Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN ROSEMARIE RIZZO PARSE

Dosen: Ns. Santalia Banne Tondok, S.Kep., M.Kep

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan

Disusun Oleh:

KELOMPOK 10

Dhia Farah Bulan Prastika


Hanina Paluke
Latusela Harmanus Silahooy
Reyzha Golda Rahel Simons

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Limpah Dan Rahmat-
Nya sehingga makalah Teori Keperawatan Rosemarie Rizzo Parse ini dapat terselesaikan.
Makalah Teori Keperawatan Rosemarie Rizzo Parse ini dibuat untuk meyelesaikan Tugas dari
Mata Kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan. Selain itu Makalah ini di susun agar dapat
memberikan manfaat untuk Kami dalam mempelajari dan menambah wawasan tentang Teori
Keperawatan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari Ibu Dosen Ns.
Santalia Banne Tondok, S.Kep., M.Kep untuk perbaikan kedepannya. Semoga Makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Terutama Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jayapura.

Jayapura, Juli 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rosemarie Rizzo Parse adalah seorang lulusan sarjana keperawatan dari Duquesne University,
kemudian dia melanjutkan Master dan Doktoral di University of Pittsburgh. Karir Parse dimulai
sejak tahun 1997-1982 menjadi dekan Sekolah Keperawatan di Duquesne University, 1983-1993
menjadi professor dan koordinator pusat penelitian keperawatan di Hunter College, 1993-2006
menjadi professor di Loyola Univeristy (Alligood., 2014) Keyakinan bahwa penerapan suatu
teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan
kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan
berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan (McEwen & Wills, 2014).
Salah satu teori keperawatan yang memberikan pengaruh di dalam pelayanan keperawatan dan
mampu digunakan sebagai dasar teori adalah Humanbecoming yang diperkenalkan oleh
Rosemarie Rizzo Parse. Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan
dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, perawat harus terus meningkatkan
kemampuan komunikasi dan interaksi, salah satunya dengan terus melatih perilaku
humanbecoming. Humanbecoming adalah Teori Keperawatan, yang memandu perawat untuk
fokus pada kualitas hidup dari sudut pandang setiap orang sebagai tujuan keperawatan (McEwen
& Wills, 2014).

Teori humanbecoming adalah kombinasi dari faktor biologis, psikologis, sosiologis, dan
spiritual, dan menyatakan bahwa seseorang adalah makhluk kesatuan dalam interaksi terus
menerus dengan lingkungannya itu (McEwen & Wills, 2014). Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir
perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan askep dalam praktek keperawatan.
BAB II

ISI

2.1 Sejarah Rosemario Rizzo Parse

Rosemarie Rizzo Parse adalah seorang lulusan sarjana keperawatan dari Duquesne
University, kemudian dia melanjutkan Master dan Doktoral di University of Pittsburgh. Karir
Parse dimulai sejak tahun 1997-1982 menjadi dekan Sekolah Keperawatan di Duquesne
University, 1983-1993 menjadi professor dan koordinator pusat penelitian keperawatan di
Hunter College, 1993-2006 menjadi professor di Loyola Univeristy Chicago, tahun 2006 pensiun
namun sampai sekarang Parse menjadi professor emeritus di Loyola Univeristy Chicago. Semasa
karirnya Parse telah membuat 9 buku dan 150 artikel, melakukan lebih dari 300 presentasi dan
workshop di lebih dari 35 negara dan 5 benua, serta menjadi penerjemah beberapa bahasa dan
konsultan program pendidikan keperawatan yang lebih fokus kepada pedoman penelitian,
praktek, kepemimpinan, pendidikan, regulasi dan standar mutu. Parse juga telah menguji 40
disertasi doktoral (Alligood, 2014).

Menurut Alligood (2014) selain karirnya sejak Januari 2007 Parse menjadi konsultan dan
pemberi beasiswa di New York University College of Nursing, pendiri Institut Humanbecoming
dimana dia mengajar ontologi, epistemiologi dan metodologi, ilmu keperawatan, karena
dedikasinya dalam dunia pendidikan terutama aktif dalam memberikan beasiswa, Parse
mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain:

1. dua Lifetime Achievement Awads dari Midwest Nursing Research Society dan Asia
American Pacific Islander Nurses Association beasiswa atas namanya ada di Henderson
University Scholl of Nursing.
2. “Best picks” untuk dua bukunya dari Theta Tau International,
3. The New York Time Nurse Educator of the Year award Tahun 2008
4. Medali kehormatan dari University of Lisbon Tahun 2012

2.2 Konsep Teori Human Becoming Parse

Parse memiliki gagasan tentang dasar pengetahuan yang dibutuhkan perawat yang mana
memberitahukan penelitian dan praktik mereka itu unik, pengetahuan keutuhan manusia dan
kesehatan adalah esensial untuk menjalankan komitmen mereka akan rasa kemanusiaan. Idenya
adalah pemikiran tentang manusia sebagai makhluk terbuka yang berkaitan dengan kesatuan
yang tak terpisahkan “dengan tak terpisahkan, ketidak terikatan mengetahui menghadirkan
ketidak terbatasan” (Alligood, 2014; Fawcett, 2005).

Menurut Alligood (2014) dan Fawcett (2005) dari phenomenologi eksistensi, Parse
menggambarkan prinsip hidup berdampingan dan situasi bebas. Parse meyakini manusia harus
“hidup dengan” atau kata lainnya manusia tidak mungkin dapat terpisah dari hubungan dengan
manusia lainnya dan dengan dunia. Pada dasarnya Parse mengatakan bahwa humanbecoming
sama dengan humanuniverse. Manusia dengan sengaja memilih karena alasan tahu dan tidak
tahu. Kesengajaan juga tentang tujuan dan bagaimana seseorang memilih arah, jalan pikiran, dan
aksi dengan orang maupun proyek. Parse mengatakan bahwa kemanusiaan adalah sesuatu yang
tampak dan tidak tampak, namun kehidupan seseorang dikatakan berarti saat mereka dapat
menjadi diri sendiri. Humanbecoming sendiri teridiri dari 3 garis besar, yaitu:

1. Coconstituation yang artinya setiap peristiwa diciptakan dengan unsur situasi. Manusia
hidup dari hari ke hari, mereka akan mengalami perubahan dalam menyikapi sesuatu,
bahkan dapat membuat arti yang berbeda dari situasi yang sama, tergantung dari
interprestasi tentang situasi kehidupannya.
2. Coexsistence artinya manusia tidak sendirian dalam beberapa dimensi menjadi manusia.
Manusia selalu dengan dunia mengenai sesuatu, ide, bahasa, kejadian, tradisi. Tanpa
orang lain, seseorang tidak dapat mengetahui bahwa seseorang adalah ada. Manusia
berpikir tentang dirinya sendiri dalam sebuah hubungan dengan orang lain dan
bagaimana manusia dapat mencapai rencana dan mimpinya.
3. Situated freedom artinya secara reflek atau sebelum reflek seseorang memilih situasi
dimana seseorang menemukan dirinya sendiri sebaik sebagaimana dirinya bersikap dalam
situasi tersebut. Manusia selalu memilih apa yang penting dalam hidupnya, kemudian
dapat menetukan mana yang lebih prioritas sebagai kehidupan yang terbuka.

2.3 Konten Teori Parse

Alligood (2014) mengatakan bahwa Parse mensintesis 9 asumsi dasar tentang manusia dan
prosesnya menjadi 3 prinsip dasar yaitu meaning, rhythmicity, dan transcendence. Setiap prinsip
terdiri dari tiga konsep yang membutuhkan penelusuran untuk mengerti kedalaman dari teori
human becoming. Prinsip-prinsip teori human becoming:

1. Manusia adalah ada selama pola secara teratur dari pembentukan (proses) alam semesta
(keberadaan, pembentukan, dan pola).
2. Manusia adalah mahluk terbuka, menentukan makna situasi secara bebas, bertanggung
jawab untuk keputusan (situasi bebas, terbuka, dan energi).
3. Manusia adalah unit terkecil, terjadi pola hubungan yang teratur (energi, pola, dan
pembentukkan).
4. Manusia adalah mempunyai cakupan yang luas (melihat lebih jauh) secara multidimensi
terhadap berbagai kemungkinan-kemungkinan (terbuka, pandimensional, dan situasi yang
bebas).
5. Menjadi unit terkecil dari kehidupan kesehatan manusia (terbuka, situasi bebas dan
pembentukkan).
6. Menjadi bagian proses pembentukkan manusia-alam semesta secara terarur (pola
pembentukan dan pandimensional).
7. Menjadi adalah pola yang terbentuk dari prioritas nilai dari hubungan (siatusi bebas, pola,
dan keterbukaan).
8. Menjadi adalah proses dalam diri terhadap berbagai kemungkinan (keterbukaan, situasi
bebas, dan keberadaan).
9. Menjadi adalah proses menjadi manusia sebagai suatu unit (keberadaan, energi, dan
pandimensional)

1) Structuring Meaning

Proses menjadi manusia adalah pilihan setiap individu secara bebas terhadap makna akan suatu
situasi dalam proses nilai kehidupan manusia. Menyusun makna secara multidimensional adalah
menciptakan realitas bersama melalui bahasa, penilaian dan pencitraan. Perinsip ini menunjukan
bahwa realitas secara berkesinanbung di ciptakan bersama dengan penentuan makna yang
didasarkan pada masa lalu, saat ini, dan masa mendatang dan di ungkapkan melalui bahasa
dengan cara nilai-nilai dan gambar-gambar atau simbol.

2) Configuring Rhytmicity Pattern

Proses menjadi manusia adalah pola yang diciptakan secara teratur dalam hubungan proses
menguntungkan antara manusia dan alam semesta. Konfigurasi pola ritmis yang berkaitan adalah
mengungkapkan-menyembunyikan dan memungkinkan-membatasi serta menghubungkan-
memisahkan". Prinsip ini berarti bahwa manusia secara continue memiliki irama yang terbentang
dan pola-pola yang turut menyusun interaksi dengan dunia, yang termasuk

a. Mengungkapkan-menyembunyikan (secara simultan membuka beberapa aspek


diri sementara menyembunyikan yang lain).
b. Memungkinkan- membatasi (saat manusia bergerak pada satu arah, manusia
terbatas pergerakannya pada arah yang lain). Perawat membantu yang lain untuk
merenungkan opsi dan mengantisipasi konsekuensi dari pilihan yang sulit.
c. Menghubungkan-memisahkan (saat manusia berhubungan dengan satu fenomena
yang lain, yang mengarah pada kompleksitas yang lebih besar). Menghubungkan-
memisahkan juga tentang pertentangan kehadiran- jarak dan menjelaskan cara dua
orang dapat menjadi sangat dekat kemudian berpisah.

3) Transcendence
Proses menjadi manusia adalah proses multidimensi yang menggabungkan berbagai
kemungkinan-kemungkinan, bahwa seseorang terus-menerus mengubah dirinya sendiri.

a. Powering adalah konsep pertama dari prinsip ketiga. Powering merupakan proses ritmik
secara terus menerus, irama ini berarti mendorong, menahan,membuat tekanan, dan perjuangan
untuk hidup dalam situasi yang berat atau dalam ancaman.

b. Originaling merupakan konsep kedua dari prinsip ketiga. Seseorang terkadang menjadi
sama dengan orang lain, tetapi terkadang juga menajdi berbeda dengan orang lain (unik).

c. Tranforming adalah manusia bergerak menuju gambaran hidup yang baik. Seseorang
selalu berjuang untuk mengintegrasikan hidup yang tidak biasa terjadi menjadi hidup yang biasa
terjadi setiap harinya.

ANALISIS TEORI HUMANBECOMING

DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Nn. R berusia 29 tahun dirawat di ruang bedah di rumah sakit haji Jakarta dengan diagnosa
rawat Ca. Mammae sinistra , klien rencana akan dilakukan tindakan operasi mastektomy. Klien
tercatat sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di jakarta dan belum berkeluarga. Sesuai
dengan prosedur di rumah sakit sebelum tindakan klien diminta untuk menandatangani inform
consent, tetapi sampai saat ini klien belum menandatanganinya dengan alasan selalu meminta
waktu untuk berpikir dulu.

