Makalah Penyakit Disentri
Makalah Penyakit Disentri
PENYAKIT DISENTRI
Oleh:
Deviani, SKM
198104062003122004
Puskesmas Sidomulyo
Pekanbaru
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “
DEFINISI PENYAKIT DISENTRI ”.Dalam karya tulis ini, kami juga
menyediakan pembahasan tentang definisi disentri, etiologi penyakit disentri,
pathofisiologi, tanda dan gejala penyakit disentri,cara penularan dan pencegahan
penyakit disentri, satuan acara penyuluhan penyakit disentri.
Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan
dan isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata
maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan
saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi
sempurna.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui definisi dari penyakit
disentri,Etiologi,patofisiologi ,tanda dan
gejala,penularan,pencegahan,pengobatan.satuan acara penyuluhan
penyakit disentri.
b. Tujuan khusus
1. Apa definisi dari penyakit disentri?
2. Jelaskan etiologi penyakit disentri ?
3. Apa patofisiologi dari penyakit disentri?
4. Bagaimana tanda dan gejala penyakit disentri ?
5. Bagaimana cara penularan penyakit disentri ?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit disentri ?
7. Bagaimana cara pengobatan penyakit disentri ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 ETIOLOGI
Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan
setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum
makan. Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya
dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.
Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri
Shigella dan beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri
yang kurang umum dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan
Campylobacter. Untuk jenis penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh
parasit Entamoeba histolytica.
Mikroorganisme Penyebab Disentri Amoeba (amoebiasis)
disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal dengan nama Entamoeba
histolytica. Amuba bisa eksis untuk jangka waktu yang lama di usus besar
(kolon). Pada sebagian besar kasus, amoebiasis tidak menimbulkan gejala
(hanya sekitar 10% dari individu yang terinfeksi). Hal ini jarang kecuali di
zona tropis dunia, di mana penyakit ini sangat lazim. Orang dapat terinfeksi
setelah menelan kotoran yang mengandung parasit kemudian di ekskresikan
seseorang.
Parasit dapat masuk melalui mulut ketika tangan di cuci dalam air
yang terkontaminasi. Jika orang mengabaikan untuk mencuci dengan benar
sebelum menyiapkan makanan, makanan dapat terkontaminasi. Buah-
buahan dan sayuran bisa terkontaminasi jika dicuci dalam air tercemar atau
ditanam di tanah yang telah dipupuk oleh limbah manusia.
2.3 PATOFISIOLOGI
a. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri,
yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi
tinja biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung
leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara
genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier
asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat
yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus
halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang
biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang
Shigella namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang
terberat biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik
saja. Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik,
lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada
keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada
selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan
kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus
bergaung S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin
antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat
enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut
merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada
selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi
yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm
sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus
mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum.
b. Disentri Amuba
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus
besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa
usus dan menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan
perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik
faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba,
maupun lingkungannya mempunyai peran.Amoeba yang ganas dapat
memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk
ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil,
tetapidi lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung).
Akibatnya terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan
hanya terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-
ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar,
tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum,
kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.
2.4 TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala disentri antara lain :
Buang air besar dengan tinja berdarah
Diare encer dengan volume sedikit
Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
2.7 PENGOBATAN
a. Disentri basiler
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang
berat diberikan antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan
sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Dalam
keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk menggantikan
cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan
dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit.
Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat
diberikan. Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB
kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila
ada kemajuan.
Menurut WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati
dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan
perbaikan, terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada
perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain. Resistensi
terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dan tetrasiklin hampir
universal terjadi.
Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun apabila
ternyata dalam uji resistensi kuman Terhadap ampisilin masih peka,
maka masih dapat digunakan dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5
hari. Begitu pula dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang
diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak
dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karenatidak efektif.
Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti
siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk
pengobatan disentri basiler.
Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari
sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim
400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan
kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara
berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang
multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan
dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang
dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
3.1 KESIMPULAN
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Yang
terdiri dari disentri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp. Dan disentri
amuba yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica.
Disentri dapat dicegah dengan melakukan program PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) dari yang paling penting yaitu mencuci tangan, menutup
rapat-rapat tempat menyimpan makanan, melindungi sumber air agar tetap
bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Tinja dibuang secara saniter dan
teratur lembab. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab
dan ada sinar matahari yang masuk,karena bakteri dapat hidup di daerah yang
lembab.
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat
diberikan antibiotika. Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol
(diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis
intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari.
Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mgtiga
kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan
emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
3.2 SARAN
Penulis mengharapkan bagi setiap orang untuk tetap menjaga pola hidup
bersih dan sehat baik dari hal yang kecil seperti rajin mencuci tangan sampai
hal yang besar. Dan untuk pemerintah hendaknya senantiasa tetap memberikan
pemahaman tentang pola hidup sehat dan bersih kepada setiap warga Negara
agar mereka terhindar dari berbagai penyakit serta perlunya pengawasan
makanan dari pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim,2008.Disentri.
Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri_Amuba. Sya’roni A.
Hoesadha Y. 2006.
2. Buku Ajar Penyakit Dalam.FKUI:Jakarta.Hembing, 2006. Jangan Anggap
Remeh Disentri. Diakses dari http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed.
Simanjuntak C. H., 1991.
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultaskedokteran UI : Jakarta.
Davis K., 2007.
4. Shigellosis. Diakses dari http://www.emedicine.com/ med/topic2112.htm.
5. Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran
: Jakarta
6. Setyohadi, bambang. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: IPD FK
UI.
7. Suryono. 1998. Diare akut. Jakarta: EGC