Anda di halaman 1dari 42

PENILAIAN AWAL IBU BERSALIN

SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan yang di laksanakan utuk melakukan penapisan pada ibu
bersalin

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian awal ibu bersalin

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur A. Anamnesis

1. Menyambut ibu dan keluarga dengan sopan dan ramah

2. Memperkenalkan diri

3. Menanyakan identitas ibu

4. Melakukan pengkasjian ulang atau tanyakan mengenai

 Gravida dan para

 Usia kehamilan

 HPHT

 Riwayat alergi obat-obatan tertentu

 Gerakan janin pertama kali di rasakan

5. Melakukan pengkajian ulang/ tanyakan mengenai masalah-


masalah dengan kehamilan yang sekarang (melengkapi
penapisan)

No. komplikasi Ya tidak

1 Riwayat resiko seksio sesarea terdahulu

2 Pendarahan pervaginam

3 Persalinan kurang bulan < 37 minggu

4 Ketuban pecah dengan meconium kental

5 Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)


6 Ketuban pecah pada persalianan kurang
bulan (< 37 minggu)

7 Anemia berat

8 Ikterus

9 Tanda / gejala infeksi

10 Preeklamsia / hipertensi dalam kehamilan

11 Tfu 40 cm / lebih

12 Gawat janin

13 Primi para dalam fase aktif persalinan


dengan palpasi kepala janin masih 5/5

14 Presentasi bukan belakang kepala

15 Presentasi majemuk

16 Kehamilan gemeli

17 Tali pusat menumbung

18 Syok

19 Riwayat penyakit yang menyertai

6. Menanyakan pernah melakukan pemeriksaan antenatal (jika ua


periksa buku KIA)

7. Menanyakan masalah selama kehamilan

8. Menanyakan apa yang di rasakan ibu saat ini

9. Menanyakan mengenai kontraksi :

 Kapan mulai terasa

 Frekuensi

 Durasi

 Kekuatannya

10. Menanyakan mengenai adanya cairan vagina

 Pendarahan vagina

 Lender darah
 Aliran atau semburan cairan : kapan, warna dan bau

11. Menanyakan mengenai gerakan janin

12. Menanyakan mengenai istirahat terakhir dan berapa lama

13. Menananyakan mengenai kapan makan terakhir

14. Menanyakan mengenai terakhir buang air kecil dan buang air
besar

15. Menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya :

 Masalah selama persalianan atau kelahiran sebelum nya

 Berat badan bayi yang dilahirkan sebelumnya

 Bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan sebelumnya

16. Menanyakan riwayat medis lainnya (masalah pernapasan,


hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll)

17. Menanyakan masalah medis saat ini ( masalah pernapasan,


hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll)

18. Mencatat temuan pada status pasien

B. Pemeriksaan Fisik

1. Mempersiapkan alat :

 Tensi meter

 Stetoskop

 Thermometer

 Reflex hummer

 Metlin

 Stetoskop mono aural

 Jamtangan

 Baskom berisi larutan klorin 0,5%

 Sarung tangan DTT/steril dalam bak DTT/Steril

 Kapas DTT dalam com DTT

 Tempat sampah medis

 Partograp
 Status klien

2. Mencuci tangan sebelum pemeriksaan fisik

3. Menunjukan sikap ramah dan sopan

4. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih nya (jika perlu


periksa jumlah urine protein dan aseton dalam urine)

5. Menilai keadaan umum ibu, tingkat nyeri kontraksi

6. Melakukan pemeriksaan TTV untuk akurasi TD dan nadi ibu


pemeriksaan diantara 2 kontraksi

7. Melakukan pemeriksaan adanya udem pada muka

8. Melakukan pemeriksaan adanya warna kuning pada sclera

9. Melakukan pemeriksaan pucat pada mata dan mulut

10. Melakukan pemeriksaan abdomen

 Bekas luka operasi

 TFU

 Leopold

 Penurunan bagian rendah dengan perlimaan

 Kontraksi uterus : frekuensi, durasi, intensitas his

11. Melakukan penilaian DJJ setelah kontraksi berakhir untuk


memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 )

C. Pemeriksaan dalam

1) Mencucitangan dengan sabun dan air dan keringkan dengan


handuk bersih

2) Menjelaskan prosedur tindakan kepada ibu dan memberitahukan


kemungkinan ketidaknyamanan

3) Menggunakan sarung tangan DTT/ steril

4) Mengunakan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT basuh labia


secara hati-hati, seka dari depan kebelakang

5) Melakukan pemeriksaan genetalia luar. Perhatikan apakah ada


luka atau massa termasa kondilomata, varikositas vulva atau
rektu atau luka parut perineum

6) Menilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah


pendarahan pervaginam atau meconium
7) Menilai vagina. Luka parut di vagina mengindikasikan adanya
riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomy sebelumnya

8) Dengan hati-hati memisahkan labia mayora dengan jarimanis dan


ibu jari. Masukan jari telunjuk yang diikuti jari tengah nilai :

 Penipisan dan konsistensi servik

 Pembukaan serviks

 Penurunan, persentasi dan posisi

 Bagian lain yang menumbung

9) Melakukan dekontaminasi sarung tangan dengan cara


mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor
kedalam larutan klorin 0,5% dan lepaskan sarung tangan
rendam10 menit. Cuci kedua tangan

10) Memberitahu ibu dan keluarganya tentang hasi pemeriksaan

11) Memberikaan asuhan saying ibu

12) Mendokumentasikan hasil pemriksaan serta asuhan lainnya pada


partograp atau status ibu

Dibuat oleh : Paraf :

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan pengeluaran hasil kosepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir ecara
spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan persalinan normal.

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur A. Persiapan Alat dan Bahan

- Pelindung diri : kacamata, 1 buah


masker dan penutup kepala

- Baki beralas 1 buah

- Stetoskop 1 buah

- Thermometer 1 buah

- Tensimeter 1 buah

- Monoaural 1 buah

- Handuk besar 1 buah

- Kain menejemen aktif 1 buah

- Pernel 1 buah

- Kain smaping 2 buah

- Celana dalam ibu 1 buah

- Pembalut 1 buah

- Baju bayi 1 buah

- Popok bayi 1 buah

- Baskom berisi air DTT 1 buah

- Baskom berisi larutan klorin 1 buah

- Tempat sampah medis 1 buah


- Tempatsampah non medis 1 buah

- Spuit dalam kemasan 1 buah

- Celemek 1 buah

- Kom bertutup 2 buah

- Kapas DTT secukupnya

- Obat-obatan : Betadin secukupnya

- Oksitosin 8 ampul

- Partuset (dalam keadaan 1 buah


steril)

o Bak instrument 1 buah

o Pemecah ketuban 1 buah

o Gunting episiotomy 1 buah

o Klem tali pusat 2 buah

o Gunting tali pusat 1 buah

o Benang tali pusat 1 buah

o Kom betadin 1 buah

o Kassa secukupnya

o handscoon 5 buah

B. Mengenali tanda gejala kala dua

1. Mendengar dan melihat tanda gejala kala II

 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada


rectum dan vagina

 Perineum tampak menonjol

 Vilva dan spingter ani membuka

C. Menyiapkan pertolongan persalinan

2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan


esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan BBL.

Untuk auhan bayi barulahir atau resusitasi siapkan :


 Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat

 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)

 Alat penghisap lender

 Lampusorot 60 watt dngan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Untuk ibu :

 Menggelar kain di perut bawah ibu

 Menyiapkabn oxytosin 10 unit

 Alat suntik steril sekali pakai di dalam partuset

3. Memakai alat pelindung diri : penutup kepala, kaca mata,


masker, celemek, sepatu booth.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,


cuci tangan dengan sabun dan air bersuih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.

5. Memakai sarung tanga DTT pada tangan yang akan


digunakan untuk periksa dalam

6. Memasukan oxytosin kedalam tabung suntik (gunakan


tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

D. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

7. Membersihkan vulva dan perineum menyekanya dengan


hati-hati dari anteriot (depan) ke posterior (belakang)
menggunakan kapas atau kasa yang di baahi air DTT.

 Jika introitus vagina perineum atau anus terkontaminasi


tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang

 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam


wadah yang tersedia

 Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan


rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%
→ #9. Pakai sarung tangan DTT/Steril untuk melaksanakan
langkah lanjutan

8. Melakukan priksa dalam utuk memastikan pembukaan


lengkap
 Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi

9. Melakukan dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan


yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci
kedua tanga setelah sarungtangan dilepas

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ)setelah kontraksi uterus


mereda (relaksasi) untuk memstikan bahwa DJJ masih dalam
batas normal (120-160 kali/menit)

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,


dan semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang di
berikan kedalam partograf

E. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran

11. Memberitahu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin


cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya

 Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,


lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan
janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada

 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran


mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu untuk meneran secara benar

12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran


jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada
kondisi ini, diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

13. Melaksanakan bimbingan meneran atau timbul kontraksi


yang kuat:

 Bimbingan ibu agar dapat meneran secara benar dan


efektif

 Dukung dan beri semangat pada saat meneran apabila


caranya tidaksesuai

 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai


pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
waktu yang lama)

 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat


untuk ibu

 Berikan ukup asupan cairan per-oral (minimum)

 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelahpembukaan lenkap dan pemimpin meneran 120
menit (2 jam) pada primigravida atau 80 menit (1jam)
pada multigravida

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau


mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

F. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di


perut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas
bokokng ibu

17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali


kelengkapan peralatan dan bahan

18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.

G. Pertolongan untuk melahirkan bayi

19. Menolong melahirkan bayi setelah tampak kepala bayi


membuka vulva dengan diameter 5-6 cm maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala
untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif
atau bernafas cepat dan dangkal

20. Melakukan pengecekan adanya lilitan tali pusat (ambil


tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan
proses kelahiran bayi. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi dan jikia tali
pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut
21. Menunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
sepontan.

Lahirnya bahu

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kea rah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul dibawah arkus kubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai

23. Setelah kedua bahi lahir, geser tangan bawah untuk


menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk
menelususri dan mmegang lengan dan siku sebelah atas

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas


berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kaki dan pegang
kedua kaki dengan mlingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-
jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari
telunjuk).

H. Asuhan bayi baru lahir

25. Melakukan penilaian (selintas)

 Apakan bayi menangis kuat dan/bernapas tanpa kesulitan?

 Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”,lanjut kelangkah


resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjutkan ke-26

26. Keringkan tubuh bayi

Keingkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian


tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan
vrniks. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut
bagian bawah ibu.

27. Melakukan pemeriksaan kembali uterus untuk memastikan


hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan
kehamilan ganda (gemeli).

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar


uterus berkontraksi bayi. Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntikan oksitoksin 10 unit (intramuscular) di 1/3 distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitoksin)

29. Melakukan penjepitan tali pusat setelah 2 menit sejak bayi


(cukup bulan) lahir. Pegang tali pusat dengan 1 tangan pada
sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari
tngah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm
proksimal dari pusatr bayi. Lem talipusat pada titik tersebut
tahan le mini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat kea rah ibu
(sekitar 5 cm) dan lem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari
lem pertama.

30. Memotong dan mengikat tali pusat

 Dengan 1 tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit


(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali
pusat diantara dua klem tersebut.

 Ikat talipusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi


kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali
pusat debngan simpul kunci pada sisi lainnya.

 Lepaskan kelm dan masukan dalam wadah yang telah


disediakan

31. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit


ibu-bayi. Luruskan bahu bayi hingga dada bayi menempel di
dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lbih renah dari putting susu atau
ariolamamae ibu.

 Slimuti ibu dan bayi dngan kain hangat dan pasang topi
di kepala bayi.

 Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit dari dada


ibu paling sedikit 1 jam

 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi


menyusu dini dalam waktu 30/60 menit. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-16 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.

 Biarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam


walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

I. Menejemen Aktif kala tiga persalinan (MAK III)

32. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm


dari vulva

33. Melakukan pengecekan kontraksi dengan cara satu tangan di


atas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis) untuk
menditeksi ada tidaknya kontraksi. Tangan lain memegang
klem untuk menegangkan tali pusat

34. Penegangan tali pusat terkendali saat ada kontraksi ke arah


bawah sambil tangan yang lain mendorong uteru ke arah
belakang- (dorso-karanial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversion utreri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 menit-40
dretik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas

 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami


atau anggta keluarga untuk melakukan stimulasi putting
susu.

35. Mengeluarkan plasenta dengan cara : bila pada penekanan


bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal ternyata
di ikuti dengan pergeseran tali puast kea rah distal maka
lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan

 Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan


(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak
berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah – sejajar – lantai - atas)

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan lem hingga


berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit


meneganggakan tali pusat :

1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit 1M

2. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika


kandug kemih penuh

3. Minta keluarga untuk mempersiapkan rujukan

4. Ulangi tekanan dorsokarenial dan penegangan tali


pusat 15 menit berikutnya

5. Jiak plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi


lahir/terjadi perdarahan, maka segera lakukan
manual plasenta
36. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta
sudah lahir. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatka plasenta
pada wadah yang telah di sediakan.

 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau


steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban
kemudian gunakan jari tanagn atau klemovum DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

37. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan


selaput ketuban lahir, lakukan masae uterus, letakan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan lingkar
dengan lembut hingga uteruas berkontraksi (fundus teraba
keras).

 Lakukan tidakan yang diperlukan (Kompres Bimanual


Internal, Kompresi Aorta Abdominalis, Tampori Kondom-
Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah rangsangan taktil/masase

J. Menilai Perdarahan

38. Melakukan pemeriksaan pada keduasisi plasenta (maternal-


fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap.

Masukan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat


khusus.

39. Melakukan evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan


perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas
dan menimbulkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera


lakukan penjahitan.

K. Asuhan Pascaprsalinan

40. Membersihkan kedua tangan yang memakai sarung tangan


kedalam larutan klorin 0,15%, bilas kedua tangan tersebut
dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan
kering.

41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak


terjadi perdarahan pervaginam

Evaluasi
42. Memastikan kandung kemih kosong dan uterus berkontraksi

43. Mengajarkan ibu keluarga cara melakukan masase uterus dan


menilai kontraksi.

44. Melakukan evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

46. Melakukan pemantauan keadaan bayi dan pastikan bahwa


bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit)

 Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, di


resusitasi dan segera rujuk ke rumah sakit

 Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera


rujuk ke RS rujukan.

 Jika bayi traba dingin, pastikan ruangan hangat.


Lakukan kembali kontak kulit ke kulit ibu-bayi dan
hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.

Kebersihan dan keamanan

47. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan


klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah di dekontaminasi.

48. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat


sampah yang sesuai

49. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh


dengan menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban,
lender dan darah di ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

50. Memastikan ibu merasanyaman. Bantu ibu berikan ASI.


Anjurkan keluarga untuk membari ibu minuman dan
makanan yang diinginkannya.

51. Melakukan dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan


klorin 0,5%.

52. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% ,


balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.

53. Mencuci kedua tangan dengan sabun di air mengalir,


kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
kering dan basah.

54. Memakai sarung tangan bersih/DTT melakukan pemeriksaan


fisik bayi.

55. Melakukan asuhan bayi baru lahir pada satu jam pertama
dengan : memberikan salep tts mata profilaksis infeksi,
vitamin K1 1mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan
fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60x/menit)
dan temperature tubuh (normal36,5◦C-37,5◦C) setiap 15
menit.

56. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan


imunisasi hepatitis B di pahakanan bawah lateral. Letakan
bayi di dalam jangkauan bayi agar sewaktu-waktu bisa di
susukan.

57. Melepoaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan


rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

58. Mencuci kedua tangan dengan sabun di air


mengalir,kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.

Dokumentasi

59. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang),periksa


tanda vital dan asuhan kala IV persalinan.

Dibuat oleh : Paraf :

AMNIOTOMI
SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan pemecahan ketuban yang dilakukan sesuai indikasi

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan amniotomi pada persalinan

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur A. Persiapan diri

1. Menyiapkan alat:

 Pemecah ketuban satu buah

 Sarung tangan DTT/steril satu pasang

 Kapas DTT dan air DTT dalam kom secukupnya

 Bengkok

 Larutan klorin 0,5%

 Partograf

 Pena

 Pinnards/stetoskop atau Doppler

 Jam tangan yang mempunyai jarum ketik

2. Melakukan informed consent

3. Mencuci kedua tangan

4. Memakai sarung tangan DTT atau steril

B. Pelaksanaan tindakan

5. Melakukan pemeriksaan dalam diantara kontraksi dengan hati-hati.


Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala
telah masuk dengan baik dan bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian
tubuh yang kecil dari bayi tidak bisa dipalpasi . Jika tali pusat atau bagian-
bagian kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban.
Lakukan langkah-langkah kegawat daruratan dan rujuk segera

6. Memecahkan ketuban dengan menggunakan tangan yang lain,


tempatkan pemecah ketuban dengan lembut ke dalam vagina dan pandu
klem dengan jari dari tangan yang digunakan utuk pemeriksaan hingga
mencapai selaput ketuban.

7. Memecahkan selaput ketuban dengan memegang ujung klem di antara


ujung jari pemeriksaan, grakan jari dengan lembut untuk menoreh
selaput ketuban hingga pecah

8. mengeluarkan klem dengan tangan yang lain, tempatkan kedalam


larutan klorin 0,5% untuk di dekontaminasikan. Biarkan jari tangan
pemeriksaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala
janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak
teraba. SEtelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali pusat
srta bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksaan
secara lembut dari dalam vagina.

9. Menilai estimasi jumlah dan warna cairan ketuban, periksa apakah ada
meconium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yang
normal). Jika meconium atau darah terlihat, lakukan langkah-langkah
kegawat daruratan

C. Pasca Tindakan

10. Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan
sarung tangan dan biarkan terendam dilarutan klorin 0,5% selama 10
menit

11. Mencuci kedua tangan

12. melakukan pemantauan DJJ

13. mencatat pada patograf waktu dilakukannya pemecahan selaput,


warna air ketuban dan DJJ

Dibuat oleh : Paraf :

EPISIOTOMI
SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus sesuai
indikasi.

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan episiotomi.

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur 1. Persiapan alat :

 Mengecek gunting episiotomy

 Lidokain 1% tanpa epinefrin, atau lidokain 2% maka


dilarutkan dengan aquadest 1 : 1

 Jarum ukuran 22cm

2. Memberikan informed choice tentang indikasi episiotomi.

3. Menyepakati informed consent.

4. Melakukan persiapan diri :

 Gunakan alat perlindungan diri

 Cuci tangan 7 langkah efektif

5. Memasang sarung tangan dengan lengkap.

6. Memberikan anastesi local pada daerah yang akan di episiotomy.

7. Menunda episiotomy sampai perineum menipis dan pucat, serta


kepala bayi sudah terlihat 3-4 cm pada saat kontraksi.

8. Memasukan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan


perineum. Kedua jari agar diregangkan dan berikan sedikit tekanan
lembut kea rah luar pada perineum.

9. Melakukan pengguntingan 2-3 cm kea rah vagina dan 3-4 cm kea rah
perineum di mulai dari tengah fourchett posterior secara
mediolateral dengan mantap.

10. Melakukan tekanan pada luka episiotomy dengan kassa apabila


kepala bayi belum juga lahir.
11. Membereskan alat.

Dibuat oleh : Paraf :

INISIASI MENYUSU DINI

SOP No. Dokumen


No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan bidan yang membantu proses pemberian air susu ibu selama
1 jam pertama segera setelah melahirkan.

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan inisiasi menyusu dini

Referensi 1. JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini,
JHPIEGO kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

2. DIRJEN Direktorat Kesehatan keluarga, 2018, Modul Pelatihan Penaganan


Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal bagi dokter umum, bidan dan
perawat, Kemenkes RI. Jakarta

Prosedur A. Persiapan

1. Menyiapkan alat IMd : kain bersih dan kering untuk ganti bayi,
topi bayi, selimut untuk ibu dan bayi

2. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan.

B. Persetujuan Tindakan

3. Menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan dalam proses IMD.

4. Meminta persetujuan ibu dan keluarga untuk melaksanakan IMD.

C. Persetujuan Tindakan

5. Mengeringkan bayi kecuali tangan dengan kain bersih dan kering

6. Meletakkan bayi setelah tali pusat di potong dan diikat dengan


cara letakan bayi tengkurep di dada ibu tanpa pakaian atau
bedong

7. Meletakkan kepala bayi di antara payudara ibu dan diletakkan


lebih rendah dari putting susu ibu

8. Meminta ibu untuk memeluk bayinya serta menjaga kontak visual


antara ibu dan bayi.

9. Menyelimjuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi

10. Membiarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai


menyusu. Pertahankan kontak kulit bayi dan ibu untuk menjaga
kehangatan setidaknya 1 jam walaupun sudah menemukan
putting kurang dari 1 jam . tidak melakukan intervensi apapun
saat IMD

D. Pemantauan

11. Melakukan pemantauan setiap 15 menit selama IMD dengan


mengamati posisi, menilai warna kulit, pernafasan (frekuensi,
tarikan dingding dada, megap- megap atau apne), suhu tubuh .

12. Melakukan pemantauan pasca IMD setiap 15 menit dengan


menilai : posisi mulut dan hidung bayi tidak terhalang, warna kulit
kemerahan, pernafasan ( frekuensi 40-60/ menit, tarikan dinding
dada, megap-megap atau acne), suhu tubuh absiler 36,5 -37,5◦C ,
bayi dekat dengan ibunya, dan upaya menyusu pertama.

E. Evaluasi

13. Memperhatikan keberhasilan bayi dalam menemukan pusing


susu

14. Memperhatikan kondisi bayi dalam keadaan optimal

Dibuat oleh : Paraf :

PENJAHITAN LASERASI PERINEUM


SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan menyatukan kembali jaringan luka pada perineum dengan
melakukan penjahitan

Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan perineum

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur A. Persiapan penjahitan

1. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% ,


lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendan dalam klorin 0,5%

2. Menyiapkan peralatan untuk melakukan penjahitan :

 Dalam bak instrument masukan : sepasang sarung tangan,


pemegang jarum, jarum jahit, chromic catgut atau catgut no.
2/0 atau 3/0, pinset, kain DTT

 Buka alat suntik : sekali pakai 10ml, masukan kedalam bak


instrument

 Patahkan tabung lidokain (lidokain 1% tanpa efinefrin),


perkirakan volume lidokain yang akan digunakan, sesuaikan
dengan besar atau dalamnya robekan. Bila tidak teredia
larutan jadi lidokain 1% dapat digunakan lidokain 2% yang di
encerkan 1:1 dngan menggunakan aquades steril.

3. Membantu ibu memposisikan bokong pada suhu tubuh tempat


tidur, dengan posisi litotomi

4. Mengatur lampu sorot atau center kea rah pulva/ perineum ibu

5. Memakai sarug tangan

6. Mengisi tabung suntik 10ml dengan larutan lidokain 1% tanpa


efinefrin atau lidokain 2% dengan di encerkan aqua bidest dan
ganti jarumnya sebelum digunakan pada pasien

7. Melengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan

8. Memasang kain DTT di bawah bokong ibu


9. Membersihkan daerah luka dalam atau bekuan darah dan nilai
kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum.
Dengan kasa bersih

B. Anastesi local

10. Memberitahu ibu akan di suntik yang akan terasa oerih dan
menyengat

11. Menusukan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum,


masukan jarum suntik secara subcutan sepanjang tepi luka.

12. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang


terhisap . bila ada darah, Tarik jarum sedikit dan kembali
masukkan. Ulangi lagi aspires(cairan lidokain yang masuk ke
dalam pembuluh harah dapat menyebabkan denyut jantung tidak
teratur.

13. Melakukan nastesi dengan suntikan cairan lidokain 1% sambil


menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum

14. Mengarahkan jarum suntik tanpa menarik jarum suntik keluar


dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa
vagina, lakukan aspirasi, suntikan lidokain 1% sambil menarik
jarum suntik. (bila robekan besar dan dalam anastesi daerah
bagian , dalam robekan dan jalur suntikan anastesi akan
terbentuk seperti kipas : tepi perineum dalam luka tepi mukosa
vagina ).

15. Melakukan langkah no.11 s/d 14 untuk kedua tepi robekan

16. Menunggu 1 -2 menit sebelum melakuka penjahitan untuk


mendapatkan hasil optimal dari anastesi

C. Penjahitan robekan

17. Melakukan infeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.


Jika ada pendarahan yang terlihat menutupi luka episiotomy,
pasang tampon atau kasa ke dalam vagina. (sebaiknya
menggunakan tampon berekor benang).

18. Menempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian


kunci pegang jarum

19. Memasang benang jahit ( chromic 2-0) pada mata jarum.

20. Melihat dengan jelas batas luka episiotomy

21. Melakukan penjahitan pertama ± 1cm di atas puncak robekan di


dalam vagina, ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong
ujung benang yang bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga
tersisa ± 1cm

22. Menjahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur


hingga tepat di belakang lingkaran hymen. (jarak antara jahitan ±
1cm) bila menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati
pada jahitan jelujur di belakang lingkaran ket : plain cutgut daya
serap 7-12 hari, sehingga kekuatannya perlu diperhitungkan,
sedangkan chromic daya serapnya lebih lama.

23. Menusukan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran


hymen hingga menembus luka robekan bagian perineum. Bila
robekan yang terjadi sangat dalam:

 Lepaskan jarum dari benang

 Ambil benang baru dan pasang pada jarum

 Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk


menghindari rongga bebas/dead space.

 Gunting sisa benang.

Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur


semula.

24. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai


kebagian bawah luka robekan. Bila menggunakan benang plain
cat gut, buat simpul mati pada jahitan jelujur paling bawah.

25. Menjahit jaringan subcutis kanan kiri kea rah atas hingga tepat
dimuka lingkaran hymen.

26. Menusukan jarum dari depan lingkaran hymen kemukosa vagina


dibelakang lingkaran hymen. Buat simpul mati dibelakang
lingkaran hymen dan potong benang hingga tersisa ±1cm.

27. Melakukan pengecekan anus dengan memasukan jari telunjuk


pada rectum dan rabalah dinding atas rectum. (bila teraba
jahitan, ganti sarung tangan dan lakukan penjahitan ulang).

28. Memberitahu ibu agar membasuh perineum dengan sabun dan


air,terutama setelah buang air besar. (arah basuhan dari bagian
muka kebelakang).
Dibuat oleh : Paraf :

PENGISIAN PARTOGRAF
SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu cara pengisian alat bantu untuk memantau keadaan ibu dan janin
selama proses persalinan

Tujuan Sebagai acuan dalam mengisi partograf

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur A. Persiapan

1. Menyiapkan alat tulis dan lembar partograf yang kosong

2. Memperhatikan dan kenali bagian-bagian partograf dengan baik,


di dalam lembar tersebut terdapat:

 No register dan kode klinik/pasilitas pelayanan kesehatan

 Identitas ibu

 Tanggal dan waktu ibu masuk

 Data lamanya persalinan dan keadaan ketuban

 Kemajuan persalinan:

- penurunan kepala janin

- kontraksi uterus

 Keadaan bayi:

- Denyut jantung janin

- Keadaan air ketuban

- Molase kepala

 Keadaan ibu:

- Tekanan darah, nadi dan suhu

- Jumlah urine dan hasil pengujiannya

- Cairan dan obat-obatan yang diberikan


- makan dan minum ibu

HALAMAN DEPAN (harus segera di isi di setiap pemeriksaan kala I


fase aktif)

3. mengisi bagian awal partograf dengan teliti :

 nomor register/ nomor kode klinik atau fasilitas


kesehatan

 identitas ibu/ pasien

 waktu kedatangan ( tertulis sebagai tanggal dan jam)

 ketuban sudah pecah/ belum

 kapan ibu mulai merasa mules

4. mencatat hasil pemeriksaan denyut jantung janin pada kolom


yang tersedia , beri tanda titik (.) pada garis yang sesuai dengan
angka yang meunjukan frekuensi

5. menilai ketuban setiap melakukan pemeriksaan dalam

6. menilai molase (penyusupan kepala janin) setiap melakukan


pemeriksaan dalam

7. memberi tanda silang (x) pada angka yang sesuai dengan hasil
pemeriksaan pembukaan serviks pada garis waspada

8. mencantumkan penurunan kepala dengan tanda 0 pada garis


waktu yang sama dengan pemeriksaan dalam dengan system per-
5 an

9. mencatat kontraksi yang terjadi dalam 10 menit dengan mengisi


pada kotak yang sesuai lama dan frekuensi kontraksi

10. mencatat semua pemberian obat- obatan / cairan infus sesuai


dengan kolom waktu

11. mencatat nadi, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah dan hasil
pemeriksaan urin pada kolom yang tersedia

 catat asuhan pemantauan dan atau keputusan klinik (jumlah


cairan oral yang diberikan oral,keluhan sakit kepala atau
penglihatan/pandangan kabur, konsultasi dengan penolong
persalinan lainnya, persiapan sebelum melakukan rujukan dan
upaya rujukan ) disi luar partograf

12. membuat kesimpulan setiap kali selesai melakukan pemeriksaan

 Buat rencana penatalaksanaan sesuai perubahan yang terjadi


 Nilai kemajuan persalinan dengan ukuran dan nilai-nilai
standar normal keadaan ibu dan janin

Halaman belakang ( di isi dan dilengkapi setelah seluruh proses


persalinan selesai)

13. mencatat hasil observasi selama persalinan yang terdiri data


dasar, kala I, kala II, kala III, bayi baru lahir dan pemantauan
persalinan kala IV pada tempat / kolom yang disediakan

Dibuat oleh : Paraf :


PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian suatu tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mendeteksi adanya


komplikasi pada bayi baru lahir dalam 24 jam pertama

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

Referensi 1. JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini,
JHPIEGO kerja sama save the children federation inc-US, Modul.
Jakarta.

2. Dirjen Bina Gizi an Kesehatan Ibu dan Anak, 2012. Pelayanan


Kesehatan Neonatal Esensial. Kemenkes RI

Prosedur A. Persiapan Alat

1. Penlight : 1 buah

2. Meteran glung : 1 buah

3. Stetoskop bayi : 1 buah

4. Termonmeter digital ( disertai ujung lentur ) : 1 buah

5. Kom kecil berisi tissue secukupnya : 1 buah

6. Bengkok : 1 buah

7. Kain pernel : 1 buah

8. Kom tutup berisi air DTT : 1 buah

9. Mikrotoir ( alat pengukur tinggi badan ) : 1 buah

10. Timbangan bayi : 1 buah

11. Celemek : 1 buah

12. Baskom berisi cairan klorin 0,5% : 1 buah

13. Baskom berisi air DTT : 1 buah

14. Tempat sampah medis : 1 buah

15. Tempat sampah non medis : 1 buah

16. Handuk tangan pribadi : 1 buah


17. Bak instrument sedang steril : 1 buah, berisi :

18. sarung tangan DTT : 2 pasang

19. pengikat tali pusat steril / DTT

20. tongue spatel plastic yang ujungnya sudah di bungkus kasa : 1


buah

B. Persiapan Diri

1. Memakai celemk/ barak shot.

2. Mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir lalu


keringkan

3. Memakai sarung DTT

1. Menilai keadaan umum

a) Menilai keseluruhan (perbandingan bagian tubu bayi


professional/tidak)

b) Bagian kepala, badan dan ekstremitas (pemeriksaan adanya


kelainan)

c) Tonus otot, tingkat aktifitas (gerakan bayi aktif atau tidak)

d) Warna kulit dan bibir (kemerahan atau kebiruan)

e) Tangis bayi (melengking, merintih, normal)

2. Tanda-tanda vital

a. Pemeriksaan laju nafas dengan melihat tarikan nafas pada


dada menggunakan petunjuk waktu. Laju nafas normal 40-
60/menit, tidak ada wheezing dan ronchi

b. Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dan


petunjuk waktu. Laju jantung normal 100-120/menit, tidak
terdengar murmur jantung

c. Periksa suhu dengan menggunakan thermometer aksila suhu


normal 36,5-37,2◦

3. Melakukan penimbangan berat badan sebelum menimbang bayi,


letakan kain pada timbangan agar bayi tidak kehilangan nafas
berat badan normal adalah 2500gr-4000gr

4. Melakukan pengukuran panjang badan, pengukuran di lakukan


dari ujung kepala sampai tumit, panjang badan yang normal
adalah 45-50cm
5. Memeriksa kepala bagian bayi

a. Memeriksa fontanel/ ubun-ubun : fontanel anterius (ubun-


ubun besar) dan fontanel posterior (ubun-ubun kecil)

b. Memeriksa struktura untu memastikan adanya molase

c. Penonjolan atau darah mencekung. Periksa adanya kelainan


bayi karena trauma persalinan (caput succedaneum ,
cefhalhematoma) atau adanya cacat kongenital (hidrosefalus)

d. Mengukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran fontal


occipitalis kepala bayi.

6. Memeriksa mata akan tanda-tanda infeksi dan kelainan untuk


menilai ada tidaknya strabismus (koordinasi gerakan mata yang
belum sempurna), kebutaan, seperti jarang berkedip atau
sensitifitas terhadap cahaya berkurang, katarak kongenital,
apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

7. Memeriksa telinga akan dihubungkan letak dengan mata dan


kepala serta ada tidaknya gangguan pada pendengaran.

8. Memeriksa hidung dan mulut, langit-langit, bibir, dan refleks hisap

Dan rooting. Perhatikan adanya kelainan congengital seperti


labiopalatoskizis.

9. Memeriksa leher bayi. Perhatikan adakah pembesara atau benjolan


dengan mengamati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan
dalam pergerakanya maka kemungkinan terjadi kelainan pada
tulang leher seperti kelainan tyroid.

10. Memeriksa dada. Perhatikan dada dan putting susu bayi. Jika tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, hernia
diapragma

11. Memeriksa bahu, lengan dan tangan. Untuk mengetahui adanya


kelemahan, kelumpuhan dan kelainan bentuk jari

12. Mengkaji adanya reflex moro: melakukan rangsangan dengan


suara keras secara tiba-tiba, maka bayi akan melengkungkan
opunggungnya, kaki dan tangan akan melakukan gerakan ekstensi
dan lengan akan tersentak ke atas dengan telapak tangan ke atas
dan ibu jarinya bergerak fleksi.

13. Memriksa bagian perut. Perhatikan bagaimana bentuk adakah


penonjolan sekitar tali pusat, perdarahan tali pusat, dan benjolan

14. Memeriksa genetalia. Yang perlu diperhatikan:


a. Laki-laki

- Testis berada pada skrotum dan pastikan jumlahnya, normal :


2 buah

- Penis berlubang dan pastikan lubang ada di tengah dan ujung


penis

b. Perempuan

- vagina berlubang

- Uretra berlubang

- terdapat labia minora dan labia mayora

15. memeriksa tungkai dan kaki. Periksa gerakan dan kelengkapan jari
kaki untuk mengetahuai adanya kelemahan, kelumpuhan dan
kelainan bentuk jari

16. Memeriksa punggung. Observasi dan lakukan perabaan untuk


punggung untuk memastikan tidak ada cekungan/benjolan/ spina
bifida

17. Memeriksa anus. Pastikan adanya lubang anus ( dalam


mengeluarkan meconium )

18. Memeriksa kulit. Perhatikan adanya vernik pembengkakan atau


bercak hitam tanda lahir

Dibuat oleh : Paraf :

PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B


SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan yang di laksanakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukan vaksin HBV ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegar penyakit hepatitis B

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemberian vaksin HBV

Referensi 1. JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini,
JHPIEGO kerja sama save the children federation inc-US, Modul.
Jakarta.

2. Dirjen Bina Gizi an Kesehatan Ibu dan Anak, 2012. Pelayanan


Kesehatan Neonatal Esensial. Kemenkes RI

Prosedur A. Persiapan

1. menyapa ibu dan bayi dengan ramah , perkenalkan diri

2. mengumpulkan data-data pribadi ibu dan bayi :

a. nama bayi

b. tanggal lahir

c. berat badan lahir

d. usia kehamilan saat bayi dilahirkan

3. menanyakan tujuan kedatangan ibu (apakah ibu dating untuk


imunisasi atau untuk yang lainnya)

B. konseling Pra imunisasi

1. menjelaska jadwal imunisasi hepatitis B0 imunisasi hepatitis Bo


diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir pada bayi aterem
dan berat badan ≥ 2000gram . imunisasi dapat diberikan 1 jam
setelah pemberian vit ,K pada bayi baru lahir

2. menjelaskan cara pemberian imunisasi hepatitis B dengan cara


mennyuntikan 0,5ml vaksin secara intramuscular (IM) pada
daerah paha anterolatral di vastuslateralis

3. menjelaskan efek samping imunisasi nyeri kemerahan dan


membengkak pada tempat penyuntikan yang berkurang setelah 2
hari pasca penyuntikan

4. melakukan informed consent

C. Persiapan alat

1. Persiapan alat dan bahan :

a. Cold pack, berisi: vaksin HB uniject: 1 buah

b. Bak instrument, berisi : sarung tangan bersih : satu pasang

c. Kom berisi kapas kering : 1 buah

d. Kom berisi kapas kering : 1 buah

e. Bengkok : 1 buah

f. Thermometer : 1 buah

g. Timbangan bayi : 1 buah

h. Baskom berisi larutan klorin 0,5%: 1 buah

i. Sabun antiseptic: 1 buah

j. Handuk pribadi : 1 buahj

k. Tempat sampah : medis, non medis, safety box

l. Buku catatan imunisasi bayi

m. Alat tulis

2. Memastikan jenis vaksin, tanggal kadaluwarsa dan VVM

3. Memakai celemek /barak shot

4. Mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan di air mengalir lalu


keringkan .

5. Memakai sarung tangan

6. Mengamati keadaan umum bayi : tingkat kesadaran (tangisan,


gerakan)

7. Melakukan pengukuran suhu pada daerah aksila. Suhu normal


bayi antara 36,5◦C-37,5◦C.

8. Mengamati tanda-tanda ikterik (kuning pada sclera dan kulit)

9. Melakukan penimbangan berat badan bayi.

D. Pelaksanaan imunisasi
1. Mengambil vaksin dari cold pack.

2. Memeriksa label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject


tersebut memang berisi vaksin Hepatitis B

3. Memeriksa tanggal kadaluwarsa

4. Mengunci HB uniject, kemudian melepas tutup jarum tanpa


menyentuh jarum.

5. Menentukan daerah suntikan di paha anterolateral dan


membersihkan suntikan dengan kapas DTT

6. Menusukan jarum vaksin secara intramuscular (IM) membentuk


sudut 90◦ tidak perlu dilakukan aspirasi

7. Mencabut needle kemudian usap daerah lokasi penyuntikan


dengan kapas kering tanpa melkukan massase

8. Buang uniject yang telah dipakai tersebut ke safety box.

9. Membereskan lat-alat, buang ampah ke dalam tempatnya sesuai


jenis dekontaminasi

10. Mencuci tangan

11. Mendokumentasikan asuhan yang telah dilaksanakan

Dibuat oleh : Paraf :

PEMBERIAN SALEP MATA PADA BAYI


SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan pemberian salep mata anti biotik 1% pada bayi baru lahir
untuk mencegah infeksi

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan salep mata pada bayi baru lahir

Referensi 1. JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini,
JHPIEGO kerja sama save the children federation inc-US, Modul.
Jakarta.

2. Dirjen Bina Gizi an Kesehatan Ibu dan Anak, 2012. Pelayanan


Kesehatan Neonatal Esensial. Kemenkes RI

Prosedur 1. Persiapan alat

a. Salep mata

b. Bengkok

c. kasa

2. mencuci tangan (gunakan sabun dan air besi mengalir) kemudian


keringkan

3. menjelaskan pada keluarga tentang maksud dan tujuan pemberian


salep mata

4. memposisikan bayi dengan nyaman

5. Tarik kelopak mata bagian bawah kea rah bawah

6. Memberikan salep mata kepada mata bayi dalam satu garis lurus
mulai dari bagian terdekat hidung menuju bagian luar mata

7. Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi

8. Memberi tahu keluarga agar tidak menghapus salep mata

9. Mencatat hasil asuhan


Dibuat oleh : Paraf :

PEMBERIAN SUNTIKAN VIT K


SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan pemberian vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan


karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemberian suntikan vitamin K

Referensi 1. JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan. Jakarta.

2. DIRJEN Direktorak Kesehatan Keluarga.2012. Modul Pelayanan


Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan
Dasar. KEMENKES RI Jakarta.

Prosedur A. Persiapan alat

1. Sarung tangan steril 1 pasang

2. Obat injeksi vitamin K 1 ampul

3. Spuit disposable 1cc

4. Kapas DTT

B. Pelaksanaan

Pastikan ruangan tertutup dan hangat

1. Menyapa orang tua denga ramah

2. Menjelaskan pada orang tua tujuan dan maksud tindakan yang


akan dilakukan

3. Mencuci tangan

4. Memakai sarung tangan

5. Memotong vial vitamin K

6. Mengisi spuit dengan vitamin K sebanyak 1mg dosis tunggal.

7. Mempersiapkan posisi bayi ( penyuntikan dilakukan di 1/3 bagian


atas dan tengah anterolateral paha kiri)

8. Membersihkan tempat penyuntikan dengan kapas DTT

9. Melakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada anterolateral


paha kiri.
10. Membuang spuit pada safety box

11. Memberitahu orang tua hasil pemberian suntikan

12. Membereskan alat

13. Membuang benda habis pakai pada tempatnya.

14. Mencelupkan sarung tangan yang dipakai dan membalikannya


lalu direndam bersama alat.

15. Mencuci tangan

Dibuat oleh : Paraf :

KONSELING KB DENGAN ABPK


SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian awal ibu bersalin

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur

PENILAIAN AWAL IBU BERSALIN

SOP No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Pengertian Suatu tindakan yang di laksanakan utuk melakukan penapisan pada ibu
bersalin

Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian awal ibu bersalin

Referensi JNPK-KR, 2012, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, JHPIEGO
kerja sama save the children federation inc-US, Modul. Jakarta.

Prosedur

Anda mungkin juga menyukai