E G3P2A1
HAMIL (34-35 MINGGU) INPARTU KALA 1 FASE LATEN DENGAN
TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUANG INSTALASI BEDAH
SENTRAL RUMAH SAKIT DAERAH DR.SOEBANDI JEMBER
DISUSUN OLEH :
KUSNUL KOTIMAH
HALAMAN PENGESAHAN
Jumanto, S.Kep., Ns
KATA PENGANTAR
Kusnul
Kotimah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHUL
UAN
• Latar Belakang
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
seorang ibu dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa
persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian
yang sehat. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Rachman, 2018)
Persalinan yang dilakukan dengan bedah Caesar menurut
SDKI tahun 2012 sebesar (12,3%). Wanita yang melahirkan
dengan cara bedah Caesar mereka berumur 35-49 tahun (15%),
mereka yang melahirkan pada urutan kelahiran pertama (14 %),
wanita yang berpendidikan SMA (19%) dan perguruan tinggi
(25%) , untuk wanita dalam kuintil kekayaan tertinggi (23%).
Angka bedah caesar lebih tinggi pada SDKI 2012 dibandingkan
pada tahun 2007 (7%), angka bedah caesar sebesar 9,8 % dengan
proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di
Sulawesi Tenggara (3,3%) dan secara umum persalinan melalui
bedah caesar menurut karakteristik menunjukkan proporsi
tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan tertas (18,9%), tinggal
diperkotaan (13,8%), pekerjaan sebagai pegawai (20,9%) dan
pendidikan tinggi (25,1%)(Rachman, 2018)
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI)tahun 2015 AKI 305 per 100.00 kelahiran hidup. Pada
tahun 2012, angka kematian ibu di indonesia masih tinggi sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup angka ini sedikit menurun jika
dibandingkan dengan SDKI tahun 1991 yaitu sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup, angka ini sedikit menurun meskipun
tidak signifikan. Target SDGs (Sustainable Development Goals)
ke-13 adalah pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu
hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
• Tujuan
• Tujuan Umum
Mengetahui proses Asuhan Keperawatan Perioperatif
pada Pasien Ny. E G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu
Kala 1 Fase Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea diruang
Instalasi Bedah Central Rumah Sakit Daerah dr.Soebandi
Jember saat Pre Operasi, Intra Operasi, Post Operasi.
• Tujuan Khusus
• Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ny.E
G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu Kala 1 Fase
Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea Saat Pre
Operasi
• Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ny.E
G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu Kala 1 Fase
Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea Saat Intra
Operasi
• Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ny.E
G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Inpartu Kala 1 Fase
Laten dengan Tindakan Sectio Caesarea Saat Post
Operasi
• Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pada makalah ini adalah pengelolaan pasien
selama preoperasi, intraoperasi dan postoperasi
• Manfaat
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh selama mengikuti pelatihan scrub nurse dan
sebagai tambahan pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan
tentang askep perioperatif.
• Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini dibagi dalam 5 bab yang terdiri dari :
• BAB I PENDAHULUAN yang berisikan tentang latar
belakang, tujuan dan sistematika penulisan
• BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang berisikan tentang
Pengertian, Anatomi, Etiologi, Tanda Gejala, Patofisiologi,
Pemeriksaan Penunjang, Terapi, Asuhan Keperawatan
Perioperatif
• BAB III TINJAUAN KASUS yang berisikan tentang proses
asuhan keperawatan perioperatif mulai dari Pre Operasi, Intra
Operasi, Post Operasi
• BAB IV PEMBAHASAN KASUS yang berisikan tentang
asuhan keperawatan mulai dari Pengkajian, Diagnosa,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi
• BAB V PENUTUP yang berisikan tentang kesimpulan dan
penutup dari kasus Ny.E Pada Ny.E G3P2A1 Hamil (34-35
Minggu) Inpartu Kala 1 Fase Laten dengan Tindakan Sectio
BAB
II TINJAUAN
PUSTAKA
• Definisi
• Sectio caesaria
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (SDKI,
2019)
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Jannatun Noer Khabibah, 2019)
• Prolonged latent phase
Prolonged latent phase adalah fase latent yang
memanjang dimana suatu keadaan pada kala 1 pembukaan
serviks sampai 3 cm berlangsung lebih dari 8 jam. (Arifin,
2015)
Etiologi / Faktor penyebab fase latent adalah
• His tidak efisien (in adekuat) His yang tidak normal
dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan keringetan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan.
• Kelainan janin Persalinan dapat mengalami gangguan
atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau bentuk
janin.
• Kelainan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks,
vagina, tumor) Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan
lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan (Arifin, 2015)
• Anatomi
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari
genitalia eksternal dan genitalia internal. Genitalia eksternal
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
glandula vestibularis mayor, glandula
• Organ Genitalia
Internal
Gambar 2.2 Organ Genetalia Internal
Organ genitalia internal wanita terdiri beberapa organ, yaitu:
• Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis
yang dapat melipat dan mampu meregang secara
luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina.
Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9
cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm.
Vagina terletak di depan rektum dan di belakang
kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan uterus
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebut rugae dan terutama di bagian
bawah. Pada puncak anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah
muda dan basah. Ujung vagina menonjol serviks
• Patofisiologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonia ini terjadi
perlukaan pada dinding abdomen (kulit dan otot perut)
dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain
adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya
supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap
kecepatan proses penyembuhan sebagai berikut: Sewaktu
incise (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis
dan jaringan kulit akan mati. Runag incise akan diisi oleh
gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami
reaksi radang mendadak. Dalam 2-3 hari kemudian,
eksudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipat
gandaan) fibroblast mulai terjadi.Pada hari ke 3-4
gumpalan darah mengalami organisasi , Pada hari ke 5
tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka
kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi
dehiscence (merekah). Pada hari 7-8, epitelisai terjadi dan
luka akan sembuh. (SDKI, 2019)
Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari
tepi luka kea rah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam
dermis.Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5
maksimum. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6
minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat Sectio
Caesarea dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama
setelah operasi. (Dermawan, 2020)
• Pemeriksaan Penunjang
• Hemogblobin atau hematocrit (HB/Ht) untuk
mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
• Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
• Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah
• Urinalisis / kultur urine
• Pemeriksaan elektrolit (Nurlianti, 2021)
• Terapi
• Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca
operasi, maka pemberian cairan perintravena harus
cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan DS
10%, garam fisiologis dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfuse darah sesuai kebutuhan.
• Diet
Diet Pemberian cairan intravena biasanya
dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah ynag sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi, berupa air putih
dan teh.
• Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring
kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-8 jam setelah
operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil
tidur terlentang dsedini mungkin setelah sadar. Hari
pertama post operasi pasien dapat didudukkan selama
5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang
dapat diubah menjadi posisi semifowler dan
selanjutnya selama
Tujuan Keperawatan
• Ansietas : Ansietas pasien berkurang/menunjukkan
pengendalian diri terhadap anisetas
setelah dilakukan tindakan.
• Resiko infeksi : Tidak terjadi.
• Intervensi Keperawatan
• Ansietas:
• Kaji tingkat kecemasan pasien
• Observasi tanda-tanda vital
• Jelaskan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
• Resiko infeksi:
• Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik
• Pastikan kadaluarsa alat dan bahan sebelum digunakan
• Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Ikhwani, 2019)
• Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam menilai perencanaan keperawatan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Dengan
kata lain, evaluasi keperawatan merupakan penilain
hasil pencapaian perencanaan dan pelaksanaan
keperawatan (Arifin, 2015)
BAB III
TINJAUA
N KASUS
• PENGKAJIAN
Hari / tanggal : Rabu, 03 agustus 2022
Tempat : Instalasi Bedah Sentral
Jam : 08.00 WIB
Metode : Observasi dan anamnesa
Sumber : Klien
• Identitas klien
• Nama : Ny. E
• Tanggal lahir : 16-02-1994
• Jenis kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : Swasta
• Status : Menikah
f. No. RM 349607
g. Tanggal masuk : 03-08-2022
• Penangung jawab
• Nama : Tn. A
• Umur : 30 tahun
• Hubungan dgn pasien : Suami
• Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Pasien mengeluh kontraksi pada perut.
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan kontraksi pada perut sejak 3 hari yang
lalu namun bayi belum keluar, kontraksi terasa hilang
timbul dengan durasi 2-3 menit.
• Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat ketuban pecah dini
pada kehamilan sebelumnya
• Disability
• Kesadaran compos mentis, GCS : 15 (E4 M6 V5),
pupil isokor 2/2 (++/++), kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah 5 (mampu
menggerakan persendian dengan melawan gaya
gravitasi).
• Exposure
• Terpasang infus di tangan kanan dan pasien tidak ada luka.
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Sedang
• Tingkat Kesadaran : Compos mentis
a) Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
• Tanda-
tanda
vital:
• Tekanan darah: 110/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,8˚C
• Tinggi badan : 155 cm
• Pengkajian
Psikososial
• DO: Pasien tampak cemas.
• DS: Pasien mengatakan takut untuk operasi.
• Pasien puasa dari jam 05.00 WIB
• Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium Ny. E pada hari Senin, tanggal 03-08-2022.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Interpretasi
Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.8 g/Dl 11.7-15.5 Normal
Jumlah leukosit 12.3 103µL 3.80-11.00 Normal
Hematokrit 35 % 35-47 Normal
Jumlah Trombosit 365 103µL 150-440 Normal
MCV/VER 94 Fl 80-100 Normal
MCH/HER 30.5 Pg 26-34 Normal
MCHC/KHER 32.5 g/Dl 32-36 Normal
IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS
HBsAg (-) (-) Negatif
(Kualitatif)
Negatif
HUMAN IMMUNO VIRUS
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
Penyaring
SARCOV-19
SWAB PCR (-) Negatif (-) Negatif
Sign in
• Menerima pasien
• Memfasilitasi pasien untuk mengganti baju
• Alkes
• Hand Glove 6½ 2
• Hand Glove 7 ½ 2
• Hand Glove 7 2
• Povidone Iodine 75/125 ml : 1/1
• Blade no. 20 1
• Polyglycolide, synthetic, multifilament,
absorbable (Novosyn 1-0/taper)
1
• Polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 2-0/ taper)
1
• Polyglactin, synthetic, multifilament,
absorbable (Monosyn 3-0/ cutting) 1
• Aqua 1 L 1
• Kasa x-ray 3
• Alkohol 70% 1
• T-scrub 3
• Wrapping paper besar/kecil : 1/1
• Menyiapkan ruang operasi dan instrument
• Jas Umum terdiri dari tiga jas umum dan tiga lap tangan.
• Laken Umum terdiri dari laken atas, bawah, kiri, dan kanan.
• Set Laparatomy
• Cek suction
• Cek ESU
• Cek Lampu
• Set Kateter
• Persiapan Tim Bedah
• Menggunakan APD dan topi, masker, kacamata
google, baju, apron, sepatu/sandal .
• Melakukan cuci tangan bedah:
• Membuka sikat, spon, dan pembersih kuku dari tempatnya .
• Membuka kran air dengan tangan / siku menggunakan lutut
/ Kaki, gulung lengan baju 10 cm di atas siku.
• Membasahi tangan dan lengan sampai dengan 5
cm di atas siku di bawah air mengalir ambi
pembersih kuku dan bersihkan kuku di awah air
mengalir.
Time Out
• Konfirmasi anggota tim operasi
• Lengkap : Ya
• Menyebutkan nama dan peran tim operasi : Ya
• Membaca secara verbal
• Hari/Tanggal operasi : Rabu/03-08-2022
• Nama dan tanggal lahir pasien : Ya (cek gelang identitas)
• Diagnosa : Ya
• Prosedur operasi : Ya
• Tempat insisi dilakukan : Ya
• Informed consent : Ya
• Membaca doa : Ya
• Pemberian antibiotik : Ya (belum diberikan)
• Cek sterilisasi dan kesiapan alat (indicator sterilisasi) : Ya
• Melakukan time out
• Mengucapkan salam : Assalamu’alaikum wr. Wb
• Tgl/bulan/tahun : Rabu/03-08-2022
• Nama : Ny. E
• Tanggal Lahir : 16-02-1994
• Diagnosa : G3P2A1 Hamil
(39) Minggu Kala 1
Fase Laten
• Rencana tindakan : Sectio Caesaria
• Tempat insisi dilakukan : Pfannistiel
• Jenis Anestesi : Regional Anestesi (Spinal)
• Operator`` : dr. Dian, Sp.OG
• Asisten Operator :
• Instrumentator :
• Perawat Sirkuler :
• Dr. Anestesi : dr. Wiwiek, Sp.An
• Perawat Anestesi : Elok
• Dokter Anak :-
• Bidan :
• Operasi dimulai pukul : 08.25 WIB
Dengan membaca Do’a yang di pimpin oleh dr. Dian, Sp.OG.
Prosedur Pelaksanaan
• Pelaksanaan
• Perawat sirkuler mengatur posisi pasien, posisi
supine, dan memasang patient plate.
• Operator dan tim operasi (asisten dan instrumentator)
melakukan scrubbing (cuci tangan bedah).
• Operator, asisten, dan instrumentator memakai gown
steril dan hand glove tertutup.
• nstrumentator mengambil 2 bowl, mengisi 1 round
bowl dengan povidone iodine 125 ml dan round bowl
satu lagi dengan aquadest.
• Asisten melakukan pencucian daerah
pembedahan/aseptic dan antiseptic yang dimulai dari
dalam keluar secara memutar dengan menggunakan
sponge holding forcep yang sudah terpasang kassa
dan sudah dibasahi dengan cairan povidone iodine.
• Asisten dan operator melakukan drapping dengan
Laken Operasi Besar (LOB), menutup daerah atas
dengan Laken Operasi Atas (LOA), kemudian duk
kecil untuk menutup kanan dan kiri, dan fiksasi
dengan menggunakan towel klem di ke empat sisi.
• Mengatur kabel surgypen dan selang suction di atas
laken operasi kemudian memfiksasi dengan towel
clamps.
• Pembacaan time out.
• Memberikan tissue forceps kepada operator untuk
melakukan tes kepatenan anestesi dan menandai
daerah yang akan diinsisi.
• Memberikan scaple handle yang terpasang blade no.
20 dalam nierbeken pada operator.
• Operator melakukan insisi pfannistiel.
• Memberikan tissue forceps kepada operator dan
asisten masing-masing satu untuk memegang kulit
saat operator membuka lapisan subkutis.
• Memberikan surgypen kepada operator untuk
membuka lapisan subkutis dan mengontrol
perdarahan pada area subkutis.
• Memberikan kocher forceps kepada operator dan
asisten untuk menjepit fasia arah jam 9 dan 3
• Memberikan surgypen kepada operator untuk membuka fasia.
• Memberikan retractor kepada asisten untuk menarik
kulit, subkutis, dan fasia.
• Memberikan mayo dissecting scissor kepada operator
untuk melebarkan otot.
• Asisten menarik kulit, subkutis, fasia, dan otot
menggunakan retractor untuk memperluas lapang
operasi.
• Memberikan dressing forceps kepada operator dan
asisten untuk memegang peritoneum.
• Memberikan mayo dissecting scissor kepada operator
untuk menggunting peritoneum.
• Operator dan asisten melebarkan area insisi dengan
kedua tangan
• Memberikan abdominal retractor / Belfour kepada
asisten untuk menarik kulit, subkutis, fasia, dan
peritoneum pada bagian bawah guna memperluas
lapang operasi serta melindungi bladder.
• Memberikan retractor kepada asisten untuk menarik
kulit, subkutis, fasia, dan peritoneum pada bagian
atas.
Sign Out
• Konfirmasi secara verbal
• Selesai pukul : 08.55 WIB
• Diagnosa post operasi : G3P2A1 Hamil (34-35
minggu) Kala 1 Fase Laten
• Pengkajian
Post Operasi
Jam pengkajian 08.55 WIB
• Tanda-tanda vital:
• Tekanan darah : 118/67 mmHg
• Nadi : 78 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
4) Suhu : 35,60C
• Turgor kulit : Elastis, terdapat luka operasi pfannistiel
• Intake dan Output : - Cairan infus 1.000 cc
- Perdarahan 300 cc
Data Subjektif
• Pasien mengeluh
kedinginan Data
Objektif
• Keadaan umum : Sedang
• Tingkat kesadaran : Composmentis
• GCS : E4M6V5
• Pasien tampak kedinginan
• Lama operasi 30 menit
• Suhu ruangan 17˚C
• Analisa Data
menit ¯
- Suhu ruangan 17˚C Terpapar udara
dingin
¯
Resiko hipotermia
• Diagnosa Keperawatan
• Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
• Resiko hipotermi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
• Intervensi Keperawatan
7. Tutup luka
operasi dengan
pembalut yang
steril
03-08-2022 Resiko hipotermia Setelah dilakukan Perawatan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Hipotermia
prosedur pembedahan selama 1 x 15 menit • Kaji faktor-
resiko hipotermi faktor yang
berkurang, dengan menyebabkan
kriteria hasil: hipotermi
• Penurunan suhu • Observasi
tubuh tidak terjadi tanda-tanda
• Tidak terjadi vital
perubahan warna • Berikan cairan
kulit hangat sesuai
• TTV dalam batas suhu tubuh
normal • Berikan
penghangat
(blanker)
• Ganti bila duk
atau tenun basah
• Implementasi Keperawatan
• Evaluasi
No. Tanggal Diagnosa Evaluasi
Jam Keperawatan
1. 03-08-2022 Ansietas berhubungan S :
08.00 WIB dengan • Pasien mengatakan siap untuk
terputusnya kontinuitas operasi
jaringan O:
• Pasien tampak tenang dan rileks
• Tanda-tanda vital :
Tekanan darah 120/87 mmHg
Nadi 86 x/menit
Pernapasan 20 x/menit
Suhu 36,5˚C
• Pasien berdoa
• Pasien dapat menjelaskan
kembali tindakan pembedahan
yang akan dilakukan
A : Ansietas teratasi sebagian
P : Lanjutkan implementasi sampai
operasi dimulai
2. 03-08- Resiko infeksi S :-
2022 berhubungan • :
08.25 dengan prosedur invasif • Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 124/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
• Tampak dilakukan tekhnik aseptik
dan antiseptik
• Operator dan instrument melakukan
scrubing dan gloving sesuai
prosedur A : Resiko infeksi teratasi
• : Lanjutkan implementasi
3. 03-08-2022 Resiko hipotermi S :
08.55 WIB berhubungan dengan • Pasien mengatakan tidak
prosedur pembedahan kedinginan O :
• Pasien tampak memakai blanker
penghangat
• Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 122//71mmHg
Nadi : 78
x/menit Pernapasan :
20 x/menit Suhu :
36,3˚C
• Tidak ada perubahan warna kulit
• Pasien tampak memakai duk dan
tenun yang kering
A : Resiko hipotermi teratasi
P : Lanjutkan implementasi dengan
operan pada perawat ruangan.
BAB
IV
PEMBAHASA
N KASUS
Pada bab ini akan dibahas kesejangan dan kesamaan yang terjadi
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan perioperatif
Ny.E G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) Kala 1 Fase Laten di ruang
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit dr.Soebandi yang meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi
• Pengkajian
Pada saat pengkajian keluhan pada pasien perioperatif
hamil dengan Kala I memanjang, keluhan adanya kontraksi
selama 3 hari namun janin belum keluar dari jalan lahir dan rasa
takut karena akan dilakukan pembedahan. Hal ini sejalan dengan
apa yang ditemukan pada lapangan bahwa pasien mengeluh ada
persalinan yang lama dan kecemasan karena akan dilakukan
pembedahan.
• Diagnosa keperawatan
Tahap ini merupakan langkah awal yang di lakukan
individu dalam melakukan asuhan keperawatan pada perioperatif
Ny.E G3P2A1 Hamil (34- 35 Minggu) Kala 1 Fase Laten, yaitu
menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
adalah:
• Pre operasi :
• Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
• Intra operasi
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
• Post operasi
• Resiko hioptermi berhubungan dengan prosedur pembedahan
• Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan, adapun
acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
kelompok menggunakan referensi diagnosa NANDA dan yang
disesuaikan dengan keadaan pasien.
B
A
B
P
E
N
U
T
U
P
• Kesimpulan
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut (Jannatun Noer Khabibah, 2019)
Pada kasus yang didapat pada tanggal 06 April 2022
dengan diagnosa Ny.E G3P2A1 Hamil (34-35 Minggu) dengan
dilakukan pengkajian keperawatan. Didapatkan diagnosa
keperawatan ansietas berhubungan dengan prosedur
pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
invasive, dan resiko hipotermi berhubungan dengan prosedur
pembedahan. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan, penyusun menyusun intervensi dari keempat
diagnose tersebut. Penyusun melakukan implementasi sesuai
intervensi. Hasil evalusi yang didapatkan setelah dilakukan
implementasi yaitu ansietas teratasi, resiko infeksi teratasi, dan
resiko hipotermi teratasi.
• Saran
• Pelayanan keperawatan
Diharapkan agar pelayanan keperawatan melakukan koordinasi
berkelanjutan dengan perawat kamar bedah dalam penyusunan
dan dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada
Pasien dengan Sectio Caesarea
• Hipkabi
Diharapkan agar Himpunan Perawat Kamar Bedah dapat
mengembangkan metode pembelajaran mengenai
keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio
Caesarea
• Rumah Sakit dr.Soebandi
Diharapkan agar petugas keperawatan di instalasi bedah
sentral rumah sakit dr.soebandi dapat melakukan asuhan
keperawatan perioperatif pada pasien dengan undescended
testis sesuai dengan literatur untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal dan komperhensif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, anissa zulfa. (2015). Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan Post
Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini di Bangsal Ma war III
RSUD Surakarta.
Benjamin, W. (2019). No Titיליle. ペインクリニック学会治療指針2, 3, 1–9.
Dermawan. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post Op Sectio
Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas Rsud. Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post
Op Sectio Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas Rsud.
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, 6(1), 1– 46.
https://doi.org/10.1016/j.snb.2019.127013
Ikhwani, N. (2019). Karya tulis ilmiah gambaran proses penyembuhan
luka post sectio caesarea di rumkitban lawang.
JANNATUN NOER KHABIBAH. (2019). Asuhan Keperawatan
Pada Ny. N Dengan Diagnosa Medis Post Op Sectio Caesarea
Dengan Indikasi Preeklamsia Berat Di Ruang Nifas Rsud Bangil
Pasuruan. Kerta Cendekia Nursing Academy, 1–125.
Nurlianti, D. (2021). Asuhan keperawatan pada ny. r p4a0 post partus
prematus 32 minggu dengan section caesarea (SC) hari ke-1 atas
indikasi ketuban pecah dini dan gawat janin di ruang alamanda
b rumah sakit dr. hasan sadikin bandung. 1–75.
Rachman, T. (2018). 済無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
SDKI, 2018. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post
Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Rsud a.W
Sjahranie Samarinda. 1–125.