Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ONE HEALTH
SEJARAH DAN KONSEP ONE HEALTH

Oleh
Kelompok 1
Diah Ayu puji lestari 1710912220015

Badria Anggraina 1710912320008

Nooraisha Zulfa 1710912320045

Marcselino Pradayuna Mambang 1710912310030

Siti Warda 1810912220021

Abdul wahid 1810912110016

Santi 1810912220003

Muhammad Fauzi Zain 1810912210017

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Negara yang baik adalah negara yang menghormati nilai-nilai dari demokrasi.
Suatu bangsa dapat disebut demokratis apabila bangsa tersebut memberi kebebasan
kepada masyarakat untuk berpolitik dengan memberikan partisipasi berupa
perserikatan, informasi dan komunikasi, memberikan ruang untuk berkompetensi
secara sehat dan damai, serta tidak melarang siapapun dan dari golongan apapun
untuk berkompetensi dalam memperebutkan jabatan politik.
Salah satu sarana yang diberikan pemerintah untuk merealisasikan demokrasi
dalam berpolitik adalah Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung atau Pemilukada
Langsung. Pemilukada Langsung adalah pemilihan umum yang diselenggarakan
untuk memilih kepala daerah atau pemimpin di tingkat daerah secara langsung.
Pemilukada Langsung ini dianggap masyarakat merupakan bentuk dari demokrasi
yang nyata karena masyarakat dapat terlibat langsung di proses pemilihan.
Namun dengan seiring berjalannya waktu dalam pelaksanaan Pemilukada
Langsung yang telah dilakukan sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 banyak terjadi insiden-insiden yang cukup meresahkan dalam sistem
politik di Indonesia sehingga menimbulkan pro dan kontra.
Dalam pelaksanaannya Pemilukada Langsung dikhawatirkan seringkali terjadi
pengeluaran anggaran yang sia-sia dikarenakan membengkaknya biaya yang
dikeluarkan pemerintah dalam penyelenggaraan pesta demokrasi. Selanjutnya
Pemilukada Langsung juga dikhawatirkan rentan akan terjadinya Money Politic atau
suap menyuap sehingga merusak pola pikir, karakteristik, dan mental masyarakat,
belum lagi munculnya insiden penggugatan antar tiap peserta Pemiliukada Langsung
ke MK mengenai masalah kecurangan-kecurangan dari salah satu atau beberapa
peserta dan hasilnya.
Di lain sisi keikutsertaan politik masyarakat dalam Pemilukada Langsung justu
menurun sebagai dampak kejenuhan masyarakat dengan banyaknya kegiatan
mengenai pemilihan umum maupun kampanye dari setiap peserta pemilihan umum
sehingga pada saatnya memilih masyarakat menjadi enggan memberikan suaranya.
Selanjutnya masyarakat yang memilih untuk menjadi golongan putih (golput) pun
turut meningkat sebagaimana yang telah terjadi di sejumlah pemilihan umum yang
berlangsung di beberapa daerah, walaupun begitu golput bukanlah hal yang jarang
ditemukan dalam perpolitikan di Indonesia karena memang telah banyak terjadi.
Misalnya yang terjadi pada masa Orde Baru, gerakan golput dikumandangkan para
pemuda dan mahasiswa yang memprotes penyelenggaraan Pemilu 1971 ketika politik
lebih bersifat lebih diarahkan di bawah rezim yang. Oleh karena itu Pemilukada
Langsung yang diselenggarakan harus dengan mempertimbangan dampak positif
maupun negatifnya.
Dari kenyataan seperti yang digambarkan diatas maka penulis menulis makalah
ini untuk mencermati dan mengkaji terkait dampak positif maupun negatif dari sistem
Pemilukada Langsung dengan judul “Dampak Positif dan Negatif Dari Sistem
Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara Langsung di Indonesia.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari One Health?
2. Bagaimana identifikasi konsep utama dan deskripsi dalam konteks histori?
3. Apa perbedaan konsep One Health dengan eco Health, Kesehatan Ekosistem
(Ecosystem Health), Kesehatan global dan kesehatan lingkungan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk menjelaskan sejarah dan konsep
dari One Health.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam makalah ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui definisi One Health.
b. Untuk mengetahui identifikasi konsep utama dan deskripsi dalam konteks
histori.
c. Untuk mengetahui perbedaan konsep One Health dengan eco Health,
Kesehatan Ekosistem (Ecosystem Health), Kesehatan global dan kesehatan
lingkungan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sejarah dan
konsep dari One Health.
2. PSKM FK ULM
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan
oleh program studi kesehatan masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kualitas
promosi upaya kolaborasi kesehatan dan meningkatkan citra positif program studi
kesehatan masyarakat.
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Definisi One Health

Sumber : Biomed central


One Health merupakan aktivitas global yang penting berdasarkan konsep
bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan atau ekosistem bersifat saling
bergantung antara satu sama lain. Sehingga tenaga profesional yang bekerja dalam
satu lingkup area tersebut, dapat memberikan pelayanan yang terbaik dengan cara,
saling berkolaborasi untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Dimana dalam hal
ini mengenai semua faktor yang terlibat dalam penyebaran penyakit, kesehatan
ekosistem, serta kemunculan patogen baru dan agen zoonotik, juga kontaminan dan
toksin lingkungan yag dapat menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortalitas,serta
berdampak pada pertumbuhan sosioekonomik, termasuk pada negara berkembang.
Karena peran dan pengaruh onehealth sangat penting bagi masyarakat, lingkungan
maupun makhluk hidup lainnya. American Veterinary Medical Association
mendifinisikan one health sebagai suatu usaha kolaborasi antara berbagai disiplin
ilmu yang bekerja sama baik di tingkat lokal, nasional, dan global dalam rangka
mencapai kesehatan yang optimal baik pada manusia, hewan, lingkungan. Pengertian
ini mendiskripsikan mengenai pengendalian penyakit pada hewan, manusia melalui
kerjasama lintas disiplin keilmuan dengan strategi pendekatan keseimbangan
ekosistem. Pendekatanterintegrasi melalui konsep one heaalth memerlukan ilmu
sosial yang akan mengintegrasikan informasi kesehatan manusia dan kesehatan
hewan (7,8).
Dari kacamata seorang sosiolog, hewan merupakan bagian dari kehidupan
dimana keberadaannya secara fisik dan biologi merupakan bagian dari ekosistem
manusia dan lingkungannya. Kerangka acuan kesehtan pada konsep one health
diperluas dengan semakin banyak yang melakukan interaksi kerjasama antara profesi
yang berkecimpung pada lingkungan dan sosial. Konsep one health merupakan
upaya-upaya pencegahan penyakit melalui kegiatan perencanaan strategis
menghadapi penyakit yang berasal dari hewan dan menular ke manusia atau
sebaliknya yang telah dan di teliti dari berbagai kacamata keilmuan. Program
pengandalian penyakit dapat dilakukan secara bersama-sama dan terintegritasi
sehingga tidak ada kesenjangan antara kesehatan hewan dan kesehatan manusia dan
profesi yang lainnya (7,8).
One Health bukanlah sebuah konsep baru, tetapi menjadi lebih penting dalam
beberapa tahun belakangan ini. Selama 100 tahun lalu, banyak faktor yang berubah
dalam interaksi antara manusia, hewan dan lingkungan. Faktor-faktor ini, termasuk
globalisasi, urbanisasi dan industrialisasi, yang telah menyebabkan munculnya dan
kemunculan kembali banyak penyakit. Menurut (Barrett and Osofsky. 2013) bahwa
one health merupakan upaya kolaboratif dari berbagai disiplin yang bekerja di tingkat
lokal, nasional, dan global untuk mencapai kesehatan yang optimal untuk manusia,
hewan, dan lingkungan kita. Sedangkan menurut (American Veterinary Medical
Association. 2008) one health merupakan upaya integratif dari berbagai disiplin yang
bekerja di tingkat lokal, nasional, dan global untuk mencapai kesehatan optimal untuk
manusia, hewan, dan lingkungan. (7,8).
One Health adalah gerakan global untuk mempromosikan upaya-upaya
kolaborasi antara profesional terkait kesehatan yang berbeda dan paraprofesional
yang membantunya termasuk bidang kedokteran, kedokteran hewan, kedokteran gigi,
keperawatan dan ilmu kesehatan lainnya serta ilmu yang terkait lingkungan. One
Health telah didefinisikan sebagai "suatu upaya kolaboratif dari berbagai disiplin,
lokal, nasional, dan global - untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi manusia,
hewan dan lingkungan kita (8,9).

B. Identifikasi Konsep Utama dan Deskripsi dalam Konteks Histori


1. Sejarah One Health

Walaupun istilah “One Health” tergolong baru, konsepnya telah lama dikenal
baik secara nasional maupun global. Sejak tahun 1800-an, para ilmuwan telah
menemukan kesamaan dalam proses kejadian penyakit antara hewan dan manusia,
tetapi kedokteran manusia dan kedokteran hewan dipraktikkan secara terpisah hingga
abad ke-20. Beberapa tahun terakhir, melalui dukungan individu-individu kunci dan
peristiwa-peristiwa penting, konsep One Health telah mendapat pengakuan lebih di
komunitas kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan (10)
Sejarah one healthdalam (SEAOHUN. 2014), yaituterdapat tokoh dan peristiwa
penting yaitu pada tahun 1821-1902: Virchow menemukan hubungan antara
kesehatan manusia dan hewan. Rudolf Virchow, MD, adalah salah seorang dokter
paling terkemuka pada abad ke-19. Dr. Virchow merupakan seorang ahli patologi asal
Jerman yang tertarik dengan hubungan antara kedokteran manusia dan kedokteran
hewan ketika mempelajari cacing gelang, Trichinella spiralis, pada babi. Dia
menciptakan istilah “zoonosis” untuk mengindikasikan sebuah penyakit infeksius
yang ditulakan antara manusia dan hewan. Pada karir di bidang medis, Dr. Virchow
bekerja di beberapa posisi parlementer dan mengadvokasi pentingnya peningkatan
pendidikan kedokteran hewan. Dia menekankan, “Di antara pengobatan hewan dan
manusia tidak terdapat garis pemisah dan seharusnya memang tidak ada. Objeknya
berbeda tetapi pengalaman yang diperoleh merupakan dasar dari seluruh
pengobatan.” Selanjutnya pada tahun 1849-1919: William Osler, bapak patologi
kedokteran hewan. Tahun 1947 : Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner didirikan di
CDC. Tahun 1927-2006 : Calvin Schwabe menciptakan istilah “One Medicine” dan
menyerukan pendekatan terpaduuntuk mengatasi zoonosis melalui pemanfaatan
kedokteran manusia dan kedokteran hewan. Tahun 2004: The 6 Wildlife
Conservation Society menerbitkan 12 Prinsip Manhattan yang telah dikembangkan
(10).
Pada Tahun 2007, American Medical Association menyampaikan resolusi One
Health untuk mempromosikan kemitraanantara kedokteran manusia dan kedokteran
hewan, selain itu terdapat Pendekatan One Health direkomendasikan untuk
kesiapsigaan pandemik. Tahun 2008: FAO, OIE dan WHO berkolaborasi dengan
UNICEF, UNSIC dan Bank Dunia untuk mengembangkankerangka kerja strategi
bersama dalam merespon munculnya risiko kemunculan dan kemunculan kembali
penyakit infeksius, dan One Health menjadi pendekatan yang direkomendasikan dan
terealisasi secara politis (10).
Tahun 2009 terbentuk kantor One Health yang dibuka di CDC, USAID
membuat program Emerging Pandemic Threats, Rekomendasi utama untuk One
World, One Health dikembangkan. Tahun 2010: Deklarasi Hanoi, yang
merekomendasikan implementasi One Health lebih luas, disepakati bersama, Para
ahli mengidentifikasi aksi yang jelas dan nyata untuk menggerakkan konsep One
Health darivisi menjadi implementasi, Perserikatan BangsaBangsa dan Bank Dunia
mengusulkan adopsi pendekatan One Health, dan Uni Eropa menegaskan kembali
komitmennya untuk bekerja di bawah payung One Health (11).
Tahun 2011 : Kongres Internasional One Health Pertama diselenggarakan di
Melbourne, Australia, Konferensi One Health Pertama diselenggarakandi Afrika, dan
Pertemuan Teknis Tingkat Tinggi untuk Mengatasi Risiko Kesehatan pada Hubungan
Manusia-Hewan-Ekosistem membangun kemauan politik untuk gerakan One Health.
Tahun 2012 : Global Risk Forum mensponsori Pertemuan Puncak One Health
Pertama. Terakhir pada tahun 2013 Kongres One Health Kedua diselenggarakan
sebagai bagian Konferensi Prince Mahidol Award (11).
C. Perbedaan konsep one heath dengan eco health, kesehatan ekosistem
(ecosystem health), kesehatan global dan kesehatan lingkungan.
1. Konsep One Health

Konsep One Health merupakan satu kesehatan, satu ilmu kedokteran, dan satu
dunia. Konsep One Health ini termasuk strategi di seluruh dunia untuk memperluas
kolaborasi dan komunikasi interdisipliner di semua aspek perawatan kesehatan untuk
manusia, hewan dan lingkungan. Sinergi yang dicapai akan memajukan perawatan
kesehatan untuk abad ke-21 dan selanjutnya dengan mempercepat penemuan
penelitian biomedis, meningkatkan khasiat kesehatan masyarakat, dengan cepat
memperluas basis pengetahuan ilmiah, dan memperbaiki pendidikan medis dan
perawatan klinis. Bila diterapkan dengan benar, ini akan membantu melindungi dan
menyelamatkan jutaan kehidupan di generasi sekarang dan masa depan kita (10).
Konsep One Health mengetahui bahwa kesehatan manusia berhubungan dengan
kesehatan hewan dan lingkungan. CDC menggunakan pendekatan One Health
dengan bekerja bersama dokter, ahli lingkungan, dan dokter hewan untuk memonitor
dan mengawasi ancaman kesehatan melaksanakan hal tersebut dengan mempelajari
bagaimana penyakit menyebar di antara orang, hewan, dan lingkungan (10).
2. Ruang Lingkup One Health

Ruang lingkup dari One Health dapat digambarkan oleh Gibbs dengan sebuah
payung, dimana pada payung ini terdapat cakupan yang sangat luas dan dibawahnya
berisikan berbagai disiplin ilmu yang dapat berkontribusi dalam teori One Health
(10).
Gambar 1.”The One Health Umbrella”,dikembangkan oleh “One Health Sweden” dan
“One Health Initiative”.
Beberapa penulis menganggap bahwa pernyataan “One medicine”, One Health”
dengan “One World, One Health , One Medicine” memiliki arti yang sama. Namun
hal tersebut masih perlu dipertimbangkan. Ada beberapa hal yang memiliki tujuan
serupa dengan teori One health dan dapat dikatakan juga termasuk dalam ruang
lingkup One health sendiri, yaitu one medicine, comparative medicine, translational
medicine, zoobiquity, evolutionary medicine, Berikut adalah beberapa ruang lingkup
dalam menangani one health dan sesuai dalam gambaran Gibbs (11).
1. Dokter hewan : Untuk isu kesehatan hewan dan keamanan pangan,
epidemiologi penyakit pada hewan
2. Dokter : Untuk isu kesehatan manusia, epidemiologi penyakit pada manusia
3. Perawat : Untuk isu kesehatan manusia/komunitas
4. Ahli kesehatan masyarakat : Untuk isu kesehatan komunitas, strategi
pencegahan penyakit, epidemiologi, pengetahuan tentang penyakit menular
5. Ahli epidemiologi : Epidemiologi, pengontrolan penyakit, surveilans, desain
kuesioner
6. Ilmuwan kemargasatwaan : Ekologi kemargasatwaan, zoology
7. Pengobat tradisional : isu kesehatan komunitas, memahami metode pengobatan
tradisional
8. Pemimpin/politisi local : Penting untuk aksi dan dukungan dalam komunitas
local
9. Ahli kesehatan lingkungan : menilai kontaminasi lingkungan, sumberpenyakit,
perubahan factor-faktor lingkungan
10. Ahli ekologi : hubungan antar organism dan komponen yang berhubungandi
lingkungan
11. Ahli ekonomi : Menilai dampak financial dari penyakit dan biaya dari
rekomendasi pengontrolan atau pemberantasan ; uang dan jumlah sering
menjadi sesuatu yang penting bagi politisi
12. Ahli komunikasi : komunikasi resiko, interaksi dengan media, keterlibatan
dengan komunitas
13. Pekerja layanan darurat : untuk kejadian luar biasa atau bencana akut
14. Teknisi laboratorium : untuk konfirmasi organism yang menyebabkan penyakit
15. Ahli farmasi : untuk pengobatan penyakit
16. Ahli logistic : logistic dalam merespon kejadian luar biasa
17. Hubungan masyarakat/pemasaran : untuk interaksi media dan public
18. Spesialis bidang teknologi informasi : untuk teknologi informasi, analisis data,
penyimpanan data dan penyebaran data
19. Ilmuwan social : untuk dinamika budaya dan kelompok yang mempengaruhi
risiko, penularan atau pencegahan.
3. Konsep Eco Health

Konsep ecohealth atau ecosystem health, awalnya diistilahkan dengan


‘medikekosistem’ atau ecosystem medicine, dibangun pada akhir tahun 1970-an
dimana para penelitimulai memperlakukan ekosistem sebagai obyek dari
penelitiannya dan mengamati gejalaumum degradasi ekosistem yang dikarakterisasi
sebagai ‘sindroma gangguan ekosistem’. Ecohealth dapat didefinisikan sebagai
pendekatan sistematis untuk pencegahan, diagnostik dan prognostik aspek
manajemen ekosistem dan untuk memahami hubungan antara kesehatan ekosistem
dan kesehatan manusia. Ecohealth mengkaji perubahan-perubahanlingkungan
biologik, fisik, sosial dan ekonomi dan menghubungkan perubahan-perubahan ini
dengan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Ecohealth mempersatukan berbagai
kalangan mulai dari dokter, dokter hewan, ahli konservasi, ahli ekologi, ahliekonomi,
ahli sosial, ahli perencana dan lain sebagainya untuk secara
komprehensifmempelajari dan memahami bagaimana perubahan ekosistem secara
negatif berdampak kepada kesehatan manusia dan hewan (11).
Pendekatan klasik terhadap kesehatan memisahkan antara dimensi ekonomi,
lingkungan dan masyarakat. Pada kenyataannya pendekatan terhadap
kesehatanmencakup konsep yang lebih luas, yang keluar dari cakupan kesehatan
individu dan melibatkan dimensi ekonomi, lingkungan dan masyarakat.Ekonomi,
lingkungan dan kebutuhan masyarakat akan mempengaruhi kesehatan ekosistem.
Dengan demikian pendekatan ekosistem dalam ecohealth perlu dilihat sebagai
suatuhirarkhi yang saling kait mengait, dimana permasalahan kesehatan tidak bisa
dipisahkan begitu saja dari konteks sosio-ekonomi, lingkungan dan ekologi, baik
dalam skala temporal maupun spasial dari kehidupan manusia (13).
Kerangka pendekatan ekosistem tersebut diatas adalah transdisiplin yang sangat
esensial diperlukan dalam memahami interaksi sosio-ekonomi, lingkungan dan
ekologi yang mengarah kepada munculnya penyakit menular baru. Transdisiplin
dimaksudkan sebagai pengetahuan antar disiplin, lintas disiplin yang berbeda,dan di
luar disiplin individual yang menghasilkan suatu kerangka terpadu baru, sehingga
mampu menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap permasalahan
penyakit yang sedang dikaji (11).
Ecosystem health (ecohealth) merupakan studi dasar mengenai kejadian
penyakit dengan fokus bahwa perubahan ekosistem mempunyai efek pada tingkat
kesehatan manusia. Pengendalian zoonosis dapat dilakukan dengan penerapan
ecohealth yang dapat mempersatukan antara berbagai keilmuan antara lain dokter
manusia, dokter hewan, ahli lingkungan, ekonomi, sosiolog dan analis kebijakan
bersama-sama mempelajari dan memahami bahwa perubahan ekosistem seperti
perubahan biologi, fisik, sosial dan sistem ekonomi. Pengendalian tersebut
diupayakan untuk secara komprehensif mempelajari dan memahami bagaimana
perubahan ekosistem secara negatif berdampak kepada kesehatan manusia dan
hewan.Dalam implementasinya dilakukan berbagai strategi yang meliputi metode
partisipasi dilakukan berbagai strategi yang meliputi metode partisipasi yang
melibatkan seluruh komponen termasuk masyarakat.Konsep ini dikenal dengan
community participatory action (13).
Ecohealth memberikan gambaran mengatasi pengendalian suatu penyakit yang
dipandang dari segi geologi, kebijakan suatu negara, perspektif atau kajian ilmiah dan
faktor budaya. Dasar pelaksanaan prinsip ecohealth adalah berbasis pada partisipasi
masyarakat sehingga keterlibatan seluruh unsur diharapkan dapat menjadi jembatan
dalam pembangunan suatu negara termasuk kerjasama negara maju dan negara
berkembang.Konsep ecohealth diperkenalkan dengan melakukan berbagai penelitian
yang diarahkan pada keseimbangan pembangunan manusia sehingga ekosistem tidak
terganggu (17).
Mengacu pada Peraturan Pemerintah No 30 tahun 2011 tentang pengendalian
zoonosis, pemerintah telah menetapkan 8 langkah strategi pengendalian zoonosis
yaitu (15):
1. Mengutamakan prinsip pencegahan penularan kepada manusia dengan
meningkatkan upaya pengendalian zoonoss pada sumber penularannya.
2. Koordinasi lintas sektoral, sinkronisasi, pembinaan, pengawasan, pemantauan,
dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi dan program.
3. Perencanaan terpadu dan percepatan pengendalian melalui surveilens,
pengidentifikasian, pencegahan, tata laksana kasus dan pembatasan penularan,
penanggulangan wabah atau KLB, dan pandemi serta pemusnahan sumber
zoonosis pada hewan apabila diperlukan.
4. Penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap penularan zoonosis
baru
5. Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan zoonosis.
6. Penguatan kapasitas sumber daya manusia, logistik, pedoman pelaksanaan,
prosedur teknis pengendalian, kelembagaan dan anggaran pengendalian zoonosis.
7. Penguatan penelitian dan pengembangan zoonosis.
8. Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi,
LSM dan organisasi profesi serta pihak-pihak lain.
Ecohealth Alliance merupakan organisasi ilmuwan internasional yang
berdedikasi pada konservasi keanekaragaman hayati.Ecohealth Alliance
memfokuskan upaya pada riset, pendidikan, dan pelatihan inovatif, dan aksesbilitas
padamitra konservasi internasional.Ecohealth Alliance menspesialisasikan diri untuk
menjaga keanekaragamanhayati dalam bioskap yang didominasi manusia di mana
kesehatan ekologi paling rawan karena kehilanganhabitat, ketidakseimbangan spesies,
polusi, dan isu lingkungan yang diakibatkan perubahan yang dilakukanmanusia.
Tugasnya termasuk melakukan penelitian untuk menemukan dan mencari penyebab
timbulnya penyakit seperti SARS, AIDS, penyakit Lyme, virus West Nile, flu burung
dan virus Nipah yang mematikan. Ecohealth Alliance meneliti cara bagi manusia dan
kehidupan alam untuk berbagi untuk ketahanan bersama dengan misi umum untuk
memberdayakan ilmuwan konservasi lokal di seluruh dunia untuk melindungi alam
dan menjaga kesehatan ekosistem dan manusia berdasarkan dari SEAOHUN(2014)
dalam Swacita (2017) (15).
Era globalisasi dengan berbagai efek lanjutannya menstimulasi munculnya
emerging dan re-emerging zoonosis.Pola penyebaran dan penanganan yang belum
sepenuhnya diketahui menjadi kendala dunia dalam menghadapi ancaman
zoonosis.Penyakit yang muncul menunjukkan interaksi yang kompleks antara
manusia, hewan domestik dan satwa liar berssama dengan kerusakan ekosistem yang
ada. Hal tersebut membutuhkan perlunya pemahaman yang efektif dan pencegahan
penyakit salah satunya dengan pendekatan ecohealth seperti meminimalisir
deforestrasi akan mencegah interaksi/ kontak satwa liar dengan manusia atau hewan.
Pemahaman akan konsep ecohealth akan membantu menciptakan keseimbangan
ekosistem yang dapat digunakan untuk mencegah munculnya zoonosis. Dalam
konsep ecohealth juga menekankan adanya upaya-upaya penanganan penyakit
melalui pendekatan budaya dan politik (15)
Keberhasilan akan program penanggulangan penyakit zoonosis perlu adanya
pelibatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dapat dilakukan dengan
pendekatan kepada berbagai kelompok masyarakat dengan memahami kondisi lokal
spesifik yang ada. Keterbukaan terhadap berbagai pihak dan fleksibilitas penerapan
strategi dalam proses pengembangan kegiatan harus tetap selalu berdasar pada prinsip
ilmiah pemberantasan penyakit, dan dikembalikan kepada perspektif keterlibatan
masyarakat sebagai suatu kebutuhan dan dilakukan berdasarkan kemampuan
masyarakat (16)
Terdapat contoh dari pelaksanaan penanggulangan penyakit zoonosa dengan
konsepecohealth adalah Ecohealth Village yang mana merupakan usaha untuk
mewujudkan desa sehat dengan sistem Education for Sustainable Development demi
mewujudkan desa sehat bebas nyamuk. Edukasi ini akan melibatkan masyarakat agar
berperan aktif secara langsung untuk mengurangi dan mencegah penyakit dari vektor
nyamuk (DBD, Malaria, Filariasis serta Chikungunya) sehingga terciptanya desa
sehat yang bebas dari vektor.Selain kesehatan dan lingkungan, sistem Education for
Sustainable Development juga mempertimbangkan pemberdayaan secara sosial
maupun ekonomi melalui potensi yang dimiliki oleh Desa (17).

4. Kesehatan Global

Kesehatan global merupakan kesehatan dari populasi dalam konteks global dan
melampaui perspektif dan permasalahan masing-masing negara. Dalam kesehatan
global, permasalahan yang meliputi batas-batas negara atau 8 memiliki dampak
politik dan ekonomi secara global sering menjadi penekanan. Kesehatan global
didefinisikan sebagai, “area studi, riset, dan praktek yang memprioritaskan
peningkatan kesehatan dan pencapaian kesetaraan kesehatan untuk semua orang di
seluruh dunia.” Dengan demikian, kesehatan global berkenaan dengan peningkatan
kesehatan secara mendunia, pengurangan kesenjangan, dan perlindungan terhadap
ancaman global tanpa melihat batasbatas Negara.
Badan internasional utama untuk kesehatan adalah World Health Organization
(WHO). Badan lain yang juga berdampak penting terhadap aktivitas kesehatan global
mencakup UNICEF, World Food Programme (WFP), dan Bank Dunia. Inisiatif
utama untuk peningkatan kesehatan global adalah United Nations Millennium
Declaration dan Millennium Development Goals yang disepakati secara global (12).
5. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan cabang dari kesehatan masyarakat yang


memperhatikan semua aspek lingkungan alamiah dan buatan yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Frasa lain yang juga memperhatikan atau merujuk
pada disiplin kesehatan lingkungan adalah kesehatan masyarakat lingkungan dan
perlindungan lingkungan. Bidang kesehatan lingkungan sangat berhubungan dengan
ilmu lingkungan dan kesehatan masyarakat, sebagaimana kesehatan lingkungan
menaruh perhatian pada faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
manusia.
Kesehatan lingkungan menangani seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi yang
melingkupi seseorang dan seluruh faktor yang mempengaruhi perilaku. Hal tersebut
juga mencakup penilaian dan pengawasan dari faktor lingkungan tersebut yang
memiliki potensi menimbulkan berdampak terhadap kesehatan. Kesehatan
lingkungan ditujukan dalam penanganan penyakit dan menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan. Definisi ini tidak termasuk perilaku yang tidak berhubungan
dengan lingkungan, begitu pula perilaku yang berhubungan dengan lingkungan sosial
dan kultural, juga genetik. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh WHO sebagai:
1. Aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang ditentukan oleh faktor-
faktor di lingkungan. Itu juga merujuk pada teori dan praktek penilaian dan
pengawasan faktor-faktor di lingkungan yang berpotensi menimbulkan
berdampak pada kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan, sebagaimana digunakan oleh WHO Regional Office for
Europe, mencakup baik efek patologis langsung dari agen kimiawi, radiasi, dan
beberapa agen biologis, dan juga efek (yang sering tidak langsung) pada
kesehatan dan keselamatan lingungan fisik, psikologis, sosial dan kultural
secara luas, termasuk perumahan, pembangunan perkotaan, penggunaan lahan
dan transportasi.
Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti
Cacar air, influenza, polio, flu burung yang kedua disebabkan oleh binatang seperti
Flu burung, Pes, Anthrax dan yang ketiga disebabkan oleh vektor nyamuk diantanya
DBD, Chikungunya dan Malaria. Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi
permasalahan untuk Indonesia, menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada
tahu 2005 di 10 provinsi diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian
terbesar pada bayi (22,3%) dan pada balita (23,6%). Diare, juga menjadi persoalan
tersendiri dimana di tahun 2009 terjadi KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22
Kabupaten/kota dan 14 provinsi dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat KLB
1,74%. Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per hari.
Prevalensi kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar
22,6%. Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan
angka kematian 0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak
83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung di tahun 2009 di indonesia
sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak 24 kasus namun angka
kematiannya meningkat menjadi 90,48%. Para ahli kesehatan masyarakat pada
umumnya sepakat bahwa kualitas kesehatan lingkungan adalah salah satu dari empat
faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia menurut H.L Blum yang merupakan
faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat
kesehatan.Memang tidak selalu lingkungan menjadi faktor penyebab, melainkan juga
sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada.
Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain (13) :
1. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk
dengan akses air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang
disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur
terlindung , mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya
nampak pada anak-anak sebagai 6 kelompok usia rentan. WHO
memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (ratarata 4500 setiap
tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas.
2. Akses sanitasi dasar yang layak
Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan
salah satu isu penting dalam menentukan kualitas sanitasi.Namun pada
kenyataannya dari data Susenas 2009, menunjukkan hampir 49% rakyat
Indonesia belum memiliki akses jamban.Ini berarti ada lebih dari 100 juta
rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban yang tak
berkualitas.Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih
tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.
3. Penanganan sampah dan limbah
Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan banyak gangguan
baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah, pencemaran
lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan gas metan (CH4) yang
memberikan kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai
yang berujung pada terjadinya banjir serta gangguan kesehatan seperti diare,
kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau keracunan akibat mengkonsumsi
makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat beracun dari sampah.
4. Vektor penyakit
Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit
telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga
kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini didukung
faktor lain yang membuat perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain
: perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan pembangunan
perumahan; sistem penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum
menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untuk
penyediaan air; sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak
memenuhi syarat; sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat,
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor;
pemanasan global yang meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan
merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk perkembang-biakan
vektor penyakit.
5. Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat,
menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan 7 adalah (1) setelah buang air besar 12%,
(2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%,
(4) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan
6 %. Studi BHS lainnya terhadapperilaku pengelolaan air minum rumah
tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum,
namun 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.Menurut
studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006
terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah,
kolam, kebun dan tempat terbuka.
Penyakit diare akibat patogen dalam air juga tetap menjadi tantangan besar di
negara-negara maju.Meskipun akses dan sitem distribusi air bersih telah sangat baik,
kasus wabah penyakit melalui transmisi air kerap terjadi secara tidak terduga.
Sebanyak 560.000 orang terjangkit penyakit melalui transmisi air dan 7,1 juta orang
terinfeksi patogen air, menyebabkan 12.000 kematian tiap tahunnya di Amerika
Serikat. Jenis bakteri patogen yang biasa mengkontaminasi sumber-sumber air adalah
berasal dari fecal manusia dan hewan ternak.Patogen-patogen tersebut dapat
menyebabkan wabah penyakit di area sumber air terkontaminasi. Beberapa jenis
patogen yang banyak menyebabkan wabah penyakit antara lain (14) :
1. Kolera adalah salah satu penyakit yang diakibatkan oleh patogen dalam air.
Penyakit kolera sering kali menjadi wabah pada area dengan sanitasi yang
kurang baik. Pada negara-negara berkembang, wabah penyakit kolera tidak
pernah terjadi kembali pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dikarenakan
sistem sanitasi yang terus berkembang dan semakin membaik. Di negara-
negara berkembang, wabah kolera kerap terjadi dan mengakibatkan ratusan
orang meninggal. Penyakit kolera disebabkan oleh genus bakteri patogen
Vibrio. Vibrio memiliki beberapa spesies yang mayoritas menyebabkan
infeksi jaringan tubuh yang berbeda-beda. Bakteri Vibrio memiliki 2 tipe
serogrup yang dikenal luas telah menyebabkan wabah kolera.
2. Demam tipoid merupakan sakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri patogen
Salmonella. Salmonella adalah genus bakteri gram negatif dan menghasilkan
beberapa endotoksin. Salmonella yang menginfeksi tubuh dapat menyebar
secara cepat ke jaringan-jaringan di dalam tubuh. Oleh karena itu, demam
tipoid jika tidak ditangani secara cepat akan dapat mengakibatkan kematian
bagi penderita. Salmonella hanya memerlukan dosis infeksi yang rendah,
yaitu kurang dari 1.000 sel. Salmonella enterica dan Salmonella typhimurium
merupakan spesies dari salmonella yang paling banyak ditemukan
menyebabkan wabah di seluruh dunia. Demam tipoid biasanya terjadi jika
manusia mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi Salmonella, yang
berasal dari air yang tidak bersih.
3. Bakteri patogen Escherichia coli merupakan bakteri yang biasa ditemukan di
saluran cerna dan sering kali mengkontaminasi saluran air pembuangan. E.
coli menjadi salah satu indikator kontaminan standar di dalam pemeriksaan
segala jenis makanan dan minuman. Terdapat 3 jenis bakteri E. coli yang
menjadi fokus penelitian di dunia, yaitu ETEC, EHEC, dan EIEC.
Enterotoxigenic E. coli dapat menyebabkan gastorenteritis pada balita,
mengakibatkan jutaan balita menderita dan atau meninggal. ETEC seringkali
menjangkiti negara-negara berkembang. Enterohemorrhagic E.coli merupakan
jenis E. coli yang diketahui telah banyak mengkontaminasi bahan mentah
makanan. Serotipe ETEC ini dapat menyebabkan sakit perut bagian dalam,
muntaber, adan sindrom hemolytic uremic. Enteroinvasive E. coli menyerupai
bakteri shigella. EIEC memiliki kemampuan bermultifikasi di dalam usus
besar, sehingga dapat menginfeksi saluran cerna hingga mengeluarkan darah.
4. Penyakit nosocomial merupakan infeksi akibat bakteri opportunistic yang
terjadi di rumah sakit. Nosocomial ini dapat menjangkiti pasien, pekerja
rumah sakit, ataupun penjenguk pasien. Salah satu bakteri yang biasa
menyebabkan terjadinya nosocomial adalah Pseudomonas aeruginosa. Bakteri
P. aeruginosa ini berasosiasi dengan lingkungan lembab. Saat ini P.
aeruginosa diketahui telah resisten terhadap berbagai macam antibiotik. Hal
ini yang menjadikan infeksi P. aeruginosa berbahaya. P. aeruginosa sering kali
menginfeksi saluran pernapasan. Laju kematian yang dapat disebabkan oleh P.
aeruginosa mencapai 14% di seluruh dunia.
5. Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung di daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke
sekitar alveoli yang tidak berfungsi.1 Pneumonia merupakan penyebab utama
kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun. World Health Organization
(WHO) memperkirakan insidens pneumonia anak-balita di negara
berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus
pneumonia/ tahun; 8,7% (13,1 juta) diantaranya adalah pneumonia berat dan
perlu rawat-inap. Pneumonia merupakan pembunuh anak paling utama yang
terlupakan atau “forgotten killer of childen”. Pneumonia merupakan penyebab
kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan gabungan kematian
akibat Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), malaria dan campak.
Bahkan karena besarnya kasus kematian karena pneumonia, pneumonia
disebut “pandemi yang terlupakan” atau “the forgotten pandemic”.3
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, berdasarkan
kelompok umur penduduk, period prevalence pneumonia yang tinggi adalah
kelompok umur 1-4 tahun. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia
adalah 18,5 per mil (18).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
One Health atau Satu Kesehatan adalah gerakan global untuk
mempromosikan upaya-upaya kolaborasi antara profesional terkait kesehatan
yang berbeda dan paraprofesional yang membantunya termasuk bidang
kedokteran, kedokteran hewan, kedokteran gigi, keperawatan dan ilmu kesehatan
lainnya serta ilmu yang terkait lingkungan
One Health bukanlah konsep baru. Telah diketahui bahwa faktor lingkungan
dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Menurut Hippocrates seorang dokter
Yunani dalam teks-nya "Pada Udara, Air, dan Tempat." Dia mempromosikan
konsep bahwa kesehatan masyarakat tergantung pada lingkungan yang bersih.
Konsep ini menghilang selama abad pertengahan dan dihidupkan kembali selama
Revolusi Perancis oleh Dr. Louis-Rene Villerme dan Dr. Alexander Parent-
Duchatelet yang khusus mengembangkan kesehatan masyarakat. Karena
munculnya penyakit menular dalam jumlah banyak pada abad ke-20, para
ilmuwan mulai menyadari tantangan ini bahwa masyarakat menghadapi ancaman
yang sebagian besar berasal dari hewan.
Konsep one health menginisiasi pentingnya penelitian bersama terhadap
penularan penyakit lintas spesies dan surveilan serta sistem pengendalian
terintegrasi antara manusia, hewan domestik dan hewan liar. Upaya penelitian
bersama lintas sektor dan interdisiplin bidang akan membantu dalam memetakan
dan mengantisipasi perkembangan penyakit lintas spesies. Konsep one health ini
akan mendorong kemitraan yang lebih erat diantara para akademisi, industri dan
pemerintah untuk mengembangkan dan mengevaluasi metoda diagnostik baru,
pengobatan dan vaksin untuk pencegahan dan pengendalian penyakit lintas
spesies, bersamaan dengan upaya bersama untuk menginformasikan dan
mengedukasi para pemimpin politik dan publik. Konsep one health juga termasuk
suatu gerakan untuk menjalin kemitraan antara dokter dan dokter hewan yang
harus disepakati oleh berbagai pihak, baik organisasi medic kesehatan, kesehatan
hewan maupun kesehatan masyarakat.
B. Saran
Kerjasama antara dokter dengan dokter hewan lebih ditingkatkan khususnya
di Negara Indonesia untuk mencegah atau menghindari munculnya emerging
zoonosis. Jika bisa para profesi dokter hewan bisa membuat komunitas one health
sendiri. Pencegahan tidak hanya dilakukan oleh dokter hewan saja namun
dilakukan oleh semua unsur untuk mempertahankan kesehatan, dalam mencapai
tujuan dan pengendalian zoonosis perlu peranan dan komitmen dari semua pihak
pemerintah maupun masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robinson TP, Bu DP, Carrique-Mas J, Fèvre EM, Gilbert M, Grace D, et
al. Antibiotic resistance is the quintessential One Health issue. Transactions of
The Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 2016;110(7):377-80.
2. Manro NM, Yovani N. Menuju Indonesia Bebas Rabies 2020: Problem
Institusi dalam Implementasi Kebijakan Kesehatan Publik di Bali. 2018.
2018;7(4):10.
3. Cunningham AA, Daszak P, Wood JLN. One Health, emerging infectious
diseases and wildlife: two decades of progress? Philosophical Transactions of the
Royal Society B: Biological Sciences. 2017;372(1725):20160167.
4. Rüegg SR, McMahon BJ, Häsler B, Esposito R, Nielsen LR, Ifejika
Speranza C, et al. A Blueprint to Evaluate One Health. Frontiers in Public Health.
2017;5(20).
5. Destoumieux-Garzón D, Mavingui P, Boëtsch G, Boissier J, Darriet F,
Duboz P, et al. The One health concept : 10 years old and a long road ahead.
Frontiers in Veterinary Science. 2018;5:1-13.
6. Xie T, Liu W, Anderson BD, Liu X, Gray GC. A system dynamics
approach to understanding the One Health concept. PLOS ONE.
2017;12(9):e0184430.

7. Pagada Mc, Dkk. Penyakit Zoonosa Strategis Di Indonesia(Aspek Kesehatan


Masyarakat Veteriner). Malang.UB Press; 2018.
8. Atlas RM, Maloy S. One Health: People, Animals, And Enviroment. ASM
Press; 2014.
9. Marckenzie JS, Leggo M. One Health And Zoonoses. MDPI; 2019.
10. Widiasih DA. Epidemiologi zoonosis di Indonesia. Jakarta.university of
Wisconsin- Madison: 2012.
11. Brunker K, Lemey P, Marston DA, Fooks AR, Lugelo A, Ngeleja C, Hampson
K, Biek R. Landscape attributes governing local transmission of an endemic
zoonosis: Rabies virus in domestic dogs. Molecular ecology. 2018
Feb;27(3):773-88.
12. Swacita IDN. One health : Buku Ajar kesehatan masyarakat veteriner. Bali :
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana ; 2017.
13. Widyastuti MDW, dkk. Program pemberdayaan masyarakat dalam
pengendalian rabies di Bali dengan pendekatan ecohealh. Prosiding Konferensi
Ilmiah Veteriner Nasional, 2014.
14. Soendjoto, M.A. & Dharmono. 2016. Prosiding Seminar Universitas Lambung
Mangkurat 2015 “Potensi, Peluang, dan Tantanganpengelolaan Lingkungan
Lahan-basah Secara Berkelanjutan”.Banjarmasin: Lambung Mangkurat
University Press.
15. Amin M. 2017. Prosiding seminar nasional lahan basah Tahun 2016 Jilid 1
“Potensi, Eksploitasi, dan Konservasi lahan basah Indonesia berkelanjutan.
Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.
16. Nurida NL, dkk. Potensi dan Model Agroforestry untuk Rehabilitasi Lahan
Terdegradasi di Kabupaten Berau, Paser dan Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur. Jurnal Tanah dan Iklim 2018. 42(1): 13-26.
17. Purnama SG. Penyakit Berbasis Lingkungan. 2016. Jakarta
18. Kusumawati D, Suhartono, Yunita DNA. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik
Rumah Dan Perilaku Anggota Keluarga Dengan Kejadian Pneumonia Pada.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) 2015; 3 (3) : 675-683.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai