Anda di halaman 1dari 165

Panduan Teknis Rekayasa

Keselamatan Jalan
(Instruksi Dirjen BM No. 02/2012)
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Outline
• Panduan Teknis-1: Rekayasa Keselamatan Jalan
• Panduan Teknis-2: Manajemen Hazard Sisi Jalan
• Panduan Teknis-3: Keselamatan di Zona Pekerjaan Jalan

Instruksi Direktur Jenderal Bina


Marga Nomor 02/IN/Db/2012

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Instruksi Dirjen Bina Marga No.2/2012

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Panduan Teknis-1:
Rekayasa
Keselamatan Jalan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Panduan Teknis-1:
Rekayasa Keselamatan Jalan
• Bagian A – Pengantar
• Bagian B – Pengetahuan Teknis bagi Engineer
• Bagian C – Pemakai Jalan yang Rentan (Vulnerable Road Users)
• Bagian D – Blackspot dan Audit Keselamatan Jalan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian A - Pengantar
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Latar Belakang

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kecelakaan Lalu lintas di Jalan Nasional

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Faktor Penyebab Kecelakaan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Capaian Decade of Action (2010-2020)


Inpres 04/2013

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perpres RUNK No.1/2022

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Program Pilar 2 Jalan Berkeselamatan

penyempurnaan regulasi KLLAJ penetapan pemeringkatan pengendalian fungsi, kegiatan


pengawasan jalan yang
terkait jalan yang jalan di jalan bebas hambatan, dan pengendalian bahaya di
berkeselamatan;
berkeselamatan; jalan nasional dan jalan daerah; ruang jalan;

pemenuhan persyaratan laik penyelenggaraan fasilitas bagi penyelenggaraan penanganan


perbaikan badan jalan; fungsi jalan dan perlengkapan pejalan kaki dan pesepeda keselamatan pada tahap
jalan; terutama di jalan perkotaan; konstruksi;

penyediaan lajur khusus


penanganan daerah rawan penanganan pelintasan angkutan umum massal penyelenggaraan batas
kecelakaan; sebidang dengan kereta api; perkotaan yang kecepatan kendaraan;
berkeselamatan;

penyelenggaraan pembatasan penguatan kapasitas SDM bagi


akses jalan bagi kendaraan penyelenggaraan jalan serta
rentan (sepeda motor dan manajemen dan rekayasa lalu
sepeda); dan lintas

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian B - Pengetahuan
Teknis bagi Engineer
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Bagian B – Pengetahuan Teknis bagi Engineer


• 2.1 Keselamatan di Persimpangan
• 2.2 Manajemen Hazard Sisi Jalan
• 2.3 Rambu, Marka, dan Delineator
• 2.4 Desain Geometrik yang berkeselamatan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1.1 Mengapa persimpangan penting?


• Resiko kecelakaan lebih tinggi
• Lokasi terdapat titik konflik

Bentuk kendali utama di persimpangan adalah :


- Tanpa kendali fisik – pergerakan kendaraan diatur berdasarkan
tata-cara berlalulintas di belokan atau simpangan;
- Jalan prioritas (major) dengan rambu‘larangan berjalan terus
(Berhenti atau Beri Jalan);
- Bundaran;
- APILL, dengan kendali (penuh atau sebagian) untuk lalu lintas
yang berbelok kanan
Sumber rujukan:
Pd-T 02-2002-B:
https://binamarga.pu.go.id/uploads/files/726/tata-cara-
perencanaan-geometrik-persimpangan-sebidang.pdf

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1.2 Prinsip dasar keselamatan persimpangan


1. memberikan jarak pandang yang cukup di persimpangan, dan
jarak pandang memadai untuk kendaraan yang mendekat atau
berhenti di persimpangan;
2. meminimalkan jumlah titik konflik;
3. mengurangi kecepatan relatif antarkendaraan;
4. mengutamakan pergerakan lalu lintas utama;
5. memisahkan konflik (ruang dan waktu);
6. mengatur dan meminimalkan wilayah konflik;
7. mendefinisikan pergerakan kendaraan;
8. mengendalikan kecepatan yang mendekati persimpangan;
9. mengakomodasi semua pergerakan pengguna jalan (kendaraan
dan non-kendaraan);
10. menyederhanakan persimpangan;
11. meminimalkan tundaan bagi pengguna jalan.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1. memberikan jarak pandang yang cukup di persimpangan, dan jarak pandang


memadai untuk kendaraan yang mendekat atau berhenti di persimpangan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2. Meminimalkan jumlah titik konflik

Titik konflik dapat dikurangi atau


dihilangkan dengan
memodifikasi persimpangan.
Memblokir bukaan pada
median jalan akan menghilangkan
banyak titik konflik.
Kanalisasi pada bukaandan
membatasi manuver
tertentu juga akan mengurangi titik
konflik.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3. Mengurangi kecepatan relatif antar kendaraan

Diagram berikut
menunjukkan kecepatan
tabrakan
relatif untuk berbagai
kecepatan perjalanan di
berbagai jenis
persimpangan. Diagram ini
menggambarkan tiga hal
penting :
- Tabrakan samping
berdampak parah
- Persimpangan Y berisiko
sangat tinggi
- Bundaran lebih
berkeselamatan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4. Mengutamakan pergerakan lalu lintas utama

Setiap persimpangan perlu dilengkapi dengan


rambu petunjuk yang menjelaskan mana yang
merupakan jalan utama dan mana yang harus
memberi jalan bagi lalu lintas pada jalan utama.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

5. Memisahkan konflik (ruang dan waktu)

• APILL
• Bundaran (mengurangi
konflik ruang)
• Simpang Tak Sebidang
Sumber rujukan:
PM 49 TAHUN 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
https://jdih.dephub.go.id/produk_hukum/view/VUUwZ05Ea2
dWRUZJVlU0Z01qQXhOQT09

Perdirjen KP.825/2021 tentang Petunjuk Teknis Alat


Pemberi Isyarat Lalu Lintas

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

6. Mengatur dan meminimalkan wilayah konflik dan


mendefinisikan lintasan pergerakan kendaraan

• Pemarkaan yang jelas (bila perlu bisa


tambahkan pulau jalan) → mengatur
lintasan kendaraan
• Usahakan simpang tegak lurus
• Minimalkan jumlah lajur
• membuat garis lajur hingga ke garis
tunggu di bundaran atau garis henti di
APILL,
• membuat marka belok kanan untuk
memandu pengemudi Ketika mereka
berbelok di persimpangan bersinyal,
• memasang garis henti di pendekat
persimpangan yang dikendalikan oleh
rambu ‘larangan jalan terus

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1.3 Bahaya Persimpangan Y

persimpangan Y menjadi lokasi berisiko tinggi karena


tidak memenuhi prinsip dasar persimpangan yang
berkeselamatan :
- Simpang Y memiliki ruang konflik yang luas
- Simpang Y memiliki kecepatan tabrakan relatif yang
besar
- Simpang Y tidak memiliki prioritas yang jelas

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1.4. Persimpangan dengan kendali


Pengendalian lalu lintas tingkat dasar di sebuah
persimpangan adalah melalui pemasangan rambu
larangan berjalan terus (Berhenti dan Beri Jalan).

Pemasangan rambu larangan berjalan terus (Berhenti


atau Beri Jalan) bertujuan untuk menjelaskan prioritas
pergerakkan lalu lintas dan terbukti dapat mengurangi
tabrakan di persimpangan hingga 30%.

Sumber rujukan:
PM 13 TAHUN 2014 tentang Rambu Lalu Lintas
https://jdih.dephub.go.id/produk_hukum/view/VUUwZ
01UTWdWRUZJVlU0Z01qQXhOQT09

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1.5 Bundaran
Secara umum, bundaran bukanlah alternatif yang baik untuk
lokasi berikut ini :
- Apabila desain geometris (bundaran) yang berkeselamatan tidak
dapat terpenuhi;
- Arus lalu lintas di pendekat “tidak seimbang”;
- Jalan utama memotong sebuah jalan kecil dan tundaan di jalan
utama tidak dapat diterima;
- Dimana banyak pejalan kaki, dan sulit memberikan fasilitas
yang sesuai;
- Di persimpangan yang terisolasi dalam sebuah jaringan
persimpangan bersinyal;
- Dimana dibutuhkan lajur ‘contra-flow’ pada jam sibuk;
- Jika banyak terdapat kendaraan yang over dimensi melalui
jalan tersebut.

Sumber rujukan:
Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang
Pd-T 20 2004-B
DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1.6 APILL di persimpangan terkendali


Pengaturan waktu siklus APILL - Menjamin APILL terlihat dengan jelas di setiap
memperhatikan: pendekat sedikitnya 100 m di muka. Gunakan
sedikitnya sebuah rambu awal dan sebuah rambu
• Volume lalu lintas menuju/meninggalkan kedua di setiap persimpangan. Jika kejelasan rambu menjadi masalah di
simpang pendekat, pasang sebuah duplikasi rambu awal atau sebuah tiang yang
• Kapasitas pendekat kaki simpang terjulur di pendekat itu.
- Menjaga konsistensi dengan menempatkan tiang
• Komposisi kendaraan dan pejalan kaki APILL di jarak yang sama dari kerb dan dalam posisi yang sama dari garis
berhenti.
• Variasi dan distribusi arah lalu lintas - Selalu memberi marka garis Berhenti di samping
• Tundaan dan antrian landasan utama APILL.
- Selalu menggunakan setiap lajur lalu lintas – untuk jarak sedikitnya 50 m di
• Kecepatan lalu lintas setiap pendekat.
Menggunakan panah penunjuk lajur – sedikitnya dua set – untuk menunjukkan
• Tipe konflik lalu lintas
kepada pengemudi/
pengendara arah yang harus mereka lewati di
sepanjang persimpangan.

Sumber rujukan:

PM 49 TAHUN 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas


https://jdih.dephub.go.id/produk_hukum/view/VUUwZ05Ea2dWRUZJVlU0Z01qQXh
OQT09

Perdirjen KP.825/2021 tentang Petunjuk Teknis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1.7 Tindakan pencegahan tabrakan di


persimpangan Measure:
• memperjelas persimpangan
• Tabrakan di persimpangan
• Merapihkan pohon
• Tabrakan belok kanan
• Mengecat ulang marka
• Tabrakan pejalan kaki
• Menambah penerangan
• Tabrakan depan-belakang
• Menambah rambu henti
• Memasang pulau jalan
• Lajur belok kanan terpisah
• Penambahan APILL Pejalan kaki
• Peninggian kerb/penyeberangan
pejalan kaki
• Pemeliharaan permukaan
perkerasan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.2 Manajemen Hazard Sisi Jalan

Lebih lengkap akan dijelaskan pada Panduan Teknis-2: Manajemen Hazard Sisi Jalan

2.2.1 Hazard sisi jalan


• Konsep run-off (tabrakan keluar jalan)
• Konsep hazard tepi jalan
• Konsep ruang bebas
• Sisi jalan yang forgiving
• Manajemen hazard
• Sisi jalan yang berkeselamatan: tiang listrik, tiang PJU, tiang rambu, pohon, drainase, jembatan
(termasuk parapet), gorong-gorong

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.2 Manajemen Hazard Sisi Jalan

2.2.2 Pagar keselamatan


• Pagar keselamatan merupakan upaya terakhir
pada manajemen hazard tepi jalan, setelah
menghilangkan dan melemahkan hazard
• Pagar hanya digunakan pada lokasi yang
memerlukan dan pemasangannya dapat dilakukan
dengan baik.

Ketinggian tiang penyangga efektif di


atas permukaan tanah antara 65 cm
sampai 80 cm

Sumber rujukan:

PM 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 82
Tahun 2018 tentang Alat Pengendali dan
Pengaman Pengguna Jalan

https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen
/2018/PM_82_TAHUN_2018.pdf
End terminal
Fish tail → bull nose

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.3 Rambu, Marka, dan Delineator


Sumber rujukan:

2.3.1 Enam konsep rambu dan marka yang benar PM 13 TAHUN 2014 tentang Rambu
Lalu Lintas
https://jdih.dephub.go.id/produk_huku
• MUDAH TERLIHAT(Conspicuous) m/view/VUUwZ01UTWdWRUZJVlU0Z0
1qQXhOQT09
PM 67 Tahun 2018 tentang
• MUDAH DIBACA (Clear) Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor Pm 34 Tahun
• MUDAH DIPAHAMI(Comprehensible) 2014 Tentang Marka Jalan
https://jdih.dephub.go.id/produk_hukum
• MEYAKINKAN (Credible) /view/VUUwZ05qY2dWRUZJVlU0Z01qQXh
PQT09
PM 14 Tahun 2021 tentang
• KONSISTEN (Consistent) Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 82 Tahun
• BENAR (Correct) 2018 tentang Alat Pengendali dan
Pengaman Pengguna Jalan
https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/
permen/2018/PM_82_TAHUN_2018.pdf

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rambu
PM 13 TAHUN 2014 tentang Rambu Lalu Lintas

Rambu Lalu Lintas berdasarkan jenisnya terdiri


atas:
a. rambu peringatan;
b. rambu larangan;
c. rambu perintah; dan
d. rambu petunjuk

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Marka
PM 67 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor Pm 34 Tahun 2014 Tentang Marka Jalan

Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan


atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda
yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong,
serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas
dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas

Marka Jalan meliputi:


a. Marka Membujur;
b. Marka Melintang;
c. Marka Serong;
d. Marka Lambang;
e. Marka Kotak Kuning; dan
f. marka lainnya

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Marka kuning (PM 67 Tahun 2018)

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Delineator (patok lalu lintas)


PM 82 Tahun 2018 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna
Jalan
Pasal 27
(1) Patok Lalu Lintas (delineator) berfungsi untuk:
a. delineasi alinyemen jalan;
b. membantu pengemudi memberikan jarak pandang;
c. membantu memperjelas lintasan setelah tanjakan ringan
atau sekitar tikungan horisontal;
d. memandu pengendara pada malam hari sehingga harus
dilengkapi dengan delineator retro-reflektif; dan Pada jalan lurus dipasang tiap 8 (delapan) meter untuk
e. pengarah dan peringatan sisi kiri atau kanan patok sebagai kecepatan < 60 km/jam, 20 meter untuk kecepatan > 80 km/jam
daerah berbahaya

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.4 Desain Geometrik yang berkeselamatan


Ada lima unsur dasar desain geometri yang
berdampak pada keselamatan, yaitu :
1. Kecepatan rencana → Bab 5.1 kriteria desain,
5.1.2 Kecepatan desain

2. Potongan melintang (termasuk drainase, median,


bahu jalan yang diaspal) → Bab 5.6 Penampang
Melintang Jalan

3. Jarak pandang → Bab 5.3 Jarak Pandang dan


Jarak Ruang Bebas Samping Di Tikungan
Sumber rujukan:
4. Alinyemen horizontal (termasuk superelevasi) → SE 20/2021 tentang (Pedoman Nomor
13/P/BM/2021) Pedoman Desain Geometrik
Bab 5.4. Alinemen Horizontal Jalan
https://binamarga.pu.go.id/index.php/nspk/detai
l/surat-edaran-direktur-jenderal-bina-marga-
5. Alinyemen vertikal → Bab 5.5. Alinemen Vertikal nomor-20sedb2021-tentang-pedoman-desain-
geometrik-jalan-pedoman-nomor-13pbm2021

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian C
Pemakai Jalan yang
Rentan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kelompok pengguna jalan yang rentan

Pejalan Kaki
Pesepeda

Pesepeda
motor

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DASAR HUKUM
UU NOMOR 2/2022 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS Bagian-bagian jalan meliputi:
UU NOMOR 38/2OO4 TENTANG JALAN
• Ruang Manfaat Jalan
• Ruang Milik Jalan
• Ruang Pengawasan Jalan
Ruang manfaat jalan terdiri atas:
✓ Badan Jalan
✓ Jalur kendaraan bermotor roda 2,
pejalan kaki, pesepeda, penyandang
disabilitas
✓ Saluran tepi jalan
✓ Jalur jaringan utilitas terpadu
✓ Lajur atau jalur angkutan massal
berbasis jalan maupun lajur khusus
lalu lintas lainnya

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


UU NOMOR 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 25 setiap jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum dilengkapi dengan perlengkapan Jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. Alat penerangan Jalan;
e. Alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
h. Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di Jalan dan di luar badan Jalan.
Pasal 106
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan
pesepeda,
Pasal 131
pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas
lain, serta berhak mendapatkan prioritas pada saat menyeberang jalan di tempat penyeberangan.
Pasal 203
Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

DIREKTORAT
41 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEJALAN KAKI YANG BERESIKO TINGGI

Kelompok pejalan kaki yang berisiko lebih besar di jalan:


✓ Anak-anak dan usia muda
✓ Usia lanjut/manula
✓ Penyandang Disabilitas
✓ Mabuk dan teler (dalam pengaruh obat atau alkohol)

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ANAK-ANAK DAN USIA MUDA


❑ Pejalan kaki usia muda cenderung terlibat
tabrakan di jalan pada siang hari dan umumnya
dalam perjalanan ke dan dari sekolah.
❑ Pengawasan orang dewasa diperlukan khususnya di
tempat penyeberangan sebidang
❑ Mengendalikan kecepatan kendaraan, secara
umum, adalah cara efektif untuk membantu
pejalan kaki anak-anak

DIREKTORAT
43 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

USIA LANJUT/ MANULA


Tabrakan pejalan kaki yang berusia lanjut cenderung
berakibat lebih parah daripada yang berusia muda.
Penyembuhan cedera pada manula juga lebih lambat.
Tabrakan cenderung terjadi di mana saja di jaringan jalan
baik pada siang maupun malam hari.

Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Lanjut: ❑Lampu sinyal memberikan waktu yang
❑ Lampu penerangan jalan yang memadai memadai.
❑ Lintasan rata ❑Sinyal “pejalan kaki” dapat dilihat.
❑ Lintasan yang membantu untuk menyeberang: Refuge
dan sinyal
❑Penyeberangan kereta dorong “rata”.

DIREKTORAT
44 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PENYANDANG DISABILITAS

Kebutuhan Pejalan Kaki Penyandang


Disabilitas:

❑Pemandu dan peringatan


❑Lokasi penyeberangan teridentifikasi.
❑Refuge cukup lebar
❑Pelandaian
❑Pada sinyal – ada alat audio-tactile

DIREKTORAT
45 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEJALAN KAKI DENGAN PENGARUH OBAT/ALKOHOL


Kebutuhan Pejalan Kaki dengan Pengaruh
Obat/Alkohol:

❑ Di Negara barat pejalan kaki yang mabuk


mendominasi tabrakan serius pada malam
hari, dan biasanya di kota besar.
❑ Di Indonesia jumlahnya lebih kecil, tetapi
masalahnya tetap ada. Laki laki yang biasanya
mengalami dan malam hari

DIREKTORAT
46 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PERMASALAHAN PEJALAN KAKI DAN PESEPEDA

❑ Pejalan kaki dan pesepeda pengguna paling rentan,


❑ Dalam hal tabrakan dengan kendaraan bermotor, pejalan kaki paling berisiko cedera
❑ Jika tabrakan terjadi dalam kecepatan lebih tinggi dari 40km/jam, terdapat 50% kemungkinan
pejalan kaki tewas.
❑ Sayangnya, di Indonesia pejalan kaki dan pesepeda hanya mendapat sedikit fasilitas di jalan.
Hanya sedikit jalur pejalan kaki dan pesepeda yang baik atau bahu jalan yang diaspal bagi
pejalan kaki dan pesepeda di sepanjang jalan.
❑ Langkanya APILL tekan atau APILL persimpangan yang membantu pejalan kaki menyeberangi
jalan.
❑ Zebra cross dalam kondisi buruk dan sering diabaikan oleh pengemudi/pengendara.
Jembatan penyeberangan, dari beton atau baja, yang terdapat di kota besar tidak disukai
karena tinggi, licin saat basah, dan seringkali jauh dari tempat pejalan kaki menyeberang.

DIREKTORAT
47 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
Jarak Pandang Kendaraan 20 km/jam Jarak Pandang Kendaraan 40 km/jam

Jarak Pandang Kendaraan 50 km/jam


Jarak Pandang Kendaraan 30 km/jam

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

STRATEGI KESELAMATAN PEJALAN KAKI


SEGREGASI
Membedakan ruang untuk pejalan kaki dari
kendaraan bermotor di dalam suatu jaringan
jalan.

SEPARASI
Memisahkan pejalan kaki dari kendaraan
bermotor, baik dalam waktu (dengan APILL)
maupun dalam ruang dengan lapak
tunggu/pulau lalu lintas/ median

INTEGRASI
Membagi ruang jalan untuk pejalan kaki dan
kendaraan bermotor.

DIREKTORAT
49 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
PESEPEDA DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kebutuhan Pesepeda

❑ Kemudahan berlalu lintas bagi


pesepeda.
❑ Fasilitas pendukung keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran dalam berlalu lintas.

DIREKTORAT
50 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PESEPEDA MOTOR
❑ Pada dasawarsa terakhir pertumbuhan sepeda
motor sangat signifikan. Tragisnya, sepeda motor
juga sangat berbahaya,
❑ 70% tabrakan fatal terjadi pada sepeda motor,
❑ Di area perkotaan, sepeda motor mendominasi
ruang jalan.
❑ Perilaku buruk pengendaranya menjadi masalah di
Indonesia.

DIREKTORAT
51 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kebutuhan Pesepeda Motor


❑Bahu jalan berpenutup
❑Jalan bebas dari lubang, tumpukan pasir,
lumpur
❑Tiang rambu yang lebih
berkeselamatan/lebih ramah bagi
pengendara sepeda motor.
❑ Rel pagar tambahan yang dipasang di bagian
bawah pagar semikaku/guard rail untuk
mencegah pengendara sepeda motor
menghantam tiang pagar dalam tabrakan.
❑ Lajur khusus

DIREKTORAT
52 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
Bagian D – Blackspot dan
Audit Keselamatan Jalan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

REKAYASA KESELAMATAN JALAN

• Blackspot (Lokasi Rawan Kecelakaan)


→ PerkaKorlantas 43/2016
→ Pd-T-09-2004-B
• Audit Keselamatan Jalan
→ Pd T-17-2005-B

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perka Korlantas 43/2016

Suatu ruas jalan dapat dikatakan sebagai black spot atau


lokasi rawan kecelakaan apabila dalam rentang panjang
jalan 0 sampai 500 meter memiliki nilai bobot kecelakaan
> 30 atau masuk dalam 10 lokasi dengan peringkat
teratas dalam kurung waktu 2 (dua) tahun.
Sementara suatu persimpangan dapat dikatakan sebagai
blackspot apabila pada jarak 100 meter dari kaki simpang
dan persimpangan memiliki nilai bobot kecelakaan > 30
atau masuk dalam 10 lokasi dengan peringkat teratas
dalam kurung waktu 2 (dua) tahun.

Pembobotan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi terparah korban pada setiap kecelakaan
lalu lintas. sebagai berikut:
• Kecelakaan berat dengan tingkat keparahan korban sampai meninggal dunia, bernilai 10;
• Kecelakaan berat dengan tingkat keparahan korban mengalami luka berat bernilai 5, dan;
• Kecelakaan ringan dengan tingkat keparahan korban mengalami luka ringan benilai 1.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Audit Keselamatan Jalan

• Pd T-17-2005-B
• Lebih lengkap akan dijelaskan
besok

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Contoh Audit Keselamatan Jalan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Audit keselamatan jalan merupakan pemeriksaan formal terhadap sebuah jalan atau calon jalan atau
proyek lalu lintas dimana sebuah tim yang independent dan berijazah melaporkan potensi tabrakan
dan kinerja keselamatan dari sebuah proyek”

- Proaktif
- Sebuah proses formal (tidak hanya sebuah pemeriksaan informal).
- Dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman dan terlatih yang independen terhadap desain.
- Sebuah penilaian dari masalah keselamatan di jalan dalam desain jalan (atau dapat juga merupakan identifikasi
masalah keselamatan dari jalan yang ada).

Semakin dini sebuah proses desain sebuah proyek diaudit semakin baik.
Audit awal dapat menghasilkan jalan yang lebih bekeselamatan dengan biaya pemulihan lebih
murah.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

• Audit keselamatan jalan telah terbukti sangat efektif saat dilakukan pada
tahap perencanaan desain suatu proyek jalan.
• Dinamakan audit keselamatan jalan karena keselamatan jalan adalah
satu-satunya fokus.
• Audit keselamatan jalan bukan sekedar pemeriksaan apakah standar
desain sudah dipenuhi. Tapi lebih pada penilaian bagaimana pengguna
jalan akan menggunakan desain jalan tersebut, dan apakah ada atau
tidak masalah keselamatan.

DIREKTORAT
59 BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tahapan AKJ:
• Tahap Kelayakan
• Tahap Desain awal
• Tahap Desain Rinci
• Tahap konstruksi
• Tahap Pra Pembukaan
• Tahap Operasi

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


TUGAS DAN FUNGSI AUDIT KESELAMATAN JALAN
PERMEN PUPR NO 16/2020
PERMEN PUPR NO 20/2016 TERKAIT DENGAN TUGAS DAN
TERKAIT DENGAN TUGAS DAN FUNGSI FUNGSI AUDIT KESELAMATAN JALAN
AUDIT KESELAMATAN JALAN

PASAL 87, 89, 91 (BBPJN Tipe A) dan PASAL 99, 101 (BBPJN
PASAL 93 DAN PASAL 115
Tipe B)
Untuk Balai Besar Pelaksanaan Jalan tipe A
Untuk Balai Besar Pelaksanaan Jalan tipe A dan tipe B:
dan tipe B, Bidang Pembangunan dan
Pengujian menyelenggarakan fungsi Bidang Pembangunan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan
pelaksanaan program kelaikan jalan dan program kelaikan jalan dan jembatan.
jembatan nasional dan audit keselamatan Bidang Preservasi menyelenggarakan fungsi pelaksanaan audit
jalan dan jembatan. keselamatan jalan dan jembatan.

PASAL 129
Untuk Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Tipe A PASAL 107
oleh Seksi Pembangunan dan Pengujian serta Untuk Balai Pelaksanaan Jalan Nasional:
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional tipe B oleh
Seksi Pembangunan dan Preservasi yang Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas
mempunyai tugas pelaksanaan audit melakukan Pelaksanaan Program Kelaikan Jalan dan Jembatan
keselamatan jalan dan jembatan. Seksi Preservasi mempunyai tugas melakukan Pelaksanaan Audit
Keselamatan Jalan dan Jembatan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

AUDIT JALAN TOL/ JBH ARTERI KOLEKTOR JALAN LOKAL


STUDI KELAYAKAN/
✓ ✓ N/A N/A
PERENCANAAN
DESAIN AWAL ✓ ✓ Opsional N/A

DESAIN RINCI ✓ ✓ ✓ ✓

KONSTRUKSI ✓ ✓ Opsional Opsional

PRA PEMBUKAAN ✓ ✓ ✓ Opsional

OPERASI ✓ ✓ ✓ ✓

JUMLAH AUDIT 6 6 Min. 3 Min. 2

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Panduan Teknis-2:
Manajemen Hazard
Sisi Jalan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Panduan Teknis-2: Manajemen Hazard


Sisi Jalan
• Bagian A – Mengenal Manajemen Hazard Sisi Jalan
• Bagian B – Strategi Manajemen Hazard Sisi Jalan
• Bagian C – Pagar Keselamatan
• Bagian D – Permasalahan Manajemen Hazard Sisi Jalan
• Bagian E – Gambar Standar

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian A – Mengenal
Manajemen Hazard Sisi
Jalan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Latar Belakang
Hambatan Samping,
Akses Persil dan penggunaan rumija tidak sesuai peruntukan

Fungsi Jalan tidak sesuai dengan kecepatan rencana, misal


hambatan pada arteri

Tabrakan Run-off adalah jenis tabrakan yang


tertinggi di jalan Indonesia. Data menunjukkan bahwa
kendaraan terguling mencapai 65% dari total tabrakan
di jalan tol dan 35% tabrakan di jalan non-Tol
(Ditlantas, 2009).

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1.2.2 Apa itu hazard sisi jalan ?

Hazard sisi jalan didefinisikan sebagai objek Hazard sisi jalan di Indonesia meliputi:
tetap apa pun yang berukuran 100 mm atau lebih. • Objek kaku, ujung pagar jembatan,
Hazard sisi jalan meliputi pula fitur lain (seperti tiang jembatan, pepohonan, tiang
bebatuan atau kemiringan curam) yang dapat utilitas, bangunan, dinding tepi parit.
berkonstribusi terhadap keparahan tabrakan • Median pembatas pada jalan dengan
sehingga kecepatan kendaraan tinggi dapat
menyebabkan cedera parah bagi kendaraan yang menyebabkan kendaraan melintasi
keluar jalan median dan menabrak kendaraan dari
arah yang berlawanan.
• Kemiringan yang curam pada sisi jalan
dapat menyebabkan kendaraan
terguling.
• Badan air seperti sungai, danau,
bendungan, atau saluran drainase dapat
membahayakan lalu lintas.
• Saluran terbuka U-ditch

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Hazard tepi jalan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1.2.3 Strategi manajemen hazard sisi jalan


Tujuan dari manajemen hazard sisi jalan
adalah untuk mengendalikan tingkat risiko
jalan tertentu demi keselamatan pengemudi
dan penumpang pada kendaraan yang lepas
kendali.
Lima Langkah Strategi Manajemen
Hazard Sisi Jalan

1. Menjaga kendaraan tetap di jalan


2. Menghilangkan hazard
3. Relokasi hazard
4. Modifikasi hazard
5. Menutup hazard

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian B -
Strategi Manajemen
Hazard Sisi Jalan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.1 Konsep area bebas


ruang bebas jalan (Rubeja)
Area bebas meliputi area fisik di sisi jalan dimana
area sisi jalan yang bersih dari objek
hazard dikelola untuk meminimalkan keparahan
berbahaya seperti segala bentuk bangunan
tabrakan. Sisi jalan yang forgiving (memaafkan) dapat
atau penghalang atau bentuk muka tanah yang
mengurangi konsekuensi kendaraan yang bertabrakan
berisiko tertabrak oleh kendaraan yang
diluar jalan. Keselamatan daerah sisi jalan dapat
mengalami hilang kendali keluar dari jalur lalu
dimaksimalkan dengan menyiapkan area bebas dimana
lintas, sehingga area tersebut dapat dilalui
kendaraan dapat memperlambat tanpa menabrak objek
kendaraan serta kembali ke lajur lalu lintasnya
tetap ketika keluar jalan, sehingga memungkinkan
atau dapat berhenti dengan selamat
pengemudi untuk mengontrol kembali kendaraan.

Rujukan:
• PDGJ Bab 5.1.5
• Surat DJBM 0603/849 2021
ttg Clear Zone

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebar clear zone (rubeja)

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rubeja pada tikungan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.2 Menjaga Kendaraan Tetap Di Jalan


Pengemudi dapat kehilangan kendali kendaraannya
karena alasan sebagai berikut :
- Kecepatan berlebihan;
- Kelelahan atau ngantuk;
- Tidak memperhatikan atau perhatiannya teralihkan;
- Di bawah pengaruh alkohol atau narkoba;
- Kondisi jalan yang membingungkan;
- Hewan berlari ke tengah jalan.

Fitur jalan yang


membantu menjaga kendaraan tetap berada di lajurnya di
jelaskan sebagai berikut :
a. Lebar Lajur
b. Bahu Jalan
c. Alinyemen Horizontal Dan Pelebaran Tikungan
d. Alinyemen Vertikal
e. Permukaan Jalan
f. Jarak Pandang
g. Drainase

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.3 Menghilangkan hazard


Cara paling efektif untuk meningkatkan keselamatan
area sisi jalan adalah memindahkan semua hazard dari
area clear zone (rubeja).

2.4 Relokasi hazard


Di jalan yang hazardnya tidak dapat dipindahkan
sepenuhnya, sebaiknya hazard diundurkan dari jalan
sejauh lebar area bebas (atau sejauh mungkin demi
memaksimalkan area bebas dekat sisi jalan).

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.5 Mengubah Hazard


Memodifikasi atau merancang ulang hazard sisi jalan
dapat dilakukan untuk mengurangi keparahan tabrakan
dan potensi cedera parah.

i. Merubah kemiringan lereng sisi jalan sehungga


dapat dilalui
ii. Menutup drainase terbuka
iii. Tiang PJU yang berkeselamatan
iv. Mengganti model tiang rambu [biasanya rambu RPPJ yang
besar]

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2.6 Menutup Hazard


Jika pemindahan, relokasi atau mengubah hazard tidak
bisa dilakukan, keselamatan sisi jalan dapat
ditingkatkan dengan menutup hazard dengan pagar
keselamatan ataupun crash cushion

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian C
Pagar Keselamatan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.1 Pagar Keselamatan (Guardrail)


“Pagar keselamatan hanya digunakan untuk melindungi
hazard yang lebih berbahaya dari pada pagar keselamatan
tersebut, jika tidak, pagar keselamatan itu sendiri bisa
menjadi hazard”

Pagar Pengaman (guardrail) meliputi:


a. Pagar Pengaman kaku (rigid);
b. Pagar Pengaman semi kaku;
c. Pagar Pengaman fleksibel; dan
d. Pagar lainnya [crash cushion, safety roller, visual barrier,
dan noise barrier]
Sumber Rujukan
PM 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 82
Tahun 2018 tentang Alat Pengendali dan
Pengaman Pengguna Jalan
https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2018
/PM_82_TAHUN_2018.pdf

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.2 Pagar Fleksibel


Pagar keselamatan fleksibel sistem ‘wire rope’,
menggunakan kabel baja yang direntang untuk
menahan dan mengarahkan kembali kendaraan yang
lepas kendali.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.3 Pagar Semikaku


Istilah semikaku mengacu pada kemampuan pagar
menyerap gaya tabrakan dengan cara berdefleksi
saat tertabrak. Besar defleksi maksimal adalah 1 meter
atau separuh dari defleksi pagar fleksibel. Pagar
semikaku terdiri dari batang baja yang dipasang
pada patok baja galvanis

Terdapat 2 (dua) ukuran


standar pagar pengaman semi
kaku yang berlaku yaitu:
1) Standar Nasional Indonesia
(SNI); dan
2) American Association of
State Highway and
Transportation Officials
(AASHTO).

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.4 Pagar Kaku


Istilah kaku mengacu pada keadaan pagar yang hampir
tidak berdefleksi dalam tabrakan. Pagar kaku dirancang
untuk tidak berubah bentuk dan tetap di tempatnya
saat ditabrak oleh kendaraan lepas kendali. Pagar kaku
dibuat dari beton dan paling tepat digunakan saat
ruang untuk defleksi yang tersedia terlalu sempit
a. New Jersey Shape → kecepatan < 50 km/jam
b. Single Slope → kecepatan rata-rata 70-80 km/jam pada kondisi
bahu jalan yang tidak diperkeras
c. F Shape pada jalan dengan dengan kecepatan rata-rata 80 -100
km/jam
d. Vertical Shape hanya sebagai pagar tepi jalan dengan bahu jalan
yang tidak diperkeras dan mempunyai jarak yang cukup lebar
antara tepi badan jalan dengan pagar.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.5.1 Lokasi pagar terhadap kerb

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.6 Ujung guardrail yang


berkeselamatan (end terminal)
Ujung guardrail merupakan obyek yang sangat berbahaya bila
tertabrak kendaraan yang lepas kendali. Pada beberapa
kejadian kecelakaan, ujung pagar dapat menusuk masuk ke
dalam kendaraan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.7.1 Penyambungan guardrail dengan parapet


Jembatan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Crash Cushion

Pagar pengaman lainnya


berupa crash cushion
sebagaimana
ditempatkan dan
dipasang pada ujung pagar
median beton, pilar
jembatan,
atau pada hazzard
percabangan jalan.

Sumber Rujukan:
https://intrans.iastate.edu/app/uploads/2018/03/crash_cushion_selection_criteria_w_cvr.p
df
https://safety.fhwa.dot.gov/roadway_dept/countermeasures/docs/CrashCushions_Nov2013
Safelogo.pdf

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Safety Roller
Pasal 47
Pagar pengaman lainnya berupa safety roller tidak
diperbolehkan dipasang dan ditempatkan pada jalan lurus.

Sumber Rujukan:
https://www.mainroads.wa.gov.au/globalassets/technical-commercial/technical-
library/road-and-traffic-engineering/roadside-items/list-of-approved-road-safety-
barrier-systems/safety-roller-barrier-semi-rigid-systems-design-sheet.pdf

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3.8 Pagar Sementara (Pembatas lalu lintas)

Pembatas Lalu Lintas adalah kelengkapan tambahan


pada jalan yang berfungsi untuk mengarahkan
pengemudi kendaraan agar mengikuti arah lalu lintas
pada jalur atau lajur yang telah ditetapkan dalam
kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas.

Pasal 35
(1) Pembatas Lalu Lintas digunakan untuk keperluan rekayasa
lalu lintas misalnya arus tidal (contra flow),
pembangunan konstruksi, dan bencana alam.
(2) Pembatas Lalu Lintas berupa:
a. kerucut lalu lintas;
b. water barrier,
c. concrete barrier, dan
d. stick barrier.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian D – Permasalahan
Manjemen Hazard Sisi
Jalan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Isu – isu penting terkait manajemen Hazard


• 4.1 Pengantar
• 4.2 Hazard Sisi Jalan
• 4.3 Area di percabangan (bullnose) di jalan Pengemudi/pengendara dapat keluar dari
berkecepatan tinggi jalan karena alasan berikut :
• 4.4 Permasalahan pagar keselamatan - Kelelahan berkendara
• 4.5 Kegiatan pemeliharaan - Kesalahan atau kelalaian pengemudi
- Kecepatan terlalu tinggi
• 4.6 End Terminal pagar - Pengaruh alkohol atau obat
• 4.7 Bukaan Median - Kondisi jalan
• 4.8 Hazard pagar jembatan (parapet) - Kerusakan kendaraan
• 4.9 Keselamatan sisi jalan untuk pengendara - Kondisi cuaca
sepeda motor - Hal tidak terduga, seperti binatang yang
sedang melintasi jalan
• 4.10 Patok pengarah
• 4.11 Kerb
• 4.12 Saluran

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.2 Hazard Sisi Jalan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.3 Area bullnose di jalan berkecepatan tinggi

Lokasi bullnose:
Titik konflik: merging dan diverging

Rekomendasi:
Crash cushion
Lampu hazard,
Marka dan rambu yang jelas
DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.4 Permasalahan pagar keselamatan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.5 Pemeliharaan yang kurang

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.6 End Terminal yang berkeselamatan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.7 Bukaan Median di Jalan Tol

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.8 Hazard pagar jembatan (parapet)

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.9 Keselamatan sisi jalan untuk


pengendara sepeda motor

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.10 Patok pengarah

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4.11 Kerb

4.12 Saluran

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian E – Gambar
Standar
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KONFIGURASI SISTEM PAGAR KESELAMATAN JALAN


Proses desain meliputi pemilihan sistem pagar
keselamatan yang dapat digunakan dan
pembuatan detail sistem, seperti :
• Detail lokasi melintang pagar dan
modifikasi lokasi untuk memastikan kriteria
tinggi benturan terpenuhi;
• Titik awal dan akhir;
• Ruang defleksi dinamis;
• Bentuk terminal awal dan akhir;
• Detail sambungan antara dua jenis pagar
keselamatan yang berbeda; dan
• Modifikasi pagar keselamatan pada
persimpangan atau akses persil.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pagar keselamatan pada


Tikungan

Panjang kebutuhan pagar keselamatan pada sisi luar tikungan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pagar keselamatan pada


Tikungan

Panjang kebutuhan pagar keselamatan pada sisi dalam tikungan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Detail Tipikal Pagar Keselamatan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
Panduan Teknis-3:
Keselamatan di
Lokasi Pekerjaan
Jalan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Panduan Teknis-3: Keselamatan di


Lokasi Pekerjaan
• Bagian A – Mengenal Keselamatan Pekerjaan Jalan
• Bagian B – Konsep Zona
• Bagian C – Perangkat Pengaturan Lalu Lintas untuk Lokasi Pekerjaan Jalan
• Bagian D – Studi Kasus Pekerjaan Jalan
• Bagian E – Diagram Bantuan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian A – Mengenal
Keselamatan Pekerjaan
Jalan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PP No. 34/2006 TENTANG


UNDANG-UNDANG NO. 22
JALAN TAHUN 2009 TENTANG LLAJ
PASAL 23
PASAL 93
Penyelenggara Jalan wajib menjaga kelancaran Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan
dan keselamatan lalu lintas selama preservasi jalan dan/atau peningkatan kapasitas
pelaksanaan konstruksi jalan. jalan wajib menjaga keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan.
PASAL 98
Pelaksanaan pemeliharaan jalan harus
memperhatikan keselamatan pengguna jalan PASAL 24
dengan penempatan perlengkapan jalan Penyelenggara jalan wajib segera dan patut
secara jelas sesuai dengan peraturan untuk memeperbaiki jalan yang rusak yang
perundang-undangan. dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No
Spesifikasi Umum 2018 Revisi 2
02/In/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa
Divisi I Seksi 1.8: Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Keselamatan Jalan/ Panduan Teknis 3 – Keselamatan
di Lokasi Pekerjaan Jalan.
DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rencana Manajemen dan


Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)

• RMKL adalah suatu rencana yang menjelaskan


semua rambu, pagar keselamatan, barikade,
dan perangkat lainnya yang akan dipasang di
lokasi pekerjaan selama pekerjaan
berlangsung.
• RMKL sebaiknya disusun oleh orang yang
cukup berpengalaman dan kompeten dalam
manajemen lalu lintas.
• Diperiksa untuk keakuratan dan keselamatan.
• Diimplementasikan.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan


Tujuan :
• memberikan lingkungan kerja yang berkeselamatan bagi pekerja di lapangan;
• memperingatkan pengguna jalan dan pejalan kaki yang mendekati pekerjaan jalan;
• memandu pengguna jalan untuk melintasi, melewati, atau mengelilingi lokasi pekerjaan dengan
berkeselamatan;
• meminimalkan ketidaknyamanan para pengguna jalan; dan
• meminimalkan ketidaknyamanan bekerja di lokasi pekerjaan jalan.

Siapa Pengguna Jalan?


• Pengemudi/pengendara (termasuk kendaraan bermotor dan tidak
bermotor)
• Pejalan kaki
• Pekerja
• Semua yang terlibat, terkait dan berada di lokasi pekerjaan.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
Tanggung Jawab
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pengawas dan Kontraktor Pekerja Pengguna Jalan


• Menyediakan jalan yang berkeselamatan dan • Bertanggung jawab atas • Mematuhi semua peraturan di
nyaman bagi masyarakat, dan kondisi kerja yang keselamatannya sendiri dengan lokasi pekerjaan.
berkeselamatan bagi pekerja di bawah mewaspadai bahaya dan cermat. • Berkendara dengan kecepatan
pengawasannya. • Menjaga keselamatan personel lain yang berkeselamatan mengingat
• Mengangkat Ahli Rekayasa Keselamatan untuk dan pengunjung pada lokasi kondisi jalan dan arus lalu lintas.
menjaga keselamatan dan kesehatan di tempat pekerjaan. • - Mewaspadai segala
kerja, di samping keselamatan jalan selama • Mengenakan pelindung yang kemungkinan adanya
pekerjaan jalan berlangsung. disediakan untuk keselamatannya. • orang/peralatan di jalan.
• Memastikan bahwa semua personel yang terlibat • Hanya melakukan pekerjaan yang Bersabarlah!
dalam manajemen lalu lintas dan perambuan tidak membahayakan diri sendiri
menyadari apa yang diperlukan serta tanggung ataupun orang lain.
jawabnya. • Mengikuti instruksi pemberi kerja
• Mengadakan pelatihan untuk semua personel yang dalam melaksanakan ketentuan pada
terlibat dalam pengendalian perambuan lalu lintas. panduan ini.
• Menginformasikan pekerjaan jalan yang akan
dilaksanakan kepada para pemangku kepentingan
• Menginformasikan pekerjaan jalan yang akan
dilaksanakan kepada pengguna jalan.
• Mengatur agar pekerjaan tidak menimbulkan
kerusakan pada properti pribadi di sekitar lokasi.
• Memahami benar segala petunjuk yang diterangkan
dalam panduan ini dan melaksanakannya.
DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHAPAN MANAJEMEN LOKASI PEKERJAAN


JALAN

Operasi dan
Perencanaan Perancangan Pelaksanaan Penutupan
Pemeliharaan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perencanaan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perencanaan LANGKAH 1: TENTUKAN KATEGORI PEKERJAAN JALAN

PEKERJAAN JANGKA PANJANG PEKERJAAN JANGKA PENDEK

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perencanaan LANGKAH 2: TENTUKAN TAHAPAN PROYEK

RISIKO TINGGI RISIKO RENDAH


DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perencanaan LANGKAH 3: Pertimbangkan Kelas Jalan

Kelas jalan, volume dan komposisi lalu lintas?

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perencanaan LANGKAH 4: Tentukan arah aliran lalu lintas

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perencanaan LANGKAH 5: Perhatikan Keselamatan Pekerja

Perhitungkan manajemen kecepatan dan jarak bebas antara


pekerja dengan lalu lintas

APD Lengkap untuk semua pekerja

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LANGKAH 6: Bagaimana menyediakan fasilitas untuk pejalan kaki dan pesepeda


Perencanaan

Perlu menyediakan lintasan pejalan kaki dan titik


penyeberangan yang terlindungi.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perancangan

Pertimbangkan Langkah Pengendalian


Pertimbangkan berbagai risiko di lokasi Memutuskan Langkah Pengendalian
Risiko yang dapat digunakan di lokasi
pekerjaan jalan Risiko yang akan diimplementasikan
1 2 pekerjaan jalan
3
Potensi Hazard: 1. Eliminasi Bahaya/Risiko – 1. Penataan perangkat pengendali lalu
Apakah bahaya/risiko dapat lintas
1. Area pekerjaan tidak terlihat dari jarak dihilangkan? 2. Penataan dan jumlah pengawas lalu
yang cukup. 2. Pengendalian Teknis – Langkah lintas
2. Lalu lintas berkecepatan tinggi teknis atau perangkat pelindung 3. Keunikan lokasi yang perlu dicatat,
melewati area pekerjaan. apa yang dapat seperti sekolah atau rumah sakit di
3. Lalu lintas padat di lokasi pekerjaan. diimplementasikan untuk dekatnya, atau jalan masuk ke
4. Jalan sempit tanpa jalur untuk mengendalikan bahaya? pertokoan.
menghindar. 3. Manajemen dan Pelindungan 4. Penyediaan tempat untuk kendaraan
5. Pekerja terlalu dekat dengan arus lalu pekerja – Apa yang dapat besar.
5. Penyediaan jalur berkeselamatan untuk
lintas. dilakukan untuk menyesuaikan
pejalan kaki dan pesepeda
6. Adanya sejumlah bahaya yang tidak sifat arus lalu lintas yang
6. Dampak pada angkutan umum.
tertutup. melewati area pekerjaan? 7. Potensi antrean lalu lintas yang menuju
7. Penggalian di dekat arus lalu lintas. area konflik

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pelaksanaan

Sebelum pekerjaan apapun di jalan dimulai, segala rambu dan


perangkat harus dipasang sesuai dengan RMKL yang telah
disetujui dengan urutan:
2
1. Berikan peringatan dini dan rambu pengarah yang
menuju ke zona peringatan, dimulai dari rambu di jarak 1
paling jauh dari zona pekerjaan dan bergerak maju zona
pekerjaan.
2. Tandai dengan rambu berupa taper ke dekat awal area
pekerjaan.
3. Segala perangkat pengarah yang harus berbentuk taper
termasuk panah berkedip (jika dipasang) di akhir taper.
4. Segala delineator untuk perkerjaan jalan.
5. Segala rambu lain yang diwajibkan untuk peringatan dan
pengaturan termasuk rambu akhir zona dan rambu untuk
menandai akhir zona kecepatan sementara.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Operasi dan
Pemeliharaan

Tim kontraktor mulai melaksanakan


pekerjaan di jalan setelah mendapat
persetujuan dari Manajer Proyek

Pengamatan dan evaluasi lebih lanjut


harus dijalankan setiap hari selama
pekerjaan jalan berlangsung

Pengamatan harian harus meliputi


pemeriksaan semua perangkat dan
rambu di RMKL. Jika perangkat rusak,
atau jika ada pembatas yang roboh,
semua harus diarsipkan dan diperbaiki
sebagai prioritas utama.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Penutupan

Cabut semua perlengkapan jalan sementara


dengan memindahkan rambu dan perangkat di
akhir pekerjaan jalan dengan urutan terbalik dari
saat pemasangan

Masalah keselamatan yang paling penting untuk diawasi dalam tahap ini adalah memastikan bahwa tidak
mengangkat rambu/delineator yang masih diperlukan dan membiarkan hazard dalam keadaan terbuka

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian B – Konsep Zona
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Zona Peringatan Dini


KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Zona Pemandu Transisi
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Zona Kerja KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Zona Terminasi
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian C – Perangkat
Pengaturan Lalu Lintas
untuk Lokasi Pekerjaan
Jalan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rambu dan perangkat


untuk pekerjaan jalan
- Memperingatkan (rambu
peringatan);
- Menginformasikan (rambu
petunjuk);
- Membimbing (garis penanda,
delineator);
- Mengendalikan (kendali
persimpangan, rambu perintah);
- Menjaga (area bebas, pagar
keselamatan)
pengemudi/pengendara sebagai
bagian rutin dari manajemen
keselamatan jalan.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rambu Lalu Lintas Sementara


√ Rambu sementara yang ditempatkan sebelum lokasi berupa rambu
peringatan.
√ Rambu sementara yang ditempatkan pada lokasi berupa rambu
perintah atau rambu larangan.
√ Rambu sementara yang ditempatkan sesudah lokasi menyatakan akhir
berlakunya rambu perintah atau larangan tersebut.
√ Rambu sementara dapat dilengkapi dengan papan tambahan sesuai
kebutuhan.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Desain dan format rambu


Sudah ada format, huruf, bentuk, dan warna standar
untuk perambuan jalan.
Karena, pengemudi/pengendara akan bereaksi lebih
cepat dan tepat bila melihat rambu dan perangkat
“standar”.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tiang rambu

✓ Cepat dan mudah dipasang;


✓ Cukup kokoh untuk ditempeli rambu;
✓ Stabil saat kondisi berangin dan dari pengaruh pergerakan
lalu lintas;
✓ Dapat dipasang di semua jenis permukaan jalan dan bahu
jalan;
✓ Mudah ditangani, dipindahkan, dan disimpan; serta
✓ Tidak berbahaya bagi pengguna jalan jika tertabrak dalam
keadaan tegak ataupun setelah jatuh.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tampilan dua rambu


Sebaiknya, rambu terpisah dalam jarak 2 detik (atau lebih).

Dalam beberapa kasus, dua rambu dapat dipasang di satu posisi.


Misalnya rambu simbol pekerja dan rambu batas kecepatan dapat dipasang pada tiang yang
sama (bersebelahan atau atas dan bawah) jika kondisi tidak memungkinkan untuk memasang
rambu terpisah.

Penggunaan lebih dari dua rambu pada satu tiang tidak


disarankan, kecuali menggunakan rangka multi-pesan.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rambu multi-pesan
Rambu multi-pesan adalah
rambu kombinasi yang
dipasang pada rangka logam
yang ringan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan jalan.

Karena ringan, rambu itu dapat


dibawa ke lokasi dan mudah
diganti sesuai dengan
keperluan

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Rambu batas kecepatan harus ditempatkan pada sisi bingkai multi-pesan yang paling dekat dengan
lalu lintas.

Dalam merakit rambu, tidak boleh menggunakan lebih dari dua pesan kata-kata.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Posisi rambu dan perangkat

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pencabutan perangkat
Saat semua pekerjaan jalan selesai, rambu dan
perangkat harus dibongkar dalam urutan
terbalik dari urutan pemasangan
❑ Singkirkan semua rambu peringatan dan regulasi pada
zona terminasi
❑ Cabut delineasi di sekitar zona kerja dan zona terminasi
❑ Cabut semua perangkat delineasi pada taper/transisi
❑ Cabut semua rambu yang ada

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ketentuan untuk pesepeda dan


pejalan kaki
Lintasan yang disediakan untuk pesepeda dan
pejalan kaki harus sama dengan lintasan sebelum
ada pekerjaan jalan. Lintasannya harus ditempatkan
sejauh mungkin dari jalur kendaraan, datar, dan
bebas rintangan, dengan lebar yang memadai dan
diberi pagar serta ditandai dengan jelas.

Jika pesepeda atau pejalan kaki perlu


menyeberang di lokasi pekerjaan jalan, titik
penyeberangan harus dibuat sedemikian rupa
agar pesepeda atau pejalan kaki terlihat oleh lalu
lintas yang mendekati dan oleh para operator
peralatan dan perangkat kerja di lokasi kerja.

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian D – Studi Kasus
Pekerjaan Jalan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


Bagian E – Diagram
Bantuan Pelaksanaan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN


SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai