Peristiwa Konflik Dan Pergolakan Yang Berkait Dengan Kepentingan
Peristiwa Konflik Dan Pergolakan Yang Berkait Dengan Kepentingan
vested interest. Dilansir dari Mirriam Webster Dictionary, vested interest adalah adanya kepentingan
yang ingin menikmati hak hukum di masa depan atau di masa saat ini. Vested interest merupakan
kepentingan yang tertanam dengan kuat pada suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha
mengontol sistem sosial untuk keuntungan sendiri. Dengan sikap suka mengontrol inilah, kelompok-
kelompok tersebut sulit melepaskan posisi atau kedudukan yang sudah mereka dapatkan. Dilansir dari
buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (1984) oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, konflik
yang terjadi pada 1948 1965 dan berkaitan dengan kepentingan tersebut berhubungan dengan
keberadaan pasukan KNII, atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda. KNIL tidak menerima adanya tentara
Indonesia di wilayah yang sudah menjadi kekuasaan mereka. Berikut beberapa konflik yang berkaitan
dengan kepentingan:
Konflik APRA
Pemberontakan APRA atau yang disebut juga dengan Angkatan Perang Ratu Adil adalah pemberontakan
yang terkait dengan kepentingan yang terjadi pada Januari 1950. Pemberontakan dilatarbelakangi oleh
komandan pasukan Belanda bernama Raymond Westerling la menyatakan bahwa bangsa Indonesia
dianggap telah mengalami berbagai penjajahan seperti dari Belanda dan Jepang, sehingga dibutuhkan
adanya kemakmuran sama seperti yang diramalkan dalam Ramalan Jayabaya.
Kaum konservatif dan kolonialis Belanda berusaha meruntuhkan Republik Indonesia Serikat yang baru
diakui kedaulatannya oleh pemerintah Belanda. Mereka memanfaatkan keresahan para anggota tentara
kerajaan di Hindia Belanda atau yang dikenal sebagai Koninkelijke Nederland Indische Leger (KNIL) yang
akan dimasukan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Para anggota KNIL
mengkhawatirkan jika mereka akan didiskreditkan oleh Tentara Nasional Indonesia(TNI) dalam APRIS
Sekelompok anggota bekas KNIL di bawah pimpinan Kapten Raymond 'Turk' Westerling yang menamai
dirinya sebagai pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) menyerbu dan mengadakan teror di kota
Bandung pada bulan Januari 1950. Salah satu landasan bagi gerakan APRA yakni kepercayaan rakyat
akan datangnya Ratu Adil. Tujuan APRA yakni ingin mempertahankan bentuk federal di Indonesia
dengan dibentuknya tentara sendiri pada negara-negara bagian Republik Indonesia Serikat.
Konflik ini terjadi pada tahun 1950. Pemberontakan ini terjadi karena adanya keingianan dari Andi Azis
untuk menolak unsur-unsur TNI agar masuk ke Sulawesi Selatan dan ingin mempertahankan NIT atau
Negara Indonesia Timur. ril 1950, perdan Pada 5 Apa menteri P.D Diapari tidak menyetujui tindakan
Andi Azis, hingga akhirnya pemerintah di bawah pimpinan Ir. M Putuhena mendapat mandat dari
presiden RIS untuk membubarkan NIT
Pada tanggal 5 April 1950 terdengar kabar bahwa pemerintah RIS mengirimkan pasukan APRIS dari TNI
untuk mengamankan keamanan di Makassar. Berita ini mengkhawatirkan anggota bekas KNIL yang takut
akan terdesak oleh pasukan baru yang akan datang. Lalu mereka bergabung dalam Pasukan Bebas
dibawa pimpinan Kapten Andi Abdul Azis dan melakukan penyerangan di markas TNI di
Makassar.pasukan APRIS dan TNI ke Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kapten Abdul Andi Azis yang
merupakan perwira KNIL
Pada waktu itu keadaan Makassar sendiri sedang kacau diakibatkan rakyat yang anti-federal
mengadakan demonstrasi sebagai desakan agar Negara Indonesia Timur secepatnya bergabung denga
Republik Indonesia. Sedangkan rakyat yang setuju pada sistem federal juga mengadakan demonstrasi
Pada tanggal 5 April 1950 terdengar kabar bahwa pemerintah RIS mengirimkan pasukan APRIS dari TNI
untuk mengamankan keamanan di Makassar. Berita ini mengkhawatirkan anggota bekas KNIL yang takut
akan terdesak oleh pasukan baru yang akan datang. Lalu mereka bergabung dalam Pasukan Bebas
dibawa pimpinan Kapten Andi Abdul Azis dan melakukan penyerangan di markas TNI di Makassar
Konfik ini dilatarbelakangi oleh pendiri RMS, Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil yang merasa tidak
puas dengan hasil proses kembalinya negara kesatuan setelah KMB atau Konferensi Meja Bundar.
Terjadi banyak pertempuran yang terjadi di Maluku Selatan. Beberapa di antaranya seperti penyerangan
di Teluk Poso, Niew Victoria yang menewaskan Slamet Riyadi hingga jatuhnya Kota Ambon. Dilansir dari
situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, perjuangan gerilya kecil-
kecilan masih berlanjut di Pulau Seram sampai 1962. Setelah itu, pada tanggal 12 Desember 1963,
Soumokil akhirnya dapat ditangkap dan kemudian dihadapkan pada Mahkamah Militer Luar Biasa di
Jakarta. Berdasarkan keputusan Mahkamah Militer Luar Biasa, Soumokil dijatuhi hukuman mati. Pada
akhirnya pemberontakan RMS berhasil dihentikan oleh pemerintah Indonesia.
Banyak anggota bekas KNIL. di Maluku yang menolak untuk bergabung dengan APRIS Keadaan ini
dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pro Belanda dengan mengusulkan agar Maluku memisahkan diri dari
Republik Indonesia Serikat dan membentuk negara merdeka yang diberi nama Republik Maluku
Selatan.Pada waktu itu keadaan di Ambon sedang kacau karena banyak anggota bekas KNIL yang ingin
bergabung dengan TNI. Hal ini sangat tidak menyenangkan bagi Belanda karena jika banyak anggota
KNIL yang bergabung dalam INI, maka Republik Indonesia akan semakin kuat. Untuk mencegah hal
tersebut, Belanda mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus burak tentang TNI dan RI Christian
Robert Steven Soumokil yang merupakan bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur memanfaatkan
keadaan ini dengan memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan pada tanggal 25 April 1950
Beberapa bentuk konflik kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh Penyelenggara Negara
antara lain adalah:
Adapun prinsip-prinsip dasar yang terkait dengan keempat hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengutamakan Kepentingan Publik Penyelenggara Negara harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau
tanpa dipengaruhi preferensi pribadi
3. Mendorong Tanggung Jawab Pribadi dan Sikap Teladan Penyelenggara Negara harus
menjaga integritas sehingga dapat menjadi teladan bagi Penyelenggara Negara lainnya dan bagi
masyarakat
4. Menciptakan dan Membina Budaya Organisasi yang Tidak Toleran terhadap Konflik
Kepentingan Tersusun dan terlaksananya kebijakan dan praktek manajemen yang mendorong
pengawasan dan penanganan konflik kepentingan secara efektif