Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biaya
2.1.1. Pengertian Biaya
Dalam membicarakan biaya sebenarnya diketahui ada dua istilah atau terminologi biaya yang
perlu mendapat perhatian, yaitu sebagai berikut.
a. Biaya (cost), yang dimaksud dengan biaya di sini adalah semua pengorbanan yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diukur dengan nilai uang.
b. Pengeluaran (expence), yang dimaksud dengan expence ini biasanya yang berkaitan dengan
sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibayarkan dalam rangka mendapatkan sesuatu hasil
yang diharapkan.
Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya (cost) mempunyai pengertian
yang jauh lebih lengkap dan mendalam dari pengeluaran (expences). Oleh karena itu, untuk
pembicaraan selanjutnya, maka biaya yang dimaksud adalah pengertian biaya (cost) di atas.
(Giatman, 2006:15)
2.1.2. Klasifikasi biaya
Konsep dan istilah-istilah biaya telah berkembang selaras dengan kebutuhan disiplin keilmuan
dan profesi: (ekonom, akuntan, insinyur, atau desainer) sehingga dalam mengklasifikasikan biaya
banyak pendekatan yang dapat ditemui. Sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bahasan buku ini,
setidaknya kita perlu melihat klasifikasi biaya sebagai berikut:
1) Biaya berdasarkan waktu
2) Biaya bendasarkan kelompok sifat penggunaannya
3) Biaya berdasarkan produk
4) Biaya berdasarkan volume produk
A. Biaya berdasarkan waktu dapat dibedakan atas:
a. Biaya masa lalu (hystorical cost), yaitu biaya yang secara riil telah
dikeluarkan yang dibuktikan dengan catatan historis
pengeluaran kegiatan. Tujuan mempelajari biaya historis ini
antara lain:
 sebagai dasar dalam penyusunan atau estimasi biaya masa
datang;
 sebagai dasar dalam pertanggungjawaban pimpinan atau
pihak yang berwenang atas biaya-biaya yang telah
dikeluarkannya. Penggunaan data biaya historis pada
umumnya merupakan bidang utama dari orang-orang
Akuntansi Keuangan, terutama dalam kegiatan audit biaya.
Di samping itu, biaya historis digunakan secara umum oleh
banyak pihak dalam menyusun (estimate) biaya kegiatan ke
depan.
b. Biaya perkiraan (predictive cost), yaitu perkiraan biaya yang
akan dikeluarkan bila kegiatan itu dilaksanakan.
Ada bebeberapa tujuan orang menghitung biaya prediktif ini,
antara lain:
 memperkirakan pemakaian biaya dalam merealisasikan
suatu rencana kegiatan masa datang dalam rangka
menjawab pertanyaan berikut:
 Berapakah biaya yang diperlukan untuk
menjalankan rencana tersebut?
 Cukupkah dana yang tersedia?
 Apakah biaya itu sudah ideal atau terlalu mahal?
 memastikan apakah biaya yang akan dikeluarkan itu masih
mungkin diperbaiki atau diturunkan tanpa mengurangi hasil
secara kualitas maupun kuantitas;

untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan suatu analisis yang


komprehensif dan interaktif pada aspek-aspek teknis rencana
tersebut. Penggunaan data biaya prediktif pada umumnya
selalu dipakai oleh kelompok perencana/desainer termasuk
kelompok Teknik Industri.
c. Biaya aktual (actual cost), yaitu biaya yang sebenarnya
dikeluarkan. Biaya ini perlu diperhitungkan jika panjangnya
jarak waktu antara pembelian bahan dengan waktu proses atau
penjualan, sehingga terjadi perubahan harga pasar. Maka,
perlu dipikirkan bagaimana metode pembebanan biaya
terhadap produk bersangkutan. Metode-metode perhitungan
yang lazim dipakai adalah:
 first-in first-out (FIFO)
 last-in first-out (LIFO)
 rata-rata (average method)
 harga standar (standard price method)
Berpadanan dengan biaya aktual ini, dikenal pula sifat biaya
lainnya, seperti:
 biaya real, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan secara
real (expence).
 biaya semu (sunk cost), yaitu biaya yang ditanggung,
tetapi tidak pemah dikeluarkan secara riil. Contoh
selisih harga pembukuan aset yang akan dilikuidasi
dengan harga pasar;
 biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu biaya yang
ditanggung akibat kelalaian dalam memanfaatkan
peluang atau kesempatan meraih keuntungan.
B. Biaya Berdasarkan Kelompok Sifat Penggunaannya
Biaya berdasarkan klasifikasi penggunaan setidaknya dapat
dibedakan atas tiga jenis.
a. Biaya Investasi (Investment Cost)
yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka menyiapkan
kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik. Biaya ini
biasanya dikeluarkan pada awalawal kegiatan usaha dalam
jumlah yang relatif besar dan berdampak jangka panjang untuk
kesinambungan usaha tersebut. Investasi Sering juga dianggap
sebagai modal dasar usaha yang dibelanjakan untuk penyiapan
dan pembangunan sarana prasarana dan fasilitas usaha
termasuk pengembangan dan peningkatan sumber daya
manusianya. Contoh:
 pembuatan/penyediaan bangunan kantor, pabrik,
gudang, fasilitas produksi lainnya Berta infrastruktur
yang diperlukan untuk itu;
 penyediaan fasilitas produksi, mesin-mesin, peralatan
dan fasilitas kerja lainnya;
 pengadaan armada kendaraan;
 pengadaan sarana pendukung seperti perabotan kantor,
komputer untuk sistem informasi manajemen, dan
sebagainya;
 pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia;
 dan lain-lain.
b. Biaya Operasional (Operational Cost)
yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjalankan
aktivitas usaha tersebut sesuai dengan tujuan. Biaya ini
biasanya dikeluarkan secara rutin atau periodik waktu tertentu
dalam jumlah yang relatif sama atau sesuai dengan jadwal
kegiatan/ produksi. Contoh pemakaian biaya ini antara lain:
 pembelian bahan baku produk;
 pembayaran gaji/upah karyawan;
 pembelian bahan pendukung lainnya;
 pengeluaran-pengeluaran aktivitas organisasi dan
administrasi usaha;
 dan lain-lain.
c. Biaya Perawatan (Maintenance Cost)
Yaitu biaya yang diperuntukkan dalam rangka
menjaga/menjamin performance kerja fasilitas atau peralatan
agar selalu prima dan siap untuk dioperasikan. Sifat
pengeluaran ini umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
 biaya perawatan rutin/periodik (preventive
maintenance);
 biaya perawatan insidentil (kuratif)
C. Biaya Berdasarkan Produknya
Proses pengelompokan biaya berdasarkan produk dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar, yaitu biaya pabrikasi dan biaya
komersial.
a. Biaya Pabrikasi (Factory Cost)
Biaya pabrikasi (factory cost) atau sering juga disebut dengan
biaya produksi (production cost) adalah jumlah dari tiga unsur
biaya, yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik. Biaya-biaya ini secara langsung berkaitan
dengan biaya pembuatan produk secara fisik yang dikeluarkan
dalam rangka kegiatan proses produksi sehingga disebut juga
dengan production cost. Biaya Pabrikasi akan terdiri dari
komponen-komponen biaya berikut:
 biaya bahan langsung;
 biaya tenaga kerja langsung;
 biaya bahan tak langsung;
 biaya tenaga kerja tak langsung;
 biaya tak langsung lainnya.
Biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung sering
juga disebut sebagai biaya utama (prime cost), sedangkan
biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung, dan
biaya tidak langsung lainnya disebut dengan biaya overhead
pabrik. Biaya bahan langsung dan biaya overhead pabrik dapat
digabung ke dalam kelompok biaya konversi (conversion
cost), yang mencerminkan biaya pengubahan bahan langsung
menjadi barang jadi.
 Bahan langsung (direct materials), adalah semua bahan
yang diperlukan untuk membentuk bagian integral dari
produk. Ciri-cirinya tanpa adanya bahan tersebut
produk tidak dapat diwujudkan dan jika ditelusuri
bahan tersebut ditemukan pada produk, mungkin secara
fisik atauptin sifat. Contoh bahan langsung pada
pembuatan mobiler adalah kayu, baja/besi pada
pembuatan komponen mesin, atau tepung dan telur
untuk membuat kue. Paku dan lem pada pekerjaan
mobiler tidak dimasukkan sebagai bahan langsung,
tetapi dimasukkan sebagai bahan tak langsung.
 Bahan tak langsung (indirect material), yaitu jika
bahan tersebut tidak bersifat mutlak kehadirannya pada
produk, tetapi lebih bersifat suplemen, atau
pembantu/pelengkap agar kualitas produk menjadi
lebih baik, atau karena pemakaian bahan itu
sedemikian kecil, atau sedemikian rumitnya untuk
dihitung sebagai bahan langsung. Contoh pemakaian
paku dan lem pada pekerjaan kayu, pemakaian bahan
editif pada pekerjaan beton, pemakaian minyak
pelumas pada mesin, dan sebagainya.
 Tenaga kerja langsung (direct labor), yaitu tenaga
kerja yang secara langsung memengaruhi terjadinya
proses produksi, seperti pekerja, tukang, dan operator.
jadi, tanpa tenaga kerja tersebut kegiatan produksi
tidak akan terjadi. Biaya untuk ini mdiputi gaji
karyawan yang dapat dibebankan pada produk tertentu.
 Tenaga tak langsung (indirect labor), yaitu tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam rangka mendukung
kelancaran proses produksi di lantai pabrik, seperti
pengawas, supervisor, montir/maintenant, deaning
service pabrik, unsur pimpinan pabrik, dan lain-lain
yang masih punya relevansi kuat dengan proses
produksi. Biaya tidak langsung lainnya (pabrication
overhead cost), yaitu semua biaya yang dikeluarkan

dalam rangka proses produksi di luar dari komponen


biaya di atas, contoh sewa peralatan dan fasilitas
pabrik, penyusutan peralatan dan fasilitas pabrik,
pemeliharaan dan perawatan fasilitas, pengadaan atau
pembayaran sumber daya yang dibutuhkan pabrik di
luar komponen di atas (listrik, air, sarana
telekomunikasi, pajak bumi, dan sebagainya).

Gambar 2.1. Grafik Struktur Biaya Berdasarkan produknya


Sumber : (Giatman, 2006:18)

b. Biaya komersial merupakan akumulasi biaya yang untuk


membuat produk itu dapat dijual di luar biaya produksi, dan
dipergunakan biasanya untuk menghitung harga jual produk.
Kelompok biaya yang termasuk biaya komersial adalah:
 biaya umum dan administrasi (general and
administration cost);
 biaya pemasaran (marketing cost);
 pajak usaha dan perusahaan (companies taxed).
Pajak usaha sering juga digabungkan pada biaya administrasi
dan umum. Biaya umum dan administrasi, merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk kepentingan menjalankan manajemen
dan organisasi perusahaan sehingga sering juga disebut biaya
manajemen dan organisasi. Contoh biaya ini adaah gaji
karyawan dan pimpinan di luar pabrik, biaya ATK, Surat
menyurat, fasilitas sarana dan prasarana organisasi, dan
sebagainya.
 Biaya pemasaran (marketing cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan dalam rangka pemasaran produk, meliputi
biaya distribusi, advertensi, promosi, dan sebagainya.
 Pajak usaha, meliputi semua pajak maupun retribusi
yang perlu dikeluarkan berkaitan dengan kegiatan
usaha dimaksud. Namun, sering juga telah
digabungkan pada komponen sebelumnya sesuai
dengan pos yang relevan.
Adapun tujuan perhitungan biaya berdasarkan produk ini
antara lain:
 memproyeksikan biaya produksi dan harga produk
terjual;
 mengetahui komposisi komponen biaya produksi
maupun biaya produk keseluruhan;
 sebagai sarana informasi dalam menyelidiki dan
menganalisis struktur biaya produk yang idea oleh
perencana dalam rangka memperbaiki struktur
pembiayaan melalui konsep "cost centers" (pusat-pusat
biaya).
D. Biaya Berdasarkan Volume Produk
Beberapa jenis biaya bervariasi langsung dengan perubahan
volume produksi, sedangkan biaya lainnya relatif tidak berubah
terhadap jumlah produksi. Oleh karena itu, manajemen perlu
memerhatikan beberapa kecenderungan biaya tersebut untuk dapat
merencanakan dan mengendalikan efek biaya terhadap volume
produksi. Oleh karena itu, biaya berdasarkan volume produksi
dapat dibedakan sebagai berikut.
 Biaya tetap (fixed cost), biaya yang harus dikeluarkan
relatif sama walaupun volume produksi berubah dalam
batas-batas tertentu. Contoh, biaya listrik untuk
penerangan, telepon, air bersih, gaji karyawan, dan lain-
lain.
 Biaya variabel (variable cost), yaitu biaya yang berubah
besarnya secara proporsional dengan jumlah produk
dibuat. Contoh, biaya bahan baku, tenaga kerja langsung
jika sistem penggajian berdasarkan volume, dan lain-lain.
 Biaya semi variabel (semi variable cost), yaitu biaya yang
berubah tidak proporsional dengan perubahan volume,
misalnya perubahan volume melewati kapasitas fasilitas
yang ada sehingga diperlukan penambahan kapasitas
mesin, biaya perbaikan mesin, dan sebagainya. Catatan:
 Biaya semi variabel sebaiknya dipisahkan menjadi
biaya tetap dan variabel.
 Setiap produk selalu mengandung unsur biaya tetap
dan biaya variabel.
 Total .biaya suatu produk merupakan penjumlahan
dari biaya tetap dan biaya variabel.

