mencuci tangan setelah melakukan kegiatan

O:
Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran compos mentis
Status fungsional mandiri
Resiko jatuh rendah
Pasien tampak memakai masker

A : resiko infeksi

P:
Pantau tanda vital
Lakukan edukasi untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakuakn kegiatan
Ajarkan pasien cara menghindari infeksi

No Tgl Evaluasi Keperawatan Nama dan


paraf
1 7/5/2021 S : pasien mengatakan batuk berkurang Ade
Dx 2
O:
Keadaan umum sakit sedang
Kesadaran compos mentis
TD 117/81
Nadi 76 x/mnt
Suhu 36,3
Rr 20 x/ mnt
SpO2 98 %
Status fungsional mandiri
Resiko jatuh rendah
CRP 26,34
Sudah tidak terpasang oksigen nasal kanul
Suara ronkhi sudah tidak terdengar

48
A : Bersihan jalan napas tidak efektif

P:
Identifikasi kemampuan batuk
Monitor adanya produksi sputum
Atur posisi pasien semi fowler atau fowler
Buang sputum di tempat khusus
Jelaskan dan ajarkan batuk efektif
Kolaborasi pemberian mukolitik

49
50
51
52
53
54
55
56

Anda mungkin juga menyukai