Anda di halaman 1dari 34

Literature Review: Penerapan (Mindfullness Meditation) Terapi Yoga

Terhadap Penurunan Tekanan Intra Okular, Biomarker Stres,


Peningkatan Regulasi Brain Derived Neurotrophic Factor, Quality of Life,
dan Memodulasi Ekspresi Gen Pada Pasien Glaukoma

LAPORAN LITERATURE REVIEW


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

Allgany Ernanda C.0105.18.001


Dwiki Muhammad Nuron C.0105.18.036
Izma Nur Sholehatun Daf’ah C.0105.18.097
Salmaa Nur Azizah C.0105.18.022
Vini Ocktaviani Sopandi C.0105.18.058

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhaanahu Wata’aala atas limpahan rahmat dan karunia
dari-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Literature Review tentang “Penerapan
(Mindfullness Meditation) Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Intra Okular, Biomarker
Stres, Peningkatan Regulasi Brain Derived Neurotrophic Factor, Quality of Life, dan
Memodulasi Ekspresi Gen Pada Pasien Glaukoma”. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam
yang telah menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Kelompok kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan laporan ini yang
menjadi tugas dari tahap perkuliahan Profesi Ners stase Keperawatan Medikal Bedah di
STIKes Budi Luhur Cimahi. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu selama pembuatan laporan ini berlangsung, sehingga dapat selesai tepat
pada waktunya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan literature review ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan
ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih
banyak kekurangannya.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Ruang Lingkup .................................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
A. Konsep Dasar Terapi Komplementer ................................................ 5
1. Definisi.......................................................................................... 5
2. Perkembangan Teori Komplementer ............................................ 5
3. Tujuan Terapi Komplementer ....................................................... 5
4. Jenis-Jenis Terapi Komplementer................................................. 6
5. Metode Terapi Komplementer ...................................................... 6
6. Obat-Obat yang digunakan dalam Terapi Komplementer ............ 6
B. Meditasi ............................................................................................. 8
1. Definisi.......................................................................................... 8
2. Penggolongan Meditasi................................................................. 9
3. Tahapan Meditasi ........................................................................ 10
4. Efek Meditasi Secara Biopsikologi............................................. 11
BAB III: METODE PENELITIAN ................................................................... 13
A. Desain dan Jenis Penelitian.............................................................. 13
B. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 13
C. Ruang Lingkup ................................................................................ 14
D. Rangkuman dalam Tabel Ringkasan Pustaka .................................. 14
E. Analisis dan Sintesis ........................................................................ 14
BAB IV: RINGKASAN PUSTAKA ................................................................... 17
A. Tabel Ringkasan Pustaka ................................................................. 17
B. Pembahasan (Analisis dan Sintesis) ................................................ 22
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 29
A. Simpulan .......................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma adalah penyakit neurodegeneratif [1] dengan kerusakan progresif kepala
saraf optik (ONH) serta pusat visual dan non-visual otak [2]. Ini adalah penyebab utama
kedua kebutaan yang mempengaruhi sekitar 65 juta orang di seluruh dunia, 10% di
antaranya adalah kebutaan [3]. Kehilangan penglihatan pada glaukoma dianggap
ireversibel yang merupakan beban psikologis dan ekonomi yang sangat besar bagi pasien
dan perawat. Pada glaukoma sudut terbuka primer (POAG) tekanan intraokular (TIO)
merupakan faktor risiko utama, tetapi ada mekanisme patogen lain yang terlibat seperti (i)
iskemia atau hipoksia dengan disfungsi endotel dan disregulasi vaskular. [4], (ii) disfungsi
mitokondria dengan stres oksidatif [5], (iii) eksitotoksisitas glutamat [6], (v) penurunan
neurotropin [7], dan (vi) inflamasi dan aktivasi glial [8], (vii) disregulasi Nitrit Oksida (NO)
[9] dan resistensi insulin sentral [2] yang mungkin menjelaskan perkembangan kehilangan
penglihatan meskipun menurunkan TIO.
Pasien glaukoma memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi dengan
fungsi psikososial yang buruk dan stres karena kehilangan penglihatan yang diantisipasi
dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap memburuknya kondisi penyakit. [10]
Perubahan somatik atau biokimia terkait stres dikenal sebagai "faktor risiko" untuk
perkembangan glaukoma. Meskipun masih belum jelas apakah stres hanya konsekuensi
atau juga sebab glaukoma, kesamaan antara biomarker glaukoma dan reaksi tubuh terhadap
stres mental terbukti. Stres menyebabkan disregulasi vascular atau disfungsi endote [l4],
penurunan aktivitas parasimpatis, peningkatan stres oksidatif, eksitotoksisitas glutamat
[11], menurunkan regulasi neurotropin [12], dan aktivasi glial (neuroglia) [13]. Secara
bersamaan, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa parameter glaukoma dapat
ditingkatkan ketika biomarker stres dinormalisasi dengan memunculkan respons relaksasi
(RR).
Praktik meditasi mindfulness (MM) dikenal sejak zaman kuno dan merupakan salah
satu teknik yang paling banyak digunakan dan efektif untuk membangkitkan RR. [14], [15].
Studi ilmiah tentang teknik mindfulness yang berbeda telah menunjukkan efek positif dari
mencegah dan memperbaiki stres mental sebagaimana dikonfirmasi tidak hanya oleh
laporan subjektif relaksasi, peningkatan kesejahteraan, dan kualitas hidup (QOL), tetapi
dengan bukti konfirmasi pengaruh positif pada berbagai biomarker: menurunkan kadar
1
kortisol (sehingga menurunkan TIO dan meningkatkan fungsi vaskular) [16],
meningkatkan perfusi dan oksigenasi otak [17], meningkatkan kadar neurotropin [18],
memperbaiki aktivitas parasimpatis, dan mengurangi stres oksidatif, eksitotoksisitas
glutamat, [19] dan proses proinflamasi.
Pengurangan stres berbasis mindfulness (MBSR) adalah jenis meditasi di mana
napas digunakan sebagai objek kesadaran. [20] Penelitian telah menunjukkan perubahan di
berbagai bagian otak di luar korteks visual pada glaukoma sudut terbuka primer (POAG).
[21] Meskipun, tidak ada peningkatan langsung dalam aktivitas di korteks visual yang telah
dipelajari dalam literatur, kami percaya bahwa konektivitas fungsional beroperasi di antara
area-area ini untuk pemrosesan visual. Oleh karena itu, dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas di korteks visual juga. Kehilangan penglihatan telah terlihat terjadi tidak hanya
oleh kerusakan pada sistem visual tetapi juga oleh desinkronisasi jaringan otak luas yang
terlibat dalam penglihatan [22] yang dapat terjadi karena lesi di bagian otak lainnya.
Sinkronisasi ulang jaringan ini tetap merupakan mekanisme yang memungkinkan untuk
pemulihan penglihatan. Menurut Tham et.al pada tahun 2014, bahwa kejadian glaukoma
secara global diperkirakan mencapai angka 76 juta di tahun 2020 dan 111,8 juta di tahun
2040. Sebanyak 2,78% gangguan penglihatan di dunia disebabkan oleh glaukoma.[23]
Mengingat kesamaan perubahan biomarker pada glaukoma dan respons stres, ada
kemungkinan bahwa stres mental bisa menjadi penyebab utama (meskipun bukan satu-
satunya) kausal kontributor untuk perkembangan glaukoma. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menyelidiki pengaruh RR pada biomarker glaukoma dan menguji hipotesis
bahwa menurunkan stres dengan Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) dapat
menurunkan TIO. Oleh karena itu MBSR digunakan sebagai terapi tambahan.

B. Rumusan Masalah
Seiring perjalanan waktu ternyata selain daripada menurunkan tingkat kecemasan
pada pasien dengan glaukoma, Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) juga mampu
menurunkan kadar kortisol sehingga terjadi penurunan TIO dan peningkatan fungsi
vaskuler, meningkatkan regulasi Brain Derived Neurotrophic Factor, Quality of Life, dan
memodulasi ekspresi gen pada pasien glaukoma.
Adanya dukungan teori, pengamatan, dan studi literatur yang dilakukan pada pasien
glaukoma dengan menggunakan Meditation Mindfullness yaitu latihan yoga sebagai terapi
yang dapat menurunkan tingkat kecemasan di berbagai tatanan perawatan, maka penulis
tertarik untuk menggali pertanyaan penelitian:
2
1. Bagaimana efektivitas terapi Meditation Mindfullness (yoga) terhadap penurunan
tekanan intra okular, biomarker stres, peningkatan regulasi brain derived neurotrophic
factor, quality of life, dan memodulasi ekspresi gen pada pasien glaukoma?
2. Bagaimana prosedur terapi Meditation Mindfullness (yoga) terhadap penurunan
tekanan intra okular, biomarker stres, peningkatan regulasi brain derived neurotrophic
factor, quality of life, dan memodulasi ekspresi gen pada pasien glaukoma?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penerapan (mindfullness meditation) terapi yoga terhadap
penurunan tekanan intra okular, biomarker stres, peningkatan regulasi brain derived
neurotrophic factor, quality of life, dan memodulasi ekspresi gen pada pasien glaucoma
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui efektivitas terapi Meditation Mindfullness (yoga) terhadap penurunan
tekanan intra okular, biomarker stres, peningkatan regulasi brain derived
neurotrophic factor, quality of life, dan memodulasi ekspresi gen pada pasien
glaukoma.
b. Mengetahui prosedur terapi Meditation Mindfullness (yoga) terhadap penurunan
tekanan intra okular, biomarker stres, peningkatan regulasi brain derived
neurotrophic factor, quality of life, dan memodulasi ekspresi gen pada pasien
glaukoma.

D. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian dalam literature review ini yaitu semua jenis
penelitian yang menggunakan terapi yoga (meditation mindfullness) untuk menurunkan
tingkat kecemasan, menurunkan kadar kortisol sehingga terjadi penurunan TIO dan
peningkatan fungsi vaskuler, meningkatkan regulasi Brain Derived Neurotrophic Factor,
Quality of Life, dan memodulasi ekspresi gen pada pasien glaukoma.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi kemajuan pengetahuan teori terkait
terapi nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan intra okular, biomarker stres,

3
meningkatkan regulasi brain derived neurotrophic factor, quality of life, dan
memodulasi ekspresi gen pada pasien glaukoma.
2. Manfaat Praktik
a. Profesi Keperawatan
Berkontribusi pada pengembangan praktik terapi Meditation Mindfullness
(yoga) terhadap penurunan tekanan intra okular, biomarker stres, peningkatan
regulasi brain derived neurotrophic factor, quality of life, dan memodulasi ekspresi
gen pada pasien glaukoma.
b. Institusi Pendidikan
Sebagai pelengkap referensi atau bahan bacaan tentang pengaruh terapi
Meditation Mindfullness (yoga) terhadap penurunan tekanan intra okular,
biomarker stres, peningkatan regulasi brain derived neurotrophic factor, quality of
life, dan memodulasi ekspresi gen pada pasien glaukoma.
c. Masyarakat
Sebagai salah satu bentuk implementasi yang bisa dilakukan kepada pasien
glaukoma dengan menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu Meditation
Mindfullness (yoga) terhadap penurunan tekanan intra okular, biomarker stres,
peningkatan regulasi brain derived neurotrophic factor, quality of life, dan
memodulasi ekspresi gen.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Terapi Komplementer


1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menurut WHO (World Health Organization) 2015, pengobatan
komplementer adalah pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu negara.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam-macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
2. Perkembangan Terapi Komplementer
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang
penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan
komplementer-alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil
penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh 40% dari penduduk Indonesia.
3. Tujuan Terapi Komplementer
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari system-
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan
lengkap serta perawatan yang tepat.

5
4. Jenis-Jenis Terapi Komplementer
a. Nutrisi (Nutritional Therapy);
b. Terapi herbal (Herbal Therapy);
c. Terapi psiko-somatik (Mind-Body Therapy)
d. Terapi spiriyual berbasis doa (Spiritual Therapy Based on Prayer)
5. Metode Terapi Komplementer
a. Yoga;
b. Akupuntur;
c. Pijat refleksi;
d. Chiropractic;
e. Tanaman obat herbal;
f. Homeopati, natuopati;
g. Terapi polaritas atau reiki;
h. Teknik-teknik relaksasi;
i. Hipnoterapi, meditasi dan visualisasi.
6. Obat-obat yang Digunakan dalam Terapi Komplementer
a. Bersifat natural yaitu mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan, rempah
yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya).
b. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu
mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang
diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut:
1) Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga
sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi
berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu
pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan
pada sistem tubuh.
2) Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke
dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2-3 kali lebih besar
daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan
6
oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau
makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
3) Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik
pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
 Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
 Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk
sediaan farmasi.
 Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah
mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan
dilakukan pemantauan terus-menerus.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa
dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik
serta fungsinya sendiri-sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya
digunakan untuk pasien-pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan
pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan
daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki
keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau
diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek
samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual
dan muntah, fatigue (kelelahan), dan neuropati.
Pada beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini
pun mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti
bagi pasien yang menolak metode pengobatan konvensional. Terapi
komplementer ini juga dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun
atas rujukan para dokter lainnya. Diharapkan dengan penggabungan

7
pengobatan konvensional dan pengobatan komplementer ini bisa didapatkan
hasil terapi yang lebih baik.

B. Meditasi
1. Definisi
Meditasi merupakan proses menaikkan kesadaran dari pikiran yang lebih
rendah ke pikiran yang lebih tinggi. [24] Walsh (dalam Subandi, 2017) menyatakan
bahwa meditasi merupakan teknik atau metode latihan yang digunakan dalam
melatih perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya dapat
membawa proses-proses mental menjadi lebih terkontrol secara sadar. [25]
Humphrey dalam (Baskara, 2016) mengartikan meditasi sebagai suatu proses
perjalanan meniti kedalam diri, kesadaran diri ditingkatkan untuk pengembangan
diri secara positif. [26] Senada dengan pernyataan Prayitno (2014: 15) bahwa
meditasi adalah suatu cara untuk melatih diri, agar memiliki keadaan cita atau sikap
yang lebih bermanfaat. Dimana dalam keadaan cita individu dapat menjadi lebih
positif karena dalam tahapnya meditasi menjadikan individu lebih bijaksana. [27]
Merta dalam (Kushartanti, 2014) juga mendefinisikan meditasi sebagai suatu
teknik untuk mengkonsentrasikan pikiran agar lebih waspada dan bijaksana serta
dapat digunakan untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit. Senada dengan
penyataan Greenbergh (2015) bahwa meditasi adalah latihan mental yang sederhana
yang mempengaruhi proses tubuh. Sebuah latihan fisik yang dapat dipercaya
memberikan keuntungan secara psikologis, dengan mengendalikan perhatian secara
lebih sehingga dapat memilih apa yang akan menjadi fokus pada subjek secara
mengalir. [28]
Berdasarkan beberapa pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
Meditasi adalah latihan konsentrasi terhadap suatu hal untuk mencapai kesadaran
yang lebih tinggi sehingga individu dapat merasa lebih positif yang pada akhirnya
memperbaiki kondisi tubuh, memberikan kenyamanan secara psikologis dan
menurunkan tingkat stres pada individu.

8
2. Penggolongan Meditasi
Wilber (dalam Prabowo, 2016) membagi teknik meditasi menjadi empat
kuadran yaitu: [29]
1) The Way of from
Dikenal sebagai meditasi konsentratif, dengan beberapa cara yang melibatkan
objek nyata seperti mantra (desain simbolik), mudra (gerakan tangan).
2) The Expressive Way
Berkaitan dengan spirit dan energi, merupakan meditasi dengan menggunakan
teknik pernafasan, gerakan cepat, nyanyian keras, dan lain sebagainya.
Beberapa bentuk meditasi ini adalah shamatic, metode tantri, dzikir.
3) The Negative Way
Meditasi ini membuat seseorang mencoba menyingkirkan semua bentuk,
semua ekspresi dengan cara letting go atau mengosongkan pikiran.
4) The Facilitative Way
Bentuk meditasi ini merupakan semua hal tentang kesaksian terhadap apapun
yang terjadi, fokusnya adalah mengalir dengan apapun yang dialami,
mengikutinya, dan membiarkanya. Seperti meditasi vipassana, mahavipassana.
Selain jenis meditasi yang telah disebutkan diatas, terdapat meditasi yang
mendapatkan perhatian akademis Eropa dan Amerika yaitu Transcendental
Meditation. Meditasi transendental adalah suatu teknik meditasi dengan
menggunakan suatu kata atau mantra sebagai objek yang membuat pikiran
menjadi focus. Selain itu menurut Prabowo, 2016 meditasi transendental adalah
teknik meditasi yang membuat pikiran menjadi fokus secara sederhana dengan
menggunakan mantra yang memberikan kualitas istirahat yang alami pada
pikiran dan tubuh sehingga dapat membawa stres dan kelelahan menjadi
terlepas dan menghasilkan energi yang lebih besar, kejernihan dan kenikmatan
hidup.
Meditasi transendental memang sudah beberapa kali diteliti di Amerika
dan Eropa, hasilnya meditasi transendental ini dapat mengembangkan kualitas
hidup manusia, menaikan dan menurunkan skor pada variabel-variabel
kepribadian dan meditasi ini juga dapat menaikan variabel kesehatan mental
seperti locus of control, juga menurunkan variabel kesehatan mental seperti
kecemasan, agresifitas dan perasaan reaktif. Di Indonesia sendiri penelitian yang
telah dilakukan tentang meditasi transendental masih dirasa kurang, sehingga
9
belum terlalu banyak masyarakat yang mengetahui tentang meditasi
transendental.
Efek positif yang ditimbulkan setelah melakukan meditasi transendental
pun sangat baik bagi tubuh dan tidak semua masyarakat mengetahui hal ini
karena masih jarang diteliti di Indonesia jika dibandingkan dengan jenis teknik
meditasi yang lain, sehingga dalam penelitian eksperimen ini peneliti akan
menggunakan meditasi transendental sebagai metode untuk mengurangi stress.
3. Tahapan Meditasi
Keadaan meditasi adalah keadaan dimana individu sadar sepenuhnya tapi
pikiran dalam keadaan diam dan tenang. Keadaan tersebut dapat dicapai ketika
individu tidak dalam keadaan mengharapkan sesuatu atau memaksakan kehendak,
hal tersebut dapat dicapai saat individu dapat berkonsentrasi dengan sikap tubuh
yang pasrah (Haryanto, 2018: 81). Meditasi sendiri memiliki tiga tahapan antara
lain: [30]
1) Konsentrasi
Konsentrasi ialah pemusatan pikiran pada satu hal. Ilmu konsentrasi
mengajarkan, bagaimana individu menggunakan pikiran secara aktif dan benar
untuk selalu menyertai dan menyatu dengan tindakan, perbuatan, perkataan,
dan hanya tertuju pada yang satu (yang sedang diutamakan). Menurut Acarya
(2014) pada tahap pertama ini juga disebut tahap kesulitan dimana seseorang
akan mengendalikan gelombang pikirannya yang bergejolak, biasanya pada
tahap ini seseorang yang tidak sabar akan meninggalkan latihanya karena
butuh waktu yang berbeda untuk setiap individu untuk menentramkan
pikirannya. Hal ini merupakan penggalian mental yang intens dan suatu
penggabungan ke dalam satu keseluruhan sederhana dari berbagai kekuatan
dalam individu tersebut. [31]
2) Kontemplasi
Kontemplasi ini akan terjadi jika aliran konsentrasi tidak terganggu dan
fokus memilih pusat perhatiannya sendiri. Pada tahap ini pikiran masih terlibat,
tapi pikiran tersebut menjadi semakin kurang aktif karena buah pikiran dan
gangguan dibiarkan lewat. Ini adalah posisi kekuatan dan ketenangan dan
banyak manfaat penyembuhan diperoleh dalam tahap ini. Menurut Acarya
(2014) tahap ini juga dapat disebut tahap pencapaian, dimana ketika pikiran
sudah dipusatkan dan akan mengalami tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
10
Orang akan menikmati kebahagiaan walau sesaat namun tak ternilai harganya
karena itu energi yang dimiliki dicurahkan untuk tetap bisa menyatu dengan
keadaan bahagia itu. [31]
3) Samadhi
Tahap ini merupakan keadaan menyatu yang membahagiakan. Ini
adalah keadaan meditatif yang sebenarnya. Menurut Arcaya (2014) tahap ini
disebut dengan pemusatan pikiran yang sangat teratur dan kuat. Semua pikiran
menjadi koheren atau selaras dan berkembang daya-daya psikis. [31]
4. Efek Meditasi Secara Biopsikologi
Meditasi dalam perkembanganya berkaitan dengan gelombang otak, hal
tersebut dapat dilihat dengan alat ukur yang merekam aktivitas otak manusia yaitu
Electroencephalogram (EEG). Terdapat empat gelombang dalam otak kita yaitu beta
(13-30 Hz), alpha (8-13 Hz), theta (4-7 Hz) dan delta (0,5-4 Hz). Keadaan alpha
berkaitan dengan keadaan relaks tanpa stres, konsentrasi terpusat pada suatu saat.
Namun ketika seseorang sudah berpikir dual hal secara sekaligus maka kondisinya
berubah menjadi keadaan beta. [29]
Setiap hari saat individu berada dalam aktivitasnya, individu berada dalam
keadaan beta dimana seseorang dalam keadaan sadar namun perhatian individu
tersebut terbagi dan saat kondisi inilah individu mudah terkena stres. Seseorang
dapat berada dalam keadaan delta saat kita tertidur nyenyak dan saat itulah terjadi
peremajaan sel tubuh. Selain itu gelombang tetha, gelombang ini terjadi dimana
seseorang dalam keadaan kreatif dan inspiratif saat kita bermimpi
Menurut Acarya (2014) meditasi sendiri dapat memperlambat gelombang
beta yang kacau menjadi pola gelombang alpha yang lebih teratur dengan
memusatkan pikiran kepada mantra dan level energi alpha akan terus meningkat,
pikiran akan menjadi teratur, tenang dan berada dalam kesadaran 43 tinggi. Saat
seseorang berada dalam konsentrasi yang terpusat, semua bagian otak akan bergetar
dengan gelombang yang sama serta iramanya selaras dengan denyut jantung dan
pernafasan. [31]
Otak dalam gelombang alpha akan mempengaruhi metabolisme, konsumsi
oksigen seseorang akan turun menjadi 20% dan kita lebih sedikit memproduksi
karbondioksida. Kadar asam laktat dalam aliran darah juga turun hingga 50% atau
hampir empat kali lebih cepat daripada kita tidur terlelap. Beberapa peneliti
berpendapat dengan mengucapkan mantra dalam hati, saraf simpatetik didalam
11
sistem limbik akan bereaksi. Jika dikaitkan dengan meditasi mendalam, sistem
limbik mengambil bagian saat seseorang membunyikan mantra, melalui sistem
limbik mantra menyebar kebagian lain melalui sistem saraf dan mengalirkan
gelombang juga mengaktifkan kelenjar hormon. [31] Pembacaan kata yang
disesuaikan dengan penarikan dan pembuangan nafas (mantra) hal tersebut akan
membuat kita menjadi fokus.
Pengalaman orang saat bermeditasi berbeda karena irama getaran medan
energi bio elektrik pada tingkat conscious mind seseorang berbeda satu dengan
lainnya dan ketika kita bermeditasi secara mendalam otak kita akan mencapai
subconscious mind saat ini gelombang otak akan mendatar, proses ini dinamakan
homeostatis atau seimbang. Pada meditasi kita dapat mencapai pusat keheningan
yaitu pada bagian hypothalamus, dibagian inilah diaktifkan dan dikontrol semua
mekanisme keadaan hening dan menjadi tempat individu dalam keadaan damai yang
sesungguhnya. Pikiran individu dalam keadaan berkonsentrasi secara terpusat
menjadikan semua organ bahkan molekul menjadi sinkron hypothalamus 44
mengarahkan kelenjar dalam tubuh mengeluarkan antibodi melantonin dan
endorphin. Senada dengan pernyataan Effendi (2016) saat dalam keadaan seimbang
tubuh akan distimulasi secara alami dengan memproduksi hormon melantonin dan
endorphin yang bereaksi menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa tenang dan
pada akhirnya merangsang organ tubuh untuk memproduksi sel-sel yang telah rusak.
[32]

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian


Desain dan jenis penelitian dari 5 jurnal ini menggunakan metode eksperimen
dengan studi intervensi prospektif acak, di mana data atau informasi mengenai subjek
penelitian tidak dapat diobservasi dan dimiliki oleh peneliti pada saat penelitian dilakukan
dan dibagi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol, serta jenis penelitiannya
menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang melibatkan teori, desain,
hipotesis, dan menentukan subjek.
B. Metode Pengumpulan data
1) Sumber Data Base Penelitian
Penelusuran dilakukan menggunakan data base penelitian keperawatan dengan Google
Scholar menggunakan kata kunci Meditasi, Glaukoma, Stres, Tekanan Intraokular.
2) Waktu Publikasi
Pencarian terbatas dalam kurun waktu 2017-2022.
3) Kriteria Inklusi Eksklusi
Artikel yang ditemukan disesuaikan dengan kriteria untuk dijadikan sebagai literatur
dalam penulisan literature review.

Tabel 3.1 Identifikasi Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Kriteria Inklusi Penelitian menggunakan besar sampel lebih dari 30
responden
Terdapat kelompok intervensi dan kontrol dalam penelitian
Menggunakan intervensi meditasi
Publikasi terbitan 2017 sampai dengan 2022
Kriteria Eksklusi Penelitian menggunakan besar sampel kurang dari 30
responden
Penelitian menggunakan tindakan kedokteran
Publikasi terbitan lebih dari 5 tahun

13
C. Ruang Lingkup
Strategi dalam penelusuran publikasi jurnal, desain penelitian yang di review adalah
prospektif acak dengan kelompok intervensi dan kontrol, menggunakan kata kunci
Meditasi, Glaukoma, Stres, Tekanan Intraokular.

D. Rangkuman dalam Tabel Ringkasan Pustaka


Intisari yang diambil dari jurnal penelitian: Judul penelitian, nama peneliti, tahun dan
tempat publikasi, besar sampel dari kelompok intervensi dan kontrol, metode penelitian,
alat yang digunakan selama penelitian, hasil dan kesimpulan dengan signifikasinya.

E. Analisis dan Sintesis


Setelah melakukan sintesis pada 5 jurnal publikasi, dari kelima jurnal didapatkan hasil yaitu
terdapat perbedaan pada kelompok intervensi meditasi dan kelompok kontrol.
1) Beneficial Effect Of Mindfulness Based Stress Reduction On Optic Disc Perfusion In
Primary Open Angle Glaucoma: A Randomized Controlled Trial
a. Kelompok Intervensi
Setelah 6 minggu dilakukan meditasi mindfulness (MBSR) dihasilkan scan
lingkaran 3 mm menunjukan peningkatan yang signifikan dalam cpVD di kuadran
superior dan hidung. Setelah 6 minggu dilakukan meditasi mindfulness (MBSR)
dihasilkan ada penurunan TIO dengan 23 responden (38%) mata mengalami
penurunan TIO sebesar < 10%, 23 responden (55%) mata mengalami penurunan
TIO sebesar 10-15%, dan 4 responden (7%) mata mengalami penurunan TIO
>15%,
b. Kelompok Kontrol
Setelah 6 minggu dilakukan meditasi mindfulness (MBSR) dihasilkan scan
lingkaran tidak ada perubahan yang signifika. Setelah 6 minggu dilakukan
meditasi mindfulness (MBSR) dihasilkan ada hanya mengalami penurunan TIO
sebesar 4%.
2) Meditation: A Polypill For Comprehensive Management Of Glaucoma Patients.
Meditasi ini di lakukan kepada kelompok intervensi pada pasien dengan POAG
dengan waktu 60 menit selama 21 hari, kelompok intervensi memiliki penurunan TIO
yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang lebih rendah dengan hasil
75% pasien dengan kelompok intervensi mengalami penurunan TIO lebih dari 25%.
Meditasi yang dilakukan kepada pasien glaucoma terlah terbukti meningkatkan aliran

14
darah ke otak sehingga jika pasien glaucoma melakukan meditasi dengan jangka pendek
mampu meningkatkan aliran darah di insula dan korteks cingulate anterior serta mampu
meningkatkan variabilitas denyut jantung yang merupakan tanda penurunan simpati dan
peningkatan aktivitas parasimpatis.
3) Mindfulness Meditation Reduces Intraocular Pressure, Lowers Stress Biomarkers And
Modulates Gene Expression In Glaucoma: A Randomized Controlled Trial.
Meditasi MBSR/MM dilakukan setiap hari selama 21 hari mulai pukul 08.00
pagi selama 60 menit, pada hari 1 pasien dari kelompok intervensi diperkenalkan dengan
teknik meditasi, diikuti dengan istruksi praktis latihan pernapasan lambat dan dalam.
Dari hari ke-2 hingga ke -21 mereka melakukan latihan pernapasan untuk relaksasi (15
menit) dilanjutkan dengan meditasi selama 45 menit.
Hasil setelah dilakukan meditasi MBSR/MM rata-rata TIO menurun secara
signifikan sebesar d-21, 30 dari 40 peserta yang menyelesaikan meditasi MBSR/MM
menunjukkan penurunan TIO >25%.
4) Effect Of Mindfulness Meditation On Intraocular Pressure And Trabecular Meshwork
Gene Expression: A Randomised Controlled Trial
Meditasi MBSR dilakukan selama 45 menit, meditasi yang dilakukan
mengamati napas dengan memusatkan perhatian kita pada aliran udara alami yang
masuk dan keluar dari tubuh.
3 minggu
a. Kelompok 1: terjadi penurunan TIO yang signifikan dari 20,16 dengan 3,3 mm
menjadi 15,05 dengan 2,49 mm, rata-rata presentasi penurunan TIO adalah 23,34%
hingga 86% pasien di kelompok 1 menunjukkan penurunan TIO >15%, diantaranya
33,33% menunjukkan >25%, setelah tiga minggu ada penurunan yang signifikan
dalam skor GQL-15
b. Kelompok 2: tidak terjadi penurunan yang signifikan dari 21,29 dengan 5,65 mm
menjadi 20,05 dengan 5,85 mm, rata-rata penurunan TIO hanya 5,82%, setelah 3
minggu tidak ada penurunan yang signifikan dalam skor GQL-15.
9 minggu
a. Kelompok 1: pasien yang berhasil pada kelompok 1 dan melanjutkan MBSR di
rumah (kelompok meditasi-tanpa operasi) bersamaan dengan perawatan medis,
mempertahankan TIO pada 9 minggu, paien yang menjalani trabekulektomi
(kelompok meditasi-bedah). Pada 9 minggu kelompok 1 mencapai keberhasilan
73% pada 6 minggu pasca trabekulektomi menunjukkan lebih baik hasil dalam
15
trabeulektomi pasca MBSR. Tidak ada pasien di kedua kelompok yang diperlukan
lisis jahitan.
b. Kelompok 2: rata-rata TIO sebanding, Pada 9 minggu kelompok 2 mencapai
keberhasilan 53% pada 6 minggu pasca trabekulektomi menunjukkan lebih baik
hasil dalam trabeulektomi pasca MBSR. Tidak ada pasien di kedua kelompok yang
diperlukan lisis jahitan.
5) Meditation Enhances Brain Oxygenation, Upregulates BDNF And Improves Quality Of
Life In Patients With Primary Open Angle Glaucoma: A Randomized Controlled Trial
Intervensi dilakukan selama 6 minggu setiap sesi dilakukan selama 45 menit
setiap hari di pagi hari antara jam 9 pagi sampai jam 10 pagi.
a. Kelompok intervensi
Setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu rata-rata tingkat TIO menurun secara
signifikan sekitar 40% pada kelompok yang menjalani intervensi. Kualitas hidup
meningkat secara signifikan pada kelompok intervensi
b. Kelompok kontrol
Setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu rata-rata tingkat TIO menurun tidak
signifikan sekitar 10-15%, kualitas hidup tidak meningkat secara signifikan
Berdasarkan pembahsan di atas dapat disimpulkan bahwa meditasi dapat
dijadikan dasar dalam melakukan intervensi keperawatan dalam mengurangi stress,
manajemen komprehensif, mengurangi tekanan intraokular dan meningkatkan
oksigenasi di otak pada pasien glaukoma.

16
BAB IV
RINGKASAN PUSTAKA

A. Tabel Ringkasan Pustaka


Kelompok Metode
Tempat Besar Sampel
Studi/Penulis Usia Penelitian/Alat Outcome
Penelitian /Partisipan Intervensi Kontrol
Ukur
Beneficial Effect India 60 sampel dan dibagi Rentang usia Pasien POAG Pasien POAG Prospektif acak Uji korelasi spearman
Of Mindfulness menjadi 2 kelompok: >40 tahun melanjutkan melanjutkan digunakan untuk
Based Stress  30 sampel dengan pengobatan pengobatan menilai korelasi. P-
Reduction On kelompok glaukoma rutin glaukoma rutin value < 0,05 dianggap
Optic Disc intervensi serta tambahan 6 signifikan
Perfusion In  30 sampel dengan minggu dari 45
Primary Open kelompok kontrol menit setiap hari
Angle Glaucoma: (pagi hari)
A Randomized melakukan
Controlled Trial meditasi
mindfulness
Efek (MBSR)
Menguntungkan
Dari
Pengurangan
Stres Berbasis
Kesadaran Pada
Perfusi Cakram
Optik Pada
Glaukoma Sudut

17
Terbuka Primer:
Sebuah Uji Coba
Terkontrol
Secara Acak
Meditation: A India - - - - - Meditasi mampu
Polypill For menurunkan faktor
Comprehensive risiko utama (TIO)
Management Of tetapi juga
Glaucoma meningkatkan aliran
Patients. darah dan oksigen
otak/okular,
Meditasi: Sebuah melibatkan disfungsi
Polipil Untuk otonom,
Manajemen meningkatkan fungsi
Komprehensif mitokondria dengan
Pasien Glaukoma menurunkan stress
oksidatif, mengurangi
hormon stres dan
preadangan serta
meningkatkan kualitas
hidup pasien
Mindfulness India 90 sampel dan dibagi Rentang usia Pasien POAG Pasien POAG Prospektif acak Uji chi-kuadrat dan uji
Meditation menjadi 2 kelompok: >45 tahun melanjutkan melanjutkan fisher digunakan
Reduces  45 sampel dengan pengobatan pengobatan untuk
Intraocular kelompok glaucoma rutin glaucoma rutin membandingkan
Pressure, Lowers intervensi serta tambahan 21 karakteristik kategoris
Stress  45 sampel dengan hari dari 45 menit pada awal, uji-t
Biomarkers And kelompok kontrol setiap hari (pagi membandingkan

18
Modulates Gene hari) melakukan distribusi normalitas
Expression In meditasi variabel kontinu dan
Glaucoma: A mindfulness uji Wilcoxon untuk
Randomized (MBSR) data nonparametric.
Controlled Trial. Paired t-test untuk
perbandingan dalam
Meditasi kelompok dan
Mindfulness independent t-test
Mengurangi antara kelompok
Tekanan perbandingan
Intraokular, digunakan dengan
Menurunkan signifikasi p-nilai
Biomarker Stres ditetapkan pada
Dan Memodulasi p<0,0001
Ekspresi Gen
Pada Glaukoma:
A Percobaan
Terkendali Acak
Effect Of India 60 pasien POAG dan Rentang usia Pasien POAG Pasien POAG Prospektif acak Uji t-independen
Mindfulness dibagi menjadi 2 >40 tahun menjalani 3 menjalani digunakan untuk
Meditation On kelompok: minggu dari 45 pengobatan medis membandingkan
Intraocular  30 responden menit setiap hari saja parameter antara dua
Pressure And mendapatkan meditasi kelompok dan uji
Trabecular meditasi MBSR mindfulness anova untuk
Meshwork Gene  30 responden (MBSR) membandingkan lebih
Expression: A mendapatkan terapi dari dua variabel.
Randomised medis Nilai p<0,05 dianggap
Controlled Trial

19
signifikan secara
Pengaruh statsitik
Meditasi
Perhatian Pada
Tekanan
Intraokular Dan
Ekspresi Gen
Trabecular
Meshwork: Uji
Coba Terkendali
Secara Acak
Meditation India 60 sampel dan dibagi Rentang usia Pasien POAG Pasien POAG Prospektif acak Uji Mann-Whitney
Enhances Brain menjadi 2 kelompok >45 tahun melanjutkan melanjutkan
Oxygenation,  30 sampel dengan pengobatan pengobatan
Upregulates kelompok glaukoma rutin glaukoma rutin
BDNF And intervensi serta tambahan 6
Improves Quality  30 sampel dengan minggu dari 45
Of Life In kelompok kontrol menit setiap hari
Patients With (pagi hari)
Primary Open melakukan
Angle Glaucoma: meditasi
A Randomized mindfulness
Controlled Trial (MBSR)

Meditasi
Meningkatkan
Oksigenasi Otak,
Meningkatkan

20
Regulasi BDNF
Dan
Meningkatkan
Kualitas Hidup
Pada Pasien
Dengan
Glaukoma Sudut
Terbuka Primer:
Sebuah Uji Coba
Terkontrol
Secara Acak

21
B. Pembahasan (Analisis dan Sintesis)
1) Beneficial Effect Of Mindfulness Based Stress Reduction On Optic Disc Perfusion
In Primary Open Angle Glaucoma: A Randomized Controlled Trial
Stres dapat menjadi penyebab sekaligus akibat dari kehilangan penglihatan
pada penderita galukoma. Meditasi mindfulness adalah teknik yang paling banyak
digunakan untuk membangkitkan respons relaksasi dan menormalkan biomarker
stres. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh MBSR terhadap perdusi
diskus optikus pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka primer (POAG).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi intervensi
prospektif acak dengan menggunakan 60 sampel dan dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu 30 responden dengan kelompok intervensi dan 30 responden dengan
kelompok kontrol dengan hasil yang didapatkan yaitu:
a. Kelompok Intervensi
Setelah 6 minggu dilakukan meditasi mindfulness (MBSR) dihasilkan
scan lingkaran 3 mm menunjukan peningkatan yang signifikan dalam cpVD di
kuadran superior dan hidung. Setelah 6 minggu dilakukan meditasi mindfulness
(MBSR) dihasilkan ada penurunan TIO dengan 23 responden (38%) mata
mengalami penurunan TIO sebesar <10%, 23 responden (55%) mata
mengalami penurunan TIO sebesar 10-15%, dan 4 responden (7%) mata
mengalami penurunan TIO >15%,
b. Kelompok Kontrol
Setelah 6 minggu dilakukan meditasi mindfulness (MBSR) dihasilkan
scan lingkaran tidak ada perubahan yang signifikan. Setelah 6 minggu
dilakukan meditasi mindfulness (MBSR) hasilnya mengalami penurunan TIO
sebesar 4%.
Pada glaukoma bersama dengan RGC ada penurunan aliran darah okular
pada pasien dengan POAG, berbagai penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan meditasi MBSR dapat meningkatkan oksigenasi otak pasa pasien
dengan POAG. Meditasi MBSR mampu meningkatkan disfungsi otonom dan
meningkatkan aktivitas parasimpatis dengan demikian MBSR dapat
menurunkan dorongan simpatis (vasokontriksi) yang menyebabkan vasodilatasi
dan mungkin ada peningkatan aliran darah ocular selanjutnya. Jadi peningkatan
perfusi cakram optik dapat dikaitkan dengan peningkatan disfungsi otonom
setelah MBSR. Sedangkan Nitrit Oksida (NO) juga merupakan agen penting
22
yang mengatur aliran darah okular. Peningkatan NO mampu menurunkan TIO
pada glaukoma dan berpotensi meningkatkan aliran darah ke kepala saraf optik.
Dalam penelitian ini, presentase penurunan rata-rata pada TIO setelah 6 minggu
MBSR adalah 10-25% di sekitar dua pertiga dari peserta. Itu sebanding
dengan peneltian lain di mana meditasi MBSR 3 minggu atau 6 minggu
menghasilkan pengurangan TIO bervariasi dari 10 hingga 25% atau lebih dari
semua atau sekitar dua pertiga peserta. Pengurangan hormon stres oleh MBSR
memiliki dampak positif pada TIO dan perfusi cakram optik. Penurunan TIO
itu telah terbukti meningkatkan perfusi diskus optikus.
2) Meditation: A Polypill for Comprehensive Management of Glaucoma Patients
Stres emosional atau psikososial yang dapat menyebabkan peningkatan
kortikosteroid endogen dan dengan demikian menyebabkan peningkatan TIO
sehingga memperburuk neuropati optik glaukoma dengan berdampak buruk pada
kualitas hidup pasien. Meditasi bisa menjadi intervensi yang dapat membantu
pengurangan stres dan memperbaiki efek yang diinduksi kortisol pada TIO dan
penangkapan/penurunan negatif terbaik.
Meditasi adalah pelatihan pengaturan emosi dan perhatian yang kompleks
dikembangkan untuk berbagai tujuan, termasuk pengembangan kesejahteraan dan
keseimbangan emosional dengan mencakup berbagai macam latihan mental dan
terutama terdiri dari dua gaya utama yaitu, perhatian terpusat dan permamtauan
terbuka. Perhatian terpusat melibatkan pemusatan perhatian pada objek/suara/nafas
tertentu, sedangkan pemantauan terbuka tidak memerlukan perhatian pada objek
tertentu.
Komponen kunci dalam latihan yoga meliputi latihan fisik dan postur,
kesadaran dan kontrol napas (pranayama), konsentrasi dan meditasi. Manfaat utama
yoga bagi pasien glaukoma berasal dari latihan pernapasan dan meditasi. Meditasi
berfokus pada nafas dengan pernapasan lambat dan mampu mengurangi stres
dengan pengurangan nada simpatik dan peningkatan aktivitas parasimpatis
berlawanan dengan respon stres yang dipicu oleh system saraf simpatis. Dapat
dikenal sebagai Relaksasi Respon, istilah yang diciptakan oleh Herbert Benson.
Meditasi ini dilakukan kepada kelompok intervensi pada pasien dengan
POAG dengan waktu 60 menit selama 21 hari, kelompok intervensi memiliki
penurunan TIO yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang lebih
rendah dengan hasil 75% pasien dengan kelompok intervensi mengalami penurunan
23
TIO lebih dari 25%. Meditasi yang dilakukan kepada pasien glaucoma terlah
terbukti meningkatkan aliran darah ke otak sehingga jika pasien glaukoma
melakukan meditasi dengan jangka pendek mampu meningkatkan aliran darah di
insula dan korteks cingulate anterior serta mampu meningkatkan variabilitas denyut
jantung yang merupakan tanda penurunan simpati dan peningkatan aktivitas
parasimpatis.
Meditasi ditemukan berguna dalam meningkatkan gangguan kognitif ringan
dan mampu meningkatkan kualitas hidup, mengurangi stres/kecemasan akibat
penyakit itu sendiri. Meningkatkan kualitas hidup harus menjadi tujuan utama
terapi glaukoma dan latihan meditasi harus digabungkan bersama dengan protokol
perawatan standar yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien tersebut.
3) Mindfulness Meditation Reduces Intraocular Pressure, Lowers Stress Biomarkers
and Modulates Gene Expression in Glaucoma: A Randomized Controlled Trial.
Pasien glaukoma memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi
dengan fungsi psikososial yang buruk dan stres karena kehilangan penglihatan yang
diantisipasi dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap memperburuknya
kondisi penyakit. Studi ilmiah tentang teknik mindfulness yang berbeda telah
menunjukkan efek positif dari mencegah dan memperbaiki stres mental,
peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup (QOL), tetapi dengan bukti konfimasi
pengaruh positif pada berbagai biomarker, menurunkan kadar kortisol (sehingga
menurunkan TIO dan meningkatkan fungsi vaskular), meningkatkan perfusi dan
oksigenasi otak, meningkatkan kadar neurotropin, memperbaiki aktivitas
parasimpatis, dan mengurangi stres oksidatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah prospektif acak dengan
90 responden dimana responden tersebut merupakan pasien POAG dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi adalah usia > 45 tahun, POAG sedang/berat dengan rentang
TIO (12-21) mmHg dan ketajaman penglihatan terkoreksi terbaik 20/40 atau
lebih pada kedua mata.
b. Kriteria eksklusi adalah kondisi komorbid kehilangan penglihatan yang
mempengaruhi kualitas hidup, riwayat operasi mata dalam 6 bulan sebelumnya,
terapi medis untuk penyakit lain apa pun, cacat fisi yang signifikan, dan
glaukoma yang baru didiagnosis/tidak terkontrol.

24
Meditasi MBSR/MM dilakukan setiap hari selama 21 hari mulai pukul
08.00 pagi selama 60 menit, pada hari 1 pasien dari kelompok perlakuan
diperkenalkan dengan teknik meditasi, diikuti dengan istruksi praktis latihan
pernapasan lambat dan dalam. Dari hari ke-2 hingga ke-21 mereka melakukan
latihan pernapasan untuk relaksasi (15 menit) dilanjutkan dengan meditasi selama
45 menit. Hasil setelah dilakukan meditasi MBSR/MM rata-rata TIO menurun
secara signifikan sebesar d-21, 30 dari 40 peserta yang menyelesaikan meditasi
MBSR/MM menunjukkan penurunan TIO >25%.
4) Effect of Mindfulness Meditation on Intraocular Pressure and Trabecular
Meshwork Gene Expression: A Randomised Controlled Trial
Meditasi MBSR/MM adalah serangkaian praktik kontemplatif yang
bertujuan untuk menyeimbangkan kesejahteraan mental dan emosional dengan
menggunakan perhatian (kesadaran) dan perhatian yang terarah. Hal ini terkait
dengan keadaan fisiologis penurunan metabolisme aktivitas yang meningkatkan
keseimbangan tubuh dan stabilitas emosional, menciptakan relaksasi respon untuk
melawan dimensi negatif dari respon stres. MBSR bertujuan untuk mencapai
harmoni pikiran-tubuh dengan kesehatan holistik. Telah terbukti mengurangi stres,
kecemasan, depresi dan akibatnya meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Pasien
glaukoma mengalami penurunan kualitas hidup (QOL) karena stres psikologis dan
kecemasan/depresi komorbiditas yang disebabkan oleh ancaman penglihatan. Stres
dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol endogen pada gilirannya dapat
menyebabkan peningkatan TIO.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi intervensi
prospektif acak dengan menggunakan 60 sampel dan dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu 30 responden dengan kelompok intervensi dan 30 responden. Pasien
dialokasikan untuk kelompok 1, menjalani MBSR di samping terapi medis rutin
dilakukan selama 21 hari dari jam 10 hingga 11 pagi. Pasien dalam kelompok 2
disarankan untuk melanjutkan obat seperti sebelumnya dan dijadwalkan untuk
operasi setelah 3 minggu.
Hasil yang didapatkan setelah 3 minggu MM perubahan TIO dengan
probabilitas kriteria a <15 mmHg dan >5 mmHg, kriteria b <12 mmHg dan
>5mmHg dengan hipotensi ocular yang sedang berlangsung obat-obatan setelah 3
minggu, kriteria keberhasilan A pada kelompok 1 disarankan untuk melanjutkan
MBSR di rumah sampai 9 minggu. Jika pasien yang tidak memenuhi kriteria
25
keberhasilan A pada kelompok 1 dan kelompok 2, menjalani trabekulektomi
dengan Mitomycin-C (MMC) oleh ahli bedah tunggal. TIO dinilai ulang pada 6
minggu setelah operasi.
Meditasi MBSR dilakukan selama 45 menit, meditasi yang dilakukan
mengamati napas dengan memusatkan perhatian kita pada aliran udara alami yang
masuk dan keluar dari tubuh.
Waktu 3 minggu
a) Kelompok 1: terjadi penurunan TIO yang signifikan dari 20,16 dengan 3,3 mm
menjadi 15,05 dengan 2,49 mm, rata-rata presentasi penurunan TIO adalah
23,34% hingga 86% pasien di kelompok 1 menunjukkan penurunan TIO >15%,
diantaranya 33,33% menunjukkan >25%, setelah tiga minggu ada penurunan
yang signifikan dalam skor GQL-15.
b) Kelompok 2: tidak terjadi penurunan yang signifikan dari 21,29 dengan 5,65
mm menjadi 20,05 dengan 5,85 mm, rata-rata penurunan TIO hanya 5,82%,
setelah 3 minggu tidak ada penurunan yang signifikan dalam skor GQL-15.
Waktu 9 minggu
a) Kelompok 1: pasien yang berhasil pada kelompok 1 dan melanjutkan MBSR di
rumah (kelompok meditasi-tanpa operasi) bersamaan dengan perawatan medis,
mempertahankan TIO pada 9 minggu, paien yang menjalani trabekulektomi
(kelompok meditasi-bedah). Pada 9 minggu kelompok 1 mencapai
keberhasilan 73% pada 6 minggu pasca trabekulektomi menunjukkan lebih
baik hasil dalam trabeulektomi pasca MBSR. Tidak ada pasien di kedua
kelompok yang diperlukan lisis jahitan.
b) Kelompok 2: rata-rata TIO sebanding, Pada 9 minggu kelompok 2 mencapai
keberhasilan 53% pada 6 minggu pasca trabekulektomi menunjukkan lebih
baik hasil dalam trabeulektomi pasca MBSR. Tidak ada pasien di kedua
kelompok yang diperlukan lisis jahitan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa, dengan setiap 1 mmHg penurunan
TIO risiko glaukoma progresi berkurang 10%. Dengan mempertimbangkan angka-
angka di atas, hasil studi ini dengan penurunan TIO hampir 5 mmHg diterjemahkan
memiliki dampak yang sangat besar pada perjalanan penyakit. Ini sangat penting
untuk penyakit galukoma yang memiliki prevalensi tinggi, bersifat progresif dan
memberikan beban ekonomi yang besar pada masyarakat.

26
5) Meditation Enhances Brain Oxygenation, Upregulates BDNF and Improves
Quality of Life in Patients With Primary Open Angle Glaucoma: A Randomized
Controlled Trial
Peningkatan TIO adalah faktor risiko paling penting yang dapat
dimodifikasi untuk glaukoma. Penurunan aliran darah otak dan saraf optik telah
terbukti terkait dengan epitopatogenesis glaukoma yang menunjukkan bahwa
glaukoma mungkin merupakan salah satu manifestasi vaskular umum. Seorang
pasien dengan glaukoma hidup di bawah tekanan psikologis yang dapat
berkembang menjadi depresi dan stres lebih lanjut dapat mempercepat glaukoma,
maka stress pada pasien galukoma mampu menyebabkan kualitas hidup yang buruk
(QOL). Karena pasien dengan glaukoma membutuhkan obat seumur hidup, hidup
dibawah kecemasan dan ketakutan terus-menerus, kehilangan penglihatan, dan
akibatnya kualitas hidup yang buruk. Ini telah menyebabkan pencarian bentuk
pengobatan komplementer yang selain mengurangi perkembangan glaukoma juga
akan mengatasi masalah tambahan ini.
Meditasi merupakan modalitas yang diterima dengan baik dalam
mengurangi stres dan kecemasan untuk membawa rasa tenang. Pengurangan stres
berbasis mindfulness (MBSR) adalah jenis meditasi dimana napas digunakan
sebagai objek kesadaran. Meditasi mindfulness meningkatkan aliran darah otak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi intervensi prospektif acak
dengan menggunakan 60 sampel dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 30
responden dengan kelompok intervensi dan 30 responden dengan kelompok kontrol
dengan hasil yang didapatkan yaitu :
Intervensi dilakukan selama 6 minggu setiap sesi dilakukan selama 45 menit
setiap hari di pagi hari antara jam 9 sampai jam 10 pagi.
a. Kelompok intervensi
Setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu rata-rata tingkat TIO
menurun secara signifikan sekitar 40% pada kelompok yang menjalani
intervensi. Kualitas hidup meningkat secara signifikan pada kelompok
intervensi.
b. Kelompok kontrol
Setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu rata-rata tingkat TIO
menurun tidak signifikan sekitar 10-15%, kualitas hidup tidak meningkat secara
signifikan.
27
Stres dan glaukoma memiliki hubungan dua arah yang masing-masing
memperburuk efek yang lain. Meditasi yang digunakan merupakan salah satu
intervensi yang sesuai yang ditujukan untuk mematahkan penguatan timbal balik
dan memberikan ketenangan psikologis dan fisiologis kepada pasien. Hampir
semua pilihan pengobatan saat ini yang tersedia untuk glaukoma ditunjukkan
untuk menurunkan TIO dengan farmakologis. Penurunan 1 mmHg pada TIO telah
terbukti menurunkan risiko perkembangan glaukoma sebesar 10%, maka
meditasi juga dapat menurunkan perkembangan galukoma dengan menurunkan
TIO.
Meditasi dapat digunakan sebagai modalitas untuk mencegah
perkembangan glaukoma dengan meningkatkan aliran darah otak di berbagai
bagian otak. Seperti yang telah disebutkan, POAG telah dikaitkan dengan stres
psikologis, kecemasan, dan kualitas hidup yang buruk. Dalam penelitian ini
pasien POAG yang menjalani meditasi menunjukkan kualitas hidup yang
signifikan dibandingkan dengan kontrol. Kortisol dilepaskan pada stress akut dan
juga ditemukan meningkat pada kondisi stres kronis. Kortisol serum telah
ditemukan menurun pada individu sehat setelah meditasi kesadaran jangka
pendek. Meditasi jangka pendek telah ditemukan untuk menurunkan kadar IL-6
pada pasien dengan kondisi inflamasi kronis.

28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Meditasi Mindfullness Based Stress Reduction (MBSR) dinilai efektif untuk
menurunkan Tekanan Intra Okular, dengan meditasi yang dilakukan kepada pasien
glaukoma terlah terbukti meningkatkan aliran darah ke otak sehingga jika pasien glaukoma
melakukan meditasi dengan jangka pendek mampu meningkatkan aliran darah di insula
dan korteks cingulate anterior serta mampu meningkatkan variabilitas denyut jantung yang
merupakan tanda penurunan simpati dan peningkatan aktivitas parasimpatis.
Meditasi merupakan modalitas yang diterima dengan baik dalam mengurangi stress
dan kecemasan dan untuk membawa rasa tenang. Pengurangan stress berbasis mindfulness
(MBSR) adalah jenis meditasi dimana napas digunakan sebagai objek kesadaran. Meditasi
mindfulness meningkatkan aliran darah otak. Tindakan meditasi dilakukan selama 6
minggu setiap sesinya selama 45 menit setiap hari dipagi hari antara jam 9 hingga jam 10
pagi.

B. Saran
1. Saran Teoritis
Hasil literature review ini dapat menjadi sumber informasi serta dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai meditasi MBSR terhadap Penurunan
Tingkat Intra Okular (TIO) pada pasien dengan glaukoma Primary Open Angle
Glaucoma.
2. Saran Praktik
a. Bagi Institusi (STIKes Budi Luhu Cimahi)
Literature review ini diharapkan dapat menambah referensi serta reviewers dapat
memberikan praktik meditasi MBSR pada pasien dengan glaukoma POAG.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Literature review ini diharapkan dapat menambah referensi serta masukan untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan sebaiknya tenaga kesehatan mempelajari
meditasi MBSR dengan seksama.
c. Bagi Masyarakat
Literature review ini diharapkan dapat menambah referensi serta masyarakat yang
mengalami glaukoma POAG dapat mempraktikkan dengan mandiri di rumah
meditasi MBSR.
29
DAFTAR PUSTAKA

[1] Gupta N, Yücel YH. Glaukoma sebagai penyakit neurodegeneratif. Curr Opin Oftalmol.
2015 Mar; 18(2):110-4.
[2] Faiq MA, Dada R, Kumar A, Saluja D, Dada T. Otak: Target Diagnostik dan Terapi
Potensial untuk Glaukoma. Target Obat Gangguan Neurol SSP. 2016; 15(7):839-44.
[3] Tham YC, Li X, Wong TY, Quigley HA, Aung T, Cheng CY. Prevalensi global glaukoma
dan proyeksi beban glaukoma hingga 2040: tinjauan sistematis dan meta-analisis.
Oftalmologi. 2014 Nov; 121(11):2081-90.
[4] Josef Flammer, Katarzyna Konieczka, Andreas J Flammer. Sindrom disregulasi vascular
primer: implikasi untuk penyakit mata. EPMA J. 2014; 4(1): 14.
[5] Robert N. Weinreb, Tin Aung, Felipe A. Medeiros. Patofisiologi dan Pengobatan
Glaukoma. JAMA. 2014 14 Mei; 311(18): 1901–1911.
[6] Garam TE, Cordeiro MF. Eksitotoksisitas glutamat pada glaukoma: Membuang bayi
dengan air mandi? Mata (London). 2014 Juni; 20(6): 730–732.
[7] Dekeyster E, Geeraerts E, Buyens T, Van den Haute C, Baekelandt V, De Groef L,
Salinas-Navarro M, Moons L. Mengatasi Glaukoma dari dalam Otak: Interaksi BDNF
dan TrkB yang Tidak Menyenangkan. PLoS Satu. 2015 Nov 11; 10(11):e0142067. doi:
10.1371/journal.pone.0142067. eKoleksi 2015.
[8] Rachel S. Chonga, Keith R. Martina. Interaksi sel glial dan glaukoma. Curr Opin Oftalmol.
2015 Maret; 26(2): 73–77.
[9] Cavet ME, Vittitow JL, Impagnatiello F, Ongini E, Bastia E. Nitric oxide (NO): target
yang muncul untuk pengobatan glaukoma. Investasikan Oftalmol Vis Sci. 2014 Agustus
14; 55(8):5005-15. doi: 10.1167/iovs.14-14515.
[10] Lim NC, Fan CH, Yong MK, Wong EP, Yip LW. Penilaian Depresi, Kecemasan, dan
Kualitas Hidup pada Pasien Singapura Dengan Glaukoma. J. Glaukoma. 2016
Juli; 25(7):605-12. doi: 10.1097/IJG.0000000000000393
[11] Gerard Sanacora, Giulia Treccani, Maurizio Popoli. Perbatasan yang muncul dari
neuropsikofarmakologi untuk gangguan mood. Menuju hipotesis glutamat depresi.
Neurofarmakologi. 2014 Januari; 62(1): 63–77.
[12] Francesca Cirulli, Nadia Francia, Alessandra Berry, Luigi Aloe, Enrico Alleva, Stephen
J. Suomi. Stres kehidupan awal sebagai faktor risiko kesehatan mental: Peran neurotropin
dari hewan pengerat hingga primata non-manusia. Neurosci Biobehav Rev. 2014 Apr;
33 (4): 573–585.
[13] Calcia MA, Bonsall DR, Bloomfield PS, Selvaraj S, Barichello T, Howes OD. Stres dan
peradangan saraf: tinjauan sistematis tentang efek stres pada mikroglia dan implikasinya
terhadap penyakit mental. Psikofarmakologi (Berl). 2016; 233: 1637-1650.
[14] Kutz I, Borysenko JZ, Benson H. Meditasi dan psikoterapi: alasan untuk integrase
psikoterapi dinamis, respons relaksasi, dan meditasi kesadaran. Am J Psikiatri. 2015 Jan;
142 (1):1-8.
[15] Edenfield TM, Saeed SA. Pembaruan tentang meditasi kesadaran sebagai pengobatan
swadaya untuk kecemasan dan depresi. Psychol Res Perilaku Manajer. 2014; 5: 131–141.
[16] Turakitwanakan, Mekseepralard, Busarakumtragul. Pengaruh meditasi kesadaran pada
kortisol serum mahasiswa kedokteran. J Med Assoc Thai. 2013 Jan; 96 Suppl 1:S90-5.
[17] Tang YY, Lu Q, Feng H, Tang R, Posner MI. Meditasi jangka pendek meningkatkan aliran
darah di anterior cingulate cortex dan insula. Psikolog Depan. 2015; 6: 212.
[18] Britta K. Hölzel, Carmody J, Vangel M, Congleton C, Yerramsetti SM, Gard T, Lazara
SW. Latihan mindfulness mengarah pada peningkatan kepadatan materi abu-abu otak
regional. Psikiatri Res. 2016 30 Januari; 191(1): 36–43.
[19] Nicolás Fayed, del Hoyo YL, Andres E, Serrano-Blanco A, Juan Bellón J, Aguilar K,
Cebolla A, Garcia-Campayo J. Perubahan Otak pada Meditator Zen Jangka Panjang
Menggunakan Spektroskopi Resonansi Magnetik Proton dan Pencitraan Tensor Difusi:
Sebuah Studi Terkendali. PLoS Satu. 2013; 8 (3): e58476.
[20] Khalsa, DS (2015). Stres, Meditasi, dan Alzheimer Pencegahan Penyakit: Dimana
Buktinya Berdiri. Jurnal Penyakit Alzheimer: JAD, 48(1), 1-12.
https://doi.org/10.3233/JAD-142766
[21] Chen, WW, Wang, N., Cai, S., Fang, Z., Yu, M., Wu, Q., & Gong, Q. (2013).
Abnormalitas Otak Struktural pada Pasien dengan Glaukoma Sudut Terbuka Primer:
Studi dengan Pencitraan MR 3T. Oftalmologi Investigasi, & Ilmu Visual, 54 (1), 545-
554. https://doi.org/10.1167/iovs.12-9893
[22] Bola, M., Empedu, C., Moewes, C., Fedorov, A., Hinrichs, H., & Sabel, BA (2014).
Kerusakan dan pemulihan jaringan konektivitas fungsional otak pada
kebutaan.Neurologi, 83(6), 542-551. https://doi.org/10.1212/WNL.0000000000000672
[23] Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Glaukoma. Infodatin: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI [Internet]. 2015; 1–6. Available from:
https://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources /download/
pusdatin/infodatin/infoDatin_glaukoma_2019.pdf
[24] Wening Wardhoyo Ungaran Kabupateen. Jurnal. Volume 1, No. 2: 111-118 Wilson, Paul.
2016. Teknik Hening (Meditasi tanpa Mistik). Jakarta: Erlangga
[25] Subandi, M.A. 2017. Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar &
Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM
[26] Baskara. Adya. 2016. Kecerdasan Emosi Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Program
Meditasi. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Vol 35. No. 2: 101-115
[27] Prayitno, Budi. 2014. Meditasi: Penyembuhan dari Dalam. Yogyakarta: FlashBooks
[28] Greenbergh, Jerrold S. 2015. Comprehensive Stress Management. McGraw-Hill: New
York.
[29] Prabowo, Hendro. 2016. Beberapa Manfaat Meditasi dan Pengalaman Altered Stated of
Consciousness. Jurnal. Universitas Gunadarma. Vol 12. No 2: 97- 101
[30] Modul Pembelajaran Komplementer, Insan Cendekia Medika Jombang, 2019
[31] Acarya, Avadhutika anandamitra. 2014. MEDITASI: Melampaui Batas Kesadaran
Supra. Persatuan Ananda Marga Indonesia: Jakarta Barat
[32] Effendi, Tjiptadinata. 2016. Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda. Jakarta:
Gramedia

Anda mungkin juga menyukai