Anda di halaman 1dari 27

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SAKINA IDAMAN

NOMOR : 001/01/RSSI_SDM/I/2021

TENTANG
PERATURAN RUMAH SAKIT UMUM SAKINA IDAMAN
TAHUN 2021

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SAKINA IDAMAN


Menimbang : a. bahwa untuk menjamin adanya kepastian hak
dan kewajiban karyawan dalam pelaksanaan
hubungan kerja selain yang telah ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan, maka
Rumah Sakit Umum Sakina Idaman perlu
membuat Peraturan Rumah Sakit;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dalam
surat keputusan Direktur tentang surat
keputusan Peraturan Rumah Sakit Umum
Sakina Idaman;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Rumah Sakit tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu Karyawan Rumah Sakit Umum
Sakina Idaman.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Mengesahkan PeraturanRumah Sakit:
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Sakina
Idaman
Alamat : Jl Nyi CondroLoekito No 60, Blunyah
Gede, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
No Surat Izin Operasional
503/11037/719A/DKS/2018

KEDUA : Pihak Rumah Sakit wajib memberikan naskah


Peraturan Rumah Sakit ini kepada setiap
karyawan atau sekurang-kurangnya
menempelkan di tempat-tempat yang mudah di
baca oleh karyawan Rumah Sakit.
KETIGA : Disamping ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam peraturan Rumah Sakit ini, karyawan wajib
mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di
Rumah Sakit Umum Sakina Idaman.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan apabila dikemudian hari terdapat
kesalahan/kekeliruan dalam Surat Keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada Tanggal 1 Januari 2021
Direktur Rumah Sakit Umum Sakina Idaman

dr.H.Nur Muhammad Artha, M.Sc.,M.Kes.,Sp.A

PERATURAN RUMAH SAKIT UMUM SAKINA IDAMAN


BAB 1
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
DEFINISI

Dalam peraturan rumah sakit ini yang dimaksud dengan :

1. Peraturan Rumah Sakit adalah peraturan yang dibuat secara tertulis


oleh Rumah Sakit Umum (RSU) Sakina Idaman yang memuat
ketentuan-ketentuan mengenai syarat-syarat kerja dan tata tertib kerja
di RSU Sakina Idaman dengan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan dan peraturan pelaksana yang berlaku;
2. Sakina Idaman adalah Yayasan yang didirikan berdasarkan Akta
Notaris Nur Idajati SH No. 02 tertanggal 10 Oktober 2011, Notaris di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang telah mendapatkan pengesahan dari
Departemen Hukum dan HAM RI;
3. Karyawan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kerja yang telah
memenuhi kualifikasi kerja, bekerja dan menerima gaji didalam
hubungan kerja dengan RSU Sakina Idaman;
4. Syarat-syarat kerja adalah ketentuan dalam RSU Sakina idaman, yang
berisi tata tertib, hak dan kewajiban yang dibuat secara tertulis oleh
Rumah Sakit, berisi Ketentuan-ketentuan yang telah diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan maupun kebijakan yang
disesuaikan dengan kemampuan Rumah Sakit;
5. Perjanjian Kerja, adalah perjanjian antara Rumah Sakit dengan pegawai
secara tertulis untuk jangka waktu tertentu yang memuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak;
6. Perjanjian kerja waktu tertentu adalah perjanjian kerja antara pegawai
dengan Rumah Sakit untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
1 tahun (12 bulan) atau untuk pekerjaan tertentu;
7. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja
karena sesuatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban karyawan dan Rumah Sakit;
8. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk/ditetapkan berdasarkan Rapat
Umum Pengurus Yayasan, yang kewenangannya diatur dalam
Anggaran Dasar Yayasan Sakina Idaman yang dikenal dengan sebutan
pemilik dan/atau pejabat yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Ketua yayasan berdasar pada Visi, Misi dan Nilai-nilai dasar
rumah sakit;
9. Waktu kerja adalah waktu untuk melaksanakan pekerjaan, dapat
dilaksanakan pada pagi hari, siang hari dan/atau malam hari, selama 6
hari kerja bagi karyawan non pelayanan medis dan 7 hari kerja bagi
karyawan pelayanan medis.
10. Gaji adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari Rumah Sakit kepada karyawan atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan
menurut pendidikan dan masa kerja ;
11. Pekerjaan adalah pekerjaan yang dijalankan oleh karyawan untuk
rumah sakit dalam suatu hubungan kerja tertentu yang telah
disepakati bersama dalam suatu perjanjian kerja.
12. Mangkir adalah tidak masuk kerja atau pulang kerja lebih awal tanpa
alasan yang dapat dipertanggung jawabkan atau tanpa ijin dari SDM
dan Kepala Unit.
13. Perundang-undangan adalah Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan,Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan peraturan rumah Sakit serta PKWT.
14. Kerja Shift adalah karyawan yang bekerja mengikuti system gilir atau
shift sesuai dengan aturan Rumah Sakit.
15. Disiplin Kedokteran adalah aturan-aturan dan/atau ketentuan-
ketentuan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti
oleh tenaga medis dan para medis di lingkungan RSU Sakina Idaman.
16. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan
pemerintah kepada dokter, dokter gigi, Perawat dan Bidan yang telah
diregistrasi untuk bisa menjalankan profesinya di RSU Sakina idaman.
17. Surat Ijin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah
kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik
kedokteran setelah memenuhi persyaratan.
18. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan professional yang
meliputi penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai
(Knowledge, Skill dan attitude) dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.

PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Peraturan rumah sakit ini dibuat sebagai pedoman bagi rumah sakit
dan karyawan guna mewujudkan hubungan kerja yang baik dan
harmonis antara Rumah Sakit dengan karyawan dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada
masyarakat;
2. Peraturan rumah sakit ini memuat ketentuan mengenai peraturan hak
dan kewajiban secara timbal balik antara rumah sakit dan Karyawan
yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak.

PASAL 3
LINGKUP BERLAKUNYA PERATURAN RUMAH SAKIT

Seluruh ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Rumah Sakit beserta


ketentuan-ketentuan pelaksanaannya sejauh tidak tertuang dalam PKWT
berlaku bagi Semua karyawan Rumah Sakit Umum Sakina Idaman tanpa
terkecuali.
PASAL 4
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

Dalam hubungan kerjanya dengan karyawan, Rumah Sakit berkewajiban


untuk memberikan upah/gaji kepada karyawan, memperhatikan
kesejahteraan serta melaksanakan peraturan dan ketentuan dalam
bidang Ketenagakerjaan.

PASAL 5
KEWAJIBAN KARYAWAN

Dalam hubungan kerjanya dengan Rumah Sakit, karyawan berkewajiban


untuk:
1. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya dengan baik.
2. Mentaati ketentuan tata tertib serta disiplin yang berlaku di Rumah
Sakit

PASAL 6
HAK RUMAH SAKIT

Dalam mengelola dan menjalankan Fungsinya, Rumah Sakit Berhak:

1. Menerima, mempromosikan, memutasi, merotasi karyawan dari suatu


unit ke unit lain dalam Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan.
2. Memberikan perintah dan pekerjaan yang layak kepada karyawan.
3. Menetapkan peraturan-peraturan lain untuk menopang jalannya
Rumah Sakit dengan tetap memperhatikan perundang-undangan
Rumah Sakit dan Ketenagakerjaan y

PASAL 7
HAK KARYAWAN

1. Memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi


kemanusiaan.
2. Waktu istirahat dan cuti berdasarkan Peraturan Rumah Sakit.
3. Kesempatan yang secukupnya untuk melaksanakan ibadah yang
diwajibkan oleh agamanya.
4. Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.
BAB II
SYARAT KERJA

PASAL 8
PERSYARATAN PENERIMAAN KARYAWAN

1. Persyaratan umum yang dipergunakan dalam penerimaan karyawan


adalah sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Sehat Jasmani dan Rohani;
c. Sudah dewasa, usia minimal 18 tahun dan pada posisi/jabatan
tertentu dapat ditentukan usia minimum dan /atau maksimum;
d. Tidak terikat hubungan kerja dengan rumah sakit lain, baik
pemerintah maupun swasta, kecuali persetujuan Direktur;
e. Menyerahkan Persyaratan administrasi dengan melampirkan antara
lain:

 Foto copy ijazah pendidikan yang telah dilegalisir


 Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar
 Foto copy KTP
 Foto copy pengalaman kerja
 Foto copy sertifikat pelatihan yang berhubungan dengan
pekerjaannya
 Daftar riwayat hidup
 Bagi tenaga kesehatan diperlukan surat keterangan dari organisasi
profesi
 Foto copy ijazah pendidikan yang telah dilegalisir
 Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar
 Foto copy KTP
 Foto copy pengalaman kerja m
 Foto copy sertifikat pelatihan yang berhubungan dengan
pekerjaannya
2. Penempatan
Penempatan karyawan akan dilaksanakan oleh Rumah Sakit sesuai
dengan formasi jabatan yang diisi.
3. Bersedia menjalani hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu atau
karyawan perjanjian kerja waktu tertentu dan menandatangani
perjanjian tersebut.

PASAL 9
HUBUNGAN KERJA DAN PERJANJIAN KERJA

1. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pihak


Rumah Sakit atas nama Direktur dan pihak karyawan
2. Perjanjian kerja di buat secara tertulis dan dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Perjanjian kerja di dasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu dalam hukum ketenagakerjaan dikenal dengan
Perjanjin Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
4. Sebelum menandatangani PKWT mensyaratkan calon karyawan
menjalani masa percobaan maksimal 3 bulan.
5. Setelah masa percobaan berakhir dan berdasarkan masa evaluasi
menunjukkan karyawan yang bersangkutan dinyatakan tidak
memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka hubungan kerja dapat
diakhiri saat itu juga tanpa kewajiban pemberian pesangon, tunjangan
dan ganti rugi dari rumah sakit kepada karyawan yang bersangkutan.
6. Apabila Setelah selesai masa orientasi dan berdasarkan evaluasi
karyawan yang bersangkutan dinyatakan memenuhi standar kerja
Rumah Sakit, maka kedua belah pihak dapat berhubungan kerja dan
status karyawan berubah menjadi karyawan kontrak dengan
menandatangani PKWT.
7. PKWT hanya boleh dilakukan paling lama 2 (dua) tahun dan hanya
boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun.
8. PKWT dibuat secara tertulis, rangkap 2 dan diperuntukkan bagi masing-
masing pihak, dan keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama.
9. Selama masa berlakunya PKWT karyawan tidak diperkenankan
mendaftar kerja dan melakukan kerja rangkap di Rumah Sakit lain
manapun juga dengan mengemukakan dalih atau alasan apapun juga.
10. Satu bulan sebelum masa kontrak berakhir karyawan wajib
mengajukan permohonan melanjutkan perjanjian kerja kepada kepala
SDM setelah mendapat pemanggilan kepala SDM. Apabila karyawan
tersebut tidak mengajukan permohonan dianggap mengundurkan diri.
11. PKWT dapat diperbaharui setelah melebihi masa tenggang waktu 30
hari berakhirnya PKWT yang lama.
12. Pembaharuan ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2
(dua) tahun.
13. Penilaian selama masa perjanjian untuk waktu tertentu merupakan
hak dari rumah sakit yang akan diberlakukan secara obyektif.
14. Apabila jangka waktu perjanjian kerja telah dilalui dan berdasarkan
hasil evaluasi, pegawai yang bersangkutan memenuhi standar kerja
rumah sakit maka rumah sakit dapat memperpanjang jangka waktu
PKWT untuk 1 (satu) tahun lagi bagi karyawan yang bersangkutan
sebagai karyawan kontrak rumah sakit tanpa harus melalui masa
percobaan lagi.
15. Apabila karyawan sedang menjalani masa PKWT dan berdasarkan hasil
evaluasi, pegawai yang bersangkutan tidak memenuhi standar kerja
rumah sakit dan terbukti melakukan pelanggaran/kesalahan berat
seperti disebutkan dalam peraturan rumah sakit pasal 30 maka
hubungan kerja dapat diakhiri saat itu juga tanpa kewajiban pemberian
pesangon, tunjangan dan ganti rugi dari rumah sakit kepada pegawai
yang bersangkutan.
16. Apabila Karyawan Rumah Sakit yang masih terikat kontrak kerja
terbukti mendaftar kerja dan diterima bekerja di Rumah Sakit lain
maka karyawan tersebut harus membayar denda/ganti rugi sejumlah
gaji pokok sisa bulan masa PKWT yang belum dijalani sampai masa
PKWT berakhir.
17. Apabila karyawan Rumah Sakit mengakhiri hubungan kerja sebelum
batas waktu perjanjian kerja berakhir diwajibkan membayar ganti rugi
kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja sesuai dengan pasal 62 UU
No. 62 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

PASAL 10
PENEMPATAN, MUTASI, ROTASI DAN PERJALANAN DINAS

1. Demi kelancaran kegiatan Rumah Sakit, serta pendayagunaan tenaga


kerja yang ada, Rumah Sakit berhak penuh untuk menempatkan,
memutasikan atau merotasikan karyawan dari satu bagian ke bagian
lainnya dalam Lingkungan Rumah Sakit.
2. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, Rumah Sakit
memerintahkan karyawan melakukan perjalanan dinas baik di dalam
maupun ke luar Negeri.
3. Pengaturan lebih lanjut mengenai penempatan, mutasi, rotasi,
perjalanan dinas karyawan serta atasan yang berwenang menyetujui,
diatur lebih lanjut oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian Rumah
Sakit.

PASAL 11
PENINGKATAN KOMPETENSI

1. Pada hakekatnya peningkatan kompetensi pekerja/karyawan


merupakan program Rumah Sakit dalam rangka menempatkan pekerja
sesuai dengan persyaratan kompetensi pada setiap jabatan yang ada
dalam Struktur Organisasi Rumah Sakit.
2. Pekerja diikutkan dalam berbagai pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi, wawasan dan keterampilan untuk meningkatkan kinerja
dan pertumbuhan Rumah Sakit. Oleh karena itu hasil pelatihan
tersebut harus membuahkan pekerjaan/pekerja yang produktif,
proaktif dan penuh inisiatif/inovatif.
3. Pelatihan merupakan proses berkesinambungan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap pekerja agar inovatif, dapat
bekerja optimal dan mampu menghadapi persaingan berlandaskan
nilai-nilai dan visi misi Rumah Sakit.

PASAL 12
PENINGKATAN PROFESIONALITAS
Dalam rangka meningkatkan profesionalitas , maka Rumah Sakit
melakukan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Menciptakan suasana agar setiap karyawan meningkatkan
profesionalismenya masing-masing.
2. Memberikan kesempatan kepada setiap karyawan untuk
mendalami/mengetahui program peningkatan produktivitas.
3. Mendorong para pimpinan dari semua unit untuk meningkatkan
kemampuan/kualitas kepemimpinannya.
4. Mendorong para karyawan untuk menemukan ide-ide dan metode
kerja baru guna perbaikan dalam Rumah Sakit, utamanya yang
berkaitan dengan tugas dan fungsinya.

PASAL 13
MASA KERJA

1. Masa kerja adalah masa kerja aktif karyawan di rumah sakit.


2. Masa kerja untuk memperhitungkan gaji pokok berkala dan cuti
tahunan.

PASAL 14
PENILAIAN PRESTASI KINERJA

1. Penilaian prestasi kerja setiap karyawan Rumah Sakit dilakukan oleh


atasan didasarkan atas tujuan penilaian dengan menggunakan
lembaran penilaian prestasi kerja.
2. Hal-hal yang dinilai sebagai berikut:
a. Disiplin
b. Kompetensi
c. Inisiatif
d. Tanggung Jawab
e. Dedikasi terhadap Rumah Sakit
f. Hasil penilaian prestasi kerja akan digunakan sebagai salah satu
rujukan dalam menentukan:
a. Pengembangan Karir Karyawan
b. Kenaikan Upah/gaji
c. Pendidikan dan Pelatihan
g. Hasil penilaian prestasi kerja disimpan oleh HRD Rumah Sakit.

BAB III
PENGGAJIAN

PASAL 15
UMUM

1. Gaji yang berlaku secara umum di RSU Sakina Idaman adalah


a. Gaji Pokok, berdasarkan Pendidikan dan Masa Kerja
b. Tunjangan Tidak Tetap, berupa Tunjangan Makan
c. Tunjangan Tetap, berupa Tunjangan Keluarga
2. Rumah sakit berhak memotong sebagian gaji untuk disetor ke kantor
BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan sebagai premi asuransi
jaminan hari Tua dan Jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan BPJS
Ketenagakerjaan.
3. Pembayaran gaji dilakukan 1 (satu) kali sebulan selambat-lambatnya
dalam minggu pertama bulan kerja berikutnya.
4. Keluarga karyawan yang menjadi tanggungan rumah sakit yaitu :
a. Istri
Fasilitas diberikan hanya kepada satu istri yang sah menurut hukum
dan telah didaftarkan sebelumnya di Keuangan Rumah Sakit yang
dibuktikan dengan Kartu Keluarga. Perubahan data istri hanya
dimungkinkan dalam hal terjadinya putus perkawinan sesuai bukti
yang sah menurut Pengadilan Agama.
b. Anak
Anak adalah anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang
sah menurut hukum dan tercatat di Rumah Sakit sampai anak ke-2
(dua) dengan ketentuan anak tersebut belum pernah menikah, belum
mempunyai penghasilan sendiri atau belum berumur 21 (dua puluh
satu) tahun
c. Perubahan status keluarga karyawan harus dilaporkan kepada
Keuangan Rumah Sakit secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sejak perubahan terjadi dengan melampirkan bukti/surat
keterangan (akta cerai/akta nikah/lainnya) dari instansi yang
berwenang.
d. Kelalaian melaporkan perubahan status keluarga sebagaimana
maksud butir 2 diatas menjadi tanggung jawab karyawan yang
bersangkutan.

PASAL 16
GAJI

1. Rumah Sakit menetapkan gaji sesuai dengan kualifikasi karyawan


dengan memperhatikan upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah Sleman
2. Peninjauan gaji karyawan dilakukan dua tahun sekali dengan
memperhatikan prestasi kerja karyawan dan kemampuan Keuangan
Rumah Sakit.
3. Karyawan diikutsertakan Program BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan oleh Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Rumah
Sakit dengan mengindahkan Undang-Undang yang berlaku dengan
ketentuan upah karyawan akan dipotong sebesar 2 % untuk iuran BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.
4. Rumah sakit menetapkan kerja lembur hanya kepada karyawan Non
Pelayanan dalam hal ada perintah dari atasan atau atasan langsung.
5. Rumah sakit menugaskan karyawan untuk melakukan kerja lembur
dalam hal
a. Hasil pekerjaan diperlukan segera.
b. Keadaan memaksa atau darurat yang menyangkut kelangsungan
Operasional Rumah Sakit
PASAL 17
UPAH LEMBUR

Secara garis besar, upah lembur merupakan kompensasi yang wajib


dibayar oleh rumah sakit yang mempekerjakan karyawan melebihi waktu
kerja, pada waktu istirahat mingguan atau pada hari libur resmi.

1. Penentuan Upah Lembur

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor KEP. 102 MEN/VI/2004 pasal 1, perusahaan harus
membayar uang lembur untuk karyawan yang:
1) Bekerja lebih dari 7 jam sehari dan 42 jam seminggu untuk 6 hari
kerja;
2) Bekerja lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari
kerja;
3) Bekerja pada hari istirahat mingguan dan hari libur nasional;

2. Perhitungan Upah Lembur

Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara


menghitung upah sejam adalah 1/173 upah sebulan.
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No
102/Men/VI/2004, rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai
berikut:
1) Per jam : (gapok/173 jam kerja) x Jumlah Jam Lembur
2) On Call

a. IT Rp 40.000,00
b. Radiografer Rp 35.000,00
3. Maksimal Jam Kerja Lembur
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari
dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur
resmi.

PASAL 18
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

1. Bagi karyawan yang sudah bekerja selama 0-2 tahun dengan ketentuan
tidak dipotong premi berhak atas 2 jaminan yaitu:
1) Ketenagakerjaan
2) Kematian
2. Bagi karyawan yang sudah bekerja selama 2-5 tahun dengan ketentuan
dipotong premi sebesar 2 % dari gaji pokok dan tunjangan berhak atas 3
jaminan, yaitu:
1) Kecelakaan Kerja
2) Kematian
3) Hari Tua
3. Bagi karyawan yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun dengan ketentuan
dipotong premi sebesar 3 % dari gaji pokok dan tunjangan berhak atas 4
jaminan, yaitu :
1) Kecelakaan Kerja
2) Kematian
3) Hari Tua
4) Pensiun

PASAL 19
JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

1. Untuk pelayanan berobat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit,


karyawan dan keluarganya berhak memperoleh diskon sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh Pihak RSU Sakina Idaman.
2. Rumah Sakit tidak bertanggung jawab dan tidak berkewajiban untuk
mengganti biaya yang telah dikeluarkan karyawan untuk berobat jalan
maupun perawatan di Rumah Sakit.
3. Dalam hal karyawan sakit berkepanjangan sehingga karyawan yang
bersangkutan berhalangan masuk kerja, maka upah/gaji dibayar
berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang
berlaku atau sesuai dengan aturan Rumah Sakit.

BAB IV
WAKTU KERJA, REGU BERGILIR DAN HARI LIBUR RESMI

PASAL 20
WAKTU KERJA

1. Waktu kerja adalah, waktu untuk karyawan melakukan pekerjaan


menurut Ketentuan Rumah Sakit dan dalam waktu kerja tersebut
terdapat jam kerja dan jam istirahat;
2. Jam istirahat dimanfaatkan untuk makan dan beribadah sebagaimana
fasilitas yang disediakan Rumah Sakit , meskipun disebut sebagai jam
istirahat kepada karyawan tetapi wajib menyelesaikan pekerjaan yang
belum selesai atau karena kebutuhan yang mendesak;
3. Waktu kerja dibagi atas:
a. Waktu Kerja Biasa
Konsistensi waktu kerja maksimal adalah 42 jam perminggu dan atau
8 jam per hari untuk 6 hari kerja. Waktu kerja biasa berlaku bagi
karyawan karena kebutuhan operasionalnya, sebagai berikut:
Senin s/d Sabtu 07.00- 14.00 WIB
Istirahat menyesuaikan
Minggu dan libur nasional Libur
b. Waktu Kerja Regu Bergilir / Shift
Waktu kerja regu bergilir / shift ditetapkan atas dasar kebutuhan
operasional Rumah Sakit yang beroperasional 24 jam per hari sebagai
berikut :
Shift Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
Shift Siang : 14.00 - 21.00 WIB
Shift Malam : 21.00 - 07.00 WIB
Selama waktu kerja tersebut diatas, kepada karyawan pada setiap
shift diberikan jam istirahat yang menyesuaikan kondisi pelayanan
pasien, yang pengaturan jam istirahatnya diserahkan pada kepala unit
/ bagian tersebut.
4. Waktu kerja bergilir / shift adalah waktu kerja yang dilaksanakan
dengan sistem penggantian regu yang dilakukan sampai dengan
digantikan oleh regu bergilir berikutnya atau diizinkan untuk
meninggalkan tugas oleh kepala unit / bagian dengan menyediakan
penggantinya;
5. Waktu kerja seperti angka 1 diatas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
dengan kebutuhan unit kerja.

PASAL 21
HARI LIBUR RESMI

Perusahaan memberlakukan hari- hari libur resmi yang ditetapkan oleh


Pemerintah.

PASAL 22
DAFTAR HADIR

1. Setiap karyawan wajib mematuhi peraturan waktu kerja yang berlaku


dan atasan langsung bertanggung jawab atas ketidakdisiplinan terhadap
waktu kerja bawahannya
2. Setiap karyawan wajib mencatatkan diri kehadiran / pulang kerja pada
mesin presensi finger print milik rumah sakit, sebagai bukti kehadiran
karyawan tersebut dan dasar pembayaran Gaji / Upah, tunjangan /
uang lembur atau lainnya.
3. Pengisian daftar hadir diwajibkan bagi setiap karyawan pada setiap
kegiatan / rapat bulanan Rumah sakit.
4. Kelalaian mencatatkan kehadiran / pulang kerja pada mesin presensi
adalah bentuk pelanggaran.
5. Apabila karyawan melanggar jam masuk Rumah Sakit sebagaimana
dibuktikan dengan finger print diberikan sanksi sebagai berikut:
a. Apabila karyawan datang terlambat ≥ 3 jam (180 menit) sampai
3.5 jam (210 menit) dalam satu bulan maka jatah tunjangan
makan dipotong 5% dari total uang makan dari satu periode
penggajian.
b. Apabila Karyawan datang terlambat > 3,5 jam (lebih dari 210
menit) dipotong 40% dari total uang makan dari satu periode
penggajian.
BAB V
JENIS CUTI DAN IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN

PASAL 23
CUTI TAHUNAN

1. Pegawai yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 tahun secara terus


menerus berhak atas cuti tahunan
2. Lamanya cuti tahunan adalah 1 hari dalam sebulan atau 12 hari kerja
dalam 1 tahun dengan rentang waktu tidak berurutan.
3. Cuti tahunan hanya boleh dipecah dalam 4 periode dengan waktu
maksimal 3 hari kerja.
4. Cuti tahunan dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang
dari 3 hari kerja untuk karyawan dalam wilayah DIY.
5. Cuti tahunan untuk karyawan di luar wilayah DIY jangka waktu
berurutan maksimal 4 hari kerja.
6. Cuti tahunan untuk karyawan di luar Jawa jangka waktu berurutan
maksimal 6 hari kerja.
7. Untuk mendapatkan cuti tahunan pegawai yang bersangkutan
mengajukan permintaan kepada Kepala SDM RUMAH SAKIT UMUM
SAKINA IDAMAN untuk dimasukkan di sistem HRD.
8. Cuti tahunan yang ditinggalkan di tahun sebelumnya tidak dapat di
gabung di tahun berikutnya dan dianggap sudah hangus.
9. Pengajuan cuti tahunan harus dilakukan 1 bulan sebelum tanggal
permintaan cuti agar tidak mengganggu operasional Rumah Sakit.
10. Karyawan yang sedang menjalankan cuti tahunan dapat dipanggil
kembali bekerja apabila ada kondisi darurat di RSU Sakina Idaman
11. Karyawan yang sedang mengambil cuti tahunan tetap berhak atas gaji
pokok dan tidak mendapat tunjangan.

PASAL 24
CUTI SAKIT

Setiap karyawan yang menderita sakit berhak atas cuti sakit:


1. Karyawan yang sakit selama 1 hari atau 2 hari berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan, bahwa ia harus memberitahukan kepada kepala
SDM.
2. Karyawan yang sakit lebih dari 2 hari sampai dengan 14 hari berhak
atas cuti sakit dengan ketentuan bahwa pegawai yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan kepada kepala SDM dengan
melampirkan surat keterangan dokter untuk dimasukkan ke sistem
HRD.
3. Karyawan yang menderita lebih dari 14 hari berhak cuti sakit, dengan
ketentuan bahwa karyawan yang bersangkutan harus mengajukan
permintaan kepada Kepala SDM.
4. Surat keterangan dokter sebagaimana yang dimaksud diatas antara
lain menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti dan
keterangan lain yang dipandang perlu.
5. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 diberikan untuk waktu
paling lama 12 bulan, tetap menerima haknya sebagai berikut :
I. 4 bulan pertama : 100 %
II. 4 bulan kedua : 75 %
III. 4 bulan ketiga : 50 %
IV. Bulan selanjutnya : 25 %
6. Karyawan yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalum ayat 5 harus diuji kembali kesehatannya
oleh dokter yang ditunjuk.
7. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud
ayat 6 karyawan yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya,
maka karyawan tersebut diberhentikan secara hormat dari jabatannya
karena sakit tanpa mendapat uang pesangon.
8. Karyawan wanita yang mengalami gugur kandung berhak atas cuti
untuk paling lama 1,5 bulan atau sesuai dengan petunjuk dokter.
9. Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dalam ayat 8 karyawan
wanita yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada kepala SDM dengan melampirkan surat keterangan dokter atau
bidan.
10. Karyawan yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga karyawan perlu mendapat
perawatan, berhak atas cuti sakit sampai sembuh dari penyakitnya.
11. Selama menjalankan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat 7
sampai dengan 10 karyawan yang bersangkutan mendapat penghasilan
dari gaji pokok tidak menerima tunjangan makandan insentif.

PASAL 25
CUTI BERSALIN

1. Untuk persalinan anaknya yang pertama, dan kedua, karyawan


wanita berhak atas cuti bersalin.
2. Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada
karyawan wanita diberikan cuti diluar tanggungan rumah sakit.
3. Lamanya cuti-cuti bersalin tersebut adalah 2 bulan.
4. Untuk mendapatkan cuti bersalin, karyawan wanita yang
bersangkutan mengajukan permintaan kepada kepala SDM untuk
dimasukkan ke sistem HRD.
5. Selama menjalankan cuti bersalin pegawai wanita bersangkutan
menerima penghasilan penuh.

PASAL 26
CUTI KARENA ALASAN PENTING

1. Cuti karena alasan penting bisa diambil jika jatah cuti tahunan sudah
habis, dengan kata lain selama jatah cuti tahunan belum diambil maka
cuti karena alasan penting belum bisa diambil.
2. Rumah Sakit memberikan izin kepada karyawan untuk mendapatkan
cuti karena alasan penting dengan gaji penuh untuk keperluan-
keperluan tertentu sebagai berikut:
1) Karyawan menikah diberikan cuti 3 hari kerja. Untuk karyawan
yang sudah bekerja 1 tahun atau lebih diberikan cuti 6 hari kerja.
2) Menikahkan Anak Sah diberikan cuti 2 hari kerja;
3) Menghitankan/membaptiskan anak sah diberikan cuti 2 hari kerja;
4) Istri sah melahirkan/keguguran kandungan diberikan cuti 2 hari
kerja;
5) Istri/suami, orang tua/mertua, atau anak/menantu meninggal
dunia diberikan cuti selama 2 hari;
6) Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia diberikan cuti
selama 1 hari;
7) Menjalankan ibadah haji pemberian ijin cuti disesuaikan dengan
jadwal resmi keberangkatan dan kepulangan ibadah haji, atau
paling lama 40 hari;
8) Melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya pemberian
izin cuti disesuaikan dengan jumlah hari yang dibutuhkan
9) Menjalankan tugas negara pemberian izin cuti disesuaikan dengan
jumlah hari yang dibutuhkan.
10) Melaksanakan tugas pendidikan dari Rumah Sakit disesuaikan
dengan jumlah hari yang dibutuhkan.
3. Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh Kepala Bidang
Umum dan Kepegawaian (SDM) dan memberikan cuti untuk paling lama
6 hari kerja.
4. Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, pegawai yang
bersangkutan mengajukan permintan kepada kepala SDM dengan
menyebutkan alasan-alasannya.
5. Selama menjalankan cuti karena alasan penting karyawan yang
bersangkutan menerima penghasilan gaji pokok.

BAB VI
DISIPLIN DAN TATA TERTIB

PASAL 27
PANDUAN KESELAMATAN KERJA

1. Setiap karyawan wajib mentaati peraturan keselamatan kerja yang


berlaku dalam Rumah Sakit
2. Pada waktu mulai, selama dan sesudah melakukan pekerjaan
karyawan wajib mentaati SPO (Standar Prosedur Operasional) dan
langkah-langkah keselamatan kerja yang ada dan ditentukan bagi
pekerjaannya.
3. Karyawan dilarang melakukan hal-hal di bawah ini :
a. Menempatkan barang/alat secara sembarangan atau tidak pada
tempatnya yang sudah ditentukan sehingga membahayakan
keselamatan dirinya atau orang lain atau merugikan Rumah Sakit.
b. Menghidupkan atau menjalankan atau menggerakkan mesin-mesin
atau alat-alat medis yang bukan menjadi tugasnya.
PASAL 28
PANDUAN KESEHATAN DAN KEBERSIHAN

1. Karyawan wajib mentaati protokol kesehatan dan kebersihan dalam


rumah sakit seperti penggunaan APD pada tindakan Rapid test.
2. Demi terciptanya kesehatan dan kebersihan di Lingkungan Rumah
Sakit, karyawan dilarang membuang sampah sisa makanan atau
barang-barang yang tidak terpakai ditempat yang bukan semestinya.
3. Karyawan di bagian pelayanan wajib mengetahui cara pmilihan sampah
medis dan non medis.

PASAL 29
PANDUAN KEAMANAN

1. Karyawan wajib mentaati peraturan keselamatan di lingkungan Rumah


Sakit.
2. Karyawan yang mengetahui adanya keadaan/kejadian atau benda yang
dapat menimbulkan kebakaran, pencurian, gangguan terhadap
keselamatan, keamanan dan ketertiban di lingkungan Rumah Sakit,
wajib memberitahukan satuan pengamanan atau atasan langsung
secara cepat untuk meminta pertolongan.
3. Setiap karyawan wajib mengetahui cara penggunaan APAR (Alat
Pemadam Api Ringan).
4. Untuk mencegah terjadinya kebakaran, karyawan dilarang:
a. Menyalakan api atau merokok di area Rumah Sakit.
b. Memainkan, merusak, mengubah, memindahkan, atau
menghilangkan alat pemadam kebakaran.
c. Membawa masuk ke dalam lingkungan Rumah Sakit bahan bakar,
bahan peledak, petasan, senjata api, atau benda lain yang mudah
menimbulkan percikan api, kecuali yang ada kaitannya dengan
tugas karyawan.
5. Untuk mencagah terjadinya pencurian dan pengrusakan, karyawan :
a. Wajib menjaga, memelihara, serta menyimpan barang-barang
Rumah Sakit yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Tidak meletakkan barang berharga di tempat yang tidak terkunci
atau tidak diawasi.
6. Untuk mencegah perkelahian atau hal lain yang dapat mengganggu
ketenangan bekerja, karyawan dilarang:
a. Melakukan hasutan atau fitnah terhadap sesama karyawan.
b. Menyebarkan desas-desus atau kabar bohong dalam bentuk dan
cara apapun yang menggelisahkan Karyawan.
c. Mengancam atau mengintimidasi atau memaksa Karyawan lain
untuk mengikuti sikap dan tindakannya.
d. Membawa senjata dalam lingkungan Rumah Sakit, kecuali dalam
rangka tugasnya.
PASAL 30
PANDUAN HUBUNGAN ATASAN-BAWAHAN

1. Seorang atasan dalam bekerja wajib:


a. Memperlakukan bawahannya dengan baik dan wajar sesuai dengan
tugas yang telah ditentukan oleh Rumah sakit.
b. Memberikan petunjuk kepada bawahannya tentang pekerjaan yang
harus dan bagaimana dilakukan termasuk peraturan kesehatan dan
keselamatan kerja.
c. Memperlakukan bawahannya dengan asas praduga tidak bersalah
ketika sedang menjalani penyidikan dari pihak berwajib ketika
melakukan kesalahan medis baik itu mal praktik ataupun etikolegal
sebelum ada putusan pengadilan yang sah.
d. Memperingatkan bawahan yang dianggap bersalah dengan
manusiawi dan tidak membentak di depan pasien maupun karyawan
lain karena termasuk perbuatan pembunuhan karakter karyawan.
e. Memberikan bimbingan dan dorongan kepada bawahannya untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan disiplin kerja.
f. Menegur atau memberikan peringatan kepada bawahannya yang
melanggar Peraturan Rumah Sakit dengan bijak.
2. Seorang bawahan dalam bekerja wajib :
a. Berlaku sopan, jujur dan wajar terhadap atasan.
b. Melaksanakan perintah dan petunjuk atasan dengan sebaik-baiknya
dalam kaitannya dengan pekerjaan.
c. Menanyakan hal-hal yang belum jelas sehubungan dengan
pekerjaannya.
d. Mengajukan usulan-usulan atau saran demi kelancaran pekerjaan.

BAB VII
TATA TERTIB RUMAH SAKIT

PASAL 31
SAKNSI PELANGGARAN TATA TERTIB

1. Kecuali Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), peringatan/sanksi yang


diberikan kepada karyawan merupakan tindakan korektif dan edukatif
terhadap tingkah laku dan perbuatan yang menyimpang dari karyawan.
2. Dalam menerapkan suatu sanksi atau peringatan terhadap suatu
pelanggaran, dasar untuk mempertimbangkan yaitu:
a. Ketentuan atau Peraturan yang dilanggar.
b. Frekuensi pelanggaran.
c. Akibat yang ditimbulkan oleh pelanggaran.
d. Unsur kesengajaan atau kelalaian.
e. Tingkat dedikasi dan loyalitas terhadap Rumah Sakit.
3. Masa berlakunya suatu sanksi atau Surat peringatan mulai tanggal
dikeluarkannya sanksi atau peringatan tersebut.
4. Suatu sanksi atau peringatan telah dinyatakan berlaku meskipun
karyawan yang dikenakan sanksi tersebut tidak mau menandatangani
surat peringatan yang dikeluarkan.
5. Apabila dalam masa berlakunya suatu sanksi atau peringatan.
Karyawan kembali melakukan pelanggaran yang sama atau
pelanggaran lainnya maka kepada karyawan yang bersangkutan di
berikan sanksi yang lebih berat hingga kemungkinan diberhentikan
(PHK).
6. Sanksi atau tindakan kedisiplinan yang diberikan atas pelanggaran
dapat berupa:
a. Surat Peringatan (SP) I
b. Surat Peringatan (SP) II
c. Surat Peringatan (SP) III
d. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

PASAL 32
KESALAHAN ATAU PELANGGARAN YANG DIKENAKAN SP I

Karyawan dikenakan SP I dengan masa berlaku 6 (enam) bulan apabila


melakukan pelanggaran-pelanggaran sebagai berikut :
1. Mangkir selama selama 3 (tiga) hari kerja berturut-turut dalam periode
1 (satu) bulan tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
2. Selama jam kerja meninggalkan tempat kerja tanpa sepengetahuan
atasan atau Atasan langsung.
3. Menutupi Kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh sesama
karyawan.
4. Tidak mengenakan pakaian kerja yang layak/seragam dan alas kaki
yang pantas pada waktu melakukan pekerjaan (disesuaikan dengan
aturan RSU Sakina Idaman).
5. Dalam waktu hari kerja, jumlah keterlambatan masuk kerja mencapai
lebih dari 3.5 jam perbulan dalam rentang waktu 3 bulan dalam
setahun baik berturut-turut maupun acak, kecuali keterlambatan oleh
hal-hal yang dapat dipertanggungjawabkan kepada atasan karyawan
yang bersangkutan dan diterima oleh atasan tersebut.
6. Menolak pemeriksaan yang dijalankan petugas keamanan dalam
menjalankan tugas memelihara keamanan dan ketertiban lingkungan
Rumah Sakit.
7. Menghilangkan barang inventaris Rumah Sakit yang tersimpan di
setiap ruangan dalam Lingkup Rumah Sakit.
8. Tidak menegur atau memberikan peringatan kepada bawahannya di
depan umum atau khalayak ramai yang melanggar Peraturan Rumah
Sakit, tata tertib maupun disiplin kerja.
9. Pada waktu mulai, atau selama, atau sesudah melakukan pekerjaan
karyawan tidak menaati SPO (Standar Prosedur Operasionl) dan
langkah-langkah keselamatan kerja yang ada dan ditentukan bagi
pekerjaannya masing-masing termasuk hal-hal dalam menggunakan
Peralatan Kerja ataupun peralatan Medis, meskipun telah diberikan
peringatan lisan oleh Atasan langsung.
PASAL 33
KESALAHAN ATAU PELANGGARAN YANG DIKENAKAN SURAT
PERINGATAN II

Karyawan dikenakan SP II dengan mana berlaku 6 (enam) bulan apabila


melakukan pelanggaran-pelanggaran sebagai berikut:
1. Mangkir selama 4 (empat) hari kerja berturut-turut dalam periode 1
bulan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Bukan karena pekerjaan luar, karyawan pulang kerja lebih awal dari
waktu yang telah ditentukan tanpa izin atasan langsung/atasan.
3. Tidak mematuhi atau tidak menjalankan sebagaimana mestinya
pengarahan Atasan.
4. Memindahkan/menyimpan peralatan kerja dari tempat semula
ketempat lain tanpa izin Atasan.
5. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah mendapatkan Surat
Peringatan I atau melakukan pelanggaran lagi, baik pelanggaran serupa
ataupun pelanggaran lainnya.

PASAL 34
KESALAHAN ATAU PELANGGARAN YANG DIKENAKAN SURAT
PERINGATAN III (TERAKHIR)

Karyawan dikenakan Surat Peringatan III (terakhir) dengan masa berlaku 6


(enam) bulan apabila melakukan pelanggaran-pelanggaran sebagai
berikut :
1. Mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut dalam periode 1
(satu) bulan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Mengoperasikan mesin, peralatan medis dan non medis atau
menggunakan bahan-bahan atau peralatan tidak sesuai dengan
perintah atasan.
3. Menyebarkan berita atau isu dalam lingkungan Rumah Sakit sehingga
menimbulkan keresahan diantara sesama karyawan.
4. Melalaikan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya sehingga
menimbulkan kecelakaan bagi dirinya dan karyawan lain.
5. Terlibat perkelahian atau mogok kerja atau demonstrasi dalam
lingkungan rumah sakit di bawah ancaman atau perintah Atasan atau
teman sejawat.
6. Setelah 2 (dua) kali berturut-turut karyawan menolak untuk menaati
perintah atau penugasan yang layak dari atasan
7. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah mendapat Surat Peringatan II
atau selama masih berlaku Surat Peringatan II melakukan pelanggaran
lagi baik pelanggaran serupa ataupun pelanggaran lainnya.
PASAL 35
KESALAHAN ATAU PELANGGARAN BERAT DENGAN SANKSI
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

Karyawan dikenakan sanksi PHK apabila melakukan kesalahan atau


pelanggaran sebagai berikut:
1. Melakukan tindak kejahatan antara lain penipuan, pencurian,
penggelapan barang/uang milik Rumah Sakit atau milik sesama
karyawan atau milik pihak luar, memperdagangkan barang terlarang
dalam lingkungan Rumah Sakit maupun diluar Rumah Sakit atau
kejahatan lainnya.
2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan.
3. Mabuk, minum minuman keras yang memabukkan di Lingkungan
Rumah Sakit.
4. Berjudi dan memakai narkoba.
5. Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan atau
kesusilaan dilingkungan Rumah Sakit.
6. Dengan sengaja walaupun sudah diperingatkan membiarkan karyawan
atau teman sekerja dalam keadaan bahaya.
7. Menyerang atau mengintimidasi direktur, atasan ataupun sesama
karyawan.
8. Menganiaya, mengancam secara fisik ataupun mental, menghina secara
kasar kepada direktur, atasan dan sesama karyawan.
9. Membongkar atau membocorkan rahasia rumah sakit atau
mencemarkan nama baik Rumah Sakit yang seharusnya dirahasiakan.
10. Menerima sogokan/pemberian apapun dari siapa saja dalam bentuk
apapun yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
11. Melakukan pungutan liar di lingkungan Rumah Sakit
12. Tanpa izin membawa keluar dari lingkungan Rumah Sakit atau tidak
menjaga kerahasiaan dokumen yang menjadi rahasia Rumah sakit.
13. Dengan sengaja atau ceroboh membuat orang lain terkena kecelakaan
karena perbuatannya.
14. Berkelahi atau melakukan tindak pidana penganiayaan di Lingkungan
Rumah Sakit atau dalam rangka kegiatan dinas.
15. Menghasut, mempengaruhi, atau melakukan pemogokan yang tidak
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di lingkungan Rumah
Sakit sehingga mengganggu kelancaran Operasional Rumah sakit.
16. Ceroboh atau lalai dalam menjalankan tugasnya hingga menimbulkan
kerugian materiil/immaterial terhadap Rumah Sakit.
17. Tanpa alasan yang jelas menolak mutasi, rotasi, atau alih tugas yang
dilakukan Rumah Sakit, atau tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan tetap menolak untuk mentaati perintah atau
penugasan yang layak dari atasan meskipun telah dikenakan Surat
peringatan.
18. PHK dapat dilakukan setelah dibuktikan secara sah menurut hukum
dengan menganut asas praduga tak bersalah.
BAB VIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

PASAL 36
Bentuk PHK

Bentuk-bentuk Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terdiri dari :


1. PHK dalam masa percobaan
2. PHK karena karyawan pensiun usia mencapai 55 (lima puluh lima)
tahun
3. PHK karena berakhirnya hubungan kerja untuk waktu tertentu
(khusus karyawan Kontrak)
4. PHK karena karyawan mengundurkan diri.
5. PHK karena Rumah Sakit tutup
6. PHK karena karyawan menjalani hukuman pengadilan atau instansi
berwajib lainnya
7. PHK karena karyawan meninggal dunia.
8. PHK karena karyawan melakukan kesalahan atau pelanggaran berat.

PASAL 37
PHK KARENA HUBUNGAN KERJA WAKTU TERTENTU

1. Hubungan kerja untuk waktu tertentu berakhir pada tanggal jatuh


tempo yang disebutkan dalam PKWT.
2. Rumah Sakit tidak membayar uang pesangon dan uang penghargaan
masa kerja kepada karyawan yang menjalani PHK karena berakhirnya
perjanjian kerja
3. Karyawan kontrak dan rumah sakit tidak boleh melakukan PHK
sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja kecuali atas
kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan ayat 4 di bawah ini.
4. Karyawan kontrak yang mengakhiri masa kontrak sebelum masa PKWT
habis maka menurut pasal 64 UU Tenaga Kerja No. 13 tahun 2003
harus membayar ganti rugi sebesar jumlah gaji pokok sisa bulan
sampai PKWT berakhir.
5. Dalam hal karyawan kontrak melakukan kesalahan atau pelanggaran
berat, pihak Rumah Sakit berhak melakukan PHK sebelum berakhirnya
perjanjian kerja tanpa kewajiban membayar upah untuk masa kontrak
yang belum dijalani.

PASAL 38
PHK KARENA KARYAWAN MENGUNDURKAN DIRI

1. Karyawan yang ingin berhenti kerja dari Rumah Sakit diwajibkan


mengajukan permohonan tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum tanggal pengunduran diri.
2. Karyawan kontrak yang mengakhiri masa kontrak sebelum masa PKWT
habis maka menurut pasal 64 UU Tenaga Kerja No. 13 tahun 2003
harus membayar ganti rugi sebesar jumlah gaji pokok sisa bulan
sampai PKWT berakhir.
3. Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-
turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti
yang sah dan telah dipanggil oleh Kepala SDM 2 (dua) kali secara patut
dan tertulis dapat di PHK karena dikualifikasikan mengundurkan diri.

PASAL 39
PHK KARENA RUMAH SAKIT TUTUP ATAU PAILIT ATAU
RASIONALISASI

1. Dalam hal PHK karena Rumah Sakit tutup akibat mengalami kerugian
terus menerus selama 2 (dua) tahun atau karena keadaan memaksa
atau karena Rumah Sakit pailit, karyawan berhak atas 1 (satu) kali
uang pesangon 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja.

PASAL 40
PHK KARENA KARYAWAN MENJALANI HUKUMAN PENGADILAN
KARENA PELANGGARAN DI LUAR RUMAH SAKIT

1. PHK dapat dilakukan setelah 6 (enam) bulan Karyawan di tahan oleh


pihak yang berwajib atau karena karyawan dinyatakan bersalah oleh
pengadilan atau perkara pidana yang dilakukan.
2. Selama karyawan di tahan oleh pihak yang berwajib bukan atas
pengaduan Rumah Sakit tidak wajib membayar gaji/upah, tetapi wajib
memberikan bantuan kepada keluarga karyawan yang menjadi
tanggungan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk satu orang tanggungan adalah sebesar 25 % dari gaji;
b. Untuk dua orang tanggungan adalah sebesar 35 % dari gaji;
c. Untuk tiga orang tanggungan adalah sebesar 45 % dari gaji;
d. Untuk empat orang tanggungan adalah sebesar 50 % dari gaji;
Pada point a, b, c, d disesuaikan dengan aturan atau kebijakan dari
Pihak Rumah Sakit.
3. Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatas diberikan untuk
waktu paling lama 6(enam) bulan terhitung sejak hari pertama karyawan
ditahan oleh pihak yang berwajib.
4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6
(enam) bulan berakhir dan karyawan dinyatakan tidak bersalah, maka
pihak Rumah Sakit wajib mempekerjakan kembali Karyawan tersebut.

PASAL 41
PHK KARENA KARYAWAN MENJALANI HUKUMAN PENGADILAN
KARENA
PELANGGARAN DI DALAM RUMAH SAKIT

1. Karyawan yang dibebaskan sementara dari tugas karena diduga


melakukan pelanggaran di dalam Rumah Sakit dibayarkan Gaji yang
besarnya setiap bulan sebagai berikut:
a. 1 s.d 3 bulan: 75% (tujuh puluh lima persen) dari gaji
b. 4 s.d 6 bulan: 50% (lima puluh persen) dari gaji
2. Jika hubungan kerjanya dilanjutkan, maka Gaji dibayarkan dengan
memperhitungkan Gaji yang diterima berdasarkan angka 1 di atas.
3. Jika Rumah Sakit berpendapat bahwa pemutusan hubungan kerja
harus dilakukan, maka pemutusan hubungan kerja diberitahukan
secara tertulis selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelumnya.

PASAL 42
PHK KARENA KARYAWAN MENINGGAL DUNIA

Hubungan kerja berakhir dengan sendirinya manakala Karyawan


meninggal dunia kepada ahli waris yang sah dari karyawan akan diberikan
sejumlah santunan sesuai dengan aturandan kebijakan dari Rumah Sakit.

PASAL 43
PHK KARENA KARYAWAN MELAKUKAN PELANGGARAN BERAT

Karyawan yang diputuskan hubungan kerjanya karena melakukan


kesalahan atau pelanggaran berat baik melanggar etik, hukum bahkan
melakukan malpraktik hingga menghilangkan nyawa pasien karena
kecerobohannya, tidak berhak atas uang pesangon maupun uang
penghargaan masa kerja.

PASAL 44
BENTUK PELANGGARAN ETIK DAN HUKUM TENAGA MEDIS

1. Melakukan Praktik kedokteran dengan tidak kompeten


2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki
kompetensi sesuai
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Menjalankan praktik dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan Pasien.
5. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan tanggungjawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau
pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien.
6. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan pasien.
7. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate
information) kepada pasien atau keluarganya terkait terapi medis.
8. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan tindakan
medik (Informed Consent) dari pasien atau keluarganya.
9. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan
yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
10. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas
permintaan sendiri dan atau keluarganya (Euthanasia).
11. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila dokter yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
12. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien
tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau etika profesi.
13. Membuka rahasia kedokteran sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau etika profesi.
14. Membuat keterangan medik yang tidak di dasarkan kepada hasil
pemeriksaan yang diketahunya secara benar dan patut.
15. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan
(torture) atau eksekusi hukuman mati.
16. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan etika profesi.
17. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan
kekerasan terhadap pasien di tempat praktik.
18. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta
pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat kesehatan.
19. Tenaga medis dan para medis ketergantungan pada narkotika,
psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya.
20. Berpraktik dengan menggunakan STR atau SIP dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah.
21. Tenaga medis yang tetap menjalankan praktik tanpa memperpanjang
STR dan SIP yang telah habis masa berlakunya.
22. Ketidak jujuran dalam menentukan Jasa medik.

PASAL 45
BENTUK SANKSI PELANGGARAN ETIK DAN HUKUM TENAGA MEDIS

1. Teguran atau tuntunan secara lisan atau tulisan dari Direktur RSU
Sakina Idaman.
2. Penundaan kenaikan gaji atau pangkat
3. Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah
4. Pelanggaran etikolegal diberikan hukuman dan diproses ke pengadilan
setelah dibuktikan secara sah menurut hukum

PASAL 46
PENYELESAIAN KELUHAN ATASAN DAN BAWAHAN

1. Tujuan Penyelesaian Keluhan


a. Terpeliharanya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan
b. Menghindarkan adanya rasa “sakit hati” yang mungkin timbul
c. Memberikan sarana komunikasi secara langsung antara bawahan dan
atasan dalam menyelesaikan masalah-masalah
2. Tata Cara Penyelesaian
a. Langkah Pertama
Karyawan dianjurkan untuk mengemukakan sendiri keluhannya
kepada atasannya langsung dan diselesaikan secara musyawarah.
b. Langkah Kedua
Jika pada langkah pertama dalam 12 (dua belas) hari kerja belum
dapat penyelesaian yang memuaskan, maka karyawan yang
bersangkutan dapat meneruskan keluhannya secara tertulis kepada
SDM.
c. Langkah Ketiga
Karyawan yang tidak mendapatkan hasil yang memuaskan di langkah
kedua maka dapat mengajukan ke Direktur RSU Sakina Idaman.
3. Hak Karyawan dalam hubungan Atasan dan Bawahan
1. Setiap karyawan berhak atas perlakuan yang layak sesuai dengan
peraturan serta ketentuan-ketentuan yang ada dan berlaku di Rumah
Sakit.
2. Setiap karyawan berhak atas perlindungan hukum terhadap
ketidakadilan atau tindakan sewenang-wenang dari atasannya.
3. Setiap penyelesaian perselisihan berpedoman pada peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.

Pasal 47
PENGEMBALIAN PERLENGKAPAN DAN FASILITAS PERUSAHAAN

Apabila terjadi pemutusan hubungan kerja dengan alasan apapun,


karyawan wajib mengembalikan peralatan atau perlengkapan ataupun
fasilitas lain yang dipinjamkan kepada karayawan. Dan perusahaan berhak
menahan pembayaran apapun termasuk gaji apabila perlengkapan atau
peralatan atau fasilitas kerja yang pernah dipinjamkan belum
dikembalikan kepada perusahaan.

BAB IX
PENUTUP

1. Rumah Sakit dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu


akan/dapat melakukan penilaian pekerjaan karyawan atau Unit Kerja
2. Peraturan Rumah Sakit ini apabila diperlukan akan dibuat Peraturan
Pelaksanaannya yang ditetapkan oleh Direktur
3. Setiap karyawan wajib untuk mengetahui dan mematuhi Peraturan
Rumah Sakit ini. Perjanjian Kerja atau peraturan lain sebagai peraturan
pelaksanaan atau dibuat guna menjamin kepastian hukum karyawan
Rumah Sakit.
4. Tidak seorang karyawan satupun dapat mengelak dari tugas dan
tanggungjawabnya dengan alasan tidak mengetahui Peraturan Rumah
Sakit ini.
5. Hak menafsirkan Peraturan Rumah Sakit ini ada pada Rumah Sakit,
apabila terjadi perbedaan persepsi sebagai penafsiran karyawan
terhadap kata atau kalimat dalam Peraturan Rumah Sakit.
6. Apabila ada yang belum cukup diatur dalam Peraturan Rumah Sakit ini,
maka segala sesuatunya dapat/akan ditinjau kembali dengan
mempertimbangkan ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku.
7. Dengan dibuat dan ditandatangani Peraturan Rumah Sakit ini maka
semua peraturan sejenis, baik tertulis maupun lisan, dalam bentuk
apapun juga yang pernah ada di Rumah Sakit menjadi batal demi
hukum dan tidak berlaku lagi bagi karyawan Rumah Sakit.

Peraturan Rumah Sakit ini mulai berlaku setelah disahkan oleh instansi
Tenaga Kerja terkait untuk selama-lamanya 2 (dua) tahun, Peraturan
Rumah Sakit selanjutnya dibagikan kepada Karyawan untuk diketahui dan
dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

Sleman, 1 Januari 2021


Ketua Direktur
Yayasan Sakina Idaman Rumah Sakit Umum Sakina Idaman

dr. H. Nizar Hero Kartika, M.Kes.., Sp.OG dr. H. Nur Muhammad Artha, M.Sc., M.Kes., Sp.A

Wakil Karyawan
Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian Kepala bagian keuangan

Ns. Wahyu Kusrini, S.Kep., MMR Hery Pujiatmoko, SE

Anda mungkin juga menyukai