Anda di halaman 1dari 41

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Tinjauan Penguatan Nilai-Nilai Karakter
a. Pengertian Penguatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 468), pengertian
penguatan adalah “proses, cara, perbuatan menguati/menguatkan.” Penguatan
merupakan sebuah proses, cara, ataupun perbuatan terhadap sesuatu hal yang
bertujuan menguatkan.
JJ. Hasibuan (2002: 58) mendefinisikan memberikan penguatan
diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu
tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut
timbul kembali.
Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat
relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita.
Diakui atau tidak saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan
dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu
anak-anak. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas,
maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman,
pencurian remaja, kebiasaan mencontek, dan penyalahgunaan obat-obatan,
pornografi, perkosaan, perampasan, dan perusakan milik orang lain sudah
menjadi masalah sosial yang hingga kini belum dapat diatasi secara tuntas.
Perilaku remaja kita juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan
bullying di sekolah, dan tawuran. Akibat yang ditimbulakn cukup serius dan
tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakan
ini teah menjurus kepada tindakan kriminal (Dimyati, 2010: 48).
Penguatan nilai-nilai karakter dapat dilakukan melalui :
1. Melalui kegiatan Ekstrakurikuler
Penguatan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa di luar sekolah dapat
commit
dilakukan melalui kegiatan to user
ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal
tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik.
Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta
terhadap tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan, melakukan
pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan
kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang tertimpa musibah
banjir/bencana alam, memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat
umum, membantu membersihkan atau mengatur barang di tempat ibadah
tertentu)Penerapannya dapat dilakukan dengan berbagai strategi
pengintegrasian dalam program-program sekolah melalui kegiatan rutin,
spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Sekolah yang menjalankan
program pendidikan karakter bangsa ditandai dengan sejumlah indikator
sekolah dan kelas. Pelaksanaaan program pendidikan karakter bangsa ini
dinilai secara terus menerus dan berkesinambungan.(Hartati,P .2000:78)
2. Melalui proses Habituasi
Penguatan sebagai respon dari pendidikan karakter perlu dilakukan
dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus. Penguatan dimulai
dari lingkungan terdekat dan meluas pada lingkungan yang lebih luas. Di
samping pembelajaran dan pemodelan, penguatan merupakan bagian dari
proses intervensi. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses habituasi.
Hal itu akhirnya akan membentuk karakter yang akan terintegrasi melalui
proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu.
Penguatan dapat juga dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk
penataan lingkungan belajar dalam satuan pendidikan formal dan
nonformal yang menyentuh dan membangitkan karakter. Berbagai
penghargaan perlu diberikan kepada satuan pendidikan formal dan
nonformal, pendidik, tenaga kependidikan, atau peserta didik untuk
semakin menguatkan dorongan, ajakan, dan motivasi pengembangan
karakter. Strategi habituasi dilaksanakan untuk menciptakan situasi dan
kondisi serta penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan
commit
pendidikannya,dirumahnya, to user masyarakatnya membiasakan
di lingkungan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah


diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi.
Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian
contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan
secara sistemik, holistik, dan dinamis. Strategi habituasi meliputi
implementasi nilai-nilai pendidikan karakter bangsa pada budaya sekolah,
peraturan dan pengaturan sekolah/kelas, kateladanan, dan pembiasaan
warga sekolah.(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010)
3. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan
Fungsi PKn sebagai pendidikan nilai dapat kita sarikan dari
pernyataan bahwa PKn berfungsi sebagai penguatan karakter warga
Negara. PKn sekolah memfokuskan pada pengembangan karakter warga
Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas,
terampil dan berkarakter yang damanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
( Winarno. 2013:185)
Bedasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penguatan
nilai-nilai karakter dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian
peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan
ke dalam Kalender Akademik. Yang kedua melalui proses Habituasi yang
dimulai darilingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas. Yang ketiga
melalui proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dimana Fungsi
PKn sebagai pendidikan nilai dapat kita sarikan dari pernyataan bahwa PKn
berfungsi sebagai penguatan karakter warga Negara.

2. Strategi Pembentukan Nilai


Dalam membentuk atau mengukir karakter memerlukan
strategi-strategi yang tepat agar dalam penanaman nilai-nilai karakter menjadi
lebih mudah dan dapat sesuai dengan harapan, tujuan yang ingin dicapai.
commit
Strategi yang dapat dilakukan untukto mengembangkan
user pendidikan karakter
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

menurut Arismantoro (2008:32-34) adalah sebagai berikut:


1) Menggunakan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid,
yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh
dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang
konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupanya (student active
learning, contextual learning, inquiry based learning, integreated learning).
2) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning
community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalamsuasana yang
memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan
semangat.
3) Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the
good, dan active the good.
4) Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak,
yaitu melibatkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan
manusia.
5) Seluruh pendekatan di atas menerapkan perinsip-perinsip developmentally
apporopriate practices.
6) Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan
seluruh sekolah, yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan
sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan
perhatian pada kesejahteraan lainnya.
7) Model (contoh) perilaku positif.
8) Menciptakan peluang bagi siswa utuk menjadi aktif dan penuh makna
termasuk di dalam kehidupan, di kelas, dan sekolah.
9) Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial.
10) Melibatkan siswa dalam wacana moral.
11) Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk
siswa.
12) Tak ada anak yang terabaikan.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

b. Konsep dan Teori Nilai


Kata value secara bahasa Indonesia menjadi nilai, bahasa Latin yaitu
valere (Encyclopedia of real estate terms, 2002). Sesuatu dianggap bernilai
apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut:
a) Menyenangkan (peasent)
b) Berguna (useful)
c) Memuaskan (satisfying)
d) Menguntungkan (profutable)
e) Menarik (interesting)
f) Keyakinan (belief)
Adapun jenis-jenis nilai menurut Prof. Drs. Notonegoro, S.H.
menyatakan bahwa ada tiga macam nilai , yaitu:
a) Nilai materiil, yakni sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
b) Nilai vital, yakni sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melaksanakan kegiatan.
c) Nilai kerohanian, dibedakan menjadi 4 macam,yaitu:
1. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikiran manusia (rasio,
budi, dan cipta
2. Nilai estetika (keindahan)bersumber pada rasa manusia.
3. Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak
keras, keras hati, dan nurani manusia
4. Nilai religius (ketuhanan) yang bersifat mutlak dan bersumber
pada keyakinan manusia (Herimanto,
Winanrno,2011:126-127)
Lorens Bagus (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan
tentang nilai yaitu sebagai berikut: 1) Nilai dalam bahasa Inggris value,
bahasa Latin valere (berguna,mampu akan, berdaya, berlaku, kuat). 2) Nilai
ditinjau dari segi Harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. 3)
Nilai ditinjau dari segi Keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi
atau dihargai sebagai sesuatu kebaikan. Lawan dari suatu nilai positif adalah
“tidak bernilai” atau “nilai negative”. Baik akan menjadi suatu nilai dan
lawannya (jelek, buruk) akan menjadi suatu “nilai negative” atau “tidak
bernilai”. 4) Nilai ditinjau dari seudut Ilmu Ekonomi yang bergelut dengan
kegunaan dan nilai tukar benda-bendsa material, pertama kali mengunakan
secara umum kata „nilai‟ .

