Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PENGENDALIAN NYAMUK ANOPHELES SUNDAICUS

DISUSUN OLEH

JEKI AGENG UTAMI (2013351027)

Mata kuliah : Pengendalian Vektor Binatang Pengganngu-B

Dosen pengampu : Zainal Muslim SKM,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan satu di antara permasalahan kesehatan


masyarakat yang masih menjadi prioritas dan mendapatkan perhatian
serius bagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.
Malaria dapat menyebabkan kematian pada bayi, balita dan ibu hamil,
serta dapat menurunkan produktivitas kerja. Indonesia merupakan salah
satu negara dengan transmisi malaria tinggi, terutama di daerah luar Jawa,
Madura dan Bali. Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa dari total
258.924.888 penduduk Indonesia pada tahun 2016, masih terdapat
80.209.723 penduduk (31%) hidup di daerah endemis malaria. Malaria
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
ditularkan ke manusia oleh nyamuk Anopheles betina. Nyamuk Anopheles
memerlukan tempat untuk berkembang biak, tempat untuk mencari darah
dan tempat untuk beristirahat bagi kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan


membahas tentang Anopheles sundaicus, yang secara umum Habitat
larva berada di pesisir pantai dengan karakteristik berupa air payau.

1.2 Identifikasi Masalah

-bagaimana tipe spesies nyamuk anopheles sundaicus?

-apa saja cara dan langkah pengendalian nyamuk anopheles sondaicus?


BAB II

PEMBAHASAN

` 2.1 Tipe spesies Anopheles sundaicus

An. Sundaicus pertama sekali ditemukan oleh Rodenwalt pada tahun 1925.
Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari
pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi
paling sering antara pukul 22.00 – 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari
nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap didinding
baik sebelum maupun sesudah menghisap darah (Hiswani, 2004) .

Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan


Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh-
tumbuhan enteromorpha, chetomorpha, dengan kadar garam adalah 1,2
sampai 1,8%. Di Sumatra, jentik ditemukan pada air tawar seperti
Mandailing dengan ketinggian 210 m dari permukaan laut dan Danau Toba
pada ketinggian 1000 m (Hiswani, 2004) .

Masih menurut Hiswani (2004), perilaku istirahat nyamuk ini sangat


berbeda antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lainnya. Di pantai
Selatan Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera Utara, pada pagi hari,
sedangkan di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada pagi hingga
siang hari. Jenis vektor An. Sundaicus istirahat dengan hinggap didinding
rumah penduduk. Jarak terbang An. Sundaicus betina cukup jauh. Pada
musim densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah
cukup banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km)
dari tempat perindukan nyamuk tersebut.

Vektor An. Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu


campuran antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum
antara 12% -18%. Penyebaran jentik ditempat perindukan tidak merata
dipermukaan air, tetapi terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti
diantara tanaman air yang mengapung, sampah dan rumput – rumput
dipinggir Sungai atau pun parit. Genangan air payau yang digunakan
sebagai tempat berkembang biak adalah yang terbuka yang mendapat
sinar matahari langsung. Seperti pada muara sungai, tambak ikan, galian -
galian yang terisi air di sepanjang pantai dan lain –lain (Hiswani, 2004) .

Siklus Hidup Anopheles sundaicus

Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur


yang diletakkan oleh nyamuk betina, menetas menjadi larva yang
kemudian melakukan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, lalu tumbuh
menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai
menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung kepada spesies,
makanan yang tersedia dan suhu udara (Gandahusada, 1998).

Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk


jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina,
dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai
nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka
nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah.
Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalamperkembangan
telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan
kelembaban

2.2 Cara Pengendalian

 Menurut Sudomo dkk. (1981). B. thuringiensis H-14 dapat


mengendalikan An. samdaicus pada air payau di lagun pada dosis
aplikasi 1,25 V/Ha dan 2,5 l/Ha. Kadar garam (NaCl) hanya sedikit
berpengaruh pada efikasi di lapangan (Abbott. 1993). Sedangkan
penelitian yang dilakukan di Alexander Yon Humboldt di Lima Peru, di
mana menggunakan buah kelapa (air kelapa dan endosperemnya)
untuk produksi B. thuringiensis israelensis (H-14). Efektif
mengendalikan jentik nyamuk vektor malaria pada kolam-kolam
perindukan jentik Anopheles selama 12 45 hari..

 menggunakan media air kelapa untuk membiakkan B.thuringiensis 11-


14. Air galur lokal yang ditumbuhkan dalam buah kelapa (air kelapa dan
endospemmya), sampai dengan hari ke 65 masih efektif
mengendalikan jentik Anopheles sebesar 100% di laboratorium BPVRP.
Cara mengembangbiakkan B. Thuringi-ensis H 14 dalam buah kelapa
(air kelapa dan endospermnya) untuk mengendalikan jentik An.
Sundaicus. Cara ini sebagai tindakan altematif terhadap pengurangan
dan selektivitas penggunaan insektisida kimia. Selain itu bertujuan juga
untuk mengetahui efektivitas B. thuringiensis H-14 galur lokal yang
dibiakkan dalam buah kelapa (air kelapa dan endospermnya) terhadap
jentik An. sundaiclis hingga mencapai 50%. Disamping itu mengetahui
PSP (pengetahuan, sikap dan perilaku) masyarakat tentang
penggunaan B. thuringiensis 11-14 galur lokal yang dibiakkan dalam
buah kelapa dalam pengendalian vektor malaria.

 melakukan penyuluhan berupa pembinaan kepada masyarakat agar


dapat mengembang biakkan B. thuringiensis 11-14 galur lokal dalam
buah kelapa dan aplikasinya di kolam-kolam perindukan jentik An.
Sundaikus.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit


Plasmodium yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Anopheles
betina. Nyamuk An. Sundaicus pertama sekali ditemukan oleh
Rodenwalt pada tahun 1925. Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering
menghisap darah manusia dari pada darah binatang. Nyamuk ini aktif
menggigit sepanjang malam. Vektor An. Sundaicus biasanya
berkembang biak di air payau, yaitu campuran antara air tawar dan air
asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%.

Sumber Pustaka :

Karakteristik Habitat Larva Anopheles sundaicus dan Kaitannya


dengan Malaria di Lokasi Wisata Desa Senggigi Kecamatan Batulayar
Kabupaten Lombok Barat-
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41092

Abbott Laboratories, Br H-14 Siklus Hidup, Urutan Kejadian Terkait


dengan Penggunaan B. thuringiensis israelensis (Bli) untuk
Pengendalian Larva Nyamuk 1993 Berry, WJ.. Novak,

Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor Dan Pengendalian


Nyamuk

Anopheles Aconitus Secarasederhana. http://library.usu.ac.id

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65703/
Renam%20Putra%20Arifianto-
101810401024.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65703/
Renam%20Putra%20Arifianto-
101810401024.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai