Anda di halaman 1dari 6

A.

Farmakoterapi Alzheimer
a. Studi Kasus
Ny. Alia, umur 70 th datang ke poliklinik jiwa RSUD Ciamis
diantar oleh anak dengan keluhan sering lupa yang dirasakan sejak 2 bulan
yang lalu, menurut keterangan dari anaknya pasien lupa terhadap kegiatan
sehari-hari seperti makan, mandi dan cara sholat. Pasien juga terkadang
marah-marah jika kemauan pasien tidak dituruti. Pasien juga mengalami
lupa terhadap sesuatu yang disimpannya dan tidak ingat terhadap waktu
dan tempat. Pernah sesekali pasien lupa terhadap jumlah anak dan
namanya. Pasien juga sering bicara sendiri dan bernyanyi dikamar. Pasien
susah tidur dan suka terbangun pada malam hari (Insomnia). Keluhan
diperberat dengan pasien sering melamun dan berdiam diri (Depresi).
Pasien tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu,
memasak, mencuci dan bekerja seperti biasanya yaitu bertani. Keluhan
seperti ini dirasakan mulai 3 tahun yang lalu, seperti menyimpan barang
dan nama orang, tetapi semakin berat sejak 3 bulan terakhir. Selama 3
tahun kebelakang pasien tidak pernah berobat sekalipun karena keluarga
menganggap hanya penyakit orang tua biasa. Terapi yang diberikan yaitu
Donepezil HCl 10 mg 2 x 1 sehari, Vitamin E 1000 IU per hari, Fluoksetin
10 mg 2 x 1 per hari
b. Analisis SOAP
1) Subject
 Pasien perempuan bernama Ny. Alia umur 70 th
 Pasien sering lupa sejak 2 bulan yang lalu
 Keluhan dirasakan mulai 3 tahun yang lalu
 Pasien susah tidur dan suka terbangun pada malam hari
(Insomnia)
 Keluhan diperberat dengan pasien sering melamun dan berdiam
diri (Depresi)
 Tidak pernah berobat sama sekali karena hanya dianggap
penyakit orang tua biasa
2) Object
a. Orientasi
- Tempat : Buruk
- Waktu : Buruk
- Orang : Buruk
- Perhatian : Buruk
b. Ingatan
- Daya ingat jangka panjang: Buruk
- Daya ingat jangka pendek: Buruk
- Daya ingat segera : Normal
- Intelegansia : Buruk
c. Pikiran
- Bentuk pikir : Realistis
- Isi pikiran : Lambat
- Jalan pikir : Koheren
d. Persepsi
- Halusinasi : Negatif
- Ilusi : Negatif
e. Emosi pasien
- Mood : Mood labil
- Afek : Afek labil
- Keserasian : Kurang serasi
f. Dekorum
- Penampilan : Baik
- Sopan santun : Baik
- Kebiasaan : Buruk
- Sikap : Kooperatif
- Tingkah laku : Kaku
- Penilaian : Sadar diri bahwa pasien sedang sakit

3) Assessment
Pasien dengan dugaan Alzheimer harus memiliki riwayat dan
pemeriksaan fisik dengan tes laboratorium yang sesuai dan CT scan.
Harus ada informasi tentang penggunaan obat atau cedera kepala.
Hindari obat-obatan yang dapat menyebabkan delirium (misalnya,
digoxin, obat antiinflamasi nonsteroid [NSAID], antagonis reseptor
histamin 2, amiodaron, antihipertensi, dan kortikosteroid).
Pemeriksaan Status Mini-Mental Folstein (MMSE) dapat membantu
menetapkan riwayat defisit dalam dua atau lebih area kognisi pada
awal yang akan digunakan untuk mengevaluasi perubahan keparahan
dari waktu ke waktu. Penurunan rata-rata yang diharapkan pada pasien
yang tidak diobati adalah 2 hingga 4 poin per tahun.
Pasien ini memenuhi kriteria klinis untuk penyakit Alzheimer
tahap moderat disertai gangguan kognitif, ditandai dengan pasien
sering lupa dan nilai MMSE nya yaitu 14. Pasien juga mengalami
depresi yang ditandai dengan pasien sering melamun dan berdiam diri.
Untuk mengatasi penyakit Alzheimer yang dimiliki oleh pasien
tersebut, dokter meresepkan obat Donepezil HCl 10 mg 2 x 1 sehari,
Vitamin E 1000 IU per hari, dan Fluoksetin 10 mg 2 x 1 per hari.
4) Plan
 Terapi nonfarmakologi
Melakukan psikoterapi meliputi :
- Supportif
- Senam lidah
- Konseling keluarga
- Mendengarkan music klasik
- Membuat catatan kecil untuk mengoptimalkan daya daya ingat
- Memberikan informasi dan penjelasan mengenai kondisi pasien
serta kesadaran akan kewajiban menjalankan pengobatan dan
pemeriksaan teratur demi kesembuhan pasien.
- Diet mediterania (makan buah, sayur, daging)
 Terapi farmakologi
1) Donepezil
Penggunaan donepezil dimulai dari dosis awal 5 mg/hari
pengobatan Alzheimer setelah 4 minggu dapat ditingkatkan
menjadi 10 mg/hari. Jika pasien tidak responsiv maka diganti
rivastigmine.
2) Vitamin E 1000
Resep tambahan yang diberikan yaitu Vitamin. Vitamin E dapat
memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer. Vitamin ini
ditemukan secara alami di beberapa makanan dan tersedia pula
dalam bentuk suplemen makanan. Vit. E ini hanya digunakan
sebagai terapi adjuvant saja bersamaan denagn terapi utama
3) Fluoksetin
Fluoksetin adalah obat antidepresan golongan selective
serotonin reuptake inhibitor(SSRI) yang digunakan untuk
mengatasi depresi , obsesif kompulsif, dan serangan panik.
Dokter meresepkan obat ini karena pasien sering melamun dan
berdiam diri yang merupakan ciri-ciri orang yang depresi.
c. Analisis DRP
1. Indikasi Tanpa Obat
Indikasi tanpa obat dapat terjadi apabila pasien memiliki kondisi
medis yang memerlukan terapi tapi pasien tidak mendapatkan obat.
Pada kasus ini, pasien telah mendapatkan obat sesuai dengan
kondisi medis yaitu Alzheimer dan depresi
2. Obat tanpa indikasi
obat tanpa indikasi dapat diartikan adanya obat yang tidak
diperlukan atau tidak sesuai dengan kondisi medis pasien. Pada
kasus ini, tidak ditemukan penggunaan obat tanpa indikasi.
3. Ketidaktepatan pemilihan obat
Ketidaktepatan pemilihan obat maksudnya adalah adanya
pemberian obat yang tidak efektif berdasarkan kondisi pasien. Pada
kasus ini tidak ditemukan ketidaktepatan pemilihan obat
4. Dosis obat berlebih
Dosis obat berlebih dapat disebabkan karena penggunaan dosis
obat diatas nilai batas dosis lazim atau frekuensi
berlebih.permasalah yang terjadi pada kasus ini adalah donepezil
spesifik dan reversible menghambat Asetilkolinesterase sehingga
dapat meningkatkan kadar asetilkolin di otak. Terapi ini digunakan
untuk mengatasi gejala gangguan kognitif, anxietif dan menunda
progesivitas dari penyakit. Dipantau pemakaiannya, pada dosis 5
mg/hari selama 4 minggu pertama. Jika tidak berespon baik
ditingkatkan menjadi 10 mg/hari. Jika pasien tidak responsiv maka
diganti rivastigmine
5. Dosis obat kurang
Dosis obat kurang artinya obat yang digunakan dosisnya terlalu
rendah untuk efek yang diinginkan. Pada kasus ini, dosis obat
sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan
d. Interaksi obat
Interaksi obat artinya aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh
obat lain jika diberikan secara bersamaan. Pada kasus ini, interaksi obat
sudah sesuai dengan resep yang diberikan.

e. Pemberian Informasi Obat (PIO)


 Pergi memeriksakan diri apabila ada keluhan yang serius
 Hindari penggunaan obat Antikolinergik, sedatif, hipnotik, opioid,
antipsikotik, dan antikonvulsan sebagai kontributor gejala demensia
 Jika sudah minum dan hasilnya tidak responsiv maka diganti dengan
rivastigmine.
 Jika terlupa 1 dosis cepat minum segera setelah ingat namun jika sudah
sampai pada dosis berikutnya, lompatilah dosis yang terlupa. Jangan
melebihi dosis maksimal harian
 Vitamin E ini hanya digunakan sebagai terapi adjuvant saja bersamaan
dengan terapi utama

Anda mungkin juga menyukai