PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengaruh waktu pengeringan jahe terhadap efek penolak (repellent)
semut hitam.
1.3.2 Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak jahe terhadap efek (repellant) terhadap
semut hitam.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menciptakan bahan alami penolak semut (repellent) yang berguna bagi
masyarakat dan tidak berbahaya bagi tubuh.
1.4.2 Menguji benar tidaknya jahe sebagai alternatif pembasmi semut.
II. KAJIAN PUSAKA
2.1 Jahe
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang
termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Ada sekitar 47 negara dan 1400 jenis tasnaman
yang termasuk dalm suku Zingiberaceae, khususnya Indo Malaya yang merupakan
tempat asal sebagian besar genus Zingiber (Purgeslove, 1972). Menurut Bermawie
(2011), jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu dengan tinggi mencapai 0,7g
m. Secara morfologi, tanaman jahe terdiri atas akar, rimpang, batang daun dan bunga.
Rimpang jahe merupakan modifikasi bentuk dari batang tidak teratur. Bagian luar
rimpang ditutupi dengan daun yang berbentuk sisik tipis dan terususun melingkar.
Rimpang jahe memiliki nilai ekonomi dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah
tangga seperti bumbu masak, bahan baku obat tradisional, makanan, minuman dan
parfum.
Rimpang jahe mengandung 2 komponen utama yaitu komponen volatile dan
komponen non-volatile. Komponen volatile memberikan aroma jahe (minyak atsiri) yang
terdiri dari oleoresin, zingiberene dan zingiberol (Bermawie, 2011). Komponen non-
volatile jahe berupa gingerol, yang memiliki rasa pedas sehingga sering digunakan
sebagai obat. Gingerol memiliki efek antiinflamasi, antipiretik dan lainnya (Jolad et al.
2004). Minyak atsiri adalah kelompok minyak nabati yang berwujud kental pada suhu
ruang tapi mudah menguap sehingga memberikan aroma khas (Hernani dan Mulyono,
1997). Kandungan kimia utama yang terdapat di dalam rimpang jahe adalah (6,8, dan
10)- gingerol, (6,8 dan 10)- shogaol, paradol, metil gingerol, gingerdiol,
dehidrogingerdion, gingerdion. Senyawa ini termasuk kelompok senyawa fenol. Shogaol
terbentuk dari gingerol yang telah mengalami perubahan akibat suhu (Badan POM RI,
2010). Kandungan kimia dalam tanaman jahe dapat bersifat sebagai insektisida serta
Penolak (repellent). (diolah dari berbagai sumber) kandungan kimia tersebut ialah
alkaloid. Alkaloid adalah senyawa yang bisa digunakan sebagai alternative insektisida
yang lebih aman.
2.2 Semut
Semut termasuk kedalam famili Formicidae dengan ordo Hymenoptera. Sub
ordonya adalah apocrita ditandai dengan menyatunya segmen pertama dari abdomen
dengan segmen pada thoraks yang disebut dengan propodeum sehingga membentuk
mesosoma. Semut secara ekonomi memanglah kurang bermanfaat, namun jika dilihat
secara ekologinya semut memiliki peranan yang sangat penting. Peran semut di alam
dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap hewan dan manusia. Semut
hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan spesies semut yang daerah penyebarannya
tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di daerah dengan ketinggian kurang dari 1.300
meter di atas permukaan laut. banyak dijumpai pada tanaman jeruk, kakao, kopi, dan
mangga (Kalshoven,1981). Sarang semut hitam biasanya berada di atas permukaan
tanah (tumpukan seresah daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao
ditanam bersama dengan kelapa) atau di tempat-tempat lain yang kering dan gelap serta
tidak jauh dari sumber makanan. Semut hitam biasanya hidup dalam organisasi sosial
yang terdiri dari sejumlah individu dan membentuk suatu masyarakat yang disebut koloni.
