KAUM BAPAK GEREJA TORAJA
DAN BEBERAPA GAGASAN DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM
Oleh : Pnt. Aleksander Mangoting
(Disampaikan dalam pertemuan PKBGT se Klasis Sulawesi Tengah Timur, sebagai pengantar diskusi
pada tanggal 7 Desember 2012 di Tentena, Sulawesi Tengah). Juga disampaikan dalam Pembinaan di
Jemaat Sion Barati tgl. 9 Desember 2012).
I. Pendahuluan
Sungguh, Tuhan sudah memberkati Toraja, masyarakat dan orang Toraja melalui
pemberitaan Injil oleh orangorang asing yang diutus Tuhan dari berbagai tempat yang amat
jauh. Mulai dengan kehadiran beberapa orang guru beragama Kristen asal Ambon,
Minahasa, Sangir, Kupang, dan Jawa (anggota Indische KerkGereja Protestan Indonesia)
pada sekolah Landschap yang dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908 di
Toraja, kemudian dilanjutkan secara intensif oleh utusanutusan lembaga pekabaran Injil
dari Belanda, yakni Gereformeerde Zendingsbond (GZB).
Atas pimpinan dan kuasa Roh Kudus, buah pertama dari pekabaran Injil di Toraja
nyata pada saat pembaptisan pertama pada tanggal 16 Maret 1913 kepada 20 orang murid
sekolah Landschap di Makale oleh Hulpprediker Jonathan Kelling dari Bontain yaitu W.
Batjo, Jan Buto' (Ma'kale), P. Karoma' (Gandangbatu), Oktavianus Karre' (Tangti,
Mengkendek), P. Karre Mangontan (Tokesan), Johannes Lamba' (Awa'), E. Lebu'
(Gandangbatu), Pil Onggo (Pa'buaran), Alexander Rantealo (Ma'kale), S. Rasut, Romon,
Benyamin Roeroek (Awa'), Pither Roeroek (Tangti, Mengkendek), H. Saba' (Madandan) M.
Sakung (Tapparan), D. soemoele (Awa'), M. Tempang (Uluwai), Isak Tondok (Lemo), Karel
Tuppang (Manggau, Ma'kale), Lukas Tuppa (Gandangbatu). Anakanak yang dibaptis
terlebih dahulu mendapatkan pendidikan atau pengajaran (sama dengan katekisasi) dari guru
Ndun dan S. Sipasulta selama setahun. Namun sebelum memasuki katekisasi di sekolah
yang dilaksanakan sesudah jam sekolah diawali dengan memberi ala kadarnya mengenai
Agama Kristen, kemudian ditanyakan apakah mereka mau pindah masuk Kristen? Hal ini
dilakukan oleh Pdt. J. Kelling dan guruguru Landschapsschool. Tanggal pelaksanaan
baptisan pertama inilah yang kemudian dijadikan tonggak sejarah untuk penentuan waktu
peringatan masuknya Injil di Toraja.
Selanjutnya pemberitaan injil dituntun dan diberkati Tuhan melalui berbagai bentuk
dan cara, termasuk melalui pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta pendirian jemaat dan
gereja. Beberapa utusan GZB yang namanya tercatat dalam sejarah PI di Toraja antara lain:
Belksma, Van der Veen, dan A.A. van der Loosdrecht, yang kemudian dianggap sebagai
salah seorang utusan zending yang mati syahid di Toraja.
A.A. van der Loosdrecht tiba di Rantepao pada tanggal 10 November 1913 dan
meninggal dunia pada bulan juli 1917. Walaupun pemberitaan Injil mengalami hambatan
1
hambatan, sampai pada terjadinya pembunuhan tersebut, pemberitaan Injil terus
berkembang, bahkan wilayah PI kemudian meluas ke wilayah Rongkong dan Seko. Tuhan
memberkati Toraja dengan luar biasa, sehingga dalam waktu singkat jumlah orang Toraja
yang menerima injil meningkat pesat, pendidikan maju, dan layanan kesehatan semakin
baik. Gereja terus bertumbuh, termasuk dalam hal kelembagaan, dan pada tanggal 25 Maret
1947 Gereja Toraja resmi berdiri sebagai lembaga.
Berkat Tuhan telah melimpah kepada Toraja, masyarakat Toraja, gerejagereja di
Toraja dan orang orang Toraja, termasuk di dalamnya sub suku Rongkong dan Seko, dan sub
suku lain yang menerima keberadaan sebagai suku Toraja. Dalam hal ini, terminologi Toraja
yang digunakan adalah terminologi budaya. Artinya, yang dimaksud Toraja meliputi suku
suku (sub suku) di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat, yang memiliki
akar budaya yang sama. Hingga kini, jejak kesamaan budaya yang paling mudah diketahui
adalah bahasa. Dengan pengertian budaya, Toraja dapat meliputi orang Pamona, Rongkong,
Luwu, Seko, Mamasa, Enrekang dan Kalumpang.
Pembaruan dan kemajuan dalam berbagai bidang telah dinikmati oleh jutaan orang
Toraja, dan gerejagereja di Toraja, baik aspek spiritual maupun di bidang pendidikan
dengan semakin banyaknya sekolah dan orang Toraja yang berpendidikan, dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi, layanan kesehatan dengan hadirnya rumah sakit, transformasi
budaya sebagai buahbuah injil, kemajuan ekonomi dll. Tepatlah kalau seluruh warga Toraja
bersyukur dengan sepenuh hati, termasuk masyarakat secara keseluruhan bahkan
lingkungan, pohonpohon pun ikut bersyukur (Mz.96 ).
Berbicara mengenai PKBGBT (Persekutuan Kaum Bapak Gereja Toraja) tentu kita harus
melihat secara keseluruhan mengenai Gereja Toraja. Tahun 2013 Gereja Toraja akan
melaksanakan peringatan 100 tahun Injil Masuk Toraja. Ada dua peristiwa penting yang
perlu kita kenang dan rayakan yaitu peristiwa baptisan pertama di Makale yang dilakukan
oleh Pdt. Jonathan Kelling dari Bantaeng pada tanggal 16 Maret 1913 dan kedatangan
Antonio van de Loosdrecht pada tahun 1913 lalu, seorang tenaga misionaris dari GZB.
Gereja Toraja berdiri sendiri pada tanggal 25 aret 1947, ketika dilaksanakan SSA I.
Dalam perjalanan yang sudah cukup panjang sebagai sebuah Sinode, tentu berbagai
pengalaman dan situasi dialami. Ada situasi pendudukan Jepang, situasi DI/TII, Orde Lama,
Orde Baru, orde reformasi hingga kini.
Kini. Sudah lebih seribu jemaat, ditamba cabang kebaktian dan tempat kebaktian.
Dilayani lebih lima ratus pendeta. Dalam konteks sekarang ini, tentu banyak pergumulan
baik intern maupun ekstern yang sedang dialami. Semua ini membuat semakin kuat dan
dewasa dalam berjemaat, bermasyarakat dan berbangsa.
Persoalan yang kita hadapi sekarang ialah bagaimana menata pelayanan untuk menjawab
berbagai pergumulan kehidupan warga gereja, bagaimana mempersiapkan anggotanya untuk
menghadapi masa depan yang lebih baik, bagaimana membuat program pada tingkat
Sinode, Klasis dan jemaat termasuk programprogram OIG sehingga dapat mengikuti
1
dinamika kehidupan jemaat dan kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
II. Siapakah kaum Bapak (atau Bapa).
1. Menurut Alkitab dalam kamus Alkitab. Dalam perjanjian Lama bapa memiliki makna
yang lebih luas daripada “kepala keluarga” inti dizaman modern. Mungkin ia seorang
kepala suku (kej. 32:9), atau seorang nabi (2 Raj. 2:12). Dalam suatu keluarga bapa
mengatur “pernikahan, dapat pula menjual anak lakilaki atau perempuannya ke dalam
perbudakan. Bapalah yang memberikan pengajaran keagamaan. Dalam Perjanjian Baru,
Yesus menyebut Allah sebagai BapaNya, dengan demikian Allah menjadi Bapa yang
ideal bagi semua umat manusia (Ef. 3:1415). Dalam Injil Yohanis aktifitas Yesus
Kristus mencerminkan kasih Bapa, dan Ia bertindak dengan kasih Bapa (Yoh. 3:35).
Ketika Yesus melarang pengikutNya agar tidak menyebut siapa pun Bapa di bumi ini
(Mat. 23:9), tidak berarti bahwa anakanak dilarang menyebut ayah alamiah mereka
“bapa”, juga bukan larangan bagi orang dewasa untuk menyebut “bapa” para
pembimbing rohanianya. Larangan itu merupakan peringatan agar tidak memandang
sebagai bapa seorang “nabi” atau “guru” yang tidak sejalan dengan tradisi yang sah.
2. Menurut Organisasi Gereja Toraja. Gereja Toraja sebagai sebuah lembaga kegerejaan
dengan sistem presbiterial – Sinodal. Jadi kekuatan utama kita adalah jemaat. Dalam
organisasi Gereja, maka PKBGT merupakan salah satu OIG disamping OIG lainnya
yaitu, PWGT, PPGT dan SMGT. Perlu kita pahami, bahawa PKBGT menurut Tata
Kerjanya ru berdiri pada tanggal 31 Oktober 2008, saat pengurus pertama yang dibentuk
oleh BPS Gereja Toraja disahkan dalam Rapat Kerja Gereja Toraja. PWGT pada tanggal
4 Desember 2012 berusia 46 tahun. PPGT dan SMGT juga sudah berumur 40 tahun
lebih. Dalam perjalanan selama 4 tahun pengurus PP.PKBGT bentukan BPS GT, slaah
satu prestasi yang dicapai adalah dapat melaksanakan Persidangan I PKBGT se Gereja
Toraja yang dilaksakan di Makale, 2325 Maret 2012 lalu. Jadi ketiga OIG sudah
berumur lebih 40 tahun, sehingga sudah terjadi beberapa generasi kepengurusan,
sedangkan PKBGT baru satu kali. Dalam konteks demikian, tentu PKBGT diharapan
dapat memacu diri mengejar ketertinggalan dari OIG lainnya.
3. Menurut Tata Kerja PKBGT : Dalam Tata Kerja PKBGT maka anggota PKBGT adalah
semua lakilaki yang sudah berumur lebih dari 35 tahun, atau sudah menikah.
4. Menurut orang Toraja. Bapak = Ambe, maka ambe, tidak selalu lakilaki tetapi
perempuanpun dapat berperan sebagai lakilaki yaitu dalam ungkapan kiposonda ambe'.
III. Pokokpokok Program Periode 20112016
Dalam SsA XXIII yang lalu, maka tema yang akan menjiwai seluruh program kita untuk
periode 20112016 adalah : “Mengasihi dengan Perbuatan dan Dalam Kebenaran” I
1
Yohanis 3:18).
Adapun Pokokpokok garis besar program Gereja Toraja untuk periode 20112016 adalah
sebagai berikut:
1. Penghayatan dan penjemaatan Spiritualitas kasih sebagai ibadah yang sejati.
2. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pengembangan SDM yang Cinta Kebenaran.
3. Pengembangan Pemahaman Eklesiologi, pengorganisasian Gereja dan Kemitraan
Jemaat.
4. Kebudayaan, pembudayaan etika Kristen, Keluarga Kristen dan penaggulangan
kekerasan.
5. Pemberdyaaan ekonomi dan Pengmebangan Diakonia Transformatif dalam upaya
penanggulangan akar kemiskinan.
6. Pengembangan Peran Oikumenis, relasional Kelembagaan dan Pengelolaan Pluralitas.
7. Pengembangan Partisipasi Dalam Pelayanan Sosial dan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat.
8. Pengembangan peran Kebangsaan dan kiprah profetik di Bidang Politik.
9. Ketanggapan Ekologis dan kepedulian sosial.
10. Pendayagunaan sarana/prasarana, penggalangan dana dan pengembangan penatalayanan.
IV. Penanggungjawab keluarga.
Bapak sebagai kepala keluarga, juga sebagai Imam dalam keluarga. Selain itu, seorang
Bapak dipundaknya terletak tugas yang amat berat. Bertanggungjawab mengenai kehidupan
sosial, ekonomi, membangun kelangsungan kehidupan sebuah keluarga, mengarahkan
keluarga ke arah yang lebih baik (berdasarkan Iman Kristen) dll. Jadi tugasnya amat berat.
V. Hirarki pengambilan keputusan:
1. Sidang Sinode Am Gereja Toraja. Merupakan persidangan dan pengambilan keputusan
terluas (tinggi) dalam Gereja Toraja.
2. Pengakuan Gereja Toraja dan Tata Gereja Toraja.
3. Keputusan Sidang Sinode Am.
4. Rapat Kerja se Gereja Toraja untuk menjabarkan program yang diputuskan dalam Sidang
Sinode Am.
5. Keputusan Persidangan setiap OIG (yang tidak boleh bertentangan dengan : Pengakuan
Gereja Toraja, Tata Gereja Gereja Toraja, Keputusan SSA).
VI. Halhal yang yang perlu diperhatikan:
1
1. Potensi dari kaum bapak. Dalam pelaksanaan program di jemaat, Klasis, hal yang
menjadi pertimbangan utama adalah potensi yang ada pada seluruh anggota PKBGT.
2. Potensi sekitar kita. Dalam merencanakan dan melaksanakan program kerja, maka
potensi lokal atau sekitar kita yang perlu menjadi perhatian kita
3. Jaringan kerja yang ada. Dalam dunia modern sekarang (walaupun masih ada
penduduk Indonesia yang masih berada pada pola jaman tradosional), maka kita tidak
akan mungkin melakukan program kerja secara baik tanpa sebuah jaringan kerja
yang baik.
4. Mengembangkan program sesuai dinamika kaum bapak. Dalam melaksanakan
program tentu perlu mempertimbangkan dinamika kaum bapak. Bila melaksanakan
program terlalu ketat aturan titik komanya, maka program itu akan sulit dilaksanakan.
Program perlu dilaksanakan dalam suasana santai tetapi serius.
VII. Program tahun 2013
1. Pengembangan spiritualitas. Perlu mengadakan pembinaan dan pelatihan dalam
kerangka mengembangkan spiritualitas Kaum Bapak. Hal ini kita hatapkan akan
dilaksanakan dari tingkat Jemaat, Klasis dan tingkat pusat.
2. Minggu kaum Bapak – liturgi diterbitkan oleh PP.PKBGT. Minggu kaum Bapak
dilaksanakan minggu disekitar tgl. 31 Oktober setiap tahun.
3. Pelayanan terpadu – dilaksanakan dalam koordinasi Ketua IV BPS GT yang
membidangi tentang OIG. Ini diharapkan sampai ke Jemaat akan terbangun kerjasama
yang baik diantara keempat OIG yang ada.
4. Perayaan 100 tahun Injil Masuk Toraja. Dalam peringatan ini diharapkan mulai dari
tingkat Jemaat, Klasis dan sampai ke tingkat Nasional semua pihak termasuk kaum
Bapak akan berpartisipasi. Untuk tingkat pusat akan dilaksanakan penanaman pohon di
Tana Toraja dan Toraja Utara sekitar 100.000 bibit pohon. Domino dengan 100 meja.
Juga akan dilakukan lomba PS dan VG untuk kategori Kaum Bapak, Pemuda, Wanita
dan Sekolah Minggu.
5. Konsep Spipiritualitas Gereja Toraja dalam bidang ekonomi, sosial, dan
kemasyarakatan – diharapkan untuk tingkat pusat akan ada rumusan mengenai konsep
teologis dari semua yang dilaksanaan.
6. Perkunjungan – perkunjungan ini akan semakin diintesifkan dalam kerangka
membenahi organisasi PKBGT, apalagi sampai hari ini (awal Desember 2012) belum
sampai 50 Klasis yang mempunyai pengurus, termasuk jemaat juga belum 50 % jemaat
dalam lingkup Gereja Toraja yang sudah mempunyai kepengurusan. Langkah yang kita
lakukan adalah membangun komunikasi dengan BPK dan BPM untuk mendorong Klasis
1
dna Jemaat untuk membentuk kepengurusan pada semua tingkatan tersebut.
7. Pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi diharapkan untuk menjawab
kebutuhan anggota PKBGT dan perkembangan yang ada. Pembenahan ini bukan hanya
pada tingkat pusat, tetapi paling utama mulai dari tingkat jemaat, Klasis.
8. Penyakit sosial. Penyakit sosial seperti HIVAIDS, judi, masalah TKI (W) dan berbagai
persoalan lain, kiranya diberi perhatian oleh PKBGT.
9. Lingkungan hidup. Persoalan lingkungan hidup bukan hanya persoalan kita di
indonesia tetapi merupakan persoalan iternasional. Dalam skala kecil, lokal masing
masing, maka tentu kita perlu memperhatikan lingkungan sekitar kita. Hal ini, PKBGT
perlu mengambil peran secara aktif dan dinamis untuk melihat persoalan ini sebagai
bagian dari persoalan kaum bapak. Program ini diharapkan membangun kesadaran
kepada Kaum Bapak untuk turut bertanggungjawab terhadap pemeliharaan lingkungan
hidup.
10. Oikumene. Tuan rumah dalam rangka pelaksanaan Konnas PKB PGI VII tahun 2013.
Konnas ini sebagai sebuah wadah (Forum) untuk tukar pengalaman. Selain itu, pada
bagian pertama konsultasi akan ada pemaparan dari berbagai pakar mengenai beberapa
pokok. Sesudah itu diadakan diskusi kelompok. Sesudah itu, ada kesimpulan
kelsimpulan yang akan menjadi bahan pedoman bersama dalam melaksanakan pelayanan
Kaum Bapak di Gereja masingmasing.
11. Pemberdayaan ekonomi. Persoalan utama yang kita hadapi semua kantongkantong
Kristen di Indonesia adalah masalah ekonomi. Program pngembangan ekonomi ini harus
mendapat perhatian yang cukup serius dari kaum Bapak. Untuk itu, dapatkah dalam
menyusun program di tingkat Jemaat dan Klasis hal ini dijadikan program unggulan.
Artinya, porsi untuk program ini kiranya diberi perhatian yang sungguhsungguh
sehingga ekonomi keluarga berkembang dan ekonomi jemaat akan meningkat pula.
Semua ini merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan bagi kaum Bapak.
12. Adat dan budaya. Gereja toraja sebagai sebuah Gereja yang hadir dan hidup dalam
sebuah budaya, maka seharusnya kita mrnggali nilainilai adat dan budaya, mana yang
sesuai dengan iman kristen dan mana yang tidak.
13. Politik dan Iman Kristen. Hal ini perlu digumuli karena para kaum bapaklah yang
paling banyak terlibat dalam hal ini. Jadi kita perlu dasardasar untuk melaksanakan
sesuai iman Kristen.
14. Dana. Partisipasi Klasis, kalender, sumbangan lain yang tidak mengikat. Dalam
kerangka mendukung program yang dilaksanakan pada tingkat pusat, maka ada beberapa
sumber dana yang diharapkan. Hal ini tentu juga kita harapkan kerjasama kita semua.
15. Pengembangan organisasi dan SDM. Dalam kerangka mengelola sebua organisasi,
walaupun PKBGT ini baru berjalan 4 tahun, maka diperlukan untuk pengembangan
1
organisasi dan terutama kepada peningkatan SDM yang terlibat dalam kepengurusan,
sehingga ke depan, akan semakin maju sesuai kebutuhan dan dinamika perkembangan
yang ada.
VIII. Beberapa contoh program
Beberapa contoh progrram yang sudah dilaksanakan oleh jemaat atau klasis dalam lingkup
Gereja Toraja:
1. Sunatan massal.
2. Ma'te'tek = arisan kerja dengan dasar perhitungan memakai jam kerja.
3. Kelompok tani.
4. Ibadah sesuai dinamika.
5. Paduan suara, vokal group.
6. Ibadah bersama, ada yang tiap minggu, dua mingguan dan sebulan sekali.
Demikian pengantar diskusi dalam rangka mengembangkan program kerja PKBGT sesuai
potensi yang ada di sekiar lokasi kita dan potensi anggota PKBGT.
Rantepao, awal Desember 2012
Pnt. Aleksander Mangoting
Sekretaris Umum PKBGT 20122017
HP : 081342493774, 081253577774, Email : aleksander_mangoting@yahoo.com
Bacaan:
Alkitab Edisi Studi
Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007.
Keputusan SSA XXIII