Nilai adalah the addressee of a yes “ sesuatu atau alamat yang


ditujukan dengan kata „ya‟ commit to user(Bertens, 2004). Dengan kata lain
.Hans Jonas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

nilai adalah sesuatu yang kita iakan atau sesuatu yang kita setujui, sedangkan
sesuatu yang tidak kita setujui seperti sakit, penderitaan atau kecelakaan
adalah non nilai atau disvalue. Sesuatu yang kita iakan selalu bersifat positif
atau kita sebut nilai positif dan yang tidak kita setujui dikenal dengan istilah
nilai negative.
Mulyana ( 2004) mendefiniskan tentang nilai itu adalah rujukan dan
keyakinan dalam menentukan pilihan. Definisi tersebut dikemukakan oleh
Mulyana yang secara eksplisit menyertakan proses pertimbangan nilai, tidak
hanya sekedar alamat yang dituju oleh sebuah kata „ya‟ .
Beberapa pengertian yang lainnya tentang nilai dari para ahli
dikemukakan oleh Rohmat dalam bukunya (Mulyana, 2004:9) sebagai
berikut : 1). Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas
dasar pilihannya, Gordon Allfort (1964). Definisi ini dilandasi oleh
pendekatan psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti
keputusan benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil proses
psikologis. Termasuk kedalam wilayah ini seperti hasrat, sikap, keinginan,
kebutuhan dan motif. 2). Nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi
manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternative
(Kuperman, 1983). Penekanan utama definisi ini pada faktor eksternal yang
mempengaruhi prilaku manusia. Pendekatan yang melandasi definisi ini
adalah pendekatan sosiolgis. Penegakan norma sebagai tekanan utama dan
terpenting dalam kehidupan sosial akan membuat seseorang menjadi tenang
dan membebaskan dirinya dari tuduhan yang tidak baik. 3). Nilai adalah
konsepsi ( tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau
ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi tindakan
pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir (Kluckhohn, Brameld,
1957).
Definisi yang dikemukakan oleh Klukhon ini berimplikasi terhadap
pemaknaan nilai-nilai budaya, seperti yang diungkap oleh Brameld dalam
bukunya tentang landasan-landasan budaya pendidikan., dia mengungkapkan
commit
ada enam implikasi terpenting yaituto sebagai
user berikut: a). Nilai merupakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

konstruk yang melibatkan proses kognitif (logic dan rasional) dan proses
ketertarikan dan penolakan menurut kata hati.; b). nilai selalu berfungsi secara
potensial, tetapi selalu tidak bermakna apabila diverbalisasai; c). apabila hal
itu berkenaan dengan budaya, nilai diungkapkan dengan cara yang unik oleh
individu atau kelompok; d). karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak,
maka perlu diyakini bahwa pada dasarnya disamakan (equated) dari pada
diinginkan, ia didefinisikan berdasarkan keperluan system kepribadian dan
sosio budaya untuk mencapai keteraturan atau mengahargai orang lain dalam
kehidupan social; e). pilihan di antara nilai-nilai alternative dibuat dalam
konteks ketersediaan tujuan antara (means) dan tujuan akhir (ends), dan; f).
nilai itu ada, ia merupakan fakta alam, manusia, budaya dan pada saat yang
sama ia adalah norma-norma yang telah disadari. Barmeld melihat pandangan
Klukhon itu mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang diinginkan
baik itu materi, benda atau gagasan mengandung nilai, karena dipersepsi
sebagai sesuatu yang baik, seperti makanan, uang, rumah, kebenaran,
kejujuran dan keadilan.
Kattsoff dalam Soejono Soemargono (2004:318) mengatakan bahwa
nilai itu sangat erat kaitannya dengan kebaikan atau dengan kata „baik‟ ,
walaupun fakta baiknya, bisa berbeda-beda satu sama yang lainnya.
c. Konsep dan Teori Karakter
Ada banyak pendapat tentang pengertian karakter itu sendiri salah
satunya dalam (Doni, 2010:25),kararkter dalam artian yang lebih religius
dimana pendidikan karakter dianggap lebih cenderung dengan hal-hal yang
berkaitan dengan agama.
Istilah karakter dalam bahasa yunani dan latin, character berasal dari
kata charassein yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak
terhapuskan. Watak atau karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat
manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk
membedakan orang yang satu dengan yang lain. (Daryanto &Suryatri,
2013:9)
Menurut suyanto (2010) dalam (Daryanto&Suryatri, 2013:9) karakter
adalah cara berfikir dsn berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup bekerja sama, commit to userlingkungan keluarga, masyarakat,
baik dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari
keputusan yang ia buat.
Yaumi dalam (Daryanto&Suryatri, 2013:9) menuturkan bahwa
karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari
segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan,
kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku dan kebiasaan baik. Karakter ini dapat
berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha
membangun karakter dan perlu menjaganya agar tidak terpengaruh oleh
hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Menurut Dewantara (2010) dalam (Daryanto&suryatri, 2013:9-10)
karakter itu terjadi karena perkembangan dasar yang telah terkena pengaruh
ajar. Yang dinamakan dasar yaitu bekal hidup atau bakat anak yang berasal
dari alam sebelum mereka lahir, sudah menjadi satu dengan kodrat
kehidupan anak (Biologis).
Menurut (Ditjen Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan Nasional),
"Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara."Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari
keputusan yang ia buat. Karakter atau nilai sangat penting bagi setiap orang
itu sebabnya karakter perlu ditumbuh kembangkan melalui pengenalan,
penghayatan, dan pengamalan dalam kehidupan nyata sehari-hari, baik dalam
sistem pengelolaan kelembagaan, sekolah, pembelajaran, maupun kegiatan
ekstrakurikuler.
Dengan demikian, kareakter bukan hanya sekedar wacana tentang
kepribadian yang diharapkan, tetapi juga dapat diwujudkan dalam perilaku
sehari-hari. Karakter kewarganegaraan adalah suatu bentuk implementasi
kepribadian terhadap norma, hak, dan kewajiban sebagai warga negara.
Karakter ini sangat penting ditumbuhkan dalam diri setiap manusia
commit
khususnya para peserta didik agar to
mauuser
berperan aktif dalam membangun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

negaranya.
Menurut Dasim Budimansyah (2010:1) "Membangun jiwa adalah
membangun karakter manusia dan bangsa". Inti karakter adalah kebajikan
(goodness) dalam arti berpikir baik (thinking good), berperasaan baik
(feeling good), dan berperilaku baik (behaving good). Dalam konteks suatu
bangsa karakter dimaknai sebagai nilai-nilai keutamaan yang melekat pada
setiap individu warga negara yang kemudian mengejawantah sebagai
personalitas dan identitas kolektif bangsa (PP Muhammadiyah, 2009).
Karakter berfungsi sebagai kekuatan mental dan etik yang mendorong suatu
bangsa merealisasikan cita-cita kebangsaan dan menampilkan
keunggulan-keunggulan kolparatif, kompetitif, dan dinamis diantara
bangsa-bangsa lain. Furqon Hidayatullah (2009:9) mengemukakan bahwa,
"Karakter adalah kekuatan mental dan moral, akhlak atau budi pekerti
individu yag merupakan kepribadian khusus dan membedakan dengan
individu lain.
Dari uraian di atas seyogyanya warga negara ynag berkarakter kuat
adalah manusia yang memilik sifat-sifat: religius, moderat, cerdas, dan
mandiri. Sifat religius dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian taat,
mandiri, jujur, terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran.
Sifat moderat dicirikan oleh sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin
dalam kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial, berorientasi
materi dan rohani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan.
Sifat cerdas dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta
ilmu, dan berpikiran maju. Dan sikap mandiri dicirikan oleh sikap hidup dan
kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet,
wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa
kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan antar
peradaban bangsa-bangsa.
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam, tersimpul dalam
karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai
akhlak yang mulia dan agung.commit to user dalam surat Al-ahzab ayat 21
Al-qur’an
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

mengatakan:
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

d. Teori dan konsep Pendidikan Karakter


Menurut William (2000) dalam (Daryanto&Suryatri,2013:64)
menjelaskan bahwa makna dari pengertian pendidikan karakter tersebut
awalnya digunakan oleh National Commision On Character Education di
Amerika sebagai suatu istilah paying yang meliputi berbagai pendekatan,
filosofi, dan program. Pemecahan masalah, pembuatan keputusan,
menyelesaikan konflik merupakan aspek yang penting dari pengembangan
karakter moral. Olehkarena itu, dalam pendidikan karakter semestinya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sifat-sifat tersebut
secara langsung.
Sama halnya dengan pendapat yang dikemukkan oleh (Doni
Koesoma,2012:34) bahwa tujuan pendidikan karakter sebagai
pengembangan kepribadian dimana pertumbuhan individu sebagai pribadi
yang sehat merupakan sasaran akhir. Jadi, dengan pendidikan karakter
diharapkan anak didik dapat tumbuh seht secara kepribadian. Namun, ada
pula yang menganggap pendidikan karakter bertujuan untuk menambah
nilai-nilai tertentu. Ada yang memusatkan diri pada penanaman nilai moral
melalui pengajaran, ada pula yang sekedar mengajak anak untuk
menjernihkan nilai-nilai moralnya sendiri dan mengambil keputusan atas
dasar penjernihan tersebut. Ada yang berfokus pada pendidikan rohani,
agama, atau religiositas karena menganggap bahwa ketaatan dan kepatuhan
pada norma agama itulah yang dapat membuat hidup seseorang lebih
bahagia dan bermakana. Namun, ada pula yang menganggap bahwa tujuan
pendidikan karakter lebih terkait dengan persoalan tata karma, sopan santun,
dan etika dalam pergaulan sehari-hari. Adapula yang mengarahkan
commit to user
pendidikan karakter padapembentukan individu selaras dengan semangat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

demokrasi agar dapat terlibat dalam tatanan masyarakat plural yang


demokratis sehingga masyarakat lebih stabil.
Hadits nabi yang berkaitan dengan konsep pendidikan karakter
adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari-Muslim sebagai
berikut,
‫س لم و ع ل يه ا هلل ص لى ا هلل ر سىل سم عت ع نهما ا هلل ر ضي زي د ب ن أ سامة ق ال‬
‫ببال باُى الْابماُرَ يُدَورَ َُماُ ببهاُ ىُيُدَورَ أُقُِْابَهَ ىُُِنْدُبلََ النُارب ىبي ىُيَلْقُى الْقبيُامُةب يُىَُ ببالعاُلبمب َيتْؤُى ي قىل‬
ََْ‫وُ الْمَنْمُ ب عُنب اَْهُى وُ ُؤبيْهب َُ وُ ببالْمُعْ َوِب ُمَ َ ََنْتَ ىُيُقَىلَ ُلكُل مُا ىُيُ َقىْلَىَُ النُارب أََُْْ بهب ىَُيِبي‬
‫)ع ل يه م ِ فَ( ُؤبيْهب‬
Artinya : “Usamah bin Zaid ra. berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: Akan dihadapkan orang yang berilmu
pada hari kiamat, lalu keluarlah semua isi perutnya, lalu
ia berputar-putar dengannya, sebagaimana himar yang
ber-putar-putar mengelilingi tempat tambatannya. Lalu
penghuni neraka disuruh mengelilinginya seraya bertanya:
Apakah yang menimpamu? Dia menjawab: Saya pernah
menyuruh orang pada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak
mengerjakan-nya, dan saya mencegah orang dari
kejahatan, tetapi saya sendiri yang mengerjakannya”.
(Muttafaq Alaih)
M. Furqon Hidayatullah mengutip pendapatnya Rutland (2009: 1)
yang mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa Latin
yang berarti dipahat. Secara harfiah, karakter artinya adalah kualitas mental
atau moral, kekuatan moral, atau reputasinya (Hornby dan Parnwell, 1972:
49).
Hermawan Kertajaya (2010 : 3) mendefinisikan karakter adalah “ciri
khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah
“asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan
merupakan mesin pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap,
berujar,dan merespon sesuatu.
commit
Menurut Doni Koesoema to user (karakter) diasosiasikan dengan
Albertus,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur


psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Karakter juga dipahami dari sudut behavioral yangmenekankan unsur
somatopsikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Disini,
karakterdianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai
ciri atau karakteristiktau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang
bersumber dari bentukan-bentukan yangditerima dari lingkungan, misalnya
pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaanseseorang sejak lahir.
Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95), “Sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.” Definisi
lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010: 1) :“Sebuah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan
orang itu.”Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu : 1)
proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian,
dan 3) menjadi satu dalam perilaku.
e. Konsep dan Teori Sikap
1. Pengertian Sikap
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan
bahwa sikap (attitude) berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of
placing or holding the body, dan way of feeling, thinking or behaving”.
Campbel (1950) dalam buku Notoadmodjo (2003, p.29) mengemukakan
bahwa sikap adalah “A syndrome of response consistency with regard to
social objects”. Artinya sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten
terhadap obyek sosial. Dalam buku Notoadmodjo (2003, p.124)
mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Menurut
Eagle dan Chaiken (1993) dalam buku A. Wawan dan Dewi M. (2010, p.20)
mengemukakan bahwa sikap commit to user
dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam prosesproses kognitif,


afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi di atas menunjukkan
bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang
umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung
mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan
respon-respon yang konsisten).
2. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku
Notoadmodjo (2003, p.34) adalah: a. Sikap bukan dibawa sejak lahir
melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam
hubungannya dengan obyeknya. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu
sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila
terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah
sikap pada orang itu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa
mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain
sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan
suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. d. Obyek sikap
itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan
dari hal-hal tersebut. e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi
perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-
kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi
(2010), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
commit
orang tersebut menerima ide itu. c.toMenghargai
user (valuing) Mengajak orang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap


suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung
jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling
tinggi.

4. Fungsi Sikap
Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010, p.23)
sikap mempunyai beberapa fungsi, yaitu: a. Fungsi instrumental atau
fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat Fungsi ini berkaitan dengan sarana
dan tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek sikap dapat digunakan
sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap
dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan
bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek
sikap menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif
terhadap obyek sikap yang bersangkutan. b. Fungsi pertahanan ego Ini
merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada
waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya. c.
Fungsi ekspresi nilai Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan
bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu
akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang
bersangkutan. d. Fungsi pengetahuan Individu mempunyai dorongan untuk
ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila
seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan
tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
5. Komponen Sikap
Menurut Azwar S (2011, p.23) sikap terdiri dari 3 komponen yang
saling menunjang yaitu: commit to user kognitif Merupakan representasi
a. Komponen
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi
kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat
disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu
atau yang kontroversial. b. Komponen afektif Merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang
dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan
untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Menurut Azwar S (2011, p.30) faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap yaitu: a. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi
dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan
kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap
seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan
telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. d.
Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 13 e. Lembaga
pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga
pendidikan dan lembaga commit to usermenentukan sistem kepercayaan.
agama sangat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut


mempengaruhi sikap. f. Faktor emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego

f. Kaitan Nilai dan Sikap


Berkaitan dengan masalah yang saya teliti diatas keterkaitan nilai
dengan sikap yaitu, nilai yang dianut oleh seseorang terermin dari sikapnya.
Nilai bersifat utuh, sistem dimana semua jenis nilai terpadu saling
mempengaruhi kuat sebagai satu kesatuan yang utuh. Nilai juga bersifat
abstrak oleh karena itu yang dapat dikaji hanya indikatornya saja yang
meliputi Cita-cita, tujuan yang dianut aspirasi yang dinyatakan, sikap yang
ditampilkan atau nampak, yang diutarakan perbuatan yang dilakukan serta
kekuatiran (Kosasih Djahri, 1985:18)
Mengajarkan nilai lebih memerlukan skill dibandingkan dengan
mengajarkan kepercayaan dan sikap. Karena menanamkan satu nilai kepada
anak itu membutuhkan cara yangtepat agar bias diterima oleh siswa. Kita
tidak bisa menentukan bagaimana nilai itu beroperasi dalam diri anak
sementara ia berbuat, atau bersikap terhadap sesuatu, padahal kita
beranggapan bahwa nilai ini tercermin dalam sikap dan perilaku seseorang.
Oleh karena itu dalam pendidikan nilai guru tidak bisa memberi kesimpulan
mengenai hasil belajar mrngajar yang dilakukannya.
Menurut Thursone sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan
perasaan, pemahaman, gagasan, rasa takut, perasaan terancam dan
keyakinan-keyakinan tentang suatu hal.
Bedasarkan buku Rochman Natawijaya ( 1984:20), sikap adalah
kesiapan seseorang memerlukan suatu objek didalam bertindak. Kesiapan
sendiri merupakan penilaian dan negatif tentang intensitas yang
berbeda-beda untuk waktu tertentu, itu sendiri bisa berubah-ubah.
commit
Seperti halnya dengan sikap,tonilai
userjuga dirumuskan secara beragam,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

landasan yang berbeda-beda. Nilai merupakan konsep dalam ekonomi,


fisiologi, pendidikan dan juga bimbingan dan antropologi. Untuk lebih
menegaskan pemahaman kita seperti dikemukakan diatas dapat dinyatakan
bahwa nilai itu merupakan konsep tentang kelayakan yang dimiliki
seseorang atau kelompok yang mempengaruhi bagaimana seseorang atau
kelompok memilih cara, tujuan dan perbuatan yang dikehendakinya sesuai
dengan anggapannya bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Nilai yang
dimiliki seseorang dapat mengekspresikan mana yang lebih disukai mana
yang tidak, demikianlah dapat disimpulkan bahwa nilai menyebabkan sikap,
nilai merupakan determinan bagi pembentuk sikap. Yang selalu terjadi
adalah satu sikap disebabkan oleh banyak nilai. Seperti sudah dikemukakan
dalam sikap telah terkandung aspek-aspek kognitif, afektif dan
kecenderungan bertindak. Dapat disimpulkan bahwa erat kaitannya antara
nilai dengan aspek-aspek kognitif , afektif, dan kecenderungan bertindak.
g. Strategi Pendidikan karakter
Dalam membentuk atau mengukir karakter memerlukan
strategistrategi yang tepat agar dalam penanaman nilai-nilai karakter menjadi
lebih mudah dan dapat sesuai dengan harapan, tujuan yang ingin dicapai.
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pendidikan karakter
menurut Arismantoro (2008:32-34) adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan
metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode yang
dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat
secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit, bermakna, serta
relevan dalam konteks kehidupanya (student active learning, contextual
learning, inquiry based learning, integreated learning). 2) Menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga
anak dapat belajar dengan efektif di dalamsuasana yang memberikan rasa
aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat. 3)
Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the
good, dan active the good.commit to userpengajaran yang memperhatikan
4) Metode
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

keunikan masing-masing anak, yaitu melibatkan kurikulum yang melibatkan


juga 9 aspek kecerdasan manusia. 5) Seluruh pendekatan di atas menerapkan
perinsip-perinsip developmentally apporopriate practices. 6) Membangun
hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh sekolah,
yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan sekolah harus
berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan perhatian pada
kesejahteraan lainnya. 7) Model (contoh) perilaku positif. 8) Menciptakan
peluang bagi siswa utuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk di dalam
kehidupan, di kelas, dan sekolah. 9) Mengajarkan keterampilan sosial dan
emosional secara esensial. 10) Melibatkan siswa dalam wacana moral. 11)
Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa. 12)
Tak ada anak yang terabaikan.
2. Tinjauan Good Citizenship
Pengertian warga negara menurut As Hikam dalam Ghazalli yang
dikutip Winarno (2009:48) menyatakan bahwa: “Warga negara sebagai
terjemahan dari citizen artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang
membentuk negara itu sendiri. Dengan memiliki status sebagai warga negara,
orang memiliki hubungan dengan negara. Hubungan itu nantinya tercermin
dalam hak dan kewajiban seperti halnya anggota sebuah organisasi, maka
hubungan itu berwujud peranan, hak dan kewajiban secara timbal balik.
Anggota memiliki hak dan kewajiban kepada organisasi, demikian pula
organisasi memiliki hak dan kewajiban terhadap anggotanya”.
Hubungannya bahwa Warga Negara yang baik (good citizen) adalah
warga negara yang taat akan hukum, Menurut Soerjono Soekanto (2006:204),
dipaparkan bahwa kesadaran hukum adalah konsepsi-konsepsi abstrak didalam
diri manusia tentang keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang
dikehendaki atau yang sepantasnya. Berkenaan dengan hak atas tanah untuk
dipelihara Warga Negara, A. P Parlindungan (1999:22-24) mengatakan bahwa
hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang, untuk memakai tanah yang
diberikan kepada orang dan badan hukum.
a. Unsur-unsur wargacommit
negaratoyangbaik
user (good citizenship)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Cita-cita luhur Bangsa Indonesia adalah setiap rakyat Indonesia


yang mempunyai jiwa warga Negara yang baik. Yang menjadi unsur warga
Negara yang baik adalah sebagai berikut:
1. Ber-Tuhan. Artinya warga Negara yang menempatkan Tuhan
sebagai kekuasaan tertinggi sebagai maha pencipta (kuasa prima),
dengan wujud sikap sebagai umat yang beragama dan beriman.
2. Cara pandang nasional. Artinya pemikiran dan prilaku setiap warga
Negara berpedoman pada ideology kebangsaan (nasionalisme).
3. Berjiwa besar. Artinya warga Negara tidak mengedepankan
kepentingan pribadi atau golongan tetapi memperhatikan
kepentingan umum.
4. Berjiwa integritas. Artinya warga Negara selalu menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dan selalu mengingatkan orang yang
merongrong Kesatuan Bangsa Indonesia (patriotisme).
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara yang
berdasarkan atas hukum (rechstaat) lebih mengedepankan hukum
(menjunjung tinggi hukum) demi keadilan dan kebenaran. Oleh karena itu
untuk memwujudkan warga Negara yang baik akan diuraikan dalam UUD
1945 mengenai hak dan kewajiban warga Negara, seperti: (a). Pasal 27
ayat (1) menetapkan hak warga Negara yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan. (b). Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warga Negara atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (c). Pasal 27
ayat (3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan hak dan
kewajiban warga Negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
(d). Pasal 28 menetapakan hak kemerdekaan warga negara untuk
berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. (e).
Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya. (f). Pasal 30
ayat (1) dalam perubahan kedua UUD 1945 menyebutkan hak dan
kewajiban warga Negara commit to user
untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

keamanan Negara. (g). Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap


warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak dan kewajiban yang
telah diatur dalam UUD 1945 merupakan hak dan kewajiban secara yuridis
formil, tetapi ada hak dan kewajiban sebagai warga Negara yang berlaku
dimasyarakat seperti: kebiasaan-kebiasaan pada suatu daerah tertentu,
komunikasi sosial (tindakan sosial), tindakan sosial dan nilai-nilai agama
masing-masing.
b. Ciri-ciri warga negar yang baik (good citizenship)
Secara umum, menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa,
Tujuan negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan agar
setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens).
yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik
intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan
tanggung jawab (civics responsibility) dan mampu berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
good citizen perlu diwujudkan oleh para anggota pemerintahan dan juga
seluruh masyarakan untuk membangun negara yang baik dengan pemerintahan
yang baik juga serta tidak tertinggal oleh arus jaman. Sekarang, akan dijelaskan
kriteria
1. Active, untuk menjalankan suatu pemerintahan yang baik tentunya
dibutuhkan suatu masyarakat yang aktif, tidak pasif. Aktif itu contonya
seperti mengikuti pemilu, tidak golput ( golongan putih), mengikuti
kegiatan Fkegiatan komunitas dan menyampaikan opini kepada
pemerintahan untukmembangun pemerintahan yang lebih baik lagi.
2. Be Cooperative, masyarakat juga harus mendukung program-program
pemerintah dalam menciptakan negara yang baik Seperti, melaporkan
jikaada kasus kejahatan, mentaati peraturan program pemerintah. ada
contoh, jika pemerintah menetapkan bah a pada hari senin rabu jumat
hanya bolehkendaraan yang bernomor plat ganjil yang boleh beredar
dijalanan,maka kita harus melaksanakannya dan bekerja sama dengan
commit to user
pemerintah untuk menciptakan kota tanpa kemacetan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

3. Self Control, untuk mwnjadimasyarakat yang baik tentunya kita harus dapat
mengendalikan diri sendiri. Masyarakt yang baik adalah apabila masyarakat
itu tahu apa posisinya dan melakukan hal-hal yang seharusnya (Norma, Hak
dan kewajiban).
4. Obey the Laws, patuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Karena jika kita berada di suatu wilayah tentunya kita harus
mengikuti dan menjalani peraturan yang ada di wilayah tersebut.
5. Love Country, mencintai negeri atau nasionalisme.
6. United atau persatuan sebagai satu bangsa satu negri satu tanah air
merupakan satu keluarga yang besar.
7. Trustful and Trustworthy, jujur dandapat dipercaya, kepercayaan adalah
hal yang sulit didapat.
8. Express Opinion, kita harus dapat mengekspresikan dan menyalurkan
pendapat kita.
9. Love Others,mengasihi sesama jika kita saling mengasihi satu sama lain
maka perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan pun dapat dicapai
bersama.

3. Tinjauan Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan


a. Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Pancasila
Kewarganegaraan
Belajar dan pembelajaran merupaka proses dan aktivitas yang selalu
dilakukukan dan dialami oleh manusia sejak manusia di dalam kandungan,
buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa,
sampai liang lahat.Belajar menjadi kebutuhan hidup yang self greeting, yang
mengupayakan diri sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki dorongan
untuk melangsungkan hidup, menuju suatu tujuan tertentu.
Menurut Wingkel (1991) dalam (Sutikno, 2013:31), mengartikan
tentang pembelajaran :
Pembelajaran sebagai perangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung prosescommit
belajar to user didik, dengan memperhitungkan
peserta
kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta


didik.
Menurut Sugiyono dan Hariyanto dalam (Muhamad Irvan dan Novan
Ardy, 2013:131) menjelaskan tentang pembelajaran :
Pembelajaran sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau
membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. Pengertian
tersebut menekankan pada proses mendewasakan yang artinya
mengajar dalam bentuk penyampaian materi tidak serta merta
menyampaikan materi (transfer of knowledge) tetapi lebih pada
bagaimana menyampaikan dan mengambil nilai-nilai (transfer of
value) dari materi yang diajarkan agar dengan bimbingan pendidik
bermanfaat untuk mendewasakan siswa.

Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar


terjadi proses belajar pada diri peserta didik (Bambang Warsito,2008:266).
Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru atau
pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar (mengubah tingkah
laku untuk mendapatkan kemampuan baru) yang berisi suatu sistem atau
rancangan untuk mencapai suatu tujuan (Khanifatul, 2013:14)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses dimana yang paling utama harus dirumuskan secara jelas dan
spesifik dalam menentukan arah yang dialami oleh seseorang (peserta didik).
Proses pembelajaran mempunyai tujuan agar peserta didik dalam
mendapatkan pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai untuk mendewasakan
dirinya.
b. Konsep Dasar Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa:
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata


pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan. Tujuan dari Pendidikan
Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang cerdas dan baik.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Azra dalam Ubaedillah
dkk (2010: 6) adalah sebagai berikut:
Pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan
demokrasi dan Pendidikan HAM karena mencakup kajian dan
pembahasan tentang banyak hal, seperti: pemerintahan,
konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan
kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan
keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani,
pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan sistem yang terdapat
dalam pemerintahan, politik, administrasi publik dan sistem
hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif dan
sebagainya.

Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor


22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa:
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan
semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu ditingkatkan
secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sapriya (2011: 50) menyatakan bahwa “Pendidikan


Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran persekolahan bertujuan untuk
mewujudkan partisipasi penuh nalar tanggung jawab dalam kehidupan
politik warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar
demokrasi konstitusional Indonesia.” Untuk dapat berpartisipasi penuh
maka warga negara dibutuhkan penguasaan pengetahuan (civic
knowledge), keterampilan intelektual (civic skills) dan keterampilan
berperan serta (civic dispositions).
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Ubaedillah dan Rozak
(2013: 18) bertujuan untuk membangun karakter (character building)
commit
bangsa Indonesia yang antara to user
lain:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

(a) membentuk keterampilan partisipatif warga negara yang


bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara; (b) menjadikan warga negara Indonesia yang
cerdas, aktif, kritis, demokratis, namun tetap memiliki komitmen
menjaga persatuan dan integritas bangsa; dan (c)
mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban, yaitu
kebebasan, persamaan , toleransi, dan tanggung jawab.

Substansi kajian Pendidikan Kewarganegaran menurut Kaelan


dan Zubaidi (2010: 4) mencakup:
1) Filsafat pancasila
2) Identitas nasional
3) Negara dan konstitusi
4) Demokrasi indonesia
5) Rule of law dan hak asasi manusia
6) Hak dan kewajiban warganegara serta negara
7) Geopolitik Indonesia
8) Geostrategi Indonesia
Menurut Budimansyah dan Winataputra dalam Arwiyah,
Triyanto, dan Machfiroh (2013: 20-21) menyatakan bahwa “Civic
Education ini merupakan mata pelajaran dasar yang dirancang untuk
mempersiapkan para pemuda warga negara untuk dapat melakukan peran
aktif dalam masyarakat, kelak setelah mereka dewasa.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaran menurut Soemantri
menyatakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan
yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan
sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif
dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir
kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam
mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 (Arwiyah, Triyanto, dan Machfiroh (2013: 21).

Azis Wahab dalam Arwiyah, Triyanto, dan Machfiroh (2013: 21)


mengungkapkan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
ialah media pengajaran yang akan meng-indonesiakan para siswa secara
sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu program Pendidikan
commit
Kewarganegaraan memuat to user
konsep-konsep umum ketatangeraan, politik,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

hukum, negara serta dari teori umum yang lain yang cicik dengan target
tersebut”.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bagian dari ilmu
kewarganegaraan. A Kosasih Djahiri menjelaskan dalam Arwiyah,
Triyanto, dan Machfiroh (2013: 21-22) bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian pendidikan ilmu
kewarganegaraan atau Pendidikan Kewarganegaraan dimanapun
dan kapanpun sama/mirip, yakni program dan rekayasa
pendidikan untuk membina dan membelajarkan anak menjadi
warganegara yang baik, iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang
kuat/mantap, sadar serta mampu membina serta melaksanakan
hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat
dan bangsa negaranya, taat asas/ketentuan (rule of law),
demokratis dan partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam
kebhinekaan kehidupan masyarakat-bangsa-negara madani (civil
society) yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta
kehidupan yang terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa
melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya.

Pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor


22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa
lainnya
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan atau Civic Education


menurut Arwiyah, Triyanto,
commitdan Machfiroh (2013: 22) “diharapkan
to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

mampu melahirkan warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengertian sebagai
citizenship education, secara substantif dan pedagogis didesain untuk
mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur
dan jenjang pendidikan”.
Pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Repulbik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di
masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan
peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional
3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewahiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM
4) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga
diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan
bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara
5) Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di commit to user
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

konstitusi
6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan
kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat,
Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan,
Pers dalam masyarakat demokrasi
7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, Pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi,
Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
Mengevaluasi globalisasi.
Menurut Haryati, Al Rasyid dan Sugiaryo (2009:2) salah satu
tujuan Pendidikan Kewarganegaran adalah sebagai berikut:
Melalui materi pokok persatuan dan kesatuan bangsa diharapkan
guru mampu mengembangkan materi yang terkait dengan hidup
rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan nkri, partisipasi
dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI,
keterbukaan dan jaminan keadilan.

Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor


22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa:
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen
kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik
Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara
kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya
didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu
pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan
bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga
commitberbeda-beda
masyarakat tersebut to user agama, ras, etnik, atau
golongannya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Margaret Branson (1999: 27-39) menyatakan bahwa sekolah


memikul tanggung-jawab sejarah khusus dalam rangka mengembangkan
kompetensi dan tanggung jawab kewarganegaraan. Sekolah memenuhi
tanggung jawab itu melalui pendidikan formla dan informal yang dimulai
sejak awal dan terus berlangsung selama proses pendidikan.
1) Pengajaran Formal, pengajaran formal di bidang
kewarganegaraan dan pemerintahan hendaknya memberikan
pemahaman yang nyata dan mendasar mengenai kehidupan
kewarganegaraan, politik dan pemerintahan. Pengajaran formal
hendaknya memberdayakan warganegara untuk memahami cara
kerja sistem politik mereka dan sistem-sistem politik yang lain,
juga pertalian antara politik dan pemerintahan negaranya dengan
tatanan global. Civic education yang bermutu mengembangkan
suatu pemahaman tentang mengapa dan bagaimana keamanan,
kualitas hidup, dan posisi ekonomi seseorang berkaitan dengan
negeri-ngeri tetangga serta dengan organisasi-organisasi penting
baik di tingkat regional, internasional dan transnasional.
Pengajaran formal hendaknya menekankan hak-hak dan
tanggung jawab warganegara dalam demokrasi konstitusional.
Pengajaran informal di bidang kewarganegaraan dan
pemerinahan hendaknya jangan meremehkan tanggung jawab
warganegara dalam demokrasi konstitusional. Pemahaman
pentingnya hak-hak individu harus dibarengi dengan
pengecekan tanggung jawab pribadi dan kewarganegaraan.
Tanggung jawab itu meliputi:
a) Tanggung jawab pribadi seperti merawat diri, menafkahi
keluarga, memelihara, mengasuh dan mendidik anak,
menerima tanggung jawab sebagai konsekuensi perbuatan
yang dilakukan secara pribadi, menghormati hak-hak dan
kepentingancommit to user
orang lain dan bersikap sopan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

b) Tanggung jawab kewarganegaraan seperti taat pada hukum,


memiliki kepekaan dan mengikuti perkembangan isu-isu
publik, memegang kendali kepemimpinan bila diperlukan,
membayar pajak, memberi suara (voting) dan lain-lain.
2) Kurikulum informal, di samping kurikulum formal, civic
education yang bermutu juga tidak mengesampingkan
kurikulum informal. Kurikulum informal meliputi pemerintahan
komunitas sekolah dan hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya, termasuk juga kegiatan-kegiatan ekstra
atau kokurikuler yang disediakan sekolah. Para siswa hendaknya
selalu dijaga agar berperilaku sesuai dengan standar-standar
yang jelas serta masuk akal dan agar menghormati hak-hak dan
martabat orang lain, termasuk kawan sebaya mereka. Penelitian
telah menunjukkan pengaruh-pengaruh positif aktivitas
kokurikuler. Para siswa yang berpartisipasi di dalamnya lebih
termotivasi untuk belajar, lebih percaya diri, dan menunjukkan
kemampuan kepemimpinan yang lebih besar.
Pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa:
Diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang
kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia
perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia,
khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.
Budimansyah (2010: 142) menyatakan sejak diimplementasikan
ada berbagai jenis dan jenjang pendidikan (persekolahan maupun
perguruan tinggi), PKn menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan.
Kendala dan keterbatasan tersebut adalah:
1) Masukan instumental (instrumental input) terutama yang
berkaitan dengan kualitas guru/dosen serta ketebatasan
fasilitas dancommit
sumbertobelajar
user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

2) Masukan lingkungan (environmental input) terutama yang


berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik
negara yang melenceng dari kehidupan demokrasi yang
diidam-idamkan.
Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih
menekankan pada dampak instruksional (instructional
effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content
mastery) atau dengan kata lain hanya menekankan pada
dimensi kognitifnya saja. Sedangakan pengembangan
dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan
pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai
“hidden curriculum” belum mendapat perhatian
sebagaimana mestinya.
2) Pengelolaan kelas belum mampu menyiptakan suasana
kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman
belajar kepada siswa/mahasiswa melalui perlibatannya
secara proaktif dan interaktif baik dalam proses
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan
ekstrakurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya
pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning)
untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku
siswa/mahasiswa.
3) Pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana
sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience”
juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk
menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek
pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan
ruang demokratis dan sadar hukum. (Budimansyah,
2010:142)

Dengan adanya kendala-kendala seperti yang telah dipaparkan


diatas, maka Budimansyah (2010: 144-145) memberikan gagasan untuk
mereposisi PKn dalam tiga peran, yaitu sebagai berikut:
1) PKn sebagai progam kurikuler di lembaga pendidikan
formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal (luar
sekolah), yang berperan sebagai wahan pemuliaan dan
pemberdayaan anak dan pemuda sesuai dengan potensinya
agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart and
good citizan). Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa
untuk mendidik anak menjadi warganegara yang cerdas dan
baik harus commit to user
dilakukan secara sadar dan terencana dalam
suatu proses pembelajaran agara mereka aktif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan


spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2) PKn sebagai gerakan sosio-kultural kewarganegaraan yang
berperan sebagai wahan aktualisasi diri warganegara baik
secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan hak,
kewajiban dan konteks sosial budayanya, melalui partisipasi
aktif secara cerdas dan bertanggung jawab. Pemikiran ini
didasari oleh asumsi bahwa kewarganegaraan bertalian
dengan masyarakat, karena disamping secara historis
konsep tersebut tumbuh bersamaan dengan perkembangan
identitas manusia sebagai makhluk sosial politik, juga
disebabkan oleh adanya usaha mewujudkan orde sosial
yang baik dan diharapkan (desirable) melalui penguatan
nilai-nilai dalam masyarakat.
3) PKn sebagai program pendidikan politik kebangsaan bagi
para penyelenggara negara, anggota dan pimpinan
organisasi sosial dan organisasi politik yang dikemas dalam
berbagai bentuk pembinaan pengetahuan kewarganegeraan
(civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic
skills) dan kebajikan kewarganegaran (civic disposition)
yang mengacu pada prinsip kenseptual-pedagogis untuk
mengembangkan daya nalar (state of mind), bukan wahana
indoktrinasi politik, dan sebagai suatu proses pencerdasan.
Negara sebagai suatu organisasi puncak memiliki kekuasaan
untuk meningkatkan partisipasi yang bermutu dan
bertanggung jawab dari warga negara dalam kehidupan
politik dan masyarakat baik pada tingkat lokal maupun
nasional.
Dalam membangun karakter bangsa, Budimansyah (2010: 145)
menyatakan:
PKn harus memainkan peran sebagai program kurikuler pada
lembaga pendidikan formal maupun nonformal, sebagai gerakan
sosio-kultural kewarganegaraan, dan sebagai pendidikan politik
kebangsaan bagi para penyelenggara negara, pimpinan dan
anggota organisasi sosial dan organisasi politik. Ketiga peran
tersebut harus dilihat sebagai satu kesatuan. Program kurikuler
merupakan pembuka cakrawala kewarganegaraan, gerakan
sosio-kultural sebagai pendobrak sekat-sekat kewarganegaraan,
dan pendidikan politik kebangsaan merupakan penegas
partisipasi kewarganegraan.

Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor


commit to user
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Menengah menyatakan bahwa:


Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang
memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan
prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi
non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan
diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip
demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela
negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia, kamajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan
perilaku antikorupsi, kolusi, nepotisme.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan


kewarganegaraan di sekolah sangatlah penting untuk diajarkan kepada
peserta didik, hal ini karena pendidikan kewarganegaraan merupakan
mata pelajaran yang berperan dalam membentuk warga negara yang baik
dan cerdas.
Setiap masyarakat di belahan bumi manapun sangat mendambakan
generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warga negara yang baik dan
dapt berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Keinginan
tersebut lebih tepat disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama
dalam masyrakat demokratis. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa
tak satupun negara termasuk Indonesia telah mencapai tingkat pemahaman
dan penerimaan terhadap hak-hak dan tanggung jawab diantara keseluruhan
warga negara untuk menyokong kehidupan demokrasi konstitusional. Untuk
maksud itu dikembangkanlah Citizenship Education atau Pendidikan
Kewarganegaraan.( Budimansyah, 2010:107)

Bedasarkan bukunya Budimansyah juga menjelaskan bahwa


pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan karakter warganegara yang baik yang mampu memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh pancasila dan UUD 1945. (Budimansyah, 2010:121)
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan
commit
dikembangkan di seluruh dunia, to userdengan berbagai istilah atau nama.
meskipun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai civic education, Citizenship


Education, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai democrcy education.
Tetapi pada umumnya pendapat para pakar tersebut mempunyai maksud dan
tujuan yang sama.
Jadi, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah program
pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan,
kewarganegaraan dalam hubungan Hakekat pendidikan kewarganegaraan
adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi
warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan
siswa sebagai warga negara yang baik atau sering disebut to be good
citizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan baik intelektual,
emosional,sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab,
dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Secara istilah Civics Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azyumardi
Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) UIN Jakarta
sebagai Pengembang Civics Education di Perguruan Tinggi yang pertama.
Sedangkan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Zemroni,
Muhammad Numan Soemantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED
( Center Indonesian for Civics Education), Merphin Panjaitan, Soedijarto dan
pakar lainnya.
Budimansyah (2010: 142) sejak diimplementasikan ada berbagai
jenis dan jenjang pendidikan (persekolahan maupun perguruan tinggi), PKn
menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan. Kendala dan keterbatasan
tersebut adalah:
1) Masukan instumentalcommit to user input) terutama yang berkaitan
(instrumental
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

dengan kualitasguru/dosen serta ketebatasan fasilitas dan sumber


belajar
2) Masukan lingkungan (environmental input) terutama yang berkaitan
dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang
melenceng dari kehidupan demokrasi yang diidam-idamkan.
Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih menekankan
pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas
pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain
hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Sedangakan
pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik)
dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai
“hidden curriculum” belum mendapat perhatian sebagaimana
mestinya.
2) Pengelolaan kelas belum mampu menyiptakan suasana kondusif dan
produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa/mahasiswa melalui perlibatannya secara proaktif dan
interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar
kelas (intra dan ekstrakurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya
pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk
mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa/mahasiswa.
3) Pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana
sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga
belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk
menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan
perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan uang demokratis
dan sadar hukum. (Budimansyah, 2010:142)

Dengan adanya kendala-kendala seperti yang telah dipaparkan di atas,


maka Budimansyah (2010: 144-145) memberikan gagasan untuk mereposisi
PKn dalam tiga peran, yaitu sebagai berikut a. PKn sebagai progam kurikuler
di lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal
(luar sekolah), yang berperan sebagai wahan pemuliaan dan pemberdayaan
anak dan pemuda sesuai dengan potensinya agar menjadi warganegara yang
cerdas dan baik (smart and good citizan). Pemikiran ini didasari oleh asumsi
bahwa untuk mendidik anak menjadi warganegara yang cerdas dan baik harus
dilakukan secara sadar dan terencana dalam suatu proses pembelajaran agara
mereka aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
commit todiri,
spiritual keagamaan, pengendalian userkepribadian, kecerdasan, akhlak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan


negara.b. Pkn sebagai gerakan sosio-kultural kewarganegaraan yang berperan
sebagai wahan aktualisasi diri warganegara baik secara perorangan maupun
kelompok sesuai dengan hak, kewajiban dan konteks sosial budayanya,
melalui partisipasi aktif secara cerdas dan bertanggung jawab. Pemikiran ini
didasari oleh asumsi bahwa kewarganegaraan bertalian dengan masyarakat,
karena disamping secara historis konsep tersebut tumbuh bersamaan dengan
perkembangan identitas manusia sebagai makhluk sosial politik, juga
disebabkan oleh adanya usaha mewujudkan orde sosial yang baik dan
diharapkan (desirable) melalui penguatan nilai-nilai dalam masyarakat. c.
PKn sebagai program pendidikan politik kebangsaan bagi para penyelenggara
negara, anggota dan pimpinan organisasi sosial dan organisasi politik yang
dikemas dalam berbagai bentuk pembinaan pengetahuan kewarganegeraan
(civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skills) dan kebajikan
kewarganegaran (civic disposition) yang mengacu pada prinsip
kenseptual-pedagogis untuk mengembangkan daya nalar (state of mind),
bukan wahana indoktrinasi politik, dan sebagai suatu proses pencerdasan.
Negara sebagai suatu organisasi puncak memiliki kekuasaan untuk
meningkatkan partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dari warga
negara dala, kehidupan politik dan masyarakat baik pada tingkat lokal
maupun nasional.
Dalam membangun karakter bangsa, Budimansyah (2010: 145)
menyatakan:PKn harus memainkan peran sebagai program kurikuler pada
lembaga pendidikan formal maupun nonformal, sebagai gerakan
sosio-kultural kewarganegaraan, dan sebagai pendidikan politik kebangsaan
bagi para penyelenggara negara, pimpinan dan anggota organisasi sosial dan
organisasi politik. Ketiga peran tersebut harus dilihat sebagai satu kesatuan.
Program kurikuler merupakan pembuka cakrawala kewarganegaraan, gerakan
sosio-kultural sebagai pendobrak sekat-sekat kewarganegaraan, dan
pendidikan politik kebangsaan merupakan penegas partisipasi
kewarganegraan. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

c. SK KD Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Pertama


Menurut Winarno (2012: 122) Standart Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Sekolah Menengah Pertama sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KTSP SMP
Kelas VII Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi dasar
1. Menunjukkan sikap positif terhadap 1.1 Mendeskripsikan hakikat
normanorma yang berlaku dalam norma-norma, kebiasaan, adat
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, istiadat, peraturan, yang berlaku
dan bernegara dalam masyarakat
1.2 Menjelaskan hakikat dan arti
penting hukum bagi warganegara
1.3 Menerapkan norma-norma,
kebiasaan, adat istiadat dan peraturan
yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
2. Mendeskripsikan makna Proklamasi 2.1 Menjelaskan makna proklamasi
Kemerdekaan dan konstitusi pertama kemerdekaan 2.2 Mendeskripsikan
suasana kebatinan konstitusi pertama
2.3 Menganalisis hubungan antara
proklamasi kemerdekaan dan UUD
1945 2.4 Menunjukkan sikap positif
terhadap makna proklamasi
kemerdekaan dan suasana kebatinan
konstitusi pertama

Kelas VII Semester 2


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menampilkan sikap positif terhadap 3.1 Menguraikan hakikat, hukum dan
perlindungan dan penegakan Hak Azasi kelembagaan HAM 3.2
Manusia (HAM) Mendeskripsikan kasus pelanggaran
dan upaya penegakan HAM 3.3
commit to user
Menghargai upaya perlindungan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

HAM 3.4 Menghargai upaya


penegakan HAM
4. Menampilkan perilaku kemerdekaan 4.1 Menjelaskan hakikat kemerdekaan
mengemukakan pendapat mengemukakan pendapat 4.2
Menguraikan pentingnya
kemerdekaan mengemukakan
pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab 4.3
Mengaktualisasikan kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara
bebas dan bertanggung jawab
Kelas VIII Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menampilkan perilaku yang sesuai 1.1 Menjelaskan Pancasila sebagai
dengan nilainilai Pancasila dasar negara dan ideologi negara 1.2
Menguraikan nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi
negara 1.3 Menunjukkan sikap positif
terhadap Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara 1.4
Menampilkan sikap positif terhadap
Pancasila dalam kehidupan
bermasyakat
2. Memahami berbagai konstitusi yang 2.1 Menjelaskan berbagai konstitusi
pernah digunakan di Indonesia yang pernah berlaku di Indonesia 2.2
Menganalisis
penyimpangan-penyimpangan
terhadap konstitusi yang berlaku di
Indonesia 2.3 Menunjukkan
hasil-hasil amandemen UUD 1945 2.4
Menampilkan sikap positif terhadap
pelaksanaan UUD 1945 hasil
amandemen
3. Menampilkan ketaatan terhadap 3.1 Mengidentifikasi tata urutan
commit to user
perundangundangan nasional peraturan perundang-undangan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

nasional 3.2 Mendeskripsikan proses


pembuatan peraturan
perundang-undangan nasional 3.3
Mentaati peraturan
perundang-undangan nasional 3.4
Mengidentifikasi kasus korupsi dan
upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia 3.5 Mendeskripsikan
pengertian anti korupsi dan instrumen
(hukum dan kelembagaan) anti
korupsi di Indonesia

Kelas VIII Semester 2


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4. Memahami pelaksanaan demokrasi 4.1 Menjelaskan hakikat demokrasi
dalam berbagai aspek kehidupan 4.2 Menjelaskan pentingnya
kehidupan demokratis dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara 4.3 Menunjukkan sikap
positif terhadap pelaksanaan
demokrasi dalam berbagai kehidupan
5. Memahami kedaulatan rakyat dalam 5.1 Menjelaskan makna kedaulatan
sistem pemerintahan di Indonesia rakyat 5.2 Mendeskripsikan sistem
pemerintahan Indonesia dan peran
lembaga negara sebagai pelaksana
kedaulatan rakyat 5.3 Menunjukkan
sikap positif terhadap kedaulatan
rakyat dan sistem pemerintahan
Indonesia

Kelas XI Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menampilkan partisipasi dalam 1.1 Menjelaskan pentingnya usaha
usaha pembelaan negara commit to user
pembelaan negara 1.2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha


pembelaan negara 1.3 Menampilkan
peran serta dalam usaha pembelaan
negara
2. Memahami pelaksanaan otonomi 2.1 Mendeskripsikan pengertian
daerah otonomi daerah 2.2 Menjelaskan
pentingnya partisipasi masyarakat
dalam perumusan kebijakan publik di
daerah

Kelas XI Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Memahami dampak globalisasi 3.1 Menjelaskan pengertian dan
dalam kehidupan bermasyarakat, pentingnya globalisasi bagi Indonesia
berbangsa, dan bernegara 3.2 Mendeskripsikan politik luar
negeri dalam hubungan internasional
di era global 3.3 Mendeskripsikan
dampak globalisasi terhadap
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara 3.4 Menentukan sikap
terhadap dampak globalisasi
4. Menampilkan prestasi diri sesuai 4.1 Menjelaskan pentingnya prestasi
kemampuan demi keunggulan bangsa diri bagi keunggulan bangsa 4.2
Mengenal potensi diri untuk
berprestasi sesuai kemampuan 4.3
Menampilkan peran serta dalam
berbagai aktivitas untuk mewujudkan
prestasi diri sesuai kemampuan demi
keunggulan bangsa

B. Kerangka Berfikir

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Di dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk


menghasilkan peserta didik yang mempunyai sikap warga negara yang baik, maka
harus mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepada peserta didiknya,
sehingga peserta didik mempunyai sikap untuk menjadi warga negara yang baik.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn)
harus ditanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik serta diimbangi dengan
diberikannya penguatan nilai-nilai karakter, agar potensi peserta didik dapat
berkembang secara optimal, tidak hanya pada aspek pengetahuan saja, melainkan
hingga mempunyai keterampilan dalam mengidentifikasikan dan membedakan
perbuatan yang baik dan buruk, benar dan salah, serta menentukan mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak.
Kemudian setelah adanya penanaman nilai-nilai karakter yang dilakukan
oleh pendidik kepada peserta didik, maka selanjutnya harus ada penguatan
nilai-nilai karakter kepada peserta didik, agar di dalam diri peserta didik
benar-benar tertanam sikap menjadi warga negara yang baik (good citizenship).
Penguatan nilai-nilai karakter diimplementasikan dalam pendidikan
kewarganegaraan (PKn) akan dapat menumbuhkan sikap dan perilaku menjadi
warga negara yang baik. Sehingga diharapkan setelah mendapatkan penguatan
nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
(PKn) di sekolah, peserta didik secara bertahap akan dapat mewujudkannya dalam
bentuk sikap menjadi warga negara yang baik yang nyata di dalam kehidupannya,
baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir yang peneliti
kembangkan adalah bagaimana membentuk peserta didik yang mempunyai
keterampilan kewarganegaraan (civic skills), sehingga memperkuat nilai-nilai
karakter di dalam diri peserta didik yang merupakan pemuda penerus bangsa,
maka perlu adanya penguatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)
khususnya di lingkungan sekolah melalui pendidikan kewarganegaraan (PKn).
Dalam mewujudkan peserta didik yang memiliki sikap menjadi warga
commit
negara yang baik dan keterampilan to user
kewarganegaraan (civic skills).Keterampilan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

kewarganegaraan (civic skills) merupakan suatu hal yang sangat penting karena
keterampilan kewarganegaraan (civic skills) memiliki pengaruh yang besar dalam
keberhasilan membentuk generasi muda yang memiki sikap sebagai warga negara
yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka berfikir
penguatan nilai-nilai karakter untuk membentuk sikap menjadi warga negara yang
baik (good citizenship) pembelajaran kewarganegaraan (PKn), yaitu sebagai
berikut:

Good citizenship

Penguatan Nilai-nilai karakter


Kepada siswa

Tinggi Rendah

Penguatan

Solusi Kendala

2.1.Skema Kerangka Berpikir

commit to user

Anda mungkin juga menyukai