Dolichoderus thoracicus merupakan spesies semut yang umum dijumpai.Menurut
Murnawati (2018), semut tersebut dapat menjadi agen pengendali hayati yang cukup
efisien untuk memnaggulangi hama tanaman perkebunan. Keberadaan D. thoracicus
paling banyak adalah di perkebunan buah-buahan musiman. Semut ini dapat membantu
memperkecil potensi ancaman serangga lain untuk merusak buah-buahan(Sugiarto,
2019). Semut bergantung pada feromon yang disebarkan oleh semut lainnya dalam
mencari makanan. Feromon adalah isyarat yang digunakan diantara hewan yang sama
spesies dan biasanya diproduksi dalam kelenjar khusus untuk disebarkan dan diterima di
Odorant Binding Protein (OBP) yang berada di antenna. Menurut Lee (2002), bau
menyengat dapat memberikan rangsangan awal yang diterima oleh reseptor kimiawi
(chemoreceptors) pada antenna semut (sensilia) yang mengandung satu atau beberapa
bipolar syaraf reseptor penciuman atau dikenal sebagai ORN (Olfactory Receptor
Neurons). ORN berada pada ujung dendrit dalam cairan lymph sensilia yang berfungsi
untuk mendeteksi bahan-bahan kimia (bau) pada ujung akson untuk implus syaraf
kemudian menghantarkan bau ekstrak jahe tersebut.Melewati cairan lymph sensilia, bau
ekstrak jahe berikatan dengan protein OBP (Odorant Binding Proteins).Selain sebagai
pembawa, OBP juga bekerja melarutkan bau dan bertindak dalam seleksi informasi
penciuman.Ketika kompleks bau OBP sampai di membran dendrit, bau berikatan dengan
reseptor transmembran, yaitu ORS (Olfactory Receptor Neurons). ORS mentransfer
pesan kimia yang kemudian menimbulkan cascade sehingga memicu aktivasi
syaraf.Impuls elektrik disampaikan ke pusat otak yang lebih tinggi dan berintegrasi untuk
menimbulkan respon tingkah laku yang tepat misalnya menghindar dari bau tersebut
(Miller, 2010).
KONSENTRASI
PERLAKUAN
0% 20% 40% 60%
A 30 10 2 0
B 30 24 5 3
C 30 22 6 3
25
20
15 Perlakuan A
Perlakuan B
10
Perlakuan C
5
0
0 20 40 60
Konsentrasi ekstrak (%)
5.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ekstrak jahe dengan konsentrasi
20% pada tiga perlakuan tersebut menunjukan masih banyaknya semut yang
melewati selang yang sudah diberi ekstrak jahe. Pada konsentrasi 40%, sudah mulai
pengurangan semut yang melewati selang. Pada konsentrasi 60%, sangat sedikit
sekali semut yang melewati selang bahkan pada selang perlakuan A hampir tidak
ada semut yang melewati. Hasil efek penolakan semut paling tinggi terdapat pada
perlakuan pengeringan ekstrak selama 1 hari. Efek penolakannya memgalami
peningkatan pada konsentrasi 40% hingga 60% ektrak jahe. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Mifanita (2015), bahwa konsentrasi ekstrak jahe
memiliki pengaruh terhadap penolakan semut hitam. Hal ini dikarenakan ekstrak
konsentrasi terendah mengandung minyak atsiri lebih sedikit. Semakin tinggi
ekonsentrasi ekstrak jahe, semakin tinggi pula efek penolakan semut terhadap
ekstrak tersebut.
Selain itu, lama pengeringan ekstrak jahe juga mempengaruhi kandungan
minyak atsiri. Pada perlakuan A dengan lama waktu pengeringan 1 hari,
memperlihatkan efek penolakan semut yang cukup baik. Pada konsentrasi tertinggi
bahkan membuat semut tidak dapat melewati area yang diberi ekstrak. Semakin
lama proses pengeringan maka semakin sedikit pula kandungan minyak atsiri yang
dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Almasyhuri (2012), bahwa cara
pengeringan alami seperti diangin-anginkan atau pengeringan yang terkena matahari
langsung merupakan cara yang paling efektif untuk mempertahankan kandungan
fenol pada rimpang jahe. Namun, pengeringan secara langsung memerlukan waktu
paling lama 7 hari dikarenakan dapat menyebabkan senyawa aktif pada rimpang
tersebut cepat menguap. Semakin lama waktu pengeringan maka jumlah fenol yang
terkandung semakin kecil.
Berdasarkan literatur, semut merupakan serangga yang bergantung pada
feromon dalam mencari makanan. Aroma yang ditimbulkan oleh minyak atsiri akan
memberikan respon berupa penghindaran semut dari aroma tersebut. Bau ekstrak
jahe merupakan rangsangan awal yang diterima antenna semut yang mempunyai
syaraf reseptor penciuman. Respon terhadap aroma minyak atsiri jahe yang sangat
menyengat menimbulkan tingkah laku yang bebeda dari semut yaitu menghindar dari
tempat yang menimbulkan bau menyengat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pengaruh lama pengeringan jahe terhadap efek penolak
(repellent) semut hitam dapat disimpulkan bahwa lama pengeringan jahe yang paling
efektif adalah selama 1 hari karena kandungan minyak atsiri jahe yang mudah menguap
jika dikeringkan terlalu lama. Konsentrasi ekstrak jahe sebanyak 60% terbukti efektif
untuk memberikan efek penolak (repellent) semut hitam pada ekstrak yang dikeringkan
selama 1 hari. Hal tersebut dikarenakan aroma menyengat dari ekstrak jahe yang
mempengaruhi sensori semut agar menjauhi area yang sudah diberi ekstrak.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terhadap lama pengeringan jahe terhadap
efek penolak (repellent) semut hitam disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan
pada serangga lain yang sering menjadi hama rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA