Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA PENELITIAN

NAMA : Wiwit Septiana


NIM 2021030463

TEMA PENELITIAN : Hubungan Strategi Koping dengan Tingkat Stres Ibu terhadap
Penerimaan Anak Autisme Di SLB Alasmalang

Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan
permasalahan yang akan diteliti, tujuan umum, tujuan khusus, dan urgensi penelitian.
LATAR BELAKANG
Lazarus & Folkman (1984) dalam Abdul Nasir & Abdul Muhith, Abdul (2011) 1, strategi
koping dibagi menjadi dua, yaitu problem focused coping dan emotional-focused coping.
Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah bertindak secara
langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi relevan dengan solusi. Koping yang
berfokus pada emosi (emotional-focused coping) adalah upaya untuk mengurangi berbagai
reaksi emosional negatif terhadap stres.
Stres yang dialami ibu tersebut terjadi akibat cara pengasuhan ibu terhadap anak autisme yang
tidak benar dan tepat. Apabila seorang ibu yang memiliki mekanisme koping yang negatif kepada
anaknya yang menyadang autis maka anak tersebut akan kurang kasih sayang dan perhatian
seorang ibu. Karena ibu adalah figur terdekat pada anak yang memberikan pengasuhan terhadap
dirinya. Hal ini sesuai dengan model stres pengasuhan yang dikemukaan oleh Abidin (Phelps et
al.,2009cit Fina Hidayati, 2013) bahwa stres akan mendorong orang tua dalam pengasuhan anak
yang tidak tepat dan benar. Jika ibu tidak mendapatkan edukasi yang bermanfaat maka stres ibu
akan memperburuk hubungan ibu-anak, terutama pada anak dengan gangguan perilaku
(Pouretemad et al., 2009cit Fina Hidayati, 2013).
Sedangkan sebagian besar ibu menggunakan koping yang berfokus pada masalah (problem
focused coping) bentuk-bentuk usaha atau cara yang dilakukan ibu yang memiliki anak autisme
antara lain: berusaha mencari informasi tentang bagaimana cara menangani anak, bagaimana cara
penyembuhan untuk anak, dan juga pendidikan yang bagaimana yang cocok untuk anak. Selain itu
ibu juga berusaha mencari tempat terapi dan juga sekolah khusus untuk anak, serta memberikan
pengertian tentang keadaan anak mereka pada masyarakat dengan baik (Desi, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, semua pilihan tersebut tergantung pada strategi koping orang
tua, kemampuan untuk berubah dan ketrampilan yang dimiliki oleh orang tua untuk
mempertahankan keseimbangan hidup. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Strategi Koping dengan Tingkat Stres Ibu terhadap Penerimaan Anak
Autisme”.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti dan dapat dibuat dalam bentuk bagan atau tabel. Sumber
pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada
jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10
tahun terakhir.

TINJAUAN PUSTAKA

Anak merupakan anugerah berharga yang diberikan Allah SWT kepada setiap orang tua.
Memiliki anak yang sehat dan sempurna merupakan harapan yang sangat dinantikan oleh orang
tua, karena anak dapat menjadikan sebuah hubungan keluarga menjadi harmonis dan bahagia.
Pada kebanyakan orang tua mereka selalu berharap, bahwa Allah mentakdirkan mereka untuk
mendapatkan anak yang sempurna baik secara fisik maupun secara psikis. Namun, tidak semua
anak dilahirkan dan tumbuh dalam keadaan normal. Salah satu dari anak yang memiliki
kekurangan atau keterbelakangan mental adalah autisme.
Orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan anak autisme. Marijani (2003)
dalam Rahmawati (2012) menyatakan bahwa peran serta orang tua dalam memberikan
penanganan kepada anak autisme secara cepat, tepat, terarah dan sedini mungkin dapat
memberikan kesempatan yang besar kepada anak agar dapat hidup mandiri. Menurut Cohen &
Volkman (dalam Sembiring, 2010), ibu merupakan sosok yang banyak terlibat sehari-hari
dalam pengasuhan anak dibandingkan ayah berperan sebagai pencari nafkah utama sehingga
mereka tidak terlalu terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari maka ibu dipandang sebagai
sosok yang paling dekat dengan anak.
Menurut Handoyo (2003), anak autisme memiliki kecenderungan untuk berperilaku
berlebihan ataupun berkekurangan, berbeda untuk masing-masing anak. Perilaku berlebihan
antara lain perilaku melukai diri sendiri (self abuse), seperti memukul, menggigit, dan
mencubit, dan tantrum, seperti perilaku menjerit, menangis, dan melompat-lompat. Perilaku
berkekurangan ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, defisit sensoris
sehingga terkadang anak dianggap tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat
misalnya tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab, dan melamun. Perilaku ini menyebabkan
ibu yang memiliki anak autisme harus ekstra 24 jam mengawasi anaknya. Hambatan
komunikasi yang dialami anak mengakibatkan ibu semakin frustasi karena tidak dapat
memahami keinginan anak.
Boyd, dkk., (dalam Burrows, 2010) menyebutkan bahwa ibu yang memiliki anak autisme
membutuhkan usaha untuk mengatasi permasalahan yang sering muncul ketika menghadapi
perilaku anaknya jika ingin terhindar dari stres. Bristol & Schopler, Holroyd &McArthur, dan
Dumas, dkk., (dalam Davis, dkk., 2008; Plumb, 2011) mengemukakan bahwa tingkat resiko
depresi, stres, dan kecemasan ibu yang memiliki anak autisme lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang memiliki anak dengan gangguan perkembangan yang lainnya seperti down
syndrome dan retardasi mental. Stres adalah segala peristiwa atau kejadian baik berupa
tuntutan-tuntutan internal (fisiologis atau psikologis) yang menuntut, membebani, atau
melebihi kapasitas sumber daya adaptif individu.
Kondisi inilah yang dapat menyebabkan stres bagi ibu yang mempunyai anak autisme
sehingga memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk beradaptasi dengan masalah-masalah
yang muncul. Terdapat apa yang dinamakan dengan strategi koping, atau cara seorang manusia
dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam membantu ibu-ibu tersebut menghadapi
permasalahan dan stres-nya. Coping strategy tentu berbeda-beda setiap orangnya, perbedaan
strategi koping ini dikarenakan perbedaan kondisi seseorang, dukungan sosial, lingkungan
sekitar maupun faktor lainnya. Ibu dengan mekanisme koping yang negatif dalam menghadapi
anak autisme cenderung menunjukkan kurangnya kasih sayang dan perhatian kepada anaknya.
Padahal, ibu adalah figure terdekat anak yang memberikan pengasuhan terhadap dirinya.
Strategi koping berkaitan erat dengan munculnya stres pada ibu dengan anak autisme.
Menurut Lazarus & Folkman dalam Rahmania (2015) 2, metode koping dibagi atas dua
model, yaitu koping yang berfokus pada permasalahan (problem-focused coping) dan koping
yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping). Bila individu merasa mampu menghadapi
dan mengatasi situasi, maka ia cenderung menggunakan problem-focused coping, yaitu
penyelesaian pada pokok permasalahan. Bila individu merasa tidak mampu mengatasi masalah,
maka ia cenderung menggunakan emotion-focused coping, yaitu mengatur respon emosi
terhadap stres.

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600
kata. Bagian ini dilengkapi dengan tahapan kerja penelitian yang menggambarkan apa
yang akan dikerjakan selama penelitian. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh
dengan penahapan yang jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan
indikator capaian yang ditargetkan, kemudian tambahkan juga tabel definisi operasional
dari variable yang diteliti.

METODE PENELITIAN
Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama
proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan penguji hipotesis atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam
penelitian (Sugiyono, 2010).
Berdasarkan masala dan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti, maka penelitian ini
adalah penelitian non eksperimental dan menggunakan rancangan penelitian korelasional
(hubungan atau korelasi) dengan bentuk cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekalgus suatu saat (Notoatmojo, 2005).
Keuntungan penelitian ini diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel
dependen) dihubungkan dengan variabel penyebab (variabel independen) yang dinilai hanya
satu kali saja dan kelemahan penelitian ini tidak semua subjek penelitian di observasi pada hari

atau waktu yang sama (Nursalam. 2008) 3.


DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan
pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam
Daftar Pustaka

1. Abdul, Muhith., Abdul, Nasir. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
2. Lazarus RS, Folkman S. (2015). Stress, Appraisal, and Coping. New York (US): Springer.
3. Nursalam. (2008). Metodelogi Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai