PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembangunan karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Hawari, 2001).
baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu
gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas,
takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gila.
Salah satu penyakit gangguan jiwa adalah Gangguan jiwa (Hardianto, 2009).
perawatannya dapat melalui rawat inap di rumah sakit jiwa. Hari perawatannya
tergantung dari tipe gangguan jiwa yang diderita oleh pasien. Gejala positif berupa
delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau
1
bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar,
menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, kurang kontak emosional (pendiam,
sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan
kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif serta rasa takut dan cemas (Siahaan,
2012).
yang bertujuan untuk mencapai efisiensi dan waktu rawat yang lebih pendek.
berkualitas tinggi sehingga pasien dapat pulang lebih awal dengan aman
kerumahnya. Oleh karena itu diperlukan tenaga perawat yang profesional dan
mereka mau berpartisipasi secara aktif dalam rencana perawatan (Perry dan
Potter, 2005).
Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara
yang tidak jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
(Suliswati, 2005).
perasaan cemas. Pada suatu saat perasaan cemas justru dibutuhkan untuk
2
Bila kecemasan sangat meningkat, maka akan berubah menjadi patologis, seperti
(Ibrahim, 2006).
Gejala biologis antara lain keluhan sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan
daerah ulu hati serta lekas lelah. Kecemasan dapat dibedakan dengan ketakutan
ancaman. Kecemasan dapat terjadi tanpa rasa takut, namun ketakutan biasanya
jumlah penderita gangguan jiwa gangguan jiwadi dunia pada 2011 adalah 450 juta
jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah
rata gangguan jiwa berat seperti gangguan jiwa sebesar 0,17 persen atau sekitar
400.000 orang. Jumlah tersebut belum termasuk penderita gangguan jiwa ringan
seperti cemas dan depresi yang mencapai 14 juta penduduk. Prevalensi tertinggi
3
terdapat di Provinsi Jogjakarta dan Aceh sedangkan yang terendah di Provinsi
di Rumah Sakit Jiwa pada tahun 2014 sebanyak 1111 orang yang dirawat inap
dan pada tahun 2015 dari bulan Januari hingga April tercatat 761 pasien yang
berupa kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) namun ada pula
pasien yang tidak menggunakan kartu jaminan dan dikenakan tarif sesuai dengan
Hari perawatan pada tahun 2014 rata-rata hari perawatan pasien rawat
inap adalah 69 hari. Menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang rata-rata
pelayanan hari perawatan mencapai 72 hari. (Diklat RSJ Prov. Sultra, 2014).
Berdasarkan standar dari Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sulawesi Tenggara sendiri
untuk hari perawatan sesuai dengan BPJS yaitu 32 hari. Selain itu, hari perawatan
Hari Perawatan (Inpatient bed day) merujuk pada jumlah pasien yang ada
saat sensus dilakukan ditambah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang
sama pada hari sensus diambil, angka ini juga menunjukkan beban kerja unit
perawatan yang bersangkutan, karena dalam satu hari perawatan artinya pasien
menerima satu kali perawatan baik dari perawat maupun dokter (Buku Statistik
4
Berdasarkan hasil observasi awal, pasien gangguan jiwa dengan hari
komunikasi yang terarah dan emosi yang terkontrol, karena mereka sudah
sudah menjalani perawatan cukup lama ini sudah dikeluarkan dari ruang isolasi,
kemandirian pasien. Sedangkan pada pasien gangguan jiwa yang baru masuk,
ruang Melati dan Delima diketahui bahwa pasien merasa cemas dan rindu dengan
keluarga. Karena selama dirawat inap dan mendapatkan perawatan sangat jarang
merasa sudah lama dirawat inap di rumah sakit jiwa dan ingin segera pulang ke
rumah. Pasien juga merasa cemas apabila pulang apakah keluarga bisa
menerima dan mendukung pasien untuk sembuh dan tidak kambuh kembali.
Pasien juga mengatakan bahwa pada hari pertama hingga minggu pertama di
rawat inap mereka menjawab tidak merasakan cemas sama sekali. Mereka hanya
merasa banyak gangguan yang mereka alami seperti ingin marah, berteriak,
dan sadar baru merasakan cemas termasuk keberadaannya di rumah sakit jiwa
dan ingin segera pulang. Adapula pasien begitu masuk ke Rumah Sakit Jiwa
5
untuk menjalani pengobatan sudah mengalami kecemasan. Pasien merupakan
pasien baru yang mengalami gangguan jiwa namun tidak mengalami disorientasi.
bahwa pasien yang sudah kooperatif dan sudah lama menjalani perawatan di
ruang rawat inap sering merasa cemas, rasa cemas ini ditunjukkan dengan
kepada perawat agar segera dihubungi keluarganya dan sebagainya. Mereka juga
ruangan isolasi, tidak bisa berkonsentrasi dan penurunan daya ingat karena
isolasi. Namun terkadang ada beberapa dari mereka yang juga gelisah dan
Dari hasil studi pendahuluan diatas dapat diketahui bahwa pasien dalam
gejala kecemasan yang ditunjukkannya baik dengan hari perawatan yang baru
pasien gangguan jiwa di Rumah sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2015”.
6
B. Rumusan Masalah
3. Apakah ada hubungan hari perawatan dengan tingkat kecemasan pada pasien
gangguan jiwa di Rumah sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pada pasien gangguan jiwa di Rumah sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
tahun 2015.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Mandala Waluya,
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
baik rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai
atau masyarakat.
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga
9
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
medis.
dan
tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan
dan pengelolaannya.
10
1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.Rumah sakit umum,
penyakit.
2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah
pendidikan.
11
b. Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
medik.
12
4) Rumah Sakit umum kelas D.
13
berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural
psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara
manusia (Kusumawati, 2010). Gangguan mental adalah gejala atau pola dari
tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang
14
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas,
itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan
ego (tuntutan normal social). Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat
masyarakat. Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri dan tuntutan
akan kasih sayang dan diterima oleh orang lain dalam kelompok. Kedua,
kebutuhan untuk otonomi, yaitu ingin bebas dari pengaruh orang lain. Ketiga,
mengerjakan sesuatu dan lain-lain. Ada lagi pendapat Alfred Adler yang
15
Kartini Kartono (2008) mengartikan bahwa kebutuhan ialah alat
substansi sekuler. Dorongan hewani atau motif fisiologis dan psikologis yang
orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon
orang tua yang mal adaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan
penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri.
16
3. Sebab-sebab Gangguan Jiwa
1) Keturunan
tidak sehat
2) Jasmaniah
3) Temperamen
gangguan jiwa.
rendah diri.
17
b. Sebab Psikologik
Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan
1) Masa bayi
dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa
yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan
otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau
menarik diri atau malah menentang dan memberontak. Anak yang tidak
18
panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan
menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan
dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan
4) Masa Remaja
belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua
19
perbuatannya. Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang
gangguan jiwa.
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
7) Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini
rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah
20
terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat
orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anakanak setelah
dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka
2) Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu
masyarakat sehari-hari.
21
3) Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
yang mungkin jauh dari kenyataan hidup seharihari. Akibat rasa kecewa
faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan
abnormal.
22
6) Masalah golongan minoritas
a. Skizofrenia
23
perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan
bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati
b. Depresi
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya (Hawari, 2001). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang
pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nurjannah, 2005).
harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya
perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya
24
c. Gangguan Kepribadian
tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi
inadequat.
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang
terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama
bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah
25
e. Gangguan Psikosomatik
biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga
f. Retardasi Mental
Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah sebagai
berikut:
26
suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu
sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering
membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi,
mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat
sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri
hidupnya.
loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang
disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh. (Yosep,
2007).
a. Terapi psikofarmaka
selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama
27
2001).Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
(Hawari, 2001).
b. Terapi somatic
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan
jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah
arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada
pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya
(Kusumawati, 2010).
c. Terapi Modalitas
28
1) Terapi Individual
2) Terapi Lingkungan
3) Terapi Kognitif
29
adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian
klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu
4) Terapi Keluarga
itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami
30
5) Terapi Kelompok
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan
kondisi.
d. Terapi Bermain
a. Pengertian Rehabilitasi
31
penyesuaian diri yang optimal serta mempersiapkan klien secara fisik,
mental, sosial dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh sesuai dengan
b. Tujuan Rehabilitasi
Maksud dan tujuan rehabilitasi klien mental dalam psikiatri yaitu mencapai
c. Tahapan Rehabilitasi
1) Tahap persiapan
a) Orientasi
yang diperlukannya.
b) Identifikasi
32
2) Tahap pelaksanaan
menunda rasa puasnya untuk mencapai bentuk baru dari apa yang
dirumuskan.
3) Tahap pengawasan
1) Orientation
33
2) Assertion
tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam
klien.
3) Accuption
4) Recreation
34
C. Tinjauan Umum Kecemasan
1. Pengertian
tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dan kehidupan
emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan
takut, karakteristik rasa takut adalah obyek atau sumber yang spesifik dan
dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk
yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan
psikologis.
35
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
3. Tingkat Kecemasan
lebih terarah.
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
36
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri,
5. Teori Kecemasan
a. Teori Psikoanalitik
akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus
37
(internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan
b. Teori interpersonal
pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal kehidupan,
bayi berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Adanya trauma
c. Teori prilaku
d. Teori Keluarga
kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan
sifatnya heterogen.
38
e. Teori biologik
6. Reaksi Kecemasan
individu.
a. Kontruktif
kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Anxiety Rating Scale (HARS). Hamilton Anxiety Rating Scale mempunyai lima
cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas sangat berat
kecemasan skor kurang dari 14, kecemasan ringan skor antara 14-20,
39
kecemasan sedang skor antara 21-27, kecemasan berat skor 28-41 dan
tersinggung.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
konsentrasi.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
40
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan
panas di perut.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan
cepat.
e. Skor 42 – 56 = panik.
41
8. Penatalaksanaan Kecemasan
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok
b. Terapi psikofarmaka
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti
c. Terapi Somatik
42
d. Psikoterapi
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
stressor.
ingat.
mengalami kecemasan.
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
e. Terapi psikoreligius
43
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
1. Pengertian
Lama hari perawatan merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan
dan pelayanan di rumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Bila seseorang
maupun oleh penderita itu sudah tercapai maka tentunya tidak ada seorang
efisiensi atau perawatan yang tidak tepat, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
hari keluar dan menentukan lama rawat. Ada dua metode logis untuk
ke tanggal.
44
Dalam penghitungan statistik pelayanan rawat inap di rumah sakit
dikenal istilah yang lama dirawat (LD) yang memiliki karakteristik cara
berapa hari lamanya seorang pasien dirawat pada satu episode perawatan.
selisih antara tanggal pulang (keluar dari rumah sakit, hidup maupun mati)
dengan tanggal masuk rumah sakit. Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk
dan keluar pada hari yang sama – lama dirawatnya dihitung sebagai 1 hari dan
Pasien yang belum pulang atau keluar belum bisa dihitung lama dirawatnya
(Indradi, 2007).
perawatan di Rumah Sakit yang dihitung sejak masuk Rumah Sakit hingga
pulang dari Rumah Sakit, baik sembuh maupun meninggal dengan rata-rata
hari perawatan 54 hari (Keliat dkk, 2009). Hari Perawatan (Inpatient bed day)
merujuk pada jumlah pasien yang ada saat sensus dilakukan ditambah pasien
yang masuk dan keluar pada hari yang sama pada hari sensus diambil, angka
ini juga menunjukkan beban kerja unit perawatan yang bersangkutan (Buku
pelayanan minimal Rumah Sakit bahwa standar hari rawat bagi penderita
Tenggara sendiri untuk hari perawatan sesuai dengan BPJS yaitu 32 hari
45
Menurut Barber Johnson hari perawatan adalah rerata lama hari
efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu untuk
a. ALOS
ALOS = O x (t/D)
pasien masuk dan keluar pada hari yang sama- jumlah pasien keluar hidup
+ mati.
(hidup + mati), jumlah hari perawatan efisiensi rumah sakit dilihat dari output
(Depkes, 2009).
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
46
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
TOI menurut Depkes RI (2009) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2009) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat
tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
47
rawat inap dapat dilakukan atas permintaan isteri atau suami atau wali anggota
ada empat katagori fungsi unit rawat inap pasien dengan gangguan jiwa :
d. Pengevaluasian hasil.
48
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
bentuk gangguan jiwa dapat terjadi mulai dari yang ringan sampai yang berat.
di Rumah Sakit Jiwa dengan rawat inap. Pasien gangguan jiwa dengan hari rawat
yang cukup lama sudah menunjukkan sikap yang kooperatif, komunikasi yang
terarah dan emosi yang terkontrol. Pasien merasa cemas karena pasien merasa
sudah lama dirawat inap di rumah sakit jiwa dan ingin segera pulang ke rumah.
Pasien juga mengalami gelisah dan sulit tidur. Pasien yang baru menjalani
perawatan juga mengalai kegelisahan dan meminta untuk dikeluarkan dari ruang
isolasi. Saat diwawancarai tentang kecemasan saat hari pertama hingga minggu
pertama dirawat inap mereka menjawab tidak merasakan cemas sama sekali.
49
B. Kerangka Konsep
a. Gangguan Fisiologis
b. Gangguan Psikologis
c. Gangguan Perilaku
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
C. Variabel Penelitian
1. Hari Perawatan
Hari Perawatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya hari
sejak masuk ke Rumah Sakit dari hari pertama masuk hingga Penelitian ini
50
berlangsung. Berdasarkan standar dari Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sulawesi
Tenggara sendiri untuk hari perawatan sesuai dengan BPJS yaitu 32 hari.
Kriteria Objektif :
Cepat : Apabila lama perawatan tidak melebihi rata-rata lama perawatan yang
Lama : Apabila lama perawatan melebihi rata-rata lama perawatan yang ada
2. Kecemasan
Kecemasan yang dimkasud dalam penelitian ini adalah respon yang dialami
pasien akibat dari penyakit yang di deritanya yang diukur dengan tingkat
Panik = Score 42 - 56
Kriteria Objektif :
51
Tidak cemas : Bila responden tidak mengalami kecemasan sama
dengan responden
E. Hipotesis Penelitian
hubungan antara dua perubah atau lebih. Hipotesis diartikan pula sebagai suatu
preposisi yang dinyatakan dalam bentuk yang dapat diuji dan meramalkan suatu
tahun 2015.
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dengan tingkat kecemasan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa
Populasi ( Sampel )
FR ( + ) FR ( – )
1. Waktu Penelitian
53
2. Lokasi Penelitian
Tenggara.
1. Populasi
gangguan jiwa yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
2. Sampel
Sampel dalam penelitian diambil 15% dari jumlah populasi yang ada
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
sebagai berikut :
Kriteria inklusi :
54
c. Pasien yang bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi :
berkomunikasi
D. Pengumpulan Data
1. Instrumen
lembar wawancara.
2. Data primer
lembar wawancara.
3. Data sekunder
Data yang diperoleh lansung dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
a. Pengolahan Data
55
b. Coding yaitu pengkodean pada lembaran observasi, pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang disediakan pada
pengolahan data kedalam satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki yang
mana sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tabel yang digunakan yaitu
b. Analisa Data
a. Analisa Univariat
p = x 100 %
Keterangan :
P : Persentase
56
b. Analisa Bivariat
X2 =
Fo = frekuensi observasi
Fh = frekuensi harapan
∑ = Jumlah kategori
Fh = (Arikunto, 2006)
berikut :
57
Untuk lebih jelas, dapat diuraikan tabel kontingensi 2x2 di bawah ini :
Tabel 1
Tabel Kontingensi 2 x 2
Varibel Dependen
Varibel Independen Jumlah Jika
Taraf 1
Taraf 2 Ha Di
Kriteria Objektif 1 a b a+b
terima
Kriteria Objektif 2 c d c+d
kontingensi phi :
φ=
F. Penyajian Data
58
Penyajian data di lakukan, setelah data di olah dan di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi serta tabel analisis pengaruh antara variabel, yang di sertai dengan
narasi.
G. Etika Penelitian
sebagai berikut:
responden penelitian.
3. Kerahasiaan (Confidientialy)
data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
59
BAB V
1. Letak Geografis
secara resmi pada tahun 1986. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
berdiri diatas tanah seluas 140.000 2 dengan luas bangunan 5.992 m 2, dengan
Lokasi Rumah Sakit Jiwa terletak di Jln. Dr. Soetomo No. 29 Kelurahan
berikut:
2. Visi
60
Visi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan dengan
memperhatikan Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang
3. Misi
kepada masyarakat.
etika profesi.
kepada masyarakat.
4. Sasaran
pelayanan paripurna.
61
a. Terselenggaranya kerjasama degan instansi Pendidikan Kedokteran dan
Kesehatan lainnya.
kelas B Pendidikan).
lainnya
5. Ketenagaan
Jumlah tenaga medis dan non medis di Rumah Sakit Jiwa diuraikan
Tabel 2. Daftar Tenaga Medis dan Non Medis di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
2 Tenaga Keperawatan
a. Perawat 66
b. Bidan 5
62
3 Tenaga Kefarmasian
a. Apoteker 3
b. Asisten Apoteker 7
5 Tenaga Gizi
a. Nutrisionis 15
8 Non Profesi 70
Sumber : Profil Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara 2014
1. Hasil Penelitian
a. Karakteristik Penelitian
1) Umur Responden
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dililhat pada tabel
berikut.
63
1 18 - 27 9 24.3
2 28 - 37 8 21.7
3 38 - 47 14 37.8
4 48 - 57 4 10.8
5 58 - 67 1 2.7
6 68 - 77 1 2.7
Total 37 100
Sumber : Data Primer Diolah Agustus 2015
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dililhat pada tabel
berikut.
1) Hari Perawatan
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dililhat pada tabel
berikut.
2) Kecemasan
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dililhat pada tabel
berikut.
65
2 Tidak Cemas 11 29.7
Total 37 100
Sumber : Data Primer Diolah Agustus 2015
c. Analisis Bivariat
Kecemasan
Hari Tidak Total
Cemas Uji Statistik
Perawatan Cemas
n % n % n %
66
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 37
X2tab = 3.841 dan nilai p Value = 0.023 < α = 0.05, dengan demikian
2. Pembahasan
dua kriteria obyektif yaitu cemas dan tidak cemas, seperti yang telah
67
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 responden (24.3%)
dengan lama hari rawatnya kategori cepat dan merasa cemas, sebanyak 9
(5.4%) dengan lama hari rawatnya kategori lama dan merasa tidak cemas.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai X 2hit = 6.894 > X2tab =
3.841 dan nilai p Value = 0.023 < α = 0.05, dengan demikian Ha diterima
dan Ho ditolak, dan nilai koefisien φ (Phi) = 0.432 yang berarti ada
Tahun 2015.
yang dilakukan oleh Murtaza dkk (2013) di RSUD Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh bahwa terdapat hubungan signifikan antara lama rawat inap
Sakit hingga pulang dari Rumah Sakit, baik sembuh maupun meninggal
standar dari Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sulawesi Tenggara sendiri untuk
hari perawatan sesuai dengan BPJS yaitu 32 hari (Diklat RSJ Prov. Sultra,
68
spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan secara
yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dihubungkan dengan
baik pada pasien yang lama hari rawatnya masuk pada kategori cepat
cemas karena ingin segera pulang ke rumah. Terlebih lagi bila keluarga
Responden merasa rindu kepada keluarga, seperti anak dan istri serta
duduk menyendiri dan memikirkan hal tersebut. Hal ini sesuai dengan
pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal
69
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 9 responden (24.3%)
dengan lama hari rawatnya kategori cepat dan merasa cemas. Dari hasil
dan ingin segera pulang. Bahkan tak jarang responden mengeluh kepada
perawat agar bisa segera pulang. Hal ini sesuai dengan yang
kategori cepat dan merasa tidak cemas. Hal ini disebabkan karena
yang pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan pulang dengan sembuh
70
Freud dalam Suliswati (2005) bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi
kategori lama dan merasa cemas. Hal ini disebabkan karena responden
sudah cukup lama dalam menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Dari
pulang. Hal ini memicu responden menjadi cemas, terlebih lagi keluarga
karena jaraknya cukup jauh antara rumah responden dengan Rumah Sakit
Jiwa. Sehingga hal ini membuat responden cemas dan gelisah ingin
segera pulang. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Stuart (2007) bahwa kecemasan timbul dari perasan takut terhadap tidak
kelemahan spesifik.
71
Sebanyak 2 responden (5.4%) dengan lama hari rawatnya kategori
lama dan merasa tidak cemas. Dari hasil penelitian, hal ini dapat
Jiwa dengan gangguan yang sama dan dalam waktu yang cukup lama.
jahat. Namun dilawan dengan keras oleh responden. Dan saat ini
dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga.
72
dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan
orang lain.
73
BAB VI
A. Kesimpulan
yang lama dan sebanyak 18 orang (48.6%) hari perawatan yang cepat.
cemas dan sebanyak 11 orang (29.7%) responden yang merasa tidak cemas.
Tenggara Tahun 2015 dengan nilai X2hit = 6.894 > X2tab = 3.841, nilai p Value
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
74
1. Bagi pihak Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara diharapkan dapat
pasien rawat inap Rumah Sakit Jiwa dengan bekerja sama dengan keluarga
dapat bekerja sama dengan datang sekali dalam rentang waktu tertentu untuk
kecemasan pasien dan pasien bisa fokus pada perawatan dan pengobatannya.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan tulisan ini dapat menjadi bahan sebagai
75