Anda di halaman 1dari 71

LESSON LEARNED

KECELAKAAN KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
OUTLINE

01 MENCEGAH KECELAKAAN KONSTRUKSI


DENGAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN KONSTRUKSI

02 KECELAKAAN KONSTRUKSI

03 KASUS KECELAKAAN KONSTRUKSI


BAGIAN 1

MENCEGAH KECELAKAAN
KONSTRUKSI DENGAN
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN
KONSTRUKSI (SMKK)
DIAGRAM VENN PERATURAN DAN PERUNDANGAN

DIAGRAM VENN PERATURAN DAN PERUNDANGAN

KK Keselamatan Konstruksi

Keamanan, Keselamatan,
K4 Kesehatan, dan Keberlanjutan

Keselamatan dan
K3 Kesehatan Kerja

4
MATRIKS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

“SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI”


Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan

Keselamatan Keteknikan Keselamatan & Keselamatan


Keselamatan Publik
Konstruksi Kesehatan Kerja Lingkungan
Menjamin

▪ Pemilik/pemberi ▪ Lingkungan kerja


▪ Bangunan/aset pekerjaan ▪ Masyarakat di sekitar ▪ Lingkungan terdampak
Objek yang konstruksi ▪ Tenaga kerja konstruksi proyek proyek
Diselamatkan ▪ Peralatan, material ▪ Pemasok, tamu, ▪ Masyarakat terpapar ▪ Lingkungan alam
Subpenyedia Jasa ▪ Lingkungan terbangun

Kecelakaan Konstruksi
Pencegahan
Kecelakaan Keteknikan Kecelakaan Kerja, Kecelakaan pada Kecelakaan
Terhadap Konstruksi Penyakit Akibat Kerja Lingkungan
Masyarakat

Metode Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Peluang (HIRAO), Prosedur Kerja Aman, Analisis
Pencegahan Keselamatan Konstruksi (AKK), RKK, RMPK, RKPPL, Program Mutu dan RMLLP
5
SMKK SEBAGAI SISTEM MANAJEMEN YANG TERINTEGRASI
Keterangan:
SMKK SMKK → Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
SMK3 → Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
RKK → Rencana Keselamatan Konstruksi
SMM → Sistem Manajemen Mutu
SMK3 SMM PMPM → Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu
RMPK → Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
RKK (dan PMPM: RMPK, SML → Sistem Manajemen Lingkungan
Rancangan Program Mutu
RKPPL → Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Konseptual SMKK)
SMLL → Sistem Manajemen Lalau Lintas
RMLLP → Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan
PP → Peraturan Pemerintah
• PP No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas PP No. 22 Tahun 2020 tentang
Pedoman SOP Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
• PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
• PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Perpres → Peraturan Presiden
RMLLP Permen → Peraturan Menteri
RKPPL • Permen PUPR No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman SMKK
• Permen PUPR No. 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Konstruksi Berkelanjutan
• Permen PUPR No. 8 Tahun 2021 tentang Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan,
SML SMLL dan Penilaian Kegagalan Bangunan
• Permen PUPR No. 20 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung Fungsi Khusus
• Permen PUPR No. 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan
Spesifikasi Gedung Hijau
Teknis, SNI • Permen PUPR No. 28/PRT/M/2016 Tahun 2016 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum
PENGATURAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

UU NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI UU NO. 28 TAHUN 2002 TENTANG
Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), dan Pasal 59 ayat (4) BANGUNAN GEDUNG

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA


Pasal 52, Pasal 24

1 2 3 4 5 6 7
Permen PUPR PP No. 14 Permen PUPR Peraturan LKPP PP No. 16 Permen PUPR Permen PUPR
No. 28/PRT/M/2016 Tahun 2021 No. 10 Tahun 2021 No. 12 Tahun 2021 Tahun 2021 No. 20 No. 21 Tahun
Tahun 2021 2021
(SEDANG Perubahan atas Mencabut Amanat Perpres Mencabut
PROSES PP No. 22 Tahun Permen PUPR No. 12 Tahun 2021 PP No. 36 Amanat PP No. Mencabut
REVISI) 2020 No. 21/PRT/M/2019 Tahun 2005 16 Tahun 2021 Permen PUPR
No.
Perubahan atas 02/PRT/M/2015
Pedoman PP No. 22 Standar dan Peraturan
Analisis Harga Pedoman
Tahun 2020 Pedoman Pelaksanaan Bangunan
Satuan Sistem
tentang Pengadaan UU No. 28
Gedung
Pekerjaan Manajemen
Peraturan Jasa Tahun 2002 Bangunan
(AHSP) Bidang Keselamatan Fungsi
Pelaksanaan Konstruksi Tentang
Konstruksi Khusus Gedung
Pekerjaan UU No. 2 Tahun Melalui Bangunan
Umum (SMKK) Hijau
2017 tentang Penyedia Gedung
Jasa Konstruksi
7
STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, KEBERLANJUTAN
UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

UU 2 tahun 2017 UU 11 tahun 2020


tentang Jasa Konstruksi tentang Cipta Kerja Pasal 52
Ps. 4 ayat 1 huruf c Perubahan Ketentuan UU 2/2017 Ps. 5 ayat 3

Pemerintah Pusat Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


bertanggung jawab 4 ayat (l) huruf c, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan
atas terselenggaranya a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan,
Jasa Konstruksi yang Kesehatan, dan Keberianjutan dalam penyelenggaraan
sesuai dengan Jasa Konstruksi
Standar Keamanan, b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar
Keselamatan, Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
Kesehatan, dan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa
Keberlanjutan Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi;

Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan


Ayat Konstruksi, Pengguna Jasa dan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa, dan Penyedia Jasa Ayat
1 Penyedia Jasa wajib memenuhi
Ps 59 wajib memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, 2
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud
Kesehatan, dan Keberlanjutan. pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

8
STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, KEBERLANJUTAN

“ Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan


untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan
“ Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi merupakan


pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan pemenuhan terhadap Standar Keamanan, Keselamatan,


dan keberlanjutan (K4) yang menjamin keselamatan Kesehatan, dan Keberlanjutan dengan menjamin keselamatan
keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga keteknikan konstruksi, keselamatan dan Kesehatan kerja,
kerja, keselamatan publik dan lingkungan. keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan

PEMENUHAN STANDAR KEAMANAN, PENYELENGGARAAN USAHA


KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN PENERAPAN KONSTRUKSI JASA KONSTRUKSI
KEBERLANJUTAN (Standar K4) BERKELANJUTAN
❑ PENGKAJIAN;
Keselamatan Keselamatan & ❑ PERENCANAAN;
PENERAPAN SISTEM
Keteknikan Konstruksi Kesehatan Kerja ❑ PERANCANGAN
MANAJEMEN
KESELAMATAN ▪ Pemilik pekerjaan ❑ MANAJEMEN PENYELENGGARAAN
▪ Bangunan/aset KESELAMATAN
KONSTRUKSI ▪ Tenaga kerja konstruksi KONSTRUKSI/MK
konstruksi KONSTRUKSI (SMKK)
▪ Peralatan, material ▪ Pemasok, tamu, ❑ SUPERVISI/PENGAWASAN
subpenyedia PENJAMINAN MUTU ❑ PEKERJAAN KONSTRUKSI
Keselamatan DAN PENGENDALIAN (Pembangunan,pengoperasian,
Keselamatan Publik
Lingkungan MUTU (PMPM) pemeliharaan,Pembongkaran
▪ Lingkungan kerja ▪ Masyarakat sekitar PEKERJAAN atau pembangunan Kembali)
▪ Lingkungan terdampak proyek KONSTRUKSI ❑ PEKERJAAN KONSTRUKSI
proyek ▪ Masyarakat terpapar TERINTEGRASI
Pasal 1 – 2 ▪ Lingkungan alam dan
terbangun
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2021 9
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
DOKUMEN SMKK
PADA PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PENGKAJIAN &
TAHAPAN PERENCANAAN
PERANCANGAN PEMBANGUNAN

PEMILIHAN PELAKSANAAN

Rancangan Konseptual SMKK Dok. Dok. Penawaran


RKK RKK
DOKUMEN (memuat tingkat risiko Penawaran Harga Progra
Rancangan Konseptual Pelaksana Pengawa RKPP RMLL
keselamatan konstruksi, biaya Teknis (Biaya m
SMKK an & san/ L_ P_
penerapan SMKK yang ada di (RKK Penerapan Mutu
RMPK MK Risiko
dalam EE) Penawaran) SMKK)
sedang &
besar
Calon Penyedia Jasa Pengguna (untuk swakelola),
Pengguna (untuk swakelola), Konsultan
Konstruksi/Kontraktor, Pelaksana Penyedia Jasa
PELAKU Pengkajian, Konsultan Perencanaan,
Calon Konsultan Konstruksi/Kontraktor, Konsultan
dan Konsultan Perancangan
Pengawas/MK Pengawas/MK
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2021 10
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi 10
PERUBAHAN PARADIGMA
“Membangun yang Lebih Baik dan Aman”
Lebih baik mengetahui risiko kecelakaan sebelum terjadi daripada
mengalami risiko setelah bencana
(Penanggulangan kecelakaan konstruksi dari responsif menjadi preventif)

“Pekerjaan yang baik tanpa perencanaan hanya akan jadi


sulit, perencanaan yang baik tanpa pelaksanaan hanya
akan jadi arsip”

“Tidak membenarkan kebiasaan menjadi pembenaran


dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, mengingat
masing-masing pekerjaan memiliki keunikan dan/atau
karateristik yang berbeda”
11
11
BAGIAN 2

KECELAKAAN
KONSTRUKSI
KECELAKAAN
KONSTRUKSI
PP Nomor 14 Tahun 2021 dan
Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021

Suatu kejadian akibat kelalaian pada


tahap pekerjaan konstruksi karena tidak
terpenuhinya Standar Keamanan ,
Keselamatan,Kesehatan dan
Keberlanjutan yang mengakibatkan harta
benda, waktu kerja, kematian, cacat
tetap dan/atau kerusakan lingkungan.

13
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
TEORI KECELAKAAN

ACCIDENT PRONENESS THEORY


01 Terdapat orang tertentu yang dari bawaan pribadinya lebih rawan
kecelakaan dibandingkan orang lain

02 GOALS FREEDOM ALERTNESS THEORY


Pekerja yang diberi kebebasan untuk menetapkan target kerjanya
sendiri akan menghasilkan hasil kerja yang lebih berkualitas dan
berperilaku lebih aman.

03 ADJUSTMENT STRESS THEORY


Terdapat faktor negatif dalam lingkungan kerja, baik internal
maupun eksternal.
Unsafe Condition & Unsafe Action

Unsafe Condition
adalah kondisi pekerjaan yang belum
terlindung dari bahaya, risiko dan
kerugian

Unsafe Action
adalah perilaku atau sikap dari pekerja atau orang di
tempat kerja yang tidak mematuhi/ tidak sesuai
dengan persyaratan, prosedur standar keselamatan
dan kesehatan kerja
BAGIAN 3

KASUS
KECELAKAAN
KONSTRUKSI
KEJADIAN KECELAKAAN KONSTRUKSI
TAHUN 2017-2018

2017 2018
4 Jatuhnya crane (LRT Palembang) Kecelakaan Konstruksi Major
Agt
4 Runtuhnya girder launcher (Proyek
Feb DDT Jatinegara)
22 JPO runtuh (Jalan Tol Bogor-Ciawi-
Sep Sukabumi) 18 Jatuhnya besi hollow (Pembangunan Rumah Susun
Mar Tingkat Tinggi Pasar Rumput)
26
Jatuhnya crane (Tol Bogor Outer 17 Runtuhnya Pengecoran In Situ Slab Proyek Jalan Tol
Okt Ring Road/BORR) Apr Manado-Bitung
27 Runtuhnya DPT Mix-Use Development dan
29 Girder FO runtuh (Jalan Tol PASPRO) Des Kelongsoran Jalan Raya Gubeng, Surabaya
Okt
Kecelakaan Konstruksi Minor
15 Beton lepas dari crane (LRT Jakarta)
Nov 2 Beton girder runtuh (Jalan Tol Depok-Antasari) 01 Longsor pada galian (Proyek Pipa Rusun
Jan Mei Penjaringan)
16 Jatuhnya crane (Jalan Tol Jakarta- 22
22 Box girder runtuh (LRT Jakarta) Launcher roboh (Tol Solo Kertosono)
Nov Cikampek II (El.)) Jan Mei

9 Runtuhnya penopang (Jembatan 20 Jatuhnya bekisting pier head PCB 34 13 Lepasnya Cross Girder (Jembatan Kali Kuto)
Des Ciputrapinggan) Feb (Proyek Tol Becakayu) Jul

30 Beton girder runtuh (Jalan Tol 30 Jatuhnya crane (Double Track Kereta Api 1 Robohnya Perancah (Proyek Jalan Tol
Des Pemalang-Batang) Apr Medan-Badara Kualanamu) Agt Pandaan–Malang)
17
KEJADIAN KECELAKAAN KONSTRUKSI
TAHUN 2019

4 Robohnya Dinding Penahan Tanah (DPT) dan Struktur 16 Tergulingnya Girder saat Pengangkutan pada Proyek
Jan Agt
Atas Rumah Pompa Durolis Riau Pembangunan Tol Cisumdawu

25 Runtuhnya Jembatan Gantung Banjasari II Pacitan 8 Kegagalan Pengecoran Box Traffic Ramp 8 pada
Jan Okt
Proyek Pembangunan Tol Depok–Antasari
22 Jatuhnya I-Steel Girder saat mobilisasi proyek Japek II
Mei 22 Kebakaran Pipa BBM Proyek Kereta Cepat Jakarta–
Okt
Bandung
15 Jatuhnya besi siku pada Proyek Pembangunan Tol Ruas
Juni
Cimanggis-Cibitung 2 Patahnya boom crane pada saat erection di proyek
Des
BORR
10 Runtuhnya Formwork Pierhead pada Proyek
Juli
Pembangunan Tol BORR Tahap 2 Seksi 3A 4 Keruntuhan Dinding Penahan Tanah (DPT) pada Proyek
Des
Pembangunan Pengaman Pantai Tahap III Paket 2,
23 Kelongsoran Jalan pada Proyek Pembangunan
Juli
Muara Baru, Jakarta Utara
Underpass Kentungan Yogyakarta

18
KEJADIAN KECELAKAAN KONSTRUKSI
TAHUN 2020
10 Februari 2020 16 Agustus 2020
Terlepasnya Boom pada Service Crane dalam Pelaksanaan Keruntuhan Pierhead pada Proyek Pembangunan Tol
Pekerjaan Konstruksi Jalan Tol Pekanbaru–Dumai Seksi 4 Cibitung–Cilincing

25 Februari 2020 15 September 2020


Banjir pada Tol Jakarta-Cikampek (Arah Jakarta) KM 9 dan Kelongsoran Lereng pada Proyek Bendungan
KM 19 Akibat Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Kereta Manikin/Tefmo Paket 2
Cepat Jakarta–Bandung
26 September 2020
21 Juli 2020
Jatuhnya Material Stress Bar pada Proyek Pembangunan
Keruntuhan Dinding Pembatas Hotel Awann Sewu Semarang 6 (enam) Ruas Jalan Tol Dalam Kota Seksi Semanan–
Sunter–Pulogebang
7 Agustus 2020
Runtuhnya Scaffolding pada Proyek Pembangunan Jakarta 15 November 2020
International Stadium
Bergesernya Abutment dan Gelagar Overpass Mulya
12 Agustus 2020 Mekar pada Proyek Pembangunan Simpang Susun
Sadang Tol Jakarta–Cikampek II Selatan
Banjir Tol Padaleunyi KM 130A Akibat Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta–Bandung 19
KEJADIAN KECELAKAAN KONSTRUKSI
TAHUN 2021

Keruntuhan Struktur Baja Coal Shed Runtuhnya Crane pada Pekerjaan


2 Storage di Proyek PLTU Sambelia Lombok 15 Pembongkaran Menara Air PDAM Tirta
Maret Timur Okt Asasta Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok

Penurunan Tanah Pada Abutment Dan


16 Retaining Wall Jembatan Tanah Merah Runtuhnya Launcher Girder pada Proyek
5
April Kecamatan Teluk Bintan Tol Cibitung – Cilincing Seksi 2 STA 19+000
Nov

Bencana Tanah Longsor di Lokasi Keruntuhan Bangunan Gedung SMAN 96


29 18
Pembangunan PLTA Peaker Batang Toru Jakarta
April Nov

Amblasnya Jalan Detour di Jalan Nasional Ruas


Padalarang – Purwakarta Terdampak
1 Pembangunan Terowongan 8 Proyek Kereta
Juni Cepat Jakarta – Bandung

20
PERANCANGAN
RUNTUHNYA
JEMBATAN
GANTUNG
BANJARSARI II Kondisi Jembatan setelah runtuh Kondisi pilon sesaat setelah runtuh
DI KABUPATEN
PACITAN, JAWA
TIMUR

Sadlle yang Macet sehingga Tidak Berfungsi sebagai Roller 22


KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada 20 Januari 2019 terdapat laporan dari erector 1. Melakukan evaluasi dan penyempurnaan sistem
bahwa pilon bagian atas mengalami bengkok. Pada pengadaan proyek secara keseluruhan
25 Januari 2019 dilakukan pengecekan kondisi pilon 2. Harus ditegakkan Standar Operasional Prosedur
oleh erector. 2 pekerja naik ke atas salah satu pilon (SOP) untuk memeriksa kelengkapan jembatan
dekat dengan jalan raya yang kemudian disusul oleh sebelum dikirim ke lapangan
1 orang pekerja. Pada saat sampai setengah tinggi 3. Perubahan pada desain harus sepengetahuan dan
RUNTUHNYA pilon, struktur tiba-tiba mengalami runtuh dan
melengkung
disetujui oleh pengguna jasa
4. Perlu dibuat tim supervisi khusus dan SOP untuk
JEMBATAN pengawasan lapangan yang intensif dalam
GANTUNG penyelenggaraan konstruksi jembatan gantung
BANJARSARI II pejalan kaki
DI KABUPATEN HASIL INVESTIGASI
PACITAN, JAWA 1. Perubahan jarak antar pilon ke blok angkur dari
TIMUR semula 30 m menjadi 16 m karena keterbatasan
lahan di lokasi
2. Macetnya saddle karena bentuk geometri yang tidak
halus pada arah bidang vertikal maupun horisontal
sehingga tidak berfungsi sebagai roller
3. Beberapa bracing mengalami kegagalan pada
sambungan bautnya (sobek pada flens)
4. Kondisi pilon berada pada elastic buckling, sehingga
hanya dipicu tambahan beban 3 orang yang naik ke
puncak pilon, pilon beserta seluruh jembatan runtuh 23
RUNTUHNYA
JEMBATAN Badan Jembatan yang
LENGKUNG Mengalami Runtuh
UTAN KOTA
KEMAYORAN

Kondisi sling jembatan dan


Kondisi Perletakan Girder dan rumah pompa yang
Angkur pada Abutment berfungsi sebagai pilon
Pondasi Sling Jembatan
Tertarik Akibat Runtuhnya
Jembatan
24
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada hari Minggu, 22 Desember 2019 pukul 08.00 – 1. Melakukan pemilihan penyedia jasa baik untuk
12.00 terdapat 4 (empat) orang pekerja melakukan Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, dan
pekerjaan akhir (finishing) untuk tepi lantai Kontraktor Pelaksana yang memiliki kompetensi di
jembatan. Pukul 13.30 jembatan terasa bergetar bidang rekayasa (engineering) dan konstruksi
hingga akhirnya runtuh. Tidak ada korban jiwa pada Jembatan
kejadian tersebut. Sehari sebelum kejadian, 2. Mempekerjakan seorang ahli struktur jembatan
dilakukan peresmian Utan Kota Kemayoran. Saat mengingat sistem struktur yang dipilih tidak lazim
peresmian jembatan dalam proses penyelesaian 3. Semua dokumen hasil perencanaan harus
RUNTUHNYA pekerjaan dan belum dibuka untuk umum ditandatangani oleh pihak-pihak yang
JEMBATAN bertanggungjawab
LENGKUNG 4. Melaksanakan audit konstruksi untuk semua
UTAN KOTA HASIL INVESTIGASI infrastruktur terbangun di Utan Kota Kemayoran
KEMAYORAN 1. Review desain tidak dilakukan oleh Tenaga Ahli yang
memiliki kompetensi di bidang rekayasa (engineering)
dan Konstruksi Jembatan
2. Proses penyelenyelenggaraan pengadaan tidak
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
3. Dengan adanya lengkung horizontal, maka terdapat torsi
yang besar pada struktur jembatan. Gaya tersebut
hanya ditahan oleh perletakan berupa sendi (angkur)
yang tidak tertanam dengan baik pada struktur
abutment
4. Girder Jembatan tidak cukup tinggi untuk jembatan
dengan bentang 49 meter 25
KERUNTUHAN
STRUKTUR
BAJA COAL Kondisi Struktur Baja Coal Shed Storage setelah Kejadian
SHED STORAGE
DI PROYEK
PLTU SAMBELIA
LOMBOK TIMUR

Kondisi Struktur Baja Coal Shed Storage setelah Kondisi Pagar Pembatas setelah Kejadian
Kejadian 26
KRONOLOGI KEJADIAN
REKOMENDASI
Pada hari Minggu 28 Februari 2021 pemasangan
frame ke-11 pada Struktur Baja Coal Shed Storage 1. Menyusun Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan
yang menggunakan temporary support structure Peluang (IBPRP), serta Analisis Keselamatan
untuk membantu pengingkatan frame ke-11 dengan Konstruksi (AKK)/Construction Safety
frame ke-10 sudah selesai dipasang. Sesuai kebijakan Analysis (CSA) diselaraskan dengan Work Breakdown
perusahaan, waktu pelaksanaan pekerjaan selesai
Structure (WBS), work method statement, dan
pukul 12.00 WITA. Sekitar pukul 15.00 WITA terjadi
analisis keteknikan yang memperhatikan multi hazard
KERUNTUHAN tiupan angin yang sangat kencang, diperkirakan
identification, multiple risk analysis, dan
sekitar 100 km/jam (berdasarkan analisis BMKG).
STRUKTUR Pada pukul 15.30 WITA, terjadi runtuhnya struktur pengendalian risiko secara terintegrasi (intergrated
BAJA COAL baja pada bangunan coal shed storage determining control)
SHED STORAGE 2. Melakukan perhitungan ulang terhadap struktur
DI PROYEK HASIL INVESTIGASI bangunan dengan memperhatikan fungsi bangunan
PLTU SAMBELIA 1. Didapati adanya kelemahan penjaminan dan sebagai wadan bahan bakar dan lokasi bangunan.
LOMBOK TIMUR pengendalian mutu desain atau mutu perancangan
sistem struktur baja termasuk design-to-construct
(constructability) yang menyebabkan terjadinya
potential services failures
2. Metode konstruksi yang diaplikasikan kurang
memperhatikan deteksi risiko dan bahaya yang dapat
terjadi dengan kondisi tersebut
3. Terdapat ketidaksempurnaan desain (design
imperfection) pada desain sambungan yang memicu
gaya eksentrisitas 27
PENURUNAN
TANAH PADA
Layout Tiang Pancang Retaining Wall
ABUTMENT DAN
RETAINING
WALL
JEMBATAN
TANAH MERAH
KECAMATAN
TELUK BINTAN

Dokumentasi Hasil Kunjungan Lapangan

Detail Abutment Jembatan Tanah Merah 28


KRONOLOGI KEJADIAN HASIL INVESTIGASI

Penurunan Pertama • Perencanaan keselamatan konstruksi terbatas


Pada tanggal 25 Desember 2019 terjadi penurunan pada identifikasi bahaya dari sisi ketenagakerjaan,
seketika secara drastis (immediate settlement) pada belum terintegrasi dengan aspek keselamatan
timbunan tanah oprit jembatan dengan tinggi keteknikan konstruksi (safety engineering).
penurunan 2,5 meter dari lantai jembatan dan terjadi • Desain tiang pancang abutment 24 m, namun
PENURUNAN pergeseran terhadap satu sisi Retaining Wall pada dalam pelaksanaannya kedalaman 18 m tiang
TANAH PADA Abutment 1 dan Abutment 2 yang ditimbun. pancang dinyatakan sudah menyentuh tanah
ABUTMENT DAN Penurunan terjadi akibat hujan besar di lokasi keras
pekerjaan selama 19 hari menerus sebesar 145 mm
RETAINING (sesuai data BMKG).
WALL
JEMBATAN Penurunan Kedua
REKOMENDASI
TANAH MERAH Pada tanggal 16 April 2021 Pukul 08.39 WIB terjadi • Membangun struktur portal pada lokasi abutment
KECAMATAN penurunan seketika secara drastis (immediate eksisting, untuk memikul beban mati (gelagar dan
settlement) di ke-dua pada sisi dalam dan luar lantai jembatan), serta beban hidup (lalu lintas).
TELUK BINTAN Retaining Wall ABT 2 yang sudah ditimbun dan • Menghitung tinggi kritis timbunan berdasarkan
dipadatkan. Penurunan seragam pada seluruh struktur hasil penyelidikan tanah, serta mengurangi tinggi
Retaining Wall dan terdorongnya posisi bawah timbunan sampai dengan batas tinggi kritis yang
Abutment ke arah sungai (ke dalam). diizinkan.
• Membangun struktur pile slab (konstruksi
layang/elevated) sampai pada elevasi tinggi kritis
yang diizinkan.
29
KERUNTUHAN Tampak Depan keruntuhan Bangunan Kondisi Scaffolding Melengkung Tanpa Bracing
BANGUNAN
GEDUNG SMAN
96 JAKARTA

Tumpukan Material Hasil Pembongkaran Tulangan dan Selimut Beton Kolom


Scaffolding
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada tanggal 17 November 2021 pukul 13.30 WIB, pada 1. Agar memastikan umur beton telah cukup untuk
saat proses pembongkaran scaffolding di lantai 4, dua menumpu beban sebelum pembongkaran
orang pekerja melakukan pekerjaan finishing di lantai 2. scaffolding.
menaruh material bongkaran berupa mainframe pada 1
2. Agar meningkatkan mutu beton sesuai dengan
(satu) titik tumpukan yang berada di tengah bentang.
durasi pekerjaan yang singkat.
Terjadi keruntuhan 1 (satu) modul bangunan di Zona 3
dari As 2 – As 4 yang dimulai dari Lantai 4 sampai 3. Agar melakukan perhitungan analisis struktur
dengan Lantai 1. Akibat dari keruntuhan terdapat 4 dimensi kolom dan balok pada lantai yang
(empat) orang pekerja terluka dengan rincian 3 (tiga) menerus agar mampu menopang beban lantai di
KERUNTUHAN orang luka ringan dan 1 (satu) orang mengalami patah atasnya.
BANGUNAN tulang kaki. 4. Agar mengganti scaffolding yang tidak layak pakai
serta menjaga kelurusan dari scaffolding.
GEDUNG SMAN HASIL INVESTIGASI 5. Agar memastikan telah dilakukan uji kelurusan
96 JAKARTA (vertikality) kolom sebelum dan sesudah
1. Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan tanpa adanya analisis melakukan pengecoran plat lantai di atasnya.
perhitungan struktur yang tepat, seperti tidak
6. Agar mengambil sample core drill beton pada
menyesuaikan mutu beton dengan rencana durasi
pekerjaan, dimensi kolom menerus tidak tepat, struktur yang mengalami kegagalan untuk
perbandingan dimensi kolom dan balok tidak sesuai menganalisis lebih lanjut penyebab keruntuhan.
Strong Coloumn & Weak Beam (SCWB).
2. Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan tanpa adanya
pengawasan, seperti ikatan kolom-balok, ikatan plat
lantai antar modul tidak tepat, perbedaan tebal selimut
beton akibat posisi tulangan kolom tidak sentris, kondisi
scaffolding tidak baik, pemasangan scaffolding tidak
sesuai, pembongkaran scaffolding tidak tepat
31
PENGECORAN
RUNTUHNYA
BEKISTING
PIER HEAD
SAAT Pier Head yang Mengalami Kecelakaan
PENGECORAN Tie Bar yang Bracket Baja yang
Terpasang Terpasang
PADA PROYEK
PEMBANGUNAN
TOL BECAKAYU

Bekisting yang Mengalami Kecelakaan Tie Bar yang Patah


33
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Keruntuhan terjadi pada hari Selasa, 20 Februari 1. Batang pengikat yang terpasang pada bracket harus
2019 pukul 03.00 WIB bersama dengan beton yang sesuai dengan perencanaan
baru dicor di daerah Kebon Nanas, Jakarta Timur. 2. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kompetensi
Peristiwa tersebut mengakibatkan 7 (tujuh) orang personel pelaksana dan pengawas, SOP, material,
korban terluka perlatan dan teknologi yang digunakan, serta metode
kerja untuk pekerjaan konstruksi
RUNTUHNYA 3. Disarankan menggunakan tiang profil sebagai
BEKISTING sokongan yang berdiri di atas pile cap
PIER HEAD 4. Melakukan pengujian mutu beton pada kolom yang
SAAT mengalami kecelakaan konstruksi
5. Meningkatkan pengawasan pada saat melaksanakan
PENGECORAN HASIL INVESTIGASI pekerjaan
PADA PROYEK 6. Konsultan Pengawas harus memberikan persetujuan
PEMBANGUNAN 1. Jumlah batang pengikat (tie bar) yang terpasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dengan mengacu
adalah 4 buah, kurang dari jumlah batang pengikat
TOL BECAKAYU pada desain perencanaan yaitu 12 buah
pada dokumen perencanaan yang telah disepakati

2. Robohnya bekisting pada sisi Timur terjadi akibat


gaya geser, sedangkan pada sisi Barat terjadi akibat
kombinasi dari gaya geser dan gaya tarik
3. Pemasangan jumlah batang pengikat yang tidak
sesuai dengan desain perencanaan memperlihatkan
bahwa kurangnya fungsi pengawasan baik secara
teknis maupun penerapan K3 yang dilakukan oleh
kontraktor atau oleh konsultan pengawas 34
RUNTUHNYA
FORMWORK
PIERHEAD Jumlah beam yang terpasang tidak sesuai dengan perencanaan
PADA PROYEK
TOL BORR
TAHAP 2 SEKSI
3A

Balok di atas base plat hanya diikat Kondisi Formwork setelah Kejadian
dengan kawat 35
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Keruntuhan formwork pierhead P109 terjadi pada 1. Gambar desain dan pelaksanaan di lapangan harus
hari Selasa, 10 Juli 2019 Pukul 05.15 WIB saat konsisten
proses pengecoran pada urutan truck mixer ke-23 2. Proses pengecoran harus menggunakan 2 (dua) buah
dari total rencana 25-26 truck mixer concrete pump untuk menjaga keseimbangan pada
pembebanan struktur pada saat pengecoran, serta
dilakukan dengan 2 (dua) tahap
RUNTUHNYA 3. Menambahkan spreader pada desain sistem shoring
FORMWORK HASIL INVESTIGASI
dan formwork baru, terutama pada shoring luar dan
memasang bracing pada balok spreader
PIERHEAD 4. Job Safety Analysis (JSA) metode formwork pierhead
1. Shoring pada titik yang mengalami runtuh hanya
PADA PROYEK memiliki Safety Factor (SF) sebesar 1,84
baru dan eksisting harus berdasarkan dari method
TOL BORR 2. Penggunaan tipe dudukan baja di atas shoring
statement karena memiliki analisis keselamatan yang
detail sesuai dengan tahapan pekerjaan
TAHAP 2 SEKSI berupa base plat dapat dikatakan kurang tepat. Hal
5. Konsultan Pengawas membuat rencana mutu
3A ini ditambah dengan balok di atas base plat shoring
pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan,
hanya diikat menggunakan kawat secara vertical
termasuk pengawasan terhadap deformasi yang
3.Penggunaan 1 (satu) concrete pump menyebabkan
diizinkan
ketidakseimbangan pembebanan struktur saat
6. Konsultan Pengawas perlu melakukan konsultasi
pengecoran
dengan perencana untuk mengetahui hal-hal kritis
4. Lemahnya pengendalian/pengawasan atas desain
yang perlu dilakukan pengawasan
dan konstruksi struktur
5. Defisiensi atas desain dan pemasangan struktur sistem
shoring dan formwork yang terdiri dari 4 tipe
36
KEGAGALAN
PENGECORAN Penurunan Terjadi Dimulai dari Sisi Barat
TOP SLAB BOX
TRAFFIC RAMP
8 PROYEK
PEMBANGUNAN
TOL DEPOK -
ANTASARI

Kondisi Setelah Kejadian 37


KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada 8 Oktober 2019 pukul 01.42 WIB terjadi 1. Menggunakan jenis perancah yang tepat, sesuai
penurunan pada baseform sisi Barat saat pengecoran dengan beban dan tinggi baseform
terisi sekitar 180 m3 (dengan asumsi panjang 52 m; 2. Memastikan kualitas shoring/perancah sesuai
lebar 11,8 m; dan tinggi 30 cm). Penurunan yang rencana, dan memastikan kualitas pelaksanaan
terjadi dimulai dari sisi Barat ke sisi Timur. Setelah pemasangan shoring/perancah tersebut
terjadi penurunan, pekerjaan pengecoran dihentikan 3. Mengganti pipa shoring yang bengkok dan
KEGAGALAN dan seluruh pekerja diperintahkan untuk menjauhi sambungan yang tidak memenuhi persyaratan
PENGECORAN lokasi 4. Menjaga kelurusan shoring
TOP SLAB BOX 5. Inspeksi pengawasan harus dilaksanakan secara
TRAFFIC RAMP
berlapis (subkontraktor diawasi oleh scafolder,
scafolder diawasi oleh kontraktor utama;
8 PROYEK HASIL INVESTIGASI kontraktor utama diawasi oleh konsultan
PEMBANGUNAN supervisi)
TOL DEPOK - 1. Desain perhitungan dan gambar desain 6. Konsultan Supervisi harus melakukan
shoring/perancah tidak sesuai dengan pelaksanaan di pemeriksaan kesesuaian desain rencana dengan
ANTASARI lapangan. pelaksanaan di lapangan. Pekerjaan tidak dapat
2. Perancah tidak mampu menahan beban rencana dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan
pengecoran dari Konsultan Supervisi
3. Tipe shoring yang digunakan tidak layak untuk
struktur tinggi, masif beton, dan memiliki tonase
yang besar
4. Struktur shoring yang digunakan memiliki banyak
sambungan sehingga berpotensi terdapat tidak
kesesuaian (imperfection) di lapangan 38
KERUNTUHAN
PERANCAH
PENOPANG
BALOK
PROYEK
JAKARTA
INTERNASIONAL
STADIUM (JIS)

Sebelum Kejadian Setelah Kejadian

39
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada hari kamis, 6 Agustus 2020 pukul 22.00 WIB 1. Perbaikan sistem izin kerja, wajib disetujui
dilakukan setting concrete pump. Pengecoran bersama oleh Team Leader MK dan Project
dimulai pada pukul 23.36 WIB. Pada jumat, 7 manager
Agustus 2020 dini hari pukul 01.15, dilakukan 2. Diperlukan pengawasan dan pengendalian teknis
pengecoran pada plat dan balok lantai 4 As 29-31, saat operasional di lapangan terutama sebelum
kemudian dilakukan finish kasar cor, dan perancah pelaksanaan pekerjaan beresiko besar dimulai
KERUNTUHAN penopang balok runtuh bersama dengan 4 pekerja 3. Wajib mempekerjakan tenaga ahli K3 Konstruksi
PERANCAH yang sedang bekerja di atas balok. yang juga berfungsi sebagai resident engineer
PENOPANG untuk mengendalikan dan mengawasi aspek
teknis di lapangan
BALOK 4. Perbaikan HIRADC dan Job Safety Analysis (JSA)
PROYEK HASIL INVESTIGASI yang memperhatikan multi hazard analysis dan
JAKARTA disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat
INTERNASIONAL 1. Pengecoran dilaksanakan atas dasar IPL telah 5. Mengevaluasi perhitungan sistem shoring dengan
disetujui oleh MK, walaupun perancah sudah di tag memperhatikan strength, stiffnes, serviceability,
STADIUM (JIS) merah. Ditemukan ketidaksesuaian bahwa hasil lendutan dan stability yang memenuhi ketentuan
checklist Scaffolding tidak dijadikan persyaratan safety factor
dalam persetujuan IPL tersebut. 6. Diperlukan checklist jenis, desain, mutu
2. Pekerja tidak mengaitkan body harness pada lifeline. material/komponen dan metode pemasangan
perancah
7. Perlu ditambahkan bracing diagonal untuk
menghindari puntir saat pengecoran dengan
pompa
40
KERUNTUHAN
PIER HEAD
PADA PROYEK
PEMBANGUNAN
JALAN TOL
CIBITUNG -
CILINCING

Sebelum Kejadian Setelah Kejadian

41
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada hari Minggu, 16 Agustus 2020 di STA 31+130 di 1. Diperlukan pengawasan dan pengendalian teknis saat
Sungai Tiram Raya dilakukan aktivitas pekerja operasional di lapangan terutama sebelum
pengecoran crossbeam/pierhead pada STA 31+128 pelaksanaan pekerjaan berisiko besar dimulai
portal dengan lebar 1,6 m tinggi 1,5 m, karena 2. Dalam hal terjadi perubahan metode, kriteria, JSA,
melangkahi pipa pertamina maka sesuai dengan HIRADC, struktur organisasi, dan Instruksi kerja harus
desain digunakan sistem portal dengan bentang 12 dilakukan pemutakhiran dokumen Rencana Mutu
KERUNTUHAN meter. Pengecoran dilakukan oleh tenaga kerja
dengan jumlah 8 orang diatas ketinggian 5 meter,
Pelaksanaan Kegiatan (RMPK) dan Rencana
PIER HEAD yang dimulai pukul 14.19 WIB. Pada pukul 16.45 wib
Keselamatan konstruksi (RKK)
3. Perbaikan Job Safety Analysis (JSA) dan HIRADC yang
PADA PROYEK scafolding roboh pada pekerjaan beton sudah memperhatikan multi hazard analysis
PEMBANGUNAN tertuang 19 m3 dari rencana 28.8 m3, menyebabkan 4. Perlu dilakukan perbaikan metode pelaksanaan
JALAN TOL 8 pekerja jatuh ke reruntuhan scaffolding, bekisting,
besi struktur dan beton cor dari ketinggian 5 meter.
pegecoran beton pier head dengan perhitungan
sistem perancah yang sesuai dengan kebutuhan di
CIBITUNG - lapangan
CILINCING 5. Mengevaluasi perhitungan sistem shoring dengan
HASIL INVESTIGASI memperhatikan strength, stiffnes, serviceability,
lendutan dan stability yang memenuhi ketentuan
1. Pengawasan lemah akibat PIC tidak sesuai safety factor
kompetensi 6. Wajib memperhatikan beberapa hal dalam sistem
2. Standar-standar keselamatan konstruksi tidak shoring, meliputi pemeriksaan material, sambungan,
dijalankan konsisten dan optimal. perhitungan shoring, peletakan baseplate, dan
3. Ketersediaan material scaffolding/ringlock terbatas. pembongkaran shoring, baik secara visual maupun
4. Modifikasi konfigurasi scaffolding tanpa adanya back melalui pengujian
up perhitungan 42
PENGANGKUTAN
JATUHNYA
STEEL I-GIRDER
SAAT
Alat Forklift yang Tertimpa SIG
MOBILISASI
PADA PROYEK
JALAN TOL
JAKARTA
CIKAMPEK II
ELEVATED

Kondisi SIG Setelah Kejadian


44
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada hari Rabu, 22 Mei 2019 pukul 03.50 WIB Tim 1. Mobilisasi dan pengangkatan SIG harus
Lapangan melakukan safety talk, dan pada saat memperhatikan kekakuan girder akibat torsi saat
bersamaan SIG bagian timur bergeser (slip) ke arah diangkut dan dimobilisasi serta mempertimbangkan
selatan, sehingga SIG turun sampai ¼ bentang (6 dari efek getaran jalan akibat lalulintas pada saat
8 segmen). Proses evakuasi SIG yang bergeser mobilisasi di Jalan Tol
JATUHNYA dilaksanakan pada pukul 03.55 WIB. Pada saat 2. Pemilihan multi-axle harus memperhatikan kapasitas
STEEL I-GIRDER kejadian, terdapat alat forklift yang tertimpa SIG beban rencana jalan, yaitu MST-10
3. Stiffener pada girder yang mengalami kecelakaan
SAAT harus dilakukan penggantian
MOBILISASI HASIL INVESTIGASI 4. Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Pengawas agar
PADA PROYEK melakukan inspeksi bersama secara rutin dengan
JALAN TOL 1. Pada saat pengambilan stacking mengakibatkan Subkontraktor
terjadinya goyang pada struktur SIG yang dapat
JAKARTA dilihat secara visual
CIKAMPEK II 2. Terdapat kemiringan jalan +1% sebagai tumpuan dari
ELEVATED multi axle. Oleh karena itu, dilakukan pengaturan
(adjustment level) ke arah selatan. Pada saat
pengaturan tersebut terjadi rotasi yang
mengakibatkan bergesernya (slip) SIG sisi timur ke
arah selatan
3. Penggunaan profil I pada girder tidak sesuai untuk
bentang 120 m, terutama ketika girder diberi
kekakuan dan diangkat menggunakan crane
45
TERGULINGNYA
GIRDER SAAT
PENGANGKUTAN Girder mengalami kemiringan dan terguling
PADA PROYEK
JALAN TOL
CISUMDAWU
SEKSI 3

Roda belakang boogie sisi kiri mengalami amblas sedalam 20 cm 46


KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada 16 Agustus 2019 pukul 14.30 WIB, saat 1. Pemilik Proyek harus memastikan keseluruhan
gerakan manuver dilakukan, roda boogie aspek project management system untuk
belakang sisi kiri mengalami amblas sedalam 20 quality, safety, health and environment
cm, sehingga girder mengalami kemiringan dan terlaksana secara konsisten dan presisten oleh
terguling seluruh pihak yang terlibat dalam proyek Tol
Cisumdawu
TERGULINGNYA 2. merencanakan lintasan kendaraan angkut dan
GIRDER SAAT diberi pengamanan dengan memberi rambu
(guidance) untuk driver dan plat baja yang
PENGANGKUTAN menutupi seluruh lintasan
PADA PROYEK 3. melakukan pemeriksaan terhadap kepadatan
JALAN TOL HASIL INVESTIGASI tanah pada lintasan kendaraan pengangkut
secara kuantitatif dan berkala
CISUMDAWU
Lokasi proyek merupakan galian tanah berbatu
SEKSI 3 dengan bongkahan-bongkahan batu yang cukup
besar (boulder). Plat baja yang berfungsi sebagai
plat injak tidak meng-cover seluruh area lintasan
kendaraan pengangkut (prime mover dan boogie)

47
BEKERJA PADA
KETINGGIAN
JATUHNYA BESI
SIKU PADA
PROYEK
PEMBANGUNAN
TOL RUAS
CIMANGGIS –
CIBITUNG

Kondisi Besi Siku Tertancap Kendaraan Pengguna Jalan

49
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Sabtu, 15 Juni 2019 Pukul 13.00 WIB dilaksanakan 1. Pengaturan mengenai penumpukan material di
tool box meeting dan persiapan pemasangan tempat tinggi perlu diperhatikan. Material yang
beksisting side form. Kecelakaan terjadi pada pukul diizinkan untuk diletakkan di atas merupakan
15.10 WIB, dimana pekerja lengah saat proses material yang digunakan pada hari yang sama.
pengambilan push pull bracing di back wall. Pekerja 2. Perlu disediakan lokasi khusus untuk menumpuk
mengenai besi siku yang mengakibatkan besi siku material yang berada di bawah.
JATUHNYA terjatuh dan terlempar keluar menimpa mobil
pengguna jalan eksisting di bawahnya. Pada saat
3. Menyusun Job Safety Analysis (JSA) yang
diturunkan dari method statement sehingga
BESI SIKU kejadian, di dalam mobil terdapat 3 (tiga) orang memiliki analisis keselamatan pekerjaan yang
PADA PROYEK detail sesuai dengan tahapan pekerjaan. JSA
PEMBANGUNAN sebagai salah satu item yang harus diketahui dan
TOL RUAS HASIL INVESTIGASI disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
mengajukan izin kerja
CIMANGGIS – Tidak adanya pengaturan penumpukan material dan
CIBITUNG jadwal pengiriman material di ketinggian.

50
Celah Jatuhnya
Stress Bar

JATUHNYA
STRESSBAR
PEMBANGUNAN
6 RUAS JTD
TAHAP 1
SEMANAN –
SUNTER DAN
SUNTER – PULO
GEBANG SEKSI
A KELAPA
GADING – PULO
GEBANG

Lokasi Jatuhnya Material Stress Bar dari Visualisasi Saat Kejadian


ketinggian + 14 meter
51
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Sabtu, 26 September 2020 pukul 15.07 WIB 1. Perbaikan HIRADC dan Job Safety Analysis (JSA)
dilakukan pekerjaan gluing segmen no. 6 dan no. 7 terutama pekerjaan erection segment box girder
(dari rencana 17 segmen), yang sudah tergluing yang memperhatikan multi hazard analysis dan
JATUHNYA (perapatan) segmen no. 7 s/d no. 17 ke arah barat. disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat
Area pekerjaan di bawah lokasi gluing (perapatan)
STRESSBAR segment box girder telah dibarikade. Material (stress
2. Pemasangan rambu-rambu keselamatan, serta lampu
LED dan rotary di sekitar area kerja dan area steril
PEMBANGUNAN bar dia 32 mm dan panjang 2.4m) secara tidak yang dapat terlihat secara jelas oleh pekerja, maupun
6 RUAS JTD sengaja terjatuh melalui celah antara dua segmen masyarakat sekitar
TAHAP 1 dan menimpa Petugas Security yang sedang melintas 3. Perbaikan SOP Pengawasan dan SOP bekerja di
dengan motor yang bertugas menjaga area kerja di
SEMANAN – bawah lokasi gluing. Stress bar yang terjatuh
ketinggian
4. Melakukan pengecekan kemampuan mutu peralatan
SUNTER DAN digunakan sebagai stok perapatan SBG meliputi: sling, kondisi shoring, kondisi baut, kondisi
SUNTER – PULO crane, kondisi deviator, dan lainnya
GEBANG SEKSI 5. Wajib mempekerjakan tenaga kerja yang kompeten
HASIL INVESTIGASI
A KELAPA di lokasi ketinggian, yang mengimplementasikan
fungsi Alat Pelindung Diri dan Alat Pelindung Kerja
GADING – PULO 1. Kurangnya kontrol penempatan posisi perlengkapan
(APD dan APK) dengan baik
GEBANG dan material yang belum siap dikerjakan
6. Dibutuhkan sosialisasi/pelatihan rutin, safety
2. Posisi kerja yang berada di wilayah yang seharusnya
morning, induksi, dan program lain untuk penerapan
steril
SOP SMKK
3. Kurangnya fungsi pengawasan selama pekerjaan
konstruksi berlangsung

52
PUBLIK DAN
LINGKUNGAN
KEBAKARAN
PIPA BBM PADA
PROYEK
Kondisi Setelah Api Berhasil Dipadamkan
PEMBANGUNAN
KERETA CEPAT
JAKARTA -
BANDUNG
Kondisi Saat Terjadi Kebakaran

Dampak terhadap Lingkungan Sekitar 54


KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada tanggal 22 Oktober 2019, dilakukan 1. Menempel foto operator ukuran 8R, SIO, dan SILO
pengeboran pada P160 pada pukul 07.00 – 11.30 pada seluruh alat berat
WIB, setelah selesai dilakukan pengeboran, mesin 2. Memberi kewenangan kepada Konsultan Pengaeas
bor dipindahkan ke lokasi P162. Pukul 13.00 untuk melakukan penghentian pekerjaan,
dilakukan persiapan pengeboran untuk P162. Pada melaksanakan inspeksi/pengawasan pekerjaan
pukul 13.30 pengeboran dilakukan hingga kedalaman konstruksi, dan meninjau ulang dokumen JSA, shop
RUNTUHNYA 1 meter dan mata bor diangkat untuk mengeluarkan drawing dan metode kerja.
BEKISTING tanah. Saksi di lokasi menyampaikan melihat minyak 3. Menerbitkan seluruh dokumen menggunakan 3
PIER HEAD keluar dari lubang pengeboran dan menyembur ke Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
atas hingga mengenai operator mesin bor
SAAT Bahasa Mandarin
4. Melaksanakan safety audit yang bednalam atas SMKK
PENGECORAN HASIL INVESTIGASI untuk menjamin keselamatan pekerja, keselamatan
PADA PROYEK publik, keselamatan properti/harta benda, dan
PEMBANGUNAN 1. Personel yang mengoperasikan alat mesin bor bukan keselamatan lingkungan
sebagai operator tetapi sebagai project engineer
TOL BECAKAYU 2. Subkontraktor memindahkan alat berat tanpa
5. Melakukan test pit sampai dengan kedalaman yang
diperlukan untuk menemukan utilitas bawah tanah
mengikuti SOP dan tanpa memiliki izin kerja
3. Test Pit tidak dilaksanakan dengan alat deteksi yang
akurat dan penggalian tanah tanah yang sempurna
4. Konsultan pengawas tidak berfungsi sebagai bagian
dari sistem pengawasan. Konsultan Pengawas tidak
diberi kewenangan melaksanakan inspeksi dan
menghentikan pekerjaan di lapangan
55
LONGSORAN
PERANCAH
BENDUNGAN
MANIKIN/
TEFMO (PAKET-
2) KABUPATEN
KUPANG

Lokasi Kejadian Kecelakaan Konstruksi di Area Inlet Pelimpah Terowongan

56
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Kecelakaan konstruksi yang mengakibatkan 1 korban 1. Menyusun Rencana Keselamatan Konstruksi atas
meninggal terjadi pada hari Selasa, 15 September keseluruhan tahap pekerjaan dengan menambahkan
2020 pukul 14:30 WITA saat melakukan aktivitas identifikasi bahaya yang menerapkan analisis multi
lapangan terkait pekerjaan pemancangan Tiang risiko (multiple risk analysis)
Pancang Spun Pile pada Inlet Pelimpah Terowongan 2. Menyusun rencana penanggulangan keadaan darurat
Bendungan Manikin. Kecelakaan terjadi akibat dan melakukan kerjasama dengan fasilitas kesehatan
LONGSORAN korban tertimpa longsoran tanah, mengingat yang
bersangkutan berada di dekat lereng galian setinggi ±
terdekat.
PERANCAH 5 m yang sedang dalam proses proteksi dengan tiang
3. Menyediakan Tenaga Kesehatan yang menjadu
bagian tidak terpisahkan dari Unit Keselamatan
BENDUNGAN Konstruksi yang berada dalam struktur organisasi
MANIKIN/ proyek yang dikomando oleh Ahli Keselamatan
TEFMO (PAKET- HASIL INVESTIGASI Konstruksi
2) KABUPATEN 1. Kurangnya kewaspadaan pengawas dan pekerja
4. Memperhatikan rentang waktu antara penggalian
tanah dan pemancangan, mengingat kondisi geologi
KUPANG terhadap risiko di area pekerjaan galian yang tanah merupakan lempung berpasir (sandy clay)
berpotensi longsor yang rentan terjadi longsor (sliding) setelah
2. Kurangnya konsistensi terkait komunikasi dalam teroksidasi
menganalisa potensi bahaya dan risiko 5. Memperhatikan analisis safety factor kestabilan
3. Kurang ketatnya pengawasan terhadap penerapan lereng mengacu pada pedoman persyaratan
metode kerja saat proses penggalian tanah dan minimum safety factor SNI 8460:2017 tentang
pemancangan Persyaratan Perancangan Geoteknik

57
BANJIR TOL
JAKARTA–
CIKAMPEK DAN
TOL
PADALEUNYI Titik Lokasi Banjir Tol Japek KM 9 Titik Lokasi Banjir Tol Japek KM 19
AKIBAT
PEKERJAAN Arah Jakarta

KONSTRUKSI Lokasi Banjir


PEMBANGUNAN Tol Padaleunyi
KM 130A
KERETA CEPAT
JAKARTA–
BANDUNG

Arah Cileunyi

58
Titik Lokasi Banjir Tol Padaleunyi
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan KCJB di daerah 1. Harus memperhatikan sistem drainase termasuk
milik jalan tol telah memicu terjadinya genangan air aliran sungai dan alur air drainase jalan tol eksisting
atau banjir pada jalan tol sebanyak 2 (dua) kali pada 2. Menyusun dokumen rencana pengendalian banjir
BANJIR TOL tahun 2020. Kejadian pertama pada tanggal 25 berupa laporan akhir sistem drainase dan
Februari 2020 di Tol Jakarta–Cikampek (arah Jakarta)
JAKARTA– KM 9 dan KM 19, serta kejadian kedua pada tanggal
pengendalian banjir, nota desain sistem
pengendalian banjir dan drainase, serta album
CIKAMPEK DAN 12 Agustus 2020 di Tol Padaleunyi KM 130A gambar sistem pengendalian drainase dan rencana
TOL 3. Membuat SOP, metode dan teknis konstruksi sebagai
PADALEUNYI HASIL INVESTIGASI tindakan responsif jangka pendek dan preventif
AKIBAT jangka panjang terhadap mitigasi multi-risiko
1. Kegagalan sistem drainase di daerah milik jalan yang pelaksanaan pekerjaan konstruksi terhadap
PEKERJAAN dipicu oleh permasalahan teknis dan manajemen dari keselamatan konstruksi
KONSTRUKSI pelaksanaan konstruksI 4. Diperlukan pembentukan Project Management Office
PEMBANGUNAN 2. Kejadian banjir pertama dipicu oleh penumpukan (PMO) sebagai media komunikasi dan koordinasi
KERETA CEPAT material pekerjaan KCJB pada bahu jalan yang semua pihak
menganggu fungsi drainase, kebersihan jalan, dan
JAKARTA– keselamatan pengguna jalan serta pengelolaan
BANDUNG sistem drainase yang buruk dan adanya
keterlambatan pembangunan saluran drainase yang
terputus
3. Kejadian banjir kedua dipicu oleh pekerjaan pondasi
dan pile cap pilar KCJB yang mengganggu aliran
Sungai Cilember di lokasi daerah milik Jalan Tol
Padaleunyi 59
AMBLASNYA
JALAN DETOUR
DI JALAN
NASIONAL
RUAS
PADALARANG –
PURWAKARTA
TERDAMPAK
PEMBANGUNAN
TEROWONGAN
8 PROYEK
KERETA CEPAT
JAKARTA – Titik Lokasi Kejadian Kondisi Jalan Setelah Kejadian
BANDUNG
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada tanggal 31 Mei 2020 pukul 08.40, tumpuan 1. Melakukan analisis tanah terutama di lokasi dengan
primer (initial support) kiri sektor DK99+462-458 morfologi berkontur di beberapa titik lokasi
AMBLASNYA terowongan no.8 tiba-tiba tertekan di bagian arch pekerjaan sebagai dasar dari desain terowongan dan
JALAN DETOUR foot (menghadap tunnel faces sisi kiri), dan bagian mitigasi bencana akibat pergeseran air dan partikel di
bawah sekitar 0,8 m. Pada saat yang sama, tanah berkontur.
DI JALAN penurunan tanah terjadi tepat di atas terowongan 2. Membuat desain remedial action terkait penanganan
NASIONAL dengan jarak tempuh yang sesuai, 4 m x 6 m (garis air permukaan.
RUAS paralel x garis vertikal), dengan penurunan 3. Memperbaiki sistem drainase pada lokasi pekerjaan
PADALARANG – maksimum adalah 1,2 m. penggalian terowongan supaya tidak terjadi infiltrasi
air terlalu besar pada kandungan tanahnya sebelum
PURWAKARTA pekerjaan penggalian dilanjutkan.
TERDAMPAK HASIL INVESTIGASI 4. Segera melakukan perbaikan ruas jalan detour
PEMBANGUNAN sehingga ruas tersebut dapat berfungsi kembali
TEROWONGAN 1. Kontraktor telah menugaskan orang khusus untuk sebelum pekerjaan penggalian terowongan dimulai
mengeruk lubang runtuhan sampai permukaan kembali.
8 PROYEK 2. Kontraktor melakukan penimbunan kembali dengan 5. Memperhatikan sistem perkerasan pada lokasi
KERETA CEPAT beton polos C20 kemudian dibuat permukaan dasar pekerjaan penggalian terowongan.
JAKARTA – dengan aspal untuk mengembalikan tampilan asli
BANDUNG jalan yang direlokasi sementara
3. Kontraktor menutup retakan yang terbentuk pada
initial support dan ekstrusi internal di DK99+462
dengan shortcrete basah C30 yang sudah diselesaikan

61
PERALATAN
PUTUSNYA
SLING
CRAWLER
CRANE PADA
PROYEK
PEMBANGUNAN
TOL BORR
TAHAP 2 SEKSI
3A

Kondisi Crawler Crane setelah Kejadian


Sling yang Mengalami Putus 63
KRONOLOGI KEJADIAN
REKOMENDASI
Pada Senin, 2 Desember 2019, pengecoran bored
pile off ramp Kayumanis R17 titik B2 baru 1. Mendesak pihak PLN untuk segera melakukan
dilaksanakan pada pukul 20.00 karena lokasi relokasi kabel listrik sesuai dengan kesepakatan dan
mengalami hujan pada sore hari. Pengecoran selesai menghentikan pekerjaan hingga relokasi dari pihak
dilaksanakan pada pukul 21.30. Pekerjaan PLN selesai dilaksanakan
dilanjutkan dengan pelepasan casing dari dalam 2. Melakukan pemeriksaan terhadap wire sling secara
PUTUSNYA lubang bored pile pada pukul 21.45 WIB. Dalam visual dan tes tarik
SLING proses pengangkatan, terjadi insiden clamp timbal 3. Mengganti wire sling sesuai kapasitas hasil review
CRAWLER wire sling putus dan menyebabkan efek kejut beban dengan SF sesuai aturan yang berlaku
4. Melakukan inspeksi rutin kondisi crane, alat bantu
sehingga boom crawler crane terjungkang ke
CRANE PADA belakang angkat, dan safety device sebelum digunakan, seperti
PROYEK checklist operator bersama rigger dan diverifikasi
PEMBANGUNAN HASIL INVESTIGASI
oleh safety officer
TOL BORR
TAHAP 2 SEKSI 1. Posisi boom crane melintang di atas instalasi kabel
listrik tunggal (single wire). Kondisi tersebut sangat
3A berbahaya dan ruang gerak kerja menjadi sempit
2. Pihak Proyek telah mengirimkan surat kepada PLN
sebanyak 3 kali untuk melakukan relokasi, serta telah
membayar sesuai dengan permintaan dari pihak PLN.
Namun demikian, belum ada tidak lanjut relokasi
oleh PLN

64
BOOM CRANE
TERLEPAS
PADA
PEMBANGUNAN
JALAN TOL
PEKANBARU –
DUMAI
Kondisi Service Crane Setelah Kejadian Lokasi Kecelakaan Konstruksi dengan Posisi
Korban Ditandai dengan Balok Kayu dan Crane
Sudah Dipindahkan

65
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Inspeksi kesiapan alat kerja bersama seluruh pihak 1. Pengajuan perizinan serta pemeriksaan peralatan
tertunda selama satu hari sehingga crane yang sudah dan material wajib dilaksanakan sebelum memulai
terpasang dibongkar oleh pekerja. Kegiatan kegiatan di lapangan agar sesuai dengan standar
pembongkaran ini tidak melalui perizinan terlebih prosedur dan spesifikasi teknis yang ditentukan
dahulu kepada kontraktor dan dilakukan di luar jam 2. Konsultan pengawas dituntut untuk berperan aktif
kerja. Insiden terjadi saat salah satu pekerja melepas dalam menjamin keselamatan pekerja, publik,
BOOM CRANE safety pin lock pada bagian bawah rangka crane
tanpa menggunakan bantuan crane lain dan tanpa
lingkungan, dan harta benda, terutama selalu hadir
pada saat pekerjaan kritis. Seluruh pekerja perlu
TERLEPAS berkoordinasi dengan petugas di lapangan, diingatkan dengan tegas untuk menggunakan APD
PADA mengakibatkan boom crane menjadi tidak stabil dan dan APD pada saat melakukan kegiatan konstruksi di
PEMBANGUNAN jatuh menewaskan pekerja lapangan
JALAN TOL 3. Pembatasan area kerja dengan gate pengamanan dan
jalur khusus yang diperuntukkan bagi mobilisasi
PEKANBARU – pekerja dan peralatan, termasuk akses untuk
DUMAI HASIL INVESTIGASI
masyarakat di sekitar lokasi kerja perlu disiapkan oleh
1. Masuknya crane ke dalam lokasi kerja tidak melaui kontraktor untuk memudahkan pengawasan dan
proses izin kerja pengendalian risiko
2. Pembongkaran dan mobilisasi crane tidak melalui 4. Pemasangan foto operator, SIO, dan SILO pada alat
prosedur yang benar berat dapat dilakukan untuk mencegah pihak-pihak
yang tidak berwenang mengoperasikan alat berat
tersebut

66
ROBOHNYA
CRANE PADA
PEKERJAAN Lokasi Kecelakaan Konstruksi
TOWER AIR
PDAM TIRTA
ASASTA, DEPOK

Boom Crane Menimpa Rumah Warga

Outrigger Plate Bergeser Rear Outrigger Amblas


67
KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada hari Jumat, 15 Oktober 2021 sekitar pukul 1. Memastikan platform crane dalam keadaan rata,
09.00 WIB telah terjadi kecelakaan konstruksi pada serta melakukan monitoring penurunan pada saat
lokasi proyek pembongkaran menara air PDAM Tirta pengangkatan beban tertentu.
Asasta, yaitu tergulingnya mobile crane yang 2. Menyusun Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan
menimpa rumah dan melukai warga sekitar. Tipe Peluang (IBPRP), serta Analisis Keselamatan
mobile crane powerplus PHC500S-III yang memiliki Konstruksi (AKK)/Construction Safety
kapasitas 50 ton. Crane tersebut akan digunakan Analysis (CSA) diselaraskan dengan Work Breakdown
ROBOHNYA sebagai alat pembongkaran pada bangunan menara Structure (WBS), work method statement, dan
CRANE PADA air PDAM Tirta Asasta. analisis keteknikan yang memperhatikan multi hazard
PEKERJAAN identification, multiple risk analysis, dan
pengendalian risiko secara terintegrasi (intergrated
TOWER AIR HASIL INVESTIGASI determining control)
PDAM TIRTA
ASASTA, DEPOK 1. Pembongkaran sisa bangunan crane dilakukan tanpa
prosedur yang baik dan benar, atau tidak
menggunakan lifting plan
2. pemadatan tanah sebagai landasan crane tidak rata,
sehingga landasan crane menjadi tidak stabil
3. Dimensi outrigger plate terlalu kecil dan tidak sesuai
standar yang berlaku
4. Bahaya dan risiko tempat kerja belum sepenuhnya
dilakukan rencana mitigasi pengendalian risiko,
terutama lokasi kerja yang berada dipermukiman
padat penduduk 68
JATUHNYA
LAUNCHER
GANTRY
PROYEK JALAN Posisi Perletakan Tower Leg P2
TOL CIBITUNG –
CILINCING
SEKSI 2 DI
JEMBATAN
UTAMA SUNGAI
BEKASI STA
19+190

Launcher Girder Terjatuh dan Terpuntir Katrol Terjatuh 69


KRONOLOGI KEJADIAN REKOMENDASI
Pada tanggal 5 November 2021 pukul 14.50 WIB, 1. memperbaiki dan menerapkan dokumen SMKK.
pada saat proses penarikan sistem tekel katrol terjadi 2. memperbaiki lifting plan yang dituangkan dalam
pergeseran main truss melampaui batas aman Operasi Keselamatan Konstruksi pada dokumen RKK
sehingga terjadi lendutan plastis pada balok LCB P3 Pelaksanaan dan RMPK
JATUHNYA yang mengakibatkan Launcher terpuntir dan 3. menyusun RKK Pengawasan yang di antaranya
LAUNCHER terjatuh. Pergeseran main truss melampaui batas memuat sasaran dan program pengawasan, lembar
GANTRY aman dikarenakan posisi stopper tidak sesuai dengan
posisi seharusnya.
pengawasan, dan formulir izin kerja yang telah
ditandatangani
PROYEK JALAN 4. melengkapi prosedur stop work authority (SWA)
TOL CIBITUNG – dengan alur penanganan tindak lanjut dan pihak yang
CILINCING bertanggung jawab
SEKSI 2 DI HASIL INVESTIGASI 5. melakukan pemeriksaan terhadap struktur eksisting
kolom dan PCI Girder yang bersinggungan dengan
JEMBATAN titik kejadian
1. Penggunaan system tekel katrol yang berfungsi
UTAMA SUNGAI memposisikan girder ke center line bearing pad tidak
BEKASI STA terdapat dalam metode kerja yang telah disepakati
19+190 2. Tidak menerapkan dan tidak secara tuntas melakukan
identifikasi bahaya yang diselaraskan dengan metode kerja
dan design to construct
3. Pengawasan tidak secara efektif dilakukan sehingga terjadi
eksekusi penanganan di luar metode yang direncanakan

70
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai