Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY.

E G3P2A1
HAMIL (34-35 MINGGU) INPARTU KALA 1 FASE LATEN DENGAN
TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUANG INSTALASI BEDAH
SENTRAL RUMAH SAKIT DAERAH DR.SOEBANDI JEMBER

DISUSUN OLEH :
KUSNUL KOTIMAH

HIPKABI PD PENTAGON SUMBER DAYA


MANUSIA JEMBER AGUSTUS 2022

HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PADA NY.E G3P2A1 HAMIL (34-35 MINGGU)
INPARTU KALA 1 FASE LATEN DENGAN
TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUANG
INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
DAERAH DR.SOEBANDI JEMBER
Menyetuj
ui
Pembimbi
ng Klinik

Jumanto, S.Kep., Ns

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat


dan hidayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu
tugas pelatihan Scrub Nurse di Rumah Sakit Daerah dr.Soebandi Jember
dengan judul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny.A G3P2A1
Hamil (34-35 Minggu) Inpartu Kala 1 Fase Laten dengan Tindakan
Sectio Caesarea di Ruang Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Daerah
Dr.Soebandi Jember”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, jika
terdapat kesalahan dengan rendah hati penulis mohon maaf sebesar-
besarnya.
Jember, 5
Agustus
2022

Kusnul
Kotimah

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHUL
UAN

• Latar Belakang
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
seorang ibu dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa
persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian
yang sehat. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Rachman, 2018)
Persalinan yang dilakukan dengan bedah Caesar menurut
SDKI tahun 2012 sebesar (12,3%). Wanita yang melahirkan
dengan cara bedah Caesar mereka berumur 35-49 tahun (15%),
mereka yang melahirkan pada urutan kelahiran pertama (14 %),
wanita yang berpendidikan SMA (19%) dan perguruan tinggi
(25%) , untuk wanita dalam kuintil kekayaan tertinggi (23%).
Angka bedah caesar lebih tinggi pada SDKI 2012 dibandingkan
pada tahun 2007 (7%), angka bedah caesar sebesar 9,8 % dengan
proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di
Sulawesi Tenggara (3,3%) dan secara umum persalinan melalui
bedah caesar menurut karakteristik menunjukkan proporsi
tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan tertas (18,9%), tinggal
diperkotaan (13,8%), pekerjaan sebagai pegawai (20,9%) dan
pendidikan tinggi (25,1%)(Rachman, 2018)
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI)tahun 2015 AKI 305 per 100.00 kelahiran hidup. Pada
tahun 2012, angka kematian ibu di indonesia masih tinggi sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup angka ini sedikit menurun jika
dibandingkan dengan SDKI tahun 1991 yaitu sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup, angka ini sedikit menurun meskipun
tidak signifikan. Target SDGs (Sustainable Development Goals)
ke-13 adalah pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu
hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut

kemenkes RI, target mengurangi angka kematian ibu ditahun 2019


yaitu mencapai306 per 100.000 kelahiran hidup (Rachman, 2018)
Berdasarkan dari data di atas penulis ingin mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan sectio cesarea atas indikasi fase 1 kala laten lama,
dan penulis tertarik mengangkat masalah tersebut untuk dijadikan
“ Asuhan Keperawatan perioperatif pada Ny. E atas indikasi kala 1
fase laten lama diruang Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit
dr.Soebandi Jember”.

• Tujuan
• Tujuan Umum
Mengetahui proses Asuhan Keperawatan Perioperatif
pada Pasien Ny. E G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu
Kala 1 Fase Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea diruang
Instalasi Bedah Central Rumah Sakit Daerah dr.Soebandi
Jember saat Pre Operasi, Intra Operasi, Post Operasi.

• Tujuan Khusus
• Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ny.E
G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu Kala 1 Fase
Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea Saat Pre
Operasi
• Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ny.E
G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu Kala 1 Fase
Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea Saat Intra
Operasi
• Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ny.E
G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu Kala 1 Fase
Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea Saat Post
Operasi

• Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pada makalah ini adalah pengelolaan pasien
selama preoperasi, intraoperasi dan postoperasi

• Manfaat
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh selama mengikuti pelatihan scrub nurse dan
sebagai tambahan pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan
tentang askep perioperatif.

• Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini dibagi dalam 5 bab yang terdiri dari :
• BAB I PENDAHULUAN yang berisikan tentang latar
belakang, tujuan dan sistematika penulisan
• BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang berisikan tentang
Pengertian, Anatomi, Etiologi, Tanda Gejala, Patofisiologi,
Pemeriksaan Penunjang, Terapi, Asuhan Keperawatan
Perioperatif
• BAB III TINJAUAN KASUS yang berisikan tentang proses
asuhan keperawatan perioperatif mulai dari Pre Operasi, Intra
Operasi, Post Operasi
• BAB IV PEMBAHASAN KASUS yang berisikan tentang
asuhan keperawatan mulai dari Pengkajian, Diagnosa,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi
• BAB V PENUTUP yang berisikan tentang kesimpulan dan
penutup dari kasus Ny.E Pada Ny.E G3P2A1 Hamil (34-35
Minggu) Inpartu Kala 1 Fase Laten dengan Tindakan Sectio

BAB
II TINJAUAN
PUSTAKA

• Definisi
• Sectio caesaria
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (SDKI,
2019)
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Jannatun Noer Khabibah, 2019)
• Prolonged latent phase
Prolonged latent phase adalah fase latent yang
memanjang dimana suatu keadaan pada kala 1 pembukaan
serviks sampai 3 cm berlangsung lebih dari 8 jam. (Arifin,
2015)
Etiologi / Faktor penyebab fase latent adalah
• His tidak efisien (in adekuat) His yang tidak normal
dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan keringetan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan.
• Kelainan janin Persalinan dapat mengalami gangguan
atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau bentuk
janin.
• Kelainan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks,
vagina, tumor) Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan
lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan (Arifin, 2015)

• Anatomi
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari
genitalia eksternal dan genitalia internal. Genitalia eksternal
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
glandula vestibularis mayor, glandula

vestibularis minor. Sedangkan genitalia internal terdiri dari


vagina, tuba falopi, uterus, ovarium.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan oleh hormone-
hormon gondaotropin atau steroid dari poros hormonal thalamus-
hipothalamus- hipofisis-adrenal-ovarium. Selain itu terdapat
organ ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus
reproduksi: payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan
sebagainya. (Benjamin, 2019)
• Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari
genitalia eksternal dan genitalia internal. Genitalia eksternal
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis
minor.Sedangkan genitalia internal terdiri dari vagianhymen,
tuba uterina, uterus, ovarium.(Benjamin, 2019)

• Organ Genitalia Eksternal


Organ genitalia eksternal wanita terdiri beberapa organ, yaitu:
• Mons Veneris atau Mons Pubis
Mons veneris merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada
waktu melakukan hubungan seks.
• Bibir Besar (Labia Mayora)
Labia mayora merupakan kelanjutan dari mons veneris

berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm,


lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu
membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
• Bagian Luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan
kelanjutan dari rambut pada mons pubis
• Bagian Dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak).
• Bibir kecil (Labia Minora)
Labia minora merupakan organ yang terdiri
atas dua lipatan kulit kecil terletak di antara kedua
labia mayora pada kedua sisi introitus vagina.
Kedua labia minora membatasi suatu celah yang
disebu sebagai vestibulum vagina. Labia minora
ke arah dorsal berakhir dengan bergabung pada
aspectus medialis labia mayora dan di sini pada
garis mereka berhubungan satu sama lain berupa
lipatan transversal yang disebut frenulum labia.
Sementara itu, ke depan masing-masing minus
terbagi menjadi bagian lateral dan medial. Pars
lateralis kiri dan kanan bertemu membentuk
sebuah lipatan di atas (menutup) glans klitoris
disebut preputium klitoridis. Kedua pars medialis
kiri dan kanan bergabung di bagian kaudal klitoris
membentuk frenulum klitoris. Labia minora tidak
mengandung lemak dan kulit yang menutupnya
berciri halus, basah dan agak kemerahan.
• Klitoris
Klitoris merupakan bagian penting alat
reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya
dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif analog dengan

penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah


menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
• Vestibulum
Vestibulum merupakan alat reproduksi
bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir dan mudah teriritasi oleh bahan
kimia, panas, dan friksi.
• Perineum
Perineum merupakan daerah muskular yang
ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu
dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan
lahir dan mencegah ruptur.
• Kelenjar Bartholin
Kelenjar bartholin merupakan kelenjar
penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks
pengeluaran lendir meningkat.
Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan cairan
yang berperan sebagai pelumas saat berhubungan
seksual.
• Hymen (Selaput darah)
Hymen merupakan jaringan yang menutupi
lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek.
Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi.
• Fourchette
Fourchette merupakan lipatan jaringan
transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan labia
minora. Di garis tengah berada di

bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa


navikularis terletak diantara fourchette dan hymen.

• Organ Genitalia
Internal
Gambar 2.2 Organ Genetalia Internal
Organ genitalia internal wanita terdiri beberapa organ, yaitu:
• Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis
yang dapat melipat dan mampu meregang secara
luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina.
Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9
cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm.
Vagina terletak di depan rektum dan di belakang
kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan uterus
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebut rugae dan terutama di bagian
bawah. Pada puncak anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah
muda dan basah. Ujung vagina menonjol serviks

pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol


ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri
membagi puncak vagina menjadi empat yaitu:
fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra,
fornik sinistra.
• Uterus
Uterus merupakan jaringan otot yang kuat,
berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan
tampak seperti bola lampu atau buah peer terbalik
yang terletak di pelvis minor di antara kandung
kemih dan rektum. Uterus terdiri dari tiga bagian
yaitu: fundus uteri yaitu bagian korpus uteri yang
terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, korpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks
uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang,
dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu peritoneum, miometrium/lapisan
otot, dan endometrium.
• Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang
terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat
dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. Tuba fallopi terletak di
tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral
mulai dari ostium tubae internum pada dinding
rahim. Panjang tuba fallopi 12 cm diameter 3-8
cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu
serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel
bersilia. Bagian dari tuba fallopi terdiri dari:

• Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara


otot rahim mulai dari osteum internum tuba.

• Pars istmika tubae, yaitu bagian tuba yang


berada di luar uterus dan merupakan bagian
yang paling sempit.

• Pars ampuralis tubae, yaitu bagian tuba yang


paling luas dan berbentuk “s”.

• Pars infindibulo tubae, yaitu bagian akhir tuba yang


memiliki lumbai yang disebut.
• Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di
dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan
jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di
lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-
hormon steroid (estrogen oleh tekanan interna
folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba fallopi melalui perlekatan
fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang
dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii
proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari
cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri
renalis.

• Tanda dan Gejala


Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi
persalinan sebenarnya, beberapa minggu sebelumnya,
wanita memasuki “bulannya” “minggunya” atau harinya.
Yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan
memberikan tanda-tanda sebagai berikut (Arifin, 2015) :
• Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala
turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada
primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak
begitu jelas.

• Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun


• Sering buang air kecil atau sulit berkemih
(polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian bawah janin.
• Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi
– kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut” fase
labor pains”
• Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan
sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah
(bloody slow)

• Patofisiologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonia ini terjadi
perlukaan pada dinding abdomen (kulit dan otot perut)
dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain
adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya
supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap
kecepatan proses penyembuhan sebagai berikut: Sewaktu
incise (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis
dan jaringan kulit akan mati. Runag incise akan diisi oleh
gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami
reaksi radang mendadak. Dalam 2-3 hari kemudian,
eksudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipat
gandaan) fibroblast mulai terjadi.Pada hari ke 3-4
gumpalan darah mengalami organisasi , Pada hari ke 5
tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka
kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi
dehiscence (merekah). Pada hari 7-8, epitelisai terjadi dan
luka akan sembuh. (SDKI, 2019)
Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari
tepi luka kea rah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam
dermis.Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5
maksimum. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6
minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat Sectio
Caesarea dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama
setelah operasi. (Dermawan, 2020)

• Pemeriksaan Penunjang
• Hemogblobin atau hematocrit (HB/Ht) untuk
mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
• Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
• Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah
• Urinalisis / kultur urine
• Pemeriksaan elektrolit (Nurlianti, 2021)

• Terapi
• Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca
operasi, maka pemberian cairan perintravena harus
cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan DS
10%, garam fisiologis dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfuse darah sesuai kebutuhan.
• Diet
Diet Pemberian cairan intravena biasanya
dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah ynag sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi, berupa air putih
dan teh.
• Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring
kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-8 jam setelah
operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil
tidur terlentang dsedini mungkin setelah sadar. Hari
pertama post operasi pasien dapat didudukkan selama
5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang
dapat diubah menjadi posisi semifowler dan
selanjutnya selama

berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan


belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri dan pada hari ke-3 pasca
operasi pasien dapat dipulangkan.
• Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa
nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi
involusi uterus dan mneyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpaang 24 - 48 jam / lebih lama tergantung
jenis operasi.
• Pemberian obat-obatan
• Antibiotic
Cara pemilihan dan pemberian sangat berbeda
disetiap institusi dan berdasarkan resep dokter.
• Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja
saluran pencernaan supositoria (ketopropen sup
2x / 24 jam), oral (tramadol tipa 6 jam /
paracetamol), Injeksi pentidine 90- 75 mg
diberikan setiap 6 jam bila perlu.
• Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum
pasien dapatdiberikan caboransia seperti
Neurobion I vit.C
• Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi,
bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
• Perawatan Rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
adalah suhu, tekanan darah, nadi dan pernafasan.
(Jannatun Noer Khabibah, 2019)

• Asuhan Keperawatan Perioperatif


• Asuhan Keperawatan pada Pasien Pre Operasi
• Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan
data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan
data diperoleh dengan cara anamnesa dan pemeriksaaan
fisik. Pengkajian yang dilakukan pada sectio caesarea,
di dapatkan data fokus yang terdiri dari:
• Data Subjektif
• Keluhan Utama
Klien mengeluh janin belum keluar pada usia
kehamilan yang cukup atau persalinan yang lama.
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit dalam
keadaan inpartu namun janin tidak bisa keluar
dari jalan lahir.
• Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sudah dari kecil mengalami myopia
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat myopia di keluarga
• Data Objektif
Keadaan umum yang didapatkan pasien tampak
cemas karena tindakan pembedahan yang akan
dilakukan.
• Tanda-tanda vital: temperature meningkat,
pernafasan meningkat, nadi meningkat, dan
tekanan darah meningkat.
• Inspeksi : Tinggi badan kurang dari 155 cm.
• Palpasi : Janin belum masuk PAP pada usia
kehamilan 34 minggu (primipara), 35 minggu
(multipara).
• Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
• Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan Keperawatan
• Ansietas : Ansietas pasien berkurang/menunjukkan
pengendalian diri terhadap anisetas
setelah dilakukan tindakan.
• Resiko infeksi : Tidak terjadi.
• Intervensi Keperawatan
• Ansietas:
• Kaji tingkat kecemasan pasien
• Observasi tanda-tanda vital
• Jelaskan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
• Resiko infeksi:
• Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik
• Pastikan kadaluarsa alat dan bahan sebelum digunakan
• Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Ikhwani, 2019)
• Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai perencanaan keperawatan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Dengan
kata lain, evaluasi keperawatan merupakan penilain
hasil pencapaian perencanaan dan pelaksanaan
keperawatan (Arifin, 2015)

• Asuhan Keperawatan pada Pasien Intra Operasi


• Pengkajian yang dilakukan saat intra operasi:
• Tanda-tanda vital:
• Tekanan darah
• Nadi
• Pernapasan
• Suhu
• SPO2
• Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
• Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan
dengan prosedur invasif (pembedahan
yang lama dan perdarahan).
Tujuan Keperawatan
• Resiko infeksi : Tidak terjadi infeksi.
• Resiko ketidakseimbangan cairan: Ketidakseimbangan
volume cairan tidak terjadi.
• Intervensi Keperawatan
• Resiko infeksi
• Kaji faktor-faktor yang beresiko menyebabkan infeksi
• Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik
• Pastikan kadaluarsa alat dan bahan sebelum digunakan
• Pastikan operator, asisten, dan perawat
instrument melakukan scrubbing, gowning, dan
gloving sesuai prosedur
• Pastikan pemberian profilaksis maksimal
sebelum 30-60 menit sebelum operasi
• Siapkan lokasi operasi menurut prosedur khusus
• Tutup luka operasi dengan pembalut yang steril
• Resiko ketidakseimbangan cairan
• Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
• Monitor tanda-tanda vital
• Monitor keluaran cairan dan elektrolit

• Pantau status hidrasi


• Kolaborasi dengan dokter control perdarahan
dan pemberian cairan elektrolit
• Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Ikhwani, 2019)
• Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai perencanaan keperawatan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Dengan
kata lain, evaluasi keperawatan merupakan penilain
hasil pencapaian perencanaan dan pelaksanaan
keperawatan (Arifin, 2015)

• Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi


• Pengkajian
• Tanda-tanda vital:
• Tekanan darah
• Nadi
• Pernapasan
• Suhu
• Kulit
• Turgor
• Luka
• Adanya implan/tidak
• Intake dan output
• Menurut Muttaqin (2010) pada umumnya pasien
pasca operasi akan mengalami nyeri dengan prinsip
PQRST, yaitu:
• Provoking Incident
Merupakan hal-hal yang menjadi faktor
presipitasi timbulnya nyeri, biasanya berupa
trauma pada bagian tubuh yang menjalani
prosedur pembedahan.
• Quality of Pain
Merupakan jenis rasa nyeri yang dialami pasien.
• Region, Radiation, Relief
Area yang dirasakan nyeri pada pasien.
Imobilisasi atau istirahat dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan agar tidak menjalar atau
menyebar.
• Severity (Scale) of Pain
Biasanya pasien hernia akan menilai sakit yang
dialaminya dengan skala 5-7 dari skala
pengukuran 1-10.
• Time
Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan
muncul dan dalam kondisi seperti apa nyeri
bertambah buruk.
• Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

• Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya


kontinuitas jaringan
• Resiko hipotermi berhubungan dengan prosedur pembedahan
• Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan
dengan prosedur invasif (pembedahan yang lama
dan perdarahan)
• Resiko cedera berhubungan dengan efek
obat anestesi Tujuan Keperawatan
• Nyeri akut : Nyeri berkurang
ditandai dengan
skala nyeri yang
dilaporkan
berkurang dan
ekspresi wajah
rileks
• Resiko hipotermi : Hipotermi tidak terjadi.
• Resiko ketidakseimbangan cairan: Keseimbagan volume
cairan dapat dipertahankan.
• Resiko cedera : Pasien
aman
setelah
pembedah
an.
• Intervensi Keperawatan
• Nyeri akut
• Kaji skala nyeri
• Berikan posisi yang nyaman
• Anjurkan untuk relaksasi nafas dalam setiap
kali timbul nyeri
• Observasi tanda-tanda vital
• Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik.
• Resiko hipotermi
• Kaji faktor-faktor yang menyebabkan hipotermi
• Observasi tanda-tanda vital
• Berikan cairan hangat sesuai suhu tubuh
• Berikan penghangat (blanker)
• Ganti bila duk atau tenun basah
• Resiko ketidakseimbangan cairan
• Kaji status hidrasi pasien

• Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan


• Monitor tanda-tanda vital
• Monitor keluaran cairan dan elektrolit
• Pantau status hidrasi pasien
• Kolaborasi dengan dokter kontrol
perdarahan dan pemberian
cairan dan elektrolit.
• Resiko cedera
• Kaji faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya cedera
• Siapkan peralatan dan bantalan untuk posisi
yang dibutuhkan sesuai prosedur operasi
• Stabilkan tempat tidur pada waktu pemindahan pasien
• Pasang pengaman tempat tidur
• Kolaborasi perubahan posisi pada ahli anestesi
dan/atau dokter bedah sesuai kebutuhan
• Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Ikhwani, 2019)
• Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai perencanaan keperawatan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan. Dengan kata lain, evaluasi
keperawatan merupakan penilain hasil pencapaian
perencanaan dan pelaksanaan keperawatan (Arifin, 2015)

BAB III
TINJAUA
N KASUS

• PENGKAJIAN
Hari / tanggal : Rabu, 03 agustus 2022
Tempat : Instalasi Bedah Sentral
Jam : 08.00 WIB
Metode : Observasi dan anamnesa
Sumber : Klien
• Identitas klien
• Nama : Ny. E
• Tanggal lahir : 16-02-1994
• Jenis kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : Swasta
• Status : Menikah
f. No. RM 349607
g. Tanggal masuk : 03-08-2022
• Penangung jawab
• Nama : Tn. A
• Umur : 30 tahun
• Hubungan dgn pasien : Suami
• Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Pasien mengeluh kontraksi pada perut.
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan kontraksi pada perut sejak 3 hari yang
lalu namun bayi belum keluar, kontraksi terasa hilang
timbul dengan durasi 2-3 menit.
• Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat ketuban pecah dini
pada kehamilan sebelumnya

• Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama dengan keluarga

• Pengkajian pre operasi


• Pengkajian Primer
• Airway (Paten/Tidak paten/Gurgling/Stridor/Snoring)
• Jalan nafas paten
• Breathing (Spontan/dengan bantuan alat/pola
nafas/frekuensi nafas/bunyi nafas/irama nafas/tanda
distress pernafasan/pengembangan
dada).
• Bernafas spontan, RR : 20 x/menit, pola nafas baik,
pengembangan dada simetris, tidak menggunakan
alat bantu pernapasan, bunyi nafas vesikuler,
irama nafas teratur.
• Circulation
• Akral hangat, tidak pucat, nadi : 84x/menit,
tekanan darah : 110/70 mmHg, kulit lembab, CRT
<2 detik, turgor kulit elastis, tidak ada perdarahan
eksternal.

• Disability
• Kesadaran compos mentis, GCS : 15 (E4 M6 V5),
pupil isokor 2/2 (++/++), kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah 5 (mampu
menggerakan persendian dengan melawan gaya
gravitasi).

• Exposure
• Terpasang infus di tangan kanan dan pasien tidak ada luka.
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Sedang
• Tingkat Kesadaran : Compos mentis
a) Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555

• Tanda-
tanda
vital:
• Tekanan darah: 110/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,8˚C
• Tinggi badan : 155 cm
• Pengkajian
Psikososial
• DO: Pasien tampak cemas.
• DS: Pasien mengatakan takut untuk operasi.
• Pasien puasa dari jam 05.00 WIB
• Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium Ny. E pada hari Senin, tanggal 03-08-2022.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Interpretasi
Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.8 g/Dl 11.7-15.5 Normal
Jumlah leukosit 12.3 103µL 3.80-11.00 Normal
Hematokrit 35 % 35-47 Normal
Jumlah Trombosit 365 103µL 150-440 Normal
MCV/VER 94 Fl 80-100 Normal
MCH/HER 30.5 Pg 26-34 Normal
MCHC/KHER 32.5 g/Dl 32-36 Normal
IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS
HBsAg (-) (-) Negatif
(Kualitatif)
Negatif
HUMAN IMMUNO VIRUS
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
Penyaring
SARCOV-19
SWAB PCR (-) Negatif (-) Negatif
Sign in
• Menerima pasien
• Memfasilitasi pasien untuk mengganti baju

• Membaringkan pasien di tempat tidur dan


memasang penutup kepala
• Hari/tgl/bulan/tahun : Rabu/03-08-2022
• Pukul : 08.00 WIB
• Konfirmasi /verivikasi
• Nama : Ny.E
• Tanggal lahir : 16-04-1994
• Nomor Rekam Medis 349607
• Diagnosa Pre Operasi : G3P2A1 Hamil (34-35)
Minggu Kala 1 Fase Laten
• Nama operasi : Sectio Caesaria
• Lokasi operasi : Pfannistiel
• Informed Consent : (+)
• Nama operator : dr. Dian , Sp.OG
• Riwayat alergi : (-)
• Riwat asma : (-)
• Rencana pemasangan implan : (-)
• Puasa : Ya, pukul 05.00 WIB
• Menyiapkan catatan permintaan obat dan alkes
1) Tanggal : 03-08-2022
• Nama : Ny.E
• No registasi/rm 103421
• Ruang/kelas : IGD
• Dokter bedah/Dokter Anestesi : dr. Dian, Sp.OG
• Jaminan : Umum
• Diagnosis : G3P2A1 Hamil
(34-35)
Minggu kala 1
fase laten
• Tindakan : Sectio Caesaria

• Alkes
• Hand Glove 6½ 2
• Hand Glove 7 ½ 2

• Hand Glove 7 2
• Povidone Iodine 75/125 ml : 1/1
• Blade no. 20 1
• Polyglycolide, synthetic, multifilament,
absorbable (Novosyn 1-0/taper)
1
• Polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 2-0/ taper)
1
• Polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 3-0/ cutting) 1
• Aqua 1 L 1
• Kasa x-ray 3
• Alkohol 70% 1
• T-scrub 3
• Wrapping paper besar/kecil : 1/1
• Menyiapkan ruang operasi dan instrument
• Jas Umum terdiri dari tiga jas umum dan tiga lap tangan.
• Laken Umum terdiri dari laken atas, bawah, kiri, dan kanan.
• Set Laparatomy
• Cek suction
• Cek ESU
• Cek Lampu
• Set Kateter
• Persiapan Tim Bedah
• Menggunakan APD dan topi, masker, kacamata
google, baju, apron, sepatu/sandal .
• Melakukan cuci tangan bedah:
• Membuka sikat, spon, dan pembersih kuku dari tempatnya .
• Membuka kran air dengan tangan / siku menggunakan lutut
/ Kaki, gulung lengan baju 10 cm di atas siku.
• Membasahi tangan dan lengan sampai dengan 5
cm di atas siku di bawah air mengalir ambi
pembersih kuku dan bersihkan kuku di awah air
mengalir.

• Mengambil sikat, spon dan berikan cairan


Clohexidin Gluconat 4%.
• Memeras spon dan sikat sampai keluar busa.

• Melumuri dan meggosok seluruh permukaan


tangan dan lengan kanan dari ujung jari sampai
5cm di atas siku dengan Clohexidin Gluconat 4%
menggunakan telapak tangan kiri secara memutar.
• Melumuri dan meggosok seluruh permukaan
tangan dan lengan kanan dari ujung jari sampai
5cm di atas siku dengan Clohexidin Gluconat 4%
menggunakan telapak tangan kanan secara
memutar.
• Menyikat ujung jari pada masing – masing
tangan selama 60 detik kearah keluar.
• Lalu memisahkan sikat dari spon, lalu buang
sikatnya dan membilas dengan air mengalir
sampai bersih.
• Melumuri kembali tangan sampai ¾ lengan
dengan menggunakan Clohexidin Gluconat 4%.
• Menggunakan spon untuk membersihkan tangan
kanan dan kiri di mulai dari menggosok telapak
tangan 15 detik, punggung tangan 15 detik. Setiap
jari di gosok seolah mempunyai 4 sisi, masing –
masing tangan 1 menit.
• Lalu membuang spon kemudian membilas
dibawah air mengalir sampai bersih.
• Mengambil lagi cairan Clohexidin Gluconat 4%
dengan siku lalu lumuri tangan sampai pergelanga
tangan.
• Selanjtnya cuci tangan procedural dengan 6
langkah dan 8 kali gerakan.
• Menggosok telapak tangan kanan dan kiri dan
sebaliknya.
• Menggosok telapak tangan kanan diatas
pungung tangan kiri dan sebaliknya .

• Menggosok telapak tangan kanan dengan


tangan kiri dengan jari-jari disilang.
• Pungung jari-jari tangan berhadapan dengan
telapak tangan jari-jari saling mengunci.
• Memutar dan menggosok ibu jari dengan
tangan kiri dan sebaliknya.
• Memutar dan menggosok ujung jari dan ibu
jari tangan ke depan dan belakang pada
permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya.
• Membilas dengan air mengalir sampai bersih.
• Memakai Jas operasi steril dan hand glove tertutup
dengan cara:
• Keringkan lengan dengan mengunakan handuk
penyerap yang steril, caranya dengan memulai
dari tangan, pergelagan tangan sampai siku,
kemudian handuk di buang kearah luar.
• Angkat jas yang terlipat dari meja instrument.
• Pegang tepi leher yang ada, buka di depan kita
tetapi hanya menyentuh bagian dalm jas. Pastikan
berada dalam ruangan yang cukup luas untuk
membuka jas tanpa menyentuh peralatan lain.
• Temukan lubang lengan pada jas dan masukkan
kedua lengan kedalmnya, jangan biarkan tangan
melewati manset jas ketika melakukan teknik
hand glove tertutup.
• Circulating nurse yang ada di dalam ruang operasi
akan memegang bagian dalam jas dan menarik
lengan jas keatas, kemudian mengikat tali leher
dan tali pinggang di belakang. Hanya boleh
menyentuh bagian dalam jas. Lakukan teknik
memakai hand glove tertutup.
• Setelah memakai hand glove berikan pelindung
yang membungkus tali pengikat dari panel
belakang perawat sirkulasi.

• Selama perawat sirkulasi memegang kertas


pelindung, berputar 360˚ kemudian ambil tali dari
bungkus pelindung dan ikat tali pinggang ke
depan.
• Kemudian perawat mulai menyiapkan instrument
dimeja mayo.
• Menyiapkan instrument dimeja mayo diantaranya :
• Scaple Handle dan
blade no. 20 di dalam
Nearbeken 1
• Dressing Forceps 2
• Tissue Forceps 2
• Hemostatic Forceps Curve 6
• Kocher Forceps 6
• Mayo Disecting scissor curve : 1
• Mayo Lexer Scissor 1
• Penser Clamps 6
• Kassa x-ray 20
• Menyiapkan instrument di meja besar :
• Sponge Holding Forcep 1
• Towel clamps 6
• Bowl 2
• Needle Horder 3
• Tena Culum 3
• Retractor 1
• Abdominal Retractor 1
• Deep Retractor 1
• Canulla Suction 1
• Kassa Biasa 10
• Menyiapkan pasien dimeja operasi
• Aseptik dan antiseptik daerah operasi dengan
povidone iodine dengan sponge holding forceps
dan kassa dengan cara dari tengah ke arah luar.
• Drapping (pemberian batas tegas pada daerah
yang akan diinsisi).
• Cek alat ESU dan tempelkan patient plat (oleh
perawat sirkuler).

Time Out
• Konfirmasi anggota tim operasi
• Lengkap : Ya
• Menyebutkan nama dan peran tim operasi : Ya
• Membaca secara verbal
• Hari/Tanggal operasi : Rabu/03-08-2022
• Nama dan tanggal lahir pasien : Ya (cek gelang identitas)
• Diagnosa : Ya
• Prosedur operasi : Ya
• Tempat insisi dilakukan : Ya
• Informed consent : Ya
• Membaca doa : Ya
• Pemberian antibiotik : Ya (belum diberikan)
• Cek sterilisasi dan kesiapan alat (indicator sterilisasi) : Ya
• Melakukan time out
• Mengucapkan salam : Assalamu’alaikum wr. Wb
• Tgl/bulan/tahun : Rabu/03-08-2022
• Nama : Ny. E
• Tanggal Lahir : 16-02-1994
• Diagnosa : G3P2A1 Hamil
(39) Minggu Kala 1
Fase Laten
• Rencana tindakan : Sectio Caesaria
• Tempat insisi dilakukan : Pfannistiel
• Jenis Anestesi : Regional Anestesi (Spinal)
• Operator`` : dr. Dian, Sp.OG
• Asisten Operator :
• Instrumentator :
• Perawat Sirkuler :
• Dr. Anestesi : dr. Wiwiek, Sp.An
• Perawat Anestesi : Elok
• Dokter Anak :-
• Bidan :
• Operasi dimulai pukul : 08.25 WIB
Dengan membaca Do’a yang di pimpin oleh dr. Dian, Sp.OG.

Prosedur Pelaksanaan
• Pelaksanaan
• Perawat sirkuler mengatur posisi pasien, posisi
supine, dan memasang patient plate.
• Operator dan tim operasi (asisten dan instrumentator)
melakukan scrubbing (cuci tangan bedah).
• Operator, asisten, dan instrumentator memakai gown
steril dan hand glove tertutup.
• nstrumentator mengambil 2 bowl, mengisi 1 round
bowl dengan povidone iodine 125 ml dan round bowl
satu lagi dengan aquadest.
• Asisten melakukan pencucian daerah
pembedahan/aseptic dan antiseptic yang dimulai dari
dalam keluar secara memutar dengan menggunakan
sponge holding forcep yang sudah terpasang kassa
dan sudah dibasahi dengan cairan povidone iodine.
• Asisten dan operator melakukan drapping dengan
Laken Operasi Besar (LOB), menutup daerah atas
dengan Laken Operasi Atas (LOA), kemudian duk
kecil untuk menutup kanan dan kiri, dan fiksasi
dengan menggunakan towel klem di ke empat sisi.
• Mengatur kabel surgypen dan selang suction di atas
laken operasi kemudian memfiksasi dengan towel
clamps.
• Pembacaan time out.
• Memberikan tissue forceps kepada operator untuk
melakukan tes kepatenan anestesi dan menandai
daerah yang akan diinsisi.
• Memberikan scaple handle yang terpasang blade no.
20 dalam nierbeken pada operator.
• Operator melakukan insisi pfannistiel.
• Memberikan tissue forceps kepada operator dan
asisten masing-masing satu untuk memegang kulit
saat operator membuka lapisan subkutis.
• Memberikan surgypen kepada operator untuk
membuka lapisan subkutis dan mengontrol
perdarahan pada area subkutis.
• Memberikan kocher forceps kepada operator dan
asisten untuk menjepit fasia arah jam 9 dan 3
• Memberikan surgypen kepada operator untuk membuka fasia.
• Memberikan retractor kepada asisten untuk menarik
kulit, subkutis, dan fasia.
• Memberikan mayo dissecting scissor kepada operator
untuk melebarkan otot.
• Asisten menarik kulit, subkutis, fasia, dan otot
menggunakan retractor untuk memperluas lapang
operasi.
• Memberikan dressing forceps kepada operator dan
asisten untuk memegang peritoneum.
• Memberikan mayo dissecting scissor kepada operator
untuk menggunting peritoneum.
• Operator dan asisten melebarkan area insisi dengan
kedua tangan
• Memberikan abdominal retractor / Belfour kepada
asisten untuk menarik kulit, subkutis, fasia, dan
peritoneum pada bagian bawah guna memperluas
lapang operasi serta melindungi bladder.
• Memberikan retractor kepada asisten untuk menarik
kulit, subkutis, fasia, dan peritoneum pada bagian
atas.

• Memberikan blade no. 20 kepada operator untuk


membuka plika dan uterus.
• Melakukan suction dengan cara mengikuti dari
belakang sayatan.
• Memberikan hemostatic forcep pean untuk
memcahkan ketuban, suction air ketuban yang keluar
dengan kanul suction
• Menjauhkan abdominal retractor dari area operasi
untuk mencegah trauma pada kepala janin yang akan
dikeluarkan.
• Menyiapkan canulla suction untuk bayi dengan
disambukan pada connector suction no. 10 fr
• Operator mengeluarkan dan menarik janin dari uterus.
• Asisten melakukan suction pada bayi, dan
membersihkan mulut bayi dengan kassa.
• Memberikan 2 kocher forceps kepada operator dan
asisten masing-masing satu untuk menjepit tali pusat
menjadi dua sisi.
• Memberikan mayo dissecting scissor kepada
operator untuk menggunting tali pusat.
• Operator memberikan bayi kepada bidan.
• Memberikan penser clamps 4 kepada operator dan
asisten untuk menjepit uterus menjadi 4 sisi.
• Operator mengeluarkan plasenta dari uterus dengan
pencer clamp
• Memberikan nierbeken kepada operator sebagai
wadah plasenta.
• Memberikan kassa x-ray lepas kepada operator untuk
mebersihkan uterus.
• Memberikan polyglycolide, synthetic, multifilament,
absorbable (Novosyn 1/0 ●) kepada operator untuk
menjahit uterus dengan teknik continous. Dimulai
dari jam 3 dengan mentagle salah satu benang
dengan hemostatic forcep pean
• Memberikan Mayo lexer sxissor kepada asisten
untuk menggunting benang, Lalu dilanjutkan
menjahit dengan

benang pada arah jam 9 dengan teknik continuous


dan di fiksasi pada pada benang yang di tagle pada
hemostatic forcep pean tadi.
• Memberikan Mayo lexer sxissor kepada
asisten untuk menggunting benang
• Memberikan kassa yang di jepit tenaculum kepada
operator untuk mengontrol perdarahan pada area
uterus.
• Memberikan mayo lexer scissor kepada
asisten untuk menggunting benang pada
jahitan uterus.
• Memberikan polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 2/0 ●) kepada operator untuk
menjahit plika dengan teknik continous.
• Memberikan tena culum kepada operator untuk
mengontrol perdarahan pada area plika.
• Memberikan mayo lexer scissor kepada
asisten untuk menggunting benang pada
jahitan.
• Memberikan Retraktor / O hak kepada operator untuk
menarik kulit, subkutis, fasia, otot untuk memberikan
lapang pandang operasi
• Memberikan aquades 200 ml dalam bowl kepada
operator untuk mencuci area sekitar peritoneum.
• Memberikan suction kepada asisten utnuk menyedot
aquades yang digunakan mencuci area peritoneum.
• Memberikan surgypen kepada operator untuk control
perdarahan yang masih ada
• Memberikan aquades 200 ml dalam bowl kepada
operator untuk mencuci area sekitar peritoneum
kembali.
• Memberikan suction kepada asisten untuk menyedot
aquades yang digunakan pada pencucian area sekitar
peritoneum.
• Menghitung kassa
• Memberikan 4 kocher forceps kepada operator untuk
menjepit peritoneum.

• Memberikan polyglactin, synthetic, multifilament,


absorbable (Monosyn 2/0 ●) kepada operator untuk
menjahit peritoneum dengan teknik continous.
• Memberikan mayo lexer scissor kepada
asisten untuk menggunting benang pada
jahitan peritoneum.
• Memberikan kassa x-ray kepada asisten
untuk kontrol perdarahan pada area jahitan
peritoneum.
• Asisten menarik kulit, subkutis dan fasia
menggunakan retractor untuk memperluas lapang
operasi.
• Memberikan polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 2/0 ●) kepada operator untuk
menjahit otot dengan teknik continous.
• Memberikan kocher forceps kepada operator untuk
menjepit facia
• Memberikan polyglycolide, synthetic, multifilament,
absorbable (Novosyn 1/0 ●) kepada operator untuk
menjahit facia dengan teknik continous
• Asisten menarik kulit dan subkutis menggunakan
retractor untuk memperluas lapang operasi.
• Memberikan mayo lexer scissor kepada asisten untuk
menggunting benang pada jahitan facia.
• Asisten mengeluarkan retractor.
• Memberikan dressing forceps kepada asisten untuk
memegang subkutis.
• Memberikan polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 2/0 ▼) kepada asisten untuk
menjahit lapisan subkutis dengan teknik interuptus.
• Menggunting benang pada jahitan lapisan subkutis
menggunakan mayo lexer scissor.
• Memberikan polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 3/0 ▼) kepada asisten untuk
menjahit kulit dengan teknik subkutikuler.

• Menggunting benang pada jahitan kulit


menggunakan mayo lexer scissor.
• Memberikan monosyn 3/0 ▼ (benang polyglactin,
synthetic, multifilament, absorbable) kepada operator
untuk menjahit kulit dengan teknik subkutikuler.
• Memberikan kassa yang dilembabkan dengan Nacl
0,9% kepada asisten untuk membersihkan area luka
operasi.
• Memberikan framycetin, kassa kering, dan plaster
hypafix kepada asisten untuk dressing luka operasi.

• Pengkajian Intra Operasi


Jam pengkajian: 08.25 WIB
• Tanda-tanda vital:
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
4) Suhu : 36,80C
5) SPO2 : 100%
• Data Subjektif : Pasien mengatakan ingin segera bertemu
dengan bayinya.
• Data Objektif :
• Tampak instrument yang digunakan dalam keadaan steril
dengan indicator internal dan eksternal yang masih dapat
digunakan.
• Tampak operator dan tim sudah melakukan cuci tangan bedah.
• Tampak operator dan instrument sekaligus asisten
menggunakan sarung tangan steril sesuai prosedur,
• Tampak dilakukan tekhnik aseptik dan antiseptic.

Sign Out
• Konfirmasi secara verbal
• Selesai pukul : 08.55 WIB
• Diagnosa post operasi : G3P2A1 Hamil (34-35
minggu) Kala 1 Fase Laten

• Nama tindakan yang dilakukan : Sectio Caesarea


• Kelengkapan instrument : Lengkap
• Memberikan identitas jaringan : Ya, atas nama Ny. E,
tanggal lahir, dan
nomor rekam
medis, plasenta
(tidak di PA)
dr. Dian, Sp.OG
• Klien tidak ada pengawasan khusus
• Setelah dari kamar operasi klien di rawat di ruang pemulihan

• Pengkajian
Post Operasi
Jam pengkajian 08.55 WIB
• Tanda-tanda vital:
• Tekanan darah : 118/67 mmHg
• Nadi : 78 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
4) Suhu : 35,60C
• Turgor kulit : Elastis, terdapat luka operasi pfannistiel
• Intake dan Output : - Cairan infus 1.000 cc
- Perdarahan 300 cc
Data Subjektif
• Pasien mengeluh
kedinginan Data
Objektif
• Keadaan umum : Sedang
• Tingkat kesadaran : Composmentis
• GCS : E4M6V5
• Pasien tampak kedinginan
• Lama operasi 30 menit
• Suhu ruangan 17˚C
• Analisa Data

Tanggal Data Klien Etiologi Masalah


Jam Keperawatan
Pre.Op Data Subjektif: Panggul asimilasi Anisetas
03-08-2022 - Pasien mengatakan ¯
Kesulitan kepala

08.00 WIB takut untuk operasi masuk ke rongga


Data Objektif: panggul
• Pasien tamak cemas ¯
• Tanda-tanda vital: Rencana prosedur
Tekanan darah pembedahan
110/80 mmHg ¯
Nadi 84 x/menit Kurang terpapar
Pernapasan20 x/menit informasi mengenai
Suhu 36,8˚C prosedur
pembedahan
¯
Ancaman kematian
¯
Krisis situasional
¯
Ansietas
Intra.Op Data Subjektif: Panggul asimilasi Resiko Infeksi
03-08-2022 - ¯
08.25 WIB Kesulitan kepala
Data Objektif: masuk ke rongga
- Tampak instrument panggul
yang digunakan dalam ¯
keadaan steril dengan
indicator internal dan Dilakukan prosedur
eksternal yang masih invasive
dapat digunakan. ¯
- Tampak operator dan Resiko Infeksi
tim sudah melakukan
cuci tangan bedah.
- Tampak operator dan
instrument sekaligus
asisten menggunakan
sarung tangan steril
sesuai prosedur,
- Tampak dilakukan
tekhnik aseptik dan
antiseptik.
Post.Op Data Subjektif: Panggul asimilasi Resiko Hiptermia
03-08-2022 • Pasien mengeluh ¯
08.55 WIB kedinginan Kesulitan kepala
Data Objektif: masuk ke rongga
• Pasien tampak panggul
kedinginan S : 35.6c ¯
• Lama operasi 30 Tindakan
pembedahan

menit ¯
- Suhu ruangan 17˚C Terpapar udara
dingin
¯
Resiko hipotermia

• Diagnosa Keperawatan
• Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
• Resiko hipotermi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

• Intervensi Keperawatan

Tanggal Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
03-08-2022 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan • Kaji tingkat
dengan prosedur tindakan keperawatan kecemasan
pembedahan selama 1x10 menit pasien
ansietas berkurang, • Observasi tanda-
dengan kriteria hasil: tanda vital
• Menunjukkan • Jelaskan
pengendalian diri tindakan
terhadap anisetas pembedahan
setelah dilakukan yang akan
tindakan dilakukan
• Ekspresi wajah
rileks.
03-08-2022 Resiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol Infeksi
berhubungan dengan tindakan keperawatan • Kaji faktor-
prosedur invasif selama 1x30 menit faktor yang
resiko infeksi tidak beresiko
terjadi. menyebabkan
infeksi
• Pertahankan
teknik aseptic
dan antiseptic
• Pastikan
kadaluarsa alat
dan bahan
sebelum
digunakan
• Pastikan
operator,
asisten, dan
instrument
melakukan
scrubing,
gowning, dan
gloving sesuai
prosedur.
• Pastikan
pemberian
profilaksis
maksimal 30-6-
menit sebelum
operasi
• Siapkan lokasi
operasi menurut
prosedur
khusus

7. Tutup luka
operasi dengan
pembalut yang
steril
03-08-2022 Resiko hipotermia Setelah dilakukan Perawatan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Hipotermia
prosedur pembedahan selama 1 x 15 menit • Kaji faktor-
resiko hipotermi faktor yang
berkurang, dengan menyebabkan
kriteria hasil: hipotermi
• Penurunan suhu • Observasi
tubuh tidak terjadi tanda-tanda
• Tidak terjadi vital
perubahan warna • Berikan cairan
kulit hangat sesuai
• TTV dalam batas suhu tubuh
normal • Berikan
penghangat
(blanker)
• Ganti bila duk
atau tenun basah

• Implementasi Keperawatan

Tangga Diagno Implement


l sa asi
Jam
Ansietas berhubungan • Mengkaji tingkat kecemasan pasien
03-08- dengan prosedur • Mengobservasi tanda-tanda vital
2022 pembedahan • Menjelaskan tindakan pembedahan yang
08.00 akan dilakukan
WIB
03-08- Resiko infeksi Kontrol Infeksi
2022 berhubungan dengan • Mengkaji faktor-faktor yang
08.10 prosedur invasif beresiko menyebabkan
WIB infeksi
• Mempertahankan teknik aseptic dan
antiseptic
• Memastikan kadaluarsa alat dan bahan
sebelum digunakan
• Memastikan operator, asisten, dan
instrument melakukan scubing, gowning,
dan gloving sesuai prosedur.
• Memastikan pemberian profilaksis
maksimal 30-60 menit sebelum operasi
• Menyiapkan lokasi operasi menurut
prosedur khusus.
• Menutup luka operasi dengan pembalut
yang steril.

03-08- Resiko hipotermi Perawatan Hipotermia


2022 berhubungan dengan • Mengkaji faktor-faktor yang
08.55 prosedur pembedahan menyebabkan hipotermi
• Mengobservasi tanda-tanda vital
• Memberikan cairan hangat sesuai suhu
tubuh
• Memberikan penghangat (blanker)
• Mengganti bila duk atau tenun basah

• Evaluasi
No. Tanggal Diagnosa Evaluasi
Jam Keperawatan
1. 03-08-2022 Ansietas berhubungan S :
08.00 WIB dengan • Pasien mengatakan siap untuk
terputusnya kontinuitas operasi
jaringan O:
• Pasien tampak tenang dan rileks
• Tanda-tanda vital :
Tekanan darah 120/87 mmHg
Nadi 86 x/menit
Pernapasan 20 x/menit
Suhu 36,5˚C
• Pasien berdoa
• Pasien dapat menjelaskan
kembali tindakan pembedahan
yang akan dilakukan
A : Ansietas teratasi sebagian
P : Lanjutkan implementasi sampai
operasi dimulai
2. 03-08- Resiko infeksi S :-
2022 berhubungan • :
08.25 dengan prosedur invasif • Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 124/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
• Tampak dilakukan tekhnik aseptik
dan antiseptik
• Operator dan instrument melakukan
scrubing dan gloving sesuai
prosedur A : Resiko infeksi teratasi
• : Lanjutkan implementasi
3. 03-08-2022 Resiko hipotermi S :
08.55 WIB berhubungan dengan • Pasien mengatakan tidak
prosedur pembedahan kedinginan O :
• Pasien tampak memakai blanker
penghangat
• Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 122//71mmHg

Nadi : 78
x/menit Pernapasan :
20 x/menit Suhu :
36,3˚C
• Tidak ada perubahan warna kulit
• Pasien tampak memakai duk dan
tenun yang kering
A : Resiko hipotermi teratasi
P : Lanjutkan implementasi dengan
operan pada perawat ruangan.
BAB
IV
PEMBAHASA
N KASUS

Pada bab ini akan dibahas kesejangan dan kesamaan yang terjadi
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan perioperatif
Ny.E G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Kala 1 Fase Laten di ruang
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit dr.Soebandi yang meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi
• Pengkajian
Pada saat pengkajian keluhan pada pasien perioperatif
hamil dengan Kala I memanjang, keluhan adanya kontraksi
selama 3 hari namun janin belum keluar dari jalan lahir dan rasa
takut karena akan dilakukan pembedahan. Hal ini sejalan dengan
apa yang ditemukan pada lapangan bahwa pasien mengeluh ada
persalinan yang lama dan kecemasan karena akan dilakukan
pembedahan.
• Diagnosa keperawatan
Tahap ini merupakan langkah awal yang di lakukan
individu dalam melakukan asuhan keperawatan pada perioperatif
Ny.E G3P2A1 Hamil (34- 35 Minggu) Kala 1 Fase Laten, yaitu
menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
adalah:
• Pre operasi :
• Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
• Intra operasi
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
• Post operasi
• Resiko hioptermi berhubungan dengan prosedur pembedahan

• Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan, adapun
acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
kelompok menggunakan referensi diagnosa NANDA dan yang
disesuaikan dengan keadaan pasien.

Rencana keperawatan yang dibuat mengacu pada


kebutuhan yang dibutuhkan dan dirasaka saat pengkajian serta
landasan teori. Rencana yang dibuat telah diprioritaskan sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi pasien saat ini.
• Implementasi
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
untuk mengurangi permasalahan yang dialami pasien. Asuhan
keperawatan perioperatif pada Ny.E G3P2A1 Hamil (34-35
Minggu) Kala 1 Fase Laten dilakukan pada 03 Agustus 2022.
Dimana kelompok memberikan dan memantau perkembangan
kesehatan klien, mengevaluasi masalah kesehatan yang dialami
klien .
• Evalausi
Evaluasi merupakan tindakan yang dilakukan setelah
memberikan implementasi kepada pasien, evaluasi di berikan
kepada Ny. E di ruang pemulihan dengan keteria sebagai berikut
:
• Tanda-tanda vital dalam batas normal
• Tekanan Darah : 122//71mmHg
• Nadi : 78 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
- SpO2 : 100%
• Keadaan umum pasien baik
• Pasien sudah tidak merasa kedinginan
• Suhu pasien 36,4 0C
• Terpasang penghangat
• Kesadaran Composmentis
• Pasien dapat membuka mata dengan spontan
• Pasien sudah dapat di ajak berkomunikasi

B
A
B

P
E
N
U
T
U
P

• Kesimpulan
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut (Jannatun Noer Khabibah, 2019)
Pada kasus yang didapat pada tanggal 06 April 2022
dengan diagnosa Ny.E G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) dengan
dilakukan pengkajian keperawatan. Didapatkan diagnosa
keperawatan ansietas berhubungan dengan prosedur
pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
invasive, dan resiko hipotermi berhubungan dengan prosedur
pembedahan. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan, penyusun menyusun intervensi dari keempat
diagnose tersebut. Penyusun melakukan implementasi sesuai
intervensi. Hasil evalusi yang didapatkan setelah dilakukan
implementasi yaitu ansietas teratasi, resiko infeksi teratasi, dan
resiko hipotermi teratasi.
• Saran
• Pelayanan keperawatan
Diharapkan agar pelayanan keperawatan melakukan koordinasi
berkelanjutan dengan perawat kamar bedah dalam penyusunan
dan dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada
Pasien dengan Sectio Caesarea
• Hipkabi
Diharapkan agar Himpunan Perawat Kamar Bedah dapat
mengembangkan metode pembelajaran mengenai
keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio
Caesarea
• Rumah Sakit dr.Soebandi
Diharapkan agar petugas keperawatan di instalasi bedah
sentral rumah sakit dr.soebandi dapat melakukan asuhan
keperawatan perioperatif pada pasien dengan undescended
testis sesuai dengan literatur untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal dan komperhensif.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, anissa zulfa. (2015). Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan Post
Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini di Bangsal Ma war III
RSUD Surakarta.
Benjamin, W. (2019). No Tit‫ילי‬le. ペインクリニック学会治療指針2, 3, 1–9.
Dermawan. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post Op Sectio
Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas Rsud. Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post
Op Sectio Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas Rsud.
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, 6(1), 1– 46.
https://doi.org/10.1016/j.snb.2019.127013
Ikhwani, N. (2019). Karya tulis ilmiah gambaran proses penyembuhan
luka post sectio caesarea di rumkitban lawang.
JANNATUN NOER KHABIBAH. (2019). Asuhan Keperawatan
Pada Ny. N Dengan Diagnosa Medis Post Op Sectio Caesarea
Dengan Indikasi Preeklamsia Berat Di Ruang Nifas Rsud Bangil
Pasuruan. Kerta Cendekia Nursing Academy, 1–125.
Nurlianti, D. (2021). Asuhan keperawatan pada ny. r p4a0 post partus
prematus 32 minggu dengan section caesarea (SC) hari ke-1 atas
indikasi ketuban pecah dini dan gawat janin di ruang alamanda
b rumah sakit dr. hasan sadikin bandung. 1–75.
Rachman, T. (2018). 済無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
SDKI, 2018. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post
Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Rsud a.W
Sjahranie Samarinda. 1–125.

Anda mungkin juga menyukai