Anda di halaman 1dari 12

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Dimasa New Normal COPID-19

Pada Pekerja Penyapu Jalan

Umi Salmah1, Harmein Nasution2, Gerry Silaban3, Etti Sudaryati4


1
Doctoral Program Student of Public Health Faculty
1.3.4
, Lecturer of Public Health Faculty
2
Lecturer of Industrial Engineering Faculty
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
Email: umisalmah@usu.ac.id

ABSTRACT
Kasus Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia dan penambahan kasus baru Covid-19
perlu diwaspadai yang terjadi di lingkungan kerja. Penularan banyak terjadi di lingkungan kerja
yang orang-orangnya kurang disiplin dalam menjaga jarak atau memakai masker. Penggunaan
APD yang rendah yaitu 90% dibandingkan negara Asia lainnya membuat kecelakaan kerja di
Indonesia masih tergolong tinggi. Perilaku penggunaan APD masih rendah dikalangan pekerja.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah perilaku penggunaan APD dimasa
new normal COPID-19 pada pekerja penyapu jalan. Jenis penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Pemilihan informan pada penelitian kali ini mengacu pada prinsip
kesesuaian (appropriateness) dan prinsip kecukupan (adequacy), antara lain 3 orang mandor dan
3 orang pekerja penyapu jalan dengan usia antara empat puluh tahun dan telah bekerja diatas
lima tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa APD dimasa new normal yang paling banyak digunakan
adalah masker dan sarung tangan, serta penutup kepala. APD yang jarang digunakan adalah
sepatu dan wearpack. APD yang tidak pernah digunakan sama sekali adalah kacamata
pelindung. Faktor yang menyebabkan pekerja penyapu jalan tidak menggunakan alat pelindung
diri (APD) adalah Faktor Predisposisi (Presdisposing Factors) yaitu sikap pekerja, factor
pendukung (Enabling Factors) ketersediaan APD, dan factor penguat (Reinforcing Factor)
pengawasan oleh mandor.
Disarankan kepada para pekerja penyapu jalan di Kota Medan agar bersikap peduli terhadap
penggunaan APD di era new normal copid-19 dan Bagi Dinas Kebersihan agar melakukan
penyediaan APD yang mencukupi serta meningkatkan pengawasan.

Keywords: Personal protective equipment , road sweeper, new normal,copid-19


Pendahuluan

Menurut kompas.com (2020) 81.668 Kasus Corona Virus Disease (Covid-19) di


Indonesia dan penambahan kasus baru Covid-19 perlu diwaspadai yang terjadi di lingkungan
kerja. Penularan banyak terjadi di lingkungan kerja yang orang-orangnya kurang disiplin dalam
menjaga jarak atau memakai masker. Kewajiban memakai alat pelindung diri (APD) seperti
masker sebelum terjadinya copid-19 telah menjadi menjadi suatu keharusan bagi pekerja ketika
berada di lingkungan kerja yang berdebu. Masker merupakan APD wajib digunakan pada
lingkungan kerja yang berdebu agar terhindar dari masalah yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan. Menggunakan masker oleh pekerja industri yang udara di tempat kerjanya banyak
mengandung debu merupakan upaya untuk mengurangi masuknya partikel debu kedalam
saluran pernapasan. Dengan memakai masker diharapkan pekerja terlindungi dari kemungkinan
terjadinya gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh terpapar udara dengan konsentrasi debu
yang tinggi. Kebiasaan menggunakan masker yang baik dan jenis masker yang tepat merupakan
cara “aman” bagi pekerja yang berada di lingkungan kerja berdebu untuk melindungi kesehatan
(Khumaidah, 2009).
Berdasarkan data kemenkes 2016 penduduk yang bekerja di Indonesia, 26,74%
mengalami gangguan kesehatan. Indonesia termasuk prilaku penggunaan APD masih rendah
dibandingkan negara-negara Asia lainnya, dan perilaku tidak menggunakan APD merupakan
penyebab kecelakaan kerja ditempat kerja. Menurut ILO sekitar 300.000 kematian terjadi dari
250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian akibat hubungan pekerjaan, dimana
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.
Ruhyandi dan Candra (2008) menyatakan bahwa sebanyak 80-85% kecelakaan kerja tersebut
diakibatkan kelalaian atau kesadaran perilaku pengunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang masih
rendah .
Penting untuk diwaspadai terjadinya peningkatan masalah kesehatan ditempat kerja sejak
terjadinya wabah copid -19. Untuk mencegah hal tersebut pihak manajemen sangat penting
menerapakan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ditempat kerja. K3 merupakan
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin kebutuhan dan kesempatan baik jasmani maupun
rohani. Penerapan K3 di lingkungan kerja di harapkan dapat memberikan pekerja kondisi yang
nyaman dan aman. Menurut Sucipto (2014) pekerjaan dinyatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan aman.
Menurut Kurniawidjaja (2010), dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja pada mulanya
berkembang dari kesadaran bahwa bekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau
penyakit akibat kerja yang memerlukan upaya pencegahan. Salah satu upaya pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Hakekat K3 merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya
pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, serta melindungi
tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya
kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan kerja.
Menurut Soedirman dan Suma’mur (2014) dapat disimpulkan banwa kesehatan kerja diartikan
sebagai ilmu kesehatan dan penerapan yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif
dalam bekerja, yang berada dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban
kerja, dan keadaan lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut Rijanto (2010), Ringdahl (2013), Sucipto (2014),
Marliani (2015), Sedarmayanti (2016) dapat disimpulkan bahwa K3 merupakan upaya mencegah
dan memperkecil terjadinya resiko bahaya bagi pekerja yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi dan efisiensi perusahaan serta mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif, tentram
dalam bekerja yang berada dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja
dan keadaan lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja.
Kebersihan lingkungan menjadi salah satu faktor utama demi berlangsungnya hidup yang
bersih, sehat, dan nyaman demi terhindar dari berbagai macam penyakit sangat diinginkan oleh
setiap orang. Dalam menjaga kebersihan lingkungan hidup tidak hanya diri kita sendiri, tetapi
juga masyarakat, dan pemerintah. Dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu kota, kebersihan
merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu kota. Kota yang bersih
melambangkan keseriusan pemerintah daerah tersebut dalam menjaga dan memelihara
kebersihan serta kenyamanan kota tersebut. Banyak pekerja yang menggantungkan hidupnya
pada profesi ini seperti menjadi pekerja penyapu jalan.
Berdasarkan hasil survei awal di lapangan pekerja penyapu jalan di Kota Medan
diketahui risiko kerja yang dihadapi di antaranya resiko keamanan dan gangguan kesehatan di
buktikan dengan sebagian pekerja pernah mendapatkan kecelakaan kerja berupa disenggol
kendaraan bermotor, tertusuk benda tajam seperti lidi bekas makanan, paku, jarum dan kaca.
Pekerja masih banyak yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap hanya
menggunakan masker di saat tertentu tetapi tidak memakai APD yang lain seperti sarung tangan
dan baju lengan panjang. Penggunaan APD yang lengkap dirasa sangat sulit dan tidak merasa
nyaman sehingga mereka hanya menggunakan APD yang mudah mereka gunakan. Hasil survey
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Salmah (2017), dapat disimpulkan bahwa pada pekerja
penyapu jalan di temukan sepuluh sumber potensi bahaya meliputi empat sumber bahaya fisik;
satu sumber bahaya Biologi; satu sumber bahaya kimia; dua sumber bahaya fisiologis dan dua
bahaya keselamatan. Hasil analisis risiko di temukan enam aktifitas kategori rendah (60%), dua
risiko kategori menengah (20%), satu risiko kategori tinggi (10%) dan satu risiko kategori
ekstrim (10%).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sabagai berikut: Bagaimanakah perilaku penggunaan APD dimasa new normal
copid-19 pada pekerja penyapu jalan

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui perilaku penggunaan APD dimasa new
normal copid-19 pada pekerja penyapu jalan
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah:
1. Memberikan bagi pekerja penyapu jalan tentang penggunaan APD khususnya pada
masa new normal Copid-19 yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pekerja
tentang pentingnya penggunaan APD untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit
maupun kecelakaan kerja.
2. Memberikan masukan kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan sebagai
leeding sector sebagai upaya pengendalian resiko terjadinya penyakit akibat kerja pada
pekerja.
3. Menambah informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan .

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan maksud
untuk mendapatkan gambaran perilaku penggunaan APD dimasa new normal COPID-19 pada
pekerja penyapu jalan . Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. berdasarkan pendapat Sugiyono
(2012), dan Poerwandari (2013), menyatakan bahwa pengambilan partisipan berdasarkan teori dipilih
dengan kriteria tertentu. Pemilihan informan pada penelitian ini mengacu pada 2 prinsip, yaitu
prinsip kesesuaian (appropriateness) dimana informan memiliki pengetahuan dan terlibat
langsung dalam pekerjaan tersebut, dan juga prinsip kecukupan (adequacy) dimana jumlah
informan ditentukan sesuai dengan kecukupan informasi yang diperoleh peneliti. Oleh karena tu
informan yang dipilih yaitu tiga orang mandor dan 3 orang pekerja.

Hasil dan Pembahasan


Gambaran umum. Unit kerja pengelolaan kebersihan Kota Medan pertama sekali berbentuk
Subdis Kebersihan di bawah naungan Dinas Pekerjaan Umum Kodati II Medan. Dinas
kebersihan Kota Medan mempekerjakan penyapu jalan yang bertugas menyelesaikan persoalan
sampah. Dinas ini membentuk suatu tim kebersihan dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih,
sehat dan indah.
Jalan yang dilakukan penyapuan adalah badan jalan, trotoar pada jalan protokol dan jalan
penghubung dengan frekuensi penyapuan melalui tiga alih kerja.
Alih kerja 1, dilakukan pada pagi hari pada jam 05.³° sampai dengan jam 09.³° wib dengan area
penyapuan jalan protokol dan jalan penghubung.
Alih kerja 2, dilakukan pada siang hari pada jam 10.³° sampai dengan jam 12.³° wib dengan
area penyapuan jalan protokol dan jalan penghubung.kemudian melanjutkan penyapuan pada
jalan yang telah dilakukan pada alih kerja 1.
Alih kerja 3, dilakukan pada sore hari dari jam 15.³° sampai dengan 20.°° wib yang mengulangi
penyapuan pada alih kerja 1 dan 2.
Pekerja penyapu jalan berstatus Tenaga Kerja Harian Lepas pada Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Medan. Seorang penyapu jalan diberikan tanggung jawab sebagai beban kerja
untuk membersihkan jalan sepanjang ±2500 meter/hari, yaitu pada sisi kanan dan sisi kiri jalan

Karakteristik Informan
Adapun gambaran karakteristik yang menjadi informan pada penelitian ini adalah:
Tabel 1
Karakteristik Informan
Informan Usia (tahun) Jabatan Masa Kerja (tahun)
1.MIS 35 tahun Pekerja penyapu jalan 7 tahun
2.MAY 47 tahun Pekerja penyapu jalan 8 tahun
3. RB 27 tahun Pekerja penyapu jalan 6 tahun
4.BA 45 tahun Mandor 10 tahun
5PET 48 tahun Mandor 9 tahun
6 TIM 30 tahun Mandor 8 tahun
Dari tabel di atas diketahui informan pada penelitian ini berjumlah Enam orang yaitu tiga
orang pekerja penyapu jalan dan 3 orang mandor lapangan. Informan dengan usia diatas 40
tahun berjumlah tiga orang dan tiga orang berusia dibawah 40 tahun. Seluruh informan sudah
bekerja diatas lima tahun.

Faktor Predisposisi (Presdisposing Factors)

Pengetahuan informan tentang penggunaan alat pelindung diri yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana informan memahami maksud dan tujuan pemakaian APD.
“Alat pelindung diri itu kan untuk melindungi ya itu tadi lah masker, sarung tangan, topi,
sepatu.kalau sebelum copid jaranglah pakai masker kalau sekarang ya wajib lah”
(informan nomor 1).
”Alat untuk menjaga diri kita supaya gak terkena masalah. Tujuannya untuk melindungi
semuanya (seluruh anggota tubuh) saat bekerja.Cuma kalau yang wajib itu masker kalau
masa copid ini” (informan nomor 2).
“pakai ini lah sarung tangan, biar supaya gak kena benda tajan kayak tusuk sate,,kaca.
Tujuan nya untuk melindungi diri. Masa copid pakai masker gitu.” (informan nomor 3)
“ Bagaimana melindungi kita saat bekerja. Jika terjadi kecelakaan kita dilindungi oleh
alat pelindung itu. Tujuannya supaya selamatlah gitu” (informan nomor 4).
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa seluruh informan telah
mengetahui pengertian mengenai Alat Pelindung Diri (APD) dan juga arti penting tujuan
penggunaannya. Hal ini membuktikan bahwa faktor predisposisi berupa penegtahuan informan
cukup baik artinya pengetahuan bukan termasuk faktor yang peneunjang dalam pemnggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) pada penyapu jalan.

Sikap. Sikap pekerja tentang penggunaan alat pelindung diri.


“kalau kita bekerja disuruh pakai masker, apalagi ini masa- masa copid takut juga.
Selain itu pakai topi, sarung tangan, sepatu, baju, kan gitu. Kalo masker kadang gak
tahan napas… kalau kacamata saya enggak mau pakai nanti dibilangin apa pula. “.
(informan nomor 1)
“cuman masker, sarung tangan sama sepatu biasa aja. Kadang-kadang kalau pake APD
susah Cuma saat copid ini pakailah sekali- sekali.Kacamata enggak ada dikasi.”
(informan nomor 2).
“Cuman sarung tangan, tutup mulut (masker) sama sepatu. Malas pakai lengkap. Ya
karena yang dikasih itu gak sesuai malah buat susah kayak baju contohnya…” (informan
nomor 3)
“aku hanya memakai sarung tangan, topi, sepatu dan kerudung.…kadang-kadang
cemana gitu, kadang-kadang pun lupa gitu makeknya, makanya sering gak dipake.
Masker yang sering dipakai pas covid inilah” (informan nomor 4).
“semua dipakai, yang enggak itu ya kacamata.. Gak nyaman dan sering lupa gitu
makeknya, makanya sering gak dipake, tapi sekarang wajiblah itu pakai masker.”
(informan nomor 5).
“Gak semua dipake… Ya kalau APD ga lengkap ya sarung tangan kan dari kain, supaya
enggak cepat rusak dan tangan enggak kotor kami lapis plastik, dipake kena air, kalau
sepatu kan tapaknya kan cepat jebol. Sekarang ini kami pakai masker karena takut kena
copid. Kalau dulu jaranglah mereka pakai ” (informan nomor 6)
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka diketahui bahwa Para pekerja beralasan tidak
menggunakan APD lengkap karena alasan ribet (susah), malas karena tidak terbiasa atau tidak
merasa nyaman menggunakannya saat bekerja. Pekerja memakai APD berupa masker
disebabkan karena rasa takut akan penyakit bukan karena kesadaran diri untuk terhindar dari
debu jalanan dan gas buang kendaraan yang akan menimbulkan penyakit. Sebelum pandemi
pekerja mengaku jarang sekali menggunakan masker karena merasa susah dan tidak nyaman.
Hal ini menjelaskan bahwa faktor predisposisi yang kedua yaitu sikap menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan ketidakpatuhan pekerja penyapu jalan dalam penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) di Kecamatan Medan Johor.

Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Ketersediaan APD. APD apa yang disediakan.

“Itulah semua tadi tu. Masker, sepatu, sapu. Kalau untuk melati, baju dinas, sarung
tangan. Kalau jatah nya setahun sekali. Kalau keluhan ya rusak paksa beli sendiri lah,
ya tergantung anggaran juga, ya anggarannya setahun sekali ya orang tu mau bilang
apa.” (informan nomor 1).
“Pemberian setiap tahun ada baju, masker, jilbab, topi, sepatu.” (informan nomor 2).
“Sarung tangan, masker, sepatu, kerudung sama baju (setahun sekali).” (informan nomor
3).

“Belum ada tahun ini, tahun lalu sarung tangan sama topi, kalau sepatu gak tiap tahun
diberikan.” (informan nomor 4).
“APD Semua disediakan Cuma masker seringlah kami beli kadang ada juga yang ngasi-
ngasi pada waktu copid ini, sapu, troli, semualah, masker, sarung tangan, baju jarang
pakai, tidak cukup kalau mau beli kan mahal mana ada duit.” (informan nomor 5).
“Dinas kebersihan menyediakan sarung tangan, topi, maskre, baju kerja, sepatu setiap
tahun sekali kami dapat,, Manalah cukup. Dikasi sapu 20 buah setahun sekali.”
(informan nomor 6)
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa APD yang disediakan oleh kantor (Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan) tidak mencukupi karena setahun sekali berupa topi,
sarung tangan, kerudung, masker dan sepatu. Pekerja merasa APD membuat tidak nyaman
bekerja dan sering lupa untuk menggunakannya karena tidak terbiasa. Pada saat copid masker
sering dipakai hal ini karena mereka takut penyakit. APD disediakan hanya setahun sekali, dan
apabila rusak maka menjadi tanggung jawab pribadi pekerja.
Jaminan sosial. Informan ditanya tentang jaminan sosial yang diberikan.

“kami dapat BPJS.” (informan nomor 1)


“Ada dapat BPJP kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan” (informan nomor 2)
“jaminan yang diberikan sudah lengkap, ada BPJS kesehatan dan Ketenaga kerjaan”
(informan nomor 3)
“jaminan yang diberikan sudah lengkap, ada BPJS kesehatan dan Kecelakaan kerja”
(informan nomor 4)
“jaminan ada dari dinas dua jaminan kesehatan dan ketenaga kerjaan (informan nomor
5)
“kalau itu udah bagus kami kesehatan dan kecelakaan kerja” (informan nomor 6)
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka diketahui informasi yang didapatkan peneliti
dari informan bahwa Dinas kebersihan dan Pertamanan kota Medan) telah menyediakan fasilitas
jaminan sosial bagi para pekerja penyapu jalan yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.
Hal ini menjelaskan bahwa faktor pendukung jaminan sosial bukan termasuk faktor yang
menyebabkan pekerja penyapu jalan tidak menggunakan APD karena adanya jaminan kesehatan
dan keselamatan berupa BPJS.

Faktor Penguat (Reinforcing Factor)


Pengawasan oleh mandor. Apakah ada pengawasan dan sangsi terkait penggunaan
APD.
“diawasilah,,,Ya disuruh ngawasin dari Dinas Kebersihan. Sebetulnya diawasin itu tapi kan
gak mungkin dikasi sanksi paling Cuma kalau kita nampak gak dipake ya kita bilangin suruh
pakai, apalagi ini kan takut virus corona.” (informan nomor 4)
“Sanksi belum ada , cuman pengawasan rutin kinerja bukan untuk pelindung diri. Ya Cuma
kalau dimasa covid ini ya wajiblah kita ingatkan kan takut juga kita sakit” (informan nomor 5)
“Gak ada sanksi tergantung diri sendiri sebenarnya, tujuan nya agar pekerja sehat, enggak
kena penyakit memang pakai nya orang itu tapi kalau pas istirahat dibukanya karena sesak
katanya.” (informan nomor 6)
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka diketahui bahwa informan diarahkan sebatas
untuk kinerja, dan dimasa pandemi copid-19 mandor lebih menekankan pekerja memakai masker
agar terhindar dari penyebaran penyakit. Tidak ada arahan atau perintah dari Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Medan terkait pengawasan serta sangsi bagi para pekerja yang tidak
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap. Dalam penelitian ini faktor penguat
yaitu pengawasan oleh mandor menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pekerja penyapu
jalan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap.

Perilaku Penggunaan APD Dimasa New Normal Pada Pekerja Penyapu Jalan

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penggunaan APD dimasa new normal
yang dilakukan oleh pekerja penyapu jalan selama bekerja adalah yang paling banyak
menggunakan dan paling sering digunakan adalah masker dan sarung tangan, serta penutup
kepala meskipun ini tidak setiap melaksanakan pekerjaan. APD yang jarang digunakan adalah
sepatu dan wearpack. Alasan pekerja jarang menggunakan ini karena ketersediaan yang
diberikan tidak setiap tahun, jika rusak sebagian besar pekerja tidak membelinya lagi dengan
alasan tidak punya uang, harganya mahal. APD yang tidak pernah digunakan sama sekali adalah
kacamata pelindung, alasan tidak digunakan karena APD ini tidak diberikan dari Dinas dan
kepercayaan diri kurang karena dianggap bergaya-gaya.
Penggunaan APD sangat penting sekali untuk mencegah gangguan kesehatan yang
diakibatkan lingkungan kerja terlebih lagi dimasa pandemic ini. menurut Meita (2012) di
Semarang, Restika (2014) di Surabaya, Safitri (2015) di Pontianak, Imbar (2019) di Manado, ditemukan
bahwa pekerja penyapu jalan telah mengalami gangguan fungsi paru, sesak nafas, batuk, bersin dan
musculoskeletal.

Gambar 1. APD yang digunakan pekerja penyapu jalan


Faktor yang menyebabkan ketidak patuhan pekerja penyapu jalan dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD ada 3 faktor, yaitu faktor sikap, ketersediaan APD dan pengawasan oleh
mandor. Faktor menyebabkan ketidakpatuhan pekerja penyapu jalan dalam penggunaan APD
tersebut adalah faktor pengawasan oleh mandor. Ketersediaan APD dan sikap yang tidak terbiasa
dalam penggunaan APD merupakan satu faktor yang menyebabkan pekerja penyapu jalan tidak
menggunakan APD secara lengkap.
Faktor ini termasuk faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan karena keterangan dari
informan yang menyatakan bahwa pengawasan oleh mandor terkait penggunaan alat pelindung
diri (APD) khususnya masker pada saat copid sangat ditekankan, berbeda dengan saat belun
terjadinya wabah. Pekerja tidak diberikan sanksi terkait dengan kelengkapan alat pelindung diri
saat bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Raodhah dan Gemely (2014) yang
menyatakan bahwa ketersediaan APD dan pengawasan tidak mempengaruhi penggunaan APD.
Ketersediaan APD merupakan penyebab pekerja tidak menggunakan APD. Sesuai
pendapat Yulita dkk (2019) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara ketersediaan
APD dengan disiplin penggunaan APD. Menurut Ashraful Kabir (2015) ditemukan bahwa
terjadinya infeksi dan cedera yang sering dilaporkan umumnya karena pekerja kekurangan
peralatan keselamatan selama bekerja. Ketersediaan APD ditempat kerja agar terwujudnya upaya
K3 ditempat kerja sesuai yang diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Penyebab pekerja tidak menggunakan APD secara lenkap adalah faktor sikap. Sikap
merupakan suatu perilaku yang masih tertutup, bukan merupakan tingkahlaku yang terbuka.
Hasil penelitian Maharani dan Wahyuningsih (2017) menyatakan bahwa ada hubungan sikap
pekeja dengan penggunaan APD. Menurut penelitian Annisa dkk (2020) Sikap merupakan hal
yang paling dominan pada pekerja dalam kepatuhan penggunaan APD
Meskipun dalam hal ini pekerja mengetahui tentang manfaat dan betapa pentingnya
menggunakan APD saat bekerja tetapi pekerja tidak menggunakan APD secara lengkap. Pada
masa ini masker merupakan APD yang mereka gunakan karena rasa takut terhadap penularan
penyakit. Tetapi penggunaan APD ini tidak terus menerus digunakan apalagi saat jam istirahat
karena menurut mereka susah saat berbicara. Dan alasan karena tidak terbiasa dan tidak nyaman
digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mahendra dkk (2015) yang menyatakan meskipun
pengetahuan pekerja tentangAPD baik tetapi mereka tidak memakai APD disebabkan karena
tidak nyaman.
Adapun faktor lain yang menyebabkan pekerja penyapu jalan tidak menggunakan APD
adalah ketersediaan APD. Pekerja merasa keberatan untuk membeli alat pelindung diri
sedangkan yang disediakan oleh dinas kebersihan hanya setahun sekali, dan ini tidak akan cukup
sehingga mereka tidak menggunakan APD. Sebagian pekerja ada yang melindungi tangan
mereka dengan menggunakan sarung tangan yg dilapis plastic yang mereka dapat dijalanan agar
tidak kotor. Berikut contoh salah satu pekerja yang menggunakan sarung tangan yang dibungkus
plastik.
Gambar 2. Sarung tangan pekerja dilapis plastic foto diambil sebelum copid-19

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perilaku penggunaan APD dimasa new normal COPID-19 pada
pekerja penyapu jalan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. APD dimasa new normal yang paling banyak digunakan adalah masker dan sarung tangan,
serta penutup kepala. APD yang jarang digunakan adalah sepatu dan wearpack. APD yang
tidak pernah digunakan sama sekali adalah kacamata pelindung
2. Faktor yang menyebabkan pekerja penyapu jalan tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD) adalah faktor sikap, faktor ketersediaan APD, dan faktor pengawasan oleh mandor.
3. Faktor sikap menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan karena alasan
ribet (susah), malas karena tidak terbiasa atau tidak merasa nyaman menggunakannya saat
bekerja serta faktor pengawasan oleh mandor.

Saran
Adapun saran yang sesuai berdasarkan hasil penelitian ini, sebagai berikut:
1. Disarankan kepada para pekerja penyapu jalan di Kota Medan agar bersikap lebih peduli
terkait K3 dalam mencegah bahaya lingkungan kerja di era new normal copid-19 dengan
patuh menggunakan APD.
2. Kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan agar menyediakan APD yang
lengkap dengan kuantitas yang mencukupi kepada pekerja penyapu jalan.
3. Kepada pengawas atau mandor agar lebih mengawasi pekerja penyapu jalan terkait
penggunaan APD dengan inspeksi rutin terkait pemakaian APD.

Daftar Pustaka

Annisa Rizka, Manullang Hengki Frengki, Simanjuntak Yessi Octavia (2020) Determinan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerja Pt. X Proyek
Pembangunan Tahun 2019. Jurnal Penelitian Kesmasy.
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKSY
Imbar,B,G. Suoth,L,F & Asrifuddin, A. (2019). Hubungan antara posisi kerja dan usia dengan keluhan
musculoskeletal pada pekerja penyapu jalan di kecamatan Wenang Kota Manado. Medical
Scope Journal (MSJ). 2019;1(1): 31-35 Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/msj/article/view/26635/26263

International Labour Organization (ILO). (2012). Fire Risk Management, ILO, Geneva. Diakses
dari: http://www.ilo.org/wcmsp5/-groups/public/--- ed_protect/---
protrav/safework/documents/publication/wcms_194781.pdf
Kabir A., Nadia, F., Farzana, A., Shahana, J., & Ahsan, A. (2015). Sweeping practices, perception and
knowledge about occupational safety and health hazard of street sweepers in Dhaka City,
Bhangladesh: aquality inguiry (online journal). doi: 10.18203/2394.20150476 Retrieved from
http : //imsear.li.mahidol.ac.th//bitstream.pdf
Kompas.com (2020). Judul: 81.668 Kasus Covid-19 di Indonesia dan Tingginya Penularan di
Tempat Kerja. https://nasional.kompas.com/read/2020/07/17/06350121/81668-kasus-covid-
19-di-indonesia-dan-tingginya-penularan-di-tempat-kerja?page=all.
Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan aplikasi kesehatan kerja (Pertama ed.). Jakarta: UI Press.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Diakses dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=downloa /pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf

Khumaidah. (2009). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru
pada pekerja mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Jepara (Tesis, Universitas Diponegoro). Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/25008/

Maharani Dian Putri dan Wahyuningsih Anik Setyo (2017) Pengetahuan, Sikap, Kebijakan K3
Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Bagian Ring Spinning Unit 1. Jurnal of
Health Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Mahendra Radita, Kurniawan Bina, Suroto (2015) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerjaan Ketinggian Di Pt. X.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-
3346) Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jkm
Marliani, R. (2015). Psikologi industri & organisasi. Bandung: CV. Pustaka setia.

Meita, A.C. (2012). Hubungan paparan debu dengan kapasitas vital paru pada pekerja penyapu pasar
johar kota semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2), 654 - 662. Diakses dari
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Author links open overlay panel volume 152
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S019188691930501X

Poerwandari. (2013). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok LPSP3 UI.
Raodhah Sitti dan Gemely Delfani (2014) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Karyawan Bagian Packer PT Semen Bosowa Maros Tahun 2014. Al-Sihah :
Public Health Science Journal. ournal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/view/1967

Restika, M, A. (2014). Analisis human reliability penyapu jalan Surabaya. Sharing artikel, hasil riset,
produk dan video; Aplikasi ergonomi. Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja –
ITShttps://aplikasiergonomi.wordpress.com/2014/06/20/analisis-human-reliability-penyapu-
jalan-surabaya/

Ruhyandi & Evi, C. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan
penggunaan apd pada karyawan bagian press shop di PT. Almasindo II Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2008. Jurnal Publikasi Stikes A. Yani, 2(1).
Rijanto, B. (2010). Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) industri
konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Righdahl (2013) L. H. (Ed.). (2013). Guide to safety analysis for accident prevention. Stockholm, Sweden

Safitri,N., Purnomo, A., Sunarsieh,S. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA
Pada Pekerja Penyapu Jalan Di Kota Pontianak: Sanitarian jurnal kesehatan, vol 7 no
1.http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/SJK/index

Salmah, U., & Lubis, S. N. (2017). Identifikasi bahaya dan peta bahaya kerja pada penyapu jalan di Kota
Medan. Indonesia Journal of Public Health MKMI Makassar, 13 0216-2482, eISSN 2356-4067.

Sedarmayanti. (2016). Manajemen sumber daya manusia. Bandung: PT Refika Aditama.

Sucipto, D. C. (2014). Kesehatan dan keselamatan kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.


Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Soedirman & Suma’mur, P. K. (2014). Kesehatan kerja dalam perspektif hiperkes dan keselamatan kerja.
Magelang: Erlangga.

Yulita, B. Widjasena, S. & Jayanti. (2019). Faktor yang berhubungan dengan disiplin penggunaan
alat pelindung diri pada penyapu jalan di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 7(1), 330 – 336.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai