Oleh ;
Sukendar
Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Serang Raya
ABSTRACT
This paper discusses how Indonesia sees and interprets human rights, what
distinguishes it from view of liberal democracy and how the implementation of human
rights in Indonesia today. In the study it can be concluded that 1. The development seen
today the implementation of a new human rights in Indonesia at this stage of the policy has
not been part of the basic foundations of national life to be a factor of integration or union,
2. Today, in the Indonesia human rights diplomacy has several more steps advanced
compared to some ASEAN countries, 3. at international level, Indonesia has also been a
party to six of the seven top UN Covenant. These six major human rights convention is
Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR), International Covenant Ekososbud
(ICESCR), the Convention Against Torture (CAT), Convention on the Rights of the Child
(CRC), the Convention Penghapusam Discrimination against Women (CEDAW), the
Convention on the Elimination of Racial Discrimination (CERD)
Keyword: Human Rights, The Indonesian Foreign Policy
70
Sukendar, Hak Asasi Manusia dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia 71
Perang Dunia II, dimana terjadi banyak masalah HAM, intervensi humaniter,
pelanggaran HAM, masyarakat demokrasi dan demokratisasi, “good
internasional dalam Perserikatan Bangsa governance”, lingkungan hidup, dan lain-
Bangsa sepakat untuk membuat lain. Keempat, setiap bangsa, negara dan
pengaturan internasional agar tidak lagi lembaga internasional, termasuk
terjadi pelanggaran HAM yang tidak Indonesia tanpa kecuali, harus
dapat ditolerir. Lahirnya di tahun 1948, 30 menyesuaikan diri pada konstelasi global
4
pasal Universal Declaration of Human yang telah berubah dan yang sedang
Right (UDHR). Walaupun deklarasi ini terus berubah sedemikian drastisnya.
tidak memiliki kekuatan hukum
internasional yang memaksa, namun III. HAM di Indonesia dalam
disadari bahwa deklarasi ini secara Pelaksanaan
implisit memberi pembatasan pada
gagasan state sovereignty yang absolut. Terdapat batasan tentang Hak Asasi
Salah satu aspek yang perlu dikaji Manusia. Hendarmin Ranadireksa (2002 :
mengenai politik luar negeri Indonesia 139) memberikan definisi tentang Hak
adalah pemahaman akan kinerja Asasi Manusia pada hakekatnya adalah
implementasi kebijakan luar negeri seperangkat ketentuan atau aturan untuk
Indonesia. Paling tidak ini akan dapat melindungi warga negara dari kemungkinan
mengarahkan kita pada bagaimana penindasan, pemasungan dan atau
proyeksi tingkah laku Indonesia di pembatasan ruang gerak warga negara oleh
lingkup masyarakat internasional ke negara. Artinya, ada pembatasan-
depan serta implikasi kebijakan apa pembatasan tertentu yang diberlakukan
yang kiranya perlu dirumuskan oleh pada negara agar hak warga negara yang
para pemangku kepentingan nasional. paling hakiki terlindungi5 dari kesewenang -
Dewasa ini Indonesia sebagai wenangan kekuasaan. Menurut Mahfud MD,
sebuah entitas negara-bangsa sedang Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat
memasuki suatu era yang ditandai oleh pada martabat manusia sebagai makhluk
saling ketergantungan (interdependensi) ciptaan Tuhan, dan hak tersebut dibawa
antar-bangsa yang semakin mendalam, manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga
saling keterkaitan antar-masalah yang hak tersebut bersifat fitri (kodrati),
semakin erat, serta proses globalisasi, 6
bukan merupakan pemberian manusia
khususnya dalam perekonomian dunia atau negara. Dari dua pendapat tersebut,
yang semakin menyeluruh, dipacu oleh dapat diambil kesimpulan bahwa Hak
kemajuan-kemajuan pesat dalam ilmu Asasi Manusia adalah hak dasar yang
pengetahuan dan teknologi, terutama melekat pada setiap individu sejak
teknologi komunikasi dan informasi. dilahirkan ke muka bumi dan bukan
Dalam perspektif tatanan politik merupakan pemberian manusia atau
dunia kontemporer, Indonesia juga sedang negara yang wajib dilindungi oleh negara.
berada dalam arus empat kecenderungan Negara, pemerintah, atau organisasi
mendasar. Pertama, menguatnya gejala apapun mengemban kewajiban untuk
saling ketergantungan antar negara dan mengakui dan melindungi hak asasi manusia
saling keterkaitan antar-masalah global di pada setiap manusia tanpa terkecuali. Ini
berbagai bidang seiring dengan semakin berarti bahwa hak asasi manusia harus
menguatnya arus serta dampak globalisasi selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam
dengan segala implikasinya, baik yang penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
positif maupun negatif. berbangsa, dan bernegara. Dalam penjelasan
Kedua, meningkatnya peran aktor- umum Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
aktor non-pemerintah dalam tata hubungan Tentang Hak Asasi Manusia, menyatakan
antar negara. Ketiga, menguatnya isu-isu bahwa sejarah bangsa Indonesia hingga kini
baru dalam agenda internasional, seperti mencatat berbagai penderitaan,
kesengsaraan dan
4
UDHR adalah sebuah pernyataan yang bersifat anjuran yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB (A/RES/217,
10 Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris). Pernyataan ini terdiri dari 30 pasal yang menggarisbesarkan
pandangan Majelis Umum PBB tentang jaminan hak-hak asasi manusia (HAM) kepada semua orang.
5
Suwandi. Instrumen dan Penegakan HAM di Indonesia. 2005. Bandung : PT. Refika Aditama.hlm.39
6 Mahfud M.D., Moh. 2001. Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukendar, Hak Asasi Manusia dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia 73
d)
Hak Pikiran dan hati nurani, tentang apa yang disangkakan
e)
Hak beragama, dan apa yang didakwakan.
f)
Hak untuk tidak diperbudak, c) Hak untuk memberikan
g)
Hak untuk diakui sebagai pribadi keterangan secara bebas kepada
dan persamaan di hadapan hukum, penyidik dan hakim.
dan hak untuk tidak dituntut atas d) Hak untuk mendapat juru bahasa.
dasar hukum yang berlaku surut. e) Hak untuk mendapat bantuan
Penegakan Hukum Pidana hukum pada setiap tingkat
merupakan salah satu perwujudan pemeriksaan.
penegakan HAM oleh pemerintah, karena f) Hak menghubungi dokter bagi
melindungi HAM korban dan tersangka yang sakit.
masyarakat/kepentingan umum. Namun, g) Hak tersangka atau terdakwa
apabila dalam menegakkan upaya paksa menuntut ganti rugi, dsb.
dalam proses penegakan HAM tersebut Perlindungan HAM dapat dilakukan
oleh penegak hukum terjadi pelanggaran di Pengadilan dan di luar pengadilan. Pada
atau tidak sesuai prosedur yang pengadilan, yaitu Pengadilan umum,
ditentukan UU, maka terjadi apa yang Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan
disebut “Pelanggaran HAM”. Militer, Mahkamah Agung, dan Mahkamah
14
Pelanggaran HAM yaitu Konstitusi.
perbuatan orang atau sekelompok orang Sedangkan di luar pengadilan oleh:
termasuk aparat negara baik sengaja a) Komnas HAM (Komisi Nasional
atau tidak atau kelalaian secara melawan HAM).
hukum mengurangi / menghalangi / b) KPAI (Komisi Perlindungan
membatasi / mencabut HAM seseorang / Anak Indonesia).
kelompok orang yang dijamin oleh UU c) Komisi Ombudsman, yaitu komisi
dan tidak mendapat / dikhawatirkan untuk mengawasi jalannya
tidak memperoleh penyelesaian hukum birokrasi pemerintahan.
yang adil dan benar. d) Komisi Pemberantasan Korupsi
Upaya paksa yang rawan terjadi (KPK)
pelanggaran HAM yaitu : e) Komisi Pemilihan Umum (KPU),
a) Penangkapan dsb.
b) Penahanan Tuntutan penegakan dan penghormatan
c) Penggeledahan HAM dari hari ke hari semakin meningkat.
d) Penyitaan Hal ini ditandai dengan desakan masyarakat
Van Aperldoorn melihat dalam peristiwa untuk menyeret pelaku kejahatan taua
pidana (strafbaar feit) suatu pelanggaran tata pelanggaran HAM ke depan pengadilan.
tertib hukum (rebhtorde) umum dan tidak Misalnya dalam kasus Semanggi I & 2
melihat dalam peristiwa pidana itu suatu (1998), Sampit (2001), Ambon (1999), Poso
pelanggaran kepentingan-kepentingan (1998), Ahmadiyah (2007–2008) dan lain
12 sebagainya. Mengatasi masalah ini MPR
khusus (bijzondere belangen) dari para
individu. Oleh sebab itu penuntutan mengeluarkan TAP MPR-RI Nomor
peristiwa pidana tersebut tidak dapat XVII/MPR/1998, tanggal 13 November 1998
diserahkan kepada individu yang dirugikan tentang HAM yang menugaskan kepada
oleh peristiwa pidana itu, tetapi peuntutan Lembaga – Lembaga Tinggi Negara dan
itu harus dijalankan oleh pemerintah. seluruh aparatur pemerintahan untuk
Hak – hak tersangka atau terdakwa13diatur menghormati, menegakkan dan
oleh KUHAP Pasal 50 - 68, meliputi : menyebarluaskan pemahaman mengenai
a) Hak untuk segera diperiksa, HAM kepada seluruh masyarakat (Pasal 1).
diajukan di pengadilan, dan diadili. Selanjutnya menugaskan kepada Presiden
b) Hak untuk mengetahui dengan jelas RI dan DPR untuk meratifikasi berbagai
dan bahasa yang dimengerti olehnya instrument PBB tentang HAM, sepanjang
12Mr. Drs. E Utrecht. Hukum Pidana I. 1958. Bandung. Hlm 57.
13Prof.Dr. jur. Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia. 2008. Jakarta : Sinar Grafika. Hlm 65.
14
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. 2010.
Jakarta : Sinar Grafika. Hlm xvi.
76 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 2, Jan - April, halaman 70 - 76