Saat dilakukan pengkajian oleh perawat, klien masih bersikap tertutup dan belum mau
mengungkapkan apa yang dipikirkannya. Namun setelah dilakukan pengkajian dengan lebih
mendalam, klien akhirnya mau menceritakan hal – hal yang menjadi beban pikirannya. Klien
merasa cemas dengan tindakan operasi mastektomy, klien khawatir operaasinya tidak berhasil
sehingga membuat dia berpisah dengan keluarganya.

Klien juga memikirkan efek setelah dilakukan operasi terkait dengan body image, klien merasa
setelah dioperasi dirinya tidak akan menarik lagi sehingga akan sulit mencari pasangan hidup.
Klien juga merasa stress dengan diagnosis yang dialaminya, klien mempunyai pandangan bahwa
sakit yang dialaminya merupakan sakit yang berbahaya dan biarpun operasinya berhasil
masalahnya belum tentu akan selesai saat itu juga.

3.2 Analisa kasus

Dalam kasus diatas dapat disimpulkan data sebagai berikut:

1. Imaging (pandangan individu terhadap realita)


Perawat diharapkan mampu memberikan pemahaman terhadap klien tentang persepsi dirinya
terhadap penyakit yang dideritanya dengan mengikutsertakan keluarga untuk mengungkapkan
ketakutan mereka, pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberikan
kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.
2. Valuing (perpindahan nilai)
Perawat diharapkan mampu memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan, mendiskusikan kehilangan secara terbuka dan menggali makna pribadi dari kehilangan.
3. Languaging (gambaran seseorang dalam suatu situasi)
Perawat diharapkan mampu menjelaskan kepada klien bahwa berduka adalah reaksi yang umum
dan sehat. Penjelasan bahwa jodoh dan kematian adalah ketentuan tuhan yang wajib kita yakini.
Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien menerima keadaannya dan mampu mengatasi
situasi serta respon terhadap situasi tersebut.
4. Revealing-concealing (mengungkapkankan-menyembunyikan)
Perawat diharapkan mampu mendorong klien dalam mengungkapkan dan menyembunyikan
perasaannya
5. Enabling – Limiting (memungkinkan – terbatas)
Perawat diharapkan dapat membantu klien merenungkan terhadap pilihan yang telah dipilihnya
serta mengantisipasi dari konsekuen pada pilihan yang sulit.
6. Connecting – Separating (Berhubungan – Terpisah)
Perawat diharapkan mampu mendiskusikan dengan klien tentang perubahan body image yang
dialami, serta adanya rasa takut terhadap kematian karena klien merasa penyakitnya tidak dapat
disembuhkan. Dari diskusi diharapkan klien mampu mengatasi situasi yang dialaminya.
7. Powering (perjuangan dan kemauan)
Perawat diharapkan mampu memberi motivasi kepada klien dengan cara meningkatkan harapan
hidup dengan perawatan penuh perhatian serta menghilangkan ketidaknyamanan.
8. Originating (keunikan manusia)
Perawat mampu mengikutsertakan orang terdekat klien dalam setiap kegiatan diskusi tentang
permasalahan yang dihadapi klien.
9. Transforming (Perubahan / pergeseran)
Perawat diharapkan mampu mendiskusikan dengan klien dan orang terdekat tentang perubahan
proses kehidupan yang dialami, tanggung jawab dan peran dalam keluarga setelah dilakukan
tindakan operasi.

Penerapan proses asuhan keperawatan pada kasus diatas dengan menggunakan pendekatan teori
human becoming, saat pengkajian dilakukan identifikasi kasus sesuai dengan prinsip – prinsip
dalam teori human becoming seperti diatas.
DAFTAR PUSTAKA

http//asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2018/02/middle-range-theory-rosemarie-
rizzo.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai