Anda di halaman 1dari 16

BASA Vol. 2 No.

1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

TECHNOLOGY PEDAGOGY CONTENT KNOWLEDGE (TPACK)


(ANALISIS KONSEP & MODEL PEMBELAJARAN)

Helda Kusuma Wardani

Universitas Negeri Yogyakarta


Pos-el: heldakusuma.2021@student.uny.ac.id

Abstrak: Analisis kepustakaan dilakukan terhadap TPACK untuk menguatkan konsep


yang termasuk baru dalam praktik pembelajaran di Sekolah Dasar (SD). Prinsip
pembelajaran ini sedang gencar disebarluaskan melalui berbagai forum ilmiah, dan yang
paling terlihat ditonjolkan dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk guru kelas SD.
TPACK merupakan pengetahuan yang meliputi pengetahuan teknologi atau Technology
Knowledge (TK), pengetahuan pedagogi atau Pedagogy Knowledge (PK), dan
pengetahuan konten/isi atau Content Knowledge (CK) sebagai 3 (tiga) unsur utamanya.
Ketiga unsur ini saling berinterseksi yang memunculkan 4 (empat) unsur utama TPACK
lainnya. Sehingga dalam praktik pembelajaran, seorang guru professional dituntut untuk
mampu menerapkan 7 (tujuh) unsur utama TPACK. Implementasi prinsip pembelajaran
TPACK harus ada dalam perancangan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran yang
dilakukan guru.

Kata Kunci: TPACK, prinsip pembelajaran, konsep dan model TPACK

PENDAHULUAN
Pembelajaran abad 21 beriringan dengan Revolusi Industri 4.0 menjadi perbincangan antara
para pendidik formal, informal, maupun nonformal tentang percepatan perubahan sebagai akibat
otomasi teknologis. Mereka seolah terkena gegar budaya (culture shock) karena terusik zona
nyamannya. Tetiba peserta didik menanyakan suatu informasi yang menurut pendidik belum pernah
mereka sampaikan. Pendidik belum menyadari bahwa anak atau peserta didik memperoleh
informasi tidak hanya dari satu sumber. Informasi dari media dalam jaringan berbasis teknologi
internet membantu para peserta didik meningkat literasi informasi dan literasi digitalnya.
Teknologi otomasi informasi saat ini seharusnya disadari sepenuhnya oleh para pendidik,
terutama pendidik professional (guru) yang sudah dibekali dengan kompetensi professional dan
kompetensi pedagogi sekaligus. Pengetahuan tentang isi dan pengetahuan tentang teknologi
pendidikan merupakan jabaran dari kompetensi professional. Sedangkan kompetensi pedagogi
sudah semestinya memberikan bekal pengetahuan pedagogi pada guru (lihat Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik
Dan Kompetensi Guru). Namun demikian masih banyak guru SD yang belum melek teknologi, banyak
diantara mereka tergagap-gagap saat harus menggunakan teknologi informasi komunikasi -
perangkat keras dan perangkat lunak- untuk mengelola pembelajaran dalam jaringan akibat
pandemic COVID-19.
Penelitian yang dilaksanakan Herman Novianto dan Hadiapurwa (2020) memperoleh
temuan sulitnya mengoperasikan teknologi mengakibatkan pendidik yang termasuk generasi baby
boomers merasa tidak praktis mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan. Peserta didik yang
belum terbiasa dengan gadget pun merasakan sulitnya menggunakan dan mengakses pembelajaran

Helda Kusuma Wardani| 32


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

(Novianto, Herman, & Hadiapurwa, 2020). Hasil penelitian ini selaras dengan isu yang berkembang
dalam masyarakat umum menanggapi PJJ yang dilaksanakan. Seperti hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua siswa tidak menyetujui pembelajaran online karena
menganggap tidak efektif, anak kesulitan dalam memahami materi pelajaran, media yang digunakan
guru kurang bervariasi dan penyediaan kuota internet menjadi beban bagi orang tua. Blended
learning dapat menjadi alternatif pembelajaran karena memadukan pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online (Dahlia & Supriatna, 2021).
Hasil penelitian menunjukkan belum terwujudnya kompetensi professional dan kompetensi
pedagogi guru, ini sekaligus mempertanyakan efektivitas lembaga pendidikan guru yang
berkewenangan untuk membekali pengetahuan teknologi, pengetahuan pedagogi, maupun
pengetahuan isi pembelajaran. Padahal efektivitas program pendidikan pengembangan guru
professional baik program studi keguruan dan PPG nya, seharusnya menunjukkan 7 (tujuh)
karakteristik berikut (1) content focus, (2) active learning, (3) collaboration, (4) use of Models and
Modeling, (5) Coaching and Expert Support, (6) feedback and reflection, (7) sustained duration
(Darling-Hammond, Hyler, & Gardner, 2017). Apabila 7 karakteristik ini direalisasikan pada saat
pengembangan professional guru pada LPTK dan PPG, maka tidak akan muncul pertanyaan: (1)
apakah pengetahuan teknologi pembelajaran?, (2) apakah pengetahuan pedagogi pembelajaran?, (3)
apakah pengetahuan isi pembelajaran?, (4) bagaimanakah pengetahuan teknologi, pedagogi, isi
pembelajaran dipadukan?, (5) bagaimanakah model-model pembelajaran berdasarkan
pengetahuan-pengetahuan tersebut diimplementasikan? Pertanyaan-pertanyaan ini menggelitik
dan menantang untuk menjawabnya, sehingga diperlukan kajian tentang “TPACK: analisis konsep
dan model pembelajaran” walaupun berupa analisis kepustakaan.

LANDASAN TEORI
Technology atau teknologi dapat diartikan sebagai tindakan sistematis, yang dapat diartikan
juga sebagai suatu proses yang dilaksanakan dalam upaya mewujudkan sesuatu secara rasional.
Teknologi merupakan ilmu pengetahuan yang ditransformasikan ke dalam produk, proses, jasa, dan
struktur organisasi. Jadi teknologi adalah cara menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan
masalah praktis (Rusman, Kurniawan, & Riyana, 2012, pp. 78-79). Sedangkan Smaldino, Lowther, &
Russell menyatakan bahwa teknologi meliputi (1) Sebuah proses merancang solusi yang dapat
diandalkan dan berulang untuk tugas-tugas. (2) Perangkat keras dan perangkat lunak (yaitu,
produk) yang dihasilkan dari penerapan proses teknologi. (3) Campuran proses dan produk, yang
digunakan dalam kasus di mana konteks mengacu pada kombinasi proses teknologi dan produk yang
dihasilkan atau di mana prosesnya tidak dapat dipisahkan dari produk (Smaldino, Lowther, &
Russell, 2014, p. 6).
Jadi dalam melihat teknologi, jangan selalu dikonotasikan sebagai perangkat keras teknologi
tinggi. Dalam teknologi ada proses rekaya pikir, produk hasil proses teknologi berupa perangkat
keras dan perangkat lunak, atau gabungan proses dan produk. Kompetensi teknologi berhubungan
dengan mengetahui tidak hanya dasar-dasar literasi komputer, tetapi juga bagaimana dan kapan
menggunakan teknologi untuk meningkatkan pembelajaran siswa (Smaldino, Lowther, & Russell,
2014). Pengetahuan teknologi atau Technological Knowledge (TK) secara natural sangat dinamis,
lebih dari domain pengetahuan dasar lainnya dalam kerangka TPACK. TK terdiri dari keterampilan
untuk mengoperasikan teknologi seperti menginstal atau menghapus perangkat / program
perangkat lunak, atau membuat dan mengarsipkan dokumen dan kemampuan untuk belajar dan
beradaptasi dengan teknologi baru. Definisi ini menunjukkan bahwa TK juga mencakup
kemampuan: untuk memecahkan masalah teknis, untuk belajar teknologi dengan mudah, untuk

Helda Kusuma Wardani| 33


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

bersaing dengan teknologi penting, untuk bermain-main dengan teknologi, untuk mengetahui
banyak teknologi, untuk memiliki keterampilan teknis dan memiliki kesempatan untuk bekerja
dengan teknologi yang berbeda.
Pedagogi merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik professional berupa
pengetahuan dan kemampuan untuk mendidik dan membelajarkan peserta didik. Secara yuridis,
definisi pedagogi tertuang dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa
kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik (Presiden Republik
Indonesia, 2005). Pengetahuan pedagogi atau Pedagogical Knowledge (PK) adalah bentuk
pengetahuan yang mendalam dan generik yang melibatkan pemahaman proses dan metodologi
pembelajaran. Bidang pengetahuan ini melibatkan penggunaan teknik manajemen kelas dan
memahami perencanaan pembelajaran, penilaian siswa dan bagaimana siswa yang berbeda belajar.
Seorang guru yang melek pedagogis menyadari proses kognitif siswa seperti perkembangan
kebiasaan pikiran, motivasi, dan disposisi positif atau negatif tentang belajar. Dengan demikian
dapat disebutkan bahwa untuk membangun basis pengetahuan pedagogis yang tepat, guru harus
terbiasa dengan teori perkembangan, kognitif, dan sosial belajar (Koehler & Mishra, 2009) (Rahimi
& Pourshahbaz, 2019, p. 85).
Konten atau isi berkenaan dengan apa yang akan diajarkan dan dipelajari oleh peserta didik,
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Domain isi ini kemudian dikemas dalam bentuk
matapelajaran dan bidang studi seperti matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan PKn.
Pengetahuan Konten merupakan pengetahuan guru tentang materi pelajaran yang akan dipelajari
atau diajarkan. Konten yang akan dibahas dalam ilmu sekolah menengah atau sejarah berbeda dari
konten yang akan dibahas dalam kursus sarjana tentang apresiasi seni atau seminar pascasarjana
tentang astrofisika. Seperti yang dicatat Shulman (1986), pengetahuan ini akan mencakup
pengetahuan tentang konsep, teori, ide, kerangka kerja organisasi, pengetahuan tentang bukti dan
bukti, serta praktik dan pendekatan yang mapan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut"
(Koehler &Mishra, 2009). Pengetahuan Konten atau Content Knowledge (CK) adalah pengetahuan
guru tentang materi pelajaran yang akan diajarkan termasuk pengetahuan tentang konsep, teori, ide,
kerangka kerja organisasi, pengetahuan tentang bukti dan bukti, serta praktik dan pendekatan yang
mapan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut (Rahimi & Pourshahbaz, 2019, p. 84).
Konsepsi TPACK berkembang seiring dengan rekayasa penggabungan antara 3 elemen
utamanya yaitu TK, PK, dan CK. Pada tahap penggabungan antara dua bentuk elemen utama maka
akan memunculkan 3 elemen baru yaitu TPK, PCK, dan TCK. Sebagai jantung interseksi antara
ketiganya memunculkan elemen ke-7 (tujuh) yaitu TPACK. Diagram berikut akan memperjelas
interseksi dari 3 (tiga) elemen utama TPACK.

Gambar 1: Kerangka Kerja TPACK dan kategori pengetahuannya (Koehler & Mishra, 2009)

Helda Kusuma Wardani| 34


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

Technological Pedagogical Knowledge (TPK) dimaksudkan sebagai pemahaman tentang


bagaimana pengajaran dan belajar dapat berubah ketika teknologi tertentu digunakan dengan cara
tertentu. Ini termasuk mengetahui keterjangkauan dan kendala pedagogis dari berbagai alat
teknologi yang berkaitan dengan desain dan strategi pedagogis sesuaikah secara disiplin dan
perkembangan" (Koehler & Mishra, 2009). Ini berarti pendidik haruslah mempunyai pengetahuan
tentang eksistensi dan spesifikasi berbagai teknologi untuk memungkinkan pendekatan pengajaran
tanpa referensi terhadap materi pelajaran (Rahimi & Pourshahbaz, 2019). Menyadari efek yang
dibawa oleh alat dan sumber daya teknologi ke praktik disiplin tertentu sangat penting untuk
mengembangkan keterjangkauan etnologis untuk tujuan pendidikan. Meskipun pilihan beberapa
alat TIK dapat membantu atau menghalangi mewakili area konten tertentu, dapat memberikan
kesempatan untuk navigasi yang fleksibel di antara dan lintas disiplin ilmu. Oleh karena itu,
menguasai TPK sama dengan memahami cara konten dan teknologi dipengaruhi dan dikendalikan
oleh satu sama lain. Guru harus dapat memilih, memahami, dan secara efektif memanfaatkan
teknologi yang paling sesuai dengan tuntutan materi pelajaran tertentu yang akan diajarkan
(Koehler & Mishra, 2009). TPK menjadi sangat penting mengingat fakta bahwa program perangkat
lunak paling populer seperti Microsoft Office Suite (Word, PowerPoint, Excel, Entourage, dan MSN
Messenger) biasanya dirancang untuk lingkungan bisnis dan bukan terutama untuk tujuan
pendidikan. Jenis teknologi lain seperti podcast dan teknologi berbasis web biasanya dikenal berada
di wilayah hiburan, komunikasi, dan jejaring sosial.
Guru harus dapat mengabaikan klasifikasi tetap ini dan merestrukturisasi fungsi alat TIK
untuk memenuhi kebutuhan kelas mereka. Dengan demikian, pengetahuan ini tidak melihat
penggunaan TIK untuk kepentingannya sendiri, tetapi untuk meningkatkan pembelajaran dan
pemahaman siswa (Koehler & Mishra, 2009). TPK dapat juga dikatakan sebagai teknologi kosong
(empty technology) karena pedagoginya menyatu dengan teknologi dan tidak ada konten yang
dibawa atau disajikan. Interseksi antara teknologi dan pedagogi menghasilkan pemanfaatan
teknologi yang selaras dengan kaidah dan prinsip pedagogi.
Pedagogical Content Knowledge (PCK) dapat diidentifikasi konsisten dengan konsep PCK
Shulman (1986), yakni pengetahuan fleksibel yang dibentuk sebagai guru menafsirkan materi
pelajaran, mencari berbagai cara untuk menyajikannya, dan menyesuaikan dan memodifikasi materi
instruksional agar sesuai dengan pengetahuan latar belakang siswa. PCK menciptakan link antara
kurikulum, pedagogi, dan evaluasi (Koehler & Mishra, 2009). Ini merupakan elemen yang menjadi
titik tolak munculnya TPACK yang digagas oleh Koehler & Mishra (2009). Secara ringkas dapat
dinyatakan bahwa PCK merupakan pengetahuan mewakili pengetahuan konten dan mengadopsi
strategi pedagogis untuk membuat konten / topik tertentu lebih mudah dimengerti bagi peserta
didik (Rahimi & Pourshahbaz, 2019). Ini dapat diartikan bahwa PCK menjawab pertanyaan:
bagaimanakah cara yang paling tepat dan sesuai untuk dimengerti dan dikuasai oleh peserta didik?
Bekerja dengan PCK memperjelas transformasi dalam pengetahuan guru, terlihat dari cara mereka
dalam mengajar dengan teknologi. Angeli & Valanides, (2015) mengemukakan bahwa guru
bergantung pada empat hal berikut.
(1) Konsepsi menyeluruh tentang tujuan untuk menggabungkan teknologi dalam mengajar
topik materi pelajaran: Komponen ini menggambarkan apa yang guru tahu dan percaya tentang sifat
materi pelajaran, apa yang penting bagi siswa untuk belajar, dan bagaimana teknologi mendukung
pembelajaran sebagai dasar untuk keputusan instruksional mereka.
(2) Pengetahuan tentang pemahaman, pemikiran, dan pembelajaran siswa dalam topik materi
pelajaran dengan teknologi: Untuk komponen ini, guru mengandalkan dan beroperasi dari
pengetahuan dan keyakinan mereka tentang pemahaman dan pemikiran siswa ketika terlibat dalam
pembelajaran dengan teknologi yang sesuai.

Helda Kusuma Wardani| 35


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

(3) Pengetahuan tentang kurikulum dan materi kurikuler yang mengintegrasikan teknologi
dalam topik pembelajaran dan pengajaran materi pelajaran: Sehubungan dengan komponen
kurikuler ini, guru memeriksa dan menerapkan berbagai teknologi untuk mengajar topik tertentu.
Melalui kegiatan ini, mereka mempertimbangkan bagaimana konsep dan proses dalam konteks
lingkungan yang ditingkatkan teknologi diatur, terstruktur, dan dinilai dalam kurikulum.
(4) Pengetahuan tentang strategi instruksional dan representasi untuk pengajaran dan
pembelajaran topik materi pelajaran dengan teknologi: Pengetahuan instruksional ini berfokus pada
guru yang menyesuaikan instruksi mereka untuk membimbing siswa dalam belajar tentang
teknologi tertentu saat mereka mempelajari konten dengan teknologi tersebut. Mereka
menggunakan representasi spesifik dengan teknologi untuk memenuhi tujuan instruksional khusus
dan kebutuhan peserta didik di kelas mereka (Angeli & Valanides, 2015, p. 22).
Technological Content Knowledge (TCK) pemahaman tentang cara di mana teknologi dan
konten saling mempengaruhi dan membatasi satu sama lain. Guru perlu menguasai lebih dari materi
pelajaran yang mereka ajarkan. Mereka juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang
cara di mana materi pelajaran (atau jenis representasi yang dapat dibangun) dapat diubah dengan
penerapan teknologi tertentu. Guru perlu memahami teknologi spesifik mana yang paling cocok
untuk menangani pembelajaran materi pelajaran di domain mereka dan bagaimana konten
mendikte atau bahkan mungkin mengubah teknologi — atau sebaliknya " (Koehler & Mishra, 2009).
Hal yang mirip dinyatakan oleh Angeli & Valanides (2015) yaitu TCK mengacu pada kombinasi
Pengetahuan Teknologi dengan Pengetahuan Konten, dan bagaimana keduanya saling mendukung
dan membatasi satu sama lain. Karena Pengetahuan Pedagogis hampir selalu menjadi bagian dari
masalah kelas, TCK, terpisah dari Pengetahuan Pedagogis, sulit dibedakan di ruang kelas (Angeli &
Valanides, 2015, p. 65). Menurut penelitian ada hubungan yang mendalam dan historis antara
teknologi dan konten. Munculnya teknologi telah memiliki pengaruh besar pada bidang ilmu
pengetahuan, fisika, sejarah, kedokteran, dan arkeologi. Dampak teknologi pada bidang yang
disebutkan telah menyebabkan perubahan mendasar dan permanen (Rahimi & Pourshahbaz, 2019).
Jantung interseksi tiga elemen utama adalah TPACK itu sendiri, yang dinyatakan oleh Koehler
& Mishra (2009) sebagai bersatunya tiga komponen inti: konten, pedagogi, dan teknologi, ditambah
hubungan diantaranya. Interaksi antara dan di antara tiga komponen, berinteraksi secara berbeda
di berbagai konteks, menjelaskan variasi luas yang terlihat dalam tingkat dan kualitas integrasi
teknologi pendidikan. Ketiga basis pengetahuan (konten, pedagogi, dan teknologi) membentuk inti
dari kerangka teknologi, pedagogi, dan pengetahuan konten (TPACK). Perspektif ini konsisten
dengan peneliti dan pendekatan lain yang telah berusaha memperluas gagasan Shulman tentang
pengetahuan konten pedagogis (PCK) untuk memasukkan teknologi pendidikan. Yordania, (2014)
mengemukakan terlepas dari kenyataan bahwa kerangka kerja TPACK telah memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap bidang teknologi pendidikan, sejumlah masalah teoritis terus diangkat
dalam literature (Rahimi & Pourshahbaz, 2019).
Konsepsi TPACK bukanlah hal yang mudah dimengerti dan dipahami pendidik, karena
konstruksi dari 3 (tiga) pengetahuan seringkali tidak terlihat batasnya secara jelas. Untuk melihat
sedikit lebih jelas tentang masing-masing elemen pada TPACK, berikut disajikan 7 elemen tersebut
melalui tabel.

Tabel 1: Definisi dan contoh elemen TPACK


No. Elemen Definisi Contoh
1. TK Pengetahuan tentang cara penggunaan - Pengetahuan web 2.0 (blog,
perangkat keras dan perangkat lunak TIK facebook, wiki)

Helda Kusuma Wardani| 36


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

beserta periferal terkait (pencetak, - Pengetahuan membuat PPt


pemindai, web-cam, mikrofon) interaktif
-Pengetahuan akses internet
2. PK Pengetahuan tentang pembelajaran siswa, -Pengetahuan model pembelajaran
metode pembelajaran, teori pendidikan yang - Pengetahuan tentang merdeka
berbeda, dan penilaian pembelajaran untuk belajar humanistic
mengajarkan materi pelajaran tanpa - Pengetahuan gaya belajar
referensi ke konten - Pengetahuan penilaian otentik
3. CK Pengetahuan tentang materi pelajaran tanpa - Pengetahuan tentang PKn
mempertimbangkan tentang pengajaran - Pengetahuan IPA
materi pelajaran
4. PCK Pengetahuan yang mempresentasikan - Penggunaan analogi gotong-
pengetahuan konten dan adopsi strategi royong
pedagogis untuk membuat konten / topik - Penggunaan benda konkret
tertentu lebih mudah dimengerti bagi manipulatif perubahan benda
peserta didik padat
5. TPK Pengetahuan tentang keberadaan dan - Penggunaan pencarian internet
spesifikasi berbagai teknologi untuk untuk sumber belajar
memungkinkan pendekatan pengajaran - Penggunaan GC/LMS untuk PJJ
tanpa referensi terhadap isi pelajaran
6. TCK Pengetahuan tentang cara menggunakan - Pengetahuan kamus jaringan,
teknologi untuk representasi / mencari dan SPSS, laboratorium virtual
membuat konten dengan cara yang berbeda - Powtoon, kenmaster
tanpa mempertimbangkan pengajaran
7. TPACK Pengetahuan tentang menggunakan -Pengetahuan tentang penggunaan
berbagai teknologi untuk mengajar dan / aplikasi webmeet untuk tatap
menunjukkan dan / memfasilitasi maya pembelajaran
pengetahuan pembuatan dari konten subjek
tertentu
diadaptasi dari: (Rahimi & Pourshahbaz, 2019)

Mengkaji definisi elemen-elemen TPACK seperti tertuang pada tabel terkesan hanya sebagai
pengetahuan, kapankah dan bagaimanakah TPACK diimplementasikan? Berikut ini akan
dicobajawab dalam analisis dimensi dan implementasi TPACK.

METODE PENELITIAN
Analisis kritis dan metakognisi digunakan untuk menemukan berbagai dimensi TPACK yang
seharusnya ada dalam praktik pembelajaran maupun model pembelajaran. Analisis kritis dilakukan
berbasis pada buku-buku yang relevan, yang kemudian dirangkai dengan analisis metakognisi.

HASIL PENELITIAN

Dimensi-dimensi TPACK
Pengetahuan yang dimiliki pendidik tentang elemen-elemen TPACK akan dibuktikan dalam
dimensi waktu dan dimensi pemanfaatannya. Tugas pokok dan fungsi pendidik dari dimensi waktu
terlihat pada saat (1) sebelum pembelajaran, (2) selama pembelajaran, dan (3) setelah
pembelajaran. Pengetahuan TPACK yang baik akan memudahkan pendidik melaksanakan tugas-
tugasnya. Sedangkan dikaji dari dimensi pemanfaatan TPACK akan terlihat pada (1) pembelajaran
BATAMU (berbasis tatap muka), (2) pembelajaran BARING (berbasis jaringan), dan (3)

Helda Kusuma Wardani| 37


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

pembelajaran BATAMURING (berbasis tatap muka dan jaringan). Berikut akan diuraikan
operasionalisasi TPACK pada masing-masing dimensi.

1. Dimensi Waktu TPACK


Pendidik saat menjalani tugasnya meneyelenggarakan dan mengelola pembelajaran akan
selalu menngalami proses siklis perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan
pembelajaran dilakukan sebelum pembelajaran, pelaksanaan dilakukan selama pembelajaran, dan
penilaian dilakukan saat dan setelah pembelajaran. Pendidik yang sudah menguasai TPACK tidak
terlepas dari inovasi dan kurikulum pembelajaran pada lembaga tugasnya maupun di luar lembaga
tugasnya. Bagaimanapun TPACK sangat ditentukan oleh kedua hal tersebut, untuk itu pendidik
diharuskan selalu memperbarui pengetahuannya. Pertama dalam TPACK ada teknologi yang selalu
ada inovasi, kedua pedagogi juga ada inovasi di luar maupun dalam kurikulum, dan ketiga konten
selalu terjadi inovasi dalam kurikulum yang kontekstual.
Seperti yang diutarakan oleh Rogers (2003), ia mengingatkan seringkali inovasi menjadi
sinonim teknologi padahal keduanya berbeda. Teknologi adalah desain untuk tindakan instrumental
yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab-akibat yang terlibat dalam mencapai hasil
yang diinginkan. Sebuah teknologi biasanya memiliki dua komponen: (1) aspek perangkat keras,
yang terdiri dari alat yang mewujudkan teknologi sebagai objek material atau fisik, dan (2) aspek
perangkat lunak, yang terdiri dari basis informasi untuk alat ini. Sedangkan inovasi adalah ide,
praktik, atau objek yang dianggap baru oleh individu atau unit adopsi lainnya (Rogers, 2003, pp. 11-
12). Ini berarti pengetahuan TPACK bisa jadi merupakan inovasi bagi satu orang tetapi bukan inovasi
bagi orang lain.
Arends (2012) mengemukakan ada tiga tahap perencanaan guru dan Pembuatan Keputusan
seperti tabel berikut.
Tabel 2: Three Phases of Teacher Planning and Decision Making
Before Instruction During Instruction After Instruction
Choosing content Presenting Checking for understanding
Choosing approach Questioning Providing feedback
Allocating time and space Assisting Praising and criticizing
Determining structures Providing for practice Testing
Considering motivation Making transitions Grading
Managing and disciplining Reporting
(Arends, 2012, p. 104)
Tabel 2 ini menunjukkan bahwa dimensi waktu TPACK terhubung dengan 3 tahap
perencanaan dan pembuatan keputusan oleh guru. Lebih jelasnya diuraikan berikut ini.

a. TPACK Sebelum Pembelajaran


Memilih Konten, untuk memilih konten guru harus memiliki pengetahuan konten yang
esensiil maupun yang lanjut. Untuk memilih konten ini guru juga harus memperhitungkan
keterjangkauannya oleh peserta didik, sesuaikah konten dengan tingkat perkembangannya. Pada
aktivitas ini, PCK berperan penting.
Memilih Pendekatan, untuk memilih pendekatan maka pendidik membutuhkan pengetahuan
pedagogi yang memadai sehingga pendekatan yang diplih sesuai secara pedagogis, teknologis,
maupun konten yang akan disajikan (TPACK).
Mengalokasi waktu dan ruang, pertimbangan dengan penguasaan TPACK akan membantu
pendidik untuk melakukannya dengan lebih baik.

Helda Kusuma Wardani| 38


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

Menentukan struktur, pendidik melakukan struktur isi maupun aktivitas pembelajaran dari mulai
kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup. TPACK akan terasa
memudahkan pendidik saat melakukan struktur isi dan struktur aktivitas pembelajaran.
Mempertimbangkan motivasi, sangat penting pendidik merancang kapan dan bagaimana
motivasi diberikan kepada peserta didik, apakah ice breaking dilakukan pada kegiatan awal
pembelajaran, kegiatan inti, atau kegiatan penutup. Pengetahuan pedagogi dan teknologi (TPK),
akan membantu pendidik untuk menciptakan iklim belajar.
Dimensi waktu sebelum pembelajaran ini menggambarkan bahwa implementasi TPACK akan
memberikan kemudahan bagi pendidik merancang pembelajaran yang memenuhi prinsip-pinsip
lingkungan pembelajaran inovatif.
b. TPACK Selama Pembelajaran
Presentasi, merupakan tugas guru untuk mempresentasikan pengetahuan kontennya (CK),
dengan memanfaatkan berbagai pengetahuan teknologi dan pedagogi yang dimiliki (TPK). Tugas
pendidik ini dapat memanfaatkan strategi langsung maupun strategi tak langsung, selaras dengan
pendekatan pembelajaran yang diterapkan.
Bertanya, merupakan cara dari pendidik untuk mentransformasikan pengetahuan teknologi dan
konten kepada peserta didik (TCK). Saat peserta didik mengalami kemandegan dalam diskusi
ataupun eksperimen yang dilakukan, pendidik dapat bertanya menuntun untuk mengarahkan atau
bertanya menyelidik untuk memperdalam wawasan peserta didik maka pengetahuan pedagogi
pendidik tampak dalam aktivitas ini (PK).
Membantu, dilakukan oleh pendidik saat peserta didik sangat membutuhkan sesuai prinsip
menantang dalam pembelajaran (PK). Tindakan membantu tidak selalu dilakukan secara langsung,
dapat juga dilakukan dengan bantuan tak langsung memanfaatkan jaringan ataupun
computer/laptop yang tersedia di kelas (TK). Tentunya aktivitas membantu peserta didik dapat
dilakukan dengan baik bila guru mempunyai pengetahuan konten yang memadai (CK).
Menyediakan Latihan, untuk memperkuat pengetahuan, keterampilan, atau dikap yang sudah
tersampaikan kepada peserta didik, maka pendidik memberikan latihan kepada peserta didik baik
secara langsung atau secara tak langsung (TPACK).
Membuat transisi, merupakan tugas pendidik untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik beralih dari cara belajar satu ke cara belajar yang lain (misal dalam mencari informasi yang
dibutuhkan, peserta didik dapat dikondisikan untuk mencari dari bahan pembelajaran cetak, bahan
pembelajaran elektronik, atau melalui jaringan). Ini dapat terjadi pada pendidik yang sudah
mempunyai dan menguasai TPACK dengan baik.
Mengelola dan mendisiplinkan, saat peserta didik masuk kelas ada fingerprint machine untuk
menandai kehadirannya dalam kelas, orangtua akan tahu anaknya sudah masuk kelas karen
mendapat SMS otomatis dari perangkat lunak aplikasi manajemen peserta didik (TK). Dalam kelas
juga terpasang CCTV yang terkoneksi dengan smartphone orangtua, sehingga ada kerjasama antara
pendidik dan komite sekolah (PK). Setiap kali ada permasalahan pada peserta didik saat berada
dalam sekolah (misalnya pelanggaran disiplin), pendidik dapat meminta bantuan orangtua
berdasarkan bukti rekam CCTV (TPK).
c. TPACK Setelah Pembelajaran
Memeriksa pemahaman, pengetahuan pedagogi yang baik dari seorang pendidik akan
menuntunnya untuk memeriksa pemahaman peserta didik terhadap konten yang dipresentasikan
secara langsung maupun tak langsung berbasis teknologi (TPACK). Ini untuk menentukan tindak
lanjut pembelajaran yang dilakukan (PK).
Menyediakan balikan, Skinner menyatakan balikan sesegera mungkin akan menyebabkan
yang benar akan melekat lebih dalam dan jika salah akan ditinggalkan segera karena adanya

Helda Kusuma Wardani| 39


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

konfirmasi, pendidik dengan penguasaan TPACK akan melakukannya dengan memanfaatkan CAI
atau e-learning lain.
Memuji dan mengkritik, pengetahuan pedagogi (PK) pendidik akan segera memberikan
pujian jika siswa menguasai konten yang disajikan dan memberikan kritikan yang mendidik.
Melakukan tes, pendidik melakukan tes tulis ataupun lisan ataupun perbuatan berdasarkan domain
konten yang dinilai (pengetahuan atau keterampilan) dapat menggunakan instrument cetak atau
elektronik (google form atau rekaman video) (TPACK).
Pemeringkatan, peserta didik ingin tahu posisinya dalam kelas dan pendidik berkewajiban
untuk melakukannya. Pendidik dapat membuat papan pemimpin (grading board) dan sekaligus
menyematkan bintang emas, perak, dan perunggu untuk peringkat 1, 2, dan 3 (PK). Apabila
kemudian papan pemeringkat dibuat secara elektronik maka pendidik menunjukkan pengetahuan
teknologi dan pedagoginya (TPK).
Reporting, melaporkan perkembangan peserta didik kepada orangtua ataupun pemangku
kepentingan yang lain dengan mudah dilakukan oleh pendidik yang mempunyai pengetahuan
teknologi dan pedagogi (TPK) dengan baik. Laporan dapat dilakukan harian, mingguan, bulanan,
tengah semester, akhir semester ataupun tahunan dengan bantuan teknologi computer maupun
smartphone.
Ada cerita menarik tentang implementasi TPACK di SD dari Negara Australia, sedikit panjang
tapi menarik untuk bahan kajian dan analisis TPACK.
“Gina adalah seorang guru dan konsultan di sekolah dasar dalam kota di sebuah kota metropolitan
besar di Australia. Dia dipromosikan sebagai konsultan dengan fokus pada pedagogi ke kantor
pendidikan negara, dan dari posisi inilah dia ikut mengajar bersama guru di berbagai lokasi sekolah
dasar.
Representasi persepsi Gina tentang Integrasi Teknologi Gina tertarik pada kerangka kerja TPACK
sejak dia mendengarnya: "TPACK mengatakan sesuatu yang kompleks dengan cara yang sederhana.
Saya suka simpleksitasnya." Rasa pengetahuan yang tidak rumit dalam pandangannya tentang
integrasi teknologi terbukti dalam dialog refleksif. Gina memuaskan dahaganya akan pengetahuan
konten dengan "mengetahui barang-barang saya." Metode praktis dan praktik pengajaran dipahami
dengan baik, dan pengamatan Gina di beberapa situs menunjukkan kemampuan beradaptasi
pengetahuan pedagogisnya (atau PK) terhadap konteksnya. Ketika pedagogi dan pengetahuan
konten terhubung di kelas Gina, dia menggambarkan kongruensi itu dalam hal: "Menjadi pembelajar
ahli ... Saya tahu sesuatu tentang kurikulum, penilaian dan pedagogi. Saya akan mengatakan ini
adalah karakteristik seorang guru yang didorong oleh nilai-nilai, sikap dan semangat untuk
mengajar. "Gina menggunakan pengetahuan teknologinya (atau TK) untuk mengajar dengan cara
yang sangat imajinatif dan kreatif. Ketika dikombinasikan dengan pengetahuan yang mendalam
tentang konten (atau CK), ia menggunakan teknologi untuk membuat konteks kelas yang sering tidak
ingin ditinggalkan oleh siswa. Mereka menjadi 'rendah' dan terlibat dalam apa yang mereka pelajari,
dan sering tampak tidak menyadari faktor-faktor seputar waktu dan pengulangan sampai masalah
pembelajaran yang sedang mereka kerjakan diselesaikan (PCK). Tujuan pengetahuan pedagogis
teknologinya (atau TPK) mendorong penggunaan teknologi. TPACK dan bagaimana ia
menggabungkan di kelas sebagai perilaku kelas yang dapat diamati dipajang setiap kali Gina
mengajar. Campuran teknologi lama dan baru meningkatkan pendekatan uniknya terhadap integrasi
teknologi, dan konsepsi utama pengetahuan ini ditentukan dalam kasus ini. Gina mampu
menyatukan ketujuh komponen pengetahuan TPACK ketika dia mengajar dan studi kasus ini
sekarang bergerak untuk merinci bagaimana pengetahuan tentang praktiknya ini dibangun di atas
basis TPACK yang kuat (Hunter, 2015, pp. 84-88).

Helda Kusuma Wardani| 40


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

2. Dimensi Pemanfaatan TPACK


Pembelajaran yang memanfaatkan penguasaan TPACK yang baik dari pendidik selain
ditunjukkan melalui 3 (tiga) tahap perencanaan pendidik, juga dapat terlihat saat praktik
pembelajarannya. Berbasis cara realisasi praktik pembelajaran dengan TPACK, dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) pola pembelajaran berikut. Namun demikian, perlu kiranya
dipahami terlebih dahulu pernyataan OECD (2017) yaitu “Kami menyebut elemen dan dinamika di
jantung setiap lingkungan belajar sebagai "inti pedagogis". Empat elemen utama terdiri dari inti
pedagogis dalam kerangka kita: peserta didik (siapa?), Pendidik (dengan siapa?), Konten (apa?) dan
sumber daya (dengan apa?). Berpikir ulang dan kemudian berinovasi dengan elemen-elemen inti ini
- masing-masing dengan sendirinya dan terutama keempatnya bersama-sama - adalah untuk
mengubah jantung dari setiap lingkungan belajar” (OECD, 2017, p. 42). Ini berarti setiap pendidik
yang menghendaki adanya perubahan yang dinamis pada pembelajarannya, maka pendidik dapat
melakukan inovasi pada empat elemen inti pedagogis tersebut.
a. Pembelajaran BATAMU (berbasis tatap muka), pola pembelajaran ini yang paling menampak
dilaksanakan dalam sistem persekolahan SD saat ini. Dalam pola pembelajaran BATAMU dapat
terjadi adanya model pembelajaran beserta sintak dan media yang melekat dengannya, pendekatan,
strategi, metode, dan teknik. Interaksi peserta didik, pendidik, konten, dan sumberdaya yang
dikombinasikan dan diatur langkah-langkahnya akan memunculkan model pembelajaran. Model-
model pembelajaran BATAMU yang merealisasikan TPACK antara lain: model pembelajaran
kontekstual, model pembelajaran inquiry, model pembelajaran berbasis project, model
pembelajaran berbasis masalah, dan kelompok model pembelajaran kooperatif.
Berikut analisis elemen TPACK pada model pembelajaran berbasis masalah atau Problem-
Based Learning (PBL) yang mempunyai 5 langkah dalam sintaks pembelajarannya.

Tabel 3: Analisis Elemen TPACK pada PBL


Fase Perilaku Pendidik Elemen TPACK
Tahap1 Arahkan peserta didik ke masalah Guru melalui tujuan dan PCK
sasaran pelajaran, menjelaskan persyaratan logistik penting, dan (TPACK)
memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan
masalah ( penjelasan disertai penggunaan LCD proyektor)
Tahap 2 Atur siswa untuk belajar. Guru membantu siswa merumuskan PCK
dan mengatur tugas belajar yang berkaitan dengan masalah.
Tahap 3 Membantu penyelidikan independen dan kelompok. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang tepat,
melakukan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. PCK
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan artefak dan pameran. Guru TPACK
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak
yang sesuai seperti laporan, video, situs Web, dan model, dan
membantu mereka berbagi pekerjaan mereka dengan orang lain
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru PCK
membantu siswa untuk melakukan refleksi pada penyelidikan
mereka dan proses yang mereka gunakan.
Dimodifikasi dari (Arends, 2012)

b. Pembelajaran BARING (berbasis jaringan), pembelajaran dalam jaringan (daring) atau disebut
juga pembelajaran berbasis internet menuntut pendidik menguasai pengetahuan teknologi jaringan
dengan baik. Pola pembelajaran BARING ditandai dengan personalisasi pembelajaran yang sangat
kuat, karena peserta didik akan belajar secara personal dengan keterlibatan belajar tergantung pada
peserta didik secara personal. Pola pembelajaran ini menuntut pemanfaatan perangkat keras dan

Helda Kusuma Wardani| 41


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

perangkat lunak serta fitur aplikasi pengembangan dari perangkat digital (computer, smartphone,
tablet, dan sejenisnya), sehingga disebut juga pembelajaran digital. Ada dua jenis pembelajaran
BARING yaitu sinkronus dan asinkronus yang masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Peter Serdyukov (2020) menyatakan pembelajaran BARING menawarkan manfaat yang
murah hati bagi peserta didik. Daya tarik utamanya kenyamanan, bagaimanapun menyebabkan
konflik antara mode pembelajaran asinkron dan sinkron yang dapat menyebabkan banyak efek
samping. Pergeseran ke arah asinkron dengan mengorbankan praktik sinkron terlihat di beberapa
perguruan tinggi yang dapat menghilangkan peserta didik dari dua manfaat penting pendidikan,
pengembangan pribadi dan sosial, dan menyebabkan kemunduran hasil pembelajaran. Analisis
kedua mode ini menunjukkan kelebihan dan kekurangan keduanya yang membutuhkan pendekatan
holistik untuk pendidikan BARING yang direalisasikan melalui model interaktif aditif dalam format
pembelajaran campuran (Sistek-Chandler, 2020, p. 1).
Pembelajaran BARING sikronus adalah pola pembelajaran real-time tatap maya yang
memberikan kesempatan kepada pendidik dan peserta didik berkomunikasi dan berkolaborasi
secara langsung. Pada tahun-tahun belakangan ini, berkat pengembangan teknologi telekonferensi
yang efektif (misalnya, Blackboard Collaborate, Zoom, WebEx, Google Hangouts) dan pertumbuhan
jejaring sosial, pembelajaran BARING mengintegrasikan kesempatan untuk sesi kelas langsung dan
sinkron yang memungkinkan peserta didik dan pendidik untuk terlibat dalam komunikasi aktif dan
kolaborasi secara real time. Pembelajaran BARING, seperti pembelajaran konvensional, umumnya
mengandalkan praktik interaksi asinkron dan sinkron dalam lingkungan virtual (Ku &Chang, 2011
dalam (Sistek-Chandler, 2020, pp. 3-4). Sementara pembelajaran BARING selalu didominasi oleh
independensi, diatur sendiri, hampir secara eksklusif studi berbasis teks (meskipun ada upaya untuk
menanamkan materi visual dan pilihan jejaring sosial ke dalam kelas BARING) dicapai oleh peserta
didik satu-satu dengan komputer dan sesekali dibantu oleh orang lain, sesuai kebutuhan, fasilitasi
pendidik, dukungan teknis dari lembaga, dan interaksi sedikit di antara peserta didik dalam diskusi
berulir, blog dan Wiki, live, sesi sinkron menambahkan kesempatan penting untuk interaksi tatap
muka yang menyenangkan dan produktif, komunikasi dan kolaborasi.
Pembelajaran BARING asinkronus lebih memberikan banyak independensi dan
personalisasi kepada peserta didik, kehadiran banyak aplikasi untuk pola pembelajaran asinkronus
seperti Google Classroom, MOOC, Moodle, Skype, atau aplikasi Learning Management System (LMS)
yang lain. Peran pendidik pada pola pembelajaran BARING sangat penting, TPACK terutama
pengetahuan teknologi (TK) akan sangat berguna bagi pendidik untuk merancang, melaksanakan,
dan menilai.
Jadi untuk pola pembelajaran BARING, secara umum memunculkan dua model pembelajaran
BARING yakni (1) model pembelajaran sinkronus, dan (2) model pembelajaran asinkronus.
Seringkali kedua model pembelajaran BARING ini digunakan secara bergantian atau secara
sekuensial oleh pendidik. Saat ini bukan saja pembelajaran BARING, sekolah virtual atau sekolah
BARING sudah mulai bertumbuh-kembang.
c. Pembelajaran BATAMURING (berbasis tatap-muka dan jaringan), pola pembelajaran ini sering
dikategorikan sebagai model pembelajaran campuran (blended learning). Pola pembelajaran
BATAMURING bukanlah hal baru di Indonesia, ada SD Terbuka, SMP Terbuka, SMA Terbuka, dan
Pendidikan Tinggi Terbuka yang bertumbuhkembang menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi jaringan utamanya. Awalnya jaringan radio, kemudian jaringan televisi, dan akhirnya
jaringan internet.
Suatu pemikiran berbasis TPACK tentang pola pembelajaran BATAMURING ini dapat
digambarkan seperti berikut. “Blended learning meningkatkan kemungkinan melakukan kegiatan

Helda Kusuma Wardani| 42


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

belajar tertentu di luar kelas yang secara tradisional hanya bisa terjadi di dalamnya. Hal ini
dimungkinkan berkat munculnya ICT, yang membuat alat-alat tertentu tersedia untuk tujuan ini.
Namun, perlu ditanyakan apakah pelaksanaan kegiatan ini di dalam atau di luar kelas menghasilkan
hasil yang sama atau berbeda. Ada kemungkinan bahwa ada pengalaman yang tidak layak dibuat
lebih fleksibel, terlepas dari kenyataan bahwa hasil akademik dapat meningkat. Pendidikan adalah
proses yang mengejar tujuan daripada hasil. Karena alasan inilah yang layak untuk dipikirkan dalam
jangka panjang. Blended learning dapat meningkatkan hasil akademik dalam jangka pendek, tetapi
kita harus bertanya apakah itu juga positif dalam jangka panjang. Inilah yang ingin kami bahas di
sini” (Martín-García, 2020, p. 21).
Kecenderungan pemanfaatan pembelajaran BATAMURING ini mengarah adanya
pengurangan kuantitas pertemuan tatap muka, karena ada alasan bahwa yang penting bukan
kuantitas tetapi kualitasnya. Benarkah kualitas tatap muka dengan seminimal mungkin tatap muka,
dapat lebih baik bila dibandingkan dengan tatap muka yang kuantitas dan kualitasnya optimal?
Analisis dengan TPACK melalui penelitian tentu akan mampu menjawabnya, mungkin dengan studi
perbandingan antara pembelajaran BATAMURING dengan pembelajaran BATAMARING (Berbasis
Tatap Maya Jaringan) yang saat ini sedang menjadi pemikiran dari ahli pendidikan.

TPACK dalam Riset


1. Penelitian berjudul “Eksaminasi validitas kerangka pengetahuan konten pedagogis teknologi
(TPACK) untuk pendidikan prajabatan guru kimia” yang dilaksanakan di sebuah universitas di Cina,
hasilnya dapat dideskripsikan berikut ini.
“Sementara berbagai langkah kuantitatif untuk menilai pengetahuan konten pedagogis teknologi
guru (TPACK) telah berkembang pesat, beberapa penelitian hingga saat ini telah memvalidasi secara
komprehensif struktur TPACK melalui berbagai kriteria validitas terutama untuk bidang konten
tertentu. Eksaminasi bagaimana ukuran survei TPACK selaras dengan ukuran rencana pelajaran
TPACK dan bagaimana mereka terkait dengan ukuran keyakinan epistemologis tentang kimia. Para
peserta adalah 280 guru kimia prajabatan Cina yang terdaftar di sebuah universitas di Cina. Analisis
faktor eksplorasi dan konfirmasi keduanya dilakukan pada ukuran survei TPACK untuk membantu
menetapkan validitas, termasuk pertimbangan untuk validitas konvergen dan diskriminatif. Hal ini
diikuti dengan tes invariansi untuk memeriksa validitas faktorial yang terkait dengan jenis kelamin.
Untuk menetapkan validitas prediktif TPACK, hubungan antara keyakinan epistemologis guru,
TPACK dan kapasitas mereka untuk merencanakan pelajaran terintegrasi teknologi juga diperiksa.
Secara keseluruhan, hasilnya menunjukkan bahwa keempat jenis validitas yang dilihat dalam
penelitian ini (yaitu, konvergen, diskriminatif, faktorial, dan prediktif) ditetapkan dengan
memuaskan. Untuk melakukan eksaminasi ini instrument TPACK menggunakan instrument dari
Harris et al. (2010) yang mengembangkan dan memvalidasi rubrik penilaian integrasi teknologi
berbasis TPACK untuk menilai TPACK yang disimpulkan dari artefak pengajaran seperti rencana
pelajaran yang dibuat oleh guru siswa. Rubrik ini dapat digunakan untuk menilai rencana pelajaran
pada empat dimensi: (a) keselarasan antara tujuan dan teknologi kurikulum (TCK), (b) keselarasan
antara strategi dan teknologi instruksional (TPK), (c) kesesuaian teknologi yang dipilih dalam
produk perencanaan (TPACK), dan (d) kesesuaian konten, pedagogi, dan teknologi. Setiap dimensi
dinilai pada skala 4 poin, dengan "4" berdiri untuk tingkat tertinggi keselarasan, kesesuaian
(misalnya, patut dicontoh), dan cocok” (Deng, Chai, So, Qian, & Chen, 2017).
2. Penelitian TPACK yang langsung kepada peserta didik dilakukan oleh Megawanti, Megawati,
Nurkhafifah (2020) menghasilkan abstraksi sebagai berikut. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan persepsi peserta didik terhadap PJJ pada masa pandemic covid 19. Penelitian ini

Helda Kusuma Wardani| 43


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yang mencoba untuk mengkaji persepsi peserta
didik terhadap PJJ. Instrumen penelitian ini berupa angket yang disebar dengan bantuan google form
pada bulan April 2020 berhasil mengumpulkan 155 respon atau jawaban peserta didik dari lokasi
yang berbeda-beda (Jakarta, Depok, Wanasari). Hasil penelitian menunjukkan hampir semua
responden yang terdiri dari peserta didik dari jenjang SD sampai SMA sepakat bahwa mereka tidak
senang dengan ketetapan perpanjangan masa belajar dari rumah atau School from Home
(Megawanti, Megawati, & Nurkhafifah, 2020).
3. Studi kualitatif ini dilakukan di lima sekolah dasar yang berbeda di Republik Ceko. Ini bertujuan
untuk menyelidiki bagaimana guru bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing mengembangkan
kompetensi mengajar dan mempraktikkan integrasi teknologi komunikasi informasi dalam
pengajaran di kelas. Untuk tujuan ini, penelitian ini menggunakan gagasan Pedagogi Teknologi dan
Pengetahuan Konten -TPACK -in-Action Model. Kesimpulan dari penelitian berjudul “Information
Communication Technologies in Teaching English as a Foreign Language: Analysing EFL Teachers
TPACK in Czech Elementary Schools” diperoleh tentang kompetensi pengajaran guru EFL sekolah
dasar Ceko dan praktik teknologi atau integrasi CALL di kelas EFL untuk mengembangkan TPACK-
in-Action sebagai kerangka pembelajaran transformatif, penelitian ini membawa argumen sejalan
dengan Drossel, Eickelmann, dan Schulz-Zander (2017). Guru dengan latar belakang pendidikan
pedagogis digital interaktif, yang dipertentangkan dengan mereka yang memiliki pendidikan
teknologi formal, mengembangkan TPACK komprehensif dan mengintegrasikannya ke dalam kelas
EFL dengan cara yang signifikan dan interaktif. Temuan ini berkontribusi pada literatur tentang
kompetensi guru yang mengatakan bahwa guru dengan latar belakang konstruktivis (sosial) dan
perspektif mengembangkan praktik didaktik seperti pengajaran EFL sebagai proses pembelajaran
yang inovatif (Godwin-Jones, 2010). Pada latar belakang interaktif, guru tidak hanya menegaskan
kompetensi teknologi dari pendidikan formal yang diperoleh untuk berlatih mengajar di kelas
jaringan global tetapi juga membangun praktik dalam 'peregangan cetakan' (Collis &Gommer, 2001
di Selwyn, 2011) untuk pembelajaran siswa yang lebih baik. Dalam penelitian ini, pembelajaran
siswa yang lebih baik di EFL dalam konteks Eropa yang muncul berkaitan dengan pengajaran inovasi
dalam menangani keterampilan komunikatif bagi warga global (Byram, 2008), di mana guru EFL
Ceko dalam praktik fungsional pengajaran dengan ICT diwakili secara positif (Paneru, 2018).
Dari tiga artikel jurnal penelitian tentang TPACK di berbagai jenjang pendidikan, dapat disimpulkan
bahwa bagaimanapun juga implementasinya tergantung kepada pendidik. Konsekuensi logis dari
kesimpulan ini adalah dituntut pertanggungjawaban dari LPTK dan lembaga yang
bertanggungjawab terhadap Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) para pendidik.

Keuntungan dan Ketidak-untungan TPACK


Keuntungan adanya TPACK pada diri pendidik dapat diidentifikasi seperti berikut.
(1) Untuk proses pembelajaran secara umum, penguasaan TPACK pendidik akan menguntungkan
dalam hal (a) Menawarkan pendidik kerangka mental memvisualisasikan hubungan yang kompleks
antara domain yang berbeda dari pengetahuan mereka, (b) Strategi untuk merencanakan dan
menerapkan teknologi pendidikan dapat berfungsi sebagai alat yang memungkinkan analisis
pengetahuan pendidik dan untuk merencanakan pengembangan profesional di masa depan yang
dibutuhkan untuk penggunaan teknologi pendidikan yang optimal. Memungkinkan pendidik untuk
merancang dan menerapkan instruksi yang responsif terhadap kebutuhan peserta didik, (c) Dapat
memberikan pendidik suatu bahasa atau kosakata umum untuk berkomunikasi satu sama lain
tentang kegiatan yang berkaitan dengan integrasi teknologi, (d) Dapat berbagi lebih banyak ide
secara efektif dan membantu tim pendidik merencanakan peluang pengembangan profesional dan
membuat teknologi dan rencana pelajaran, (e) pendidik dapat mengembangkan TPACK dengan

Helda Kusuma Wardani| 44


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

menerapkan desain instruksional untuk integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar, dan (f)
Membuat belajar lebih efisien, efektif, dan melibatkan peserta didik.
(2) Untuk pembelajaran BATAMU, penguasaan TPACK dari pendidik akan mampu menciptakan
lingkungan pembelajaran inovatif yang berdampak pada optimalisasi keterlibatan peserta didik
dalam aktivitas pembelajaran yang menyenangkan. Pendidik juga dapat mempertimbangkan
keselarasan dan sinergitas antara 7 elemen TPACK sehingga memudahkan untuk mendesain,
melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran tatap muka. Untuk pembelajaran BATAMU,
pendidik dapat mewujudkan TPACK melalui perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP,
Deskripsi Konten Pembelajaran, Media Pembelajaran, LKPD, dan Instrumen Evaluasi. Pembelajaran
BATAMU merupakan pembelajaran sinkronus, sehingga keuntungan sinkronus yang dirancang
dengan kemampuan TPACK pendidik juga ada pada pembelajaran BATAMU. Keuntungan
pembelajaran BATAMU sinkronus meliputi (a) terjadinya dinamika dan dialog pembelajaran
bersosialisai, (b) terjadinya komunikasi dalam latar sosio budaya kontekstual, (c) kolaborasi antara
pendidik dengan peserta didik atau antar peserta didik yang diorganisasikan dan difasilitasi, dan (d)
memperbaiki luaran pembelajaran (Sistek-Chandler, 2020, p. 11).
(3) Untuk pola pembelajaran BARING sinkronus, penguasaan pendidik terhadap TPACK akan
memberikan keuntungan yang sama dengan pembelajaran BATAMU, sedangkan untuk yang
asinkronus keuntungannya (a) dapat memberikan kebebasan tempat, waktu, dan fleksibel, (b)
personalisasi dan independensi pembelajaran akan dirancang dengan baik, (c) mengurangi statis
sosial dengan studi mandiri yang menyenangkan, dan (d) memberikan kesempatan belajar secara
mendalam sesuai kecepatan dan kesempatan belajar peserta didik (Sistek-Chandler, 2020, p. 11)
(4) Untuk pola pembelajaran BATAMURING ataupun BATAMARING, penguasaan TPACK pendidik
dapat memadukan keuntungan dari pembelajaran BATAMU dan pembelajaran BARING sehingga
meningkatkan keuntungan yang lebih besar pada peserta didik.
Ketidakuntungan (disadvantages) kurang penguasaan pendidik terhadap TPACK secara umum akan
mengakibatkan ketidakefisienan, ketidakefektifan, ketidaknyamanan, ketidakpuasan serta tidak
terlayaninya kebutuhan belajar peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu, pengembangan diri
peserta didik menjadi pelaku belajar sepanjang hayat akan menjadi berkurang bahkan tidak ada.
Satuan pendidikan juga dirugikan dengan kurangnya pengetahuan TPACK pendidik, karena akan
menjadikannya tidak mampu beradaptasi secara inovatif dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
pembelajaran.

PENUTUP
Pembahasan tentang bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1) Konsepsi TPACK dalam pembelajaran merupakan penguasaan pengetahuan teknologi,
pengetahuan pedagogi, dan pengetahuan konten pada diri guru yang menjadi 3 (tiga) elemen utama
yang kemudian berinterseksi membentuk 4 (elemen) lain dari TPACK. Ketujuh elemen TPACK yang
terdiri dari TK, PK, CK, TPK, PCK,TCK, dan TPACK merupakan pengetahuan-pengetahuan yang
seharusnya dapat diwujudkan pendidik dalam proses pembelajaran.
(2) Dimensi waktu TPACK terdiri dari sebelum,selama, dan setelah pembelajaran dengan
realisasi implementasi TPACK pada setiap tindak pembelajaran yang dilaksanakan pendidik.
Sedangkan dimensi pemanfaatan TPACK mewujudkan adanya tiga pola pembelajaran utama yaitu
pola pembelajaran BATAMU, BARING, dan BATAMURING. Setiap pola akan menurunkan model,
strategi, dan teknik pembelajaran yang tergantung pada kemampuan penguasaan TPACK para
pendidik.

Helda Kusuma Wardani| 45


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

(3) Berdasarkan banyak riset yang dilakukan di berbagai jenjang pendidikan, penguasaan
TPACK pendidik dan/atau peserta didik dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
yang diselenggarakan sesuai pola pembelajaran, dapat terjadi variasi pendekatan, strategi, metode,
teknik, media dan model pembelajaran. TPACK masih dipandang secara ambigu oleh para peneliti,
ada menyatakan TPACK menyederhanakan keterhubungan 3 (tiga) elemen TK, PK, dan CK terutama
peneliti dari Australia, Asia, dan Eropa. Sedangkan dari benua lainnya masih memandang TPACK
sebagai pemikiran yang rumit dan memiliki kompleksitas tinggi.
(4) Keuntungan dan ketidakuntungan TPACK paling nampak dipengaruhi oleh penguasaan
pendidik dalam mengkombinasikan TK, PK, dan CK sehingga pengembangan kompetensi
berkelanjutan (PKB) pendidik diarahkan pada peningkatan penguasaan ketiga elemen ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan: TPACK mempunyai elemen-
elemen yang sudah dipelajari oleh pendidik sejak pendidikan prajabatan (S1) dan PPG maupun
pendidikan dalam jabatan PPG dan BIMTEK ataupun pelatihan lainnya, namun seringkali masih
terpisah dalam matakuliah atau mata pelatihan. Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan
TPACK para pendidik dan penerapannya dalam pembelajaran, maka dapat disarankan hal-hal
berikut. (1) Merancang matakuliah multidisipliner yang dapat mewadahi integrasi TK, PK, CK lebih
banyak pada kurikulum pendidikan prajabatan (level 6) dan pendidikan profesi guru (level 7) KKNI.
(2) Memperbanyak dan meningkatkan kualitas pembelajaran TPACK melalui latihan, refleksi, dan
tindak lanjut yang terbimbing secara massif dan terstruktur. (3) Stakeholder terutama LPTK
mengembangkan kelas model berbasis TPACK yang ideal di kampus dan pengadaan perangkat
teknologi tinggi untuk satuan pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Angeli, C., & Valanides, N. (2015). Technological Pedagogical Content Knowledge: Exploring,
Developing, and Assessing TPCK. New York: Springer.
Arends, R. I. (2012). Learning to Teach. New York: McGraw-Hill Education.
Dahlia, I., & Supriatna, U. (2021). PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ON LINE MASA
PANDEMI COVID-19. GENTA MULIA: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 170-180.
Darling-Hammond, L., Hyler, M. E., & Gardner, M. (2017). Effective Teacher Professional
Development. Palo Alto: Learning Policy Institute.
Deng, F., Chai, C. S., So, H.-J., Qian, Y., & Chen, L. (2017). Examining the validity of the technological
pedagogical content knowledge (TPACK) framework for preservice chemistry teachers.
Australasian Journal of Educational Technology, 1-14. https://doi.org/10.14742/ajet.3508.
Hunter, J. (2015). Integration and High Possibility Classrooms: Building from TPACK. New York:
Rotledge.
Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009). What is technological pedagogical content knowledge?
Contemporary Issues in Technology and Teacher Education, 60-70.
Martín-García, A. V. (2020). Blended Learning: Convergence between Technology and Pedagogy.
Cham: Springer Nature Switzerland AG.
Megawanti, P., Megawati, E., & Nurkhafifah, S. (2020). PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PJJ
PADA MASA PANDEMI COVID 19. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, 75-82.
Novianto, G. D., Herman, D. A., & Hadiapurwa, A. (2020). Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh bagi
Pendidik dan Peserta Didik di Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi
Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 98-111.

Helda Kusuma Wardani| 46


BASA Vol. 2 No. 1, Bulan 04 Tahun 2022 • ISSN 2797-8524 • e-ISSN 2797-0663

OECD. (2017). The OECD Handbook for Innovative Learning Environments. Paris : OECD Publishing,
http://dx.doi.org/9789264277274-en.
Presiden Republik Indonesia. (2005, Desember 30). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta, DKI Jakarta,
Republik Indonesia: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Rahimi, M., & Pourshahbaz, S. (2019). English as a Foreign Language Teachers’TPACK: Emerging
Research and Opportunities. Hershey PA: IGI Global.
Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations (Fifth Edition). New York: Free Press.
Rusman, D. M., Kurniawan, D. D., & Riyana, C. M. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Depok: Rajawali Pers.
Sistek-Chandler, C. M. (2020). Exploring Online Learning Through Synchronous and Asynchronous
Instructional Methods. Hershey PA: IGI Global.
Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russell, J. D. (2014). Instructional Technology and Media for
Learning. Harlow: Pearson Education Limited.Chomsky. (2015). An Interview on Linguistic
Variation with Noam Chomsky. Issogloss: A journal on Variation of Romance nad Liberian
Languages, 1 (1).

Helda Kusuma Wardani| 47

Anda mungkin juga menyukai