2.1.3 Biaya Tenaga Kerja
Yang dimaksud dengan btenaga kerja disini adalah tenaga kerja
manusia (karnyawan), jadi bukan tenaga kerja mesin. Untuk menetapkan
biaya standarnya, pertama-tama harus ditetapkan berapan jumlah jam kerja
yang dapat diseleseikan/dikerjakan oleh tenaga kerja itu yang harus
ditempuhnya dalam penangannan produksi dan ketekunan kerja yang
layak.
Tentang system upah ini ada beberapa macam, antara lain: sistem upah
waktu, upah satuan, upah premi yang secara ringkas dapat dikemukakan
berikut ini.
A. Sistem Upah Waktu
Sistem upah ini tidak bergantung pada ukuran prestasi kerja, sistem
upah ini dipergunakan apabila ukuran prestasi kerja dari tenaga kerja
yang bersangkutan sulit diukur atau tidak dapat diukur dengan tepat,
misalnya tenaga kerja yang mengangani pekerjaan kantor,pekerjaan
perbaikan atau reparasi,penjaga dan sekuriti.
B. Sistem Upah Satuan
Dengan system upah ini, upah yang diperoleh karyawan berbanding
langsung dengan prestasai kerja karyawan yang bersangkutan. Sistem
upah satuan dipergunakan bilamana prestasi kerja karyawan dapat
diukur dengan baik/tepat, karyawan dapat mempengaruhi jumlah
prestasi kerja dalam ukuran yang layak atau kemampuannya dalam
menyeleseikan pekerjaan tertentu dalam waktu normal.
C. Sistem Upah Premi
Sistem upah ini dapat dikatakan merupakan gabungan antara sistem
upah waktu dan system upah satuan, karena denagan system upah ini
tenaga kerja yang bersangkutan menerima upah dasar tetap per jam
ditambaha dengan premi yang besarnya tergantung dengan
kemampuan yang lebih baik (prestasi) menangani/menyeleseikan
pekerjaannya kurang dari pada waktu waktu normal.
a. Sistem HALSEY dengan sistem upah ini karyawan akan menerima
sekian jam kali upah dasarnmya yang dihemat ditambahka
presentase tetap tertentu dari upah dasar yang dihemat tadi.
Misalkan:
 Upah dasar karyawan adalah Rp 1000,- per jam untuk perintah
kerja yang harus diseleseikan dalam waktu 5 jam;
 Premi ditetapkan sebesar 50% bagi tiap pekerjaan yang dapat
diseleseikan dengan baik sebelum, batas waktu itu;
 Ternyata pekerjaan dapat selesai dengan baik dengan waktu 4
jam.

Maka karyawan yang bersangkuatan akan memperoleh upahnya


sebesar:
4 jam kerja berat menghemat 1.25 waktu kerja yang telah
ditentukan, upahnya:

4xRp 1000,- +(50% x Rp 1000,-)=

Rp 4000,-+Rp 500,-= Rp 4500,-

Premi yang diterima sebagai pendapatan tambahan adalah sebear


12,5%, upah per jam dengan demikian berarti Rp 1.125,-. Besar
kecilnya upah premi tergantung pada tingkat produksi, dengan
mengingat pentingya produksi itu, ada yang menetapkan 30%, 50%
atau &5%.
2.1.4. Biaya Depresiasi Alat Produksi

Alat produksi merupakan modal awal bagi pelaku usaha industri


dimana nilai biaya yang dikeluarkan untuk membeli alat juga harus
dimasukan kedalam biaya produksi. Alat – alat yang digunakan dalam
produksi mesin pencacah sampah plastik dari alat yang bersentuhan
dengan produksi secara langsung dan alat – alat pendukung proses
produklsi.
Biaya alat produksi tidak bisa secara langsung sepenuhnya dimasukan
kedalam biaya produksi secara total, dimana perlu adanya perhitungan
secara bertahap untuk mentukan biaya alat hingga mencapai umur
penggunaan tertentu dan menentukan biaya penggunaan dalam kurun
waktu tertentu.
Metode mentukan biaya depresiasi alat produksi dapat dilihat dari
umur alat. Umur alat produksi di lihat pada table 2.1. manufacture of
machinery umur ekonomis yang diperoleh (lower limit yr) 8 tahun,
(guideline period yr) 10 tahun dan (upper limit yr) 12 tahun.
Tabbel : 2.1 Asset Depreciation Range
(Frederic, 1983:48)

Berikut ini rumus perhitungan biaya depresiasi alat produksi:


harga perolehan−residu
biaya depresiasi pertahun=
umur ekonomis
biaya depresiasi pertahun
biaya depresiasi per bulan=
12bulan
Berdasarkan rumus perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa biaya
depresiasi untuk masing-masing alat produksi setiap tahunnya.
2.1.5. Unsur Menghitung Harga Pokok Produksi
Harga pokok merupakan jumlah pengeluaran serta beban yang diterima
oleh suatu perusahaan langsung atau tidak langsung, untuk menghasilkan
nilai suatu barang atau jasa didalam kondisi tertrntu dan tempat dimana
barang tersebut dapat digunakan atau dijual. Dari definisi harga pokok
tersebut maka harga poko hanya dapat dihitung apabila dilakukan klasifikasi
terhadap biaya-biaya yang dikelurkan.
Produksi adalah kegiatan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi,
yang terdiri dari 3 elemen biaya yaitu:
a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku (direct material) adalah biaya yang jumlahnya besar
dalam rangka menghasilkan suatu jenis output. Bahan baku yang diolah
dalam perusahaan industri dapat diperoleh dari pembelian atau
pengolahan sendiri.
b. Biaya Tenaga Kerja
Biaya Tenaga kerja adalah upah atau kompensasi yang dibayarkan kepada
tenaga kerja langsung yang berkerja di bagian produksi, tenaga kerja
merupakan bagian yang langsung terlibat dalam proses produksi.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya produksi
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang terdiri dari
macam biaya yang semuanya tidak dapat ditelusuri secara langsung
kepada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk
merealisasi pendapatan

Harga pokok produksi dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya produksi


yang terdapat pada persediaan barang jadi, sebelum barang tersebut laku
dijual.
2.1.6 Menghitung Harga Pokok Produksi

Ada beberapa tahap untuk menghitung Harga pokok produksi yang


digunakan untuk perhitungan harga pokok produksi. Rumus harga pokok
produksi untuk perhitungan diawali dengan menghitung bahan baku, biaya
produksi, persediaan barang dan harga pokok penjualan. Berikut rumus
yang bisa pakai sebagai metode atau cara menghitung suatu harga pokok
produksi, yaitu:

a. Menghitung bahan baku yang digunakan


Rumus untuk menghitung bahan baku yang digunakan adalah
Bahan Baku Yang Digunakan = Saldo awal Bahan Baku + Pembelian
Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan Baku.

b. Menghitung biaya produksi


Rumus untuk menghitung biaya produksi adalah
Total biaya produksi = Bahan baku yang digunakan + biaya tenaga
kerja langsung + biaya overhead produksi.

c. Menghitung Harga pokok Produksi


rmus untuk menghitung Harga Pokok Produksi adalah
Harga Pokok Produksi = Total biaya produksi + saldo awal persediaan
barang dalam proses produksi – saldo akhir persediaan barang dalam
proses produksi.

2.2. Analisa Break Even Point


2.2.1. Pengertian Analisa Break Even Point
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak
ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di
dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan
volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya
variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya,
perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi
biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan
sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang
semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,
yaitu:
A. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-
rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan
kunatitas.
B. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
C. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan


secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan
yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa
akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari
sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga
mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan
laba.

Menurut Marihot Manullang (2005), analisa break even point adalah


“Analisa suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya
tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.”

“Analisis Break Even Point” (analisis titik impas) adalah suatu cara yang
digunakan oleh manajer perusahaan untuk mengetahui atau untuk
merencanakan pada volume produksi atau volume penjualan berapakah
perusahaan yang bersangkutan tidak menderita suatu kerugian dan belum
memperoleh laba” (Sigit soehardi, 2002:1).
Menurut Bastian dan Nurlela (2009), analisa titik impas adalah “Suatu
cara atau tekhnik yang digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk
mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi
berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian
ataupun tidak pula memperoleh laba.”

Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa


break even mempelajari hubungan antara, biaya keuntungan dan volume
kegiatan, dan dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan
berapakan perusahaan akan impas menutupi biaya – biaya. Dan suatu
perusahaan dikatakan titik impas (break even point) yaitu apabila setelah
disusun perhitungan laba – rugi untuk suatu periode tertentu, perusahaan
tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian.

2.2.2. Kegunaan Analisa Break Even Point


Sebelumnya telah dikemukakan bahwa analisa break event point
sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat
produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau
dengan kata lain dengan mengetahui break event point kita akan
mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi
atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil
kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
A. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam
biaya variabel dan biaya tetap.
B. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya
variabel per unitnya adalah tetap.
C. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya
tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume
kegiatan.
D. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk
yang diproduksi.
E. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
F. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari
satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan
(tetap).

Analisa break event point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen
perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai:

A. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak


mengalami kerugian.
B. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang
terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
C. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang
terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
D. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang diperoleh.

Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara
terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk:

A. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak


mengalami kerugian.
B. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
C. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang
terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
D. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang diperoleh.

Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara
terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk:
A. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan
beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya
variabel dengan biaya tetap.
B. Menelaah dampak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
C. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai
jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek
yang diusulkan.

Menurut Harahap,Sofyan Syafri, (2008) Dalam analisa laporan


keuangan kita dapat menggunakan rumus break event point untuk
mengetahui:

a. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.


b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan
batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
d. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk


menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan
alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa
break event point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan
perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point
mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Kegunaan Break Even bagi manajemen, yaitu:

a. Analisa Break Even dan Keputusan Penambahan Investasi


Hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu
atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen
dalam memecahkan masalah – masalah lain yang dihadapinya.
Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau
ivestasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan / penggantian
aktiva tetap ini memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi? atau apakah
dengan penambahan / penggantian aktiva tetap ini akan
menguntungkan bagi perusahaan? manajemen akan dapat
memperkirakan kemungkinan penjualan yang dapat dicapai untuk
menentukan kebijaksanaan pengeluaran akan investasi tersebut.
b. Kegunaan lain dari analisa Break Even bagi Manajer adalah
bantuannya dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak
(dapat menberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut
dihentikan saja).
Kapan sebaiknya suatu usaha tersebut dihentikan saja? untuk
menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan
analisa break even. Padatingkat break even perusahaan tidak
memperoleh keuntungan karena jumlah penghasilan sama dengan
jumlah biaya, tetapi suatu perusahaan yang selalu break even tidak
harus ditutup, karena dalam keadaan break even tersebut perusahaan
masih mendapatkan sisa uang (jumlah penerimaan uang lebih besar
daripada pengeluarannya). Hal ini dapat terjadi karena biaya yang
terjadi dala suatu periode pada dasarnya terdiri dari biaya tunai yaitu
biaya yang memerlukan pengeluaran uang (sunk cost), misalnya biaya
depresiasi tetap, kerugian piutang dan pengeluaran – pengeluaran
lainnya yang dilakukan pada masa lalu yang manfaatnya masih
dinikmati hingga sekarang. Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup
apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya
tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha
harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus break
even.

2.3. Laba
Dipandang dari sudut historis, laba merupakan cirri khas system kapitalis.
Pada sistem tersebut keempat factor yang harus ada pada sebuah produksi,
yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan organisasi atau manajemen. Masing –

masing berhak menerima balas jasa yang khusus, seperti sewa, upah, bunga
dan gaji.
Pengertian laba menurut Harahap (2008). “kelebihan penghasilan diatas
biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut
oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan
dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung
pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.
Menurut Marihot dan Dearlina dalam (2005), untuk mencapai laba yang
besar (dalam rencana maupun realisasinya), manajemen dapat menempuh
berbagai cara, misalnya:
a. Menekankan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin
dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang
ada.
b. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
diinginkan.
c. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

2.4. Analisa Perhitungan Break Even Point


Dalam menghitung Titik Impas (Break Even) dapat dipergunakan tiga
pendekatan, yaitu:
A. Pendekatan Persamaaan
Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi
dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini
diturunkan dari laporan laba/rugi keuangan perusahaan, yaitu:

𝑎𝑏𝑎 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − (total biaya variable + total biaya tetap) atau

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 − (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 +


𝑙𝑎𝑏𝑎)

B. Metode margin kontribusi


Menghitung contribution margin, dengan rumus sebagai berikut:
Contribution Margin = Penjualan-Biaya variabel Menghitung contribusi
margin ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
cm
cmr= ×100
penjualan
Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persaman secara matematis dalam
bentuk persamaan linear, sebagai berikut:
P=BT −( vc × P ) + L
P− (Vc × P )=BT + L
P= (1−Vc ) =BT + L
Dalam keadaan Break Even, apabila laba sama dengan nol, dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut:
BT
BEP ( Rp )=
1−Vc
P
Atau
BT
BEP ( Q )=
Pc−Vc
Dimana:
P = total penjualan BT = total biaya tetap
Vc = biaya variable L = laba
Pc = penjualan satuan Vc = Biaya satuan variabel
C. Pendekatan marjin Kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba
dengan menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi
diperoleh dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya variabel,
sehingga diperoleh marjn kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio
sebagai berikut :
D. Pendekatan grafik
Pendekatan Grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan
menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas (Break Even)
digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan
garis biaya total.
Langkah – langkah dalam pembuatab grafik break even point akan
dijabarkan sebagai berikut:
a. Menggambarkan Grafik Fungsi Pendapatan (TR)
Grafik TR akan dimulai dari titik nol. Berarti pada saat itu perusahaan
belum memperoleh pendapatan dan ketika itu pula produksi atau

penjualannya sama dengan nol. Grafik ini akan naik dari titik nol ke
kanan atas.
b. Menggambarkan Grafik Biaya Tetap (FC)
Grafik biaya tetap ini sejajar dengan sumbu kuantitas dari kiri ke
kanan. Berarti biaya tetap ini menunjukkan biaya yang tidak berubah
walaupun produk yang dihasilkan berubah.
c. Menggambarkan Biaya Total (TC)
Grafik biaya total (TC) ini dimulai dari titik potong antara grafik FC
dengan sumbu vertikal ke kanan atas memotong grafik TR. Grafik TC
dimulai dari grafik FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara
biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Ketika itu perusahaan
belum berproduksi maka biaya total adalah sebesar dengan biaya
tetap.
d. Menggambarkan Biaya Variabel (VC)
Dalam grafik biaya variabel ini merupakan biaya yang jumlahnya
tergantung pada volume produksi yang dihasilkan sehingga biaya
variabel ini memiliki karakteristik grafik seperti total revenue (TR)
yang dimulai dari nol. Daerah yang berada di dibawah atau disebelah
kiri break even point merupakan daerah arsiran diman perusahaan
menderita kerugian.
e. Daerah yang berada diatas atau disebelah kanan break even point
merupakan daerah arsiran dimana perusahaan memperoleh
keuntungan.

2.5. Jenis jenis Proses Produks


1. Proses produksi terus menerus (berkelanjutan)
Suatu proses produksi yang menggunakan alat perusahaan secara terus-menerus. Proses
ini biasa disebut dengan proses kontinue. Biasanya proses produksi ini digunakan
pada perusahaan yang besar. Contoh : pabrik gula, pabrik makanan dan lain-lain.
2. Proses produksi terputus (musiman)
Suatu proses produksi yang tidak melakukan proses produksi secara terus-menerus.
Proses ini dikarenakan adanya kekurangan modal atau tenaga kerja. Ciri-ciri dari
proses produksi ini adalah menggunakan mesin tradisional, menggunakan tempat
yang kecil, memiliki jumlah bahan yang sedikit.

2.6 Tahapan proses produksi


1. Planing atau perencanaan
Perencanaan produksi merupakan pedoman bagi produsen dalam
menjalankan proses produksi. Ini merupakan proses kompleks yang
mencakup berbagai kegiatan untuk memastikan bahwa bahan,
peralatan, dan sumber daya manusia tersedia kapan pun dan di mana
pun dibutuhkan. Dengan penjadwalan dan perencanaan yang efektif,
Anda dapat menghemat biaya tenaga kerja, mempersingkat proses,
mengurangi pemborosan, mengoptimalkan fungsi peralatan, dan
meningkatkan ketepatan waktu dalam memenuhi kebutuhan
konsumen. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk dapat
mengoptimalkan perencanaan produksi.
2. Routing atau penentuan alur
Routing memberikan dan menerjemahkan metode yang amat
sistematis buat mengubah bahan mentah membentuk barang jadi . Hal
ini memicu halus serta bekerja dengan efisien . Hal ini akan
menyebabkan pemanfaatan optimum sumber daya , yaitu manusia,
mesin , bahan , dll. Hal ini menjadikan pembagian kerja . Ini juga
memastikan bahwa aliran berjalan tanpa backtracking . Ini akan
menghemat waktu serta ruang . Itu memicu pekerjaan gampang bagi
para insinyur produksi serta mandor . Ia mempunyai pengaruh yang
banyak pada prosedur bangunan pabrik serta banyaknya serta posisi
mesin terpasang .
3. Penjadwalan
Penjadwalan bisa berarti langkah berikutnya dalam proses
perencanaan pada produksi serta kontrol. Muncul sesudah routing, hal
ini sangat menentukan dalam kelancaran proses
berikutnya.Penjadwalan ini juga termasuk buat bahan, suku cadang,
mesin, serta lainnya. Elemen waktu yang menjadikan kepentingan
khusus dan spesifik dalam penjadwalan. Terdapat beberapa jenis
jadwal, yaitu jadwal Master, jadwal Operasi serta jadwal harian.Jadi,
penjadwalan merupakan salah satu langkah penting dan utama dalam
perencanaan produksi serta kontrol. Hal ini sangat penting dalam
sebuah manufaktur dan pabrik, di mana lazim banyak produk yang
diproduksi dalam satu waktu.

4. Perintah mulai produksi (Dispatching)


Dispatching yang merupakan langkah dalam perencanaan
produksi serta kontrol. Ini bisa diartikan tindakan, melangsungkan
alias tahap implementasi. Muncul sesudah proses routing serta
penjadwala dilakukan . Dispatching berarti jalan untuk memulai jalan
produksi. Ini dapat memberikan kewenangan yang diperlukan buat
memulai pekerjaan produksi dan hal ini didasarkan pada rute yang
sudah dibuat.
2.7 Motor Bakar

Motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin yang mengubah energi
termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga kimia bahan bakar menjadi
tenaga mekanis. Energi diperoleh dari proses pembakaran, proses pembakaran juga
mengubah energi tersebut yang terjadi didalam dan diluar mesin.
2.8 Motor Bensin
Motor bensin (spark Ignition) adalah suatu tipe mesin pembakaran dalam (Internal

Combustion Engine) yang dapat mengubah energi panas dari bahan bakar menjadi energi

mekanik berupa daya poros pada putaran poros engkol. Energi panas diperoleh dari

pembakaran bahan bakar dengan udara yang terjadi pada ruang bakar (Combustion

Chamber) dengan bantuan bunga api yang berasal dari percikan busi untuk menghasilkan

gas pembakaran.
https://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_bensin
Gambar 2.3 motor listrik
 Prinsip Kerja Motor Bensin 4 Tak (4 Langkah)

Motor bensin empat langkah memerlukanempat kali langkah torak atau dua kali

putaran poros engkol untuk menyelesaikan satu siklus kerja. Keempat langkah tersebut

adalah : langkah isap, langkah kompresi, langkah kerja dan langkah pembuangan.

Gambar.2.4. Cara Kerja Motor Bensin Empat Langkah

1). Langkah Isap

Langkah isap terjadi ketika torak bergerak dari titik mati atas menuju titik mati bawah

akan menghasilkan tekanan yang sangat rendah di dalam ruang silinder sehingga

campuran bahan bakar udara akan masuk mengisi silinder melalui katup masuk yang
terbuka saat langkah isap sampai torak meninggalkan titik mati bawah, sementara katup

buang dalam keadaan tertutup.

2). Langkah Kompresi

Langkah kompresi dimulai torak meninggalkan titik mati bawah menuju titik mati atas,

mengkompresikan campuran bahan bakar udara didalam silinder. Bunga api listrik

diumpankan melalui busi ketika torak berada beberapa derajat poros engkol sebelum titik

mati atas, membakar campuran bahan bakar udara untuk menghasilkan temperatur dan

tekanan yang tinggi.

3). Langkah Kerja (Ekspansi)

Langkah kerja dimulai ketika torak bergerak dari titik mati atas menuju titik mati bawah.

Gerakan torak ini terjadi karena gas panas hasil pembakaran berekspansi sehingga

memperbesar volume silinder.

4). Langkah Pembuangan

Langkah terakhir adalah langkah pembuangan, terjadi ketika torak bergerak dari titik mati

bawah menuju titik mati atas menekan gas sisa hasil pembakaran keluar melalui katup

buang yang berada dalam posisi terbuka dan katup masuk dalam keadaan masih tertutup.

Katup buang akan tertutup dan katup masuk akan terbuka ketika torak bergerak kembali

melakukan langkah isap berikutnya.

2.9 SABUK – V
Sabuk adalah suatu bagian utama dan yang paling penting di dalam proses permesinan
fungsi dari sabuk adalah sebagai penerus daya putaran dari motor untuk ditramnisikan ke
unit (mesin). Bahan yang digunakan untuk pembuatan sabuk harus kuat, fleksibel, tahan
lama, dan memiliki koefisien gesek yang tinggi. Bahan utama dari pembuatan sabuk v
adalah karet.
Cara Kerja Sabuk – V
Cara kerja sabuk – V adalah sebagai penerus daya atau putaran dari motor yang
akan ditranmisikan ke puli yang digerakkan (n2) atau ke unit (mesin pengaduk
adonan mie)
Keuntungan dan Kerugian Sabuk – V
 Keuntungan sabuk V adalah :
a. Pemindahan tenaga berlangsung secara elastik.
b. Tidak berisik.
c. Dapat menerima dan meredam beban kejut.
d. Jarak poros tidak tertentu.
e. Mudah dan murah dalam pembuatan.
f. Hanya memerlukan sedikit perawatan.
g. Harganya lebih terjangakau
 Kerugian sabuk V standar adalah :
a. Slip yang terjadi mengakibatkan rasio angka putaran tidak konstan.
b. Memerlukan dimensi yang lebih besar dari sistem tranmisi roda gigi
Pemakaian atau pemilihan sabuk v ini mempunyai banyak keunggulannya.
Terutama pada sabuk v terbuat dari penampang berbentuk trapesium, tenunan, tetoran
atau semacamnya. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan dari sabuk v
dibanding sabuk rata, dibandingkan dengan tranmisi roda gigi dan rantai karena v-
belt bekerja lebih halus.

Gambar 2.5 Sabuk V

2.10 Mesin Gurdi (Drilling Machine)


Gurdi adalah sebuah pahat pemotong yang ujungnya berputar dan memiliki satu atau
beberapa sisi potong dan galur yang berhubungan continue disepanjang badan gurdi. Galur
ini, yang dapat lurus atau helix, disediakan untuk memungkinkannya lewatnya serpihan
atau fluida pemotong. Meskipun gurdi pada umumnya memiliki dua galur, tetapi mungkin
juga digunakan tiga atau empat galur, maka gurdi kemudian dikenal sebagai penggurdi inti.
Penggurdi semacam ini tidak dipakai untuk memulai sebuah lubang, melainkan untuk
meluaskan lubang atau menyesuaikan lubang yang telah digurdi atau diberi inti.
Mesin yang digunakan untuk melakukan proses gurdi adalah Mesin Gurdi/ Drilling
Machine. Proses pembuatan lubang bisa dilakukan untuk satu pahat saja atau dengan
banyak pahat. Dalam proses produksi pemesinan sebagian besar lubang dihasilkan dengan
menggunakan Mesin Gurdi.

Gambar 2.6. Mesin Gurdi

2.11. Hand Grinding


Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk menggerinda  benda
kerja. Menggerinda dapat bertujuan untuk mengasah benda kerja seperti pisau dan pahat,
atau dapat juga bertujuan untuk membentuk benda kerja seperti merapikan hasil
pemotongan, merapikan hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang  bersudut,
menyiapkan permukaan benda kerja untuk dilas, dan lain-lain. Mesin Gerinda didesain
untuk dapat menghasilkan kecepatan sekitar 11000 - 15000 rpm. Dengan kecepatan
tersebut batu gerinda, yang merupakan komposisi aluminium oksida dengan kekasaran
serta kekerasan yang sesuai, dapat menggerus permukaan logam sehingga menghasilkan
bentuk yang diinginkan. Dengan kecepatan tersebut  juga, mesin gerinda dapat digunakan
untuk memotong benda logam dengan menggunakan batu gerinda yang dikhususkan untuk
memotong.

Gambar 2.7 Hand Grinding

Kecepatan keliling roda gerinda


vc . 1000. 60
n= m/d Rumus 2−4
v.d
Vc = Kecepatan Potong (m/d)
N = Kecepatan Putaran Roda Gerinda (rpm)
d = Diameter Roda Gerinda (mm)
60 = Konversi Satuan Menit Ke Detik (dtk)
1000 = Konversi Satuan Meter ke Milimeter (mm)
2.12. Cut Off
Mesin cut off merupakan sebuah gergaji kasar, juga dikenal sebagai gergaji potong atau
gergaji adalah alat listrik yang biasanya digunakan untuk memotong bahan keras, seperti logam,
genteng, dan beton. Tindakan pemotongan dilakukan dengan cakram abrasif, mirip dengan roda
gerinda tipis. Secara teknis ini bukan gergaji, karena tidak menggunakan tepi gigi (gigi) secara
teratur untuk memotong.
Gergaji ini tersedia dalam sejumlah konfigurasi, termasuk top table, tangan bebas, dan
walk-behind. Pada model top table biasa digunakan untuk memotong genteng dan logam, roda
pemotong dan motor dipasang pada lengan berputar yang menempel pada pelat dasar tetap.
Model ini bertenaga listrik dan umumnya memiliki built-in vise atau penjepitan lainnya.
Sementara untuk desain tangan bebas biasanya digunakan untuk memotong beton, aspal, dan
pipa pada lokasi konstruksi. Model ini dirancang dengan gagang dan motor di dekat operator,
dengan pisau di ujung gergaji. Tipe Cut Off ini tidak menonjolkan vise, karena bahan yang
dipotong lebih besar dan lebih berat. Dan untuk model walk-behind atau gergaji rata adalah
gergaji besar yang menggunakan dudukan atau gerobak untuk memotong lantai beton serta bahan
paving aspal dan beton.

Gambar 2.8. Cut Off

Rumus yang digunakan untuk mencari kecepatan potong menggunakan gergaji mesin
yaitu :
a) Untuk mencari kecepatan potong menggunakan rumus
1000. vc
N= Rumus 2−5
π.D
b) Kecepatan gerak pemakanan = 0,25 mm/rev x N
c) Panjang pemotongan = langkah awal + panjang benda kerja + langkah akhir
d) Waktu pemotongan = panjang pemotongan/kecepatan gerak pemakanan + setting

2.13. Poros

Poros merupakan bagian terpenting dari setiap transmisi. Hampir semua mesin
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran dan merupakan bagian utama dalam
mentrasmisikan sehingga poros merupakan bagian tervital dari proses berjalannya
putaran yang menggunakan poros.

1. Jenis-jenis poros:
a. Poros transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya di
transmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk atau sprocket
rantai, dll.

Gambar 2.9 Poros Transmisi


b. Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus di penuhi poros
ini adalah deformasi harus kecil dan bentuk serta ukuranya harus teliti.

Gambar 2.10 Poros spindel

c. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara rod- roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar.
Gandar ini hanya mendpat beban lentur, kecuali jika digerakan oleh pengerak mula
dimana akan mengalami beban puntir juga.

Gambar 2.11 Poros gandar

1. Hal Penting Dalam Perencanaan Poros

A. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami suatu beban puntir atau lentur, gabungan
antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan diatas, juga ada poros yang mendapat
beban tarik dan tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin.
B. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau
defleksi puntiran terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian atau getaran dan
suara. Disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan macam mesin yang akan diterima tersebut.
C. Putaran Kritis
Putaran kritis adalah putaran yang berkaitan dengan adanya getaran dimana getaran
adalah gerak bolak-balik secara priodik yang melalui satu titik keseimbangan. Getaran
menghasilkan suatu amplitude atau sampingan maksimum dari suatu fungsi dari sistem
mekanis. Bila putaran suatu mesin dinaikan maka suatu putaran tertentu dapat terjadi
getaran yang luar biasa besarnya. Putaran kritis dapat terjadi pada turbin, motor torak,
motor listrik dan lain-lain. Putaran kritis juga dapat mengakibatkan kerusakan pada
poros dan bagian- bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus direncanakan sedemikian
rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
D. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeller
dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian juga yang
terancam kavitasi, dan poros- poros mesin yang sering berhenti lama sampai dengan
batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.

2.14 Bantalan (Bearing)

Merupakan elemen mesin yang dipasang pada poros dan berfungsi untuk
menumpu poros berbeban sehingga putaran dapat berlangsung secara halus (meredam
getaran)
Klasifikasi Bantalan
A. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
Bantalan luncur
 Terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas
 Memerlukan momen awal yang besar karena adanya gesekan
 Mampu menumpu poros dengan putaran tinggi dan beban besar
Bantalan gelinding
 Terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui
elemen gelinding
 Elemen gelinding dapat berupa rol atau bola
B. Berdasarkan arah beban terhadap poros
 Bantalan radial
 Bantalan aksial
 Bantalan gelinding khusus

Bahan bantalan
 Logam babbit (besi putih)
 Besi
 Baja
 Paduan Aluminium
 Paduan Tembaga
 Produk metalurgi serbuk (logam porous)

Gambar 2.12 Bantalan


Perencanaan bantalan gelinding bola

Gambar 2.13 Bearing

Data awal perencanaan bantalan gelinding bola


Diameter poros (ds) : mm
Gaya yang diterima poros (F) : kg
Putaran poros (n) : rpm
Pemilihan dimensi bantalan
Pemilihan dimensi bantalan berdasarkan ukuran diameter poros yang disesuaikan
dengan diameter lubang bantalan. Lihat pada table pemilihan nomor dan dimensi
bantalan.

Tabel : 2.2 Pemilihan nomor dan dimensi bantalan.

Nomor Bantalan Ukuran luar Kapasita Kapasit


(mm) s as
Jeni D Du d D B r nominal nomina
s u a dinamis l
terb a se spesifik statis
uka kat C (kg) spesifik
s tan Co (kg)
e pa
k ko
a nta
t k
60 6 60 10 26 8 0,5 360 196
00 0 01 12 28 8 0,5 400 229
60 0 V 15 32 9 0,5 440 263
01 1 V 17 35 10 0,5 470 296
60 Z 60 20 42 12 1 735 465
02 Z 02 25 47 12 1 790 530
60 6 V 30 55 13 1,5 1030 740
03 0 V 35 62 14 1,5 1250 915
60 0 60 40 68 15 1,5 1310 1010
04 2 03 45 75 16 1,5 1640 1320
60 Z V 50 80 16 1,5 1710 1430
05 Z V
60 6 60
06 0 04
60 0 V
07 3
60 Z V
08 Z 60
60 6 05
09 0 V
60 0 V
10 4 60
Z 06
Z V
6 V
0 60
0 07
5 V
Z V
Z 60
6 08
0 V
0 V
6 60
Z 09
Z V
6 V
0 60
0 10
7 V
Z V
Z
6
0
0
8
Z
Z
6
0
0
9
Z
Z
6
0
1
0
Z
Z
62 6 62 10 30 9 1 400 236
00 2 00 12 32 10 1 535 305
62 0 V 15 35 11 1 600 360
01 0 V 17 40 12 1 750 460
62 Z 62 20 47 14 1,5 1000 635
02 Z 01 25 52 15 1,5 1100 730
62 6 V 30 62 16 1,5 1530 1050
03 2 V 35 72 17 2 2010 1430
62 0 62 40 80 18 2 2380 1650
04 1 02 45 85 19 2 2570 1880
62 Z V 50 90 20 2 2750 2100
05 Z V
62 6 62
06 2 03
62 0 V
07 2 V
62 Z 62
08 Z 04
62 6 V
09 2 V
62 0 62
10 3 05
Z V
Z
6 V
2 62
0 06
4 V
Z V
Z 62
6 07
2 V
0 V
5 62
Z 08
Z V
6 V
2 62
0 09
6 V
Z V
Z 62
6 10
2 V
0 V
7
Z
Z
6
2
0
8
Z
Z
6
2
0
9
Z
Z
6
2
1
0
Z
Z
63 6 63 10 35 11 1 635 365
00 3 00 12 37 12 1,5 760 450
63 0 V 15 42 13 1,5 895 545
01 0 V 17 47 14 1,5 1070 660
63 Z 63 20 52 15 2 1250 785
02 Z 01 25 62 17 2 1610 1080
63 6 V 30 72 19 2 2090 1440
03 3 V 35 80 20 2,5 2620 1840
63 0 63 40 90 23 2,5 3200 2300
04 1 02 45 100 25 2,5 4150 3100
63 Z V 50 110 27 3 4850 3650
05 Z V
63 6 63
06 3 03
63 0 V
07 2 V
63 Z 63
08 Z 04
63 6 V
09 3 V
63 0 63
10 3 05
Z V
Z V
6 63
3 06
0 V
4 V
Z 63
Z 07
6 V
3 V
0 63
5 08
Z V
Z V
6 63
3 09
0 V
6 V
Z 63
Z 10
6 V
3 V
0
7
Z
Z
6
3
0
8
Z
Z
6
3
0
9
Z
Z
6
3
1
0
Z
Z

Tabel 2.2 Pemilihan Nomor dan Dimensi Bantalan


Perhitungan beban ekuivalen
a. Beban Radial Ekivalen Dinamis
Pr =X .V . F r +Y . F a
Dimana Pr : Beban radial (kg)
Fr : gaya radial (kg)
Fa : gaya aksial (kg)
X,V,Y : table 4.9 Sularso berdasarkan harga Fa/Co

b. Beban Aksial Ekivalen Dinamis


Pa= X . F r +Y . F a
Keterangan rumus sda

c. Beban Radial Ekivalen Statis


Po =X 0 . F r +Y 0 . Fa
Dimana X0 , Y0 : berdasarkan table 4.9 Sularso

d. Beban Aksial Ekivalen Statis


Poa=F a +2,3 Fr tan α
Dimana α : sudut untuk bantalan bola sudut (table 4.9 S)
Tabel 2.3 Faktor-faktor V, X, Y dan X,Y
Perhitungan umur normal bantalan
A. Faktor kecepatan (fn)
 Bantalan bola

( )
1/ 3
33,3
f n=
n
 Bantalan rol

( )
3/ 10
33,3
f n=
n

Dimana n : putaran poros (rpm)

B. Faktor umur ( fh)


Bantalan bola dan rol
C
f h=f n
P
Dimana C : beban nominal dinamis spesifik (table 4.14 Sularso)
P : beban ekivalen dinamis (hasil perhitungan) Pr + Pa

C. Umur nominal (Lh)


 Bantalan bola
3
Lh=500 f h
 Bantalan rol
10/ 3
Lh=500 f h
Dimana Lh : umur nominal bantalan (jam)
Catatan :
Umur nominal (jam) diubah dalam tahun berdasarkan jam kerja dan hari kerja

D. Keandalan umur bantalan (Ln)


Ln=a1 . a 2 . a3 . L h
Dimana Ln : keandalan umur (jam)
a1 : table 4.10 Sularso berdasarkan faktor keandalan
a2 : faktor bahan
a2 = 1 baja bantalan yang dicairkan terbuka
a2 = 3 baja bantalan de-gas hampa
a3 : faktor kerja
a3 = 1 kerja normal
a3 < 1 kecepatan rendah (< 10.000 rpm)

Faktor
Ln a1
keandalan
90 L10 1
95 L5 0,62
96 L4 0,53
97 L3 0,44
98 L2 0,33
99 L1 0,21

Tabel 2.4 Harga faktor keandalan

Diameter bola gelinding


Dw =Q 1 ( D−d )
Dimana Dw : diameter bola gelinding (mm)
Q1 : faktor untuk bantalan bola satu garis (0,216 s/d 0,33)
D : diameter luar bantalan (mm)
d : diameter dalam bantalan (mm)

Jumlah bola gelinding dalam satu baris

Z=Q2
[ ]
D+d
Dw

Dimana Q2 : faktor bantalan bola = 0,8

Anda mungkin juga menyukai