ABSTRACT
Kasus Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia dan penambahan kasus baru Covid-19
perlu diwaspadai yang terjadi di lingkungan kerja. Penularan banyak terjadi di lingkungan kerja
yang orang-orangnya kurang disiplin dalam menjaga jarak atau memakai masker. Penggunaan
APD yang rendah yaitu 90% dibandingkan negara Asia lainnya membuat kecelakaan kerja di
Indonesia masih tergolong tinggi. Perilaku penggunaan APD masih rendah dikalangan pekerja.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah perilaku penggunaan APD dimasa
new normal COPID-19 pada pekerja penyapu jalan. Jenis penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Pemilihan informan pada penelitian kali ini mengacu pada prinsip
kesesuaian (appropriateness) dan prinsip kecukupan (adequacy), antara lain 3 orang mandor dan
3 orang pekerja penyapu jalan dengan usia antara empat puluh tahun dan telah bekerja diatas
lima tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa APD dimasa new normal yang paling banyak digunakan
adalah masker dan sarung tangan, serta penutup kepala. APD yang jarang digunakan adalah
sepatu dan wearpack. APD yang tidak pernah digunakan sama sekali adalah kacamata
pelindung. Faktor yang menyebabkan pekerja penyapu jalan tidak menggunakan alat pelindung
diri (APD) adalah Faktor Predisposisi (Presdisposing Factors) yaitu sikap pekerja, factor
pendukung (Enabling Factors) ketersediaan APD, dan factor penguat (Reinforcing Factor)
pengawasan oleh mandor.
Disarankan kepada para pekerja penyapu jalan di Kota Medan agar bersikap peduli terhadap
penggunaan APD di era new normal copid-19 dan Bagi Dinas Kebersihan agar melakukan
penyediaan APD yang mencukupi serta meningkatkan pengawasan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sabagai berikut: Bagaimanakah perilaku penggunaan APD dimasa new normal
copid-19 pada pekerja penyapu jalan
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perilaku penggunaan APD dimasa new
normal copid-19 pada pekerja penyapu jalan
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah:
1. Memberikan bagi pekerja penyapu jalan tentang penggunaan APD khususnya pada
masa new normal Copid-19 yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pekerja
tentang pentingnya penggunaan APD untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit
maupun kecelakaan kerja.
2. Memberikan masukan kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan sebagai
leeding sector sebagai upaya pengendalian resiko terjadinya penyakit akibat kerja pada
pekerja.
3. Menambah informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan .
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan maksud
untuk mendapatkan gambaran perilaku penggunaan APD dimasa new normal COPID-19 pada
pekerja penyapu jalan . Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. berdasarkan pendapat Sugiyono
(2012), dan Poerwandari (2013), menyatakan bahwa pengambilan partisipan berdasarkan teori dipilih
dengan kriteria tertentu. Pemilihan informan pada penelitian ini mengacu pada 2 prinsip, yaitu
prinsip kesesuaian (appropriateness) dimana informan memiliki pengetahuan dan terlibat
langsung dalam pekerjaan tersebut, dan juga prinsip kecukupan (adequacy) dimana jumlah
informan ditentukan sesuai dengan kecukupan informasi yang diperoleh peneliti. Oleh karena tu
informan yang dipilih yaitu tiga orang mandor dan 3 orang pekerja.
Karakteristik Informan
Adapun gambaran karakteristik yang menjadi informan pada penelitian ini adalah:
Tabel 1
Karakteristik Informan
Informan Usia (tahun) Jabatan Masa Kerja (tahun)
1.MIS 35 tahun Pekerja penyapu jalan 7 tahun
2.MAY 47 tahun Pekerja penyapu jalan 8 tahun
3. RB 27 tahun Pekerja penyapu jalan 6 tahun
4.BA 45 tahun Mandor 10 tahun
5PET 48 tahun Mandor 9 tahun
6 TIM 30 tahun Mandor 8 tahun
Dari tabel di atas diketahui informan pada penelitian ini berjumlah Enam orang yaitu tiga
orang pekerja penyapu jalan dan 3 orang mandor lapangan. Informan dengan usia diatas 40
tahun berjumlah tiga orang dan tiga orang berusia dibawah 40 tahun. Seluruh informan sudah
bekerja diatas lima tahun.
Pengetahuan informan tentang penggunaan alat pelindung diri yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana informan memahami maksud dan tujuan pemakaian APD.
“Alat pelindung diri itu kan untuk melindungi ya itu tadi lah masker, sarung tangan, topi,
sepatu.kalau sebelum copid jaranglah pakai masker kalau sekarang ya wajib lah”
(informan nomor 1).
”Alat untuk menjaga diri kita supaya gak terkena masalah. Tujuannya untuk melindungi
semuanya (seluruh anggota tubuh) saat bekerja.Cuma kalau yang wajib itu masker kalau
masa copid ini” (informan nomor 2).
“pakai ini lah sarung tangan, biar supaya gak kena benda tajan kayak tusuk sate,,kaca.
Tujuan nya untuk melindungi diri. Masa copid pakai masker gitu.” (informan nomor 3)
“ Bagaimana melindungi kita saat bekerja. Jika terjadi kecelakaan kita dilindungi oleh
alat pelindung itu. Tujuannya supaya selamatlah gitu” (informan nomor 4).
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa seluruh informan telah
mengetahui pengertian mengenai Alat Pelindung Diri (APD) dan juga arti penting tujuan
penggunaannya. Hal ini membuktikan bahwa faktor predisposisi berupa penegtahuan informan
cukup baik artinya pengetahuan bukan termasuk faktor yang peneunjang dalam pemnggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) pada penyapu jalan.
“Itulah semua tadi tu. Masker, sepatu, sapu. Kalau untuk melati, baju dinas, sarung
tangan. Kalau jatah nya setahun sekali. Kalau keluhan ya rusak paksa beli sendiri lah,
ya tergantung anggaran juga, ya anggarannya setahun sekali ya orang tu mau bilang
apa.” (informan nomor 1).
“Pemberian setiap tahun ada baju, masker, jilbab, topi, sepatu.” (informan nomor 2).
“Sarung tangan, masker, sepatu, kerudung sama baju (setahun sekali).” (informan nomor
3).
“Belum ada tahun ini, tahun lalu sarung tangan sama topi, kalau sepatu gak tiap tahun
diberikan.” (informan nomor 4).
“APD Semua disediakan Cuma masker seringlah kami beli kadang ada juga yang ngasi-
ngasi pada waktu copid ini, sapu, troli, semualah, masker, sarung tangan, baju jarang
pakai, tidak cukup kalau mau beli kan mahal mana ada duit.” (informan nomor 5).
“Dinas kebersihan menyediakan sarung tangan, topi, maskre, baju kerja, sepatu setiap
tahun sekali kami dapat,, Manalah cukup. Dikasi sapu 20 buah setahun sekali.”
(informan nomor 6)
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa APD yang disediakan oleh kantor (Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan) tidak mencukupi karena setahun sekali berupa topi,
sarung tangan, kerudung, masker dan sepatu. Pekerja merasa APD membuat tidak nyaman
bekerja dan sering lupa untuk menggunakannya karena tidak terbiasa. Pada saat copid masker
sering dipakai hal ini karena mereka takut penyakit. APD disediakan hanya setahun sekali, dan
apabila rusak maka menjadi tanggung jawab pribadi pekerja.
Jaminan sosial. Informan ditanya tentang jaminan sosial yang diberikan.
Perilaku Penggunaan APD Dimasa New Normal Pada Pekerja Penyapu Jalan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penggunaan APD dimasa new normal
yang dilakukan oleh pekerja penyapu jalan selama bekerja adalah yang paling banyak
menggunakan dan paling sering digunakan adalah masker dan sarung tangan, serta penutup
kepala meskipun ini tidak setiap melaksanakan pekerjaan. APD yang jarang digunakan adalah
sepatu dan wearpack. Alasan pekerja jarang menggunakan ini karena ketersediaan yang
diberikan tidak setiap tahun, jika rusak sebagian besar pekerja tidak membelinya lagi dengan
alasan tidak punya uang, harganya mahal. APD yang tidak pernah digunakan sama sekali adalah
kacamata pelindung, alasan tidak digunakan karena APD ini tidak diberikan dari Dinas dan
kepercayaan diri kurang karena dianggap bergaya-gaya.
Penggunaan APD sangat penting sekali untuk mencegah gangguan kesehatan yang
diakibatkan lingkungan kerja terlebih lagi dimasa pandemic ini. menurut Meita (2012) di
Semarang, Restika (2014) di Surabaya, Safitri (2015) di Pontianak, Imbar (2019) di Manado, ditemukan
bahwa pekerja penyapu jalan telah mengalami gangguan fungsi paru, sesak nafas, batuk, bersin dan
musculoskeletal.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perilaku penggunaan APD dimasa new normal COPID-19 pada
pekerja penyapu jalan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. APD dimasa new normal yang paling banyak digunakan adalah masker dan sarung tangan,
serta penutup kepala. APD yang jarang digunakan adalah sepatu dan wearpack. APD yang
tidak pernah digunakan sama sekali adalah kacamata pelindung
2. Faktor yang menyebabkan pekerja penyapu jalan tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD) adalah faktor sikap, faktor ketersediaan APD, dan faktor pengawasan oleh mandor.
3. Faktor sikap menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan karena alasan
ribet (susah), malas karena tidak terbiasa atau tidak merasa nyaman menggunakannya saat
bekerja serta faktor pengawasan oleh mandor.
Saran
Adapun saran yang sesuai berdasarkan hasil penelitian ini, sebagai berikut:
1. Disarankan kepada para pekerja penyapu jalan di Kota Medan agar bersikap lebih peduli
terkait K3 dalam mencegah bahaya lingkungan kerja di era new normal copid-19 dengan
patuh menggunakan APD.
2. Kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan agar menyediakan APD yang
lengkap dengan kuantitas yang mencukupi kepada pekerja penyapu jalan.
3. Kepada pengawas atau mandor agar lebih mengawasi pekerja penyapu jalan terkait
penggunaan APD dengan inspeksi rutin terkait pemakaian APD.
Daftar Pustaka
Annisa Rizka, Manullang Hengki Frengki, Simanjuntak Yessi Octavia (2020) Determinan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerja Pt. X Proyek
Pembangunan Tahun 2019. Jurnal Penelitian Kesmasy.
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKSY
Imbar,B,G. Suoth,L,F & Asrifuddin, A. (2019). Hubungan antara posisi kerja dan usia dengan keluhan
musculoskeletal pada pekerja penyapu jalan di kecamatan Wenang Kota Manado. Medical
Scope Journal (MSJ). 2019;1(1): 31-35 Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/msj/article/view/26635/26263
International Labour Organization (ILO). (2012). Fire Risk Management, ILO, Geneva. Diakses
dari: http://www.ilo.org/wcmsp5/-groups/public/--- ed_protect/---
protrav/safework/documents/publication/wcms_194781.pdf
Kabir A., Nadia, F., Farzana, A., Shahana, J., & Ahsan, A. (2015). Sweeping practices, perception and
knowledge about occupational safety and health hazard of street sweepers in Dhaka City,
Bhangladesh: aquality inguiry (online journal). doi: 10.18203/2394.20150476 Retrieved from
http : //imsear.li.mahidol.ac.th//bitstream.pdf
Kompas.com (2020). Judul: 81.668 Kasus Covid-19 di Indonesia dan Tingginya Penularan di
Tempat Kerja. https://nasional.kompas.com/read/2020/07/17/06350121/81668-kasus-covid-
19-di-indonesia-dan-tingginya-penularan-di-tempat-kerja?page=all.
Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan aplikasi kesehatan kerja (Pertama ed.). Jakarta: UI Press.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Diakses dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=downloa /pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf
Khumaidah. (2009). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru
pada pekerja mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Jepara (Tesis, Universitas Diponegoro). Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/25008/
Maharani Dian Putri dan Wahyuningsih Anik Setyo (2017) Pengetahuan, Sikap, Kebijakan K3
Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Bagian Ring Spinning Unit 1. Jurnal of
Health Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Mahendra Radita, Kurniawan Bina, Suroto (2015) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerjaan Ketinggian Di Pt. X.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-
3346) Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jkm
Marliani, R. (2015). Psikologi industri & organisasi. Bandung: CV. Pustaka setia.
Meita, A.C. (2012). Hubungan paparan debu dengan kapasitas vital paru pada pekerja penyapu pasar
johar kota semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2), 654 - 662. Diakses dari
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Author links open overlay panel volume 152
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S019188691930501X
Poerwandari. (2013). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok LPSP3 UI.
Raodhah Sitti dan Gemely Delfani (2014) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Karyawan Bagian Packer PT Semen Bosowa Maros Tahun 2014. Al-Sihah :
Public Health Science Journal. ournal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/view/1967
Restika, M, A. (2014). Analisis human reliability penyapu jalan Surabaya. Sharing artikel, hasil riset,
produk dan video; Aplikasi ergonomi. Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja –
ITShttps://aplikasiergonomi.wordpress.com/2014/06/20/analisis-human-reliability-penyapu-
jalan-surabaya/
Ruhyandi & Evi, C. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan
penggunaan apd pada karyawan bagian press shop di PT. Almasindo II Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2008. Jurnal Publikasi Stikes A. Yani, 2(1).
Rijanto, B. (2010). Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) industri
konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Righdahl (2013) L. H. (Ed.). (2013). Guide to safety analysis for accident prevention. Stockholm, Sweden
Safitri,N., Purnomo, A., Sunarsieh,S. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA
Pada Pekerja Penyapu Jalan Di Kota Pontianak: Sanitarian jurnal kesehatan, vol 7 no
1.http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/SJK/index
Salmah, U., & Lubis, S. N. (2017). Identifikasi bahaya dan peta bahaya kerja pada penyapu jalan di Kota
Medan. Indonesia Journal of Public Health MKMI Makassar, 13 0216-2482, eISSN 2356-4067.
Soedirman & Suma’mur, P. K. (2014). Kesehatan kerja dalam perspektif hiperkes dan keselamatan kerja.
Magelang: Erlangga.
Yulita, B. Widjasena, S. & Jayanti. (2019). Faktor yang berhubungan dengan disiplin penggunaan
alat pelindung diri pada penyapu jalan di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 7(1), 330 – 336.